SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  20
BAB I

                                     PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

             Lahan lebak merupakan salah satu sumberdaya lahan yang potensial untuk
   dikembangkan menjadi kawasan pertanian di Indonesia pada tanaman pangan
   khusunya padi. Potensi lahan lebak yang berada di Indonesia anatara lain di Sumatra
   Selatan dan Kalimantan Selatan. Potensi lahan rawa lebak di seluruh Indonesia
   mencapai 14 juta hektar, terdiri dari rawa lebak dangkal seluas 4.166.000 ha, lebak
   tengahan seluas 6.076.000 ha dan lebak dalam seluas 3.039.000 ha (Widjaja Adhi, et
   al., 1998). Namun demikian pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal. Aral
   yang dimanfaatkan untuk pertanian (padi) diperkirakan mencapai 6,5 % atau 300.000
   hektar.

             Kendala utama pengembangan rawa lebak meliputi faktor biofisik terutama
   fluktuasi genangan air, sosial ekonomi dan kelembagaan serta dukungan sarana
   infrastuktur. Introduksi teknologi usahatani padi lahan lebak adalah salah satu cara
   untuk meningkatkan produktivitas lahan. Produktivitas tanaman pangan di daerah
   rawa yang sudah dibuka tersebut pada saat ini relatif masih rendah jika dibandingkan
   dengan produktivitas di lahan beririgasi (Sabran et al, 1999).

             Menurut Adimihardja et al, (1998) pemanfaatan lahan rawa untuk usaha
   pertanian hendaknya memperhatikan faktor-faktor fisik dan lingkungan yang dapat
   menjadi kendala dalam pengembangan usaha pertanian (Faktorfaktor tersebut
   meliputi: a) lama dan kedalaman genangan air banjir serta kualitas air, b) ketebalan
   gambut, kandungan hara dan tingkat kematangan gambut, c) kedalaman lapisan pirit
   serta kemasaman setiap lapisan tanahnya.
1.2 Tujuan

          Dengan menerapkan teknologi penataan lahan serta pengelolaan lahan dan
   komoditas pertanian secara terpadu, lahan lebak dapat dijadikan sebagai salah satu
   andalan sumber pertumbuhan agribisnis dan pendukung ketahanan pangan nasional.
   Hal ini ditunjukkan oleh petani lokal yang telah mengembangkan berbagai model
   usaha pertanian di beberapa lokasi lahan lebak dengan menerapkan teknologi kearifan
   lokal maupun hasil penelitian.
BAB II

                                 PEMBAHASAN



2.1 Pengelompokan dan Karakteristik Lahan
2.1.1 Tipologi Lahan Lebak


        Lahan rawa lebak adalah lahan yang pada periode tertentu (minimal satu
bulan) tergenang air dan rejim airnya dipengaruhi oleh hujan, baik yang turun
setempat maupun di daerah sekitarnya. Berdasarkan tinggi dan lama genangan airnya,
lahan rawa lebak dikelompokkan menjadi lebak dangkal, lebak tengahan dan lebak
dalam. Lahan lebak dangkal adalah lahan lebak yang tinggi genangan airnya kurang
dari 50 cm selama kurang dari 3 bulan. Lahan lebak tengahan adalah lahan lebak yang
tinggi genangan airnya 50-100 cm selama 3-6 bulan. Lahan lebak dalam adalah lahan
lebak yang tinggi genangan airnya lebih dari 100 cm selama lebih dari 6 bulan
(Widyaya Adhi, et al., 2000).

       Lahan lebak dangkal umumnya mempunyai kesuburan tanah yang lebih baik,
karena adanya pengkayaan dari endapan lumpur yang terbawa luapan air sungai.
Lahan lebak tengahan mempunyai genangan air yang lebih dalam dan lebih lama
daripada lebak dangkal, sehingga waktu surutnya air juga lebih belakangan. Oleh
karena itu, masa pertanaman padi pada wilayah ini lebih belakang daripada lebak
dangkal.

       Lahan lebak dalam letaknya lebih dalam yang pada musim kemarau dengan
iklim normal umumnya masih tergenang air dan ditumbuhi oleh beragam gulma
terutama jenis Paspalidium, sehingga wilayah ini merupakan reservoir air dan sumber
bibit ikan perairan bebas. Lahan ini umumnya jarang digunakan untuk usaha tanaman,
kecuali pada areal yang periode tidak tergenang airnya lebih dari 2 bulan atau bila
terjadi kemarau panjang. Ilustrasi jenis lahan lebak disajikan pada Gambar berikut ini
:




2.1.2 Jenis Tanah dan Karakteristiknya

           Jenis tanah yang umum dijumpai di lahan lebak adalah tanah mineral dan
    gambut. Tanah mineral bisa berasal dari endapan sungai atau bisa berasal dari
    endapan marin, sedangkan tanah gambut di lapangan bisa berupa lapisan gambut utuh
    atau lapisan gambut berselang seling dengan lapisan tanah mineral. Tanah mineral
    memiliki tekstur liat dengan tingkat kesuburan alami sedang - tinggi dan pH 4 - 5
    serta drainase terhambat - sedang.

           Setiap tahun, lahan lebak umumnya mendapat endapan lumpur dari daerah di
    atasnya, sehingga walaupun kesuburan tanahnya umumnya tergolong sedang, tetapi
    keragamannya sangat tinggi antar wilayah atau antar lokasi. Pada umumnya nilai N
    total sedang-tinggi, Ptersedia rendah-sedang, K-tersedia 10-20 ppm sedang, dan KTK
    sedang-tinggi. Lahan lebak dengan tanah mineral yang berasal dari endapan sungai
    cukup baik untuk usaha pertanian. Sedangkan lahan lebak dengan tanah mineral
    yang berasal dari endapan marin biasanya memiliki lapisan pirit (FeS2) yang
    berbahaya bagi tanaman karena bisa meracuni tanaman terutama bila letaknya dekat
    dengan permukaan tanah. Oleh karena itu, reklamasi dan pengelolaan lahan ini harus
    dilakukan secara cermat dan hati-hati agar tanaman bisa tumbuh dan memberikan
    hasil yang baik (Alkasuma et al, 2003, Alihamsyah, 2005).
Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah gambut, yaitu tanah
yang terbentuk dari bahan organik atau sisa-sisa pepohonan, yang dapat berupa bahan
jenuh air dengan kandungan karbon organik sebanyak 12-18% atau bahan tidak jenuh
air dengan kandungan karbon organik sebanyak 20%. Berdasarkan ketebalannya,
lahan gambut yang dijumpai di lahan lebak bisa berupa lahan bergambut, gambut
dangkal, gambut sedang, dan gambut dalam. Lahan bergambut adalah lahan yang
ketebalan lapisan gambutnya 20-50 cm. Lahan gambut dangkal adalah lahan yang
ketebalan lapisan gambutnya 50-100 cm. 23Lahan gambut sedang adalah lahan yang
ketebalan lapisan gambutnya 100-200 cm. Lahan gambut dalam adalah lahan yang
ketebalan lapisan gambutnya 200-300 cm. Tingkat kematangan tanah gambut juga
beragam, yaitu bisa matang (hemis), setengah matang (sapris) dan mentah (fibris).

          Tanah gambut biasanya memiliki tingkat kemasaman yang tinggi karena
adanya asam-asam organik, mengandung zat beracun H2S, ketersediaan unsur hara
makro dan mikro terutama P, K, Zn, Cu dan Bo yang rendah, serta daya sangga tanah
yang rendah. Lahan gambut dengan karakteristik tanah yang demikian memerlukan
teknologi pengelolaan dan pemilihan jenis tanaman atau varietas tertentu agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang memadai.




2.1.3 Masalah dan Kendala Pengembangan
          Masalah utama pengembangan lahan lebak untuk usaha pertanian adalah
kondisi
rejim airnya fluktuatif dan seringkali sulit diduga, hidrotopografi lahannya beragam
dan umumnya belum ditata baik, kebanjiran pada musim hujan dan kekeringan pada
musim kemarau terutama di lahan lebak dangkal, dan sebagian lahannya bertanah
gambut. Dengan kondisi demikian, maka pengembangan lahan lebak untuk usaha
pertanian khususnya tanaman pangan dalam skala luas memerlukan penataan lahan
dan jaringan tata air serta penerapan teknologi yang sesuai dengan kondisi wilayahnya
agar diperoleh hasil yang optimal. Selain masalah lahan, pengembangan lahan lebak
untuk pertanian juga menghadapi berbagai kendala, diantaranya : kondisi sosial
ekonomi masyarakat serta kelembagaan dan prasarana pendukung yang umumnya
belum memadai atau bahkan belum ada. Hal ini terutama menyangkut kepemilikan
lahan, keterbatasan tenaga dan modal kerja serta kemampuan petani dalam memahami
karakteristik dan teknologi pengelolaan lahan lebak, penyediaan sarana produksi,
prasarana tata air dan perhubungan serta jalan usahatani, pasca panen dan pemasaran
hasil pertanian.
2.2 Karakterisasi Wilayah dan Perancangan Model Usaha Pertanian
2.2.1 Karakterisasi Wilayah

       Sebagai langkah awal yang merupakan tahapan penting dalam pengembangan
lahan lebak, kegiatan identifikasi dan karakterisasi wilayah perlu dilakukan secara
rinci terhadap kondisi biofisik lahan, sistem usahatani, komoditas potensial,
kelembagaan serta sarana dan prasarana penunjang yang ada, sosial ekonomi petani
termasuk persepsi petani dan prospek pemasaran komoditas pertanian.            Hasil
identifikasi dan karakterisasi wilayah ini digunakan sebagai bahan perancangan
model pengembangan lahan lebak, yang mencakup : arahan pemanfaatan lahan dan
sistem usahatani serta pengembangan infrastruktur dan kelembagaan pendukungnya.

       Karakterisasi lahan yang kegiatannya mencakup : pemetaan tanah dan pola
(lama dan kedalaman) genangan air atau hidro-topografi ditujukan untuk menyusun
kembali model penataan lahan dan jaringan tata air maupun pola tanam dan
pemilihan komoditas serta teknologi budidayanya.      Karakterisasi sosial ekonomi
petani serta kelembagaan dan prasarana penunjang digunakan untuk pemilihan model
usahatani dan    komoditas      serta   menyempurnakan prasarana     pertanian dan
kelembagaan yang lebih sesuai termasuk pola peningkatan kapasitas petani.
Karakterisasi wilayah dilakukan oleh Tim multi disiplin terutama aparat dari BPTP
dan Dinas Pertanian serta Kimpraswil.         Data atau informasi yang diperoleh
selanjutnya ditabulasi dan dianalisis dengan metode yang sesuai dengan jenis data
dan informasi, antara lain : dengan analisis deskriptif dan kelayakan pengembangan.

       Secara ringkas kegiatan karakterisasi wilayah untuk pengembangan lahan
lebak disajikan pada Tabel 2.
2.2.2 Prinsip Dasar Perancangan Model Usaha Pertanian
        Secara ringkas, pola pikir atau pendekatan dalam perancangan model
pengembangan lahan lebak spesifik lokasi melalui karakterisasi wilayah disajikan
pada Gambar 1 dan 2. Dari hasil karakterisasi biofisik lahan yang berupa peta jenis
tanah dan genangan air atau hidro-topografi lahan serta karakteristik tanah dapat
ditentukan calon lokasi serta perancangan model pengembangan dan area percontohan.
Dari informasi karakteristik tanah dan tipe lahan lebak serta persepsi petaninya
ditentukan pula model usaha pertanian yang sesuai, meliputi : pola penataan lahan,
pola tanam dan alternatif komoditas potensial yang bisa dikembangkan serta teknologi
budidayanya.
2.3    Karakterisasi Lahan serta Penataan Lahan dan Tata Air
2.3.1 Karakterisasi Lahan

       Karakterisasi lahan dilakukan melalui pemetaan dan pengamatan tanah
dengan jalan membuat minipit dan mengebor tanah pada jarak 50-500 m, disesuaikan
dengan keadaan fisiografi dan penggunaan lahannya. Pengamatan tanah meliputi
jenis dan karakteristik tanah, terutama untuk mendelineasi tanah mineral dan tanah
gambut. Di samping itu, dilakukan penelusuran lapang untuk mengamati faktor fisik
lingkungan, antara lain : fisiografi dan penggunaan lahan yang ada serta tinggi dan
periode genangan air. Klasifikasi tanah ditetapkan menurut Soil Taxonomy yang
dikonversi menjadi jenis tanah dan tipe lebak, yaitu lebak dangkal, tengahan dan
dalam. Hasil pengamatan pemboran diplot pada peta dasar untuk menyusun peta
jenis tanah dan tipe genangan air atau tipe lebak. Skala peta adalah 1:2.500 untuk
lokasi areal percontohan dan 1:50.000 untuk areal pengembangan.




2.3.2 Penataan Lahan dan Jaringan Tata Air

       Guna mengoptimalkan pengembangan lahan lebak untuk usaha pertanian
yang sekaligus meningkatkan diversifikasi hasil pertanian dan pendapatan, maka
dalam jangka panjang perlu dilakukan penataan lahan dan jaringan tata air. Alternatif
pola penataan lahan menurut tipe lahan lebak dan jenis tanahnya disajikan pada Tabel
3. Karena genangan airnya kurang dari 50 cm, lahan lebak dangkal dapat ditata
sebagai sawah tadah hujan atau kombinasi sawah dan tukungan maupun sistem
surjan, sedangkan lahan lebak tengahan karena genangan airnya lebih dari 50 cm
hendaknya ditata sebagai sawah tadah hujan atau kombinasi sawah dan tukungan.
Sedangkan lahan lebak dalam yang karena genangan airnya cukup dalam untuk waktu
yang lama, hendaknya dibiarkan alami dan digunakan untuk usaha perikanan, tetapi
pada musim kemaraunya digunakan untuk usaha tanaman pangan atau hortikultura.
Apabila tanahnya berupa gambut, jangan ditata sebagai surjan walaupun tergolong
lahan lebak dangkal.
Tinggi guludan pada sistem surjan adalah 50-75 cm, sedangkan lebarnya 2-3
m. Ukuran dukungan adalah tinggi 60-75 cm dan diameter atau sisinya sekitar 2-3 m.
Pada petakan lahan yang ditata sistem surjan, pada salah satu sisinya digali saluran
berukuran dalam 0,6 m dan lebar 1 m, fungsinya adalah sebagai pengatur kelengasan
tanah pada petak sawah dan tempat hidup atau perangkap ikan alam.             Guna
menyeragamkan tinggi genangan air dan kesuburan tanah di petakan lahan, perlu
dilakukan perataan lahan bersamaan dengan kegiatan pengolahan tanah. Pada lokasi
lahan lebak tengahan dan lebak dalam perlu dibuat jaringan tata air berupa saluran
besar yang menghubungkan petakan lahan ke sungai guna mengalirkan air dari
kawasan lahan ke sungai sehingga air genangan cepat surut dan sekaligus sebagai
prasarana transpotasi.

        Sedangkan pada petakan lahan perlu dibuat parit berukuran lebar 1 m dan
dalam 0,6 m yang dilengkapi dengan pintu air sistem tabat guna mengalirkan air dari
petakan lahan ke saluran besar dan menampung air pada musim kemarau untuk
mengairi tanaman serta sekaligus sebagai tempat hidup atau perangkap ikan alam.
Sistem jaringan tata air ini akan lebih baik jika dikombinasikan dengan penggunaan
pompa air untuk memanfaatkan sungai yang posisinya tidak terlalu jauh dari kawasan
lahan lebak. Penataan lahan sistem surjan atau tukungan dapat dilakukan oleh petani
tetapi perlu percontohan dan penyuluhan.     Sedangkan pembuatan jaringan tata air
dan pompa hendaknya dilakukan atau dibantu oleh pemerintah.
2.4    Penyusunan Model Usahatani
2.4.1 Sistem Usahatani Terpadu

       Adanya keragaman karakteristik biofisik lahan dan sosial ekonomi, maka
sistem usahatani yang dapat dikembangkan di lahan lebak adalah sistem usahatani
terpadu yang berbasis sumberdaya lokal (kondisi lahan dan komoditas yang sesuai)
dengan fokus optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertaniannya serta hubungan
sinergistik antar subsistemnya. Dengan demikian, pengembangannya dapat tetap
menjamin kelestarian sumberdaya alamnya.      Pemilihan sistem usahatani terpadu
bersifat spesifik dan dinamis yang disesuaikan dengan karakteristik biofisik lahan
dan kondisi sosial ekonomi setempat serta kemampuan dan preferensi masyarakatnya
termasuk   prospek    pemasarannya.    Usahataninya   harus   diarahkan    kepada
pengembangan aneka komoditas dalam suatu sistem usaha terpadu sesuai dengan
kondisi lahan dan prospek pemasaran hasil pertaniannya.

        Penganekaragaman komoditas ini perlu dilakukan untuk meningkatkan
pendapatan dan mengurangi resiko kegagalan usahatani.           Sistem usahataninya
mencakup : aspek penataan lahan dan jaringan pengairan, pola tanam, pemilihan
komoditas dan teknologi budidayanya disesuaikan dengan karakteristik lahannya.

        Dilihat dari pelaku dan tujuan pengembangannya, secara garis besar ada dua
model usahatani yang cocok dikembangkan di lahan lebak, yaitu : model usahatani
berbasis tanaman pangan dan model usaha tani berbasis komoditas unggulan.
Usahatani berbasis tanaman pangan ditujukan untuk menjamin keamanan pangan bagi
petaninya, sedangkan usahatani berbasis komoditas unggulan dikembangkan pada
skala luas dalam perspektif agribisnis oleh pengusaha.        Komoditas yang bisa
dikembangkan di lahan lebak meliputi : tanaman pangan, tanaman sayuran, tanaman
buah-buahan, tanaman perkebunan, ternak, dan ikan. Pemilihan komoditas untuk
suatu wilayah pengembangan perlu disesuaikan dengan kondisi dan penataan lahan
serta prospek pemasaran hasilnya.       Sedangkan pemilihan varietas tanamannya
didasarkan kepada daya adaptabilitasnya terhadap kondisi lahan lebak yang beragam,
termasuk preferensi petani dan konsumen.


2.4.2 Model Usahatani Berbasis Padi
        Kondisi lahan lebak pada musim hujan selalu tergenang air dan pada musim
kemarau air tanahnya dangkal (kecuali lebak sangat dalam) akan menjadi media
tumbuh yang baik bagi tanaman padi. Oleh karena itu, model usahatani berbasis padi
dapat menjadi pilihan utama pemanfaatan lahan lebak untuk usaha pertanian. Dengan
kondisi air yang demikian, padi dapat ditanam di lahan lebak sebagai padi sawah
maupun padi gogo rancah (surung) dan rancah gogo (rintak) tergantung kepada
penataan lahan dan kondisi airnya. Melalui penataan lahan sesuai dengan karakteristik
lahan (tipe lebak dan jenis tanahnya) serta pengaturan pola tanam sesuai dengan rejim
airnya, berbagai komoditas pertanian bukan padi dapat diusahakan terutama untuk
diversifikasi produksi dan peningkatan pendapatan. Model usahatani berbasis padi
bisa berupa : padi, palawija, hortikultura, ternak dan ikan; padi, palawija, ternak dan
ikan; padi, hortikultura, ternak dan ikan; padi, ternak dan ikan; padi dan ternak.


2.4.3 Penyusunan Pola Tanam

        Pemilihan pola tanam di lahan lebak harus didasarkan kepada penataan lahan
serta periode kering lahan dan pola hujannya. Faktor utama yang paling menentukan
penyusunan pola tanam adalah rejim air khususnya tinggi dan periode genangan atau
kedalaman air tanah dan curah hujan. Waktu penanaman padi rintak bisanya bila
genangan air setinggi 10-15 cm, sedangkan untuk padi surung adalah awal musim
hujan (3-4 kali hujan) tapi lahan belum tergenang air. Alternatif pola tanam menurut
tipe lahan lebak dan penataan lahan disajikan pada Tabel 4.

        Alternatif pola tanam untuk sawah dan bagian tabukan pada sistem surjan di
lahan lebak dangkal adalah padi gogo rancah - padi rancah gogo, padi gogo rancah -
padi rancah gogo - palawija/hortikultura dan padi - palawija/ hortikultura. Pola
tanam pada bagian guludan surjan di lahan lebak dangkal adalah palawija/hortikultura
- palawija/hortikultura atau ditumpangsarikan dengan buah-buahan tahunan
sedangkan pada tukungan ditanami tanaman buah-buahan tahunan. Pola tanam untuk
sawah di lahan lebak tengahan adalah padi gogo rancah - bera - padi rancah gogo,
padi rancah gogo - palawija dan padi rancah gogo - hortikultura, sedangkan pola
tanam di 33 lahan lebak dalam yang dilengkapi dengan jaringan tata air dan periode
tergenangnya air kurang dari 9 bulan adalah padi - bera, palawija/hortikultura - bera,
tumpang sisip jagung + kacang hijau, jagung + sayuran berumur pendek, hortikultura
berjarak tanam lebar + sayuran berumur pendek.
DAFTAR PUSTAKA


Achmadi, Las,Irsal. Inovasi Teknologi Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Lebak.
       Diakses dari :     http://balittra.litbang.deptan.go.id/prosiding06/Utama-3.pdf
       tanggal 15 September 2011
Alihamsyah, T, 2004. Potensi dan pendayagunaan lahan rawa dalam rangka
       peningkatan produksi padi. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Alihamsyah, T, 2005. Pengembangan Lahan Rawa Lebak untuk Usaha Pertanian.
       Balittra. Banjarbaru. 53 halaman.
Alihamsyah, T. M. Sarwani, A.Jumberi, I. Ar-Riza, I. Noor, dan H. Sutikno 2003.
       Lahan Rawa Pasang Surut : Pendukung Ketahanan Pangan dan Sumber
       Pertumbuhan Agribisnis. Balittra. Banjarbaru. 53 halaman.
Alkasuma, Suparto, dan G. Irianto. 2003. Idenetifikasi dan karakterisasi lahan rawa
       lebak untuk pengenbangan padi sawah dalam rangka antisipasi dampak El-
       Nino
Balittra, 2004. Laporan Tahunan Penelitian Pertanian Lahan Rawa Tahun 2003.
       Penyunting Trip Alihamsyah dan Izzuddin Noor. Banjarbaru.
Norginayuwati, Rafieq,Achmad. Kearifan Budaya Lokal dalam Pemanfaatan Lahan
       Lebak    Untuk    Pertanian   di    Kalimantan   Selatan.    Diakses     dari    :
       http://balittra.litbang.deptan.go.id/lokal/Kearipan-3%20Rafieq.pdf tanggal 15
       September 2011
Waluyu, dkk. Teknologi Usahatani Padi           Di Lahan Lebak. Diakses dari :
       http://balittra.litbang.deptan.go.id/abstrak/Document9.pdf     tanggal          15
       September 2011
Widjaja Adhi, D.A. Suriadikarta, M.T. Sutriadi, IGM. Subiksa, dan I.W. Suastika.
       2000. Pengelolaan, pemanfaatan, dan pengembangan lahan rawa. Dalam A.
       Adimihardjo et al (eds.). Sumber Daya Lahan Indoensia dan Pengelolaannya.
       Puslittanak. Bogor. Hlm. 127-164
SISTEM PERTANIAN TERPADU PADA LAHAN RAWA LEBAK

          Mata Kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan II




                         Disusun oleh :




        NADYA AVISHINA HADI                150110080213

        IMAN MUHARDIONO                    150110080222

        BILQIS RAZNASTI QULSUM             150110080227

        GILANG FAUZI                       150110080230

                    AGROTEKNOLOGI F




                  FAKULTAS PERTANIAN

                UNIVERSITAS PADJAJARAN

                              2011
KATA PENGANTAR




       Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat dan karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas Mata

Kuliah Sitem Pertanian Berkelanjutan II yang berjudul “Sistem Pertanian Terpadu di

Lahan Rawa Lebak” dengan baik.


       Karena keterbatasan waktu, pengetahuan, pengalaman serta kesempatan yang

ada, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari materi,

analisis, maupun sistematika pembahasannya. Oleh karenanya, segala kritik dan saran

yang membangun guna perbaikan makalah ini lebih lanjut, akan kami terima dengan

senang hati.




                                                         Bandung, September 2011




                                                         Penyusun

Contenu connexe

Tendances

Manajemen rawa-terpadu
Manajemen rawa-terpaduManajemen rawa-terpadu
Manajemen rawa-terpadupdatarawa
 
Karakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaKarakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaBoaz Salosa
 
FLORA DAN FAUNA
FLORA DAN FAUNAFLORA DAN FAUNA
FLORA DAN FAUNARfr Egha
 
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Nurul Afdal Haris
 
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungaiLaporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungaiPT. SASA
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Nurul Afdal Haris
 
Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Penyuluhan Pertanian BerkelanjutanPenyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Penyuluhan Pertanian Berkelanjutantani57
 
HYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptxHYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptxDestiaSuci2
 
EVALUASI DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PARIWISATA PADA TEBING BREKSI DI DESA SAMBIR...
EVALUASI DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PARIWISATA PADA TEBING BREKSI DI DESA SAMBIR...EVALUASI DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PARIWISATA PADA TEBING BREKSI DI DESA SAMBIR...
EVALUASI DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PARIWISATA PADA TEBING BREKSI DI DESA SAMBIR...amienmahardhika
 
Makalah cl 2 tanggung jawab kita sebagai manajer alam dari hg 5
Makalah cl 2 tanggung jawab kita sebagai manajer alam dari hg 5Makalah cl 2 tanggung jawab kita sebagai manajer alam dari hg 5
Makalah cl 2 tanggung jawab kita sebagai manajer alam dari hg 5Syamsu Rijal Efendi
 
Pembentukan tanah
Pembentukan tanahPembentukan tanah
Pembentukan tanahHusna Kadir
 
Materi Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiMateri Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Materi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiMateri Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)Ellyvia Trisnawati
 

Tendances (20)

Manajemen rawa-terpadu
Manajemen rawa-terpaduManajemen rawa-terpadu
Manajemen rawa-terpadu
 
Karakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaKarakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawa
 
FLORA DAN FAUNA
FLORA DAN FAUNAFLORA DAN FAUNA
FLORA DAN FAUNA
 
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
Materi Mata Kuliah Gemorfologi Indonesia (Geomorfologi Maluku)
 
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungaiLaporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Konsep Dasar "Remote Sensing")
 
Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Penyuluhan Pertanian BerkelanjutanPenyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
 
Model AGNPS
Model AGNPSModel AGNPS
Model AGNPS
 
HYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptxHYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptx
 
EVALUASI DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PARIWISATA PADA TEBING BREKSI DI DESA SAMBIR...
EVALUASI DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PARIWISATA PADA TEBING BREKSI DI DESA SAMBIR...EVALUASI DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PARIWISATA PADA TEBING BREKSI DI DESA SAMBIR...
EVALUASI DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PARIWISATA PADA TEBING BREKSI DI DESA SAMBIR...
 
Makalah cl 2 tanggung jawab kita sebagai manajer alam dari hg 5
Makalah cl 2 tanggung jawab kita sebagai manajer alam dari hg 5Makalah cl 2 tanggung jawab kita sebagai manajer alam dari hg 5
Makalah cl 2 tanggung jawab kita sebagai manajer alam dari hg 5
 
Laporan Mitigasi bancana
 Laporan Mitigasi bancana Laporan Mitigasi bancana
Laporan Mitigasi bancana
 
Geomorfologi indonesia
Geomorfologi indonesiaGeomorfologi indonesia
Geomorfologi indonesia
 
Tugas Makalah SDA (Air)
Tugas Makalah SDA (Air)Tugas Makalah SDA (Air)
Tugas Makalah SDA (Air)
 
Rekayasa rawa
Rekayasa rawa Rekayasa rawa
Rekayasa rawa
 
Pembentukan tanah
Pembentukan tanahPembentukan tanah
Pembentukan tanah
 
Materi Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiMateri Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Infiltrasi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
 
Pengelolaan das
Pengelolaan dasPengelolaan das
Pengelolaan das
 
Materi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiMateri Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
 
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)
 

Similaire à Pertanian pd lahan lebak (3)

Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surutsobarputra
 
Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009
Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009
Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009walhiaceh
 
Penataan lahan
Penataan lahan Penataan lahan
Penataan lahan Noveriady
 
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011NurdinUng
 
TANAH GAMBUT
TANAH GAMBUT TANAH GAMBUT
TANAH GAMBUT RiaAnggun
 
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surutTeknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surutdianaeureka1
 
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivation
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivationManagement of coastal marginal areas into agricultural cultivation
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivationyudha Adipratama
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutPosma Andri Octavia Siagian
 
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Purwandaru Widyasunu
 
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptxMODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptxRiadhatulUlum1
 
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptxResume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptxMqwinMks
 
Teknologi produksi padi pada lahan rawa lebak
Teknologi produksi padi pada lahan rawa lebakTeknologi produksi padi pada lahan rawa lebak
Teknologi produksi padi pada lahan rawa lebakdianaeureka1
 
Diskusi publik karst [read-only]
Diskusi publik karst [read-only]Diskusi publik karst [read-only]
Diskusi publik karst [read-only]sibaroar
 
Acara i pengolahan tanah
Acara i pengolahan tanahAcara i pengolahan tanah
Acara i pengolahan tanahperdos5 cuy
 

Similaire à Pertanian pd lahan lebak (3) (20)

Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009
Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009
Bn38 2009lmp lampiran permentan no 14 tahun 2009
 
Penataan lahan
Penataan lahan Penataan lahan
Penataan lahan
 
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011
 
TANAH GAMBUT
TANAH GAMBUT TANAH GAMBUT
TANAH GAMBUT
 
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surutTeknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
 
Brosur
BrosurBrosur
Brosur
 
Tanah gambut
Tanah gambut Tanah gambut
Tanah gambut
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivation
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivationManagement of coastal marginal areas into agricultural cultivation
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivation
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
 
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
 
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptxMODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
MODUL 7 LINGKUNGAN HIDUP.pptx
 
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptxResume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
Resume PLK_Wilda Srianti_20011014036 fixx.pptx
 
Teknologi produksi padi pada lahan rawa lebak
Teknologi produksi padi pada lahan rawa lebakTeknologi produksi padi pada lahan rawa lebak
Teknologi produksi padi pada lahan rawa lebak
 
Diskusi publik karst [read-only]
Diskusi publik karst [read-only]Diskusi publik karst [read-only]
Diskusi publik karst [read-only]
 
Acara i pengolahan tanah
Acara i pengolahan tanahAcara i pengolahan tanah
Acara i pengolahan tanah
 

Plus de rizky hadi

Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisrizky hadi
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...rizky hadi
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikumrizky hadi
 
Profil desa.cileles
Profil desa.cilelesProfil desa.cileles
Profil desa.cilelesrizky hadi
 
Rizky hadi rahmannia
Rizky hadi rahmanniaRizky hadi rahmannia
Rizky hadi rahmanniarizky hadi
 
Rizky hadi rahmannia perwil
Rizky hadi rahmannia perwilRizky hadi rahmannia perwil
Rizky hadi rahmannia perwilrizky hadi
 
Tugas individu perwil
Tugas individu perwilTugas individu perwil
Tugas individu perwilrizky hadi
 
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasPeran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasrizky hadi
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisrizky hadi
 
Pengamatan kualitas dengan standar bulog
Pengamatan kualitas dengan standar bulogPengamatan kualitas dengan standar bulog
Pengamatan kualitas dengan standar bulogrizky hadi
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...rizky hadi
 
Bahan poster jagung(2)
Bahan poster jagung(2)Bahan poster jagung(2)
Bahan poster jagung(2)rizky hadi
 
Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...
Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...
Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...rizky hadi
 
Praktikum paspan mentimun
Praktikum paspan mentimunPraktikum paspan mentimun
Praktikum paspan mentimunrizky hadi
 
Tgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidaTgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidarizky hadi
 
Pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskular
Pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskularPengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskular
Pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskularrizky hadi
 

Plus de rizky hadi (20)

Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
Profil desa.cileles
Profil desa.cilelesProfil desa.cileles
Profil desa.cileles
 
Rizky hadi rahmannia
Rizky hadi rahmanniaRizky hadi rahmannia
Rizky hadi rahmannia
 
Rizky hadi rahmannia perwil
Rizky hadi rahmannia perwilRizky hadi rahmannia perwil
Rizky hadi rahmannia perwil
 
Pisaaang
PisaaangPisaaang
Pisaaang
 
Agroforestri
AgroforestriAgroforestri
Agroforestri
 
Tugas individu perwil
Tugas individu perwilTugas individu perwil
Tugas individu perwil
 
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasPeran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
 
Pengamatan kualitas dengan standar bulog
Pengamatan kualitas dengan standar bulogPengamatan kualitas dengan standar bulog
Pengamatan kualitas dengan standar bulog
 
Pasca
PascaPasca
Pasca
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
 
Benih tugas
Benih tugasBenih tugas
Benih tugas
 
Bahan poster jagung(2)
Bahan poster jagung(2)Bahan poster jagung(2)
Bahan poster jagung(2)
 
Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...
Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...
Dalam pembangunan tempat penyimpanan hasil panen terdapat beberapa syarat ata...
 
Praktikum paspan mentimun
Praktikum paspan mentimunPraktikum paspan mentimun
Praktikum paspan mentimun
 
Tgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisidaTgs mklh pbl residu pestisida
Tgs mklh pbl residu pestisida
 
Pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskular
Pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskularPengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskular
Pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskular
 

Pertanian pd lahan lebak (3)

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan lebak merupakan salah satu sumberdaya lahan yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian di Indonesia pada tanaman pangan khusunya padi. Potensi lahan lebak yang berada di Indonesia anatara lain di Sumatra Selatan dan Kalimantan Selatan. Potensi lahan rawa lebak di seluruh Indonesia mencapai 14 juta hektar, terdiri dari rawa lebak dangkal seluas 4.166.000 ha, lebak tengahan seluas 6.076.000 ha dan lebak dalam seluas 3.039.000 ha (Widjaja Adhi, et al., 1998). Namun demikian pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal. Aral yang dimanfaatkan untuk pertanian (padi) diperkirakan mencapai 6,5 % atau 300.000 hektar. Kendala utama pengembangan rawa lebak meliputi faktor biofisik terutama fluktuasi genangan air, sosial ekonomi dan kelembagaan serta dukungan sarana infrastuktur. Introduksi teknologi usahatani padi lahan lebak adalah salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas lahan. Produktivitas tanaman pangan di daerah rawa yang sudah dibuka tersebut pada saat ini relatif masih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas di lahan beririgasi (Sabran et al, 1999). Menurut Adimihardja et al, (1998) pemanfaatan lahan rawa untuk usaha pertanian hendaknya memperhatikan faktor-faktor fisik dan lingkungan yang dapat menjadi kendala dalam pengembangan usaha pertanian (Faktorfaktor tersebut meliputi: a) lama dan kedalaman genangan air banjir serta kualitas air, b) ketebalan gambut, kandungan hara dan tingkat kematangan gambut, c) kedalaman lapisan pirit serta kemasaman setiap lapisan tanahnya.
  • 2. 1.2 Tujuan Dengan menerapkan teknologi penataan lahan serta pengelolaan lahan dan komoditas pertanian secara terpadu, lahan lebak dapat dijadikan sebagai salah satu andalan sumber pertumbuhan agribisnis dan pendukung ketahanan pangan nasional. Hal ini ditunjukkan oleh petani lokal yang telah mengembangkan berbagai model usaha pertanian di beberapa lokasi lahan lebak dengan menerapkan teknologi kearifan lokal maupun hasil penelitian.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengelompokan dan Karakteristik Lahan 2.1.1 Tipologi Lahan Lebak Lahan rawa lebak adalah lahan yang pada periode tertentu (minimal satu bulan) tergenang air dan rejim airnya dipengaruhi oleh hujan, baik yang turun setempat maupun di daerah sekitarnya. Berdasarkan tinggi dan lama genangan airnya, lahan rawa lebak dikelompokkan menjadi lebak dangkal, lebak tengahan dan lebak dalam. Lahan lebak dangkal adalah lahan lebak yang tinggi genangan airnya kurang dari 50 cm selama kurang dari 3 bulan. Lahan lebak tengahan adalah lahan lebak yang tinggi genangan airnya 50-100 cm selama 3-6 bulan. Lahan lebak dalam adalah lahan lebak yang tinggi genangan airnya lebih dari 100 cm selama lebih dari 6 bulan (Widyaya Adhi, et al., 2000). Lahan lebak dangkal umumnya mempunyai kesuburan tanah yang lebih baik, karena adanya pengkayaan dari endapan lumpur yang terbawa luapan air sungai. Lahan lebak tengahan mempunyai genangan air yang lebih dalam dan lebih lama daripada lebak dangkal, sehingga waktu surutnya air juga lebih belakangan. Oleh karena itu, masa pertanaman padi pada wilayah ini lebih belakang daripada lebak dangkal. Lahan lebak dalam letaknya lebih dalam yang pada musim kemarau dengan iklim normal umumnya masih tergenang air dan ditumbuhi oleh beragam gulma terutama jenis Paspalidium, sehingga wilayah ini merupakan reservoir air dan sumber bibit ikan perairan bebas. Lahan ini umumnya jarang digunakan untuk usaha tanaman, kecuali pada areal yang periode tidak tergenang airnya lebih dari 2 bulan atau bila
  • 4. terjadi kemarau panjang. Ilustrasi jenis lahan lebak disajikan pada Gambar berikut ini : 2.1.2 Jenis Tanah dan Karakteristiknya Jenis tanah yang umum dijumpai di lahan lebak adalah tanah mineral dan gambut. Tanah mineral bisa berasal dari endapan sungai atau bisa berasal dari endapan marin, sedangkan tanah gambut di lapangan bisa berupa lapisan gambut utuh atau lapisan gambut berselang seling dengan lapisan tanah mineral. Tanah mineral memiliki tekstur liat dengan tingkat kesuburan alami sedang - tinggi dan pH 4 - 5 serta drainase terhambat - sedang. Setiap tahun, lahan lebak umumnya mendapat endapan lumpur dari daerah di atasnya, sehingga walaupun kesuburan tanahnya umumnya tergolong sedang, tetapi keragamannya sangat tinggi antar wilayah atau antar lokasi. Pada umumnya nilai N total sedang-tinggi, Ptersedia rendah-sedang, K-tersedia 10-20 ppm sedang, dan KTK sedang-tinggi. Lahan lebak dengan tanah mineral yang berasal dari endapan sungai cukup baik untuk usaha pertanian. Sedangkan lahan lebak dengan tanah mineral yang berasal dari endapan marin biasanya memiliki lapisan pirit (FeS2) yang berbahaya bagi tanaman karena bisa meracuni tanaman terutama bila letaknya dekat dengan permukaan tanah. Oleh karena itu, reklamasi dan pengelolaan lahan ini harus dilakukan secara cermat dan hati-hati agar tanaman bisa tumbuh dan memberikan hasil yang baik (Alkasuma et al, 2003, Alihamsyah, 2005).
  • 5. Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah gambut, yaitu tanah yang terbentuk dari bahan organik atau sisa-sisa pepohonan, yang dapat berupa bahan jenuh air dengan kandungan karbon organik sebanyak 12-18% atau bahan tidak jenuh air dengan kandungan karbon organik sebanyak 20%. Berdasarkan ketebalannya, lahan gambut yang dijumpai di lahan lebak bisa berupa lahan bergambut, gambut dangkal, gambut sedang, dan gambut dalam. Lahan bergambut adalah lahan yang ketebalan lapisan gambutnya 20-50 cm. Lahan gambut dangkal adalah lahan yang ketebalan lapisan gambutnya 50-100 cm. 23Lahan gambut sedang adalah lahan yang ketebalan lapisan gambutnya 100-200 cm. Lahan gambut dalam adalah lahan yang ketebalan lapisan gambutnya 200-300 cm. Tingkat kematangan tanah gambut juga beragam, yaitu bisa matang (hemis), setengah matang (sapris) dan mentah (fibris). Tanah gambut biasanya memiliki tingkat kemasaman yang tinggi karena adanya asam-asam organik, mengandung zat beracun H2S, ketersediaan unsur hara makro dan mikro terutama P, K, Zn, Cu dan Bo yang rendah, serta daya sangga tanah yang rendah. Lahan gambut dengan karakteristik tanah yang demikian memerlukan teknologi pengelolaan dan pemilihan jenis tanaman atau varietas tertentu agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang memadai. 2.1.3 Masalah dan Kendala Pengembangan Masalah utama pengembangan lahan lebak untuk usaha pertanian adalah kondisi rejim airnya fluktuatif dan seringkali sulit diduga, hidrotopografi lahannya beragam dan umumnya belum ditata baik, kebanjiran pada musim hujan dan kekeringan pada
  • 6. musim kemarau terutama di lahan lebak dangkal, dan sebagian lahannya bertanah gambut. Dengan kondisi demikian, maka pengembangan lahan lebak untuk usaha pertanian khususnya tanaman pangan dalam skala luas memerlukan penataan lahan dan jaringan tata air serta penerapan teknologi yang sesuai dengan kondisi wilayahnya agar diperoleh hasil yang optimal. Selain masalah lahan, pengembangan lahan lebak untuk pertanian juga menghadapi berbagai kendala, diantaranya : kondisi sosial ekonomi masyarakat serta kelembagaan dan prasarana pendukung yang umumnya belum memadai atau bahkan belum ada. Hal ini terutama menyangkut kepemilikan lahan, keterbatasan tenaga dan modal kerja serta kemampuan petani dalam memahami karakteristik dan teknologi pengelolaan lahan lebak, penyediaan sarana produksi, prasarana tata air dan perhubungan serta jalan usahatani, pasca panen dan pemasaran hasil pertanian.
  • 7. 2.2 Karakterisasi Wilayah dan Perancangan Model Usaha Pertanian 2.2.1 Karakterisasi Wilayah Sebagai langkah awal yang merupakan tahapan penting dalam pengembangan lahan lebak, kegiatan identifikasi dan karakterisasi wilayah perlu dilakukan secara rinci terhadap kondisi biofisik lahan, sistem usahatani, komoditas potensial, kelembagaan serta sarana dan prasarana penunjang yang ada, sosial ekonomi petani termasuk persepsi petani dan prospek pemasaran komoditas pertanian. Hasil identifikasi dan karakterisasi wilayah ini digunakan sebagai bahan perancangan model pengembangan lahan lebak, yang mencakup : arahan pemanfaatan lahan dan sistem usahatani serta pengembangan infrastruktur dan kelembagaan pendukungnya. Karakterisasi lahan yang kegiatannya mencakup : pemetaan tanah dan pola (lama dan kedalaman) genangan air atau hidro-topografi ditujukan untuk menyusun kembali model penataan lahan dan jaringan tata air maupun pola tanam dan pemilihan komoditas serta teknologi budidayanya. Karakterisasi sosial ekonomi petani serta kelembagaan dan prasarana penunjang digunakan untuk pemilihan model usahatani dan komoditas serta menyempurnakan prasarana pertanian dan kelembagaan yang lebih sesuai termasuk pola peningkatan kapasitas petani. Karakterisasi wilayah dilakukan oleh Tim multi disiplin terutama aparat dari BPTP dan Dinas Pertanian serta Kimpraswil. Data atau informasi yang diperoleh selanjutnya ditabulasi dan dianalisis dengan metode yang sesuai dengan jenis data dan informasi, antara lain : dengan analisis deskriptif dan kelayakan pengembangan. Secara ringkas kegiatan karakterisasi wilayah untuk pengembangan lahan lebak disajikan pada Tabel 2.
  • 8. 2.2.2 Prinsip Dasar Perancangan Model Usaha Pertanian Secara ringkas, pola pikir atau pendekatan dalam perancangan model pengembangan lahan lebak spesifik lokasi melalui karakterisasi wilayah disajikan pada Gambar 1 dan 2. Dari hasil karakterisasi biofisik lahan yang berupa peta jenis tanah dan genangan air atau hidro-topografi lahan serta karakteristik tanah dapat ditentukan calon lokasi serta perancangan model pengembangan dan area percontohan. Dari informasi karakteristik tanah dan tipe lahan lebak serta persepsi petaninya ditentukan pula model usaha pertanian yang sesuai, meliputi : pola penataan lahan, pola tanam dan alternatif komoditas potensial yang bisa dikembangkan serta teknologi budidayanya.
  • 9. 2.3 Karakterisasi Lahan serta Penataan Lahan dan Tata Air 2.3.1 Karakterisasi Lahan Karakterisasi lahan dilakukan melalui pemetaan dan pengamatan tanah dengan jalan membuat minipit dan mengebor tanah pada jarak 50-500 m, disesuaikan dengan keadaan fisiografi dan penggunaan lahannya. Pengamatan tanah meliputi jenis dan karakteristik tanah, terutama untuk mendelineasi tanah mineral dan tanah gambut. Di samping itu, dilakukan penelusuran lapang untuk mengamati faktor fisik lingkungan, antara lain : fisiografi dan penggunaan lahan yang ada serta tinggi dan
  • 10. periode genangan air. Klasifikasi tanah ditetapkan menurut Soil Taxonomy yang dikonversi menjadi jenis tanah dan tipe lebak, yaitu lebak dangkal, tengahan dan dalam. Hasil pengamatan pemboran diplot pada peta dasar untuk menyusun peta jenis tanah dan tipe genangan air atau tipe lebak. Skala peta adalah 1:2.500 untuk lokasi areal percontohan dan 1:50.000 untuk areal pengembangan. 2.3.2 Penataan Lahan dan Jaringan Tata Air Guna mengoptimalkan pengembangan lahan lebak untuk usaha pertanian yang sekaligus meningkatkan diversifikasi hasil pertanian dan pendapatan, maka dalam jangka panjang perlu dilakukan penataan lahan dan jaringan tata air. Alternatif pola penataan lahan menurut tipe lahan lebak dan jenis tanahnya disajikan pada Tabel 3. Karena genangan airnya kurang dari 50 cm, lahan lebak dangkal dapat ditata sebagai sawah tadah hujan atau kombinasi sawah dan tukungan maupun sistem surjan, sedangkan lahan lebak tengahan karena genangan airnya lebih dari 50 cm hendaknya ditata sebagai sawah tadah hujan atau kombinasi sawah dan tukungan. Sedangkan lahan lebak dalam yang karena genangan airnya cukup dalam untuk waktu yang lama, hendaknya dibiarkan alami dan digunakan untuk usaha perikanan, tetapi
  • 11. pada musim kemaraunya digunakan untuk usaha tanaman pangan atau hortikultura. Apabila tanahnya berupa gambut, jangan ditata sebagai surjan walaupun tergolong lahan lebak dangkal.
  • 12. Tinggi guludan pada sistem surjan adalah 50-75 cm, sedangkan lebarnya 2-3 m. Ukuran dukungan adalah tinggi 60-75 cm dan diameter atau sisinya sekitar 2-3 m. Pada petakan lahan yang ditata sistem surjan, pada salah satu sisinya digali saluran berukuran dalam 0,6 m dan lebar 1 m, fungsinya adalah sebagai pengatur kelengasan tanah pada petak sawah dan tempat hidup atau perangkap ikan alam. Guna menyeragamkan tinggi genangan air dan kesuburan tanah di petakan lahan, perlu dilakukan perataan lahan bersamaan dengan kegiatan pengolahan tanah. Pada lokasi lahan lebak tengahan dan lebak dalam perlu dibuat jaringan tata air berupa saluran besar yang menghubungkan petakan lahan ke sungai guna mengalirkan air dari kawasan lahan ke sungai sehingga air genangan cepat surut dan sekaligus sebagai prasarana transpotasi. Sedangkan pada petakan lahan perlu dibuat parit berukuran lebar 1 m dan dalam 0,6 m yang dilengkapi dengan pintu air sistem tabat guna mengalirkan air dari petakan lahan ke saluran besar dan menampung air pada musim kemarau untuk mengairi tanaman serta sekaligus sebagai tempat hidup atau perangkap ikan alam. Sistem jaringan tata air ini akan lebih baik jika dikombinasikan dengan penggunaan pompa air untuk memanfaatkan sungai yang posisinya tidak terlalu jauh dari kawasan lahan lebak. Penataan lahan sistem surjan atau tukungan dapat dilakukan oleh petani tetapi perlu percontohan dan penyuluhan. Sedangkan pembuatan jaringan tata air dan pompa hendaknya dilakukan atau dibantu oleh pemerintah.
  • 13. 2.4 Penyusunan Model Usahatani 2.4.1 Sistem Usahatani Terpadu Adanya keragaman karakteristik biofisik lahan dan sosial ekonomi, maka sistem usahatani yang dapat dikembangkan di lahan lebak adalah sistem usahatani terpadu yang berbasis sumberdaya lokal (kondisi lahan dan komoditas yang sesuai) dengan fokus optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertaniannya serta hubungan sinergistik antar subsistemnya. Dengan demikian, pengembangannya dapat tetap menjamin kelestarian sumberdaya alamnya. Pemilihan sistem usahatani terpadu bersifat spesifik dan dinamis yang disesuaikan dengan karakteristik biofisik lahan dan kondisi sosial ekonomi setempat serta kemampuan dan preferensi masyarakatnya termasuk prospek pemasarannya. Usahataninya harus diarahkan kepada
  • 14. pengembangan aneka komoditas dalam suatu sistem usaha terpadu sesuai dengan kondisi lahan dan prospek pemasaran hasil pertaniannya. Penganekaragaman komoditas ini perlu dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi resiko kegagalan usahatani. Sistem usahataninya mencakup : aspek penataan lahan dan jaringan pengairan, pola tanam, pemilihan komoditas dan teknologi budidayanya disesuaikan dengan karakteristik lahannya. Dilihat dari pelaku dan tujuan pengembangannya, secara garis besar ada dua model usahatani yang cocok dikembangkan di lahan lebak, yaitu : model usahatani berbasis tanaman pangan dan model usaha tani berbasis komoditas unggulan. Usahatani berbasis tanaman pangan ditujukan untuk menjamin keamanan pangan bagi petaninya, sedangkan usahatani berbasis komoditas unggulan dikembangkan pada skala luas dalam perspektif agribisnis oleh pengusaha. Komoditas yang bisa dikembangkan di lahan lebak meliputi : tanaman pangan, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman perkebunan, ternak, dan ikan. Pemilihan komoditas untuk suatu wilayah pengembangan perlu disesuaikan dengan kondisi dan penataan lahan serta prospek pemasaran hasilnya. Sedangkan pemilihan varietas tanamannya didasarkan kepada daya adaptabilitasnya terhadap kondisi lahan lebak yang beragam, termasuk preferensi petani dan konsumen. 2.4.2 Model Usahatani Berbasis Padi Kondisi lahan lebak pada musim hujan selalu tergenang air dan pada musim kemarau air tanahnya dangkal (kecuali lebak sangat dalam) akan menjadi media tumbuh yang baik bagi tanaman padi. Oleh karena itu, model usahatani berbasis padi dapat menjadi pilihan utama pemanfaatan lahan lebak untuk usaha pertanian. Dengan kondisi air yang demikian, padi dapat ditanam di lahan lebak sebagai padi sawah maupun padi gogo rancah (surung) dan rancah gogo (rintak) tergantung kepada penataan lahan dan kondisi airnya. Melalui penataan lahan sesuai dengan karakteristik lahan (tipe lebak dan jenis tanahnya) serta pengaturan pola tanam sesuai dengan rejim airnya, berbagai komoditas pertanian bukan padi dapat diusahakan terutama untuk
  • 15. diversifikasi produksi dan peningkatan pendapatan. Model usahatani berbasis padi bisa berupa : padi, palawija, hortikultura, ternak dan ikan; padi, palawija, ternak dan ikan; padi, hortikultura, ternak dan ikan; padi, ternak dan ikan; padi dan ternak. 2.4.3 Penyusunan Pola Tanam Pemilihan pola tanam di lahan lebak harus didasarkan kepada penataan lahan serta periode kering lahan dan pola hujannya. Faktor utama yang paling menentukan penyusunan pola tanam adalah rejim air khususnya tinggi dan periode genangan atau kedalaman air tanah dan curah hujan. Waktu penanaman padi rintak bisanya bila genangan air setinggi 10-15 cm, sedangkan untuk padi surung adalah awal musim hujan (3-4 kali hujan) tapi lahan belum tergenang air. Alternatif pola tanam menurut tipe lahan lebak dan penataan lahan disajikan pada Tabel 4. Alternatif pola tanam untuk sawah dan bagian tabukan pada sistem surjan di lahan lebak dangkal adalah padi gogo rancah - padi rancah gogo, padi gogo rancah - padi rancah gogo - palawija/hortikultura dan padi - palawija/ hortikultura. Pola tanam pada bagian guludan surjan di lahan lebak dangkal adalah palawija/hortikultura - palawija/hortikultura atau ditumpangsarikan dengan buah-buahan tahunan sedangkan pada tukungan ditanami tanaman buah-buahan tahunan. Pola tanam untuk sawah di lahan lebak tengahan adalah padi gogo rancah - bera - padi rancah gogo, padi rancah gogo - palawija dan padi rancah gogo - hortikultura, sedangkan pola tanam di 33 lahan lebak dalam yang dilengkapi dengan jaringan tata air dan periode tergenangnya air kurang dari 9 bulan adalah padi - bera, palawija/hortikultura - bera, tumpang sisip jagung + kacang hijau, jagung + sayuran berumur pendek, hortikultura berjarak tanam lebar + sayuran berumur pendek.
  • 16.
  • 17.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Las,Irsal. Inovasi Teknologi Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Lebak. Diakses dari : http://balittra.litbang.deptan.go.id/prosiding06/Utama-3.pdf tanggal 15 September 2011 Alihamsyah, T, 2004. Potensi dan pendayagunaan lahan rawa dalam rangka peningkatan produksi padi. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Alihamsyah, T, 2005. Pengembangan Lahan Rawa Lebak untuk Usaha Pertanian. Balittra. Banjarbaru. 53 halaman. Alihamsyah, T. M. Sarwani, A.Jumberi, I. Ar-Riza, I. Noor, dan H. Sutikno 2003. Lahan Rawa Pasang Surut : Pendukung Ketahanan Pangan dan Sumber Pertumbuhan Agribisnis. Balittra. Banjarbaru. 53 halaman. Alkasuma, Suparto, dan G. Irianto. 2003. Idenetifikasi dan karakterisasi lahan rawa lebak untuk pengenbangan padi sawah dalam rangka antisipasi dampak El- Nino Balittra, 2004. Laporan Tahunan Penelitian Pertanian Lahan Rawa Tahun 2003. Penyunting Trip Alihamsyah dan Izzuddin Noor. Banjarbaru. Norginayuwati, Rafieq,Achmad. Kearifan Budaya Lokal dalam Pemanfaatan Lahan Lebak Untuk Pertanian di Kalimantan Selatan. Diakses dari : http://balittra.litbang.deptan.go.id/lokal/Kearipan-3%20Rafieq.pdf tanggal 15 September 2011 Waluyu, dkk. Teknologi Usahatani Padi Di Lahan Lebak. Diakses dari : http://balittra.litbang.deptan.go.id/abstrak/Document9.pdf tanggal 15 September 2011 Widjaja Adhi, D.A. Suriadikarta, M.T. Sutriadi, IGM. Subiksa, dan I.W. Suastika. 2000. Pengelolaan, pemanfaatan, dan pengembangan lahan rawa. Dalam A. Adimihardjo et al (eds.). Sumber Daya Lahan Indoensia dan Pengelolaannya. Puslittanak. Bogor. Hlm. 127-164
  • 19. SISTEM PERTANIAN TERPADU PADA LAHAN RAWA LEBAK Mata Kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan II Disusun oleh : NADYA AVISHINA HADI 150110080213 IMAN MUHARDIONO 150110080222 BILQIS RAZNASTI QULSUM 150110080227 GILANG FAUZI 150110080230 AGROTEKNOLOGI F FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJAJARAN 2011
  • 20. KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas Mata Kuliah Sitem Pertanian Berkelanjutan II yang berjudul “Sistem Pertanian Terpadu di Lahan Rawa Lebak” dengan baik. Karena keterbatasan waktu, pengetahuan, pengalaman serta kesempatan yang ada, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari materi, analisis, maupun sistematika pembahasannya. Oleh karenanya, segala kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini lebih lanjut, akan kami terima dengan senang hati. Bandung, September 2011 Penyusun