3. Mutu atau kualitas bensin ditentukan oleh persentase isooktana yang
terkandung di dalamnya atau yang biasa disebut sebagai bilangan oktan.)
Semakin tinggi bilangan oktan, semakin baik kualitas bensin tersebut.
Bensin premium memiliki bilangan oktan 82, sedangkan bensin super memiliki
bilangan oktan 98. Untuk meningkatkan bilangan oktan bensin, ditambahkan satu
zat yang disebut TEL (tetraetil lead) atau tetraetil timbal. Penambahan TEL dalam
konsentrasi sampai 0,01% ke dalam bensin dapat menaikkan bilangan oktan,
sehingga ketukan pada mesin dapat dikurangi. Namun demikian penggunaan TEL
ini memberikan dampak yang tidak baik bagi kesehatan manusia.
5. Pengertian
Bilangan oktan (octane number) merupakan ukuran dari kemampuan bahan bakar
untuk mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam mesin. Nilai bilangan oktan 0
ditetapkan untuk n-heptana yang mudah terbakar, dan nilai 100 untuk isooktana yang
tidak mudah terbakar.
Suatu campuran 30% nheptana dan 70% isooktana akan mempunyai bilangan oktan:
= (30/100 x 0) + (70/100 x 100)
= 70
Bilangan oktan suatu bensin dapat ditentukan melalui uji pembakaran sampel bensin
untuk memperoleh karakteristik pembakarannya. Karakteristik tersebut kemudian
dibandingkan dengan karakteristik pembakaran dari berbagai campuran n-heptana dan
isooktana. Jika ada karakteristik yang sesuai, maka kadar isooktana dalam campuran
n-heptana dan isooktana tersebut digunakan untuk menyatakan nilai bilangan oktan
dari bensin yang diuji.
6. Fraksi bensin umumnya mempunyai bilangan oktan ~70. Untuk menaikkan nilai
bilangan oktan tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
-Mengubah hidrokarbon rantai lurus dalam fraksi bensin menjadi hidrokarbon rantai
bercabang melalui proses reforming Contohnya mengubah n-oktana menjadi
isooktana.
-Menambahkan hidrokarbon alisiklik/aromatik ke dalam campuran akhir fraksi bensin.
-Menambahkan aditif anti ketukan ke dalam bensin untuk memperlambat pembakaran
bensin. Dulu digunakan senyawa timbal (Pb). Oleh karena Pb bersifat racun, maka
penggunaannya sudah dilarang dan diganti dengan senyawa organik, seperti etanol
dan MTBE (Methyl Tertiary Butyl Ether).
87 → Bensin standar di Amerika Serikat
88 → Bensin tanpa timbal Premium
91 → Bensin standar di Eropa, Pertamax
92 → Bensin standar di Taiwan[1]
91 → Pertamax[2]
95 → Pertamax Plus
8. PT. Pertamina (persero) merilis pertalite, bahan bakar minyak (BBM) jenis baru
berbasis oktan 90 masih menimbulkan kontroversi.
“pertalite cocok untuk kendaraan saat ini, kualitas lebih bagus, tapi harga tidak
beda jauh dengan premium”, ujar Dirut Pertamina, Dwi Soetjipto.
Pertimbangan pertamina memilih membuat pertalite ketimbang fokus pada
pertamax. Menurut dia, produksi premium yang setiap hari mencapai 30 ribu
kiloliter (KL), menyisakan cukup banyak nafta. Nafta (sisa produksi)itu tidak bisa
digunakan secara langsung karena hanya memiliki kandungan oktan setara 70.
kalaupun diekspor menurutnya juga sangat murah.
Itulah alasan BUMN energi tersebut memutuskan untuk meningkatkan nilai jual.
Caranya, mencampurkan zat bernama HOMC (high octane mogas component).
HOMC berfungsi untuk meningkatkan oktan sehingga nafta layak untuk
digunakan.
“mengangkat nilai nafta dengan campuran itu”.
11. Dampak terhadap udara dan iklim
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber
energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu bara) juga
melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2),
nitrogen oksida (NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang
menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog
dan pemanasan global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas
NOx ke udara. Di udara, setengah dari konsentrasi
NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya
pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik
dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami
(misalnya kegiatan mikroorganisme yang mengurai zat
organik). Di udara, sebagian NOxtersebut berubah
menjadi asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan
terjadinya hujan asam.
Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas
SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di
udara, setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal dari
kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara
dapat membentuk asam sulfat (H2SO4) yang
menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat
bereaksi dengan uap air di awan dan
membentuk asam nitrat (HNO3) dan asam
sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat.
Jika dari awan tersebut turun hujan, air
hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih
kecil dari 5,6 yang merupakan pH “hujan
normal”), yang dikenal sebagai “hujan
asam”. Hujan asam menyebabkan tanah
dan perairan (danau dan sungai) menjadi
asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan
asamnya tanah akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman produksi. Untuk
perairan, hujan asam akan menyebabkan
terganggunya makhluk hidup di dalamnya.
Selain itu hujan asam secara langsung
menyebabkan rusaknya bangunan (karat,
lapuk).
12. Smog merupakan pencemaran udara yang
disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx, SO2,
O3 di udara yang dilepaskan, antara lain oleh
kendaraan bermotor, dan kegiatan industri.
Smog dapat menimbulkan batuk-batuk dan
tentunya dapat menghalangi jangkauan mata
dalam memandang.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan
gas karbon dioksida (CO2) ke udara. Emisi
CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah
kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi
peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan
global. CO2 tersebut menyerap sinar matahari
(radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi
sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal
tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim
dan kenaikan permukaan air laut.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas
CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari gas
bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama
dari gas bumi adalah gas metana. Metana
merupakan salah satu gas rumah kaca yang
menyebabkan pemasanan global.
Batu bara selain menghasilkan pencemaran
(SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan
karbon dioksida terbanyak per satuan energi.
Membakar 1 ton batu bara menghasilkan
sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk
mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah
karbon dioksida yang dilepas oleh minyak akan
mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya
1,5 ton.
13.
14. Dampak terhadap perairan
Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan
minyak bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau
kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air
tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pada dasarnya pencemaran
tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.
15. Dampak terhadap tanah
Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari
pertambangan batu bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul
terutama dalam pertambangan terbuka (Open Pit Mining). Pertambangan ini
memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu diketahui bahwa lapisan batu bara
terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut digunakan untuk
pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk
pertanian atau hutan selama waktu tertentu.