Dokumen tersebut membahas tentang asuhan bayi baru lahir, termasuk perlindungan termal, pemeliharaan pernafasan, pemotongan tali pusat, evaluasi nilai Apgar, dan resusitasi. Langkah-langkah penting dalam perawatan bayi baru lahir adalah menjaga suhu tubuh, membersihkan jalan nafas, memotong tali pusat, menilai kondisi bayi, dan melakukan resusitasi jika diperlukan.
2. Perlindungan Thermal
• Bayi baru lahir dengan cepat mengalami stress
denga adanya perubahan suhu.
• Bayi cukup bulan dengan berat normal tidak dapat
menjaga temperatur tubuhnya secara adekuat
hingga setidaknya berusia dua hari.
• Bayi bayi ini dapat menjadi hipotermi dalam
ruangan yang relatif hangat bila berada dalam
keadaan basah atau tidak tertutup.
• Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas
tubuhnya melalui konveksi, konduksi, evaporasi dan
konduksi.
3. • Konduksi adalah proses hilangnya panas tubuh
melalui kontak langsung dengan benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah. Contoh : bayi
diletakkan diatas meja yang terbuat dari
logam, kasur atau timbangan yang suhunya lebih
rendah dari suhu tubuhnya.
• Konveksi adalah proses hilangnya panas tubuh
melalui kontak dengan udara yang dingin
disekitarnya. Contoh : bayi berada dalam suatu
ruangan yang dingin atau menggunakan kipas
angin, pendingin ruangan,atau ruangan yang
terbuka dimana angin secara langsung bertiup
mengenai tubuhnya.
4. • Evaporasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila
bayi berada dalam keadaan basah. Contoh : bayi
tidak segera dikeringkan setelah proses
kelahirannya atau setelah dimandikan.
• Radiasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila
bayi diletakkan dekat dengan benda-benda yang
lebih rendah suhunya dari suhu tubuhnya. Contoh :
bayi diletakkan dekat dengan tembok yang dingin.
Segera setelah bayi lahir, upayakan untuk
mencegah hilangnya panas dari tubuh bayi.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara sbb:
5. Mengeringkan tubuh bayi
• Segera setelah bayi diletakkan pada perut
ibu, keringkan kepala dan tubuh bayi dari cairan
ketuban atau cairan lain yang membasahi tubuh bayi
baru lahir. Bila didapatkan cairan pada permukaan
tubuh bayi, cairan ini akan diuapkan oleh
tubuhnya, sehingga bayi dapat mengalami hipotermi.
• Dianjurkan untuk mengeringkan tubuh bayi dengan
handuk atau kain yang hangat.
• Hal ini memberikan dua keuntungan bagi bayi.
Pertama, suhu tubuh bayi tetap terjaga dan yang
kedua, memberikan rangsangan taktil pada tubuh
bayi sehingga dapat merangsang timbulnya upaya
nafas.
6. Selimuti bayi terutama bagian
kepala dengan kain yang kering
•Bagian kepala bayi mempunyai
permukaan yang paling luas dibandingkan
dengan seluruh tubuhnya, sehingga bila
permukaan kepala tidak ditutupi bayi
akan kehilangan panas tubunya secara
cepat.
7. Ganti handuk atau selimut yang basah
• Benda basah yang melekat pada permukaan
tubuh bayi, juga dapat menurunkan suhu
tubuhnya.
• Kain, handuk atau selimut yang dipergunakan
sejak awal asuhan dan kemudian menjadi
basah baiknya segera diganti dengan yang
baru (harus bersih, kering dan hangat).
• Selimuti bayi dengan kain yang baru setelah
tindakan yang diperlukan selesai
dilaksanakan.
8. Jangan menimbang bayi dalam
keadaan tidak berpakaian
• Menimbang bayi segera sesudah lahir, apalagi
dalam kondisi tanpa pakaian yang beresiko
menyebabkan hilangnya panas dari tubuh
bayi.
• Timbanglah bayi setelah memakai pakaian
yang menutupi seluruh tubuhnya.
• Berat yang tercatat dapat disesuaikan dengan
mengurangi jumlah berat pakaian tersebut.
9. Jangan mandikan bayi setidak-tidaknya
6 jam setelah persalinan
• Pada bayi yang lahir normal dan tidak
mempunyai masalah pernafasan,
dibutuhkan cukup waktu setelah bayi
dilahirkan sebelum bayi tersebut
dimandikan.
10. Hal-hal penting yang harus diperhatikan
sebelum memandikan bayi adalah :
• Jangan mandikan bayi setidak-tidaknya hingga 6 jam setelah
persalinan.
• Memandikan bayi mungkin harus ditunda lebih lama lagi bila
didapatkan penyulit seperti asfiksi pada BBL.
• Pastikan bahwa suhu tubuh bayi sudah stabil (suhu aksilla 36-
37ºC)
• Pastikan bayi tidak mengalami problem pernafasan
• Gunakan air hangat untuk memandikan bayi, dan lakukanlah
dalam ruangan yang cukup hangat pula.
• Mandikan secara cepat dan segera keringkan ut ibbayi dengan
handuk kering untuk mencegah hilangnya panas yang
berlebihan.
• Segera kenakan pakaian bayi setelah dimandikan.
11. Lingkungan yang hangat
• Letakkan bayi pada lingkungan yang hangat. Amat
dianjurkan untuk meletakkan bayi dalam dekapan
ibunya (sumber panas yang sesuai).
12. PEMELIHARAAN PERNAFASAN
• Pemeliharaan pernafasan bayi dilakukan sejak
kepala mulai keluar dari jalan lahir, yaitu dengan
melakukan pembersihan lendir serta cairan yang
berada disekitar mulut dan hidung dengan kapas
atau kain kassa steril.
• Kemudian kedua kelopak matanya dibersihkan
dengan kapas atau kain kassa steril satu demi
satu, dimulai dari dalam keluar.
13. • Kemudian kedua kaki bayi dipegang dengan satu
tangan sedangkan tangan yang lain memegang
kepala bayi yang lebih rendah daripada kaki dengan
posisinya dalam ekstensi sedikit untuk
memungkinkan cairan atau lendir mengalir keluar
dari trakea dan farings.
• Sementara itu seorang membantu menghisap lendir
dan cairan dengan alat penghisap lendir.
14. • Bayi sehat akan menangis dalam waktu 30
detik, tidak perlu dilakukan apa-apa lagi oleh karena
bayi mulai bernafas dan warna kulitnya kemerah-
merahan.
• Kemudian bayi diletakkan mendatar kira-kira sama
tingginya dengan atau sedikit dibawah introitus
vagina.
• Bila bayi masih belum bersih dari cairan dan
lendir, penghisapan lendir diteruskan, mula-mula
dari mulut, kemudian dari lubang hidung, supaya
jalan nafas babas dan bayi bernafas sebebas-
bebasnya (Prawirodihardjo, 2002, hal.215-216).
15. PEMOTONGAN TALI PUSAT
• Pemotongan dan pengikat tali pusat menyebabkan
pemisahan fisik antara ibu dan bayi.
• Waktu pemotongan tali pusat tergantung dari
pengalaman seorang ahli kebidanan.
• Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti
dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada
bayi gawat (high risk baby) perlu dilakukan
pemotongan tali pusat secepat mungkin, agar dapat
dilakukan pemotongan tali pusat secepat-cepatnya
(Prawirodihardjo, 2002, hal. 217).
16. • Bayi yang basah dan licin ditempatkan ditempatkan
ditempatkan diatas perut ibu yang sudah dialaskan
dengan kain atau handuk yang kering.
• Rendahkan kepala bayi sedikit kebawah, segera
keringkan bayi dan tutupi kepala serta tubuhnya
dengan handuk atau kain yang kering tersebut.
(PUSDIKNAKES, 2003, hal. 4-18).
17. Ada 2 pola pemotongan tali pusat, yaitu :
1. Pola diatas perut ibu
• Meletakkan kain yang ada diperut ibu dengan posisi
kepala lebih rendah (ekstensi) lalu dibungkus dengan
kain, dibuka bagian dada dan perut.
• Jepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3
sentimeter dari pangkal tali pusat (IBI, 2005, hal. 13).
• Lakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan pasang
klem kedua 2 sentimeter dari lem pertama. Pegang tali
pusat diantara 2 klem menggunakan tali pusat diantara
2 klem menggunakan tangan kiri dan dengan
perlindungan jari-jari tangan kiri, potong tali pusat
diantara kedua klem
(PUSDIKNAKES, 2003, hal. 4-18)
18. 2. Pola dekat perineum ibu
• Meletakkan bayi baru lahir setelah dinilai diatas
kain yang ada dibawah perineum ibu (IBI, 2005, hal.
13),
• kemudian segera jepit tali pusat menggunakan klem
kira-kira 3 sentimeter dari pangkal tali pusat.
• Lakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan
pasang klem kedua 2 sentimeter dari lem pertama.
• Pegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tali
pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri dan
dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, potong tali
pusat diantara kedua klem.
19. EVALUASI NILAI APGAR
• Nilai Apgar adalah satu sistem penilaian yang dipakai
untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit
pertama dan kelima setelah kelahirannya.
• Jika terdapat masalah, maka nilai Apgar akan
membantu dalam menentukan tingkat keseriusan dari
depresi bayi baru lahir tersebut serta arah langkah yang
harus diambil.
• Jumlah nilai seluruhnya didapat dengan jalan
mengevaluasi kelima tanda-tanda : rupa atau warna,
nadi atau detak jantung, ringisan atau respons wajah
bayi ketika kakinya disentuh, kegiatan atau tonus otot
lengan dan kaki, respirasi atau pernafasan.
• Masing-masing tanda-tanda tersebut diberi angka 0, 1
atau 2. angka tertinggi adalah 10.
20. Sistem penilaian Apgar
Tanda-tanda 0 1 2
Rupa / warna Pucat atau biru Tubuh merah,
tangan dan kaki
biru
Seluruhnya merah
Nadi / detak
jantung
Tidak terdapat
detak jantung
Lambat – dibawah
100x/mnt. Detak
jantung lemah
Diatas 100x/mnt.
Detak jantung kuat
Wajah
menyeringai/
respons terhadap
sentuhan
Tidak ada respons
atau reaksi
Meringis atau
wajahnya kecut
Menangis, batuk
atau bersin
Kegiatan tonus
atau otot
Tangan dan kaki
lumpuh
Ada sedikit
pergerakan sebagai
reaksi terhadap
rangsangan
Pergerakan aktif,
kaki dan tangan
bergerak
(PUSDIKNAKES, 2001, hal.3-132).
21. Klasifikasi klinik :
• Nilai 7 – 10 : bayi normal
• Nilai 4 – 6 : bayi asfiksia ringan – sedang
• Nilai 0 – 3 : bayi asfiksia berat
22. RESUSITASI
• Resusitasi
adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi
sistem pernafasan, peredaran darah dan otak yang
terhenti atau terganggu sedemikian rupa agar
kembali normal seperti semula
(FKUI, 2002, hal. 998).
Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk
mengambil keputusan guna menentukan tindakan
resusitasi, yaitu :
23. keputusan bidan guna menentukan
tindakan resusitasi
Penilaian Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah
Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada
letak kepala
Segera setelah bayi lahir
Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas
megap-megap atau tidak bernafas
Keputusan Memutuskan bayi perlu resusitasi bila :
Bayi tidak bernafas atau megap-megap
Air ketuban bercampur mekonium
Tindakan Mulai lakukan resusitasi segera bila :
Bayi tidak bernafas atau megap-megap : lakukan tindakan resusitasi
bayi baru lahir
Bila air ketuban bercampur mekonium : lakukan resusitasi dengan
managemen air ketuban bercampur mekonium.
24. • Penilaian bayi segera setelah bayi baru lahir sangat
penting dilaukan dengan jalan menghadapkan bayi
kearah penolong agar dapat mengamati.
• Lakukan penilaian cepat dalm 0 menit apakah bayi
bernafas, bernafas megap-megap atau tidak bernafas.
• Indikasi ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu
resusitasi (IBI, 2005, hal.9).
• Apabila dalam penilaian bayi baru lahir langsung
menangis atau bernafas spontan dan teratur, segera
lakukan asuhan bayi baru lahir.
• Segera potong tali pusat, keringkan bayi, tidak perlu
penghisapan jalan nafas, dekatkan segera bayi pada
payudara ibu dan berikan ASI dini (kontak kulit bayi
dengan kulit ibu).
25. • Nilai atau skor Apgar tidak digunakan sebagai dasar
keputusan, untuk tindakan resusitasi.
• Penilaian harus dilakukan segera sehingga
keputusan resusitasi tidak didasarkan penilaian
Apgar, tetapi cara Apgar tetap dipakai untuk menilai
kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5
menit setelah kelahiran.
• Bidan harus siap melakukan resusitasi bayi baru
lahir setiap menolong persalinan.
• Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang
sangat berharga, walau hanya beberapa menit bila
BBL tidak segera bernafas, bayi dapat menderita
kerusakan otak atau meninggal.
26. Persiapan yang diperlukan adalah
tempat dan alat untuk resusitasi
Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan
dengan keluarga mengenai kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi
dan persiapan persalinan.
27. Persiapan Tempat Resusitasi
– Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat
resusitasi yaitu menggunakan ruangan yang hangat dan terang.
– Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih, dan kering
misalnya meja, dipan, atau diatas lantai beralas tikar. Tempat
resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan
posisi kepala bayi.
– Tempat resusitasi sebaiknya dekat dengan pemancar panas dan
tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka).
– Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.
– Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60-100 watt
atau lampu petromak, nyalakan lampu menjelang persalinan
(IBI, 2005, hal.6).
28. Persiapan Alat
Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat
persalinan juga harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan
siap pakai, yaitu :
Kain 1
• Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan bayi baru
lahir yang basah oleh air ketuban segera setelah lahir.
• bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi
diatas perut ibu sebelum persalinan akan menyediakan
sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Itu
dapai digunakan untuk bayi asfiksia pula.
• Bagi bidan yang belum biasa melakukan hal yang diatas, dan
terbiasa meletakkan bayi di depan perineum setelah lahir
selain kain dibawah perineum ibu meletakkan sehelai kain
kira-kira 45 cm dari perineum ibu untuk memindahkan bayi.
• Pada prinsipnya penggunaan kain ini ditujukan agar bayi
kering dan hangat dan boleh diletakkan diatas perut ibu atau
didekat perineum ibu, sesuai dengan kebiasaan bidan.
29. Kain 2
• Fungsi kain kedua adalah untuk membungkus
bayi baru lahir agar tetap kering dan hangat, dan
mengganti kain pertama yaqng basah sesudah
bayi dikeringkan. Kain ini diletakkan diatas tempat
resusitasi digelar menutupi permukaan yang rata.
Kain 3
• Fungsi kain ketiga adalah untuk mengganjal bahu
bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi
kepala bayi. Kain digulung setebal kira-kira 5 cm
diletakkan dibawah kain kedua yangmenutupi
tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
30. Alat resusitasi
• Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap
lendir delee dan alat resusitasi tabung dan sungkup
diletakkan dekat tempat resusitasi.
Maksudnya agar mudah diambil sewaktu–waktu
dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi
bayi baru lahir.
• Sarung tangan
• Jam atau pencatat waktu
31. Persiapan Diri
Lindungan dari infeksi dengan cara :
• Memakai alat pelindung diri pada persalinan
(celemek plastik dan sepatu tertutup)
• Lepaskan perhiasan seperti cincin, jam tangan
sebelum cuci tangan
• Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau
cairan alkohol dan cairan alkohol
• Keringkan dengan lap bersih
• Selanjutnya gunakan sarung tangan (handscoon)
sebelum menolong persalinan (IBI, 2005, hal.8).
32. Langkah-Langkah Tindakan Resusitasi
A. Tahap Awal
• Bila bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap
langkah awal yang perlu dilakukan dalam waktu 30
detik adalah :
1). Jaga bayi tetap hangat
• Letakkan bayi diatas kain perut ibu
• Bungkus bayi dan potong tali pusat
• Pindah bayi keatas kain ditempat resusitasi
2). Atur posisi bayi
• Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat
penolong
• Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi
33. 3). Hisap lendir
Gunakan alat penghisap lendir delee dengan cara
sebagai berikut :
• Hisap lendir mulai dari mulut dulu kemudian dari
hidung
• Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik
keluar. Tidak pada waktu memasukkan
• Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam (jangan
lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3
cm kedalam hidung) hal itu akan menyebabkan
denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi
tiba-tiba berhenti nafas.
34. 4). Keringkan dan rangsang bayi
• Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya dengan sedikit bantuan. Rangsangan
ini dapat membantu bayi baru lahir mulai bernafas
atau tetap bernafas.
• Lakukan rangsangan taktil dengan cara : menepuk
atau menyentuh telapak kaki kemudian
menggosok punggung, perut, dada atau tungkai
bayi dengan telapak tangan penolong.
35. 5). Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
• Ganti kain yang telah basah dengan kain
dibawahnya
• Bungkus bayi dengan kain tersebut jangan
menutupi muka dan dada agar bisa memantau
pernafasan bayi.
• Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit
ekstensi
36. 6). Lakukan penilaian bayi
• Bila bayi bernafas normal, berikan bayi kepada
ibunya kemudian letakkan bayi diatas dada ibu
dan selimuti keduanya untuk penghangatan
dengan cara kontak kulit bayi ke kulit ibu lalu
anjurkan ibu untuk menyusui bayi sambil
membelai.
• Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap mulai
lakukan ventilasi bayi.
37. B. Tahap ventilasi
• Ventilasi adalah tahapan tindakan untuk
memasukkan sejumlah volume udara kedalam
paru dengan tekanan positif untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan
teratur.
Langkah-langkah ventilasi :
1). Pasang sungkup
• Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut
dan hidung bayi sehingga tidak ada kemungkinan
udara bocor.
38. 2). Ventilasi 2 kali
• Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan
menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.
• Lihat apakah dada bayi mengembang
Bila tidak mengembang periksa posisi
kepala, pastikan posisi sudah ekstensi kemudian
periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada
udara yang bocor.
Setelah itu periksa cairan atau lendir dimulut bila
ada lendir atau cairan lakukan penghisapan
(IBI, 2005, hal. 15).
39. 3). Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
• Lakukan tiupan 20 kali dalam 30 detik dengan
tekanan 20 cm air
• Pastikan dada mengembang, setelah 30 detik
lakukan penilaian
• Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi
dan pantau bayi.
• Bila bayi belum bernafas atau megap-
megap, lanjutkan ventilasi.
40. 4). Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan
penilaian
• Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik dengan
tekanan 20 cm air
• Hentikan ventilasi setiap 30 detik
• Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak
bernafas atau megap-megap.
• Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi
dan pantau bayi dengan seksama.
• Bila bayi tidak bernafas atau megap-
megap, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik
kemudian lakukan penilaian setiap 30 detik.
41. 5). Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas normal
sesudah 2 menit ventilasi
• Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
• Teruskan resusitasi sambil menyiapkan untuk
rujukan
6). Lanjutkan ventilasi, setelah 20 menit hentikan
• Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit
• Hentikan ventilasi sesudah 20 menit tak berhasil
(IBI, 2005, hal. 17).
42. Resusitasi berhasil
Sebaiknya bidan tinggal bersama keluarga bayi
untuk memantau bayi minimal dua jam pertama.
1. Bila pernafasan bayi dan warna kulitnya normal,
berikan bayi pada ibunya
–letakkan bayi diatas dada ibu dan selimti
keduanya dengan kain hangat agar bayi tetap
hangat
–anjurkan ibu menyusui bayinya sambil
membelainya
–lakukan asuhan neonatal
43. 2. Lakukan pemantauan seksama terhadap
seksama terhadap bayi pasca resusitasi
selama 2 jampertama
–perhatikan tanda-tanda kesulitan
bernafas pada bayi : tarikan dinding
dada kedalam, nafas megap-
megap, frekuensi nafas , 30 kali atau .
dari 60 kali per menit
–pantau juga bayi yang berwarna pucat
walaupun tmpak bernafas normal.
44. 3. Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering
• Tunda memandikan bayi sampai dengan 6-24
jam.
4. Bila kondisi bayi memburuk
• Perlu rujukan sesudah resusitasi
(IBI, 2005, hal. 21).
45. Rujukan
1. Periksa keadaan bayi selama perjalanan menuju
tempat rujukan (pernafasan, warna kulit, suhu
tubuh) dan catatan medik.
2. Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup
kepala bayi dan bayi dalam posisi ”metode
kanguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama
bayi dalam satu selimut.
3. Lindungi bayi dari sinar matahari
4. Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi
ASI segera kepada bayinya, kecuali pada keadaan
gangguan nafas, dan kontraindikasi lainnya
(IBI, 2005, hal. 23).
46. Resusitasi tidak berhasil
• Bila bayi tidak bernafas setelah resusitasi 20 menit,
hntikan resusitasi.
Biasanya bayi tersebut meninggal.
Ibu maupun keluarga memerlukan dukungan moral.
Sehingga berbicara dengan keluarga secara hati-hati
dan bijaksana serta memberikan dukungan moral
sesuai budaya setempat sangat diharapkan
(IBI, 2005, hal. 26).
47. BONDING ATTACHMENT
• Sejalan dengan perkembangan bulan-bulan
pertama kehidupan bayi, bayi dan ibunya saling
mengadakan hubungan dan ikatan batin.
• Jika seorang ibu konsisten dalam responsnya
dalam setiap kebutuhan bayi dan nampu
menafsirkan dengan tepat isyarat seorang
bayi, perkembangan bayi akan terpacu dan
terbentuklah ikatan batin yang kokoh.
• Keberhasilan dalam hubungan dan ikatan batin
antara seorang bayi dengan ibunya dapat
mempengaruhi hubungan sepanjang masa
(PUSDIKNAKES, 2003, hal. 44).
48. LAKTASI DINI
• ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa dan garam-garaman organik yang
disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu, sebagai makanan utama bayi
(Soetjiningsih, 1997, hal. 20).
• Setelah melahirkan, ibu dibersihkan dan diberi
pakaian yang bersih dan kering maka bayi yang
sudah diselimuti, diberikan kepada ibunya untuk
mulai mendapatkan ASI.
49. Tujuan pemberian ASI dini adalah :
• Melatih refleks isap bayi
• Membina hubungan psikologis ibu dan anak
• Membantu kontraksi uterus melalui rangsangan
pada puting susu
• Memberikan ketenangan pada ibu dan
perlindungan bagi bayinya
• Mencegah kehilangan panas yang berlebihan
pada bayi
• Memberi kesempatan pada suami atau keluarga
untuk mengetahui keadaan ibu dan bayinya.