SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  49
ASUHAN BAYI BARU LAHIR
Kul 3 handa UNS’10
Perlindungan Thermal
• Bayi baru lahir dengan cepat mengalami stress
denga adanya perubahan suhu.
• Bayi cukup bulan dengan berat normal tidak dapat
menjaga temperatur tubuhnya secara adekuat
hingga setidaknya berusia dua hari.
• Bayi bayi ini dapat menjadi hipotermi dalam
ruangan yang relatif hangat bila berada dalam
keadaan basah atau tidak tertutup.
• Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas
tubuhnya melalui konveksi, konduksi, evaporasi dan
konduksi.
• Konduksi adalah proses hilangnya panas tubuh
melalui kontak langsung dengan benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah. Contoh : bayi
diletakkan diatas meja yang terbuat dari
logam, kasur atau timbangan yang suhunya lebih
rendah dari suhu tubuhnya.
• Konveksi adalah proses hilangnya panas tubuh
melalui kontak dengan udara yang dingin
disekitarnya. Contoh : bayi berada dalam suatu
ruangan yang dingin atau menggunakan kipas
angin, pendingin ruangan,atau ruangan yang
terbuka dimana angin secara langsung bertiup
mengenai tubuhnya.
• Evaporasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila
bayi berada dalam keadaan basah. Contoh : bayi
tidak segera dikeringkan setelah proses
kelahirannya atau setelah dimandikan.
• Radiasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila
bayi diletakkan dekat dengan benda-benda yang
lebih rendah suhunya dari suhu tubuhnya. Contoh :
bayi diletakkan dekat dengan tembok yang dingin.
Segera setelah bayi lahir, upayakan untuk
mencegah hilangnya panas dari tubuh bayi.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara sbb:
Mengeringkan tubuh bayi
• Segera setelah bayi diletakkan pada perut
ibu, keringkan kepala dan tubuh bayi dari cairan
ketuban atau cairan lain yang membasahi tubuh bayi
baru lahir. Bila didapatkan cairan pada permukaan
tubuh bayi, cairan ini akan diuapkan oleh
tubuhnya, sehingga bayi dapat mengalami hipotermi.
• Dianjurkan untuk mengeringkan tubuh bayi dengan
handuk atau kain yang hangat.
• Hal ini memberikan dua keuntungan bagi bayi.
Pertama, suhu tubuh bayi tetap terjaga dan yang
kedua, memberikan rangsangan taktil pada tubuh
bayi sehingga dapat merangsang timbulnya upaya
nafas.
Selimuti bayi terutama bagian
kepala dengan kain yang kering
•Bagian kepala bayi mempunyai
permukaan yang paling luas dibandingkan
dengan seluruh tubuhnya, sehingga bila
permukaan kepala tidak ditutupi bayi
akan kehilangan panas tubunya secara
cepat.
Ganti handuk atau selimut yang basah
• Benda basah yang melekat pada permukaan
tubuh bayi, juga dapat menurunkan suhu
tubuhnya.
• Kain, handuk atau selimut yang dipergunakan
sejak awal asuhan dan kemudian menjadi
basah baiknya segera diganti dengan yang
baru (harus bersih, kering dan hangat).
• Selimuti bayi dengan kain yang baru setelah
tindakan yang diperlukan selesai
dilaksanakan.
Jangan menimbang bayi dalam
keadaan tidak berpakaian
• Menimbang bayi segera sesudah lahir, apalagi
dalam kondisi tanpa pakaian yang beresiko
menyebabkan hilangnya panas dari tubuh
bayi.
• Timbanglah bayi setelah memakai pakaian
yang menutupi seluruh tubuhnya.
• Berat yang tercatat dapat disesuaikan dengan
mengurangi jumlah berat pakaian tersebut.
Jangan mandikan bayi setidak-tidaknya
6 jam setelah persalinan
• Pada bayi yang lahir normal dan tidak
mempunyai masalah pernafasan,
dibutuhkan cukup waktu setelah bayi
dilahirkan sebelum bayi tersebut
dimandikan.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan
sebelum memandikan bayi adalah :
• Jangan mandikan bayi setidak-tidaknya hingga 6 jam setelah
persalinan.
• Memandikan bayi mungkin harus ditunda lebih lama lagi bila
didapatkan penyulit seperti asfiksi pada BBL.
• Pastikan bahwa suhu tubuh bayi sudah stabil (suhu aksilla 36-
37ºC)
• Pastikan bayi tidak mengalami problem pernafasan
• Gunakan air hangat untuk memandikan bayi, dan lakukanlah
dalam ruangan yang cukup hangat pula.
• Mandikan secara cepat dan segera keringkan ut ibbayi dengan
handuk kering untuk mencegah hilangnya panas yang
berlebihan.
• Segera kenakan pakaian bayi setelah dimandikan.
Lingkungan yang hangat
• Letakkan bayi pada lingkungan yang hangat. Amat
dianjurkan untuk meletakkan bayi dalam dekapan
ibunya (sumber panas yang sesuai).
PEMELIHARAAN PERNAFASAN
• Pemeliharaan pernafasan bayi dilakukan sejak
kepala mulai keluar dari jalan lahir, yaitu dengan
melakukan pembersihan lendir serta cairan yang
berada disekitar mulut dan hidung dengan kapas
atau kain kassa steril.
• Kemudian kedua kelopak matanya dibersihkan
dengan kapas atau kain kassa steril satu demi
satu, dimulai dari dalam keluar.
• Kemudian kedua kaki bayi dipegang dengan satu
tangan sedangkan tangan yang lain memegang
kepala bayi yang lebih rendah daripada kaki dengan
posisinya dalam ekstensi sedikit untuk
memungkinkan cairan atau lendir mengalir keluar
dari trakea dan farings.
• Sementara itu seorang membantu menghisap lendir
dan cairan dengan alat penghisap lendir.
• Bayi sehat akan menangis dalam waktu 30
detik, tidak perlu dilakukan apa-apa lagi oleh karena
bayi mulai bernafas dan warna kulitnya kemerah-
merahan.
• Kemudian bayi diletakkan mendatar kira-kira sama
tingginya dengan atau sedikit dibawah introitus
vagina.
• Bila bayi masih belum bersih dari cairan dan
lendir, penghisapan lendir diteruskan, mula-mula
dari mulut, kemudian dari lubang hidung, supaya
jalan nafas babas dan bayi bernafas sebebas-
bebasnya (Prawirodihardjo, 2002, hal.215-216).
PEMOTONGAN TALI PUSAT
• Pemotongan dan pengikat tali pusat menyebabkan
pemisahan fisik antara ibu dan bayi.
• Waktu pemotongan tali pusat tergantung dari
pengalaman seorang ahli kebidanan.
• Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti
dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada
bayi gawat (high risk baby) perlu dilakukan
pemotongan tali pusat secepat mungkin, agar dapat
dilakukan pemotongan tali pusat secepat-cepatnya
(Prawirodihardjo, 2002, hal. 217).
• Bayi yang basah dan licin ditempatkan ditempatkan
ditempatkan diatas perut ibu yang sudah dialaskan
dengan kain atau handuk yang kering.
• Rendahkan kepala bayi sedikit kebawah, segera
keringkan bayi dan tutupi kepala serta tubuhnya
dengan handuk atau kain yang kering tersebut.
(PUSDIKNAKES, 2003, hal. 4-18).
Ada 2 pola pemotongan tali pusat, yaitu :
1. Pola diatas perut ibu
• Meletakkan kain yang ada diperut ibu dengan posisi
kepala lebih rendah (ekstensi) lalu dibungkus dengan
kain, dibuka bagian dada dan perut.
• Jepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3
sentimeter dari pangkal tali pusat (IBI, 2005, hal. 13).
• Lakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan pasang
klem kedua 2 sentimeter dari lem pertama. Pegang tali
pusat diantara 2 klem menggunakan tali pusat diantara
2 klem menggunakan tangan kiri dan dengan
perlindungan jari-jari tangan kiri, potong tali pusat
diantara kedua klem
(PUSDIKNAKES, 2003, hal. 4-18)
2. Pola dekat perineum ibu
• Meletakkan bayi baru lahir setelah dinilai diatas
kain yang ada dibawah perineum ibu (IBI, 2005, hal.
13),
• kemudian segera jepit tali pusat menggunakan klem
kira-kira 3 sentimeter dari pangkal tali pusat.
• Lakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan
pasang klem kedua 2 sentimeter dari lem pertama.
• Pegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tali
pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri dan
dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, potong tali
pusat diantara kedua klem.
EVALUASI NILAI APGAR
• Nilai Apgar adalah satu sistem penilaian yang dipakai
untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit
pertama dan kelima setelah kelahirannya.
• Jika terdapat masalah, maka nilai Apgar akan
membantu dalam menentukan tingkat keseriusan dari
depresi bayi baru lahir tersebut serta arah langkah yang
harus diambil.
• Jumlah nilai seluruhnya didapat dengan jalan
mengevaluasi kelima tanda-tanda : rupa atau warna,
nadi atau detak jantung, ringisan atau respons wajah
bayi ketika kakinya disentuh, kegiatan atau tonus otot
lengan dan kaki, respirasi atau pernafasan.
• Masing-masing tanda-tanda tersebut diberi angka 0, 1
atau 2. angka tertinggi adalah 10.
Sistem penilaian Apgar
Tanda-tanda 0 1 2
Rupa / warna Pucat atau biru Tubuh merah,
tangan dan kaki
biru
Seluruhnya merah
Nadi / detak
jantung
Tidak terdapat
detak jantung
Lambat – dibawah
100x/mnt. Detak
jantung lemah
Diatas 100x/mnt.
Detak jantung kuat
Wajah
menyeringai/
respons terhadap
sentuhan
Tidak ada respons
atau reaksi
Meringis atau
wajahnya kecut
Menangis, batuk
atau bersin
Kegiatan tonus
atau otot
Tangan dan kaki
lumpuh
Ada sedikit
pergerakan sebagai
reaksi terhadap
rangsangan
Pergerakan aktif,
kaki dan tangan
bergerak
(PUSDIKNAKES, 2001, hal.3-132).
Klasifikasi klinik :
• Nilai 7 – 10 : bayi normal
• Nilai 4 – 6 : bayi asfiksia ringan – sedang
• Nilai 0 – 3 : bayi asfiksia berat
RESUSITASI
• Resusitasi
adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi
sistem pernafasan, peredaran darah dan otak yang
terhenti atau terganggu sedemikian rupa agar
kembali normal seperti semula
(FKUI, 2002, hal. 998).
Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk
mengambil keputusan guna menentukan tindakan
resusitasi, yaitu :
keputusan bidan guna menentukan
tindakan resusitasi
Penilaian Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah
 Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada
letak kepala
Segera setelah bayi lahir
 Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas
megap-megap atau tidak bernafas
Keputusan Memutuskan bayi perlu resusitasi bila :
 Bayi tidak bernafas atau megap-megap
 Air ketuban bercampur mekonium
Tindakan Mulai lakukan resusitasi segera bila :
 Bayi tidak bernafas atau megap-megap : lakukan tindakan resusitasi
bayi baru lahir
 Bila air ketuban bercampur mekonium : lakukan resusitasi dengan
managemen air ketuban bercampur mekonium.
• Penilaian bayi segera setelah bayi baru lahir sangat
penting dilaukan dengan jalan menghadapkan bayi
kearah penolong agar dapat mengamati.
• Lakukan penilaian cepat dalm 0 menit apakah bayi
bernafas, bernafas megap-megap atau tidak bernafas.
• Indikasi ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu
resusitasi (IBI, 2005, hal.9).
• Apabila dalam penilaian bayi baru lahir langsung
menangis atau bernafas spontan dan teratur, segera
lakukan asuhan bayi baru lahir.
• Segera potong tali pusat, keringkan bayi, tidak perlu
penghisapan jalan nafas, dekatkan segera bayi pada
payudara ibu dan berikan ASI dini (kontak kulit bayi
dengan kulit ibu).
• Nilai atau skor Apgar tidak digunakan sebagai dasar
keputusan, untuk tindakan resusitasi.
• Penilaian harus dilakukan segera sehingga
keputusan resusitasi tidak didasarkan penilaian
Apgar, tetapi cara Apgar tetap dipakai untuk menilai
kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5
menit setelah kelahiran.
• Bidan harus siap melakukan resusitasi bayi baru
lahir setiap menolong persalinan.
• Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang
sangat berharga, walau hanya beberapa menit bila
BBL tidak segera bernafas, bayi dapat menderita
kerusakan otak atau meninggal.
Persiapan yang diperlukan adalah
tempat dan alat untuk resusitasi
Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan
dengan keluarga mengenai kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi
dan persiapan persalinan.
Persiapan Tempat Resusitasi
– Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat
resusitasi yaitu menggunakan ruangan yang hangat dan terang.
– Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih, dan kering
misalnya meja, dipan, atau diatas lantai beralas tikar. Tempat
resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan
posisi kepala bayi.
– Tempat resusitasi sebaiknya dekat dengan pemancar panas dan
tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka).
– Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.
– Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60-100 watt
atau lampu petromak, nyalakan lampu menjelang persalinan
(IBI, 2005, hal.6).
Persiapan Alat
Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat
persalinan juga harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan
siap pakai, yaitu :
Kain 1
• Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan bayi baru
lahir yang basah oleh air ketuban segera setelah lahir.
• bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi
diatas perut ibu sebelum persalinan akan menyediakan
sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Itu
dapai digunakan untuk bayi asfiksia pula.
• Bagi bidan yang belum biasa melakukan hal yang diatas, dan
terbiasa meletakkan bayi di depan perineum setelah lahir
selain kain dibawah perineum ibu meletakkan sehelai kain
kira-kira 45 cm dari perineum ibu untuk memindahkan bayi.
• Pada prinsipnya penggunaan kain ini ditujukan agar bayi
kering dan hangat dan boleh diletakkan diatas perut ibu atau
didekat perineum ibu, sesuai dengan kebiasaan bidan.
Kain 2
• Fungsi kain kedua adalah untuk membungkus
bayi baru lahir agar tetap kering dan hangat, dan
mengganti kain pertama yaqng basah sesudah
bayi dikeringkan. Kain ini diletakkan diatas tempat
resusitasi digelar menutupi permukaan yang rata.
Kain 3
• Fungsi kain ketiga adalah untuk mengganjal bahu
bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi
kepala bayi. Kain digulung setebal kira-kira 5 cm
diletakkan dibawah kain kedua yangmenutupi
tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
Alat resusitasi
• Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap
lendir delee dan alat resusitasi tabung dan sungkup
diletakkan dekat tempat resusitasi.
Maksudnya agar mudah diambil sewaktu–waktu
dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi
bayi baru lahir.
• Sarung tangan
• Jam atau pencatat waktu
Persiapan Diri
Lindungan dari infeksi dengan cara :
• Memakai alat pelindung diri pada persalinan
(celemek plastik dan sepatu tertutup)
• Lepaskan perhiasan seperti cincin, jam tangan
sebelum cuci tangan
• Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau
cairan alkohol dan cairan alkohol
• Keringkan dengan lap bersih
• Selanjutnya gunakan sarung tangan (handscoon)
sebelum menolong persalinan (IBI, 2005, hal.8).
Langkah-Langkah Tindakan Resusitasi
A. Tahap Awal
• Bila bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap
langkah awal yang perlu dilakukan dalam waktu 30
detik adalah :
1). Jaga bayi tetap hangat
• Letakkan bayi diatas kain perut ibu
• Bungkus bayi dan potong tali pusat
• Pindah bayi keatas kain ditempat resusitasi
2). Atur posisi bayi
• Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat
penolong
• Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi
3). Hisap lendir
Gunakan alat penghisap lendir delee dengan cara
sebagai berikut :
• Hisap lendir mulai dari mulut dulu kemudian dari
hidung
• Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik
keluar. Tidak pada waktu memasukkan
• Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam (jangan
lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3
cm kedalam hidung) hal itu akan menyebabkan
denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi
tiba-tiba berhenti nafas.
4). Keringkan dan rangsang bayi
• Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya dengan sedikit bantuan. Rangsangan
ini dapat membantu bayi baru lahir mulai bernafas
atau tetap bernafas.
• Lakukan rangsangan taktil dengan cara : menepuk
atau menyentuh telapak kaki kemudian
menggosok punggung, perut, dada atau tungkai
bayi dengan telapak tangan penolong.
5). Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
• Ganti kain yang telah basah dengan kain
dibawahnya
• Bungkus bayi dengan kain tersebut jangan
menutupi muka dan dada agar bisa memantau
pernafasan bayi.
• Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit
ekstensi
6). Lakukan penilaian bayi
• Bila bayi bernafas normal, berikan bayi kepada
ibunya kemudian letakkan bayi diatas dada ibu
dan selimuti keduanya untuk penghangatan
dengan cara kontak kulit bayi ke kulit ibu lalu
anjurkan ibu untuk menyusui bayi sambil
membelai.
• Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap mulai
lakukan ventilasi bayi.
B. Tahap ventilasi
• Ventilasi adalah tahapan tindakan untuk
memasukkan sejumlah volume udara kedalam
paru dengan tekanan positif untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan
teratur.
Langkah-langkah ventilasi :
1). Pasang sungkup
• Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut
dan hidung bayi sehingga tidak ada kemungkinan
udara bocor.
2). Ventilasi 2 kali
• Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan
menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.
• Lihat apakah dada bayi mengembang
Bila tidak mengembang periksa posisi
kepala, pastikan posisi sudah ekstensi kemudian
periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada
udara yang bocor.
Setelah itu periksa cairan atau lendir dimulut bila
ada lendir atau cairan lakukan penghisapan
(IBI, 2005, hal. 15).
3). Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
• Lakukan tiupan 20 kali dalam 30 detik dengan
tekanan 20 cm air
• Pastikan dada mengembang, setelah 30 detik
lakukan penilaian
• Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi
dan pantau bayi.
• Bila bayi belum bernafas atau megap-
megap, lanjutkan ventilasi.
4). Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan
penilaian
• Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik dengan
tekanan 20 cm air
• Hentikan ventilasi setiap 30 detik
• Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak
bernafas atau megap-megap.
• Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi
dan pantau bayi dengan seksama.
• Bila bayi tidak bernafas atau megap-
megap, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik
kemudian lakukan penilaian setiap 30 detik.
5). Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas normal
sesudah 2 menit ventilasi
• Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
• Teruskan resusitasi sambil menyiapkan untuk
rujukan
6). Lanjutkan ventilasi, setelah 20 menit hentikan
• Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit
• Hentikan ventilasi sesudah 20 menit tak berhasil
(IBI, 2005, hal. 17).
Resusitasi berhasil
 Sebaiknya bidan tinggal bersama keluarga bayi
untuk memantau bayi minimal dua jam pertama.
1. Bila pernafasan bayi dan warna kulitnya normal,
berikan bayi pada ibunya
–letakkan bayi diatas dada ibu dan selimti
keduanya dengan kain hangat agar bayi tetap
hangat
–anjurkan ibu menyusui bayinya sambil
membelainya
–lakukan asuhan neonatal
2. Lakukan pemantauan seksama terhadap
seksama terhadap bayi pasca resusitasi
selama 2 jampertama
–perhatikan tanda-tanda kesulitan
bernafas pada bayi : tarikan dinding
dada kedalam, nafas megap-
megap, frekuensi nafas , 30 kali atau .
dari 60 kali per menit
–pantau juga bayi yang berwarna pucat
walaupun tmpak bernafas normal.
3. Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering
• Tunda memandikan bayi sampai dengan 6-24
jam.
4. Bila kondisi bayi memburuk
• Perlu rujukan sesudah resusitasi
(IBI, 2005, hal. 21).
Rujukan
1. Periksa keadaan bayi selama perjalanan menuju
tempat rujukan (pernafasan, warna kulit, suhu
tubuh) dan catatan medik.
2. Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup
kepala bayi dan bayi dalam posisi ”metode
kanguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama
bayi dalam satu selimut.
3. Lindungi bayi dari sinar matahari
4. Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi
ASI segera kepada bayinya, kecuali pada keadaan
gangguan nafas, dan kontraindikasi lainnya
(IBI, 2005, hal. 23).
Resusitasi tidak berhasil
• Bila bayi tidak bernafas setelah resusitasi 20 menit,
hntikan resusitasi.
Biasanya bayi tersebut meninggal.
Ibu maupun keluarga memerlukan dukungan moral.
Sehingga berbicara dengan keluarga secara hati-hati
dan bijaksana serta memberikan dukungan moral
sesuai budaya setempat sangat diharapkan
(IBI, 2005, hal. 26).
BONDING ATTACHMENT
• Sejalan dengan perkembangan bulan-bulan
pertama kehidupan bayi, bayi dan ibunya saling
mengadakan hubungan dan ikatan batin.
• Jika seorang ibu konsisten dalam responsnya
dalam setiap kebutuhan bayi dan nampu
menafsirkan dengan tepat isyarat seorang
bayi, perkembangan bayi akan terpacu dan
terbentuklah ikatan batin yang kokoh.
• Keberhasilan dalam hubungan dan ikatan batin
antara seorang bayi dengan ibunya dapat
mempengaruhi hubungan sepanjang masa
(PUSDIKNAKES, 2003, hal. 44).
LAKTASI DINI
• ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa dan garam-garaman organik yang
disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu, sebagai makanan utama bayi
(Soetjiningsih, 1997, hal. 20).
• Setelah melahirkan, ibu dibersihkan dan diberi
pakaian yang bersih dan kering maka bayi yang
sudah diselimuti, diberikan kepada ibunya untuk
mulai mendapatkan ASI.
Tujuan pemberian ASI dini adalah :
• Melatih refleks isap bayi
• Membina hubungan psikologis ibu dan anak
• Membantu kontraksi uterus melalui rangsangan
pada puting susu
• Memberikan ketenangan pada ibu dan
perlindungan bagi bayinya
• Mencegah kehilangan panas yang berlebihan
pada bayi
• Memberi kesempatan pada suami atau keluarga
untuk mengetahui keadaan ibu dan bayinya.

Contenu connexe

Tendances

Respon orangtua terhadap bayi baru lahir,ppt
Respon orangtua terhadap bayi baru lahir,pptRespon orangtua terhadap bayi baru lahir,ppt
Respon orangtua terhadap bayi baru lahir,pptmartaagustinasirait
 
etika bidan dalam melakukuna asuhan pada ibu hamil
etika bidan dalam melakukuna asuhan pada ibu hamiletika bidan dalam melakukuna asuhan pada ibu hamil
etika bidan dalam melakukuna asuhan pada ibu hamilLudse Intan
 
04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatusJoni Iswanto
 
PPT Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 hari
PPT Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 hariPPT Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 hari
PPT Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 hariChiyapuri
 
Bounding attachment
Bounding attachment Bounding attachment
Bounding attachment Erlina Wati
 
Manajemen kebidanan pada ibu nifas (soap)
Manajemen kebidanan pada ibu nifas (soap)Manajemen kebidanan pada ibu nifas (soap)
Manajemen kebidanan pada ibu nifas (soap)sicua050896
 
Pemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
Pemeriksaan Kunjungan Ulang KehamilanPemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
Pemeriksaan Kunjungan Ulang KehamilanMelly anti
 
Konsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasKonsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasbundarererania
 
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannyarismaaap
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varneysicua050896
 
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iii
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iiiKebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iii
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iiihesti kusdianingrum
 
PENGGUNAAN TEKNOLOGI PADA KEHAMILAN KOMPLIKASI.pptx
PENGGUNAAN TEKNOLOGI PADA KEHAMILAN  KOMPLIKASI.pptxPENGGUNAAN TEKNOLOGI PADA KEHAMILAN  KOMPLIKASI.pptx
PENGGUNAAN TEKNOLOGI PADA KEHAMILAN KOMPLIKASI.pptxDianSiregar10
 
Asuhan intranatal di komunitas
Asuhan intranatal di komunitasAsuhan intranatal di komunitas
Asuhan intranatal di komunitasBayu Fijrie
 
Ppt riwayat kebidanan komunitas
Ppt riwayat kebidanan komunitasPpt riwayat kebidanan komunitas
Ppt riwayat kebidanan komunitasyessipriskila
 
dasar perawatan bayi baru lahir
dasar perawatan bayi baru lahirdasar perawatan bayi baru lahir
dasar perawatan bayi baru lahirChaicha Ceria
 

Tendances (20)

Respon orangtua terhadap bayi baru lahir,ppt
Respon orangtua terhadap bayi baru lahir,pptRespon orangtua terhadap bayi baru lahir,ppt
Respon orangtua terhadap bayi baru lahir,ppt
 
etika bidan dalam melakukuna asuhan pada ibu hamil
etika bidan dalam melakukuna asuhan pada ibu hamiletika bidan dalam melakukuna asuhan pada ibu hamil
etika bidan dalam melakukuna asuhan pada ibu hamil
 
Soal kb n kom
Soal kb n komSoal kb n kom
Soal kb n kom
 
04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus
 
PPT Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 hari
PPT Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 hariPPT Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 hari
PPT Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 hari
 
Bounding attachment
Bounding attachment Bounding attachment
Bounding attachment
 
Manajemen kebidanan pada ibu nifas (soap)
Manajemen kebidanan pada ibu nifas (soap)Manajemen kebidanan pada ibu nifas (soap)
Manajemen kebidanan pada ibu nifas (soap)
 
Konsep dasar nifas
Konsep dasar nifasKonsep dasar nifas
Konsep dasar nifas
 
Peran dan Fungsi Bidan slideshare
Peran dan Fungsi Bidan slidesharePeran dan Fungsi Bidan slideshare
Peran dan Fungsi Bidan slideshare
 
Konsep dasar asuhan kehamilan
Konsep dasar asuhan kehamilanKonsep dasar asuhan kehamilan
Konsep dasar asuhan kehamilan
 
Pemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
Pemeriksaan Kunjungan Ulang KehamilanPemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
Pemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
 
Konsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasKonsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifas
 
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
 
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iii
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iiiKebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iii
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iii
 
PENGGUNAAN TEKNOLOGI PADA KEHAMILAN KOMPLIKASI.pptx
PENGGUNAAN TEKNOLOGI PADA KEHAMILAN  KOMPLIKASI.pptxPENGGUNAAN TEKNOLOGI PADA KEHAMILAN  KOMPLIKASI.pptx
PENGGUNAAN TEKNOLOGI PADA KEHAMILAN KOMPLIKASI.pptx
 
Asuhan intranatal di komunitas
Asuhan intranatal di komunitasAsuhan intranatal di komunitas
Asuhan intranatal di komunitas
 
Asuhan nifas normal
Asuhan nifas normalAsuhan nifas normal
Asuhan nifas normal
 
Ppt riwayat kebidanan komunitas
Ppt riwayat kebidanan komunitasPpt riwayat kebidanan komunitas
Ppt riwayat kebidanan komunitas
 
dasar perawatan bayi baru lahir
dasar perawatan bayi baru lahirdasar perawatan bayi baru lahir
dasar perawatan bayi baru lahir
 

Similaire à Asuhan bbl

Program kesehatan terkait dlm peningkatan status kia
Program kesehatan terkait dlm peningkatan status kiaProgram kesehatan terkait dlm peningkatan status kia
Program kesehatan terkait dlm peningkatan status kiazrago
 
Konsep dasar bbl norml
Konsep dasar bbl normlKonsep dasar bbl norml
Konsep dasar bbl normlneng elis
 
Asfiksia Bayi Baru Lahir final
Asfiksia Bayi Baru Lahir finalAsfiksia Bayi Baru Lahir final
Asfiksia Bayi Baru Lahir finalharry christama
 
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitasAsuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitasintan kurniawati
 
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitasAsuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitasintan kurniawati
 
Pdt asfiksia ovik
Pdt asfiksia ovikPdt asfiksia ovik
Pdt asfiksia ovikulpheDr
 
materi kegawatdaruratan kebidanan untuk disticia
materi kegawatdaruratan kebidanan untuk disticiamateri kegawatdaruratan kebidanan untuk disticia
materi kegawatdaruratan kebidanan untuk disticiasinarpertiwi
 
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBLASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBLIra Aryanti
 
Artikel kesehatan 2
Artikel kesehatan 2Artikel kesehatan 2
Artikel kesehatan 2israma
 
Askeb Komunitas Post Natal
Askeb Komunitas Post NatalAskeb Komunitas Post Natal
Askeb Komunitas Post NatalRossaliya
 
perawatan bayi baru lahir
perawatan bayi baru lahirperawatan bayi baru lahir
perawatan bayi baru lahirSiti S
 
Asuhan Postnatal di Komunitas ( Standar 13, 14 dan 15)
Asuhan Postnatal di Komunitas ( Standar 13, 14 dan 15)Asuhan Postnatal di Komunitas ( Standar 13, 14 dan 15)
Asuhan Postnatal di Komunitas ( Standar 13, 14 dan 15)Pradasary
 
ADAPTASI BBL.ppt
ADAPTASI BBL.pptADAPTASI BBL.ppt
ADAPTASI BBL.pptnikengrahp
 
Asuhan persalinan normal (apn)
Asuhan persalinan normal (apn)Asuhan persalinan normal (apn)
Asuhan persalinan normal (apn)hani ar
 

Similaire à Asuhan bbl (20)

Program kesehatan terkait dlm peningkatan status kia
Program kesehatan terkait dlm peningkatan status kiaProgram kesehatan terkait dlm peningkatan status kia
Program kesehatan terkait dlm peningkatan status kia
 
Konsep dasar bbl norml
Konsep dasar bbl normlKonsep dasar bbl norml
Konsep dasar bbl norml
 
Femeriksaan fisik pada bayi
Femeriksaan fisik pada bayiFemeriksaan fisik pada bayi
Femeriksaan fisik pada bayi
 
Asfiksia Bayi Baru Lahir final
Asfiksia Bayi Baru Lahir finalAsfiksia Bayi Baru Lahir final
Asfiksia Bayi Baru Lahir final
 
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitasAsuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
 
Sap perawatan bbl
Sap perawatan bblSap perawatan bbl
Sap perawatan bbl
 
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitasAsuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
 
Pdt asfiksia ovik
Pdt asfiksia ovikPdt asfiksia ovik
Pdt asfiksia ovik
 
Konsep bayi baru lahir normal
Konsep bayi baru lahir normalKonsep bayi baru lahir normal
Konsep bayi baru lahir normal
 
Konsep bayi baru lahir normal
Konsep bayi baru lahir normalKonsep bayi baru lahir normal
Konsep bayi baru lahir normal
 
materi kegawatdaruratan kebidanan untuk disticia
materi kegawatdaruratan kebidanan untuk disticiamateri kegawatdaruratan kebidanan untuk disticia
materi kegawatdaruratan kebidanan untuk disticia
 
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBLASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
 
Artikel kesehatan 2
Artikel kesehatan 2Artikel kesehatan 2
Artikel kesehatan 2
 
Askeb Komunitas Post Natal
Askeb Komunitas Post NatalAskeb Komunitas Post Natal
Askeb Komunitas Post Natal
 
Termogulasi
TermogulasiTermogulasi
Termogulasi
 
perawatan bayi baru lahir
perawatan bayi baru lahirperawatan bayi baru lahir
perawatan bayi baru lahir
 
Asuhan Postnatal di Komunitas ( Standar 13, 14 dan 15)
Asuhan Postnatal di Komunitas ( Standar 13, 14 dan 15)Asuhan Postnatal di Komunitas ( Standar 13, 14 dan 15)
Asuhan Postnatal di Komunitas ( Standar 13, 14 dan 15)
 
ADAPTASI BBL.ppt
ADAPTASI BBL.pptADAPTASI BBL.ppt
ADAPTASI BBL.ppt
 
Asuhan persalinan normal (apn)
Asuhan persalinan normal (apn)Asuhan persalinan normal (apn)
Asuhan persalinan normal (apn)
 
Masa nifas AKBID PARAMATA RAHA
Masa nifas AKBID PARAMATA RAHA Masa nifas AKBID PARAMATA RAHA
Masa nifas AKBID PARAMATA RAHA
 

Plus de Rofi'ah Muwafaqoh

Kelainan dalam lamanya kehamilan smt 4
Kelainan dalam lamanya kehamilan smt 4Kelainan dalam lamanya kehamilan smt 4
Kelainan dalam lamanya kehamilan smt 4Rofi'ah Muwafaqoh
 
Persalinan dengan penyulit kala iii & iv
Persalinan dengan penyulit kala iii & ivPersalinan dengan penyulit kala iii & iv
Persalinan dengan penyulit kala iii & ivRofi'ah Muwafaqoh
 
Deteksi dini kehamilan, komplikasi dan penyakit masa
Deteksi dini kehamilan, komplikasi dan penyakit masaDeteksi dini kehamilan, komplikasi dan penyakit masa
Deteksi dini kehamilan, komplikasi dan penyakit masaRofi'ah Muwafaqoh
 
Diagnosis kehamilan dan abortus
Diagnosis kehamilan dan abortusDiagnosis kehamilan dan abortus
Diagnosis kehamilan dan abortusRofi'ah Muwafaqoh
 
Masalah & penatalaksanaan pada asneo
Masalah & penatalaksanaan pada asneoMasalah & penatalaksanaan pada asneo
Masalah & penatalaksanaan pada asneoRofi'ah Muwafaqoh
 
Copy of keseimbangan asam dan basa (keperawatan dan kebidanan )
Copy of keseimbangan asam dan basa (keperawatan dan kebidanan )Copy of keseimbangan asam dan basa (keperawatan dan kebidanan )
Copy of keseimbangan asam dan basa (keperawatan dan kebidanan )Rofi'ah Muwafaqoh
 
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilan
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilanPengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilan
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilanRofi'ah Muwafaqoh
 
Kebutuhan eliminasi dan seksual pada ibu hamil
Kebutuhan eliminasi dan seksual pada ibu hamilKebutuhan eliminasi dan seksual pada ibu hamil
Kebutuhan eliminasi dan seksual pada ibu hamilRofi'ah Muwafaqoh
 

Plus de Rofi'ah Muwafaqoh (14)

Kelainan dalam lamanya kehamilan smt 4
Kelainan dalam lamanya kehamilan smt 4Kelainan dalam lamanya kehamilan smt 4
Kelainan dalam lamanya kehamilan smt 4
 
Persalinan dengan penyulit kala iii & iv
Persalinan dengan penyulit kala iii & ivPersalinan dengan penyulit kala iii & iv
Persalinan dengan penyulit kala iii & iv
 
Deteksi dini kehamilan, komplikasi dan penyakit masa
Deteksi dini kehamilan, komplikasi dan penyakit masaDeteksi dini kehamilan, komplikasi dan penyakit masa
Deteksi dini kehamilan, komplikasi dan penyakit masa
 
Diagnosis kehamilan dan abortus
Diagnosis kehamilan dan abortusDiagnosis kehamilan dan abortus
Diagnosis kehamilan dan abortus
 
Diuretik
DiuretikDiuretik
Diuretik
 
Hipertensi dalam kehamilan
Hipertensi dalam kehamilanHipertensi dalam kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan
 
Hukum kesehatan
Hukum kesehatanHukum kesehatan
Hukum kesehatan
 
Masalah & penatalaksanaan pada asneo
Masalah & penatalaksanaan pada asneoMasalah & penatalaksanaan pada asneo
Masalah & penatalaksanaan pada asneo
 
Copy of keseimbangan asam dan basa (keperawatan dan kebidanan )
Copy of keseimbangan asam dan basa (keperawatan dan kebidanan )Copy of keseimbangan asam dan basa (keperawatan dan kebidanan )
Copy of keseimbangan asam dan basa (keperawatan dan kebidanan )
 
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilan
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilanPengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilan
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit dan pengaruh penyakit terhadap kehamilan
 
Gizi ibu hamil
Gizi ibu hamilGizi ibu hamil
Gizi ibu hamil
 
Analgetika
AnalgetikaAnalgetika
Analgetika
 
Demam berdarah dengue (dbd)
Demam berdarah dengue (dbd)Demam berdarah dengue (dbd)
Demam berdarah dengue (dbd)
 
Kebutuhan eliminasi dan seksual pada ibu hamil
Kebutuhan eliminasi dan seksual pada ibu hamilKebutuhan eliminasi dan seksual pada ibu hamil
Kebutuhan eliminasi dan seksual pada ibu hamil
 

Asuhan bbl

  • 1. ASUHAN BAYI BARU LAHIR Kul 3 handa UNS’10
  • 2. Perlindungan Thermal • Bayi baru lahir dengan cepat mengalami stress denga adanya perubahan suhu. • Bayi cukup bulan dengan berat normal tidak dapat menjaga temperatur tubuhnya secara adekuat hingga setidaknya berusia dua hari. • Bayi bayi ini dapat menjadi hipotermi dalam ruangan yang relatif hangat bila berada dalam keadaan basah atau tidak tertutup. • Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas tubuhnya melalui konveksi, konduksi, evaporasi dan konduksi.
  • 3. • Konduksi adalah proses hilangnya panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah. Contoh : bayi diletakkan diatas meja yang terbuat dari logam, kasur atau timbangan yang suhunya lebih rendah dari suhu tubuhnya. • Konveksi adalah proses hilangnya panas tubuh melalui kontak dengan udara yang dingin disekitarnya. Contoh : bayi berada dalam suatu ruangan yang dingin atau menggunakan kipas angin, pendingin ruangan,atau ruangan yang terbuka dimana angin secara langsung bertiup mengenai tubuhnya.
  • 4. • Evaporasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila bayi berada dalam keadaan basah. Contoh : bayi tidak segera dikeringkan setelah proses kelahirannya atau setelah dimandikan. • Radiasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila bayi diletakkan dekat dengan benda-benda yang lebih rendah suhunya dari suhu tubuhnya. Contoh : bayi diletakkan dekat dengan tembok yang dingin. Segera setelah bayi lahir, upayakan untuk mencegah hilangnya panas dari tubuh bayi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sbb:
  • 5. Mengeringkan tubuh bayi • Segera setelah bayi diletakkan pada perut ibu, keringkan kepala dan tubuh bayi dari cairan ketuban atau cairan lain yang membasahi tubuh bayi baru lahir. Bila didapatkan cairan pada permukaan tubuh bayi, cairan ini akan diuapkan oleh tubuhnya, sehingga bayi dapat mengalami hipotermi. • Dianjurkan untuk mengeringkan tubuh bayi dengan handuk atau kain yang hangat. • Hal ini memberikan dua keuntungan bagi bayi. Pertama, suhu tubuh bayi tetap terjaga dan yang kedua, memberikan rangsangan taktil pada tubuh bayi sehingga dapat merangsang timbulnya upaya nafas.
  • 6. Selimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering •Bagian kepala bayi mempunyai permukaan yang paling luas dibandingkan dengan seluruh tubuhnya, sehingga bila permukaan kepala tidak ditutupi bayi akan kehilangan panas tubunya secara cepat.
  • 7. Ganti handuk atau selimut yang basah • Benda basah yang melekat pada permukaan tubuh bayi, juga dapat menurunkan suhu tubuhnya. • Kain, handuk atau selimut yang dipergunakan sejak awal asuhan dan kemudian menjadi basah baiknya segera diganti dengan yang baru (harus bersih, kering dan hangat). • Selimuti bayi dengan kain yang baru setelah tindakan yang diperlukan selesai dilaksanakan.
  • 8. Jangan menimbang bayi dalam keadaan tidak berpakaian • Menimbang bayi segera sesudah lahir, apalagi dalam kondisi tanpa pakaian yang beresiko menyebabkan hilangnya panas dari tubuh bayi. • Timbanglah bayi setelah memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya. • Berat yang tercatat dapat disesuaikan dengan mengurangi jumlah berat pakaian tersebut.
  • 9. Jangan mandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah persalinan • Pada bayi yang lahir normal dan tidak mempunyai masalah pernafasan, dibutuhkan cukup waktu setelah bayi dilahirkan sebelum bayi tersebut dimandikan.
  • 10. Hal-hal penting yang harus diperhatikan sebelum memandikan bayi adalah : • Jangan mandikan bayi setidak-tidaknya hingga 6 jam setelah persalinan. • Memandikan bayi mungkin harus ditunda lebih lama lagi bila didapatkan penyulit seperti asfiksi pada BBL. • Pastikan bahwa suhu tubuh bayi sudah stabil (suhu aksilla 36- 37ºC) • Pastikan bayi tidak mengalami problem pernafasan • Gunakan air hangat untuk memandikan bayi, dan lakukanlah dalam ruangan yang cukup hangat pula. • Mandikan secara cepat dan segera keringkan ut ibbayi dengan handuk kering untuk mencegah hilangnya panas yang berlebihan. • Segera kenakan pakaian bayi setelah dimandikan.
  • 11. Lingkungan yang hangat • Letakkan bayi pada lingkungan yang hangat. Amat dianjurkan untuk meletakkan bayi dalam dekapan ibunya (sumber panas yang sesuai).
  • 12. PEMELIHARAAN PERNAFASAN • Pemeliharaan pernafasan bayi dilakukan sejak kepala mulai keluar dari jalan lahir, yaitu dengan melakukan pembersihan lendir serta cairan yang berada disekitar mulut dan hidung dengan kapas atau kain kassa steril. • Kemudian kedua kelopak matanya dibersihkan dengan kapas atau kain kassa steril satu demi satu, dimulai dari dalam keluar.
  • 13. • Kemudian kedua kaki bayi dipegang dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain memegang kepala bayi yang lebih rendah daripada kaki dengan posisinya dalam ekstensi sedikit untuk memungkinkan cairan atau lendir mengalir keluar dari trakea dan farings. • Sementara itu seorang membantu menghisap lendir dan cairan dengan alat penghisap lendir.
  • 14. • Bayi sehat akan menangis dalam waktu 30 detik, tidak perlu dilakukan apa-apa lagi oleh karena bayi mulai bernafas dan warna kulitnya kemerah- merahan. • Kemudian bayi diletakkan mendatar kira-kira sama tingginya dengan atau sedikit dibawah introitus vagina. • Bila bayi masih belum bersih dari cairan dan lendir, penghisapan lendir diteruskan, mula-mula dari mulut, kemudian dari lubang hidung, supaya jalan nafas babas dan bayi bernafas sebebas- bebasnya (Prawirodihardjo, 2002, hal.215-216).
  • 15. PEMOTONGAN TALI PUSAT • Pemotongan dan pengikat tali pusat menyebabkan pemisahan fisik antara ibu dan bayi. • Waktu pemotongan tali pusat tergantung dari pengalaman seorang ahli kebidanan. • Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat (high risk baby) perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin, agar dapat dilakukan pemotongan tali pusat secepat-cepatnya (Prawirodihardjo, 2002, hal. 217).
  • 16. • Bayi yang basah dan licin ditempatkan ditempatkan ditempatkan diatas perut ibu yang sudah dialaskan dengan kain atau handuk yang kering. • Rendahkan kepala bayi sedikit kebawah, segera keringkan bayi dan tutupi kepala serta tubuhnya dengan handuk atau kain yang kering tersebut. (PUSDIKNAKES, 2003, hal. 4-18).
  • 17. Ada 2 pola pemotongan tali pusat, yaitu : 1. Pola diatas perut ibu • Meletakkan kain yang ada diperut ibu dengan posisi kepala lebih rendah (ekstensi) lalu dibungkus dengan kain, dibuka bagian dada dan perut. • Jepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 sentimeter dari pangkal tali pusat (IBI, 2005, hal. 13). • Lakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan pasang klem kedua 2 sentimeter dari lem pertama. Pegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri dan dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, potong tali pusat diantara kedua klem (PUSDIKNAKES, 2003, hal. 4-18)
  • 18. 2. Pola dekat perineum ibu • Meletakkan bayi baru lahir setelah dinilai diatas kain yang ada dibawah perineum ibu (IBI, 2005, hal. 13), • kemudian segera jepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 sentimeter dari pangkal tali pusat. • Lakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan pasang klem kedua 2 sentimeter dari lem pertama. • Pegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri dan dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, potong tali pusat diantara kedua klem.
  • 19. EVALUASI NILAI APGAR • Nilai Apgar adalah satu sistem penilaian yang dipakai untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit pertama dan kelima setelah kelahirannya. • Jika terdapat masalah, maka nilai Apgar akan membantu dalam menentukan tingkat keseriusan dari depresi bayi baru lahir tersebut serta arah langkah yang harus diambil. • Jumlah nilai seluruhnya didapat dengan jalan mengevaluasi kelima tanda-tanda : rupa atau warna, nadi atau detak jantung, ringisan atau respons wajah bayi ketika kakinya disentuh, kegiatan atau tonus otot lengan dan kaki, respirasi atau pernafasan. • Masing-masing tanda-tanda tersebut diberi angka 0, 1 atau 2. angka tertinggi adalah 10.
  • 20. Sistem penilaian Apgar Tanda-tanda 0 1 2 Rupa / warna Pucat atau biru Tubuh merah, tangan dan kaki biru Seluruhnya merah Nadi / detak jantung Tidak terdapat detak jantung Lambat – dibawah 100x/mnt. Detak jantung lemah Diatas 100x/mnt. Detak jantung kuat Wajah menyeringai/ respons terhadap sentuhan Tidak ada respons atau reaksi Meringis atau wajahnya kecut Menangis, batuk atau bersin Kegiatan tonus atau otot Tangan dan kaki lumpuh Ada sedikit pergerakan sebagai reaksi terhadap rangsangan Pergerakan aktif, kaki dan tangan bergerak (PUSDIKNAKES, 2001, hal.3-132).
  • 21. Klasifikasi klinik : • Nilai 7 – 10 : bayi normal • Nilai 4 – 6 : bayi asfiksia ringan – sedang • Nilai 0 – 3 : bayi asfiksia berat
  • 22. RESUSITASI • Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernafasan, peredaran darah dan otak yang terhenti atau terganggu sedemikian rupa agar kembali normal seperti semula (FKUI, 2002, hal. 998). Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna menentukan tindakan resusitasi, yaitu :
  • 23. keputusan bidan guna menentukan tindakan resusitasi Penilaian Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah  Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada letak kepala Segera setelah bayi lahir  Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas megap-megap atau tidak bernafas Keputusan Memutuskan bayi perlu resusitasi bila :  Bayi tidak bernafas atau megap-megap  Air ketuban bercampur mekonium Tindakan Mulai lakukan resusitasi segera bila :  Bayi tidak bernafas atau megap-megap : lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir  Bila air ketuban bercampur mekonium : lakukan resusitasi dengan managemen air ketuban bercampur mekonium.
  • 24. • Penilaian bayi segera setelah bayi baru lahir sangat penting dilaukan dengan jalan menghadapkan bayi kearah penolong agar dapat mengamati. • Lakukan penilaian cepat dalm 0 menit apakah bayi bernafas, bernafas megap-megap atau tidak bernafas. • Indikasi ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu resusitasi (IBI, 2005, hal.9). • Apabila dalam penilaian bayi baru lahir langsung menangis atau bernafas spontan dan teratur, segera lakukan asuhan bayi baru lahir. • Segera potong tali pusat, keringkan bayi, tidak perlu penghisapan jalan nafas, dekatkan segera bayi pada payudara ibu dan berikan ASI dini (kontak kulit bayi dengan kulit ibu).
  • 25. • Nilai atau skor Apgar tidak digunakan sebagai dasar keputusan, untuk tindakan resusitasi. • Penilaian harus dilakukan segera sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan penilaian Apgar, tetapi cara Apgar tetap dipakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran. • Bidan harus siap melakukan resusitasi bayi baru lahir setiap menolong persalinan. • Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat berharga, walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernafas, bayi dapat menderita kerusakan otak atau meninggal.
  • 26. Persiapan yang diperlukan adalah tempat dan alat untuk resusitasi Persiapan Keluarga Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan- kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi dan persiapan persalinan.
  • 27. Persiapan Tempat Resusitasi – Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi yaitu menggunakan ruangan yang hangat dan terang. – Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih, dan kering misalnya meja, dipan, atau diatas lantai beralas tikar. Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi. – Tempat resusitasi sebaiknya dekat dengan pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka). – Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi. – Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60-100 watt atau lampu petromak, nyalakan lampu menjelang persalinan (IBI, 2005, hal.6).
  • 28. Persiapan Alat Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu : Kain 1 • Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan bayi baru lahir yang basah oleh air ketuban segera setelah lahir. • bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi diatas perut ibu sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Itu dapai digunakan untuk bayi asfiksia pula. • Bagi bidan yang belum biasa melakukan hal yang diatas, dan terbiasa meletakkan bayi di depan perineum setelah lahir selain kain dibawah perineum ibu meletakkan sehelai kain kira-kira 45 cm dari perineum ibu untuk memindahkan bayi. • Pada prinsipnya penggunaan kain ini ditujukan agar bayi kering dan hangat dan boleh diletakkan diatas perut ibu atau didekat perineum ibu, sesuai dengan kebiasaan bidan.
  • 29. Kain 2 • Fungsi kain kedua adalah untuk membungkus bayi baru lahir agar tetap kering dan hangat, dan mengganti kain pertama yaqng basah sesudah bayi dikeringkan. Kain ini diletakkan diatas tempat resusitasi digelar menutupi permukaan yang rata. Kain 3 • Fungsi kain ketiga adalah untuk mengganjal bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi kepala bayi. Kain digulung setebal kira-kira 5 cm diletakkan dibawah kain kedua yangmenutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
  • 30. Alat resusitasi • Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap lendir delee dan alat resusitasi tabung dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi. Maksudnya agar mudah diambil sewaktu–waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. • Sarung tangan • Jam atau pencatat waktu
  • 31. Persiapan Diri Lindungan dari infeksi dengan cara : • Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastik dan sepatu tertutup) • Lepaskan perhiasan seperti cincin, jam tangan sebelum cuci tangan • Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau cairan alkohol dan cairan alkohol • Keringkan dengan lap bersih • Selanjutnya gunakan sarung tangan (handscoon) sebelum menolong persalinan (IBI, 2005, hal.8).
  • 32. Langkah-Langkah Tindakan Resusitasi A. Tahap Awal • Bila bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap langkah awal yang perlu dilakukan dalam waktu 30 detik adalah : 1). Jaga bayi tetap hangat • Letakkan bayi diatas kain perut ibu • Bungkus bayi dan potong tali pusat • Pindah bayi keatas kain ditempat resusitasi 2). Atur posisi bayi • Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong • Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi
  • 33. 3). Hisap lendir Gunakan alat penghisap lendir delee dengan cara sebagai berikut : • Hisap lendir mulai dari mulut dulu kemudian dari hidung • Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar. Tidak pada waktu memasukkan • Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm kedalam hidung) hal itu akan menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti nafas.
  • 34. 4). Keringkan dan rangsang bayi • Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit bantuan. Rangsangan ini dapat membantu bayi baru lahir mulai bernafas atau tetap bernafas. • Lakukan rangsangan taktil dengan cara : menepuk atau menyentuh telapak kaki kemudian menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan penolong.
  • 35. 5). Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi • Ganti kain yang telah basah dengan kain dibawahnya • Bungkus bayi dengan kain tersebut jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau pernafasan bayi. • Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi
  • 36. 6). Lakukan penilaian bayi • Bila bayi bernafas normal, berikan bayi kepada ibunya kemudian letakkan bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya untuk penghangatan dengan cara kontak kulit bayi ke kulit ibu lalu anjurkan ibu untuk menyusui bayi sambil membelai. • Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap mulai lakukan ventilasi bayi.
  • 37. B. Tahap ventilasi • Ventilasi adalah tahapan tindakan untuk memasukkan sejumlah volume udara kedalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur. Langkah-langkah ventilasi : 1). Pasang sungkup • Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi sehingga tidak ada kemungkinan udara bocor.
  • 38. 2). Ventilasi 2 kali • Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm air Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka. • Lihat apakah dada bayi mengembang Bila tidak mengembang periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah ekstensi kemudian periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor. Setelah itu periksa cairan atau lendir dimulut bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan (IBI, 2005, hal. 15).
  • 39. 3). Ventilasi 20 kali dalam 30 detik • Lakukan tiupan 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air • Pastikan dada mengembang, setelah 30 detik lakukan penilaian • Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi. • Bila bayi belum bernafas atau megap- megap, lanjutkan ventilasi.
  • 40. 4). Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian • Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air • Hentikan ventilasi setiap 30 detik • Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-megap. • Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan seksama. • Bila bayi tidak bernafas atau megap- megap, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian setiap 30 detik.
  • 41. 5). Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas normal sesudah 2 menit ventilasi • Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan • Teruskan resusitasi sambil menyiapkan untuk rujukan 6). Lanjutkan ventilasi, setelah 20 menit hentikan • Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit • Hentikan ventilasi sesudah 20 menit tak berhasil (IBI, 2005, hal. 17).
  • 42. Resusitasi berhasil  Sebaiknya bidan tinggal bersama keluarga bayi untuk memantau bayi minimal dua jam pertama. 1. Bila pernafasan bayi dan warna kulitnya normal, berikan bayi pada ibunya –letakkan bayi diatas dada ibu dan selimti keduanya dengan kain hangat agar bayi tetap hangat –anjurkan ibu menyusui bayinya sambil membelainya –lakukan asuhan neonatal
  • 43. 2. Lakukan pemantauan seksama terhadap seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama 2 jampertama –perhatikan tanda-tanda kesulitan bernafas pada bayi : tarikan dinding dada kedalam, nafas megap- megap, frekuensi nafas , 30 kali atau . dari 60 kali per menit –pantau juga bayi yang berwarna pucat walaupun tmpak bernafas normal.
  • 44. 3. Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering • Tunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam. 4. Bila kondisi bayi memburuk • Perlu rujukan sesudah resusitasi (IBI, 2005, hal. 21).
  • 45. Rujukan 1. Periksa keadaan bayi selama perjalanan menuju tempat rujukan (pernafasan, warna kulit, suhu tubuh) dan catatan medik. 2. Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup kepala bayi dan bayi dalam posisi ”metode kanguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi dalam satu selimut. 3. Lindungi bayi dari sinar matahari 4. Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera kepada bayinya, kecuali pada keadaan gangguan nafas, dan kontraindikasi lainnya (IBI, 2005, hal. 23).
  • 46. Resusitasi tidak berhasil • Bila bayi tidak bernafas setelah resusitasi 20 menit, hntikan resusitasi. Biasanya bayi tersebut meninggal. Ibu maupun keluarga memerlukan dukungan moral. Sehingga berbicara dengan keluarga secara hati-hati dan bijaksana serta memberikan dukungan moral sesuai budaya setempat sangat diharapkan (IBI, 2005, hal. 26).
  • 47. BONDING ATTACHMENT • Sejalan dengan perkembangan bulan-bulan pertama kehidupan bayi, bayi dan ibunya saling mengadakan hubungan dan ikatan batin. • Jika seorang ibu konsisten dalam responsnya dalam setiap kebutuhan bayi dan nampu menafsirkan dengan tepat isyarat seorang bayi, perkembangan bayi akan terpacu dan terbentuklah ikatan batin yang kokoh. • Keberhasilan dalam hubungan dan ikatan batin antara seorang bayi dengan ibunya dapat mempengaruhi hubungan sepanjang masa (PUSDIKNAKES, 2003, hal. 44).
  • 48. LAKTASI DINI • ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garaman organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi (Soetjiningsih, 1997, hal. 20). • Setelah melahirkan, ibu dibersihkan dan diberi pakaian yang bersih dan kering maka bayi yang sudah diselimuti, diberikan kepada ibunya untuk mulai mendapatkan ASI.
  • 49. Tujuan pemberian ASI dini adalah : • Melatih refleks isap bayi • Membina hubungan psikologis ibu dan anak • Membantu kontraksi uterus melalui rangsangan pada puting susu • Memberikan ketenangan pada ibu dan perlindungan bagi bayinya • Mencegah kehilangan panas yang berlebihan pada bayi • Memberi kesempatan pada suami atau keluarga untuk mengetahui keadaan ibu dan bayinya.