1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya peningkatan kualitas pendidiakn di tanah air, tidak dapat
dilepaskan dari berbagai hal yang berkaiutan dengan eksistensi guru itu
sendiri. Apabila guru tidak dapat menyampaikan materi dengan tepat dan
menarik, dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa, sehingga
mengalami ketidak tuntasan dalam belajarnya.
Firman Allah dalam surah Al-Alaq ayat 1 s/d 5 sebagai berikut:
Dari ayat tersebut tergambar bahwa metode pembelajaran dilakukan
dengan tahap demi tahap, artinya metode pembelajaran yang diajarkan melalui
proses.
Pendidikan merupakan jalan yang harus ditempuh dalam membentuk
manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan. Melalui
pendidikan pola agar adanya manusia yang beriman dan bertakwa sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Republik Indonesia No.
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
1
2. 2
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.1
Dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dibutuhkan suatu metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh
guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar. Karena penyampaian itu
berlangsung dalam interaksi edukatif, metode mengajar dapat diartikan sebagai
cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar
pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode mengajar
merupakan alat untuk menciptakan proses belajar-mengajar.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha orang dewasa secara
sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan
dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal atau non formal”.
Usaha ini sudah barang tentu memerlukan beberapa penunjang
sehingga tujuan yang hendak di capai terwujud dengan baik. Maka dapat di
pahami bahwa dalam proses belajar mengajar, siswa tidak hanya di tuntut
untuk memiliki sejumlah pengetahuan, tetapi juga di tuntut untuk memiliki
pengalaman dan kepribadian yang baik mengenai pengetahuan yang di
milikinya.
Baik pengetahuan maupun pengalaman siswa dalam proses
pembelajaran di pengaruhi oleh faktor eksternal dan internal yang keduanya
saling berkaitan. Sedangkan faktor eksternal yaitu suatu hal yang berasal dari
luar diri siswa, seperti guru, situasi kelas, metode pendidikan, latar belakang
1
Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidkan Nasional, (Bandung:
Citra Umbara, 2003), h.7.
3. 3
ekonomi, latar belakang social dan lain sebagainya yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa.
Terdapat sejumlah metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru.
Untuk dapat memilih metode yang tepat, guru hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip umumu dan faktor-faktor yang mempengaruhi penetapannya.
Adapun faktor yang mempengaruhi belajar mengajar seperti tujuan pengajaran,
faktor guru, dan faktor lingkungan.
Pembelajarn Exspelicit Intruction cocok untuk menyampaikan materi
yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap.
Prosesnya adalah sajiannya informasi kompetensi, mendemontrasikan
pengetahuan dan ketrampilan procedural, membimbing pelatihan-penerapan,
mengecek pemahaman dan nalikan, penyimpulan dan evluasi serta melakukan
refleksi.
Oleh karena itu dalam penulisan ini akan dikaji secara lebih mendalam
sebuah judul : “Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Surah Al-
Kafirun, Al-Qadar, Al-Fill Mata Pelajaran Alquran Hadis Di Kelas 2
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction
(Pengajaran Langsung) Di Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina
Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru”.
B. Identifikasi Masalah
4. 4
Dari latar belakang masalah, dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Siswa pasif dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar Pendidikan
Agama Islam.
2. Siswa terlihat jenuh dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar
Pendidikan Agama Islam.
3. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk menghindari pemahaman yang salah terhadap judul di atas,
maka penulis akan mengemukakan penegasan judul sebagai berikut:
a. Model
Model adalah bentuk, contoh.2
b. Pembelajaran
Yang dimaksud dengan pembelajaran dalam penlitian ini
adalah kegiatan mentransfer ilmu dari guru kepada siswa.
c. Ekspelicit Intruction
Exspelicit Intruction adalah pengajaran langsung
Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah Model
upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model Pembelajaran
Ekspelicit Intruction pada Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina
Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru
2
Aditya Nagara, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 1998),
h.401.
5. 5
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan diatas, yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
a. Bagaimana aktivitas guru dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa
Menulis Surah Al-Kafirun, Al-Qadar, Al-Fill Mata Pelajaran Alquran
Hadis Di Kelas 2 Dengan Menggunakan model Pembelajaran
Ekspelicit Intruction pada Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina
Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru?
b. Bagaimana aktivitas siswa dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa
Menulis Surah Al-Kafirun, Al-Qadar, Al-Fill Mata Pelajaran Alquran
Hadis Di Kelas 2 Dengan Menggunakan model Pembelajaran
Ekspelicit Intruction pada Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina
Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru?
c. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi Menulis Surah Al-Kafirun,
Al-Qadar, Al-Fill Mata Pelajaran Alquran Hadis Di Kelas 2 Dengan
Menggunakan model Pembelajaran Ekspelicit Intruction pada
Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina Kecamatan Liang Anggang Kota
Banjarbarubaru?
D. Pemecahan Masalah / Tindakan Yang Dilakukan
Dari permasalahan yang di hadapi siswa kurang mampu berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka dilakukan
tindakan kelas dengan menerapkan Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction
6. 6
(Pengajaran Langsung) tindakan kelas ini dilaksnaakan di Kelas II Madrasah
Ibtidaiyah Baladan Amina Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru
selama 2 siklus dengan 4 kali pertemuan tatap muka.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui aktivitas guru dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa
Menulis Surah Al-Kafirun, Al-Qadar, Al-Fill Mata Pelajaran Alquran
Hadis Di Kelas 2 Dengan Menggunakan model Pembelajaran Ekspelicit
Intruction pada Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina Kecamatan Liang
Anggang Kota Banjarbaru.
2. Untuk mengetahui aktivitas siswa pada materi Menulis Surah Al-Kafirun,
Al-Qadar, Al-Fill Mata Pelajaran Alquran Hadis Di Kelas 2 Dengan
Menggunakan model Pembelajaran Ekspelicit Intruction pada Madrasah
Ibtidaiyah Baladan Amina Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru.
3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi Menulis Surah Al-
Kafirun, Al-Qadar, Al-Fill Mata Pelajaran Alquran Hadis Di Kelas 2
Dengan Menggunakan model Pembelajaran Ekspelicit Intruction pada
Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina Kecamatan Liang Anggang Kota
Banjarbaru.
F. Kegunaan/Manfaat Tindakan
7. 7
1. Bagi Siswa
a. Memberikan pengalaman belajar yang dapat mendorong aktivitas siswa
secara maksimal
b. Membantu siswa memahami materi Pendidikan Agama Islam
berdasarkan tingkat kemampuan kognitif dan psikomotorik setelah
pemberian pembelajaran Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction
(Pengajaran Langsung)
c. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
2. Bagi guru
Sebagai alternatif penggunaan model pembelajaran mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran.
3. Bagi Kepala sekolah
Meningkatkan prestasi akademik bagi sekolah sehingga mendukung
akreditasi sekolah.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka hipotesis tindakan
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Diterapkan Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran
Langsung) dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam materi Surah Al-Kafirun, Al-Qadar, Al-Fill.
8. 8
2. Sikap siswa setuju dan senang diterapkannya Model Pembelajaran
Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung) dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam materi Surah Al-Kafirun, Al-Qadar, Al-Fill di
Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina Kecamatan Liang Anggang
Kota Banjarbaru .
3. Jika diterapkannya Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran
Langsung) maka siswa akan berperan aktif dalam aktivitas belajar.
BAB II
9. 9
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Alquran
1. Secara Bahasa (Etimologi)
Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a ( )قرأyang
bermakna Talaa ([ )تلkeduanya berarti: membaca], atau bermakna Jama’a
(mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an
Wa Qur’aanan ( )قرأ قننرءا وقرآننناsama seperti anda menuturkan, Ghofaro
Ghafran Wa Qhufroonan ( .)غفر غفرا وغفرانناBerdasarkan makna pertama
(Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan
Ism Maf’uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan
makna kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah mashdar dari Ism Faa’il,
artinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia
mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.3
2. Secara Syari’at (Terminologi)
Adalah Kalam Allah swt yang diturunkan kepada Rasul dan
penutup para Nabi-Nya, Muhammad saw, diawali dengan surat al-Fatihah
dan diakhiri dengan surat an-Naas.4
Firman Allah swt surah al-Insaan:23
Maksudnnya Allah swt menurunkan Alquran kepadamu (hai
Muhammad) dengan berangsur-angsur.”
Firman Allah swt surah Yusuf:2:
Maksudnya Allah menurunkannya berupa Alquran dengan
berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
3
Syaikh Muhammad bin ‘Utsaimin Ushuul Fii at-Tafsiir karya, (td.), hal.9-11
4
Ibid
9
10. 10
Allah swt telah menjaga Alquran yang agung ini dari upaya
merubah, menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Dia swt
telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya;
Firman Allah swt surah al-Hijr:9:
Maksudnya Allah swt. yang menurunkan Alquran dan sesungguhnya
Kami benr-benar memeliharanya.”
Oleh karena itu, selama berabad-abad telah berlangsung namun
tidak satu pun musuh-musuh Allah yang berupaya untuk merubah isinya,
menambah, mengurangi atau pun menggantinya. Allah swt pasti
menghancurkan tabirnya dan membuka kedoknya.
Allah swt menyebut Alquran dengan sebutan yang banyak sekali,
yang menunjukkan keagungan, keberkahan, pengaruhnya dan
universalitasnya serta menunjukkan bahwa ia adalah pemutus bagi kitab-
kitab terdahulu sebelumnya.
Allah swt berfirman; al-Hijr:87:
Maksudnya Allah meberikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca
berulang-ulang dan Alquran yang agung.”
Dan firman-Nya; al-An’am:155:
11. 11
Maksudnya Alquran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang
diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.
Dan firman-Nya; al-Waqi’ah:77
Maksudnya Alquran adalah bacaan yang sangat mulia.
Dan firman-Nya; al-Isra’:9
Maksudnya Alquran memberikan petunjuk kepada (jalan ) yang
lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min
yang menjajakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang benar.”
Dan firman-Nya; al-Hasyr:21
Maksudnya jika Allah swt menurunkan Alquran ini kepada sebuah
gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan
takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk
manusia supaya mereka berfikir.”
B. Membaca Alquran
Dalam berbagai kesempatan, kita sering menemukan banyak orang
yang membicarakan tentang pendidikan. Membandingkan sistem pendidikan
12. 12
di Indonesia dengan negara-negara tetangga. Kemudian memposisikan
Indonesia sebagai negara yang terbelakang dalam pendidikan. Hal ini tidak
hanya sekedar wacana, tapi sudah menjadi hasil analisis oleh lembaga
pendidikan nasional dan internasional.
Kejadian di atas adalah gambaran umum keadaan pendidikan di
Indonesia. Jika kita ulur ke daerah Banten, maka, kita juga akan mendapatkan
wacana yang sama tentang pendidikan di Banten; tertinggal, sarana yang
belum memadai, bangunan fisik yang masih perlu perbaikan, dan lain
sebagainya.
Banyak faktor yang menyebabkan pendidikan di Indonesia menjadi
terbelakang, dalam tulisan ini akan disinggung salah satu di antaranya. Dalam
banyak momentum sering dibicarakan bahwa, kelemahan yang semakin kuat
dalam pendidikan di Indonesia disebabkan salah satunya oleh kurangnya
kesadaran membaca dan menulis dalam masyarakat. Bahkan, hal ini sempat
menjadi bahan selorokan di Jepang, bahwa untuk membedakan orang Jepang
dan orang Indonesia di sana sangatlah mudah, cukup dengan melihat apakah
dia membaca buku ketika menunggu mobil atau justru mengobrol. Tentu
dengan asumsi bahwa yang mengobrol adalah orang Indonesia.
Faktor kelemahan membaca dan menulis juga disinggung oleh Guru
Besar Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, A. Chaidar Alwasilah
dalam artikelnya “Membangun Mesin Reproduksi Pengetahuan”. Ia
menuliskan bahwa, merosotnya perguruan tinggi kita disebabkan lantaran
minimnya citations. Citations atau jumlah karya tulis dosen yang dikutip di
forum dunia adalah salah satu alat ukur, di antara lima alat ukur, untuk
menetapkan kehebatan sebuah perguruan tinggi. Keempat alat ukur lainnya
13. 13
adalah: penilaian oleh sejawat, jumlah dosen asing, jumlah mahasiswa asing,
dan rasio dosen-mahasiswa.5
Menurut Chaidar, melalui kelima alat ukur tersebut, The Times Higher
Education Supplement, menetapkan 200 perguruan tinggi terhebat di dunia
pada tahun 2004. Dan, yang menyedihkan, perguruan tinggi di Indonesia
tampaknya tidak ada yang masuk dalam 200 besar, hanya beberapa perguruan
tinggi tetangga yang masuk seperti, National University of Singapore
(peringkat ke-18), Nanyang University (ke-50), Malaya Univeristy (ke-89),
dan Sains Malaya University (ke-111). 6
Selain Chaidar, masih banyak penggiat-penggiat pendidikan yang juga
berasumsi bahwa kelemahan pendidikan di Indonesia disebabkan oleh
kurangnya kesadaran membaca dan menulis. Sebut saja misalnya, Hernowo,
penulis buku ‘Mengikat Makna’ ini mengungkapkan perlunya paradigma baru
dalam membaca dan menulis untuk kalangan akademisi di kampus.
Dalam artikelnya “Brain Based Writing” Hernowo beranggapan, ada
kemungkinan, selama ini kegiatan membaca dan menulis kadang menjadi
beban (bagi pendidik sekaligus yang dididik). Maka, untuk mengusir beban
tersebut, perlu ada perubahan cara berpikir para akademisi di kampus tentang
kegiatan membaca dan menulis.
Dalam berbagai disiplin ilmu, dokumentasi dalam bentuk tulisan;
makalah, artikel, essay, adalah suatu kegiatan yang harus terus berjalan,
meskipun dalam praktek, masih banyak akademisi yang tidak yakin dengan
kemampuannya, dan akhirnya mengkopi tulisan orang lain. Ini juga bisa
diyakini sebagai salah satu gejala kekurangsadaran dalam menulis. Dalam
5
Anonim, “Membaca dan Menulis dalam Alqur’an” http://edihudiata.wordpress.com /
2007/06/2, 2009
6
Ibid.
14. 14
tatanan agama Islam, kita banyak menemukan buku-buku dalam berbagai
disiplin ilmu yang ditulis oleh orang Islam terdahulu.
Dalam sejarah tercatat bahwa kejayaan Islam pernah teraih melalui
budaya baca-tulis. Bahkan Muhammad, nabi akhir zaman, mendapatkan
wahyu pertama yang berbias perintah untuk membaca (iqra’) dan menulis
(‘allama bi al-qalam).
Surat al-‘Alaq yang disepakati oleh para ulama sebagai wahyu pertama
yang diturunkan kepada Muhammad, memiliki tiga cakupan yang sangat
prinsipil: pertama; menjelaskan hikmah penciptaan manusia, keutamaan
perintah membaca (iqra’) dan menulis (‘allama bi al-qalam) sebagai
keutamaan manusia dari makhluk-Nya yang lain. Kedua; menjelaskan tentang
ketamakan manusia terhadap duniawi dan akhirnya hancur karena
kecintaannya terhadap dunia, ketiga; mengkisahkan tentang Abu Jahal yang
membangkang terhadap ajaran Nabi.7.
Wahbah Zuhaili juga menggambarkan bahwa nilai normatif yang ada
pada wahyu pertama ini, lebih mengajak kepada manusia untuk memahami
urgensi membaca dan menulis. Melalui wahyu pertama, Tuhan memberikan
mukjizat kepada Nabi yang dikenal buta huruf, hal ini sebagai pertanda bahwa
Tuhan menganugerahkan kepada manusia ‘akal’ yang menjadikan manusia
lebih bernilai dibanding makhluk-Nya yang lain.
Perintah baca (iqra’) kepada orang yang buta huruf seperti Muhammad
tidak dimaksudkan sebagai bentuk penghinaan atau merendahkan. Tapi, justru
hal ini menggambarkan bahwa Tuhan mengantarkan manusia dari dunia
‘gelap’ menuju dunia ‘cerah’ melalui budaya membaca dan menulis.
Dalam wahyu pertama itu, Tuhan menyebutkan kata iqra’ (baca) pada
awal surat, kemudian dikaitkan dengan kalimat selanjutnya bismi rabbika al-
7
Wahbah Zuhaili, Tafsîr al-Munîr, Jilid 7, 1991
15. 15
ladzî khalaq (dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan).
Kemudian Tuhan menyandingkan kata iqra’ (baca) dengan kata ‘allama bi al-
qalam (yang mengajari dengan qalam (menulis). Dalam pandangan Wahbah,
sandingan ini memiliki kekuatan yang sangat penting bagi manusia, bahwa
Tuhan, selain memerintah untuk membaca, juga memerintah untuk menulis.
Bahkan Abdullah bin ‘Amru, seorang ulama salaf mengungkapkan “qayyidû
al-ilma bi al-kitâbah” (ikatlah ilmu dengan menulisnya).
Membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang saling berkaitan satu
sama lainnya. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa Islam sejak awal sudah
menyerukan kepada manusia untuk membaca dan menulis, sebab wahyu
Tuhan pun tidak bisa diterima tanpa dibaca terlebih dahulu, dan ia tak akan
bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya jika tidak ada dokumentasi dalam
bentuk tulisan.
Al-Qurthûbî dalam kitabnya al-Jâmi’ li Ahkâmi Alquran
mengungkapkan, pada awalnya orang Arab terkenal dengan sikapnya yang
kurang santun (brengsek); berwawasan sempit, Qurtûbi kemudian melanjutkan
bahwa, wahyu Tuhan yang pertama (surat al-‘Alaq) adalah mukjizat bagi
Muhammad; yakni sebagai media untuk mengangkat Muhammad dari lembah
kebodohan menuju lembah cahaya.
Membaca dan menulis adalah media untuk mengantarkan manusia
menuju perbaikan. Maka, tidak berlebihan jika Qotâdah, seorang ulama salaf
menyatakan: “Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia
juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak
akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah…”8.
8
Tafsîr al-Qurthûbî, 2002
16. 16
Jika semangat mengajak membaca dan menulis sudah ada sejak awal
datangnya Islam, dan mempunyai posisi yang sangat prinsipil dalam
perkembangan Islam, maka, kebudayaan baca-tulis di Indonesia yang
notebene mayoritas Islam setidaknya bisa diwujudkan dalam wajahnya yang
baru. Saat ini, budaya tulis-baca sudah mulai semarak digiatkan oleh para
pecinta buku. Banyaknya perlombaan menulis yang diadakan oleh instansi
swasta dan pemerintah menjadi semacam daya tarik tersendiri dalam budaya
baca-tulis.
Tapi, itu saja belum cukup untuk menjustifikasi bahwa kegiatan
membaca dan menulis sudah semakin digandrungi oleh masyarakat. Masih
butuh upaya-upaya lain yang mendukung terwujudnya budaya baca-tulis, di
antaranya budaya cinta buku. Artikel yang ditulis oleh Chaidar dan Hernowo
juga bisa menjadi landasan akan kebutuhan budaya baca-tulis. God Knows
Only!
C. Keutamaan Membaca Alquran
Keutamaan Al-qur’an yang terbesar bahwa ia merupakan kalam Allah swt.
Alquran adalah kitab yang diturunkan dengan penuh berkah. Alquran
memberikan petunjuk manusia kepada jalan yang lurus. 9 Tidak ada keburukan
9
Anonim, “Keutamaan Membaca Al-qur’an, http://beranda.blogsome.com/2007/04/03/
keutamaan-membaca-quran, 2009
17. 17
di dalamnya, oleh karena itu sebaik-baik manusia adalah mereka yang
mempelajari Alquran dan mengajarkannya.
Rasulullah saw selalu membaca Alquran. Beliau juga suka
mendengarkan bacaan dari sahabatnya, khususnya sahabat Ibnu Mas’ud.
Beliau berlinang air matanya bila membaca dan mendengarkan bacaan
Alquran, seperti yang dikisahkan dalam sebuah hadist dari Ibnu Mas’ud:
Suatu ketika Rasulullah saw meminta Ibnu Mas’ud untuk membacakan
Alquran. Ibnu Mas’ud berkata: “Ya Rasulullah, bagaimanakah saya
membacakan untukmu, padahal Alquran diturunkan kepadamu?”. Dijawab
nabi saw: “Saya ingin mendengar dari orang lain”.
Ibnu Mas’ud berkata, ”Maka saya bacakan surat An Nisa hingga
sampai pada ayat “Fa kaifa idzaa ji’na min kulli ummatin bisyahidin waji’na
bika ’ala ha’ula’i syahiida” (Bagaimanakah jika Kami telah mendatangkan
untuk setiap ummat saksinya dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas
semua ummat itu).
Sahabat Rasulullah saw juga selalu membaca Alquran. Ketika mereka
menemukan ayat yang berkaitan dengan azab Allah, mereka membacanya
berulang-ulang hingga berlinang air mata. Abu Bakar RA, jika beliau menjadi
imam ketika sholat, maka akan terdengar isakan tangis beliau.
Suatu ketika seorang sahabat ingin ke pasar mendapati Asma binti Abu
Bakar membaca salah satu ayat diulang-ulang sambil menangis. Ketika
sahabat tersebut kembali dari pasar, ia masih membaca ayat yang sama sambil
menangis.
18. 18
Itulah sikap Rasulullah saw dan para sahabatnya ketika membaca
Alquran Kita sebagai ummat dan sebagai generasi penerusnya berusaha untuk
bersikap seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para
sahabatnya ketika membaca Alquran.
Banyak keutamaan yang telah diraih oleh Rasulullah saw dan
sahabatnya disebabkan mereka banyak membaca dan merenungkan isi
kandungan Alquran.
Bahkan diantara sahabat Rasulullah saw ada yang menyaksikan dan
merasakannya secara langsung.
Diantara keutamaan membaca Alquran, yaitu:
1. Akan mendapat rahmat dan kasih sayang dari Allah swt
2. Al-Qur’an akan menjadi penolong di hari kiamat
3. Setiap huruf akan mendapat 10 - 700 pahala
4. Akan mendapat doa dari para malaikat
5. Akan mendapat ketenangan
D. Pentingnya Membaca Alquran
1. Keistimewaan Alquran
a. Keistimewaan Tilawah
Alqur’an adalah sebuah kitab yang harus dibaca, bahkan
dianjurkan untuk dijadikan bacaan harian. Membacanya saja dinilai
19. 19
oleh Allah sebagai ibadah. Pahala yang Allah berikan bukan dihitung
per kata atau per ayat, namun per huruf.
b. Keistimewaan Tadabbur
Alquran benar-benar menjadi ruh (penggerak) bagi kemajuan
kehidupan manusia manakala selalu dibaca dan ditadabburkan makna
yang terkandung dalam setiap ayat-ayatnya.
c. Keistimewaan Hafalan
Alquran selain dibaca atau direnungkan juga perlu dihafal,
dipindahkan dari tulisan ke dalam dada, karena hal ini merupakan ciri
khas orang-orang yang diberi ilmu, juga sebagai tolak ukur keimanan
dalam hati seseorang.
2. Perintah Menjaga Bacaan Alquran
Persis sebagaimana yang Diajarkan Turun Temurun dari
Rasulullah
Pada hakekatnya tilawah bukanlah hal yang sederhana. Sehingga dalam
bertilawah seorang qari’ (pembaca) dituntut menjaga keaslian (asolah)
bacaan Alquran seperti yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
melalui Jibril. Allah berfirman
Karena itu Rasul saw menunjuk dan memberi kepercayaan kepada
beberapa orang sahabat untuk mengajarkannya, yakni Muádz bin Jabbal,
Ubay bin Kaáb, dan Salim Maula Abi Hudzaifah. Para sahabat kemudian
mengajarkannya kepada tabiín. Dan demikian seterusnya. Alquran
diajarkan secara turun temurun dalam keadaan asli tanpa terkurangi huruf-
20. 20
hurufnya, kalimat-kalimatnya, bahkan sampai teknis bacaannya. Untuk
menjaga keaslian itulah ulama menjaga sanad Alquran (runtutan/silsilah
para pengajar pengajar Alquran sejak zaman Rasul saw sampai sekarang).
Maka tidak heran kalau Imam Al Jazari mewajibkan kepada setiap muslim
untuk membaca dengan tajwid, karena hal ini merupakan penjagaan
terhadap keaslian A Alquran.
“Membaca (Alquran) dengan tajwid hukumnya wajib, barang siapa
yang tidak membacanya dengan tajwid ia berdosa, karena dengan
tajwidlah Allah menurunkan Alquran. Dan demikianlah, Alquran sampai
kepada kita dari-Nya.”
Karena itulah, metode yang asasi dan asli dalam mempelajari
Alquran dengan Talaqqi, yaitu mempelajari Alquran melalui seorang guru
langsung berhadap-hadapan, dimulai dari al Fätihah sampai surat an Näs.
Mengingat terbatasnya jumlah orang-orang yang menguasai Alquran,
terutama dalam hal tilawah, maka ulama ahli qira-ah meletakkan kaidah-
kaidah cara membaca yang baik dan benar. Itulah yang disebut Ilmu
Tajwid. Terdapat sedikitnya sembilan poin penting yang perlu dipelajari
dalam Ilmu Tajwid yaitu:
1. Makhärij Huruf dan Sifatnya
2. Hukum Nun Mati dan Tanwin (Mencakup bacaan Izhhar dan Iqlab)
3. Hukum Mim Mati
4. Hukum Lam Ta’rif (Alif lam)
5. Hukum Mad (Bacaan Panjang)
6. Hukum Tafkhim (Tebal) dan Tarqiq (tipis)
7. Idgham
8. Waqaf (Berbagai Tanda Waqaf) dan Rumusnya dalam Alquran
9. Beberapa istilah istilah tertentu dalam bacaan Alquran 10
E. Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung)
1. Pengertian Pembelajaran
10
Al Ustadz Abdul Aziz Adul Ra’uf, Al Hafizh, Lc, “Disarikan dari Muqaddimah
Pedoman Tahsin Al Qur-an”, [sibinmr@gmail.com] [sibin_mr@yahoo.com]11/12/2009
21. 21
Pembelajaran mengandung arti proses yang berhubungan dengan
proses belajar (to learn). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pembelajaran berarti “Proses”, cara dan perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar”11
Kata pembelajaran terjemahan dari “ Instruction “ yang banyak
digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak
dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif wholistik, yang menempatkan
siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu istilah ini juga dipengaruhi
oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah
siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti
bahan cetak atau program televisi, gambar, audio dan lainnya.12
Pengertian pembelajaran menurut Corey menyatakan “
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
sengaja dikelola memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi-kondisi khusus atau hasilkan respon terhadap situasi
tertentu “ dan William H. Burton berpendapat bahwa “ Pembelajaran
adalah upaya memberikan stigmulus, bimbingan, pengarahan, dan
dorongan kepada siswa agar menjadi proses belajar”.13
Menurut Dimiyati dan Mujiono mengemukakan bahwa
“pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat siswa aktif yang menekankan penyediaan
sumber belajar”.
Lebih jauh Muhaimin dkk mengemukakan bahwa “pembelajaran
adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar, kegiatan ini akan
mengakibatkan siswa mmpelajari sesuatu dengan cara yang lebih efektif
dan efisien”.
Berdasarkan uraian –uraian diatas, dapat disimpulakan bahwa
pembelajaran kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram dalam
11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
pustaka, 2001), h.17
12
Sagala dan Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran.(Bandung: Alfa Beta, 2004),
h.45
13
Havid Zulkarnain, “Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Bernyanyi
Pada Siswa Kelas VI Sekolah Dasa”r, http://desyandri.wordpress.com/2009/02/19
22. 22
upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Dalam proses belajar mengajar
tersebut, desain operasional disusun dengan mengorganisasikan
lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar. Proses ini dilakukan secara
timbal balik yang berlangsung dalam situasi eduktif, yang bertujuan agar
siswa menjadi pembelajar yang aktif.
2. Prinsip Metode Mengajar
Menurut Nana Sudjana “ Metode adalah cara yang digunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pelajaran, oleh karena itu peranan metode pengajaran sebagai alat untuk
menciptakan proses belajar mengajar “.14
Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pelajaran kepada pelajar. Karena penyamapaian itu
berlangsung dalam interakasi edukatif, metode mengajar dapat diartikan
sebagai cara yang dipergunakana oleh guru dalam mengadakan hubungan
dengan pelajar pada saat berlangsunya pengajaran. Dengan demikian,
metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses belajar-
mengajar.15
Di masa lalu pengajaran dipandang sebagai proses mengisi otak
dengan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, metode yang
digunakan guru banyak terpusat pada metode ceramah, bagaimana pun
sifat bahan ajar dan situasi yang dihadapinya. Lahirnya teori-teori baru
yang menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak
14
Nana Sudjana. Dasar – dasar Proses Mengajar. (Bandung: Sinar Baru, 2002), hal.260
15
Departemen Agama RI, Metodelogi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelambagaan Agama Islam, 2001), h.88.
23. 23
pengajaran dan memunculkan berbagai metode mengajar. Metode-metode
tersebut berkembang mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Memperhatikan kecenderungan-kecenderungan pelajar. Prinsip ini
memberi landasan bagi guru untuk memberikan kepada pelajar hanya
bahan ajar yang sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, yaitu
bakat, minat, lingkungan, dan kesiapan, sehingga mereka dapat
mengambil manfaat dari proses belajar-mengajar.
b. Manfaatkan aktivitas individual para pelajar. Hal ini dapat dilakukan
oleh guru dengan melibatkan mereka dalam setiap kegiatan yang
dilakukannya, memberi kesempatan kepada mereka untuk berpikir dan
berbuat, serta mendorong mereka untuk berpikir dan berbuat, serta
mendorong mereka untuk dapat mandiri dalam segala hal yang dapat
dilakukan di dalam belajar dan meneliti. Di samping itu, guru dapat
mengarahkan aktivitas mereka kepada hal-hal yang sesuai dengan
mereka, memanfaatkan aktivitas yang bisa mereka perlihatkan dalam
berbagai bidang, dan memberi bimbingan apabila mereka melakukan
kekeliruan. Guru hendkanya tidak sekali-kali mencampuri urusan
mereka, kecuali terdapat alasam untuk itu.
c. Mendidik melalui permainan atau menjadikan permainan sebagai
sarana pendidikan. Para pelajar, terutama pada ,asa kanak-kanak,
dapat belajar di tengah-tengah bermain. Dengan berimain, mereka
tidak akan merasakan adanya tekanan dan keterpaksaan, tidak pula
terikat oleh banyak peraturan yang seringkali menghalangi kebebasan
24. 24
mereka untuk mengaktualisasikan bakat dan minat mereka. Dengan
bermain, mereka dapat melakukan banyak hal di sekolah yang
dipandang sebagai sebuah monarki mini bagi anak-anak; sebuah
kerajaan yang berdalih memikirkan diri dan pendidikan mereka serta
menyenangkan dan meningkatkan kualitas serta menyengakan dan
meningkatkan kualitas mereka untuk mencapai kesempurnaan.
d. Menerapkan prinsip kebebasan yang rasional di dlaam proses belajar-
mengajar tanpa membebani para pelajar dengan berbagai perintah atau
larangan yang tidak mereka butuhkan.
e. Memberi motivasi kepada para pelajar untuk berbuat, bukan
menekannya, sehingga dapat berbuat dengan penuh rasa senang.
Biasnya , segala sesuatu yang diperbuat dengan rasa senang tidak akan
melelahkan.
f. Mengutamakan dunia anak-anak, dalam arti memperhatikan
kepentingan mereka dan mempersiapkan mereka untuk kehidupan di
masa depan. Prinsip ini diwujudkan dengan memadukan aspek
pembelajaran teoritis dan praktis.
g. Menciptakan semangat berkoperasi. Umpamanya, guru bekerja sama
dengan pelajar, pelajar dengan guru, dan orang tua dengan guru. Kerja
sama yang terkahir biasa diungkapkan dengan kerja sama antara
keluarga dan sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
pelajar serta mencapai tujuan pendidikan dan pengjaran yang dicita-
citakan.
25. 25
h. Memberi motivasi kepada para pelajar untuk belajar mandiri serta
memiliki kepercayaan diri untuk melakukan tugas-tugas belajar dan
penelitian. Guru hendaknya, kecuali dalam keadaan terpaksa seperti
ketika menghadap kesulitan.
i. Memanfaatkan segenap indera pelajar, sebab pendidikan inderawi
merupakan alat menuju pendidikan intelektual.
3. Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung)
Model pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung)
cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-proswdural,
langkahnya adalah: sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi
tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau
kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, diskusi kelas,
penyimpulan dan evaluasi, refleksi.16
F. Ringkasan Materi
1. Surah al-Qadr
RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ !$tBur¯$!
y71u÷r& $tB ä's#øs9 Íôs)ø9$# ÇËÈ ä's#øs9
Íôs)ø9$# ×öy{ ô`ÏiB É#ø9r& 9öky ÇÌÈ ãA¨ts? èps3Í
´¯»n=yJø9$# ßyr9$#ur $pkÏù ÈbøÎ*Î/ NÍkÍh5u `ÏiB
Èe@ä. 9öDr& ÇÍÈ íO»n=y }Ïd 4Ó®Lym Æìn=ôÜtB
Ìôfxÿø9$# ÇÎÈ
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan.
2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?
3. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
16
Anonim, “ Metode Pembelajaran, Tentang Macam-Macam Metode Pembelajaran”,
http://www.google.com/9/06/2011
26. 26
4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan
izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
5. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.17
Surah Al-Qadr adalah surah yang ke 97, nama Al-Qadr dimbil
dari ayat pertama, surah Al-Qadar menjelaskan adanya lailatul qadr,
lailatul qadr berarti malam kemuliaan, surah ini termasuk surah
makkiyah, surah makkiyah memiliki ciri-ciri:
1. Surahnya pendek
2. Berisi tentang keimanan
3. Turunnya di mekah. 18
2. Surah Al-Kafirun
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku
sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."19
17
Choirul Fata, Cinta Alquran dan Hadis Untuk Kelas II MI, Solo: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2009, h.61.
18
Ibid. h.60.
19
Ibid. h.71
27. 27
Surah Al-Kafirun adalah surah ke 109, terdiri atas anam ayat dan
termasuk surah makkiyah. Al-Kafirrun berarti orang-orang kafir, Nabi
Muhammad bertugas mendakwahkan Islam, Islam mengajarkan manusia
menyembah Allah, orang kafir menyambah berhala, orang kafir tidak mau
masuk Islam, orang kafir membujuk nabi Muhammad, nabi Muhammad
diajak menyembah tuhan orang kafur tetapi nabi Muhammad tidak mau
karena menyembah selain Allah adalah syirik. Allah menyuruh nabi
Muhammad berkata wahai orang-orang kafir aku tidak akan menyembah
apa yang kamu sembah, kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,
aku tidak pernah menjadi penyambah apa yang kamu semabh, kamu tidak
pernah menjadi penyemabh apa yang aku sembah, untukmu agamamu dan
untukku agamaku.20
3. Surah Al-Fiil
1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah
bertindak terhadap tentara bergajah?
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk
menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia?
3. dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-
bondong,
4. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang
terbakar,
5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).21
Raja abrahah ingin menghancurkan ka’bah, raja abrahah bersama
tentara gajah, tentang gajah dihancurkan burung ababil, dengan batu dari
neraka.22
20
Ibid. h. 71
21
Ibid. h.77.
22
Ibid. h.76.
28. 28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu
penelitian dan siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut:
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di Kelas II
Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina Kecamatan Liang Anggang Kota
Banjarbaru untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sebagai
subjek dalam penelitian ini adalah siswa Madrasah Ibtidaiyah Baladan
Amina Kecamatan Liang Anggang Kota Madya Banjarbaru Tahun
29. 29
pelajaran 2010/2011. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan
memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di Madrasah
Ibtidaiyah Baladan Amina Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru.
Penelitian sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model Pembelajaran Ekspelicit Intruction pada
Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina Kecamatan Liang Anggang Kota
Banjarbaru.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2010/2011 yaitu
minggu pertama bulan April sampai minggu keempat bulan Mei 2011.
Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik
29
sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan
proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat
peningkatan hasil belajar siswa penerapan Model Pembelajaran
Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung) .
B. Persiapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Sebelum PTK dilaksanakan, dibuat berbagai input instrumental
yang akan digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu
rencana pembelajaran yang akan dijadikan PTK, yaitu rencana
30. 30
pembelajaran yang akan dijadikan Penelitian Tindakan Kelas, yaitu
Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi materi Pendidikan Agama Islam
2. Menjelaskan materi Pendidikan Agama Islam
3. Mempraktekkan materi Pendidikan Agama Islam
Indikator dari materi ini adalah
1. Mampu mengidentifikasi materi Pendidikan Agama Islam
2. Mampu menjelaskan materi Pendidikan Agama Islam
3. Mampu mempraktekkan materi Pendidikan Agama Islam .
C. Subyek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa
Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina Kecamatan Liang Anggang Kota
Banjarbaru .
Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah penerapan Model
Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung) pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina
Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari berbagai sumber, yakni
siswa, guru Pendidikan Agama Islam, teman sejawat dan kolabolatur.
31. 31
1. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi penerapan
Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung) pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Surah Al-Kafirun, Al-
Qadar, Al-Fill di Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina Kecamatan
Liang Anggang Kota Banjarbaru serta aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran.
3. Teman Sejawat dan Kolaborasi/Observer
Teman Sejawat dan kolaborasi dimaksudkan sebagai sumber
data untuk melihat implementasi Penelitian Tindakan Kelas Secara
komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes,
observasi dan wawancara.
a. Tes: digunakan untuk mengtahui bagaimana siswa mampu
memahami mata pelajaran yang diajarkan
b. Observasi: dipergunakan untuk mengamati siswa pada saat proses
32. 32
pembelajaran berlangsung.
c. Wawancara: untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan
implementasi penerapan Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction
(Pengajaran Langsung) .
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam PTK ini meliputi tes, observasi,
wawancara, kuisioner dan diskusi sebagaimana berikut ini:
a. Tes: digunakan tes lisan dan tertulis untuk mengukur hasil belajar
siswa.
b. Observasi: menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat
partisipasi siswa dalam belajar.
c. Wawancara: menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui
pendapat atau sikap siswa dan guru pendidikan Agama Islam
tentang penerapan Model Pembelajaran Exspelicit Intruction
(Pengajaran Langsung).
d. Kuesioner: menggunakan lembar isian untuk mengetahui pendapat
atau sikap siswa tentang penerapan Model Pembelajaran Ekspelicit
Intruction (Pengajaran Langsung) .
e. Diskusi: menggunakan lembar hasil pengamatan
F. Indikator Kinerja
Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kinerjanya selain siswa
adalah guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh
33. 33
terhadap kinerja siswa.
1. Siswa
a. Tes: rata-rata nilai ulangan harian:
1) Ketuntasan Individual siswa: 70
2) Ketuntasan Klasikal siswa : 75 %
b. Observasi: keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar Alquran
Hadis
2. Guru
a. Dokumentasi : Kehadiran siswa
b. Observasi : Untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam memahami materi pelajaran yang
disampaikan.
3. Hasil Belajar
Menghitung ketuntasan individualdan ketuntasan klasikal dengan
rumus sebagai berikut:
Jumlah Skor
Ketuntasan Individual = X 100
Jumlah skor mkasimal
Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar
Ketuntasan Klasikal = X 100
Jumlah siswa keseluruhan
Kriteria ketuntasan belajar:
a. Ketuntasan individual
Jika siswa mencapai ketuntasan lebih dari 70
34. 34
b. Ketuntasan klasikal
Bila siswa mencapai ketuntasan 75 %
G. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari
pelaksanaan siklus penelitian dianalisa secara deskriftif dengan
menggunakan teknik presentasi untuk melihat kecenderungan yang terjadi
dalam kegiatan pembelajaran:
1. Hasil belajar: dengan meganalisis nilai rata-rata ulangan harian,
kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.
2. Aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi
tinggi, sedang dan rendah.
3. Implementasi Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran
Langsung) dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil
dan tidak berhasil.
H. Prosedur Penelitian
1. Siklus 1
Siklus pertama dalam PTK ini terdiri perencaan, pelaksanaan
pengamatan dan refleksi sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
1) Peneliti melakukan analisis untuk mengetahui kompetensi
35. 35
dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan penerapan
Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung)
2) Membuat rencana pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung)
3) Membuat format penempatan siswa dalam tim
4) Kemampuan menyampaikan materi
5) Membuat Instrumken yang digunakan dalam siklus Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
6) Menyusun alat evaluasi pembelajaran
b. Pelaksanaan (Acting)
Melaksanakan kegaitan sesuai dengan perencanaan tindakan siklus.
Dalam pelaksanaan ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Baladan
Amina Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru.
c. Pengamatan (observation)
Pegamatan dilakukan oleh guru yang berlaku sebagai kolabolator
yang membantu pengamatan dengan berdoman lembar observasi
aktivitas siswa. Pada pelaksanaan ulangan harian, pada akhir
siklus dilakukan sendiri oleh peneliti.
d. Refleksi (Reflecting) Siklus 1
Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi
beberapa syarat sebagai berikut:
1) Sebagian besar (75 % dari siswa) dapat dan mampu melakukan
sujud sahwi yang baik dan benar
36. 36
2) Sebagian besar (70% dari siswa) dapat menjawab pertanyaan
dari guru atau kolaborator.
3) Penyelesaian tugas sesuai dengan batas waktu yang disediakan.
2. Siklus 2
Seperti halnya siklus pertama, siklus kedua pun terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
a. Perencanaan (Planning)
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil
refleksi siklus 1
b. Pelaksanaan (Acting)
Guru melaksanakan pembelajaran melalui Model
Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung)
berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus 1.
c. Pengamatan (observation)
Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang baik dan benar.
d. Refleksi (Reflecting)
Penelitian melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus
kedua.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan
dengan bagan yang berbeda namun secara garis besar terdapat empat tahapan
yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan pengamatan, dan refleksi. 23
23
Arikanto S, Manajemen Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 76.
37. 37
Adapun model untuk masing-masing tahap dapat digambarkan sebagai
berikut:
Sebagai suatu siklus dapatlah digambarkan langkah-langkah PTK
pada bagan dibawah ini:
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
38. 38
Gambar 1: Alur Penelitian Tindakan Kelas
I. Indikator Keberhasilan Penelitian
Penelitian ini dikatan berhasil optimal dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Meningkatnya hasil belajar siswa yaitu nilai ketuntasan individual ≥ 70
% dan nilai ketuntasan kelompok ≥ 75 %.
2. Aktivitas siswa meningkat dan aktivitas guru cenderung menurun.
Menghitung ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal dengan
rumus sebagai berikut:
Menghitung ketuntasan individualdan ketuntasan klasikal dengan
rumus sebagai berikut:
Jumlah Skor
Ketuntasan Individual = X 100
Jumlah skor mkasimal
39. 39
Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar
Ketuntasan Klasikal = X 100
Jumlah siswa keseluruhan
Kriteria ketuntasan belajar:
a. Ketuntasan individual
Jika siswa mencapai ketuntasan lebih dari 70
b. Ketuntasan klasikal
Bila siswa mencapai ketuntasan 75 %
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah
Baladan Amina Kecamatan Liang Anggang Kota Madya Banjarbaru. Subjek
penelitian adalah siswa Kelas 2 yang berjumlah 18 orang. Adapun
permasalahan dalam penelitian ini adalah kurangnya pemahaman siswa dalam
pembelajaran Mata Pelajaran Alquran Hadis pada materi Menulis Surah Al-
Kafirun, Al-Qadar, Al-Fill Menulis Surah Al-Kafirun, Al-Qadar, Al-Fill
melalui Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung)
siswa Kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Baladan Amina Kecamatan Liang
40. 40
Anggang Kota Banjarbaru , dengan cara pengamatan langsung yang
dilakukan peneliti terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan Model
Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung) pada materi
Menulis Surah Al-Kafirun, Al-Qadar, Al-Fill.
B. Persiapan Penelitian
Adapun persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum
melaksanakan tindakan kelas ini yaitu:
1. Peneliti telah mendapatkan izin penelitian dari Jurusan Tarbiyah Nomor
100/STAI/TL.01/XII/2011, dan Kementrian Agama Banjarbaru
Kd.17.11/3/TL.00/1274/2011, serta izin dari sekolah yaitu Madrasah
Ibtidaiyah Baladan Amina Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru.
Adapun waktu penelitian yang diberikan dari tanggal. 12 April sampai
40
dengan 3 Mei 2011. Penelitian tersebut dilaksanakan dalam 4 kali
pertemuan. Pertemuan I siklus I dilaksanakan pada tanggal 12 April i
2011 dan pertemuan II siklus I dilaksanakan pada tanggal 19 April 2011.
Kemudian pertemuan I siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 April 2011
35
dan pertemuan II siklus II dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2011.
2. Penunjukan observer yaitu salah seorang guru yang akan mengobservasi
peneliti dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan Model
Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung) pembelajaran
Mata Pelajaran Alquran Hadis, observer yang ditujukan telah memahami
tentang PTK.
41. 41
C. Hasil Penelitian
1. Tindakan kelas siklus I pertemuan 1, 12 April 2011 ( 2x 24 menit)
a. Persiapan
Pada pertemuan pertama tindakan kelas siklus I ini
dipersiapkan perangkat pembelajaran sebagai berikut:
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Mata
Pelajaran Alquran Hadis dengan Kompetensi dasar menjelaskan
tentang Menulis Surah Al-Kafirun, Al-Qadar, Al-Fill yang baik dan
benar.
2) Membuat lembar observasi untuk mengukur kegiatan pembelajaran
dan aktifitas siswa dalam pembelajaran.
b. Kegiatan Pembelajaran
1) Kegiatan awal (10 menit)
a) Mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
berdo’a
b) Mengamati dan mengarahkan sikap siswa agar siap memulai
pelajaran
c) Melakukan tes penjajakan [pre-tes] dan mengidentifikasi
keadaan siswa
d) Mengingatkan pelajaran yang terdahulu dan mengaitkan pada
pelajaran baru
42. 42
e) Menjelaskan secara singkat tentang tujuan dan proses
pembelajaran yang akan dijalani siswa
2) Kegiatan inti (60 menit)
a) Menjelaskan Menulis Surah Al-Kafirun,
b) Guru membagi siswa beberapa kelompok.
c) Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok
sesuai dengan materi yang dibahas.
d) Menunjuk siswa atau kelompok untuk menyelesaikan tugas
e) Guru dan siswa melakukan diskusi mengenai materi yang telah
dibahas
f) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
3) Kegiatan akhir (10 menit)
a) Memberikan penegasan dan menyimpulkan materi ajar yang
sudah dipelajari
b) Memberikan post tes untuk mengetahui hasil pembelajaran
c) Memberikan tugas mandiri untuk mendalami materi ajar
c. Hasil Tindakan Kelas
1) Observasi kegiatan pembelajaran Siklus I Pertemuan Pertama
Hasil observasi atau pengamatan dari teman sejawat dalam
kegiatan pembelajaran selama 2 X 40 menit yang sudah direncanakan,
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I Pertemuan Pertama
No Indicator / Aspek Dilakukan Skor Penilaian
Ya Tidak 1 2 3 4
43. 43
Yang Diamati
I. Para pembelajar
1. Mengawali pembelajaran dengan √ 4
mengucapkan salam dan berdo’a
Mengamati dan mengarahkan
2. sikap siswa agar siap memulai √ 2
pelajaran
Melakukan tes penjajakan [pre-
3. tes] dan mengidentifikasi √ 3
keadaan siswa
Mengingatkan pelajaran yang
4. terdahulu dan mengaitkan pada √ 4
pelajaran baru
Menjelaskan secara singkat
5. tentang tujuan dan proses √ 2
pembelajaran yang akan dijalani
siswa
6. Motivasi √ 3
II. Kegiatan Inti Pembelajaran √
Menjelaskan tentang materi
7. √ 4
Menulis Surah Al-Kafirun.
Meminta siswa untuk
memperhatikan guru dalam
8. √ 2
menjelaskan Menulis Surah Al-
Kafirun.
Membentuk semua siswa
menjadi pasangan-pasangan dan
9. √ 2
mengutarakan hasil pemikiran
masing-masing.
Guru memberikan tugas kepada
10. masing-masing kelompok sesuai √ 2
dengan materi yang dibahas
11. Menunjuk siswa atau kelompok √ 2
untuk menyelesaikan tugas
Guru dan siswa melakukan
12. diskusi mengenai materi yang √ 2
telah dibahas
13. Memberi kesempatan masing- √ 2
masing kelompok untuk bertanya
44. 44
hal-hal yang belum dimengerti.
Memberi tantangan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan-
14. √ 3
pertanyaan disampaikan oleh
kelompok lain
15. Menguasai kelas √ 3
Melaksanakan pembelajaran
16. sesuai dengan kompetensi √ 2
(tujuan) yang ingin dicapai
Melaksanakan pembelajaran
17. √ 1
secara runtut
Menunjukan penguasaan materi
18. √ 3
pelajaran
Mengaitkan materi dengan
19. √ 2
pengetahuan lain yang relevan
Mengaitkan materi dengan
20. √ 3
realitas kehidupan
Melaksanakan pembelajaran
21. √ 1
sesuai dengan alokasi waktu
22. menggunakan media √ 3
23. Menggunakan metode √ 3
Menumbuhkan fartisifasi aktif
24. √ 2
siswa dalam pembelajaran
Membangkitkan motifasi belajar
25. √ 2
siswa
Menunjukkan sikap terbuka
26. √ 2
respon siswa
Menumbuhkan keceriaan dan
27. √ 3
antusias siswa
Menggunakan bahasa lisan
28. tulisan secara jelas, baik, dan √ 1
benar.
29. Membuat rangkuman dengan √ 2
45. 45
melibatkan siswa
III Kegiatan Akhir √
Melakukan penilaian tes akhir
30. sesuai dengan kompetensi √ 2
(tujuan)
Menyampaikan hasil penilaian
31. √ 3
(tes) kepada siswa
32. Memberikan penghargaan √ 3
Memberikan PR sebagai bagian
33. √ 3
remidi/ pengayaan
34. Menutup pelajaran √ 4
Jumlah 34 3 30 36 16
Keterangan : skor diberikan pada saat guru berkerja. Skor yang
diberikan maksimal 100
Kategori penilaian : 1 kurang baik,2 cukup baik, 3 baik, 4 sangat baik
Berdasarkan data observasi pada tabel 4.1. bahwa pertemuan
pertama dari 6 kegiatan pendahuluan yang mendapat poin 4 yaitu
33,3% dengan kualifikasi sangat baik, mendapat poin 3 yaitu 33,3%
dengan kualifikasi baik, dan poin 2 yaitu 33,3% dengan kualifikasi
cukup, dan kegiatan inti dari 23 kegiatan yang mendapat poin 4 yaitu
14,35% (sangat baik), mendapat poin 3 yaitu 30,43% (kualifikasi
baik), mendapat poin 2 yaitu 52,17% (cukup baik) dan poin 1 yaitu
13,04% (kualifikasi kurang baik), serta kegiatan penutup dari 5
kegiatan yang mendapat poin 4 yaitu 20% (kualifikasi sangat baik),
poin 3 yaitu 60% (kualifikasi baik), dan poin 2 yaitu 20% (kualifikasi
cukup baik, jadi dari kegiatan guru pada pertemuan 1, yang
46. 46
berkualifikasi baik 27% dan berkualifikasi cukup yaitu 13,33% dan
yang berkualifikasi kurang 27%.
Berdaasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh obsever,
disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus 1 pertemuan 1
belu dilakukan secara efektif, hal ini terlihat dengan adanya tahapan
yang belum dilaksaakan guru secara maksimal.
Walaupun demikian data observasi yang ada pada tabel secara
keseluruhan menunjukkan bahwa proses belajar mengajar berlangsung
secara lancar, kondusif, dan antusias.
2) Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan
Pertama
Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung)
dapat dilihat pada tabel berikut :
47. 47
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I pertemuan pertama
Penialaian Jumlah Klasifikasi Prosentasi
No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 Skor Aktivitas
1 A. Fauzi 2 2 1 3 1 2 2 3 16 Kurang Aktif 50,00
2 Aisyah 3 2 1 3 1 2 2 3 17 Cukup Aktif 53,13
3 Ade Irma 2 2 1 3 1 2 2 3 16 Kurang Aktif 50,00
4 Elma Yunita 2 2 1 3 1 2 2 3 16 Kurang Aktif 50,00
5 Maulana Irfan 2 2 1 3 1 2 2 3 16 Kurang Aktif 50,00
6 St. Ermawati 3 2 2 3 1 2 2 3 18 Cukup Aktif 56,25
7 M. Fahreza 3 2 2 3 2 2 2 3 19 Cukup Aktif 59,38
8 Mahdalena 2 2 1 3 1 2 2 3 16 Kurang Aktif 50,00
9 M. Reza 2 2 1 3 1 2 2 3 16 Kurang Aktif 50,00
10 Rizal 3 2 2 3 2 2 2 3 19 Cukup Aktif 59,38
11 M. Rizky Rahmatullah 2 2 1 3 1 2 2 3 16 Cukup Aktif 50,00
12 M. Zamanorrahman 3 2 2 3 2 3 3 3 21 Cukup Aktif 65,63
13 M. Nur Iklanida 2 2 1 3 1 2 2 3 16 Kurang Aktif 50,00
14 Rahman Fauzy 2 2 1 3 1 2 2 3 16 Kurang Aktif 50,00
15 Maulidah Khadijah 3 2 2 3 2 3 3 3 21 Cukup Aktif 65,63
16 Risya Wardati 3 2 3 3 2 3 3 3 22 Cukup Aktif 68,75
17 Rahmawati 3 2 2 3 3 3 2 3 21 Cukup Aktif 65,63
Jumlah 43 36 28 55 29 44 44 59 302
63,2 52,9 41,1 80,8 42,6 64,7 64,7 86,7
Prosentasi 4 4 8 8 5 1 1 6 55,51
48. 48
Keterangan :
Interval Kategori Penilaian :
a. 1 – 8 = Tidak Aktif
b. 9 – 16 = kurang Aktif
c. 17 – 24 = Cukup Aktif
d. 25 – 32 = Aktif
e. 33 – 40 = Sangat Aktif
Katagori penilaian :
1. Mendengarkan penjelasan guru
2. Menjawab pertanyaan guru
3. Mengajukan pertanyaan
4. Aktivitas dalam pembelajaran
5. Disiplin dalam berdiskusi
6. Partisivasi siswa dalam pembelajaran
7. Kecerian dan antusiasme siswa dalam pembelajaran
8. Menyimpulkan
Observasi aktivitas siswa siklus 1 pertemuan 1 diatas
diklasifikasikan kedalam 5 kategori, yaitu : tidak ada siswa yang
beraktivitas sangat aktif, tidak ada siswa yang ber aktivitas aktif, 5
orang siswa dengan kategori cukup aktif, dan 12 orang siswa
beraktifitas kurang aktif dan tidak ada kelompok yang termasuk
kategori tidak aktif.
Tabel 4.3 hasil observasi siswa siklus 1 pertemuan 1
NO Aktivitas Siswa F %
1 Sangat aktif 0 0
2 Aktif 0 0
3 Cukup aktif 9 52,94%
4 Kurang aktif 8 47,06%
5 Tidak aktif 0 0
Dari tabel di atas terlihat siswa yang sangat aktif 0%, siswa yang
aktif 0%, cukup aktif 9 orang yaitu 52,94%, sedangkan kurang aktif 8
orang yaitu 47,06% dan tidak aktif 0%.
Berdasarkan data observasi tersebut diatas dapat diketahui
bahwa aktifitas siswa dalam pembelajaran cukup aktif, walaupun dalam
49. 49
aspek-aspek tertentu masih ada yang belum maksimal, misalnya
menjawab pertanyaan guru, mengajukan pertanyaan,aktivitas dalam
belajar, partisifasi siswa. Hal ini karena pembelajaran dengan Model
Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung) sangat
jarang sekali digunakan sehingga siswa tidak terbiasa.
d. Tes Hasil Belajar Siswa
Tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4 Daftar nilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran
siklus 1 pertemuan pertama
No Nama Nilai Keterangan
1 A. Fauzi 50 Tidak Tuntas
2 Aisyah 60 Tidak Tuntas
3 Ade Irma 60 Tidak Tuntas
4 Elma Yunita 50 Tidak Tuntas
5 Maulana Irfan 50 Tidak Tuntas
6 St Ermawati 60 Tidak Tuntas
7 M. Fahreza 60 Tidak Tuntas
8 Mahdalena 50 Tidak Tuntas
9 M. Reza 50 Tidak Tuntas
10 M. Rizal 60 Tidak Tuntas
11 M. Rizky Rahmatullah 50 Tidak Tuntas
12 M. Zamanorrahman 70 Tuntas
13 Nur Iklanida 50 Tidan Tuntas
14 Rahman Fauzy 50 Tidak Tuntas
15 Maulidia Khadijah 70 Tuntas
16 Risya Wardati 70 Tuntas
17 Rahmawati 70 Tuntas
Jumlah 980
50. 50
Rata-Rata 57,65
Tabel 4.5. Distribusi hasil belajar siswa dalam pembelajaran
siklus I pertemuan pertama
No Nilai Frekuensi NxF (%) Kualifikasi
(N)
(F)
1 10 0 0 0
2 9 0 0 0 Sangat baik
3 8 0 0 0 Baik
4 7 4 28 28,57% Cukup
5 6 5 30 30,61% Kurang
6 5 8 40 40,82% Kurang
7 4 0 0 0 Kurang
8 3 0 0 0 Sangat kurang
9 2 0 0 0
10 1 0 0 0
11 0 0 0 0
Jumlah 17 98 100
Rata-Rata 0 5,76 0
Interval =
0 -<2 = Sangat Kurang
2 -< 4 = Kurang
4 -< 6 = Cukup
6 -< 8 = baik
8 -< 10 = Sangat Baik
51. 51
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai hasil
tes formatif siswa adalah 5,76 hal ini berarti berada dibawah ketuntasan
belajar yang ditetapkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yaitu rata-rata 7,00. Oleh karena itu nilai rata-rata hasil tes formatif
siswa tersebut perlu ditingkatkan lagi dalam tindakan kelas pertemuan
kedua.
2. Tindakan kelas siklus I pertamuan kedua, 19 April 2011
(2 X 40 Menit)
a. Persiapan
Pada pertemuan pertama tindakan kelas siklus I ini
dipersiapkan perangkat pembelajaran sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan
Agama Islam dengan kompetensi dasar menjelaskan .
2) Membuat lembar ovservasi untuk mengukur kegiatan
pembelajaran dan aktifitas siswa dalam pembelajaran.
b. Kegiatan pembelajaran
1) Kegiatan awal (10 Menit)
a) Mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
berdo’a
52. 52
b) Mengamati dan mengarahkan sikap siswa agar siap memulai
pelajaran
c) Melakukan tes penjajakan [pre-tes] dan mengidentifikasi
keadaan siswa
d) Mengingatkan pelajaran yang terdahulu dan mengaitkan pada
pelajaran baru
e) Menjelaskan secara singkat tentang tujuan dan proses
pembelajaran yang akan dijalani siswa
2) Kegiatan inti (60 Menit)
3) Menjelaskan tentang materi Menulis Surah Al-Qadr
4) Meminta siswa untuk memperhatikan guru dalam
menjelaskan Menulis Surah Al-Qadr
5) Membentuk semua siswa menjadi pasangan-pasangan dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
6) Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok
sesuai dengan materi yang dibahas
7) Menunjuk siswa atau kelompok untuk menyelesaikan tugas
3) Kegiatan akhir ( 10 Menit)
a) Memberikan penegasan dan menyimpulkan materi ajar yang
sudah dipelajari.
b) Memberikan post tes untuk mengetahui hasil pembelajaran
53. 53
c) Memberikan tugas mandiri untuk mendalami materi ajar
c. Hasil tindakan kelas
1) Observasi kegiatan pembelajaran Siklus I Pertemuan Kedua
Hasil observasi atau pengamatan dari teman sejawat dalam
kegiatan pembelajaran selama 2 x 40 menit yang sudah
direncanakan, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6. Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I Pertemuan
Kedua
No Indicator/Aspek Yang Iamati Dilakukan Skor Penilaian
Ya Tidak 1 2 3 4
I Pra Pembelajaran
1 Mengawali pembelajaran √ 4
dengan mengucapkan
salam dan berdo’a
2 Mengamati dan √ 2
mengarahkan sikap siswa
agar siap memulai
pelajaran
3 Melakukan tes penjajakan √ 3
[pre-tes] dan
mengidentifikasi keadaan
siswa
4 Mengingatkan pelajaran √ 4
yang terdahulu dan
mengaitkan pada pelajaran
baru
5 Menjelaskan secara singkat √ 3
tentang tujuan dan proses
pembelajaran yang akan
dijalani siswa
54. 54
6 Motivasi √ 3
II Kegiatan Inti
Pembelajaran
7 Menjelaskan tentang √ 4
materi Menulis Surah Al-
Kafirun,
8 Meminta siswa untuk √ 2
memperhatikan guru
dalam menjelaskan
Menulis Surah Al-Kafirun.
9 Membentuk semua siswa √ 3
menjadi pasangan-
pasangan dan
mengutarakan hasil
pemikiran masing-masing.
10 Guru memberikan tugas √ 3
kepada masing-masing
kelompok sesuai dengan
materi yang dibahas
11 Menunjuk siswa atau √ 3
kelompok untuk
menyelesaikan tugas
12 Guru dan siswa melakukan √ 2
diskusi mengenai materi
yang telah dibahas
13 Memberi kesempatan √ 2
masing-masing kelompok
untuk bertanya hal-hal
yang belum dimengerti
14 Memberi tantangan kepada √ 3
siswa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan
disampaikan oleh
kelompok lain
15 Menguasai kelas √ 3
16 Melaksanakan √ 2
pembelajaran sesuai
dengan kompetensi
55. 55
(tujuan) yang ingin dicapai
17 Melaksanakan √ 2
pembelajaran secara runtut
18 Menunjukkan penguasaan √ 3
materi pelajaran
19 Mengaitkan materi dengan √ 2
pengetahuan lain yang
relevan
20 Mengaitkan materi dengan √ 3
realitas kehidupan
21 Melaksanakan √ 1
pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu
22 Menggunakan media √ 3
23 Menggunakan metode √ 3
24 Menumbuhkan partisifasi √ 2
aktif siswa dalam
pembelajaran
25 Membangkitkan motifasi √ 3
belajar siswa
26 Menunjukkan sikap √ 2
terbuka respon siswa
27 Menumbuhkan keceriaan √ 2
dan antusias siswa
28 Menggunakan bahasa lisan √ 2
dan tertulis secara jelas,
baik dan benar
29 Membuat rangkuman √ 3
dengan melibatkan siswa
III Kegiatan Akhir
30 Melakukan penilaian (tes) √ 3
akhir sesuai dengan
kompetensi(tujuan)
56. 56
31 Menyampaikan hasil √ 3
penilaian (tes) kepada
siswa
32 Memberikan penghargaan √ 3
33 Memberikan PR sebagai √ 3
bagian remidi / pengayaan
34 Menutup pelajaran √ 4
Jumlah 34 0 1 22 69 16
Keterangan : skor diberikan pada saat guru bekerja
skor yang diberikan maksimal 100
Kategori penilaian : I kurang baik, 2 cukup baik, 3 baik,
4 sangat baik.
Berdasarkan data observasi pada tabel 4.5. bahwa siklus I
pertemuan kedua dari 6 kegiatan pendahuluan yang mendapat poin
4 yaitu 33,3% dengan kualivikasi sangat baik, mendapatkan poin 3
yaitu 50% dengan kualifikasi baik, dan poin 2 yaitu 16 ,67%
dengan kualifikasi cukup. Dan kegiatan inti dari 23 kegiatan yang
mendapat poin 4 yaitu 4,35% (sangat baik), mendapat poin 3
yaitu 47,83% (kualifikasi baik), mendapat poin 2 yaitu 43,48%
(cukup baik) dan poin 1 yaitu 4,35% kualifikasi kurang baik, serta
kegiatan penutup dari 5 kegiatan yang mendapat poin 4 yaitu 20%
(kualifikasi sangat baik), dan poin 3 yaitu 80% (kualifikasi baik),
jadi dari kegiatan guru pada siklus 1 pertemuan kedua, yang
57. 57
berkualifikasi sangat baik 11,76%, berkualifikasi baik 52,94%,
berkualifikasi cukup yaitu 32,35% dan yang berkualifikasi kurang
baik 2,94%.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh obsever,
disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus 1
pertemuan pertama dan pertemuan kedua adalah 55,88% dengan
kualifikasi cukup.
2) Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan
Kedua
Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung)
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
58. 58
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I pertemuan kedua
Penialaian Jumlah Klasifikasi
No Nama Prosentasi
1 2 3 4 5 6 7 8 Skor Aktivitas
1 A. Fauzi 2 2 1 3 1 2 2 3 16 Kurang Aktif 50,00
2 Aisyah 3 2 2 3 1 2 2 3 18 Cukup Aktif 56,25
3 Ade Irma 3 2 2 3 1 2 2 3 18 Cukup Aktif 56,25
4 Elma Yunita 2 2 1 3 1 2 2 3 16 Kurang Aktif 50,00
5 Maulana Irfan 3 2 2 3 1 2 2 3 18 Cukup Aktif 56,25
6 St. Ermawati 3 2 2 3 1 2 2 3 18 Cukup Aktif 56,25
7 M. Fahreza 3 2 2 3 2 2 2 3 19 Cukup Aktif 59,38
8 Mahdalena 3 2 2 3 1 2 2 3 18 Cukup Aktif 56,25
9 M. Reza 3 2 1 3 1 2 2 3 17 Cukup Aktif 53,13
10 Rizal 3 2 2 3 2 2 2 3 19 Cukup Aktif 59,38
11 M. Rizky Rahmatullah 3 2 1 3 1 2 2 3 17 Cukup Aktif 53,13
12 M. Zamanorrahman 3 2 2 3 2 3 3 3 21 Cukup Aktif 65,63
13 M. Nur Iklanida 3 2 2 3 1 2 2 3 18 Cukup Aktif 56,25
14 Rahman Fauzy 3 2 2 3 1 2 2 3 18 Cukup Aktif 56,25
15 Maulidah Khadijah 3 2 2 3 2 3 3 3 21 Cukup Aktif 65,63
16 Risya Wardati 3 2 3 3 2 3 3 3 22 Cukup Aktif 68,75
17 Rahmawati 3 2 2 3 3 3 2 3 21 Cukup Aktif 65,63
Jumlah 50 36 34 55 29 44 44 59 315
73,5 52,9 50,0 80,8 42,6 64,7 64,7 86,7
Prosentasi 3 4 0 8 5 1 1 6 57,90
59. 59
Keterangan :
Interval Kategori Penilaian :
a. 1 – 8 = Tidak Aktif
b. 9 – 16 = kurang Aktif
c. 17 – 24 = Cukup Aktif
d. 25 – 32 = Aktif
e. 33 – 40 = Sangat Aktif
Katagori penilaian :
1. Mendengarkan penjelasan guru
2. Menjawab pertanyaan guru
3. Mengajukan pertanyaan
4. Aktivitas dalam pembelajaran
5. Disiplin dalam berdiskusi
6. Partisivasi siswa dalam pembelajaran
7. Kecerian dan antusiasme siswa dalam pembelajaran
8. Menyimpulkan
Observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan kedua di atas
diklasivikasikan kedalam 5 kategori, yaitu : tidak ada siswa yang
beraktivitas sangat aktif, tidak ada siswa yang beraktifitas aktif,
18orang siswa dengan kategori cukup aktif, dan 1 orang siswa
beraktifitas kurang aktif dan tidak ada kelompok yang termasuk
kategori tidak aktif.
Tabel 4.8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan Kedua
No Aktivitas Siswa F %
1 Sangat aktif 0 0
2 Aktif 0 0
3 Cukup aktif 15 88,23%
4 Kurang aktif 2 11,77%
5 Tidak aktif 0 0
60. 60
Dari tabel diatas terlihat siswa yang sangat aktif 0%,siswa
yang aktif 0%, cukup aktif 15 orang yaitu 88,23% sedangkan kurang
aktif 2 orang yaitu 11,77%, dan tidak aktif 0%.
Berdasarkan data observasi tersebut diatas dapat diketahui
bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran lebih aktif dari pertemuan
pertama. Hal ini karena pembelajaran Model Pembelajaran Ekspelicit
Intruction (Pengajaran Langsung) sudah mulai dipahami anak
sehingga mudah melaksanakan kegiatan pembelajaran, walaupun
dalam aspek-aspek tertentu masih ada yang belum maksimal,
misalnya mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu perlu dilanjutkan
lagi pada siklus kedua.
d. Tes hasil belajar siswa
Tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.9 Daftar nilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran
siklus 1 pertemuan kedua
No Nama Nilai Keterangan
1 A. Fauzi 50 Tidak Tuntas
2 Aisyah 70 Tuntas
3 Ade Irma 60 Tidak Tuntas
4 Elma Yunita 60 Tidak Tuntas
5 Maulana Irfan 60 Tidak Tuntas
6 St Ermawati 70 Tuntas
7 M. Fahreza 70 Tuntas
8 Mahdalena 50 Tidak Tuntas
9 M. Reza 50 Tidak Tuntas
10 M. Rizal 70 Tidak Tuntas
11 M. Rizky Rahmatullah 60 Tuntas
61. 61
12 M. Zamanorrahman 80 Tuntas
13 Nur Iklanida 60 Tidak Tuntas
14 Rahman Fauzy 50 Tidak Tuntas
15 Maulidia Khadijah 80 Tuntas
16 Risya Wardati 80 Tuntas
17 Rahmawati 80 Tuntas
Jumlah 1100
Rata-Rata 64,71
Tabel 4.10 Distribusi hasil belajar siswa dalam pembelajaran
siklus I pertemuan kedua
Nilai Frekuensi
No NxF (%) Kualifikasi
(N) (F)
1 10 0 0 0
2 9 0 0 0
3 8 4 32 29,09 Sangat baik
4 7 4 28 25,45 Baik
5 6 5 30 27,27 Baik
6 5 4 20 18,19 Cukup
7 4 0 0 0
8 3 0 0 0
9 2 0 0 0
10 1 0 0 0
11 0 0 0 0
Jumlah 17 110 100
Rata-Rata 0 6,47 0
Interval =
62. 62
0 -<2 = Sangat Kurang
2 -< 4 = Kurang
4 -< 6 = Cukup
6 -< 8 = baik
8 -< 10 = Sangat Baik
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai
hasil tes formatif siswa adalah 6,47 hal ini berarti berada di bawah
ketuntasan belajar yang ditetapkan pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yaitu rata-rata 7,00 oleh karena itu nilai rata-rata hasil
tes formatif siswa tersebut perlu ditingkatkan lagi dalam tindakan
kelas pada siklus kedua.
c. Reflikasi tindakan kelas siklus I
Berdaasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran, observasi
aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil tes belajar pertemuan
pertama dan kedua, maka dapat direfliksikan sebagai berikut :
1) Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran
Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung) dinyatakan cukup
efektif dan meningkatkan kemampuannya, tetapi belum mencapai
pada hasil pembelajaran yang maksimal. Hal ini disebabkan masih
balum maksimalnya guru dalam melaksanakan Model
Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung), dan
aktivitas siswa dalam pembelajaran masih rendah.
63. 63
2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan Model
Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung) cukup
mendukung dan aktif, hal ini dapat dilihat pada :
a) Aktivitas belajar siswa siklus 1 pertemuan pertama sangat aktif
0%, siswa yang aktif 0%, cukup aktif 9 orang yaitu 52,94%,
sedangkan kurang aktif 8 orang yaitu 47,06% dan tidak aktif
0%.
b) Aktivitas belajar siswa siklus 1 pertemuan kedua sangat aktif
0%,siswa yang aktif 0%, cukup aktif 15 orang yaitu 88,23%
sedangkan kurang aktif 2 orang yaitu 11,77%, dan tidak aktif
0%.
c) Berdasarkan temuan tersebut, menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction
(Pengajaran Langsung).
3) Hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
Model Pembelajaran Ekspelicit Intruction (Pengajaran Langsung)
cukup mendukung dan aktif, hal ini dapat dilihat pada :
a) Hasil tes siswa pada siklus I pertemuan pertama rata-rata nilai
57,65 dan petemuan kedua rata-rata nilai 64,71
b) Berdasarkan temuan tersebut, maka kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan Model Pembelajaran Ekspelicit
64. 64
Intruction (Pengajaran Langsung) terjadi peningkatan belum
maksimal, sehingga akan dilanjutkan pada siklus II.
3. Tindakan kelas siklus II pertemuan pertama, 26 April 2011 (2x40 menit)
a. Persiapan
Pada pertemuan pertama tindakan kelas siklus II ini
dipersiapkan perangkat pembelajaran sebagai berikut :
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Pendidikan
Agama Islam dengan kompetensi dasar menjelaskan materi Surah
Al-fiil.
2) Membuat lembar observasi untuk mengukur kegiatan
pembelajaran dan aktifitas siswa dalam pembelajaran.
b. Kegiatan pembelajaran
1) Kegiatan awal (10 menit)
a) Mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
berdo’a
b) Mengamati dan mengarahkan sikap siswa agar siap memulai
pelajaran
c) Melakukan tes penjajakan [pre-tes] dan mengidentifikasi
keadaan siswa