1. PENGOLAHAN DARI LIMBAH FERMENTASI MONOSODIUM GLUTAMATE
DENGAN MENGUNAKAN PROSESS ANAEROBIK
Sakti Siregar – sakti-siregar@bdg.centrin.net.id
Water & Wastewater Treatment Specialist
Air Limbah Industri MSG
Industri monosodium glutamate ( MSG ) adalah industri yang cukup penting di
Indonesia. Air limbah dari industri MSG dapat mencapai COD hingga 300.000 mg/l
hingga 400.000 mg/l. Selama ini belum ada teknologi yang ekonomis untuk mengolah
limbah dari industri MSG. Dengan melihat besarnya COD yang dihasilkan, maka
teknologi yang saat ini ingin diterapkan adalah proses anaerobik.
Sama dengan pengunaan proses anaerobik buat industri-industri lain yang memiliki COD
tinggi seperti misalnya : pulp & paper, sloughter house, petrochemical dll., maka air
limbah dari industri MSG juga sangat masuk akal dan dapat diterima untuk diolah dengan
proses anaerobik.
Dari berbagai sistem pengolahan anaerobik yang ada maka sistem anaerobik yang dapat
digunakan dan sudah dicoba adalah Anaerobic Fluidized Bed, Fix Bed Anaerobik Filter
dan Upflow Anaerobic Sludge Blanket.
Dari hasil laporan menunjukkan bahwa pada organic loading dibawah 14 kg-
BOD/m3.day, BOD removal efficiency dapat mencapai 90% atau lebih. Oleh karena air
limbah mengandung bahan-bahn organik yang tidak terlarut yang sulit untuk diuraikan
secara biologis ( difficult biodegradation ), maka COD removal efficiency hanya
mencapai 65 % maximum. Kandungan dari methane pada biogas dapat mencapai 80 %.
Pada temperatur reaktor 35 o C maka jumlah biogas yang dihasilkan dapat mencapai
lebih dari 360 l per kg.
Hasil uji coba menunjukkan organic loading antara 10 – 30 kg-COD/m3.d.
Sebagai bahan perbandingan maka konsentrasi dari air limbah MSG yang dilakukan
pengujian adalah :
Analytical item Concentration ( mg/l )
COD :
Total 288.000-317.000
Soluble 252.000-266.000
BOD5
Total 113.000
Soluble 83.000-94.000
SS 35.000-49.000
TKN 23.945-29.580
Sakti Siregar – 3 May 1999 1
2. NH3-N 14.470-19.755
pH 3.3
Total phosphate 1.694
Instalasi Pengolahan Air Limbah, IPAL
Untuk mengolah limbah dari pabrik MSG maka tidak hanya dibutuhkan proses anaerobik
tetapi juga harus didahului dengan pretreatment dan proses aerobik.
Sebagai contoh maka prosess flow diagramnya adalah sebagai berikut :
Coarse & Fine
Screen
Sedimentation
Acidification
UASB or Anaerobic
Anaerobic Filter Sludge Tank
Aeration
Sedimentation Thickener Sludge
Dewatering
Dry Sludge
Sakti Siregar – 3 May 1999 2
3. Dari proses flow diagram diatas maka dapat dilihat bahwa air limbah sebelum dan
sesudah pengolahan anaerobik memiliki tahapan-tahapan pengolahan.
Air limbah yang baru keluar dari pabrik perlu diambil padatan-padatan kasarnya dengan
menggunakan coarse screen dan fine screen dan kemudian dilanjutkan dengan
mengunakan bak sedimentasi. Bak sedimentasi ini berfungsi untuk mengambil padatan
tersuspensi dan padatan terlarut bila memang diperlukan. Untuk itu maka perlu
ditambahkan bahan kimia atau tidak tergantung hasil analisa dari effisiensinya dengan
menggunakan jar test.
Lumpur yang dihasilkan dari bak pengendapan ini dikirimkan ke thickener untuk diolah
lebih lanjut agar konsentrasinya meningkat. Sedangkan air hasil olahannya di masukkan
kedalam bak asidifikasi atau conditioning tank.
Pada conditioning tank maka dilakukan pengaturan pH dan penambahan nutrient agar
bakteri anaerobic dapat hidup.
Dalam conditioning tank ini, maka zat-zat organik rantai panjang akan diuraikan menjadi
zat-zat organik dengan rantai yang lebih sederhana dengan menggunakan bakteri
asidogenesis. Hal ini akan sangat membantu bakteri methanogenesis yang ada pada bak
anaerobic.
Pada bak anaerobic maka COD akan diuraikan menjadi CH4, CO2 dan SO4 dan bakteri-
bakteri anaerobic lainnya. Tanpa menggunkan energi maka COD dapat terurai menjadi
CH4 yaitu gas methane yang dapat dibakar.
Sakti Siregar – 3 May 1999 3
4. Berbeda dengan menggunkan pengolahan aerobik untuk seluruh WWTP, maka dengan
menggunakan proses anaerobic akan terjadi penghematan energi yang dalam hal ini
adalah listrik sebesar 60%.
Sisanya yaitu beban sebesar 40 % baru diolah dengan menggunakan proses aerobic yaitu
activated sludge process.
Dengan menggunakan proses anaerobic maka disamping terjadi penghematan listrik,juga
akan terjadi penghematan biaya pengolahan lumpur. Lumpur yang dihasilkan dari
pengolahan anaerobic dapat mencapai sepersepuluh dari pengolahan aerobik.
Maka pemakaian bahan-bahan kimia dan biaya pemindahan lumpur juga akan sangat
berkurang.
Upflow Anaerobic Sludge Blanket
Pada proses dengan menggunakan Upflow Anaerobic Sludge Blanket, maka air limbah
dimasukkan kedalam reactor melalui dasar bak anaerobic dengan menggunakan pompa.
Untuk mencapai terjadinya distribusi yang merata dari air limbah maka perlu
direncanakan suatu distribution sistem yang sempurna.
Air limbah yang mengandung COD akan melalui lapisan anaerobic granular sludge yang
dapat mencapai konsentrasi antara 60 – 100 kg/m3. Maka air limbah akan terurai dan
akan menghasilkan biogas yang mengandung methane.
Sehingga air limbah yang ada akan terdiri dari 3 phase yaitu, air, gas dan padatan. Untuk
itu maka perlu direncanakan suatu alat pemisah 3 phase atau sering disebut 3 phase
separator yang berfungsi untuk memisahkan air gas dan padatan.
Air hasil olahan akan dilewatkan oleh 3 phase separator untuk kemudian diolah dalam
bak aerasi. Sedangkan gas akan dikumpulkan pada gas storage tank yang kemudian dapat
dibakar atau digunakan dalam boiler.
Sedangkan padatan yang dalam hal ini adalah anaerobic sludge, harus tetap tertinggal
didalam reactor.
Sakti Siregar – 3 May 1999 4
5. Anaerobic Filter
Pada anaerobic filter, maka lumpur tidak bergerak bebas seperti dalam UASB. Anaerobic
sludge akan melekat/ tertahan pada pada filter media atau packing. Ketinggian reactor
bervariasi tergantung dari beban air limbah dan kelayakan secara teknis.
Air limbah dapat masuk dari atas atau dari bawah, sehingga ada dua jenis anaerobic filter
yaitu downflow dan upflow filter.
Gas pada anaerobic filter akan melewati bagian atas reactor kemudian dibakar atau
disimpan dalam gas holder untuk pemakaian selanjutnya.
Efisiensi dari kedua jenis pengolahan ini hampir sama tergantung dari pengawasan
parameter-parameter operasinya.
Kesimpulan
• IPAL di PT. XYZ perlu untuk dievaluasi agar diketahui effisiensi dari masing-
masing unit proses yang ada.
Sakti Siregar – 3 May 1999 5
6. • Bila Anaerobic Process belum digunakan, maka dapat dianalisa kemungkinan biaya
investasi dan operasi dari perbaikan IPAL-nya.
• Sistim pengolahan dengan menggunakan anaerobic process adalah yang terbaik
sebelum penggunaan proses activated sludge.
References :
Sakti Siregar – 3 May 1999 6