1. PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PIZZA MENDOAN ML PSK (Murah Lezat, Pasti Semua Suka)
PERPADUAN ANTARA KULINER LOKAL & MODERN DI ERA
GLOBALISASI
BIDANG KEGIATAN :
PKMK
Disusun Oleh :
1. Septiadi Nugroho (5315134509)
2. Muhammad Irfan Zidni. M (5315134497)
3. Dwi Kreshna Novianto (5315136257)
4. Saiful Majid (5315134494)
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
2. A. JUDUL PROGRAM
Judul Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) yang diusulkan adalah “ Pizza
Mendoan ML PSK (Murah Lezat, Pasti Semua Suka) Perpaduan Antara Kuliner Lokal &
Modern Di Era Globalisasi”.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan zaman sangat berpengaruh besar atas kehidupan manusia, karena besarnya
pengaruh tersebut dapat mengubah paradigma seseorang dalam menjalani kehidupannya.
Mengubah pola pikir, pola hidup, sampai ke pola-pola terkecilpun dapat berubah. Globalisasi
yang terjadi pada zaman sekarang membuat lunturnya nilai kultur bangsa akibat kurang ketat
filterasisasi yang masuk pada bangsa. Kebudayaan asing begitu mudah masuk ke bangsa
Indonesia sehingga mencetak manusia-manusia Indonesia yang kurang mencintai budayanya
sendiri. Budaya Indonesia begitu kaya begitu juga kulinernya, salah satu kuliner yang sangat
digemari dan dikenal semua masyarakat Indonesia adalah ―tempe‖, namun seiring perkembangan
zaman makanan khas Indonesia ini mulai tersaingi oleh makanan-makanan asing seperti burger,
hotdog,kebab,pizza dan makanan asing lainnya. Sangat miris sekali ketiika melihat orang
Indonesia lebih memilih makanan asing daripada makanan khas Indonesia. Justru kuliner khas
Indonesia jauh lebih enak dan bergizi, harganya pun jauh lebih murah. Jadi, dari situlah kami
mencoba untuk meningkatkan rasa cinta masyarakat Indonesia terhadap kuliner khas Indonesia
dengan cara mengkolaborasikan kuliner khas Indonesia dengan makanan asing agar lebih
menarik minat masyarakat.
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan
lain yang menggunakan beberapa jenis kapangRhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh.
oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum
dikenal sebagai "ragi tempe".
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa
sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akanserat pangan, kalsium, vitamin B
dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika
untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-
biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai
pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe
terasa agak masam.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di
seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya
sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai
penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.Indonesia juga
sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan
3. tempeyang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak
mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik
umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga
penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).
Pembuatan
Terdapat berbagai metode pembuatan tempe. Namun, teknik pembuatan tempe di Indonesia
secara umum terdiri dari tahapan perebusan, pengupasan, perendaman dan pengasaman,
pencucian, inokulasi dengan ragi, pembungkusan, dan fermentasi.
Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap perebusan ini berfungsi sebagai
proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin. Perebusan juga
dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai supaya nantinya dapat menyerap asam pada tahap
perendaman.
Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan agar miselium fungi dapat menembus biji
kedelai selama proses fermentasi. Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan, diinjak-injak
dengan kaki, atau dengan alat pengupas kulit biji.
Setelah dikupas, biji kedelai direndam.Tujuan tahap perendaman ialah untuk hidrasi biji kedelai
dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi.Fermentasi asam laktat terjadi dicirikan oleh munculnya
bau asam dan buih pada air rendaman akibat pertumbuhan bakteri Lactobacillus.Bila
pertumbuhan bakteri asam laktat tidak optimum (misalnya di negara-negara subtropis, asam
perlu ditambahkan pada air rendaman.Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini ternyata juga
bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri-bakteri beracun.
Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin dibentuk oleh
bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat
menghambat pertumbuhan fungi.
Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragitempe atau laru. Inokulum dapat
berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan pada daun waru atau daun jati (disebut usar;
digunakan secara tradisional), spora kapang tempe dalam medium tepung (terigu, beras, atau
tapioka; banyak dijual di pasaran), ataupun kultur R. oligosporus murni (umum digunakan oleh
pembuat tempe di luar Indonesia). Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1)
penebaran inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan dikeringkan, lalu
dicampur merata sebelum pembungkusan; atau (2) inokulum dapat dicampurkan langsung pada
saat perendaman, dibiarkan beberapa lama, lalu dikeringkan.
Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan dalam wadah untuk fermentasi.
Berbagai bahan pembungkus atau wadah dapat digunakan (misalnya daun pisang, daun waru,
daun jati, plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan memungkinkan masuknya udara karena kapang
tempe membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau plastik biasanya
diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk.
4. Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami proses fermentasi. Pada
proses ini kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji kedelai, menyatukannya
menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20 °C–37 °C selama 18–36 jam. Waktu
fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe yang menggunakan banyak inokulum dan
suhu yang lebih tinggi, sementara proses tradisional menggunakan laru dari daun biasanya
membutuhkan waktu fermentasi sampai 36 jam.
Sejarah dan perkembangan
Asal-usul
Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari Cina atau Jepang,
tempe berasal dari Indonesia.Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai. Namun demikian,
makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya
makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Dalam bab 3 dan bab 12
manuskripSerat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 (Serat Centhini sendiri ditulis pada
awal abad ke-19) telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae
santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan
catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe
diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa—mungkin
dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke-16.
Kata "tempe" diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno.Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan
berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna
putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut.
Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-
Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era Tanam Paksa di
Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong,
ubi dan kedelai, sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa
tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis,
yaitu koji1
kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik
pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa
yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air.
Tempe di Indonesia
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai
terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe,
40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi
tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg.
Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, para tawanan perang yang diberi makan tempe
terhindar dari disentri dan busung lapar.Sejumlah penelitian yang diterbitkan pada tahun 1940-an
sampai dengan 1960-an juga menyimpulkan bahwa banyak tahanan Perang Dunia II berhasil
5. selamat karena tempe. Menurut Onghokham, tempe yang kaya protein telah menyelamatkan
kesehatan penduduk Indonesia yang padat dan berpenghasilan relatif rendah.
Namun, nama 'tempe' pernah digunakan di daerah perkotaan Jawa, terutama Jawa tengah, untuk
mengacu pada sesuatu yang bermutu rendah. Istilah seperti 'mental tempe' atau 'kelas tempe'
digunakan untuk merendahkan dengan arti bahwa hal yang dibicarakan bermutu rendah karena
murah seperti tempe.Soekarno, Presiden Indonesia pertama, sering memperingatkan rakyat
Indonesia dengan mengatakan, "Jangan menjadi bangsa tempe." Baru pada pertengahan 1960-an
pandangan mengenai tempe ini mulai berubah.
Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an terjadi sejumlah perubahan dalam pembuatan tempe di
Indonesia. Plastik (polietilena) mulai menggantikan daun pisang untuk membungkus tempe, ragi
berbasis tepung (diproduksi mulai 1976 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan banyak
digunakan oleh Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia, Kopti) mulai menggantikan laru
tradisional, dan kedelai impor mulai menggantikan kedelai lokal. Produksi tempe meningkat dan
industrinya mulai dimodernisasi pada tahun 1980-an, sebagian berkat peran serta Kopti yang
berdiri pada 11 Maret1979 di Jakarta dan pada tahun 1983 telah beranggotakan lebih dari 28.000
produsen tempe dan tahu.
Standar teknis untuk tempe telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia dan yang berlaku
sejak 9 Oktober 2009 ialah SNI 3144:2009. Dalam standar tersebut, tempe kedelai didefinisikan
sebagai "produk yang diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang
Rhizopus sp., berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan dan berbau khas
tempe".
Tempe di luar Indonesia
Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda.Pada tahun 1895, Prinsen
Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda) melakukan usaha yang pertama kali untuk
mengidentifikasi kapang tempe. Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di
Belanda oleh para imigran dari Indonesia.
Melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak tahun 1946. Sementara itu, tempe populer
di Amerika Serikat setelah pertama kali dibuat di sana pada tahun 1958 oleh Yap Bwee Hwa,
orang Indonesia yang pertama kali melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe. Di Jepang,
tempe diteliti sejak tahun 1926 tetapi baru mulai diproduksi secara komersial sekitar tahun 1983.
Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang.
Di beberapa negara lain, seperti Republik Rakyat Cina, India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada,
Australia, Amerika Latin, dan Afrika, tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas.
6. Khasiat dan kandungan gizi
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses
penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes
melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare,
penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah
dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh
kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di
dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik
untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut
sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara
kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam
amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan
dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi
dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis.
Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan
diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan
menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala
flatulensi (kembung perut).
Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu
serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau
tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe.
Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan
makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah
cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.
Asam lemak
Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan
terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty
acids, PUFA) meningkat jumlahnya.
Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan
kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai).
Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum,
sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.
7. Vitamin
Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak
(vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis
vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam
pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin).
Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan
nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian), namun tempe mengandung vitamin B12 sehingga
tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Kenaikan
kadar vitamin B12 paling mencolok pada pembuatan tempe; vitamin B12 aktivitasnya meningkat
sampai 33 kali selama fermentasi dari kedelai, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14
kali, niasin 2-5 kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin
ini tidak diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella
pneumoniae dan Citrobacter freundii.
Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe
kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan
adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan
vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.
Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral besi,
tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe.
Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang
mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-
mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk
dimanfaatkan tubuh.
Antioksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya
vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan
tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas.
Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe,
di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi
isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam
kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe
oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.
Penuaan (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung
antioksidan yang cukup. Karena tempe merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya
dalam jumlah cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini.
8. Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa
genestein dan fitoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan
payudara.
Tempe Mendoan
Tempe Mendoan adalah sejenis masakan tempe yang terbuat dari tempe yang tipis, dan
digoreng dengan tepung sehingga rasanya gurih dan renyah. Secara tradisional di wilayah
Banyumas, tempe yang digunakan untuk mendoan adalah jenis tempe bungkus yang lebar tipis,
satu atau dua lembar perbungkus. Akan tetapi tempe mendoan juga dapat dibuat dari tempe biasa
yang diiris tipis-tipis namun lebar. Pada PKM ini kami mempunyai ide untuk membuat tempe
mendoan yang berbeda dari yang lain, unik & lezat.
Melalui produksi makanan berupa Pizza Mendoan ini akan menambah variasi jenis makanan
perpaduan antara kuliner lokal & modern. Selain itu, dengan penambahan aneka varian pada
mendoan tersebut (seperti : pizza mendoan daging sapi keju, daging ayam keju, atau jamur keju)
yang dilapisi diatasnya akan meningkatkan daya tarik peminat dan daya jual mendoan ini.
C. PERUMUSAN MASALAH
Dalam program ini akan dibuat suatu usaha berupa pizza mendoan yang murah, lezat dan pasti
semua suka. Perpaduan antara kuliner lokal & modern di era globalisasi.
Rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana mengolah tempe mendoan menjadi Pizza Mendoan yang bernilai jual dan bergizi
tinggi ?
2. Bagaimana memperkenalkan varian mendoan tersebut yang belum begitu populer & relatif
merupakan inovasi baru dalam dunia kuliner kepada masyarakat?
D. TUJUAN PROGRAM
Tujuan dari program ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan Pizza Mendoan yang bernilai jual dan bergizi tinggi.
2. Mengoptimalkan manfaat dari Tempe Mendoan yang selama ini belum begitu bervariasi
dalam penyajiannya.
3. Menghasilkan sebuah kudapan baru berupa Pizza Mendoan dengan aneka rasa yang bergizi
tinggi.
4. Meningkatkan daya kreativitas dan jiwa kewirausaan mahasiswa.
5. Membuka peluang usaha baru di bidang kuliner.
6. Meningkatkan pendapatan mahasiswa.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari program ini adalah berupa usaha produksi pizza mendoan yang
murah, lezat dan bergizi yang siap untuk dipasarkan.
9. F. KEGUNAAN PROGRAM
Kegunaan program kreatifitas mahasiswa dalam bidang kewirausahaan kami adalah:
1. Menumbuh kembangkan daya kreatifitas mahasiswa.
2. Membuka peluang usaha baru.
3. Menambah keberagaman jenis makanan tradisional.
4. Meningkatkan produksi Tempe Mendoan, khususnya dalam sektor usaha masyarakat.
5. Melatih kerjasama kelompok agar bisa menjadi tim dalam mengelola sebuah usaha.
G. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
1. Kondisi Lingkungan
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun Indonesia harus
mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi
akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah
daripada di Jepang dan Cina.Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah
sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif kurang
mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi
Indonesia.Kedelai merupakan tumbuhan serbaguna. Karena akarnya memiliki bintil pengikat
nitrogen bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya
digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak.Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji
kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamindan
lesitin.
2. Sumber Bahan Baku
Dalam pendirian usaha ini, sumber bahan baku utama adalah Biji kedelai. Kedelai dibudidayakan
di lahan sawah maupun lahan kering (ladang).Penanaman biasanya dilakukan pada akhir musim
penghujan, setelah panenpadi.Pengerjaan tanah biasanya minimal.Biji dimasukkan langsung
pada lubang-lubang yang dibuat. Biasanya berjarak 20-30cm. Pemupukan dasar nitrogen dan
fosfat diperlukan, namun setelah tanaman tumbuh penambahan nitrogen tidak memberikan
keuntungan apa pun. Lahan yang belum pernah ditanami kedelai dianjurkan diberi "starter"
bakteri pengikat nitrogenBradyrhizobium japonicum untuk membantu pertumbuhan
tanaman.Penugalan tanah dilakukan pada saat tanaman remaja (fase vegetatif awal), sekaligus
sebagai pembersihan dari gulma dan tahap pemupukan fosfat kedua.Menjelang berbunga
pemupukan kalium dianjurkan walaupun banyak petani yang mengabaikan untuk menghemat
biaya.
10. 3. Analisis Ekonomi
Secara sederhana, bisnis ini dapat dihitung dengan cara :
Pemasukan -
Pengeluaran
a. Bahan Habis Pakai Per Produksi
Tempe Mendoan @Rp.12.500 (6 bungkus) Rp. 75.000,00
Tepung Terigu @ Rp. 6.000 (3 kg) Rp.18.000,-
Minyak Goreng Curah @ Rp. 10.000 per liter (2 liter) Rp. 20.000,-
Daging Sapi @Rp. 90.000 per kg (1/2 kg) Rp. 45.000,-
Daging Ayam @Rp. 30.000 (1 ekor) Rp. 30.000,-
Jamur @Rp. 12.000 per kg (1/2 kg) Rp. 6.000,-
Kornet @Rp. 18.000 (1 kaleng besar) Rp. 18.000,-
Baso @Rp. 8.000 (2 bungkus) Rp. 16.000,-
Sosis @Rp.9.000 (2 bungkus) Rp. 18.000,-
Keju @Rp. 20.000 ( 1 bungkus)
Saus Sambal, Saus Tomat & Kecap @Rp. 15.000,-
Kacang @Rp 6.000 (per kg)
Mayonaise @ Rp.12.000 (per botol)
Daun Bawang & Seledri @Rp. 5.000
Jumlah : Rp.304.000,-
b. Biaya Investasi Peralatan
Kompor Gas @Rp. 300.000 (2 buah) Rp. 600.000,-
Gas Elpiji @Rp. 90.000 (2 tabung) Rp. 180.000,-
Wajan @ Rp. 50.000 (2 buah) Rp. 100.000,-
Baskom @ Rp. 40.000 ( 2 buah) Rp. 80.000,-
Pisau Stainlessteel @ Rp. 25.000 (5 buah) Rp. 125.000,-
Parutan Keju Rp. 20.000,-
Piring ( 10 buah ) Rp. 50.000,-
Peniris Minyak @Rp 10.000 (2 buah) Rp. 20.000,-
Spatula Kayu @Rp. 5.000 (4 buah) Rp. 20.000,-
Penjepit Stainless @Rp. 10.000,- (2 buah) Rp. 20.000,-
Jumlah : Rp. 1.215.000,-
c. Perangkat Pendukung
Gunting, Kotak Kemasan, Tisu, Plastik, Alat Pencetak Mendoan berbentuk bulat pizza dll
Jumlah : Rp. 150.000,-
d. Akomodasi dan Perjalanan
Perjalanan pengadaan alat dan bahan Rp. 500.000,-
Peminjaman peralatan pendukung Rp. 100.000,-
Jumlah : Rp. 600.000,-
11. e. Lain-Lain
Pembuatan Proposal dan Laporan Rp 150.000,-
Publikasi dan Dokumentasi Rp. 200.000,-
Jumlah : Rp. 350.000,-
Jumlah Total = Bahan habis pakai per produksi (Rp. 304.000) + Biaya investasi
peralatan (Rp. 1.215.000) + Perangkat pendukung (Rp. 150.000) +
Akomodasi dan perjalanan (Rp. 600.000) + lain – lain (Rp. 350.000)
= Rp. 2.619.000,-
Peralatan dapat digunakan minimal tiga tahun. Jika satu minggu produksi dilakukan lima kali,
maka dalam tiga tahun sebanyak = 5 x 4 minggu x 36 bulan = 720 kali produksi. Sehingga biaya
investasi adalah Rp. 1.215.000 : 720 = Rp 1.687,5,- per satu kali produksi atau di bulatkan
menjadi Rp 1.700,-
Dari komposisi bahan tersebut dapat diperoleh 72 kotak, (setiap kotak berisi 1 pizza mendoan)
dengan berat bersih per kotaknya sebesar 100 gram.Harga dasar penjualan Pizza Mendoan aneka
varian rasa ini adalah Rp.5.000 per kotak.
Jadi hasil penjualan 72 x Rp 6.000 = Rp 432.000
Secara sederhana, modal kerja per produksi adalah (biaya investasi peralatan + biaya habis pakai
per produksi) = Rp 1.700 + Rp 304.000 = Rp. 305.700 ,-
Keuntungan dalam setiap produksi adalah :
Penjualan – modal kerja = Rp 432.000 – Rp 305.700 = Rp. 126.300,-
H.METODOLOGI PELAKSANAAN PROGRAM
Metodologi pelaksanaan program adalah sebagai berikut:
1. Proses Pembelajaran dan Pelatihan
Untuk melaksanakan program kewirausahaan ini, perlu dilakukan pembekalan berupa pelatihan
untuk membentuk team work yang solid dan profesional dalam pengembangan usaha dodol talas
beraneka rasa tersebut. Adapun proses pelatihan tersebut berupa :
a. Social Skills
Substansi pembelajaran social skills berbentuk materi pelatihan motivation training, komunikasi
efektif, team building, organisasi dan manajemen. Tujuan pembelajaran social skills yang
diselengggarakan adalah untuk membentuk dan memupuk kemampuan untuk melakukan
komunikasi yang efektif dalam bisnis, menmahami peran kerjasama dan organisasi dalam
kelompok untuk membangun dan mengelola usaha/ bisnis. Materi ini disampaikan dengan
12. metode ceramah interaktif, diskusi dan tanya jawab, serta simulasi penerapan untuk pemahaman
materi team work kepada pelaku usaha/ pelaksana program.
b. Vocational Skills
Subtansi pembelajaran vocational Skills berbentuk pelatihan keterampilan praktis yang akan
dilaksanakan sebagai usaha kelompok melalui simulasi (praktek) dengan materi mencakup dasar-
dasar membuat produk.
Dengan cara sebagai berikut :
A. Bahan Adonan Dasar Tempe Mendoan :
- tepung terigu protein +- 100 gram ( secukupnya )
- tepung beras 75 gram ( secukupnya )
- air/santan 300 ml ( secukupnya )
B. Bumbu Halus Adonan Dasar Tempe Mendoan :
- Siapkan bawang putih 2 siung/kemiri 2 butir
- Siapkan kunyit 1/2 cm
- Siapkan ketumbar 1/4 sendok teh
- Siapkan garam
C. Langkah Membuat Adonan Dasar Mendoan :
- Campur semua bahan dan bumbu halus.
- Tuang air sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga rata.
- Adonan mendoan siap digunakan.
- Silakan Panaskan Minyak Goreng dengan api sedang
- Masukan Tempe Mendoan yang sudah dibentuk bulat seperti pizza ke adonan
- Goreng dengan minyak Yang banyak jadi tempe tenggelam
- angkat tempe saat sudah terlihat kuning ( Jangan terlalu kering )
D. Membuat Pizza Mendoan
- Siapkan bahan – bahan pelengkap untuk membuat pizza, seperti daging ayam, daging
sapi, kornet, jamur, baso, sosis, keju atau sesuai selera.
-Lapisi mendoan bagian atas dengan mayonnaise, dan saus sambal, saus tomat atausaus
kacang. Lalu diberi bahan – bahan pelengkap diatasnya sesuai selera.
-Hidangkan dalam keadaan panas agar lebih nikmat & menggugah selera.
2. Promosi , Penjualan & Pemasaran
Adapun untuk pengenalan produk ini kepada masyarakat kami awali di lingkungan kampus
Universitas Negeri Jakarta yaitu dengan memberi sampel produk Pizza Mendoan kepada
mahasiswa di sekitar kampus, selanjutnya kami akan membuat stand usaha sendiri dan juga
menitipkan produk ini di kantin – kantin sekitar kampus. Kami juga akan menawarkan produk
ini kepada konsumen – konsumen yang ditemui oleh kami selaku pelaku usaha dimanapun
berada atau didekat tempat produksi. Produk ini juga akan dipublikasikan menggunakan leaflet
bahwa kami menerima pesanan, memasang iklan produk di koran wilayah setempat, penyebaran
brosur ke masyarakat luas, dan informasi dari mulut ke mulut.
Dalam tinjauan ekonomi, kami juga akan membagi beberapa daerah pemasaran
berdasarkan konsumen dari beberapa kalangan. Dengan bentuk kemasan produk dan
harga yang bervariasi sesuai dengan kalangan konsumen masing-masing tersebut.
13. Adapun bagian daerah pemasaran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan kampus atau lembaga pendidikan yang lain
Sasaran : mahasiswa dan pelajar
2. Pasar tradisional dan toko kelontong
Sasaran : konsumen tingkat menengah kebawah
3. Toko swalayan
Sasaran : pegawai, karyawan dan konsumen tingkat menengah keatas.
I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM
Kegiatan ini dilaksanakan selama 8 minggu dan dimulai dengan jadwal sebagai berikut :
J. NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK
Ketua pelaksana kegiatan :
1.Nama : Septiadi Nugroho
No Reg : 5315134509
Jurusan : Teknik Mesin
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Jakarta
Waktu untuk kegiatan PKM : 10jam/minggu
Anggota Pelaksana
2. Nama :Dwi Khresna Novianto
No Reg : 5315136257
Jurusan : Teknik Mesin
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Jakarta
Waktu untuk kegiatan PKM : 10jam/minggu
14. 3. Nama : Muhamad Irfan Zidni Maulana
No Reg : 5315134497
Jurusan : Teknik Mesin
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Jakarta
Waktu untuk kegiatan PKM : 10jam/minggu
4. Nama : Saiful Majid
No Reg :5315134494
Jurusan : Teknik Mesin
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Jakarta
Waktu untuk kegiatan PKM : 10jam/minggu
K. NAMA DAN BIODATA DOSEN PEMBIMBING
1. Nama lengkap dangelar : Ragil Sukarno, S.T, M.T
2. NIP :197911022012121001
3. Jabatan Fungsional :III B
4. Jabatan Struktural :Staff Dosen
5. Jurusan/ program study :Teknik Mesin/S1 Pendidikan Teknik Mesin
6. Perguruan Tinggi :Universitas Negeri Jakarta
7. Waktu untuk kegiatan PKM : 2 jam/minggu
L. BIAYA
A. Tahap Pelatihan
Transportasi & Fee Pemateri @Rp. 350.000,00
Konsumsi 5 orang @ Rp. 50.000
Jumlah : Rp. 400.000,-
B. Tahap Pelaksanaan
A. Bahan Habis Pakai Per Produksi
No Nama barang Harga @ Harga Total
A. Bahan Habis Pakai Per Produksi
1 Tempe Mendoan (6 bungkus) Rp.12.500 Rp. 75.000,-
2 Tepung Terigu (3 kg) Rp. 6.000 Rp.18.000,-
3 Minyak Goreng Curah (2 liter) Rp. 10.000 Rp. 20.000,-
4 Daging Sapi (1/2 kg) Rp. 90.000 Rp. 45.000,-
5 Daging Ayam (1 ekor) Rp. 30.000,- Rp. 30.000,-
6 Jamur (1/2 kg) Rp. 12.000 Rp. 6.000,-