1. 1
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA POKOK BAHASAN
GAYA DAN GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIVIS METODE TANYA JAWAB
DI KELAS IV SDN 17 KATOBU
KEMANTAPAN KEMAMPUAN PROVESIONAL
Oleh
SITTI HAJAR SURYA NINGSIH
NIM. 823 178 012
POKJAR RAHA C
PROGRAM STUDI S-1 PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2015
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan judul
“Meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada pokok bahasan gaya dan gerak
melalui penerapan model pembelajaran Konstruktivis metode Tanya jawab di
kelas IV SDN 17 Katobu”. Penulisan Karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat
kelulusan dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP).
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini banyak pihak
yang telah memberikan masukan dan bantuan pemikiran oleh karena itu melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih.
Raha, Mei 2015
Penulis
3. 3
ABSTRAK
Abstrak : Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa pada Pokok Bahasan
Gaya dan Gerak melalui Penerapan Model Pembelajaran KonstruktiIVis
Metode Tanya Jawab di Kelas IIV SD Negeri 17 Katobu. Realitas pelaksanaan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah atau kelas adalah lebih
banyak mengajarkan pengetahuan jadi yang harus dihafalkan oleh siswa. Fenomena
semacam ini adalah sudah menjadai tradisi di setiap sekolah-sekolah. Hal ini
memperlihatkan bahwa strategi pembelajaran telah menunjukkan keunggulannya
membantu para guru dan staf pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran
untuk memudahkan para siswa menerima dan/atau menangkap setiap materi
pembelajaran yang diajarkan oleh guru. Sejalan dengan permasalahan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran
konstruktiIVis metode tanya jawab di kelas IV SD Negeri 17 Katobudalam
meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada pokok bahasan gaya dan gerak. Subjek
dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 8 Kabangka, dengan jumlah 20
siswa yang aktif dan terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2013/214 dengan
sasaran utama meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan gaya dan gerak melalui
penerapan model pembelajaran konstruktiIVis metode tanya jawab. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model konstruktiIVis metode
tanya jawab, hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN 17 Katobukhususnya pokok
bahasan gaya dan gerak dapat ditingkatkan di mana pada siklus I dari 20 siswa hanya
14 siswa atau sebesar 70% siswa yang mengalami ketuntasan dalam belajar, 6 siswa
lainnya atau sebesar 30% tidak mengalami ketuntasan belajar. Dengan demikian maka
dinyatakan belum mengalami ketuntasan belajar klasikal dengan keberhasilan hanya
65% bisa menjawab pertanyaan yang diberikan di atas 50% (nilai ketuntasan belajar <
75). Sedangkan pada siklus II, hasil eIValuasi menunjukkan bahwa dari jumlah siswa
sebesar 20 orang seluruhnya atau sebesar 100% telah mengalami ketuntasan dalam
belajar karena nilai yang diperoleh siswa pada siklus II yaitu > 75 dengan
keberhasilan adalah 85% bisa menjawab pertanyaan yang diberikan di atas 50%. Dari
uraian diatas maka terlihat bahwa hasil tes siklus I dibandingkan dengan hasil tes
siklus II dengan model pembelajaran konstruktiIVis metode Tanya jawab megalami
peningkatan sebesar 30%. Berdasarkan temuan pada pelaksanaan tindakan siklus I dan
II terlihat bahwa baik aktiIVitas siswa, aktiIVitas guru maupun hasil belajar siswa
dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar
siswa sebelum menggunakan model pembelajaran konstruktiIVis metode tanya jawab.
Kata Kunci: Hasil Belajar,Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Gaya dan Gerak,dan Model
PembelajaranKonstruktiIVisMetode Tanya Jawab.
4. 4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... IV
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................ 4
C. Analisis Masalah..................................................................................... 4
D. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah.......................................... 4
E. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
F. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran............................................. 4
G. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran........................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Belajar dan Pembelajaran .......................................................... 6
B. Model Pembelajaran KonstruktiIVias.................................................... 12
C. Metode Tanya Jawab ............................................................................. 13
D. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ...................................................... 17
E. Kerangka Pikir ...................................................................................... 21
III.PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, dan Pihak yang Membantu............ 23
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran ............................................. 23
C. Teknik Analisis Data.............................................................................. 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.............................. 29
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ........................ 37
V. SIMPULAN DAN SARAN TNDAK LANJUT
A. Simpulan ................................................................................................ 40
B. Saran Tindak Lanjut............................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 41
5. 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di sekolah dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap,
kemampuan, pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan guna
mempersiapkan diri mengikuti pendidikan selanjutnya. Untuk melaksanakan
pendidikan di sekolah dasar diperlukan pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, salah
satu disiplin ilmu itu adalah IPA. Darmodjo (1992) mengemukakan bahwa “IPA
sangat diperlukan oleh siswa sekolah dasar, karena pembelajaran IPA dapat
memberikan masukan bagi pencapaian pendidikan dasar selanjutnya”.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) IPA sekolah dasar
ada beberapa kajian materi yang harus dikuasai oleh siswa. Materi-materi tersebut
harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar, dimana materi-materi IPA tersebut sangat
berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa baik secara individu
maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu guru sebagai pengajar perlu
menanamkan konsep IPA dengan baik agar dapat dipahami oleh siswa.
Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA perlu diajarkan di sekolah
dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukkan
kedalam kurikulum suatu sekolah. Samatowa (2006:46) mengemukakan empat alasan
IPA dimasukan di kurikulum Sekolah Dasar yaitu: 1) sebab IPA merupakan dasar
teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan
dasar untuk teknologi ialah IPA; 2) bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka
IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; 3)
bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak
maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka; dan 4)
mata pelajaran ini mempunyai: nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang
dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Dalam upaya pengembangan potensi siswa pada mata pelajaran IPA, faktor guru
memegang peran yang sangat penting. Karena efektivitas proses pembelajaran sangat
ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Dalam rangka itu maka guru perlu menguasai
berbagai strategi yang dapat mengembangkan potensi dan kemampuan siswanya karena
keberhasilan suatu sistem pembelajaran. Faktor guru sangat menentukan, karena gurulah yang
6. 6
berhadapan langsung dengan siswa. Dalam pembelajaran, guru memiliki dua peran yaitu
berperan sebagai perencana atau desainer pembelajaran dan sebagai implementator
pembelajaran. Sebagai perencana guru dituntut untuk menemukan secara benar kurikulum
yang berlaku karakteristik siswa, fasilitas, dan sumberdaya yang ada. Dalam pelaksanaan
perananya sebagai implementator dan desainer pembelajaran guru berperan sebagai pengelola
pembelajaran.
Di sisi lain dalam realitas pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di
sekolah atau kelas adalah lebih banyak mengajarkan pengetahuan jadi yang harus dihafalkan
oleh siswa. Fenomena semacam ini adalah sudah menjadai tradisi di setiap sekolah-sekolah.
Hal ini memperlihatkan bahwa strategi pembelajaran telah menunjukkan
keunggulannya membantu para guru dan staf pengajar dalam menyampaikan pesan
pembelajaran untuk memudahkan para siswa menerima dan/atau menangkap setiap
materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru.
Berdasarkan hasil pengamatan aktifitas pembelajaran yang dilakukan di kelas IV
SDN 17 Katobu pada tahun ajaran 2013/2014, penerapan pembelajaran IPA yang
dilakukan oleh guru masih sebagian besar menggunakan model pembelajaran
konvensional. Hal ini tentu sangat berdapak pada hasil belajar siswa di mana
berdasarkan nilai tes yang dilaksanakan oleh guru selama pembelajaran IPA tersebut
yaitu hasil belajar siswa baru mencapai 65% secara klasikal dari 20 siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan disekolah sebesar 75%.
Dari hasil observasi ditemukan beberapa alasan yaitu: 1) penggunaan model
pembelajaran konvensional dalam proses pembelajaran IPA dilakukan oleh guru
karena kurangnya pemahaman guru terhadap metode/strategi dan pendekatan lain
yang digunakan dalam pembelajaran sehingga siswa kurang memahami terhadap
materi yang disajikan oleh guru; 2) pembelajaran yang disajikan sangat
membosankan, guru sangat otoritas dalam menjelaskan materi pembelajaran; dan
3) guru kurang memberikan bimbingan dalam memberikan tugas kelompok.
Dari permasalahan di atas maka pelaksanaan pembelajaran tidak relevan dengan
tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran. Upaya
yang harus dilakukan dalam perbaikan pembelajaran adalah agar pembelajaran tidak
membosankan dan guru tidak bersikap otoritas seyogianya lebih memperdalam
pengetahuan terkait dengan metode/strategi dan pendekatan dalam proses pelaksanaan
7. 7
pembelajaran terkait dengan materi apa yang disajikan. Selain itu sebaiknya guru
memberikan bimbingan agar siswa termotivasi dalam mengerjakan tugas. Dengan
demikian maka disepakati dalam upaya mengatasi masalah tersebut adalah dengan
penggunaan model pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab, sehingga siswa
tertarik dalam pembelajaran IPA. Dalam pembelajaran ini siswa dapat menjadi subjek
selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga mereka akan mendapatkan
pengalaman belajar yang nyata. Sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator dan
motivator serta memberikan bimbingan kepada siswa agar siswa tersebut termotivasi
dalam belajar terutama dalam mengerjakandan/atau menyelesaikan tugas-tugas belajar
sehingga pelaksanaan proses pembelajaran dapat keberhasilan.
Melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab
dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar, diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Maliki, (2000:17)
mengemukakan bahwa konstruktivis sebagai model pembelajaran IPA, memiliki
kelebihan dalam penerapannya, yaitu: (1) dalam proses pembelajaran konstruktivis
guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator, karena dalam proses belajar
siswa bertanggung jawab serta aktif dengan mengkonstruksi apa-apa yang dilihat,
didengan, dibaca, didiskusikan; (2) model konstruksi mengajar siswa tentang
gagasan/ide awal yang berasal dari lingkungannya, sehingga guru hanya
mengembangkan saja; (3) guru mengetahui kelemahan dan kekurangan siswa dalam
memahami pelajaran dengan cepat dan; (4) guru dapat membuat perencanaan
pembelajaran dengan tepat untuk kelanjutan pembelajaran selanjunya. Apabila proses
pembelajaran lebih banyak mengaktifkan siswa (student centered), maka siswa
mampu memahami konsep dengan baik dan benar serta dapat berpikir lebih kreatif
dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bersama supervisor bermaksud
melakukan tindakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan judul “meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada pokok bahasan gaya
dan gerak melalui penerapan model pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab di
kelas IV SDN 17 Katobu”.
8. 8
B. Identifikasi Masalah
Dari hasil observasi masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya pemahaman guru terhadap metode/strategi dan pendekatan yang
digunakan dalam pembelajaran, sehingga siswa kurang memahami terhadap
materi yang disajikan oleh guru.
2. Pembelajaran yang disajikan sangat membosankan
3. Guru sangat otoritas dalam menjelaskan materi pembelajaran
4. Kurang dalam memberikan bimbingan dalam memberikan tugas
C. Analisis Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Bagaimanakah metode/strategi dan pendekatan yang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru selama ini, agar siswa
memahami materi yang disajikan guru.
2. Agar pembelajaran tidak membosankan dan guru tidak bersikap oteritas
seyogyanya lebih memperdalam pengetahuannya terkait dengan metode/strategi
dan pendekatan dalam proses pelaksanaan pembelajaran terkait materi apa yang
akan disajikan.
3. Sebaiknya guru memberikan bimbingan agar siswa termotivasi dalam
mengerjakan tugas kelompok.
D. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Guru sebaiknya memahami suatu metode/strategi dan pendekatan sehingga
motivasi belajar dan hasil belajar IPA siswa mengalami peningkatan.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
yaitu: “bagaimanakah meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada pokok bahasan gaya
dan gerak melalui penerapan model pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab di
kelas IV SDN 17 Katobu”?.
9. 9
F. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan penerapan model
pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab di kelas IV SDN 17 Katobu dalam
meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada pokok bahasan gaya dan gerak.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah :
1. Bagi siswa, mendapat kesempatan dan pengalaman belajar dalam suasana yang
menyenangkan serta meningkatkan hasil belajar IPA.
2. Bagi guru dan peneliti, mendapat pengalaman secara langsung setelah
menggunakan strategi pembelajaran konstruktivis pendekatan inkuiri terbimbing
serta dapat memiliki pemahaman tentang media pembelajaran yang dapat
dijadikan acuan untuk pengembangan inovasi pembelajaran di sekolah dasar.
3. Bagi pihak sekolah, mendapat sumbangan inovasi pembelajaran yang secara
operasional cocok dan relevan dengan pembelajaran yang diinginkan dalam
penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
10. 10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Proses Belajar Mengajar IPA
1. Definisi Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya pengalaman.
Belajar selalu melibatkan perubahan pada dirinya dan melalui pengalaman yang
dilaluinya oleh interaksi antar dirinya dan lingkungannya baik sengaja maupun tidak
disengaja. Perubahan yang semata–mata karena kematangan seperti anak kecil mulai
tumbuh dan berjalan tidak termasuk perubahan akibat belajar, karena biasanya
perubahan yang terjadi akibat belajar adanya perubahan tingkah laku. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2003) menyebutkan belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa
tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan daya tarik bagi orang
bersangkutan.
Kingsly dalam Sumanto (2003) menyatakan bahwa belajar adalah proses
dimana tingkah laku dalam arti luas ditumbuhkan atau diubah melalui praktek atau
latihan-latihan. Dengan demikian belajar memang erat hubungannya dengan
perubahan tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku
seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang menandakan telah
terjadi belajar dalam diri orang tersebut.
Slamento (2003) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan.
Menurut Simanjuntak (2008) juga memiliki pendapat bahwa belajar adalah
perubahan yang relatif menetap dalam potensi tigkah laku yang terjadi sebagai akibat
dari latihan dengan penguatan yang tidak termasuk perubahan-perubahan karena
kematangan, kelelahan, dan kerasukan pada susunan syaraf atau dengan kata lain
mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang
yang belajar.
6
11. 11
Dalam proses belajar mengajar perlu diperhatikan faktor-faktor seperti
kemauan dan minat siswa turut menentukan keberhasilan belajarnya. Perbedaan
kemampuan siswa mengakibatkan perbedaan waktu untuk menguasai materi
pembelajaran. Sementara itu Ischak dan Warji (dalam Supriadin, 2002)
mengemukakan bahwa apabila waktu yang disediakan cukup dan pelayanan terhadap
faktor ketahuan, kesempatan belajar, kualitas pengajaran dan kemampuan memahami
pelajaran maka setiap siswa akan mampu menguasai materi pelajaran yang diberikan.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan,
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan
pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan
untuk mengumpulkan pengetahuan–pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan,
ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang.
2. Konsep Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak
dengan anak, anak dan sumber belajar, dan anak dengan pendidik. Kegiatan
pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan
yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual
dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan
perkembangannya dan lingkungannya.
Pembelajaran (instruction) yang sedikit dikenal dengan istilah teaching.
Teaching berarti mengajar, sedangkan instruction diartikan sebagai pembelajaran.
Ronszwoski menjelaskan bahwa instruction merujuk pada proses pengajaran yang
berpusat pada tujuan atau goal directed teaching proces yang dalam banyak hal dapat
direncanakan sebelumnya (pre-planned) (Winaputra, 2007).
Pembelajaran diartikan sebagai suatu proses, yakni proses membuat orang
melakukan kegiatan belajar sesuai dengan rancangan. Sifat dan proses tersebut adalah
terjadinya perubahan perilaku dalam konteks pengalaman yang memang sebagian
besar telah dirancang. Unsur kesengajaan dan pihak luar individu yang melakukan
proses belajar merupakan ciri utama dan konsep pembelajaran. Pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan
meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik (Winaputra,
12. 12
2007). Oleh karena itu, pembelajaran merupakan upaya sistematik dan sistemik untuk
menginisiasi, memfasilitasi, serta meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada
diri peserta didik.
Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal (sekolah) sebagian besar
terjadi di kelas dan lingkungan sekolah. Sebagian kecil pembelajaran terjadi juga di
lingkungan masyarakat, misalnya pada saat kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-
kurikuler. Dengan demikian, maka proses belajar bisa terjadi di kelas, dalam
lingkungan sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat termasuk dalam bentuk
interaksi sosial budaya melalui media massa, termasuk dunia kerja, media massa, dan
media elektronik.
Winaputra (2007) menyatakan bahwa secara global ada dua pendekatan
psikologi dalam melihat proses belajar, yaitu pendekatan connectionist atau
behaviorist dan pendekatan cognitiffield. Pendekatan connectionist melihat proses
belajar sebagai proses terjadinya hubungan antara stimulus atau rangsangan dengan
respon atau jawaban, atau antara respon dengan penguatan (reinforcement).
Pendekatan cognitiffield melihat proses belajar tidak semata-mata harus hubungan
antara stimulus dan respon, tetapi lebih nerupakan hasil dan kemampuan mental
individu dalam melakukan fungsi-fungsi psikologis, seperti konsep dan ingatan.
Dengan kata lain, pendekatan cognitiffield menekankan pada unsur di luar individu
(lingkungan yang berfungsi memberi pasangan).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) mengemukakan tiga prinsip penting
dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) menyususn kreasi lingkungan yang dapat
membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Oleh karena itu, proses
pembelajaran menurut aktifitas siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan
sendiri; (2) berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan fisis, sosial dan logika yang
harus dipelajari dan masing-masing memerlukan situasi yang berbeda dalam
mempelajarinya. Misalnya, pengetahuan sosial tidak dapat dibentuk dan suatu
tindakan seseorang terhadap suatu obyek, tetapi dibentuk dan interaksi seseorang
dengan orang lain; (3) melibatkan peran lingkungan sosial. Karena melalui hubungan
sosial itu anak berinteraksi dan berkomunikasi, berbagi pengalaman dan sebagainya
memungkinkan mereka berkembang wajar.
13. 13
Berdasarkan uraian di atas, pada hakikatnya prinsip pembelajaran bertujuan
untuk menyediakan belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta,
sehingga struktur kognitif akan tumbuh manakala anak didik memiliki pengalaman
belajar. Dengan demikian, pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang
menuntut keaktifan pengajar dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan anak
didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Ciri utama pembelajaran
adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa .
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka yang dimaksud dengan hasil
belajar adalah hasil terakhir yang diperoleh siswa dari proses belajar sebagai proses
perwujudan segala upaya yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar
berlangsung.
3. Hasil Belajar IPA
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam
sikap dan tingkah lakunya. Wingkel (Bundu, 2004) menggolongkan kemampuan-
kemampuan yang menyebabkan perubahan tersebut menjadi kemampuan kognitif
yang meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan sensorik motorik yang
meliputi keterampilan melakukan rangkaian gerak badan dalam urutan tertentu, dan
kemampuan dinamik afektif yang meliputi sikap dan nilai yang meresapi perilaku dan
tindakan.
Perubahan yang relatif menetap tersebut memungkinkan pengamatan terhadap
penampilan yang meskipun bervariasi akan dapat diklasifikasikan pada ciri-ciri
tertentu yang dimiliki. Dalam hal ini, Gagne (Bundu, 2004) menyebut keadaan yang
tetap ini dengan istilah kapabilitas, yang mengandung makna seseorang mampu
melakukan penampilan tertentu. Menurut Gagne (Dimyati, 2006), ada lima kategori
hasil belajar dalam kelompok kapabilitas tersebut, yaitu: 1) informasi verbal; 2)
keterampilan intelektual; 3) strategi kognitif; 4) sikap; dan 5) keterampilan gerak.
Kelima jenis kapabilitas tersebut lebih rinci disimpulkan oleh Margaret E. Bell-
Gredler (Dimyati, 2006) sebagai berikut:
a. Informasi Verbal, perwujudannya dalam bentuk menguraikan atau
mengkomunikasikan informasi dengan berbagai cara yang berfungsi mengambil
dan menyimpan informasi (fakta, simbol, ceramah).
14. 14
b. Keterampilan Intelektual dalam bentuk berinteraksi dengan lingkungan
menggunakan simbol yang berfungsi sebagai operasi mental yang memungkinkan
merespon terhadap lingkungan.
c. Strategi Kognitif tampil dalam bentuk pengaturan secara efisien dalam mengingat,
berpikir, dan belajar yang berfungsi sebagai proses kontrol yang mengatur
pemikiran dan belajar.
d. Keterampilan Gerak tampil dalam bentuk mendemonstrasikan kegiatan fisik/aksi
yang beraturan yang berfungsi untuk mengatur gerak fisik yang teratur.
e. Sikap dalam bentuk menentukan tindakan perorangan (mendekati atau menjauhi)
benda, kejadian, atau orang yang berfungsi sebagai predisposisi untuk bertindak
positif atau relatif terhadap orang, benda, atau peristiwa.
Hasil belajar siswa dapat juga dilihat dari tiga aspek, yakni secara kuantitatif,
institusional, dan kualitatif (Syah dalam Bundu, 2004). Bertolak dari definisi dan
uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah:
a. Tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
b. Tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.
c. Perubahan tingkah laku yang dapat diamati sesudah mengikuti kegiatan belajar
dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan menunjuk pada aksi atau reaksi yang
dilakukan seseorang dalam mencapai suatu tujuan.
d. Memungkinkan dapat diukur dengan angka-angka, tetapi mungkin juga hanya
dapat diamati melalui perubahan tingkah laku. Oleh sebab itu, hasil belajar perlu
dirumuskan dengan jelas sehingga dapat dievaluasi apakah tujuan yang diharapkan
sudah tercapai atau belum.
Menurut Purwanto (1986) bahwa hasil belajar biasanya dapat diketahui melalui
kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam
pencapaian tujuan pembelajaran.
15. 15
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi dua faktor utama yakni
faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor
lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar
yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah
70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Di
samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain, seperti
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
ekonomi, faktor fisik dan psikis (Sudjana, 1987: 39-40).
Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat transaksional,
artinya diketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan siswa. Tujuan tercapai
jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan di dalam proses belajar
mengajar tersebut. Oleh sebab itu hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk
dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran. Belajar adalah aktivitas mental yang
berlangsung dalam interaksi anak dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai. Jadi hasil belajar
adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hasil belajar menurut Winkel (Bundu, 2004) pada hakekatnya adalah perubahan
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil interaktif dengan lingkungan.
Hasil belajar IPA tentu saja harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang telah
dicantumkan dalam garis-garis besar program pengajaran IPA di sekolah dengan tidak
melupakan hakikat IPA itu sendiri. Oleh sebab itu, pelajaran menggambarkan hasil
belajar yang harus dimiliki siswa dan cara siswa memperoleh hasil belajar tersebut.
Hasil belajar IPA di sekolah dasar hendaknya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Penguasaan produk ilmiah atau produk IPA yang mengacu pada seberapa besar
siswa mengalami perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman tentang IPA baik
berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun teori; 2) Penguasaan proses ilmiah atau
proses IPA mengacu pada sejauh mana siswa mengalami perubahan dalam
kemampuan proses keilmuan yang terdiri atas keterampilan proses IPA; 3) Hasil
belajar IPA adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa dalam
16. 16
bidang IPA sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran IPA. Hasil belajar biasanya
dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari tes hasil belajar yang diadakan setelah
selesai mengikuti suatu program pembelajaran.
B. Model Pembelajaran Konstruktivis
Pembicaraan tentang hakikatnya Model Pembelajaran Konstruktivis dapat
dimulai dari model. Menurut Muhibbin syah (1995:139) bahwa yang dimaksud
dengan model adalah suatu cara atau strategi yang digunakan untuk menunjang
efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran misteri tertentu.
Sedangkan konstuktivis menurut Sutriono dalam Amal Maliki (2000:11)
merupakan suatu paham (dengan istilah konstuktivisme) binaan yang berarti sebagai
pengetahuan yang harus dibina atau yang dibangun oleh individu yang belajar.
Berdasrkan pernyataan di atas, maka dapat dipahami bahwa Model Pembelajaran
Konstruktivis merupakan suatu strategi yang digunakan dalam suatu proses
pembelajaran yang menganggap siswa sebagai individu yang membangun
(mengkonstruksi) pengetahuan sendiri.
Pendapat senada juga di kemukakan oleh Paul Suparno (1996:28) bahwa
pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuan
mereka melalui interaksi obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka. Jadi,
pengetahuan bukanlah proses akhir dari keinginan untuk mengetahui, melainkan suatu
proses yang menata dan bangun kembali ke arah perkembangan (bukan penambahan)
yang berlangsung secara terus menerus dalam otak manusia.
Konstruktivis sebagai model pembelajaran IPS, memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam penerapannya (Amal Maliki,2000:17). Kelebihan model ini adalah
: (a) dalam proses pembelajaran konstruktivis guru hanya bertindak sebagai fasilitator
dan motivator, karena dalam proses belajar siswa bertanggung jawab serta aktif
dengan mengkonstruksi apa-apa yang dilihat, didengan, dibaca, didiskusikan; (b)
model konstruksi mengajar siswa tentang gagasan/ide awal yang berasal dari
lingkungannya, sehingga guru hanya mengembangkan saja; (c) guru mengetahui
kelemahan dan kekurangan siswa dalam memahami pelajaran dengan cepat dan; (d)
guru dapat membuat perencanaan pembelajaran dengan tepat untuk kelanjutan
pembelajaran selanjunya.
17. 17
Disamping memiliki kelebihan seperti yang dijelaskan diatas, pembelajaran
dengan menggunakan model konstruktivis juga memiliki kelemahan, sebagai berikut :
(a) guru akan sulit mengelola kelas jika siswa mengikuti pembelajaran sangat banyak;
(b) guru tidak memperoleh hasil yang maksimal melaksankan pembelajaran karena
jalan pikiran siswa dengan pikiran guru kadang mengalami ketidak cocokan; (c) tahap
penggalian ide, yaitu tahap dimana seorang guru memberikan keluasan kepada siswa
untk mengemukakan gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran mereka. menurut
konstruktivis gagasan-gagasan ini yang merupakan pengetahuan awal siswa,
tujuannya adalah agar dapat dihindari adanya ketidakcocokan antara apa yang ada
yang dipikirkan oleh guru ada apa yang dipikirkan oleh siswa; (d) tahap resktrurisasi
ide, yaitu tahap yang dimana seorang guru dapat menata gagasan-gagasan awal siswa
yang tidak cocok dengan konsep IPS yang sebenarnya. Dalam hal ini guru dapat
berperan sebagai fasilitator, yaitu menyediakan kegiatan dan saran yang mendorong
siswa untuk megembangkan gagasan-gagasan awal mereka ke arah konsep IPS yang
sebenarnya sedangkan siswa merupakan subyek belajar (tanggung jawab atas
belajarnya), seperti memberikan tugas esperimen, diskusi dan menulis secara kreatif
pada siswa yang bertujuan agar siswa sadar tentang struktur konsep yang mereka
miliki; (e) tahap aplikasi ide, yaitu tahap yang di mana seorang guru kembali
memberikan persoalan IPS baik yang sudah dikenal maupun yang baru untuk mereka
pecahkan sendiri dengan menggunkan gagasan-gagasan yang sudah ada baik melalui
diskusi, demonstrasi, eksperimen bahkan kalau bisa pada kreasi mendesain alat-alat
sederhana, tujuannya agar siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan yang sudah
ada ke arah yang lebih aplikatif; (f) tahap review, perubahan gagasan, yaitu tahap di
mana seorang guru dapat membantu siswa dalam kehidupan mereka sehari-hari yang
bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan daya tarik siswa pada topik yang akan
dipelajari.
C. Metode Tanya Jawab
1. Definisi
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi
dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban
keputusan materi melalui jawaban lisan guru atau siswa. Dalam metode tanya jawab,
18. 18
guru dan siswa sama-sama aktif. Siswa dituntut untuk aktif agar mereka tidak
tergantung pada keaktifan guru. Rasa ingin tahu siswa harus ditumbuh-suburkan agar
ia menjadi manusia yang kreatif. Untuk itu guru harus menguasai ketrampilan
bertanya dan juga harus mempunyai semangat yang tinggi didalam menciptakan
situasi yang kondusif bagi terlaksananya tanya jawab yang mendidik. Adapun tujuan
metode tanya jawab adalah:
a. Untuk mengetahui siswa terhadap materi pelajaran.
b. Mendorong siswa berani mengajukan pertanyaan kepada guru tentang masalah
yang belum dipahami.
c. Menimbulkan kompetisi belajar yang sehat, dimana siswa yang aktif dan dapat
menjawab pertanyaan guru atau siswa lain dengan baik akan lebih percaya diri dan
akan terus berusaha untuk lebih baik lagi, dan siswa yang belum aktif atau tidak
dapat menjawab pertanyaan guru atau siswa lainnya dapat mempersiapkan diri
lebih baik lagi dalam kesempatan lain.
d. Melatih siswa untuk berfikir dan berbicara secara sistematis dan sistemik
berdasarkan pemikiran yang orisinal.
e. Dengan metode tanya jawab siswa diarahkan agar mengerti, memahami dan
berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan dapat dicapai dengan
baik.
2. Alasan Menggunakan Metode Tanya Jawab
Alasan menggunakan metode tanya jawab adalah sebagai berikut:
a. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap permasalahan yang sedang
dibicarakan sehingga timbul partisipasi aktif dan aktifitas mental yang tinggi.
b. Menimbulkan pola fikir reflektif, sistematis, kreatif dan kritis.
c. Mewujudkan cara belajar siswa aktif.
d. Melatih dan memberanikan siswa untuk belajar mengekspresikan kemampuan
lisan.
e. Memberi kesempatan siswa menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya.
3. Kekuatan dan Kelemahan Metode Tanya Jawab
Kekuatan metode tanya jawab adalah sebagai berikut:
a. Dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
19. 19
b. Mengetahui kedudukan atau kualitas siswa dalam belajar di kelas.
c. Dapat merangsang siswa menggunakan daya fikir dan nalarnya.
d. Menimbulkan keberanian dalam mengemukakan jawaban.
Kekuatan metode tanya jawab adalah sebagai berikut:
a. Pada kelas yang jumlah siswanya besar pertanyaan dapat disebarkan ke seluruh
siswa sehingga siswa tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab
ataupun bertanya.
b. Siswa yang tidak aktif tidak memperhatikan, bahkan tidak terlibat secara mental.
c. Sering guru tidak memiliki ketrampilan bertanya yang memadai sehingga tujuan
pelajaran tidak tercapai.
d. Menimbulkan rasa rendah diri pada siswa yang tidak memiliki keberanian
menjawab atau bertanya.
e. Dapat membuang-buang waktu bila siswa tidak responsif terhadap pertanyaan.
4. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Tanya Jawab
Cara mengatasi kelemahan metode tanya jawab adalah:
a. Jumlah siswa dalam satu kelas tidak boleh lebih dari 40 orang siswa, agar
pertanyaan guru dapat dijawab oleh sebagian besar siswa.
b. Siswa yang tidak aktif harus diminta mengulangi jawaban siswa yang benar, jika
siswa dapat mengulangi jawaban temannya tadi dengan benar, maka dia harus
diberi penguatan positif agar ia tertarik dan ikut aktif.
c. Guru harus terampil dalam mengemukakan pertanyaan.
d. Pertanyaan-pertanyaan harus disusun mulai dari yang mudah sampai dengan yang
sukar agar siswa yang kurang pintar dapat pula menjawab pertanyaan.
5. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Tanya Jawab
Langkah-langkah pelaksanaan metode tanya jawab adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Persiapan
1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah pembelajaran berakhir.
2) Siapkan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
3) Siapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan.
20. 20
b. Kegiatan Pelaksanaan
1) Kegiatan pembukaan
a) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memotivasi siswa.
b) Mengajukan tujuan: pembelajaran yang ingin dicapai.
2) Kegiatan Inti Pelajaran
Kegiatan ini dilakukan melalui metode tanya jawab dengan memperhatikan
hal-hal berikut:
a) Ajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi pelajaran seperti yang
telah dipersiapkan sebelumnya.
b) Gunakan ketrampilan-ketrampilan bertanya dasar dan lanjut seperti
memberi acuan, pemusatan, menggilir, menyebarkan, memberi waktu
berfikir, memberi tuntunan, mengajukan pertanyaan melacak dan
sebagainya.
c) Jangan lupa memberi penguatan yang dapat menjawab pertanyaan uru dan
menghindari pemberian penguatan negatif bagi siswa yang tidak dapat
menjawab pertanyaan atau yang jawabannya salah.
d) Beri tuntunan siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan guru atau bagi
siswa yang jawabannya salah. Jika siswa tidak dapat menjawab pertanyaan
alihkan ke beberapa siswa lain sampai diperoleh jawaban yang benar.
Siswa yang menjawab salah diminta mengulangi jawaban yang benar dan
diberi penguatan yang benar. Jika tidak ada satupun siswa yang menjawab
dengan benar, maka guru harus menjawab dan memberi penjelasan.
e) Jika ada siswa yang bertanya lemparkan pertanyaan itu pada siswa lain
untuk menjawabnya, jangan terburu-buru guru sendiri yang menjawab
pertanyaan itu.
f) Pertanyaan guru yang shahih (analisis, sintesis dan evaluasi) beri
kesempatan siswa mendiskusikan dengan teman sebangkunya untuk
memperoleh jawaban yang benar.
g) Setiap pokok bahasan yang selesai dipertanyankan guru meminta siswa
untuk membuat kesimpulannya.
21. 21
3) Kegiatan Mengakhiri Tanya Jawab
a) Guru membimbing siswa membuat rangkuman melalui tuntunan atau
pertanyaan-pertanyaan pelacak.
b) Guru melakukan evaluasi.
c) Guru memberi tugas untuk mempelajari materi pelajaran di rumah untuk
makin menguasai materi tersebut.
D. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1. Pengertian IPA
IPA sendiri berasal dari kata Science yang berarti alam. IPA menurut Suyoso
(Heriani, 2008:9) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif
dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur,
sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.
Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta
dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang
diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan
objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Darmojo, 1992: 3).
Selain itu, Nash (Darmojo, 1992:3) dalam bukunya The Nature of Sciences,
menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash
juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, cermat, serta
menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga
keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang obyek yang
diamatinya.
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata Inggris, yaitu natural
science, artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau
bersangkut paut dengan alam science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) atau science pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu
tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.
Menurut Abdullah (Heriani, 2008:10) IPA merupakan “pengetahuan teoritis
yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
22. 22
eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang
satu dengan cara yang lain”.
Sistimatis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak
berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan
sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum
artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang
dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau
konsisten.
IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan
menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari
hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di
sempurnakan.
Hakekat IPA pada dasarnya adalah :
a. IPA sebagai Produk berisi prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori, yang
dapat menjelaskan dan memahami alam dan berbagai fenomena yang terjadi di
dalamnya (Sarkim dalam Bundu, 2007:5). Oleh sebab itu, dikatakan pula bahwa
IPA merupakan satu sistem yang dikembangkan oleh manusia untuk mengetahui
diri dan lingkungannya. IPA sebagai produk keilmuan akan mencakup konsep-
konsep, hukum-hukum dan teori-teori yang dikembangkan sebagai pemenuhan
rasa ingin tahu manusia, dan juga untuk keperluan praktis manusia.
b. IPA sebagai Proses disebut juga keterampilan proses IPA (scince process skills)
atau disingkat saja dengan proses IPA. Proses IPA menurut Bundu (2007:7) adalah
sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu
untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjutnya. Dengan
keterampilan proses siswa dapat mempelajari IPA sesuai dengan apa yang para
ahli IPA lakukan, yakni pengamatan, klasifikasi, inferensi, merumuskan hipotesis,
dan melakukan eksperimen.
c. IPA sebagai Sikap/Nilai Ilmiah menurut Bundu (2007:9) adalah sikap yang
dimiliki para ilmuwan dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan baru,
misalnya objektif terhadap fakta, hati-hati, bertanggung jawab, berhati terbuka,
selalu ingin meneliti dan sebagainya.
23. 23
Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek
alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan
perubahannya, teknologi, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA
terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada aspek Fisika IPA lebih
memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada aspek Biologi, IPA mengkaji pada
persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingkungannya. Sedangkan pada
aspek Kimia, IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup
maupun benda tak hidup yang ada di alam.
2. Alasan IPA diajarkan di Sekolah Dasar
Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA perlu diajarkan di Sekolah
Dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukkan ke
dalam kurikulum suatu sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat
golongan yakni :
a. Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materil suatu bangsa
banyak tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA
merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung
pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA. Orang tidak menjadi
Insinyur elektronika yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai
gejala alam. Suatu teknologi tidak akan berkembang pesat bila tidak didasari
pengetahuan dasar yang memadai. Pengetahuan dasar itu ialah IPA.
b. Bila IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis, misalnya IPA diajarkan
dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. IPA melatih anak berfikir kritis
dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan
menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya
masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Obyektif artinya sesuai dengan
obyeknya, sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan
melalui panca indera.
c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh
anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
24. 24
d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi
yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan salah satu program
pembelajaran yang bertujuan untuk membina dan menyiapkan peserta didik agar
peserta didik tanggap dalam menghadapi lingkungannya. Selain membina dan
menyiapkan peserta didik agar tanggap dalam menghadapi tantangan yang ada di
lingkungannya, Abruscato (Khairudin dan Soedjono, 2005:15) mengemukakan bahwa
pembelajaran IPA di kelas dapat: 1) mengembangkan kognitif siswa, 2)
mengembangkan afektif siswa, 3) mengembangkan psikomotorik siswa, 4)
mengembangkan kreativitas siswa, dan 5) melatih siswa berfikir kritis.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tercantum beberapa
tujuan pengajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu: 1) Memperoleh keyakinan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-NYA, 2) Pengem-bangan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, 4)
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan, 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta
dalam memelihara dan melestarikan lingkungan alam, 6) Meningkatkan kesadaran
untuk menghargai alam dan keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7)
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Menurut Carin (Khaerudin dan Eko, 2005:11) pada dasarnya tujuan IPA
diajarkan di sekolah adalah :
a. Menambah keingintahuan (Curiosity), IPA akan menaruh perhatian pada
keingintahuan siswa tentang alam semesta dengan cara (1) mendorong siswa untuk
menyelidiki alam dengan teknologi, (2) mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengajukan pertanyaan tentang alam semesta, (3) mengembangkan kemampuan
siswa untuk mengidentifikasi masalah pengadaptasian manusia.
b. Mengembangkan keterampilan menginvestigasi (Skill For Investigation), IPA
akan mengembangkan keterampilan menginvestigasi alam semesta, memecahkan
25. 25
masalah, dan membuat keputusan. Hal ini dapat : (a) memperkaya pemahaman
siswa dan kemampuan menggunakan proses IPA, (b) awal pemahaman siswa dan
kemampuan memecahkan masalah dan strategi membuat keputusan.
c. IPA, Teknologi dan Masyarakat (Nature of Science, Technology and Society), IPA
akan berusaha mengembangkan pemahaman siswa dan sikap tentang alam,
keterbatasan, dan kemungkinan yang akan timbul dari IPA dan Teknologi.
E. Kerangka Pikir
Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 17
Katobuadalah kurangnya pemahaman siswa tentang beberapa materi dalam IPA
khususnya pada materi gaya dan gerak. Untuk menanamkan konsep-konsep dasar IPA
pada siswa tersebut maka perlu adanya inovasi pembelajaran yang tepat. Salah
satunya adalah dengan penerapan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu upaya yang disepakati dalam mengatasi masalah di atas adalah
dengan penggunaan strategi pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab, sehingga
siswa tertarik dalam pembelajaran IPA. Dalam pembelajaran konstruktivias ini siswa
dapat menjadi subjek selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga mereka akan
mendapatkan pengalaman belajar yang nyata. Sedangkan guru berfungsi sebagai
fasilitator dan motivator untuk keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran.
Apabila proses pembelajaran lebih banyak mengaktifkan siswa (student
centered), maka siswa mampu memahami konsep dengan baik dan benar serta dapat
berpikir lebih kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Oleh
karena itu melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivis dengan pendekatan
inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar, diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Atas dasar inilah sehingga peneliti menjadikan
sebagai landasan berpikir bahwa dengan penggunaan model konstruktivias metode
tanya jawab dalam pembelajaran maka dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas IV SDN 17 Katobu. Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
26. 26
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Aspek Guru Aspek Siswa
Model Pembelajaran Konstruktivis
Metode Tanya jawab
Hasil belajar IPA siswa Kelas V SD Negeri 8
Kabangka Meningkat
Hasil Belajar IPA rendah
27. 27
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, dan Pihak yang Membantu
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 17 Katobu, dengan
jumlah 20 siswa yang aktif dan terdaftar pada semester genap tahun ajaran
2013/2014 dengan sasaran utama meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan
gaya dan gerak melalui penerapan model pembelajaran konstruktivis metode tanya
jawab.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 17 Katobu pada semester genap
Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri atas dua siklus dimana siklus I dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 06 Mei 2014, dan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 8 Mei 2014.
Selama pelaksanaan penelitian dibantu oleh Bapak Prof. Dr. H. Faad
Maonde, M.S, selaku pembimbing (Supervisor 1), dan Bapak Syafring, S.Pd.SD
selaku Kepala Sekolah SDN 17 Katobudan sekaligus sebagai Supervisor 2.
B. DesainProsedur Perbaikan pembelajaran
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Action
Research Classroom) yaitu rancangan penelitian berdaur ulang (siklus) hal ini
mengacu kepada pendapat Kemmis dan Mc Taggart (Latri, 2003:21) proses
penelitian tindakan merupakan sebuah siklus atau proses daur ulang yang terdiri
dari empat aspek fundamental meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Adapun skema alur tindakan yang direncanakan dalam penelitian ini
disajikan sebagai berikut:
28. 28
Gamber 2. Alur PTK (Suharjono, dkk., 2009:74)
Adapun pelaksanaan dari setiap siklus dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Pra Penelitian
a. Mengadakan konsultasi dengan Supervisor dalam hal pelaksanaan penelitian.
b. Mendiskusikan terhadap pembelajaran pra siklus yang meliputi identifikasi
masalah, analisis masalah, serta alternatif dan priorotas pemecahan masalah.
c. Melakukan diskusi dengan Supervisor untuk mendapatkan gambaran
bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab.
d. Mengadakan observasi awal terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab dikelas
agar dapat memahami karakteristik pembelajaran serta gambaran pelaksanaan
pembelajaran
2. Siklus Pertama
a. Rencana Tindakan
Perencanaan tindakan adalah persiapan perencanaan tindakan
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivis
29. 29
metode tanya jawab, dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Menyamakan persepsi antara peneliti dengan guru tentang konsep dan
tujuan menggunakan model pembelajaran konstruktivis metode tanya
jawab dalam pembelajaran IPA.
2) Secara kolaboratif menyusun rencana pembelajaran setiap siklus.
3) Menyiapkan materi yang akan digunakan dalam pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab.
4) Menyusun rambu-rambu instrumen data keberhasilan guru maupun
instrumen data kemajuan hasil dan aktivitas belajar, berupa format
observasi, pedoman, wawancara, dan persiapan rekaman kegiatan tindakan
berupa video ataupun rekaman foto pelaksanaan tindakan.
5) Peneliti dan supervisor mengadakan latihan bersama bagaimana
mengimplementasikan rencana pembelajaran setiap siklus sebelum
dilaksanakannya tindakan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan yaitu tahap mengimplementasikan rencana
tindakan yang telah disusun secara kolaboratif antara peneliti dan supervisor
sebagai praktisi. Adapun kegiatan guru dalam melaksanakan tindakan
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivis
metode tanya jawab adalah sebagai berikut :
1) Tahap Persiapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivis metode tanya jawab.
2) Tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab.
3) Tahap akhir pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab.
c. Observasi
Tahap observasi adalah mengamati seluruh proses tindakan dan pada
saat selesai tindakan. Fokus observasi adalah aktivitas guru dan siswa.
Aktivitas guru dapat diamati mulai dari awal pembelajaran, saat pembelajaran,
30. 30
dan akhir pembelajaran, pengamatan aktivitas siswa yaitu bagaimana minat
dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA berlangsung.
d. Evaluasi dan Refleksi
Melakukan refleksi terhadap pembelajaran IPA siklus I yang telah
dilaksanakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Jika hasil
yang dicapai pada siklus 1 belum sesuai indikator dan target (75% keatas)
sesuai rencana, maka akan direfleksikan bersama tim tentang alternatif
pemecahannya dan selanjutnya direncanakan tindakan berikutnya.
Ukuran keberhasilan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek guru dan
aspek siswa. Keberhasilan aspek guru dapat dilihat pada kemampuan
mengimplementasikan perencanaan pembelajaran IPA dengan model
pembelajaran konstruktivis metode percobaan. Kriteria keberhasilan dari aspek
siswa dapat dilihat pada peningkatan hasil dan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran IPA berlangsung dengan model pembelajaran konstruktivis
metode tanya jawab, sementara keberhasilan pembelajaran IPA dilihat dari
penguasaan materi yang telah diajarkan, yaitu dengan melihat kemampuan
siswa dalam menjawab soal tes yang diberikan oleh guru yang berkaitan
dengan materi yang telah diajarkan. Persentase pencapaian target digunakan
tehnik presentase, yang dikemukakan oleh Nurkancana (Heriani, 2008:36)
yaitu jumlah frekuensi yang diharapkan dibagi jumlah responden, kemudian
dikali 100%.
3. Siklus Kedua
a. Peneliti dan supervisor menyusun rencana pembelajaran IPA dengan
penggunaan model pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab untuk
siklus tindakan kedua.
b. Menyusun bentuk pembelajaran IPA dengan penggunaan model pembelajaran
konstruktivis metode tanya jawab berdasarkan hasil refleksi dan sesuai dengan
substansi materi yang direncanakan pada pembelajaran siklus kedua.
c. Melaksanakan pembelajaran IPA dengan penggunaan model pembelajaran
konstruktivis metode tanya jawab.
31. 31
d. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan instrumen penilaian untuk
mengukur hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran
konstruktivis metode tanya jawab.
e. Melakukan diskusi balikan (refleksi) untuk mencari kelemahan yang
dilakukan selama pembelajaran pada siklus kedua.
C. Teknik Analisis Penelitian
Analisis data dilakukan dengan cara mengelompokan data aspek guru dan
aspek siswa. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Latri, 2003:25) yang terdiri dari tiga
tahap kegiatan yaitu:
a. Mereduksi data adalah proses kegiatan menyeleksi, memfokuskan, dan
menyederhanakan semua data yang telah diperoleh mulai dari awal
pengumpulan data sampai penyusunan laporan penelitian.
b. Menyajikan data adalah kegiatan mengorganisasikan hasil reduksi dengan cara
menyusun secara naratif sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil
reduksi sehingga dapat memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
c. Menarik kesimpulan dan verifikasi data adalah memberikan kesimpulan
terhadap hasil penafsiran dan evaluasi yang mencakup pencarian makna data
serta memberikan penjelasan selanjutnya dilakukan kegiatan verifikasi yaitu
menguji kebenaran, kekokohan dan kecocokan makna-makna yang muncul
dari data.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif diperoleh
melalui lembar observasi sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui tes. Data
kualitatif dianalisis secara deskriptif kualitatf berdasarkan lembar obsevasi
sedangkan data kuantitatif dianalisis secara deskriptif kuatitatif dengan
menggunakan rumus.
32. 32
a. Tingkat penguasaan
Tingkat penguasaan =
jumlah jawaban yang benar
jumlah soal
X 100%
b. Menentukan ketuntasan belajar
Banyaknya item yang dijawab benar
Presentase Ketuntasan = x 100%
Jumlah seluruh item
33. 33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil penelitian tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
pokok gaya dan gerak melalui penggunaan model pembelajaran konstruktivis metode
tanya jawab pada bidang studi IPA di kelas IV SDN 17 Katobu bertujuan untuk
mengetahui pencapaian nilai yang diperoleh dari metode pembelajaran yang
diterapkan tersebut.
Penelitia ini dilakukan sebanyak dua siklus dimana hal ini dilakukan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV setelah dilakukan tindakan
melalui pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran
konstruktivis metode tanya jawab. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil penelitian ini
dapat diuraiakan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Mengawali kegiatan penelitian, maka peneliti merencanakan dan
menyiapkan segala hal yang diperlukan dalam penelitian. Keperluan yang
dimaksud adalah keperluan dalam penerapan pembelajaran dengan penggunaan
model pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab.
Adapun perencanaan tindakan kelas ini disusun sebagai berikut:
1) Menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan alat evaluasi
siswa.
2) Menyiapkan lembar observasi terhadap guru dan lembar observasi terhadap
aktivitas siswa untuk melihat bagaimana kondisi belajar-mengajar di dalam
kelas ketika pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran
konstruktivis metode tanya jawab.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran untuk dijadikan
acuan dalam memberikan materi pelajaran, kemudian menyediakan perangkat
pembelajaran yang akan digunakan, selanjutnya menyediakan alat penilaian dan
34. 34
lembar observasi serta mengkoordinasikan program kerja pelaksanaan tindakan
kelas dengan supervisor 2.
Pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran dilakukan pada hari Selasa
tanggal 06 Mei 2015 dan dilakukan langsung oleh peneliti bersama dengan
supervisor 2 sebagai tim observer dengan mengikuti skenario pembelajaran
berdasarkan pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivis
metode tanya jawab. Tim observer mengobservasi jalannya pembelajaran baik
yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Kegiatan guru diobservasi berdasarkan
lembar observasi guru dan kegiatan siswa diobservasi berdasarkan lembar
observasi siswa yang telah disediakan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian.
Tindakan siklus I dilaksanakan dengan membahas materi gaya dan gerak.
Sebelum memulai pembelajaran guru terlebih dahulu mengucapkan salam dan
mengarahkan siswa untuk melakukan do’a bersama setelah itu melakukan absensi
terhadap siswa. Setelah itu guru memberi motivasi tentang pentingnya menguasai
materi ini dengan baik serta mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran
serta menjelaskan tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan awal pembelajaran selesai, selanjutnya guru melangkah
pada kegiatan inti dengan mengacu pada langkah-langkah pembelajaran
konstruktivis metode tanya jawab. Langkah pertama pada kegiatan pembelajaran
ini yaitu guru melakukan eksplorasi. Pada langkah ekplorasi guru menjelaskan
pengertian magnet. Setelah itu menyiapkan alat-alat untuk melakukan kegiatan
menggolongkan magnetis dan tidak magnetis.
Selanjutnya guru melangkah pada kegiatan elaborasi. Pada kegiatan ini
guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan menggolongkkan benda yang
bersifat magnetis dan benda yang tidak bersifat magnetis. Setelah itu dengan
dipandu oleh guru, peserta didik mendeskripsikan pengertian benda yang bersifat
magnetis dan benda yang tidak bersifat megnetis. Selanjutnya peserta didik
dipandu untuk mendeskripsikan pengertian gaya magnet. Kegiatan terakhir dari
tahap ini adalah konfirmasi. Pada kegiatan ini, guru mempersilahkan peserta didik
untuk mengajukan pertanyaan sehubungan dengan materi yang dibahas.
Selanjutnya guru bersama peserta didik menjawap pertanyaan yang diajukan
peserta didik yang lainnya.
35. 35
Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru memberikan kesimpulan dengan
cara menjelaskan benda yang bersifat magnetis, benda yang tidak bersifat
magnetis, dan gaya megnet. Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru
menyampaikan pembelajaran pertemuan selanjutnya dan segala persiapannya.
c. Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini teman sejawat mengobservasi setiap pelaksanaan proses
pembelajaran selama siklus I. Observasi dilakukan sejak awal sampai akhir
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi terhadap
guru menunjukan bahwa guru telah melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab. Namun
sesuai hasil observasi masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran tersebut di mana masih banyak komponen dari langkah-langkah
pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab yang dilakukan tidak tepat dan
tidak sistematis.
Pengamatan aktivitas guru selama pembelajaran dalam siklus I dilakukan
oleh seorang pengamat (observer) dengan menggunakan lembar observasi. Hasil
observasi kegiatan guru pada tindakan siklus I tampak bahwa dari 17 komponen
(68 skor maksimal) rancangan pelaksanaan kegiatan aktivitas mengajar guru,
jumlah skor keterlaksanaan kegiatan pembelajaran sebesar 59 atau 86,7%.
Sedangkan tidak terlaksana 9 atau 13,3%.
Selanjutnya pada tahap evaluasi setelah diterapkannya model pembelajaran
konstruktivis atau tes akhir tindakan siklus I berupa tes lisan (tanya jawab).
Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari melalui model pembelajaran
konstruktivis. Berdasarkan hasil tes siklus I, keberhasilan yang diperoleh pada
mata pelajaran IPA kelas IV adalah 65% biasa menjawab pertanyaan yang
diberikan di atas 50% benar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
36. 36
Tabel 1. Hasil Evaluasi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Uraian
Hasil Belajar
Frekuensi %
Tuntas 14 70
Tidak Tuntas 6 30
Nilai Tertinggi 80
Nilai terendah 65
Nilai Rata-Rata 71,5
Sumber: Data Hasil PTK, 2014
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil evaluasi belajar siswa pada
siklus I, nilai tertinggi 80 dan terendah 65 dengan rata-rata 71,5. Dari hasil
evaluasi ini menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 70%, d imana terlihat
dari 20 siswa hanya 14 siswa yang tuntas sehingga ini dinyatakan belum
memperoleh ketuntasan belajar clasiccal karena nilai yang diperolehan siswa pada
siklus I yaitu < 75 sehingga dilakukan suatu tindakan siklus II dengan sub pokok
bahasan yang sama yaitu gaya dan gerak.
d. Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I selesai, guru kemudian
berdiskusi dengan pengamat mengenai hal-hal yang terjadi pada saat pelaksanaan
tindakan. Adapau hal-hal yang ditemukan dalam selama pelaksanaan tindakan
pada siklus ini adalah sebagai berikut:
1) Dari pihak siswa, dimana kelemahan yang ditemukan yaitu masih banyak
siswa terlihat kurang memperhatikan materi pelajaran IPA yang diberikan guru
dan tidak ada seorangpun siswa yang memberikan pertanyaan terhadap guru
tentang materi yang belum dimengerti.
2) Dari pihak guru, dimana kelemahan yang ditemukan yaitu penerapan
pemberian keterampilan bertanya belum dilaksanakan.
Dari kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran tersebut sehingga
keberhasilan yang diperoleh pada siklus I untuk mata pelajaran IPA kelas IV
adalah 65% bisa menjawab pertanyaan yang diberikan di atas 50% benar atau
seluruh siswanya dinayatakan belum mengalami ketuntasan dalam belajar karena
37. 37
nilai yang diperoleh dibawan nilai KKN yang ditetapkan disekolah yaitu sebesar
75%. Dengan melihat kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, maka
kekurangan-kekurangan tersebut akan diperbaiki pada siklus II.
2. Tindakan Siklus II
a. Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini sebagai acuan dalam pelaksanaan
tindakan adalah sebagai berikut :
1) Membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP) untuk tindakan siklus II.
2) Membuat lembar observasi terhadap kegiatan guru dan siswa selama proses
belajar menngajar.
3) Menyiapkan alat bantu yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar.
4) Menyiapkan jurnal revleksi diri.
5) Membuat alat evaluasi untuk tes tindakan siklus.
Selain itu juga, kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I akan
diperbaiki pada siklus II. Kekurangan-kekurangan yang harus direfleksi sebagai
langkah perbaikan yaitu alat dan indikator harus sesuai dengan model
pembelajaran IPA. Lembar pengamatan yang digunakan harus sesuai dengan
fokus masalah.
b. Pelaksanaan Tindakan.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II, dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
dimana dalam proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana perbaikan
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
Pelaksanaan tidakan siklus II sekaligus yang menyajikan materi adalah
peneliti sendiri dibantu dengan salah seorang teman sebagai pengamat. Tindakan
siklus II dilaksanakan dengan membahas pokok bahasan yang sama yaitu gaya dan
gerak. Pembelajaran dilaksanakan sesuai rencana pemebelajaran yang telah
disiapkan sebelumnya dengan menggunakan metode membangun pemahaman
siswa (konstruktvis). Sebagai gambaran kegiatan diawali dengan pembukaan yang
dilakukan oleh guru mengucapkan salam dan ketua kelas member aba-aba kepada
teman sejawatnya untuk berdoa sebelum mengikuti pelajaran, selanjutnya guru
mengabsen siswa apakah ada yang tidak sempat menghadiri pembelajaran hari itu.
38. 38
Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyampaikan standar kompetensi
yang akan dicapai. Setelah kegiatan awal pembelajaran selesai, selanjutnya guru
melangkah pada kegiatan inti dengan mengacu pada langkah-langkah
pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab. Langkah pertama pada kegiatan
pembelajaran ini yaitu guru melakukan eksplorasi. Pada langkah ekplorasi guru
menjelaskan pengertian magnet. Setelah itu menyiapkan alat-alat untuk melakukan
kegiatan menggolongkan magnetis dan tidak magnetis.
Selanjutnya guru melangkah pada kegiatan elaborasi. Pada kegiatan ini
guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan menggolongkkan benda yang
bersifat magnetis dan benda yang tidak bersifat magnetis. Setelah itu dengan
dipandu oleh guru, peserta didik mendeskripsikan pengertian benda yang bersifat
magnetis dan benda yang tidak bersifat megnetis. Selanjutnya peserta didik
dipandu untuk mendeskripsikan pengertian gaya magnet. Kegiatan terakhir dari
tahap ini adalah konfirmasi. Pada kegiatan ini, guru mempersilahkan peserta didik
untuk mengajukan pertanyaan sehubungan dengan materi yang dibahas.
Selanjutnya guru bersama peserta didik menjawap pertanyaan yang diajukan
peserta didik yang lainnya.
Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru memberikan kesimpulan dengan
cara menjelaskan benda yang bersifat magnetis, benda yang tidak bersifat
magnetis, dan gaya megnet. Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru
menyampaikan pembelajaran pertemuan selanjutnya dan segala persiapannya.
c. Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini teman sejawat mengobservasi setiap pelaksanaan proses
pembelajaran selama siklus II. Observasi dilakukan sejak awal sampai akhir
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi terhadap
guru menunjukan bahwa guru telah melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran konstruktivis metode Tanya jawab.
Berdasarkan hasil observasi terlihat seluruh langkah-langkah dalam pelaksanaan
proses pembelajaran tersebut sudah semakin membaik. Hasil observasi kegiatan
guru pada tindakan siklus II tampak bahwa dari 17 komponen (68 skor maksimal)
rancangan pelaksanaan kegiatan aktivitas mengajar guru maka jumlah skor
39. 39
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran sebesar 59 atau 86,7%. Sedangkan tidak
terlaksana 9 atau 13,3%.
Selanjutnya pada tahap evaluasi setelah diterapkannya model pembelajaran
konstruktivis atau tes akhir tindakan siklus II melalui tes lisan (tanya jawab).
Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari melalui model pembelajaran
konstruktivis. Berdasarkan hasil tes siklus II, keberhasilan yang diperoleh pada
mata pelajaran IPA pokok bahasan gaya dan gerak pada kelas IV adalah 85% bisa
menjawab pertanyaan yang diberikan di atas 50% benar. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Evaluasi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Uraian
Hasil Belajar
Frekuensi %
Tuntas 20 100
Tidak Tuntas 0 0
Nilai Tertinggi 90
Nilai terendah 75
Nilai Rata-Rata 81,5
Sumber: Data Hasil PTK, 2014
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil evaluasi belajar siswa pada
siklus II, nilai tertinggi 90 dan terendah 75 dengan rata-rata 81,5. Hasil evaluasi ini
menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 100%, dimana terlihat dari 20
siswa seluruhnya dinyatakan tuntas sehingga ini dinyatakan telah memperoleh
ketuntasan belajar clasiccal karena nilai yang diperolehan siswa pada siklus II
yaitu > 75 sehingga kegiatan tindakan pembelajaran berakhir pada siklus II.
d. Hasil Refleksi
Setelah pelakasanaan tindakan pada siklus II selesai, peneliti kemudian
berdiskusi dengan pengamat mengenai hal-hal yang terjadi pada saat pelaksanaan
tindakan di mana dalam pelaksanaan tindakan tersebut peneliti selaku guru telah
berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan semua komponen langkah-
40. 40
langkah pembelajaran konstruktivis dengan baik dan sistematis. Dari upaya
tersebut terbukti melalui observasi yang dilakukan terhadap kegiatan belajar siswa
yaitu:
1) perhatian siswa selama proses belajar mengajar sudah mulai terpusat walau
masih terdapat beberapa siswa yang masih acuh tak acuh terhadap pelajaran
yang diberikan.
2) Selain itu terlihat pula kemauan siswa untuk bertanya baik kepada guru
maupun kepada temannya sudah mulai nampak hal ini dapat dilihat sikap
antusiasnya siswa saat bertanya tentang apa yang belum dipahami tentang
materi yang diajarkan baik kepada guru maupun kepada teman, serta sikap
antusias dalam menjawab mengenai pertanyaan tentang materi yang dijarkan
tersebut walau masih dengan menggunakan bahasa Indonesia yang kurang
tepat.
Dengan demikian maka kelemahan siswa pada siklus I tidak nampak lagi
pada siklus II. Demikian juga pada evaluasi keberhasilan pada siklus II ini adalah
85% bisa menjawab pertanyaan yang diberikan di atas 50%, maka penelitian
dihentikan pada siklus II saja, meskipun masih ada beberapa yang belum
sempurna. Oleh karena itu, tahap refleksi yang dilakukan adalah: 1) kelemahan
siswa yang terjadi pada siklus I tidak nampak pada siklus II; dari pihak siswa
umumnya ditemukan telah memperhatikan materi yang diberikan oleh guru dan
.para siswa tersebut sangat antusias mengajukan pertanyaan baik terhadap guru
maupun kepada temannya tentang materi yang belum dimengerti; 2) umumnya
siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya tentang materi
yang belum dipahami dalam proses belajar mengajar di kelas.
Dari hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan kegiatan mengajar
guru serta hasil evaluasi terhadap hasil belajar siswa mengalami peningkatan
ketuntasan dan menunjukkan ketuntasan belajar karena telah mencapai indikator
kinerja ketuntasan belajar yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu ≥80%. Hal ini
berarti penelitian ini telah berhasil dan selesai sesuai dengan rencana dalam
prosedur penelitian yaitu tindakan dilaksanakan sampai dengan siklus II.
41. 41
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan pembelajaran
Paradigma konstruktivis memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal mempelajari sesuatu, siswa dipahami pribadi yang
memiliki kebebasan untuk membangun ide atau gagasan tanpa harus diintervensi
oleh siapapun. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator, yaitu menyediakan kegiatan
dan saran yang mendorong siswa untuk mengembangkan gagasan-gagasan awal
mereka ke arah konsep PKn yang sebenarnya sedangkan siswa merupakan subyek
belajar (bertanggung jawab atas belajarnya), sehingga tercipta suasana
pembelajaran yang menyenangkan.
Berdasarkan hasil penilitan terlihat bahwa dengan menggunakan model
konstruktivis metode tanya jawab, hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN 17
Katobu khususnya pokok bahasan gaya dan gerak dapat ditingkatkan di mana pada
siklus I dari 20 siswa hanya 14 siswa atau sebesar 70% siswa yang mengalami
ketuntasan dalam belajar, 6 siswa lainnya atau sebesar 30% tidak mengalami
ketuntasan belajar. Dengan demikian maka dinyatakan belum mengalami
ketuntasan belajar klasikal dengan keberhasilan hanya 65% bisa menjawab
pertanyaan yang diberikan di atas 50% (nilai ketuntasan belajar < 75). Sedangkan
pada siklus II, hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari jumlah siswa sebesar 20
orang seluruhnya atau sebesar 100% telah mengalami ketuntasan dalam belajar
karena nilai yang diperoleh siswa pada siklus II yaitu > 75 dengan keberhasilan
adalah 85% bisa menjawab pertanyaan yang diberikan di atas 50%.
Dari uraian diatas maka terlihat bahwa hasil tes siklus I dibandingkan
dengan hasil tes siklus II dengan model pembelajaran konstruktivis metode Tanya
jawab megalami peningkatan sebesar 30%. Berdasarkan temuan pada pelaksanaan
tindakan siklus I dan II terlihat bahwa baik aktivitas siswa, aktivitas guru maupun
hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan
dibandingkan dengan hasil belajar siswa sebelum menggunakan model
pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab. Meningkatnya hasil belajar siswa
dalam proses pembalajaran dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivis metode tanya jawab dapat merangsang bagi siswa supaya terjadi
proses belajar. Penggunaan model pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab
dalam proses pembelajaran ini efektif untuk mengembangkan sikap antusias siswa
42. 42
dalam mengikuti pelajaran dan keberanian siswa dalam mengajukan dan/atau
menjawab pertanyaan baik yang diberikan oleh guru maupun teman. Oleh karena
itu siswa lebih bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri karena
daya motivasi untuk belajar telah dimiliki sebelumnya.
Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan cara siswa dalam
hal penguasaan materi pengajaran yang ditetapkan (Sudjana, 1998). Sedangkan
menurut Mudijono (1994), tujuan hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat
keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan
pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan
skala berupa huruf, kata atau simbol. Menurut Hamalik (2003), hasil belajar
tampak terjadi sebagai terjadainya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Berdasarkan hasil observasi, evaluasi dan refleksi pada siklus I
menunjukkan bahwa yang menyebabkan seluruh siswa tidak mengalami
ketuntasan dalam belajar karena pada siklus I tersebut, proses pembelajaran
dengan model pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab masih terdapat
kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki, diantaranya seperti:
1. Dari pihak siswa, dimana kelemahan yang ditemukan yaitu masih banyak
siswa terlihat kurang memperhatikan materi pelajaran IPA yang diberikan guru
dan tidak ada seorangpun siswa yang memberikan pertanyaan terhadap guru
tentang materi yang belum dimengerti.
2. Dari pihak guru, dimana kelemahan yang ditemukan yaitu penerapan
pemberian keterampilan bertanya belum dilaksanakan.
Sedangkan pada siklus II, seluruh siswa telah mengalami ketuntasan belajar
hal ini disebabkan karena pelaksanaan kegiatan pada siklus II sesuai dengan hasil
observasi maka evaluasi dan refleksi menunjukkan bahwa:
1. Perhatian siswa selama proses belajar mengajar sudah mulai terpusat walau
masih terdapat beberapa siswa yang masih acuh tak acuh terhadap pelajaran
yang diberikan.
43. 43
2. Selain itu terlihat pula kemauan siswa untuk bertanya baik kepada guru maupun
kepada temannya sudah mulai nampak hal ini dapat dilihat sikap antusiasnya
siswa saat bertanya tentang apa yang belum dipahami tentang materi yang
diajarkan baik kepada guru maupun kepada teman, serta sikap antusias dalam
menjawab mengenai pertanyaan tentang materi yang dijarkan tersebut walau
masih dengan menggunakan bahasa Indonesia yang kurang tepat
Dari uraian di atas mengindikasikan bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab dalam proses pembelajaran, bukan
hanya hasil belajar siswa yang meningkat tetapi pelaksanaan proses pembelajaran
ikut mengalami peningkatan.
Beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan pada proses pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Secara umum hasil pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab dapat meningkatkan ketuntasan
hasil belajar siswa. Uraian tersebut menunjukkan bahwa meskipun siswa
semakin terbiasa belajar dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivis metode tanya jawab , tetapi perlu lebih ditingkatkan, karena
model pembelajaran tersebut bagi siswa dan guru merupakan hal yang baru
dalam proses pembelajaran.
2. Proses pembelajaran yang dilakukan guru/peneliti semakin meningkat, hal ini
karena adanya upaya perbaikan-perbaikan pada proses pembelajaran yang
dilakukan pada siklus II.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab efektif untuk
meningkatkan aspek keaktivan siswa dalam kegiatan belajar dan kemampuan
pemecahan masalah sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA materi pokok gaya dan gerak di kelas IV SDN 17 Katobu.
44. 44
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Dari uraian pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan model konstruktivis metode tanya jawab, hasil belajar IPA pada
siswa kelas IV SDN 17 Katobu khususnya pokok bahasan gaya dan gerak dapat
ditingkatkan di mana pada siklus I dari 20 siswa hanya 14 siswa atau sebesar 70%
siswa yang mengalami ketuntasan dalam belajar, 6 siswa lainnya atau sebesar 30%
tidak mengalami ketuntasan belajar dengan keberhasilan adalah hanya 65% bisa
menjawab pertanyaan yang diberikan di atas 50% (nilai ketuntasan belajar < 75).
Sedangkan pada siklus II, hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari jumlah siswa
sebesar 20 orang seluruhnya atau sebesar 100% telah mengalami ketuntasan dalam
belajar karena nilai yang diperoleh siswa pada siklus II yaitu > 75 dengan
keberhasilan adalah 85% bisa menjawab pertanyaan yang diberikan di atas 50%.
Dengan demikian maka hasil tes siklus I dibandingkan dengan hasil tes siklus II
dengan model pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab megalami
peningkatan sebesar 30%. Berdasarkan temuan pada pelaksanaan tindakan siklus I
dan II terlihat bahwa baik aktivitas siswa, aktivitas guru maupun hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan dibandingkan dengan
hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran konstruktivis
metode tanya jawab.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal
sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya
materi pokok gaya dan gerak sebaiknya guru dalam menyajikan materi dengan
menerapkan model pembelajaran konstruktivis metode tanya jawab.
2. Kepada para peneliti berikutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan rujukan dalam melaksanakan penelitian serupa atau lebih
meningkatkan sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti.
45. 45
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Amir. 2007. Media Pembelajaran. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Bundu, Patta. 2004. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta:
Depdiknas.
Bundu, Patta dan Kasim, Ratna. 2007. Konsep Dasar IPA I dalam Teori dan
Praktek.Makassar. Universitas Negeri Makassar.
Darmodjo, Hendro. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud.
Degeng, I Nyoman Sudana. 1997. Media Pembelajaran. Surabaya: Kota Mandiri Citra
Raya.
Depdiknas. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O., 2003. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.
Bandung: Sinar Baru.
Heriani. 2008. Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Energi Bunyi Siswa di Kelas IV SD Negeri Rawua. Skripsi.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Khaeruddin dan Eko. 2005. Pembelajaran IPA. Makassar: Universitas Negeri
Makassar.
Khaeruddin dan Sudjiono, E. H. 2005. Pembelajaran IPA (IPA) Berdasarkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makassar: Badan Penerbit Makassar.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ). 2006. Mata Pelajaran IPA Untuk
Tingkat SD/MI. Jakarta : Depdiknas.
Latuheru, John D. 2003. Media Pengajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Mappasoro. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Universitas Negeri
Makassar.
Mappasoro. 2007. Evaluasi Pengajaran. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Nasution. 2008. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Rositawaty & Muharram, Aris. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 6.
Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
46. 46
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta
Sudjana, N., 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito