SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  18
KOLOID 
2.1 Pengertian Koloid 
Untuk memudahkan pembahasan sistem dispersi koloid, digunakan fase terdispersi 
berupa padatan dan fase pendispersi yang umum, berupa air. Ukuran partikel zat terdispersi 
di dalam koloid lebih besar daripada ukuran partikel di dalam larutan, tetapi lebih kecil 
daripada ukuran partikel di dalam suspensi. Partikel zat terdispersi berukuran antara 10-7 cm 
sampai dengan 10-5 cm (1 nm – 100 nm). Sistem koloid tampak homogen jika dilihat tanpa 
mikroskop, tetapi dengan menggunakan mikroskop tampak adanya partikel-partikel fase 
terdispersi. Partikel koloid dapat disaring dengan menggunakan suatu kertas saring yang 
berpori-pori sangat halus (penyaring ultra). Berdasarkan sistem dispersinya, suatu koloid 
tampak seperti suspensi. Akan tetapi, secara fisik tampak seperti larutan sehingga sering juga 
disebut dengan istilah suspensi homogen. Campuran susu bubuk dan air dinamakan koloid. 
Secara garis besar, perbandingan antara larutan, koloid, dan suspensi dapat dilihat pada Tabel 
2.1. berikut ini. 
Tabel 2.1 Perbandingan antara Larutan, Koloid, dan Suspensi 
Aspek Larutan Koloid Suspensi 
Bentuk Campuran Homogen Tampak homogen Heterogen 
Kestabilan Stabil Stabil Tidak stabil 
Pengamatan 
Homogen Heterogen Heterogen 
Mikroskop 
Jumlah Fase Satu Dua Dua 
Sistem Dispersi Molekuler Padatan halus Padatan kasar 
Pemisahan dengan 
Tidak dapat 
Cara Penyaringan 
disaring 
Tidak dapat disaring dengan 
kertas saring biasa, kecuali 
dengan kertas saring ultra. 
Dapat disaring 
Ukuran Partikel < 10-7 cm, 
atau < 1 nm 
10-7 cm - 10-5 cm, atau 1 nm 
- 100 nm 
> 10-5 cm, atau 
> 100 nm 
2.2 Pengelompokan sistem koloid 
Sistem koloid adalah campuran yang heterogen. Telah diketahui bahwa terdapat tiga 
fase zat, yaitu padat, cair, dan gas. Dari ketiga fasa zat ini dapat dibuat sembilan kombinasi 
campuran fase zat, tetapi yang dapat membentuk sistem koloid hanya delapan. Kombinasi
campuran fase gas dan fase gas selalu menghasilkan campuran yang homogen (satu fase) 
sehingga tidak dapat membentuk sistem koloid. 
2.2.1 Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol) 
Sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat 
padat dan fase pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut gel. Berikut contoh-contoh 
sistem koloid fase padat-cair. 
a. Agar-agar 
Padatan agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan sistem koloid yang 
disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan dingin sol ini akan tetap 
berwujud cair. Sebaliknya jika konsentrasi agar-agar tinggi pada keadaan dingin sol akan 
menjadi padat dan kaku. Keadaan seperti ini disebut gel. 
b. Pektin 
Pektin adalah tepung yang diperoleh dari buah pepaya muda, apel, dan kulit jeruk. Jika pektin 
didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat sehingga membentuk 
gel. Pektin biasa digunakan untuk pembuatan selai. 
c. Gelatin 
Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki binatang, misalnya 
sapi. Jika gelatin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat dan 
membentuk gel. Gelatin banyak digunakan untuk pembuatan cangkang kapsul. Agar-agar, 
pektin dan gelatin juga digunakan untuk pembuatan makanan, seperti jelly atau permen 
kenyal (gummy candies). 
d. Cairan Kanji 
Tepung kanji yang dilarutkan di dalam air dingin akan membentuk suatu suspensi. Jika 
suspensi dipanaskan akan terbentuk sol, dan jika konsentrasi tepung kanji cukup tinggi, sol 
tersebut akan memadat sehingga membentuk gel. Suatu gel terbentuk karena fase terdispersi 
mengembang, memadat dan menjadi kaku. 
e. Air sungai (tanah terdispersi di dalam medium air). 
f. Cat tembok dan tinta (zat warna terdispersi di dalam medium air). 
g. Cat kayu dan cat besi (zat warna terdispersi di dalam pelarut organik). 
h. Gel kalsium asetat di dalam alkohol. 
i. Sol arpus (damar). 
j. Sol emas, sol Fe(OH)3, sol Al(OH)3, dan sol belerang.
2.2.2 Sistem Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat) 
Sistem koloid fase pada-padat terbentuk dari fase terdispersi dan fase pendispersi 
yang sama-sama berwujud zat padat sehingga dikenal dengan nama sol padat. Lazimnya, 
istilah sol digunakan untuk menyatakan sistem koloid yang terbentuk dari fase terdispersi 
berupa zat padat di dalam medium pendispersi berupa zat cair sehingga tidak perlu digunakan 
istilah sol cair. Contoh sistem koloid fase padat-padat adalah logam campuran (aloi), 
misalnya stainless steel yang terbentuk dari campuran logam besi, kromium dan nikel. 
Contoh lainnya adalah kaca berwarna yang dalam ini zat warna terdispersi di dalam medium 
zat padat (kaca). 
2.2.3 Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat) 
Sistem koloid fase padat-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan fase 
pendispersi berupa gas. Anda sering menjumpai asap dari pembakaran sampah atau dari 
kendaraan bermotor. Asap merupakan partikel padat yang terdispersi di dalam medium 
pendispersi berupa gas (udara). Partikel padat di udara disebut partikulat padat. Sistem 
dispersi zat padat dalam medium pendispersi gas disebut aerosol padat. Sebenarnya istilah, 
aerosol lazim digunakan untuk menyatakan sistem dispersi zat cair di dalam medium gas 
sehingga tidak perlu disebut aerosol cair. 
2.2.4 Sistem Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol) 
Sistem koloid fase cair-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase 
pendispersi berupa gas. Contoh sistem koloid ini adalah kabut dan awan. Partikel-partikel zat 
cair yang terdispersi di udara (gas) disebut partikulat cair. Contoh aerosol adalah hairspray, 
obat nyamuk semprot, parfum (body spray), cat semprot dan lain-lain. Pada produk-produk 
tersebut digunakan zat pendorong (propellant) berupa senyawa klorofluorokarbon (CFC). 
2.2.5 Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi) 
Sistem koloid fase cair-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium 
pendispersi yang juga berupa cairan. Campuran yang terbentuk bukan berupa larutan, 
melainkan bersifat heterogen. Misalnya campuran antara minyak dan air. Air yang bersifat 
polar tidak dapat bercampur dengan minyak yang bersifat nonpolar. Untuk dapat 
“mendamaikan” air dan minyak, harus ada zat “penghubung” antara keduanya. Zat 
penghubung ini harus memiliki gugus polar (gugus yang dapat larut di dalam air) dan juga
harus memiliki gugus nonpolar (gugus yang dapat larut di dalam minyak) sehingga zat 
penghubung tersebut dapat bercampur dengan air dan dapat pula bercampur dengan minyak. 
Sistem koloid cair-cair disebut emulsi. Zat penghubung yang menyebabkan 
pembentukan emulsi disebut emulgator (pembentuk emulsi). Jadi, tidak ada emulsi tanpa 
emulgator. Contoh zat emulgator, yaitu sabun, detergen, dan lesitin. Minyak dan air dapat 
bercampur jika ditambahkan emulgator berupa sabun atau deterjen. Oleh karena itu, untuk 
menghilangkan minyak yang menempel pada tangan atau pakaian digunakan sabun atau 
deterjen, yang kemudian dibilas dengan air. 
Susu, air santan, krim, dan lotion merupakan beberapa emulsi yang Anda kenal dalam 
kehidupan sehari-hari. Susu murni (dalam bentuk cair) merupakan contoh bentuk emulsi 
alami karena di dalam susu murni telah terdapat emulgator alami, yaitu kasein. Di dalam 
industri makanan, biasanya susu murni diolah menjadi susu bubuk. Susu bubuk yang 
terbentuk menjadi sukar larut dalam air, kecuali dengan menggunakan air panas. Oleh karena 
itu, digunakan zat emulgator yang berupa lesitin sehingga susu bubuk tersebut dapat mudah 
larut dalam air, sekalipun hanya dengan menggunakan air dingin. Susu bubuk yang dicampur 
dengan zat emulgator dikenal dengan istilah susu bubuk instant. Contoh lain emulsi adalah 
krim (emulsi yang berbentuk pasta), dan lotion (emulsi yang berbentuk cairan kental atau 
krim yang encer). Sistem emulsi banyak digunakan dalam berbagai industri seperti berikut : 
a. Industri kosmetik: dalam bentuk berbagai krim untuk perawatan kulit, dan berbagai lotion 
yang berasal dari minyak, serta haircream (minyak rambut). 
b. Industri makanan: dalam bentuk es krim dan mayones. Mayones terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan 
(minyak jagung atau minyak kedelai) dan air. Pada mayones ini digunakan kuning 
telur sebagai zat emulgator. 
c. Industri farmasi: dalam bentuk berbagai krim untuk penyakit kulit, sirup, minyak ikan, dan 
lain-lain. 
2.2.6 Sistem Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat) 
Sistem koloid fase cair-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan 
medium pendispersi berupa zat padat sehingga dikenal dengan nama emulsi padat. 
Sebenarnya, istilah emulsi hanya digunakan untuk sistem koloid fase cair-cair. Jadi, emulsi 
berarti sistem koloid fase cair-cair (tidak ada istilah emulsi cair). Contoh emulsi padat, yaitu 
keju, mentega, dan mutiara. 
2.2.7 Sistem Koloid Fase Gas-Cair (Busa)
Sistem koloid fase gas-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium 
pendispersi berupa zat cair. Jika anda mengocok larutan sabun, akan timbul busa. Di dalam 
busa sabun terdapat rongga yang terlihat kosong. Busa sabun merupakan fase gas dalam 
medium cair. Contoh-contoh zat yang dapat menimbulkan busa atau buih, yaitu sabun, 
deterjen, protein, dan tanin. 
Pada proses pencucian, busa yang ditimbulkan oleh sabun atau deterjen dapat 
mempercepat proses penghilangan kotoran. Busa atau buih pada zat pemadam api berfungsi 
memperluas jangkauan (voluminous) dan mengurangi penguapan air. Pada proses pemekatan 
bijih logam, sengaja ditimbulkan busa agar zat-zat pengotor dapat terapung di dalam busa 
tersebut. 
Di dalam suatu proses industri kimia, misalnya proses fermentasi, kadang-kadang 
pembentukan busa tidak diinginkan sehingga dilakukan penambahan zat antibusa (antifoam), 
seperti silikon, eter, isoamil alkohol, dan lain-lain. 
2.2.8 Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat) 
Sistem koloid fase gas-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium 
pendispersi berupa zat padat, yang dikenal dengan istilah busa padat, sedangkan dispersi gas 
dalam medium cair disebut busa dan tidak perlu disebut busa cair. Di dalam kehidupan 
sehari-hari, anda dapat menemui busa padat yang dikenal dengan istilah karet busa dan batu 
apung. Pada kedua contoh busa padat ini terdapat rongga atau pori-pori yang dapat diisi oleh 
udara. 
Secara garis besar, kedelapan jenis sistem koloid tersebut dapat ditunjukkan pada 
Tabel 2.2 berikut ini. 
Tabel 2.2 Jenis Sistem Koloid dan Contoh-contohnya 
No. 
Fase 
Terdispersi 
Medium 
Pendispersi 
Nama Koloid Contoh 
1. Padat Cair Sol 
Sol emas, agar-agar, jelly, 
cat, tinta, air sungai 
2. Padat Gas Aerosol padat Asap, debu padat 
3. Padat Padat Sol padat 
Paduan logam, kaca 
berwarna 
4. Cair Gas Aerosol Kabut, awan 
5 Cair Cair Emulsi Santan, susu, es krim, krim,
lotion, mayonaise 
6. Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega, mutiara 
7. Gas Cair Buih, busa Busa sabun 
8. Gas Padat Busa padat Karet busa, batu apung 
Macam koloid berdasarkan interaksinya dengan pelarut ( air ) 
1. Koloid Hidrofil ; 
- dapat campur dengan air    dapat diencerkan 
- lebih stabil . 
Contoh : koloid dari senyawa-senyawa organik, misalnya 
kanji (amilum), agar-agar, dsb 
2. Koloid Hidrofob ; 
- tidak campur dengan air,  tidak dapat diencerkan 
- kurang stabil. 
Contoh : Kebanyakan koloid dari senyawa anorganik, misalnya sol belerang (S), Fe(OH)3. 
2.3 Sifat dan penerapan sistem koloid 
Secara fisik, sistem koloid terlihat homogen seperti larutan. Jika anda amati dengan 
mikroskop, terlihat adanya perbedaan antara koloid dan larutan karena sistem koloid 
sebetulnya bersifat heterogen. Untuk lebih memperjelas perbedaan antara larutan dan koloid, 
Anda harus mempelajari sifat-sifat yang dimiliki oleh sistem koloid tersebut. 
2.3.1. Gerak Brown 
Gerak Brown adalah gerak tidak beraturan, gerak acak atau gerak zig-zag partikel 
koloid. Gerak Brown terjadi karena benturan tidak teratur partikel koloid dan medium 
pendispersi. Benturan tersebut mengakibatkan partikel koloid bergetar dengan arah yang 
tidak beraturan dan jarak yang pendek. 
Gerak Brown kali pertama diamati pada 1827 oleh Robert Brown (1773-1858), 
seorang ahli Biologi berkebangsaan Inggris pada saat mengamati serbuk sari. Fenomena ini 
dijelaskan oleh Albert Einstein (1879-1955) pada 1905. Menurut Einstein, suatu partikel 
mikroskopis (hanya dapat diamati dengan mikroskop) yang melayang dalam suatu medium 
pendispersi akan menunjukkan suatu gerak acak atau gerak zig-zag. Gerakan ini disebabkan
oleh medium pendispersi yang menabrak partikel terdispersi dari berbagai sisi dalam jumlah 
yang tidak sama untuk setiap sisi. 
Arah gerak partikel koloid bergantung pada jumlah partikel medium pendispersi yang 
menabrak. Jika jumlah partikel pendispersi yang menabrak dari arah bawah banyak, partikel 
koloid akan bergerak ke atas. Jika jumlah partikel pendispersi yang menabrak dari kiri bawah 
banyak, partikel koloid bergerak ke kanan atas. Setiap gerak disertai getaran karena di sisi 
lain ada tabrakan dari medium pendispersi, tetapi jumlah molekul medium pendispersi ini 
sedikit. Gerak zig-zag akibat tabrakan dari partikel pendispersi menyebabkan sistem koloid 
tetap stabil, tetap homogen, dan tidak mengendap. 
Apakah gerak Brown juga terjadi pada sistem larutan atau suspensi? Pada larutan, 
partikel terdispersi memiliki ukuran yang sangat kecil dan hampir sama dengan ukuran 
molekul pendispersi. Gerakan partikel pendispersi bukan terjadi karena ditabrak oleh partikel 
pendipersi, melainkan disebabkan oleh gerakan oleh molekul sendiri. Pada suspensi, ukuran 
partikel terdispersi sangat besar. Adanya partikel pendispersi yang menabrak tidak 
menyebabkan partikel terdispersi bergerak dan tidak menimbulkan getaran. Pada suspensi, 
partikel terdispersi banyak dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi sehingga partikel terdispersi 
lebih banyak bergerak ke bawah dan membentuk endapan. 
2.3.2 Efek Tyndall 
Jika cahaya dilewatkan ke dalam sistem koloid, cahaya yang melewati sistem koloid 
tersebut terlihat lebih terang. Cahaya yang terlihat lebih terang ini disebabkan oleh terjadinya 
efek Tyndall. Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Partikel 
koloid akan memantulkan dan menghamburkan cahaya yang mengenainya sehingga cahaya 
akan terlihat lebih terang. Jika kemudian cahaya ini ditangkap layar, cahaya pada layar 
tersebut tampak buram. 
Di dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat dilihat pada gejala-gejala berikut. 
1) Jika sinar matahari masuk melalui celah ke dalam ruangan, pada sinar terlihat debu-debu 
beterbangan (daerah ini terlihat lebih terang). Pada daerah yang tidak terlewati sinar matahari 
tidak akan terlihat adanya debu. Begitu juga jika sinar matahari melewat i daun pepohonan di 
daerah yang berkabut, sinar matahari tersebut terlihat lebih jelas. 
2) Jika Anda menonton film di gedung bioskop, kemudian ada asap rokok yang mengepul ke 
atas cahaya proyektor terlihat lebih terang dan gambar pada layar menjadi buram.
3) Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut terlihat lebih jelas. Begitu juga pada jalan 
yang berdebu, sorot lampu terlihat lebih jelas, kecuali sehabis hujan yang cukup deras 
(sehingga jalanan tidak berdebu dan tidak ada asap). Itulah sebabnya sorot lampu mobil 
seakan tidak tampak (tidak terlihat), tetapi jalan terlihat jelas. 
2.3.3 Adsorpsi 
Partikel koloid mampu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya. 
Jika partikel koloid menyerap ion bermuatan, kemudian ion-ion tersebut menempel pada 
permukaannya, partikel tersebut menjadi bermuatan. 
Sol Fe(OH)3 mampu mengadsorpsi ion-ion H+ sehingga sol Fe(OH)3 menjadi 
bermuatan positif. Sol As2S3 mampu mengadsorpsi ion-ion S2- sehingga sol As2S3 menjadi 
bermuatan negatif. Penyerapan yang hanya terjadi di permukaan saja disebut adsorpsi, 
sedangkan penyerapan yang terjadi di seluruh bagian disebut absorpsi. 
Muatan dalam partikel koloid bukan disebabkan oleh ionisasi partikel seperti pada 
larutan, melainkan disebabkan oleh adanya ion lain yang diadsorpsi. Sifat adsorpsi partikel 
koloid digunakan pada proses-proses berikut. 
a. Penjernihan Air 
Pada air sungai (air sungai merupakan suatu sistem koloid), tanah yang terdispersi 
dapat diendapkan dengan penambahan tawas (Kal(SO4)2) atau larutan PAC (Poly 
Alumuinium Chloride). Kedua zat ini dapat membentuk koloid Al(OH)3 mengadsorpsi 
pengotor di dalam air, menggumpalkan, dan mengendapkannya sehingga air menjadi jernih. 
b. Penghilangan Kotoran pada Proses Pembuatan Sirup 
Kadang-kadang gula masih mengandung pengotor sehingga jika dilarutkan di dalam 
air, pengotor tersebut akan tampak dan larutan tidak jernih. Pada industri pembuatan sirup, 
untuk menghilangkan pengotor ini biasanya digunakan putih telur. Setelah gula larut, sambil 
diaduk ditambahkan putih telur tersebut menggumpal dan mengadsorpsi pengotor. Selain 
putih telur, dapat juga digunakan zat lain, seperti tanah diatomae atau arang aktif. 
c. Proses Menghilangkan Bau Badan 
Pada produk roll on deodorant, digunakan adsorben (zat yang akan mengadsorpsi) 
berupa Al-stearat. Jika deodorant digosokkan pada anggota badan, Al-stearat mengadsorpsi 
keringat yang menyebabkan bau badan. 
d. Penggunaan Arang Aktif
Arang aktif merupakan contoh adsorben yang dibuat dengan memanaskan arang 
dalam udara kering. Arang aktif memiliki kemampuan untuk menyerap berbagai zat. Obat 
norit (obat sakit perut) mengandung zat arang aktif yang berfungsi menyerap berbagai zat dan 
racun dalam usus. Arang aktif ini juga digunakan pada topeng gas, lemari es (untuk 
menghilangkan bau), dan rokok filter (untuk mengikat asap nikotin dan tar). 
Adanya muatan listrik pada koloid menyebabkan koloid dapat dipisahkan dengan cara 
elektroforesis. Elektroforesis adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan laju 
perpindahan molekul dalam medan listrik. Pada elektroforesis, partikel koloid yang 
bermuatan akan mengalami pergerakan. Partikel koloid yang bermuatan negatif akan 
bergerak ke elektrode (kutub) positif. Adapun koloid yang bermuatan positif bergerak ke 
elektrode (kutub) yang bermuatan negatif. 
Elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan dari suatu partikel 
koloid. 
2.3.4 Koagulasi 
Telur direbus hingga membeku, penggumpalan susu yang basi, dan pembentukan 
delta pada muara sungai merupakan contoh-contoh proses koagulasi. Koagulasi adalah 
penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena kerusakan stabilitas sistem koloid atau 
karena penggabungan partikel koloid yang berbeda muatan sehingga membentuk partikel 
yang lebih besar. Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan, 
penambahan elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda muatan, atau karena 
elektroforesis. Koloid Fe(OH)3 yang bermuatan positif jika dicampur dengan koloid As2S3 
yang bermuatan negatif akan mengalami koagulasi. Koagulasi terjadi karena setiap partikel 
koloid yang memiliki muatna yang berlawanan saling menetralkan dengan gaya elektrostatik 
hingga membentuk partikel besar dan menggumpal. 
Elektroforesis dapat menyebabkan koagulasi karena endapan pada salah satu 
elektrode semakin lama semakin pekat, dan akhirnya membentuk gumpalan. Berikut 
beberapa proses koagulasi yang sengaja dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. 
a. Perebusan Telur 
Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispersi berupa protein. 
Jika telur tersebut direbus akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut menggumpal. 
b. Pembuatan Yoghurt
Susu dapat diubah menjadi yoghurt melalui fermentasi. Pada fermentasi susu akan 
terbentuk asam laktat yang menggumpal dan berasa asam. 
c. Pembuatan Tahu 
Pada pembuatan tahu dari kedelai, mula-mula kedelai dihancurkan sehingga keedelai 
berbentuk bubur kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan larutan elektrolit, yaitu 
CaSO4.2H2O yang disebut batu tahu sehingga protein kedelai menggumpal dan membentuk 
tahu. 
d. Pembuatan Lateks 
Lateks terbuat dari getah karet, salah satu sistem koloid. Pada pembuatan lateks, getah 
kerat digumpalkan dengan penambahan asam asetat atau asam format. 
e. Penjernihan Air Sungai 
Air sungai mengandung padatan lumpur yang terdispersi di dalam air (sol). Sol tanah 
liat dalam air sungai memiliki muatan negatif sehingga dapat diendapkan dengan 
penambahan tawas atau PAC. Di dalam air sungai tawas atau PAC membentuk koloid 
Al(OH)3 yang bermuatan positif. Pengendapan terjadi karena koagulasi koloid yang 
bermuatan negatif dengan koloid yang bemuatan positif. 
f. Pembentukan Delta 
Delta terbentuk dari hasil pencampuran air sungai yang mengandung koloid tanah liat 
dan elektrolit yang berasal dari air laut. Pencampuran tersebut menyebabkan terjadinya 
koagulasi sehingga terbentuk delta. 
g. Pengolahan Asap Atau Debu 
Asap dan debu yang dihasilkan dari suatu proses industri dapat mencemari udara di 
sekitarnya. Asap dan debu merupakan sistem koloid zat padat dalam medium pendispersi gas 
(udara). Padatan dalam asap atau debu dapat diendapkan menggunakan alat Cotrell. 
Asap dan debu dilewatkan melalui cerobong yang di dalamnya terdapat ujung-ujung 
elektrode bermuatan dengan bertegangan antara 20.000 V hingga 75.000 V. Elektrode 
mengakibatkan asap dan debu tersebut menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel asap dan 
debu akan tertarik pada elektrode yang lainnya dan mengendap. Endapan yang terbentuk 
dipisahkan secara berkala sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong sudah terbebas dari 
partikel padatan yang berbahaya. 
2.3.5 Koloid Liofil dan Koloid Liofob 
Sistem koloid sol (zat padat dalam medium pendispersi cair) dapat bersifat liofil 
(dalam bahasa Yunani lyo = cairan, philia = suka) dan ada juga bersifat liofob (Yunani:
phobia = tidak suka, takut). Pada sol yang bersifat liofil, zat terdispersi dapat menarik atau 
mengikat medium pendispersi. Pada sol yang bersifat liofob, zat terdispersi tidak dapat 
mengikat medium pendispersinya (air). 
Pada koloid liofil, pengikatan medium pendispersi disebabkan oleh gaya tarik-menarik 
(berupaya gaya elektrostatik) pada setiap gugus ujung molekul terdispersi. Sebagai 
gambaran, jika satu sendok agar-agar padat dicampur dengan beberapa gelas air, setiap 
penambahan air pada koloid agar-agar akan menyebabkan air terserap. Molekul-molekul air 
akan diikat setiap gugus yang terdapat pada permukaan padatan agar-agar sehingga struktur 
agar-agar mengembang. 
Agar-agar sangat mudah menarik medium pendispersinya (air). Koloid liofil terlihat 
homogen, stabil, tidak tampak adanya medium pendispersi, lebih kental, dan membentuk gel. 
Contoh koloid liofil, yaitu agar-agar, koloid kanji, cat, lem, gelatin, protein (putih telur), dan 
tinta warna. Jika medium pendispersi pada suatu koloid liofil adalah air, koloid tersebut 
disebut koloid hidrofil. 
Pada sol yang bersifat liofob, zat terdispersi tidak dapat bercampur dengan baik jika 
ditambahkan lagi medium pendispersi. Pada koloid yang bersifat liofob, jumlah medium 
pendispersi harus tertentu (terbatas). Jika pada suatu koloid liofob yang sudah stabil 
ditambahkan lagi zat pendispersi, zat terdispersi akan menolak sehingga koloid tidak menjadi 
tidak stabil. Contoh koloid liofob, yaitu sol emas, sol belerang, sol As2S3, dan sol Fe(OH)3 
suatu koloid liofob dengan medium pendispersi air tersebut dinamakan koloid hidrofob. 
Koloid liofob berbentuk encer (hampir sama dengan medium pendispersi), tidak stabil, serta 
memiliki gerak Brown dan efek Tyndall. 
Sifat-Sifat Sol Liofil Sol Liofob 
Pembuatan Dapat dibuat langsung 
dengan mencampurkan fase 
terdispersi dengan medium 
terdispersinya 
Tidak dapat dibuat hanya 
dengan mencampur fase 
terdispersi dan medium 
pendisperinya 
Muatan partikel Mempunyai muatan yang 
kecil atau tidak bermuatan 
Memiliki muatan positif 
atau negative 
Adsorpsi medium 
pendispersi 
Partikel-partikel sol liofil 
mengadsorpsi medium 
pendispersinya. Terdapat 
Partikel-partikel sol liofob 
tidak mengadsorpsi 
medium pendispersinya.
proses solvasi/ hidrasi, 
yaitu terbentuknya lapisan 
medium pendispersi yang 
teradsorpsi di sekeliling 
partikel sehingga 
menyebabkan partikel sol 
liofil tidak saling 
bergabung 
Muatan partikel diperoleh 
dari adsorpsi partikel-partikel 
ion yang 
bermuatan listrik 
Viskositas 
(kekentalan) 
Viskositas sol liofil > 
viskositas medium 
pendispersi 
Viskositas sol hidrofob 
hampir sama dengan 
viskositas medium 
pendispersi 
Penggumpalan Tidak mudah menggumpal 
dengan penambahan 
elektrolit 
Mudah menggumpal 
dengan penambahan 
elektrolit karena 
mempunyai muatan. 
Sifat reversibel Reversibel, artinya fase 
terdispersi sol liofil dapat 
dipisahkan dengan 
koagulasi, kemudian dapat 
diubah kembali menjadi sol 
dengan penambahan 
medium pendispersinya. 
Irreversibel artinya sol 
liofob yang telah 
menggumpal tidak dapat 
diubah menjadi sol 
Efek Tyndall Memberikan efek Tyndall 
yang lemah 
Memberikan efek Tyndall 
yang jelas 
Migrasi dalam 
medan listrik 
Dapat bermigrasi ke anode, 
katode, atau tidak 
bermigrasi sama sekali 
Akan bergerak ke anode 
atau katode, tergantung 
jenis muatan partikel 
2.3.6 Koloid Pelindung 
Koloid pelindung adalah suatu sistem koloid yang ditambahkan pada sistem koloid 
lainnya agar diperoleh koloid yang stabil. Contoh koloid pelindung adalah gelatin yang
merupakan koloid padatan dalam medium air. Gelatin biasa digunakan paa pembuatan es 
krim untuk mencegah pembentukan kristal es yang kasar sehingga diperoleh es krim yang 
lebih lembut. 
2.3.7 Dialisis 
Dialisis adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang teradsorpsi 
sehingga ion-ion tersebut dapat dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion yang 
tidak diinginkan. 
Pada proses dialisis, koloid yang mengandung ion-ion dimasukkan ke dalam kantung 
penyaring, kemudian dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air). Ion-ion dapat keluar 
melewati penyaring sehingga partikel koloid terbebas dari ion-ion. Kantung penyaring 
merupakan selaput semipermeabel yang hanya dapat dilewati ion dan air, tetapi tidak dapat 
dilewati partikel koloid. 
Proses dialisis juga terjadi dalam metabolisme tubuh. Ginjal berfungsi sebagai 
penyaring semipermeabel. Cairan hasil metabolisme di dalam darah mengandung butir-butir 
darah, air, dan urea. Urea merupakan racun bagi tubuh sehingga harus dikeluarkan melalui air 
seni. Jika ginjal mengalami gangguan (gagal ginjal), ginjal tidak dapat menyaring darah dan 
mengeluarkan urea yang bersifat racun. Oleh karena itu, penderita gagal memerlukan proses 
“cuci darah”, yaitu proses dialisis yang berfungsi menghilangkan urea dari darah. Oleh 
karena itu, sudah sepatutnyalah kita mensyukuri kesehatan ginjal kita. 
2.3.8 Sistem Koloid dalam Pengolahan Air 
Air sungai merupakan koloid yang terbentuk dari tanah liat yang terdispersi di dalam 
air. Pengolahan air sungai menjadi bersih dapat dilakukan melalui tahap-tahap penggumpalan 
pengotor (koagulasi), penyaringan pengotor, penyerapan bau dan zat kimia (adsorpsi), dan 
pembasmian kuman (desinfeksi). 
a. Penggumpalan 
Proses penggumpalan (koagulasi) dilakukan dengan menggunakan tawas (Kal(SO4)2), 
PAC (Poly Alumunium Chloride), dan Al2(SO4)3. 
Senyawa-senyawa tersebut dapat menghasilkan koloid Al(OH)3 yang akan 
mengadsorpsi pengotor tanah dan menggumpalkannya sehingga terbentuk endapan. 
b. Proses Penyaringan
Setelah terjadi penggumpalan, kemudian dilakukan proses penyaringan menggunakan 
penyaring. Penyaring terdiri atas lapisan pasir, kerikil, dan ijuk. 
c. Proses Adsorpsi 
Adsorpsi atau penyerapan kotoran menggunakan koloid Al(OH)3 terjadi pada tahap 
awal. Jika terdapat ion Fe2+, ion tersebut terlebih dahulu dioksidasi menjadi ion Fe3+ 
menggunakan kaporit. Setelah itu baru proses adsorpsi dapat dilakukan menggunakan 
Al(OH)3. Proses adsorpsi juga dilakukan dengan menggunakan karbon aktif yang dapat 
menyerap bau dan zat-zat kimia, seperti besi dan sisa kaporit yang berlebih. 
d. Proses Desinfeksi 
Penambahan kaporit bertujuan membunuh kuman-kuman. Kaporit juga berperan 
sebagai oksidator, dapat ditambahkan sebelum penggumpalan. Kaporit ini menimbulkan bau 
unsur klorin yang kurang sedap sehingga digunakan karbon aktif untuk menyerap klorin 
tersebut. 
2.4 Kestabilan koloid 
Sistem koloid dapat tetap stabil (tidak mengendap) karena partikel-partikel koloid 
tidak berkelompok ( bergabung sesamanya ) menjadi partikel yang lebih besar 
Kestabilan koloid disebabkan oleh dua hal : 
1. Partikel koloid menyerap ion-ion yang berada dalam mediumnya  partikel koloid 
“dilindungi” untuk tidak bergabung sesamanya. Terjadi pada koloid dari senyawa anorganik 
. Contoh : penambahan larutan FeCl3 ke dalam air, 
akan terbentuk sol Fe2O3 . x H2O yang menyerap ion-ion Fe3+ di lapisan dalam (lapisan I) 
dan ino-ion Cl- sebagai lapisan luar (lapisan II). 
2. Adanya emulgator; yaitu 
zat yang ketiga yang melindungi patikel koloid agar tidak bergabung sesamanya; misalnya 
minyak yang “dilindungi “ oleh sabun . Contoh beberapa zat yang dapat berfungsi sebagai 
emulgator ialah sabun dan deterjen. 
3. Partikel koloid tidak bisa mengendap karena bersifat stabil. 
4. Kestabilan koloid dapat diganggu dengan penambahan koagulan dan pengadukan cepat.
5. Partikel yang tidak stabil cenderung untuk saling berinteraksi dan bergabung 
membentuk flok yang berukuran besar. 
2.5 Pembuatan koloid 
Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, menggabungkan 
molekul atau ion dari larutan (cara kondensasi). Kedua, menghaluskan partikel suspensi, 
kemudian didispersikan ke dalam suatu medium pendispersi (cara dispersi). 
2.5.1 Cara Kondensasi 
Cara kondensasi dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, reaksi 
hidrolisis, reaksi penggaraman, dan reaksi penjenuhan. 
a. Reaksi Redoks 
Reaksi redoks merupakan reaksi pembentukan partikel koloid melalui mekanisme perubahan 
bilangan oksidasi. Perhatikan contoh-contoh berikut: 
1) Pembuatan sol belerang dengan mengalirkan gas hidrogen sulfida (H2S) ke dalam larutan 
belerang dioksida (SO2). 
2H2S (g) + SO2(aq) → 3S(s) + 2H2O(l) 
2) Pembuatan sol emas dengan cara meraksikan larutan AuCl3 dan zat pereduksi formaldehid 
atau besi (II) sulfat. 
2AuCl(aq) + 3HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + 6HCl (aq) +3HCOOH(aq) 
atau 
AuCl3(aq) + 3FeSO4(aq) → Au(s) + Fe2(SO4)3(aq) + FeCl3 (aq) 
b. Reaksi Hidrolisis 
Reaksi hidrolisis merupakan reaksi pembentukan koloid dengan menggunakan pereaksi air. 
Misalnya, pembuatan sol Al(OH)3 dan sol Fe(OH)3. 
1) Pembuatan sol Al(OH)3 dari larutan AlCl3, Al2(SO4)3, PAC atau tawas. 
AlCl3(aq) + 3H2O(l) → Al(OH)3(s) + 3HCl(aq) 
2) Pembuatan sol Fe(OH)3 dari larutan FeCl3 dengan air panas. 
FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq) 
c. Reaksi Penggaraman
Garam-garam yang sukar larut dapat dibuat menjadi koloid melalui reaksi pembentukan 
garam. Untuk menghindari pengendapan biasanya digunakan suatu zat pemecah. 
AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) +NaNO3(aq) 
Na2SO4(aq) + Ba(NO3)2(aq) → BaSO4(s) + 2NaNO3(aq) 
d. Penjenuhan Larutan 
Pembuatan kalsium asetat merupakan contoh pembuatan koloid dengan cara 
penjenuhan larutan ke dalam larutan jenuh kalsium asetat dalam air. Penjenuhan dilakukan 
dengan cara menambahkan pelarut alkohol sehingga akan menghasilkan koloid berupa gel. 
Kalsium asetat bersifat mudah larut dalam air, namun sukar larut dalam alkohol. 
e. Reaksi dekomposisi rangkap 
 Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2S perlahan melalui larutan As2O3 dingin sampai 
terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang 
As2O3 + 3 H2S → As2S3 (koloid) + 3H2O 
 Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 dan larutan HCl encer. 
AgNO3 + HCl → AgCl (koloid) + HNO3 
2.5.2. Cara Dispersi 
Pembuatan koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan cara mengubah partikel 
kasar (besar) menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan melalui cara mekanik 
(penggerusan), cara busur Bredig, dan cara peptisasi (pemecahan). 
a. Cara Mekanik 
Cara mekanik merupakan cara fisik mengubah partikel kasar menjadi partikel halus. 
Partikel kasar digiling dengan alat coloid mill sehingga diperoleh ukuran partikel yang 
diinginkan. Selanjutnya, partikel halus ini didispersikan ke dalam suatu medium pendispersi. 
Proses penggilingan dapat juga dilakukan di dalam medium pendispersi. 
b. Cara Busur Bredig 
Proses pembuatan koloid dengan cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam. 
Pada proses ini, logam yang akan dibuat sol digunakan sebagai elektrode dihubungkan 
dengan arus listrik. Uap logam yang terjadi akan terdispersi ke dalam medium pendispersi 
sehingga membentuk koloid. 
c. Cara Peptisasi
Pada cara peptisasi, partikel kasar berupa endapan diubah menjadi partikel koloid 
dengan menggunakan elektrolit yang mengandung ion sejenis zat pemecah. Berikut ini 
contoh-contoh peptisasi. 
1) Endapan Al(OH)3 dipeptisasi dengan AlCl3 
2) Endapan NiS dipeptisasi dengan air 
3) Serat selulosa asetat dipeptisasi dengan aseton. 
d. Cara Homogenisasi 
Cara ini mirip dengan cara mekanik dan biasanya digunakan untuk membuat emulsi. 
Dengan cara ini, partikel lemak dihaluskan, kemudian didispersikan ke dalam medium air 
dengan penambahan emulgator. Selanjutnya, emulsi yang terbentuk dimasukkan ke dalam 
alat homogenizer. Caranya dengan melewatkan emulsi pada pori-pori dengan ukuran tertentu 
sehingga diperoleh emulsi yang homogen. 
2.6 Pemurnian Koloid Sol 
Partikel dari zat pelarut bisa mengganggu kestabilan koloid sehingga harus 
dimurnikan. Ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu dialisis, elektrodialisis, dan 
penyaring ultra. 
2.6.1 Dialisis 
Pergerakan ion-ion dan molekul kecil melalui selaput semipermeabel (yang tidak 
dapat dilalui partikel koloid) disebut diasis. Percobaannya dengan menaruh sistem koloid 
pada selaput semipermeabel, lalu menaruhnya di air. Zat yang terlarut di dalam air kemudian 
akan keluar dari selaput itu, sedangkan system koloid tidak. Lalu air dialirkan sehingga 
mengambil zat-zat yang terlarut. 
2.6.2 Elektrodialisis 
Elektrodialisis merupakan proses dialisis di bawah pengaruh medan listrik. Listrik 
tegangan tinggi dialirkan melalui 2 layar logam yang menyokong selaput semipermeabel. 
Kemudian, partikel-partikel zat terlarut dalam system koloid berupa ion-ion akan bergerak 
menuju electrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik pempercepat 
proses pemurnian. 
2.6.3 Penyaring Ultra 
Apabila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran 
pori-pori akan berkurang. Kertas saring ini telah dimodifikasi menjadi penyaring ultra.
Makalah koloid lengkap

Contenu connexe

Tendances

Tendances (13)

Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia PematangsiantarSistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
Sistem Koloid, Kelas 2 IPA 3 SMA Budimulia Pematangsiantar
 
Sistem Koloid SMAN 81 Jakarta
Sistem Koloid SMAN 81 JakartaSistem Koloid SMAN 81 Jakarta
Sistem Koloid SMAN 81 Jakarta
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Sistem Koloid (Pengertian)
Sistem Koloid (Pengertian)Sistem Koloid (Pengertian)
Sistem Koloid (Pengertian)
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Bab 10 koloid
Bab 10 koloidBab 10 koloid
Bab 10 koloid
 
Sistem koloid powerpoint
Sistem koloid powerpointSistem koloid powerpoint
Sistem koloid powerpoint
 
SISTEM KOLOID KIMIA SMA XI IPA
SISTEM KOLOID KIMIA SMA XI IPA SISTEM KOLOID KIMIA SMA XI IPA
SISTEM KOLOID KIMIA SMA XI IPA
 
Makalah tentang koloid
Makalah tentang koloidMakalah tentang koloid
Makalah tentang koloid
 
Pengertian Larutan, Suspensi, dan Koloid
Pengertian Larutan, Suspensi, dan KoloidPengertian Larutan, Suspensi, dan Koloid
Pengertian Larutan, Suspensi, dan Koloid
 
Koloid kimia
Koloid kimiaKoloid kimia
Koloid kimia
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
koloid
 koloid koloid
koloid
 

Similaire à Makalah koloid lengkap (20)

Makalah koloid lengkap
Makalah koloid lengkapMakalah koloid lengkap
Makalah koloid lengkap
 
Makalah kimia 2
Makalah kimia 2Makalah kimia 2
Makalah kimia 2
 
Makalah kimia 2
Makalah kimia 2Makalah kimia 2
Makalah kimia 2
 
Makalah kimia 2
Makalah kimia 2Makalah kimia 2
Makalah kimia 2
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Sistem koloid berhubungan dengan proses
Sistem koloid berhubungan dengan prosesSistem koloid berhubungan dengan proses
Sistem koloid berhubungan dengan proses
 
Bab 9 koloid kelas xi
Bab 9 koloid kelas xiBab 9 koloid kelas xi
Bab 9 koloid kelas xi
 
Bab 10 koloid
Bab 10 koloidBab 10 koloid
Bab 10 koloid
 
Bab10 koloid | Kimia Kelas XI
Bab10 koloid | Kimia Kelas XIBab10 koloid | Kimia Kelas XI
Bab10 koloid | Kimia Kelas XI
 
Bab10 kol
Bab10 kolBab10 kol
Bab10 kol
 
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
Bab9koloidkelasxi 141109050351-conversion-gate02
 
Makalah koloidd
Makalah koloiddMakalah koloidd
Makalah koloidd
 
Koloid ppt
Koloid pptKoloid ppt
Koloid ppt
 
Makalah kimia
Makalah kimiaMakalah kimia
Makalah kimia
 
Makalah koloid sma negeri 2 raha
Makalah koloid sma negeri 2 rahaMakalah koloid sma negeri 2 raha
Makalah koloid sma negeri 2 raha
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Jumran
JumranJumran
Jumran
 
Jumran
JumranJumran
Jumran
 
Makalah koloid sma negeri 2 raha
Makalah koloid sma negeri 2 rahaMakalah koloid sma negeri 2 raha
Makalah koloid sma negeri 2 raha
 

Plus de Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Dernier

Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerakputus34
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 

Dernier (20)

Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 

Makalah koloid lengkap

  • 1. KOLOID 2.1 Pengertian Koloid Untuk memudahkan pembahasan sistem dispersi koloid, digunakan fase terdispersi berupa padatan dan fase pendispersi yang umum, berupa air. Ukuran partikel zat terdispersi di dalam koloid lebih besar daripada ukuran partikel di dalam larutan, tetapi lebih kecil daripada ukuran partikel di dalam suspensi. Partikel zat terdispersi berukuran antara 10-7 cm sampai dengan 10-5 cm (1 nm – 100 nm). Sistem koloid tampak homogen jika dilihat tanpa mikroskop, tetapi dengan menggunakan mikroskop tampak adanya partikel-partikel fase terdispersi. Partikel koloid dapat disaring dengan menggunakan suatu kertas saring yang berpori-pori sangat halus (penyaring ultra). Berdasarkan sistem dispersinya, suatu koloid tampak seperti suspensi. Akan tetapi, secara fisik tampak seperti larutan sehingga sering juga disebut dengan istilah suspensi homogen. Campuran susu bubuk dan air dinamakan koloid. Secara garis besar, perbandingan antara larutan, koloid, dan suspensi dapat dilihat pada Tabel 2.1. berikut ini. Tabel 2.1 Perbandingan antara Larutan, Koloid, dan Suspensi Aspek Larutan Koloid Suspensi Bentuk Campuran Homogen Tampak homogen Heterogen Kestabilan Stabil Stabil Tidak stabil Pengamatan Homogen Heterogen Heterogen Mikroskop Jumlah Fase Satu Dua Dua Sistem Dispersi Molekuler Padatan halus Padatan kasar Pemisahan dengan Tidak dapat Cara Penyaringan disaring Tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa, kecuali dengan kertas saring ultra. Dapat disaring Ukuran Partikel < 10-7 cm, atau < 1 nm 10-7 cm - 10-5 cm, atau 1 nm - 100 nm > 10-5 cm, atau > 100 nm 2.2 Pengelompokan sistem koloid Sistem koloid adalah campuran yang heterogen. Telah diketahui bahwa terdapat tiga fase zat, yaitu padat, cair, dan gas. Dari ketiga fasa zat ini dapat dibuat sembilan kombinasi campuran fase zat, tetapi yang dapat membentuk sistem koloid hanya delapan. Kombinasi
  • 2. campuran fase gas dan fase gas selalu menghasilkan campuran yang homogen (satu fase) sehingga tidak dapat membentuk sistem koloid. 2.2.1 Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol) Sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan fase pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut gel. Berikut contoh-contoh sistem koloid fase padat-cair. a. Agar-agar Padatan agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan sistem koloid yang disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan dingin sol ini akan tetap berwujud cair. Sebaliknya jika konsentrasi agar-agar tinggi pada keadaan dingin sol akan menjadi padat dan kaku. Keadaan seperti ini disebut gel. b. Pektin Pektin adalah tepung yang diperoleh dari buah pepaya muda, apel, dan kulit jeruk. Jika pektin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat sehingga membentuk gel. Pektin biasa digunakan untuk pembuatan selai. c. Gelatin Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki binatang, misalnya sapi. Jika gelatin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat dan membentuk gel. Gelatin banyak digunakan untuk pembuatan cangkang kapsul. Agar-agar, pektin dan gelatin juga digunakan untuk pembuatan makanan, seperti jelly atau permen kenyal (gummy candies). d. Cairan Kanji Tepung kanji yang dilarutkan di dalam air dingin akan membentuk suatu suspensi. Jika suspensi dipanaskan akan terbentuk sol, dan jika konsentrasi tepung kanji cukup tinggi, sol tersebut akan memadat sehingga membentuk gel. Suatu gel terbentuk karena fase terdispersi mengembang, memadat dan menjadi kaku. e. Air sungai (tanah terdispersi di dalam medium air). f. Cat tembok dan tinta (zat warna terdispersi di dalam medium air). g. Cat kayu dan cat besi (zat warna terdispersi di dalam pelarut organik). h. Gel kalsium asetat di dalam alkohol. i. Sol arpus (damar). j. Sol emas, sol Fe(OH)3, sol Al(OH)3, dan sol belerang.
  • 3. 2.2.2 Sistem Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat) Sistem koloid fase pada-padat terbentuk dari fase terdispersi dan fase pendispersi yang sama-sama berwujud zat padat sehingga dikenal dengan nama sol padat. Lazimnya, istilah sol digunakan untuk menyatakan sistem koloid yang terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat di dalam medium pendispersi berupa zat cair sehingga tidak perlu digunakan istilah sol cair. Contoh sistem koloid fase padat-padat adalah logam campuran (aloi), misalnya stainless steel yang terbentuk dari campuran logam besi, kromium dan nikel. Contoh lainnya adalah kaca berwarna yang dalam ini zat warna terdispersi di dalam medium zat padat (kaca). 2.2.3 Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat) Sistem koloid fase padat-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan fase pendispersi berupa gas. Anda sering menjumpai asap dari pembakaran sampah atau dari kendaraan bermotor. Asap merupakan partikel padat yang terdispersi di dalam medium pendispersi berupa gas (udara). Partikel padat di udara disebut partikulat padat. Sistem dispersi zat padat dalam medium pendispersi gas disebut aerosol padat. Sebenarnya istilah, aerosol lazim digunakan untuk menyatakan sistem dispersi zat cair di dalam medium gas sehingga tidak perlu disebut aerosol cair. 2.2.4 Sistem Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol) Sistem koloid fase cair-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase pendispersi berupa gas. Contoh sistem koloid ini adalah kabut dan awan. Partikel-partikel zat cair yang terdispersi di udara (gas) disebut partikulat cair. Contoh aerosol adalah hairspray, obat nyamuk semprot, parfum (body spray), cat semprot dan lain-lain. Pada produk-produk tersebut digunakan zat pendorong (propellant) berupa senyawa klorofluorokarbon (CFC). 2.2.5 Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi) Sistem koloid fase cair-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi yang juga berupa cairan. Campuran yang terbentuk bukan berupa larutan, melainkan bersifat heterogen. Misalnya campuran antara minyak dan air. Air yang bersifat polar tidak dapat bercampur dengan minyak yang bersifat nonpolar. Untuk dapat “mendamaikan” air dan minyak, harus ada zat “penghubung” antara keduanya. Zat penghubung ini harus memiliki gugus polar (gugus yang dapat larut di dalam air) dan juga
  • 4. harus memiliki gugus nonpolar (gugus yang dapat larut di dalam minyak) sehingga zat penghubung tersebut dapat bercampur dengan air dan dapat pula bercampur dengan minyak. Sistem koloid cair-cair disebut emulsi. Zat penghubung yang menyebabkan pembentukan emulsi disebut emulgator (pembentuk emulsi). Jadi, tidak ada emulsi tanpa emulgator. Contoh zat emulgator, yaitu sabun, detergen, dan lesitin. Minyak dan air dapat bercampur jika ditambahkan emulgator berupa sabun atau deterjen. Oleh karena itu, untuk menghilangkan minyak yang menempel pada tangan atau pakaian digunakan sabun atau deterjen, yang kemudian dibilas dengan air. Susu, air santan, krim, dan lotion merupakan beberapa emulsi yang Anda kenal dalam kehidupan sehari-hari. Susu murni (dalam bentuk cair) merupakan contoh bentuk emulsi alami karena di dalam susu murni telah terdapat emulgator alami, yaitu kasein. Di dalam industri makanan, biasanya susu murni diolah menjadi susu bubuk. Susu bubuk yang terbentuk menjadi sukar larut dalam air, kecuali dengan menggunakan air panas. Oleh karena itu, digunakan zat emulgator yang berupa lesitin sehingga susu bubuk tersebut dapat mudah larut dalam air, sekalipun hanya dengan menggunakan air dingin. Susu bubuk yang dicampur dengan zat emulgator dikenal dengan istilah susu bubuk instant. Contoh lain emulsi adalah krim (emulsi yang berbentuk pasta), dan lotion (emulsi yang berbentuk cairan kental atau krim yang encer). Sistem emulsi banyak digunakan dalam berbagai industri seperti berikut : a. Industri kosmetik: dalam bentuk berbagai krim untuk perawatan kulit, dan berbagai lotion yang berasal dari minyak, serta haircream (minyak rambut). b. Industri makanan: dalam bentuk es krim dan mayones. Mayones terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan (minyak jagung atau minyak kedelai) dan air. Pada mayones ini digunakan kuning telur sebagai zat emulgator. c. Industri farmasi: dalam bentuk berbagai krim untuk penyakit kulit, sirup, minyak ikan, dan lain-lain. 2.2.6 Sistem Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat) Sistem koloid fase cair-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat padat sehingga dikenal dengan nama emulsi padat. Sebenarnya, istilah emulsi hanya digunakan untuk sistem koloid fase cair-cair. Jadi, emulsi berarti sistem koloid fase cair-cair (tidak ada istilah emulsi cair). Contoh emulsi padat, yaitu keju, mentega, dan mutiara. 2.2.7 Sistem Koloid Fase Gas-Cair (Busa)
  • 5. Sistem koloid fase gas-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat cair. Jika anda mengocok larutan sabun, akan timbul busa. Di dalam busa sabun terdapat rongga yang terlihat kosong. Busa sabun merupakan fase gas dalam medium cair. Contoh-contoh zat yang dapat menimbulkan busa atau buih, yaitu sabun, deterjen, protein, dan tanin. Pada proses pencucian, busa yang ditimbulkan oleh sabun atau deterjen dapat mempercepat proses penghilangan kotoran. Busa atau buih pada zat pemadam api berfungsi memperluas jangkauan (voluminous) dan mengurangi penguapan air. Pada proses pemekatan bijih logam, sengaja ditimbulkan busa agar zat-zat pengotor dapat terapung di dalam busa tersebut. Di dalam suatu proses industri kimia, misalnya proses fermentasi, kadang-kadang pembentukan busa tidak diinginkan sehingga dilakukan penambahan zat antibusa (antifoam), seperti silikon, eter, isoamil alkohol, dan lain-lain. 2.2.8 Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat) Sistem koloid fase gas-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat padat, yang dikenal dengan istilah busa padat, sedangkan dispersi gas dalam medium cair disebut busa dan tidak perlu disebut busa cair. Di dalam kehidupan sehari-hari, anda dapat menemui busa padat yang dikenal dengan istilah karet busa dan batu apung. Pada kedua contoh busa padat ini terdapat rongga atau pori-pori yang dapat diisi oleh udara. Secara garis besar, kedelapan jenis sistem koloid tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 2.2 berikut ini. Tabel 2.2 Jenis Sistem Koloid dan Contoh-contohnya No. Fase Terdispersi Medium Pendispersi Nama Koloid Contoh 1. Padat Cair Sol Sol emas, agar-agar, jelly, cat, tinta, air sungai 2. Padat Gas Aerosol padat Asap, debu padat 3. Padat Padat Sol padat Paduan logam, kaca berwarna 4. Cair Gas Aerosol Kabut, awan 5 Cair Cair Emulsi Santan, susu, es krim, krim,
  • 6. lotion, mayonaise 6. Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega, mutiara 7. Gas Cair Buih, busa Busa sabun 8. Gas Padat Busa padat Karet busa, batu apung Macam koloid berdasarkan interaksinya dengan pelarut ( air ) 1. Koloid Hidrofil ; - dapat campur dengan air    dapat diencerkan - lebih stabil . Contoh : koloid dari senyawa-senyawa organik, misalnya kanji (amilum), agar-agar, dsb 2. Koloid Hidrofob ; - tidak campur dengan air,  tidak dapat diencerkan - kurang stabil. Contoh : Kebanyakan koloid dari senyawa anorganik, misalnya sol belerang (S), Fe(OH)3. 2.3 Sifat dan penerapan sistem koloid Secara fisik, sistem koloid terlihat homogen seperti larutan. Jika anda amati dengan mikroskop, terlihat adanya perbedaan antara koloid dan larutan karena sistem koloid sebetulnya bersifat heterogen. Untuk lebih memperjelas perbedaan antara larutan dan koloid, Anda harus mempelajari sifat-sifat yang dimiliki oleh sistem koloid tersebut. 2.3.1. Gerak Brown Gerak Brown adalah gerak tidak beraturan, gerak acak atau gerak zig-zag partikel koloid. Gerak Brown terjadi karena benturan tidak teratur partikel koloid dan medium pendispersi. Benturan tersebut mengakibatkan partikel koloid bergetar dengan arah yang tidak beraturan dan jarak yang pendek. Gerak Brown kali pertama diamati pada 1827 oleh Robert Brown (1773-1858), seorang ahli Biologi berkebangsaan Inggris pada saat mengamati serbuk sari. Fenomena ini dijelaskan oleh Albert Einstein (1879-1955) pada 1905. Menurut Einstein, suatu partikel mikroskopis (hanya dapat diamati dengan mikroskop) yang melayang dalam suatu medium pendispersi akan menunjukkan suatu gerak acak atau gerak zig-zag. Gerakan ini disebabkan
  • 7. oleh medium pendispersi yang menabrak partikel terdispersi dari berbagai sisi dalam jumlah yang tidak sama untuk setiap sisi. Arah gerak partikel koloid bergantung pada jumlah partikel medium pendispersi yang menabrak. Jika jumlah partikel pendispersi yang menabrak dari arah bawah banyak, partikel koloid akan bergerak ke atas. Jika jumlah partikel pendispersi yang menabrak dari kiri bawah banyak, partikel koloid bergerak ke kanan atas. Setiap gerak disertai getaran karena di sisi lain ada tabrakan dari medium pendispersi, tetapi jumlah molekul medium pendispersi ini sedikit. Gerak zig-zag akibat tabrakan dari partikel pendispersi menyebabkan sistem koloid tetap stabil, tetap homogen, dan tidak mengendap. Apakah gerak Brown juga terjadi pada sistem larutan atau suspensi? Pada larutan, partikel terdispersi memiliki ukuran yang sangat kecil dan hampir sama dengan ukuran molekul pendispersi. Gerakan partikel pendispersi bukan terjadi karena ditabrak oleh partikel pendipersi, melainkan disebabkan oleh gerakan oleh molekul sendiri. Pada suspensi, ukuran partikel terdispersi sangat besar. Adanya partikel pendispersi yang menabrak tidak menyebabkan partikel terdispersi bergerak dan tidak menimbulkan getaran. Pada suspensi, partikel terdispersi banyak dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi sehingga partikel terdispersi lebih banyak bergerak ke bawah dan membentuk endapan. 2.3.2 Efek Tyndall Jika cahaya dilewatkan ke dalam sistem koloid, cahaya yang melewati sistem koloid tersebut terlihat lebih terang. Cahaya yang terlihat lebih terang ini disebabkan oleh terjadinya efek Tyndall. Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Partikel koloid akan memantulkan dan menghamburkan cahaya yang mengenainya sehingga cahaya akan terlihat lebih terang. Jika kemudian cahaya ini ditangkap layar, cahaya pada layar tersebut tampak buram. Di dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat dilihat pada gejala-gejala berikut. 1) Jika sinar matahari masuk melalui celah ke dalam ruangan, pada sinar terlihat debu-debu beterbangan (daerah ini terlihat lebih terang). Pada daerah yang tidak terlewati sinar matahari tidak akan terlihat adanya debu. Begitu juga jika sinar matahari melewat i daun pepohonan di daerah yang berkabut, sinar matahari tersebut terlihat lebih jelas. 2) Jika Anda menonton film di gedung bioskop, kemudian ada asap rokok yang mengepul ke atas cahaya proyektor terlihat lebih terang dan gambar pada layar menjadi buram.
  • 8. 3) Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut terlihat lebih jelas. Begitu juga pada jalan yang berdebu, sorot lampu terlihat lebih jelas, kecuali sehabis hujan yang cukup deras (sehingga jalanan tidak berdebu dan tidak ada asap). Itulah sebabnya sorot lampu mobil seakan tidak tampak (tidak terlihat), tetapi jalan terlihat jelas. 2.3.3 Adsorpsi Partikel koloid mampu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya. Jika partikel koloid menyerap ion bermuatan, kemudian ion-ion tersebut menempel pada permukaannya, partikel tersebut menjadi bermuatan. Sol Fe(OH)3 mampu mengadsorpsi ion-ion H+ sehingga sol Fe(OH)3 menjadi bermuatan positif. Sol As2S3 mampu mengadsorpsi ion-ion S2- sehingga sol As2S3 menjadi bermuatan negatif. Penyerapan yang hanya terjadi di permukaan saja disebut adsorpsi, sedangkan penyerapan yang terjadi di seluruh bagian disebut absorpsi. Muatan dalam partikel koloid bukan disebabkan oleh ionisasi partikel seperti pada larutan, melainkan disebabkan oleh adanya ion lain yang diadsorpsi. Sifat adsorpsi partikel koloid digunakan pada proses-proses berikut. a. Penjernihan Air Pada air sungai (air sungai merupakan suatu sistem koloid), tanah yang terdispersi dapat diendapkan dengan penambahan tawas (Kal(SO4)2) atau larutan PAC (Poly Alumuinium Chloride). Kedua zat ini dapat membentuk koloid Al(OH)3 mengadsorpsi pengotor di dalam air, menggumpalkan, dan mengendapkannya sehingga air menjadi jernih. b. Penghilangan Kotoran pada Proses Pembuatan Sirup Kadang-kadang gula masih mengandung pengotor sehingga jika dilarutkan di dalam air, pengotor tersebut akan tampak dan larutan tidak jernih. Pada industri pembuatan sirup, untuk menghilangkan pengotor ini biasanya digunakan putih telur. Setelah gula larut, sambil diaduk ditambahkan putih telur tersebut menggumpal dan mengadsorpsi pengotor. Selain putih telur, dapat juga digunakan zat lain, seperti tanah diatomae atau arang aktif. c. Proses Menghilangkan Bau Badan Pada produk roll on deodorant, digunakan adsorben (zat yang akan mengadsorpsi) berupa Al-stearat. Jika deodorant digosokkan pada anggota badan, Al-stearat mengadsorpsi keringat yang menyebabkan bau badan. d. Penggunaan Arang Aktif
  • 9. Arang aktif merupakan contoh adsorben yang dibuat dengan memanaskan arang dalam udara kering. Arang aktif memiliki kemampuan untuk menyerap berbagai zat. Obat norit (obat sakit perut) mengandung zat arang aktif yang berfungsi menyerap berbagai zat dan racun dalam usus. Arang aktif ini juga digunakan pada topeng gas, lemari es (untuk menghilangkan bau), dan rokok filter (untuk mengikat asap nikotin dan tar). Adanya muatan listrik pada koloid menyebabkan koloid dapat dipisahkan dengan cara elektroforesis. Elektroforesis adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan laju perpindahan molekul dalam medan listrik. Pada elektroforesis, partikel koloid yang bermuatan akan mengalami pergerakan. Partikel koloid yang bermuatan negatif akan bergerak ke elektrode (kutub) positif. Adapun koloid yang bermuatan positif bergerak ke elektrode (kutub) yang bermuatan negatif. Elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan dari suatu partikel koloid. 2.3.4 Koagulasi Telur direbus hingga membeku, penggumpalan susu yang basi, dan pembentukan delta pada muara sungai merupakan contoh-contoh proses koagulasi. Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan partikel koloid yang berbeda muatan sehingga membentuk partikel yang lebih besar. Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan, penambahan elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda muatan, atau karena elektroforesis. Koloid Fe(OH)3 yang bermuatan positif jika dicampur dengan koloid As2S3 yang bermuatan negatif akan mengalami koagulasi. Koagulasi terjadi karena setiap partikel koloid yang memiliki muatna yang berlawanan saling menetralkan dengan gaya elektrostatik hingga membentuk partikel besar dan menggumpal. Elektroforesis dapat menyebabkan koagulasi karena endapan pada salah satu elektrode semakin lama semakin pekat, dan akhirnya membentuk gumpalan. Berikut beberapa proses koagulasi yang sengaja dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. a. Perebusan Telur Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispersi berupa protein. Jika telur tersebut direbus akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut menggumpal. b. Pembuatan Yoghurt
  • 10. Susu dapat diubah menjadi yoghurt melalui fermentasi. Pada fermentasi susu akan terbentuk asam laktat yang menggumpal dan berasa asam. c. Pembuatan Tahu Pada pembuatan tahu dari kedelai, mula-mula kedelai dihancurkan sehingga keedelai berbentuk bubur kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan larutan elektrolit, yaitu CaSO4.2H2O yang disebut batu tahu sehingga protein kedelai menggumpal dan membentuk tahu. d. Pembuatan Lateks Lateks terbuat dari getah karet, salah satu sistem koloid. Pada pembuatan lateks, getah kerat digumpalkan dengan penambahan asam asetat atau asam format. e. Penjernihan Air Sungai Air sungai mengandung padatan lumpur yang terdispersi di dalam air (sol). Sol tanah liat dalam air sungai memiliki muatan negatif sehingga dapat diendapkan dengan penambahan tawas atau PAC. Di dalam air sungai tawas atau PAC membentuk koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif. Pengendapan terjadi karena koagulasi koloid yang bermuatan negatif dengan koloid yang bemuatan positif. f. Pembentukan Delta Delta terbentuk dari hasil pencampuran air sungai yang mengandung koloid tanah liat dan elektrolit yang berasal dari air laut. Pencampuran tersebut menyebabkan terjadinya koagulasi sehingga terbentuk delta. g. Pengolahan Asap Atau Debu Asap dan debu yang dihasilkan dari suatu proses industri dapat mencemari udara di sekitarnya. Asap dan debu merupakan sistem koloid zat padat dalam medium pendispersi gas (udara). Padatan dalam asap atau debu dapat diendapkan menggunakan alat Cotrell. Asap dan debu dilewatkan melalui cerobong yang di dalamnya terdapat ujung-ujung elektrode bermuatan dengan bertegangan antara 20.000 V hingga 75.000 V. Elektrode mengakibatkan asap dan debu tersebut menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel asap dan debu akan tertarik pada elektrode yang lainnya dan mengendap. Endapan yang terbentuk dipisahkan secara berkala sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong sudah terbebas dari partikel padatan yang berbahaya. 2.3.5 Koloid Liofil dan Koloid Liofob Sistem koloid sol (zat padat dalam medium pendispersi cair) dapat bersifat liofil (dalam bahasa Yunani lyo = cairan, philia = suka) dan ada juga bersifat liofob (Yunani:
  • 11. phobia = tidak suka, takut). Pada sol yang bersifat liofil, zat terdispersi dapat menarik atau mengikat medium pendispersi. Pada sol yang bersifat liofob, zat terdispersi tidak dapat mengikat medium pendispersinya (air). Pada koloid liofil, pengikatan medium pendispersi disebabkan oleh gaya tarik-menarik (berupaya gaya elektrostatik) pada setiap gugus ujung molekul terdispersi. Sebagai gambaran, jika satu sendok agar-agar padat dicampur dengan beberapa gelas air, setiap penambahan air pada koloid agar-agar akan menyebabkan air terserap. Molekul-molekul air akan diikat setiap gugus yang terdapat pada permukaan padatan agar-agar sehingga struktur agar-agar mengembang. Agar-agar sangat mudah menarik medium pendispersinya (air). Koloid liofil terlihat homogen, stabil, tidak tampak adanya medium pendispersi, lebih kental, dan membentuk gel. Contoh koloid liofil, yaitu agar-agar, koloid kanji, cat, lem, gelatin, protein (putih telur), dan tinta warna. Jika medium pendispersi pada suatu koloid liofil adalah air, koloid tersebut disebut koloid hidrofil. Pada sol yang bersifat liofob, zat terdispersi tidak dapat bercampur dengan baik jika ditambahkan lagi medium pendispersi. Pada koloid yang bersifat liofob, jumlah medium pendispersi harus tertentu (terbatas). Jika pada suatu koloid liofob yang sudah stabil ditambahkan lagi zat pendispersi, zat terdispersi akan menolak sehingga koloid tidak menjadi tidak stabil. Contoh koloid liofob, yaitu sol emas, sol belerang, sol As2S3, dan sol Fe(OH)3 suatu koloid liofob dengan medium pendispersi air tersebut dinamakan koloid hidrofob. Koloid liofob berbentuk encer (hampir sama dengan medium pendispersi), tidak stabil, serta memiliki gerak Brown dan efek Tyndall. Sifat-Sifat Sol Liofil Sol Liofob Pembuatan Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium terdispersinya Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya Muatan partikel Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan Memiliki muatan positif atau negative Adsorpsi medium pendispersi Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya.
  • 12. proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik Viskositas (kekentalan) Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi Penggumpalan Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan. Sifat reversibel Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya. Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol Efek Tyndall Memberikan efek Tyndall yang lemah Memberikan efek Tyndall yang jelas Migrasi dalam medan listrik Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel 2.3.6 Koloid Pelindung Koloid pelindung adalah suatu sistem koloid yang ditambahkan pada sistem koloid lainnya agar diperoleh koloid yang stabil. Contoh koloid pelindung adalah gelatin yang
  • 13. merupakan koloid padatan dalam medium air. Gelatin biasa digunakan paa pembuatan es krim untuk mencegah pembentukan kristal es yang kasar sehingga diperoleh es krim yang lebih lembut. 2.3.7 Dialisis Dialisis adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang teradsorpsi sehingga ion-ion tersebut dapat dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion yang tidak diinginkan. Pada proses dialisis, koloid yang mengandung ion-ion dimasukkan ke dalam kantung penyaring, kemudian dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air). Ion-ion dapat keluar melewati penyaring sehingga partikel koloid terbebas dari ion-ion. Kantung penyaring merupakan selaput semipermeabel yang hanya dapat dilewati ion dan air, tetapi tidak dapat dilewati partikel koloid. Proses dialisis juga terjadi dalam metabolisme tubuh. Ginjal berfungsi sebagai penyaring semipermeabel. Cairan hasil metabolisme di dalam darah mengandung butir-butir darah, air, dan urea. Urea merupakan racun bagi tubuh sehingga harus dikeluarkan melalui air seni. Jika ginjal mengalami gangguan (gagal ginjal), ginjal tidak dapat menyaring darah dan mengeluarkan urea yang bersifat racun. Oleh karena itu, penderita gagal memerlukan proses “cuci darah”, yaitu proses dialisis yang berfungsi menghilangkan urea dari darah. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah kita mensyukuri kesehatan ginjal kita. 2.3.8 Sistem Koloid dalam Pengolahan Air Air sungai merupakan koloid yang terbentuk dari tanah liat yang terdispersi di dalam air. Pengolahan air sungai menjadi bersih dapat dilakukan melalui tahap-tahap penggumpalan pengotor (koagulasi), penyaringan pengotor, penyerapan bau dan zat kimia (adsorpsi), dan pembasmian kuman (desinfeksi). a. Penggumpalan Proses penggumpalan (koagulasi) dilakukan dengan menggunakan tawas (Kal(SO4)2), PAC (Poly Alumunium Chloride), dan Al2(SO4)3. Senyawa-senyawa tersebut dapat menghasilkan koloid Al(OH)3 yang akan mengadsorpsi pengotor tanah dan menggumpalkannya sehingga terbentuk endapan. b. Proses Penyaringan
  • 14. Setelah terjadi penggumpalan, kemudian dilakukan proses penyaringan menggunakan penyaring. Penyaring terdiri atas lapisan pasir, kerikil, dan ijuk. c. Proses Adsorpsi Adsorpsi atau penyerapan kotoran menggunakan koloid Al(OH)3 terjadi pada tahap awal. Jika terdapat ion Fe2+, ion tersebut terlebih dahulu dioksidasi menjadi ion Fe3+ menggunakan kaporit. Setelah itu baru proses adsorpsi dapat dilakukan menggunakan Al(OH)3. Proses adsorpsi juga dilakukan dengan menggunakan karbon aktif yang dapat menyerap bau dan zat-zat kimia, seperti besi dan sisa kaporit yang berlebih. d. Proses Desinfeksi Penambahan kaporit bertujuan membunuh kuman-kuman. Kaporit juga berperan sebagai oksidator, dapat ditambahkan sebelum penggumpalan. Kaporit ini menimbulkan bau unsur klorin yang kurang sedap sehingga digunakan karbon aktif untuk menyerap klorin tersebut. 2.4 Kestabilan koloid Sistem koloid dapat tetap stabil (tidak mengendap) karena partikel-partikel koloid tidak berkelompok ( bergabung sesamanya ) menjadi partikel yang lebih besar Kestabilan koloid disebabkan oleh dua hal : 1. Partikel koloid menyerap ion-ion yang berada dalam mediumnya  partikel koloid “dilindungi” untuk tidak bergabung sesamanya. Terjadi pada koloid dari senyawa anorganik . Contoh : penambahan larutan FeCl3 ke dalam air, akan terbentuk sol Fe2O3 . x H2O yang menyerap ion-ion Fe3+ di lapisan dalam (lapisan I) dan ino-ion Cl- sebagai lapisan luar (lapisan II). 2. Adanya emulgator; yaitu zat yang ketiga yang melindungi patikel koloid agar tidak bergabung sesamanya; misalnya minyak yang “dilindungi “ oleh sabun . Contoh beberapa zat yang dapat berfungsi sebagai emulgator ialah sabun dan deterjen. 3. Partikel koloid tidak bisa mengendap karena bersifat stabil. 4. Kestabilan koloid dapat diganggu dengan penambahan koagulan dan pengadukan cepat.
  • 15. 5. Partikel yang tidak stabil cenderung untuk saling berinteraksi dan bergabung membentuk flok yang berukuran besar. 2.5 Pembuatan koloid Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, menggabungkan molekul atau ion dari larutan (cara kondensasi). Kedua, menghaluskan partikel suspensi, kemudian didispersikan ke dalam suatu medium pendispersi (cara dispersi). 2.5.1 Cara Kondensasi Cara kondensasi dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, reaksi hidrolisis, reaksi penggaraman, dan reaksi penjenuhan. a. Reaksi Redoks Reaksi redoks merupakan reaksi pembentukan partikel koloid melalui mekanisme perubahan bilangan oksidasi. Perhatikan contoh-contoh berikut: 1) Pembuatan sol belerang dengan mengalirkan gas hidrogen sulfida (H2S) ke dalam larutan belerang dioksida (SO2). 2H2S (g) + SO2(aq) → 3S(s) + 2H2O(l) 2) Pembuatan sol emas dengan cara meraksikan larutan AuCl3 dan zat pereduksi formaldehid atau besi (II) sulfat. 2AuCl(aq) + 3HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + 6HCl (aq) +3HCOOH(aq) atau AuCl3(aq) + 3FeSO4(aq) → Au(s) + Fe2(SO4)3(aq) + FeCl3 (aq) b. Reaksi Hidrolisis Reaksi hidrolisis merupakan reaksi pembentukan koloid dengan menggunakan pereaksi air. Misalnya, pembuatan sol Al(OH)3 dan sol Fe(OH)3. 1) Pembuatan sol Al(OH)3 dari larutan AlCl3, Al2(SO4)3, PAC atau tawas. AlCl3(aq) + 3H2O(l) → Al(OH)3(s) + 3HCl(aq) 2) Pembuatan sol Fe(OH)3 dari larutan FeCl3 dengan air panas. FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq) c. Reaksi Penggaraman
  • 16. Garam-garam yang sukar larut dapat dibuat menjadi koloid melalui reaksi pembentukan garam. Untuk menghindari pengendapan biasanya digunakan suatu zat pemecah. AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) +NaNO3(aq) Na2SO4(aq) + Ba(NO3)2(aq) → BaSO4(s) + 2NaNO3(aq) d. Penjenuhan Larutan Pembuatan kalsium asetat merupakan contoh pembuatan koloid dengan cara penjenuhan larutan ke dalam larutan jenuh kalsium asetat dalam air. Penjenuhan dilakukan dengan cara menambahkan pelarut alkohol sehingga akan menghasilkan koloid berupa gel. Kalsium asetat bersifat mudah larut dalam air, namun sukar larut dalam alkohol. e. Reaksi dekomposisi rangkap  Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2S perlahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang As2O3 + 3 H2S → As2S3 (koloid) + 3H2O  Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 dan larutan HCl encer. AgNO3 + HCl → AgCl (koloid) + HNO3 2.5.2. Cara Dispersi Pembuatan koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan cara mengubah partikel kasar (besar) menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan melalui cara mekanik (penggerusan), cara busur Bredig, dan cara peptisasi (pemecahan). a. Cara Mekanik Cara mekanik merupakan cara fisik mengubah partikel kasar menjadi partikel halus. Partikel kasar digiling dengan alat coloid mill sehingga diperoleh ukuran partikel yang diinginkan. Selanjutnya, partikel halus ini didispersikan ke dalam suatu medium pendispersi. Proses penggilingan dapat juga dilakukan di dalam medium pendispersi. b. Cara Busur Bredig Proses pembuatan koloid dengan cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam. Pada proses ini, logam yang akan dibuat sol digunakan sebagai elektrode dihubungkan dengan arus listrik. Uap logam yang terjadi akan terdispersi ke dalam medium pendispersi sehingga membentuk koloid. c. Cara Peptisasi
  • 17. Pada cara peptisasi, partikel kasar berupa endapan diubah menjadi partikel koloid dengan menggunakan elektrolit yang mengandung ion sejenis zat pemecah. Berikut ini contoh-contoh peptisasi. 1) Endapan Al(OH)3 dipeptisasi dengan AlCl3 2) Endapan NiS dipeptisasi dengan air 3) Serat selulosa asetat dipeptisasi dengan aseton. d. Cara Homogenisasi Cara ini mirip dengan cara mekanik dan biasanya digunakan untuk membuat emulsi. Dengan cara ini, partikel lemak dihaluskan, kemudian didispersikan ke dalam medium air dengan penambahan emulgator. Selanjutnya, emulsi yang terbentuk dimasukkan ke dalam alat homogenizer. Caranya dengan melewatkan emulsi pada pori-pori dengan ukuran tertentu sehingga diperoleh emulsi yang homogen. 2.6 Pemurnian Koloid Sol Partikel dari zat pelarut bisa mengganggu kestabilan koloid sehingga harus dimurnikan. Ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu dialisis, elektrodialisis, dan penyaring ultra. 2.6.1 Dialisis Pergerakan ion-ion dan molekul kecil melalui selaput semipermeabel (yang tidak dapat dilalui partikel koloid) disebut diasis. Percobaannya dengan menaruh sistem koloid pada selaput semipermeabel, lalu menaruhnya di air. Zat yang terlarut di dalam air kemudian akan keluar dari selaput itu, sedangkan system koloid tidak. Lalu air dialirkan sehingga mengambil zat-zat yang terlarut. 2.6.2 Elektrodialisis Elektrodialisis merupakan proses dialisis di bawah pengaruh medan listrik. Listrik tegangan tinggi dialirkan melalui 2 layar logam yang menyokong selaput semipermeabel. Kemudian, partikel-partikel zat terlarut dalam system koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju electrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik pempercepat proses pemurnian. 2.6.3 Penyaring Ultra Apabila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori akan berkurang. Kertas saring ini telah dimodifikasi menjadi penyaring ultra.