Dokumen tersebut menjelaskan tentang sosialisasi teknik pembuatan arang tempurung kelapa dengan sistem suplai udara terkendali. Teknik ini dapat menghasilkan arang berkualitas tinggi dengan rendemen rata-rata 31,58% dan kadar air 5% dibandingkan teknik tradisional. Teknik ini melibatkan pengaturan aliran udara selama pembakaran untuk mendapatkan pembakaran yang lebih terkendali.
1. Rustan Hadi: Sosialisasi teknik pembuatan arang tempurung kelapa 77Buletin Teknik Pertanian Vol. 16, No. 2, 2011: 77-80
Dari 15 negara anggota Asian Pacific Coconut Community
(APCC), Indonesia merupakan negara dengan area
tanam kelapa (Cocos nucifera) terluas, yaitu 3,86 juta ha
dengan produksi 15,20 juta butir atau setara dengan 3,03 juta
ton kopra/tahun (APCC 2007). Di Provinsi Jambi, area tanam
kelapa mencapai 117.184 ha dengan produktivitas 700.614
butir/tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan 2007). Sebagian
dari area tanam kelapa di Jambi terdapat di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, yaitu 59.154 ha, dengan produksi
69.445 ton kopra/tahun, yang merupakan area tanam terluas
dan produksi tertinggi di Provinsi Jambi. Area tanam terluas
di Kabupaten Tanjung Jabung Timur terdapat di Kecamatan
Mendahara, yaitu 21.906 ha dengan produksi 25.260 ton
kopra/tahun (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur 2005). Data tersebut menunjukkan
adanya potensi yang besar dalam usaha pengolahan hasil
kelapa, baik kopra maupun produk turunannya.
Buah kelapa mempunyai hasil sampingan berupa
tempurung yang dapat diolah menjadi arang. Namun, selama
ini tempurung kelapa hanya digunakan sebagai bahan bakar
untuk memasak atau dibiarkan sebagai limbah. Menurut
informasi dari para perajin kopra di Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, tiap pembuatan 1.000 kg kopra kering akan
menghasilkan 300-500 kg tempurung kelapa. Dengan
demikian, untuk wilayah Kecamatan Mendahara saja, jumlah
tempurung kelapa yang dihasilkan berkisar antara 7.578-
12.630 ton/tahun.
Untuk meningkatkan nilai tambah produk kelapa, perlu
dilakukan upaya pemanfaatan tempurung kelapa untuk diolah
menjadi arang, mengingat kebutuhan arang tempurung kelapa
cenderung meningkat sebagai bahan baku pembuatan arang
aktif. Arang aktif atau sering juga disebut karbon aktif adalah
jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang besar (500
m2
/g). Hal ini dicapai dengan proses pengaktifan karbon, baik
secara kimia maupun fisik. Pengaktifan juga bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif (Anonim
2011). Arang aktif digunakan dalam berbagai jenis industri
sebagai adsorben dan untuk kegunaan lainnya.
Konsumsi arang aktif di dunia diperkirakan mencapai
300.000 ton/tahun, dan 10,12% bahan bakunya berasal dari
arang tempurung kelapa (BPTP Jambi 2006). Hal ini meru-
pakan peluang sekaligus tantangan yang menarik untuk
dikembangkan.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam memproduksi
arang tempurung kelapa sebagai bahan baku arang aktif
adalah adanya persyaratan khusus yang wajib dipenuhi,
antara lain arang harus bersih, keras/kompak, kadar air 5%,
dan tingkat kematangannya sempurna (Lindayanti 2006a).
Penduduk setempat selama ini membuat arang tempurung
dengan cara membakar tempurung kelapa dengan ditumpuk
atau menggunakan lubang atau drum bekas sehingga arang
yang dihasilkan berkualitas rendah. Proses pembakaran
biasanya diakhiri dengan menyiramkan air untuk mematikan
api sehingga arang yang dihasilkan memiliki kadar air yang
tinggi, yaitu 15-17%, dan sebagian arang menjadi abu
sehingga rendemennya rendah, yaitu 22,5% (Lindayanti
2006b).
Untuk menghasilkan arang tempurung kelapa yang ber-
kualitas baik maka proses pembakarannya harus dikontrol.
Pembakaran tempurung kelapa dengan menggunakan alat
pembakaran tipe drum dengan suplai udara terkendali dapat
menghasilkan arang yang berkualitas tinggi sesuai dengan
standar untuk bahan baku arang aktif.
Pada tahun 2006, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Jambi melakukan sosialisasi dan demonstrasi alat
pembakaran tempurung kelapa tipe drum dengan suplai udara
terkendali. Alat ini merupakan hasil rakitan Balai Pengem-
bangan Teknologi Tepat Guna - L1PI dan modifikasi dari tipe
Balai Penelitian Tanaman Kelapa (Balitka) Manado.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mensosialisasikan alat
pembakaran tempurung kelapa tipe drum dengan suplai udara
terkendali dalam pembuatan arang tempurung kelapa di
tingkat petani dan perajin atau pengusaha arang tempurung
kelapa. Dengan menggunakan alat tersebut diharapkan dapat
dihasilkan arang tempurung kelapa yang berkualitas tinggi
untuk bahan baku arang aktif.
SOSIALISASI TEKNIK PEMBUATAN ARANG TEMPURUNG KELAPA
DENGAN PEMBAKARAN SISTEM SUPLAI UDARA TERKENDALI
Rustan Hadi
Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi
Jalan Samarinda Paal Lima, Kotak Pos 118, Kota Baru 36128, Jambi, Telp. (0741) 7053525, Faks. (0741) 40413
E-mail: bptp-jambi@litbang.deptan.go.id, bptp_jambi@yahoo.com
2. 78 Rustan Hadi: Sosialisasi teknik pembuatan arang tempurung kelapa
BAHAN DAN METODE
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan di Desa Mendahara Ilir,
Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
Provinsi Jambi pada bulan September 2006. Bahan yang
digunakan adalah tempurung kelapa 300 kg, minyak tanah
0,5 l, tanah liat 1 ember, dan bahan lainnya. Alat yang diguna-
kan adalah alat pembuat arang tipe drum, stop watch,
timbangan, karung plastik 10 lembar, alat tulis kantor, dan
alat bantu lainnya.
Alat Pembuat Tempurung Kelapa Tipe Drum
Alat pembakaran tempurung kelapa tipe drum terbuat dari
bahan plat besi, merupakan drum bekas tempat minyak oli
dengan tinggi 90 cm dan diameter 60 cm. Pada bagian atas
alat dibuat lubang pembuangan asap berupa cerobong dari
bahan pipa seng dengan ukuran tinggi 30 cm dan diameter
10 cm. Bagian atas cerobong dilengkapi dengan penutup
yang dapat dibuka dan ditutup. Di sekeliling dinding drum
tempat pembakaran dibuat beberapa lubang berdiameter 13
cm yang dapat dibuka dan ditutup sebagai pengatur suplai
udara pada saat pembakaran. Jumlah lubang udara sebanyak
lima baris dengan jarak antarbaris 18 cm dan tiap baris terdiri
atas empat lubang dengan jarak antarlubang 45 cm. Kapasitas
alat adalah 90-112 kg tempurung dan usia ekonomis alat 12-
18 bulan (Gambar 1).
Prosedur Pembuatan Arang Tempurung Kelapa
Pembuatan arang tempurung dengan sistem suplai udara
terkendali pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan cara
yang biasa dilakukan petani dan perajin arang tempurung
setempat. Namun, terdapat beberapa perbedaan urutan kerja,
alat/tempat pembakaran, dan cara memadamkan api.
Urutan kerja pembuatan arang tempurung kelapa
dengan cara suplai udara terkendali adalah sebagai berikut:
• Tempurung kelapa sebanyak 7,5 kg dimasukkan ke dalam
drum tempat pembakaran yang telah tersedia hingga
mencapai 1/4 bagian drum.
• Lubang pengendali udara pada drum tempat pembakaran
ditutup rapat, kecuali lubang pada baris paling bawah yang
dibiarkan terbuka.
• Dilakukan pembakaran pertama dengan menyalakan sabut
kelapa yang dicelupkan ke dalam minyak tanah sebagai
umpan.
• Setelah api menyala dengan sempurna, ditambahkan
tempurung ke dalam drum secara perlahan-lahan agar api
tidak padam hingga drum penuh (sekitar 32 kg). Penutup
drum lalu dipasang, tetapi cerobong asap pada bagian atas
drum dibiarkan terbuka.
• Asap yang keluar dari cerobong diperhatikan; jika asap
yang keluar cukup banyak berarti proses pembakaran
berjalan sempurna.
• Dari lubang kendali udara bagian bawah (baris I) yang
terbuka, dapat dilihat tempurung telah terbakar sempurna
atau belum. Apabila tempurung sudah menjadi bara, berarti
pembakaran tempurung pada bagian bawah sempurna.
• Lubang kendali udara pada baris I ditutup rapat dan lubang
pada baris II dibuka, lalu ditambahkan tempurung kelapa
sampai drum penuh (sekitar 12 kg) dengan cara membuka
penutup atas drum, kemudian drum ditutup kembali.
• Proses pembukaan dan penutupan lubang kendali udara
dilakukan seiring dengan penambahan tempurung kelapa
ke dalam drum. Caranya sama seperti di atas sampai lubang
kendali udara pada barisan paling atas (terdapat lima baris
lubang).
• Setelah asap yang keluar dari cerobong tidak lagi pekat,
tetapi lebih bening/jernih, semua lubang kendali udara dan
lubang cerobong asap ditutup.
Gambar 1. Bagian-bagian alat pembakaran tempurung kelapa
tipe drum dengan suplai udara terkendali yang
dimodifikasi dari model LIPI - Balitka Manado dan
BPTP Jambi
Penutup cerobong asap
Cerobong asap
Penutup drum/tabung
Lubang pengendali udara
(dilengkapi penutup)
Drum/tabung tempat
pembakaran
3. Rustan Hadi: Sosialisasi teknik pembuatan arang tempurung kelapa 79
• Penutupan harus betul-betul rapat dan dipastikan tidak
bocor sehingga di dalam drum menjadi hampa udara. Untuk
menjamin tidak ada kebocoran, semua penutup lubang
kendali udara dan lubang cerobong asap ditambal dengan
tanah liat.
• Karena di dalam drum hampa udara, api yang ada di dalam
drum akan padam dengan sendirinya (sekitar 1,5 jam setelah
ditutup).
• Penutup drum bagian atas dapat dibuka setelah suhu cukup
dingin. Hasil pembakaran berupa arang tempurung lalu
dikeluarkan agar menjadi dingin. Arang tempurung yang
telah dingin dapat dikemas sesuai keperluan.
Pengamatan
Percobaan pengolahan tempurung kelapa dalam sosialisasi
teknologi ini menggunakan metode demonstrasi langsung
dan melibatkan 20 orang peserta, yang terdiri atas petani
kelapa dan perajin arang tempurung kelapa. Data dan
informasi yang dikumpulkan meliputi:
• Waktu yang diperlukan untuk sekali proses pembakaran
tempurung (dicatat waktu mulai pemasukan tempurung
sampai pembongkaran arang hasil pembakaran).
• Jumlah arang yang dihasilkan dalam sekali pembakaran
(ditimbang dalam kg).
• Rendemen arang dalam sekali pembakaran (dihitung dalam
%).
• Respons penduduk sekitar, terutama peserta demonstrasi,
yang meliputi minat dan kritik/saran terhadap alat yang
didemonstrasikan (diperoleh dari hasil wawancara).
• Respons pengguna terhadap arang hasil pembakaran
dengan menggunakan alat pembakaran tipe drum dengan
sistem suplai udara terkendali (wawancara dengan para ibu
rumah tangga yang memasak menggunakan arang tem-
purung).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pembakaran Arang Tempurung Kelapa
Kualitas arang tempurung yang dihasilkan dengan alat
pembakaran tipe drum dengan sistem udara terkendali secara
fisik lebih keras dan mengilap, kadar air 5%, dan rendemen
31,58% (Tabel 1). Arang tempurung hasil pembakaran dengan
alat ini dapat langsung menjadi bahan baku arang aktif.
Data pada Tabel 1 menunjukkan, dalam setiap proses
pembakaran, alat dapat menampung rata-rata 90 kg tem-
purung dan menghasilkan rata-rata 28,42 kg arang sehingga
rendemen rata-rata 31,58% dan waktu pembakaran rata-rata
413 menit (6 jam 53 menit). Dengan waktu pembakaran ter-
sebut, dalam sehari semalam satu unit alat dapat digunakan
untuk tiga kali proses pembakaran.
Tahapan paling penting dan paling memengaruhi ku-
alitas arang adalah proses pembakaran dan mematikan api.
Pada pembakaran dengan cara seperti yang biasa dilakukan
masyarakat setempat, proses pembakaran berlangsung
menyeluruh dan terus-menerus tidak terkendali sehingga
tempurung yang terbakar lebih dahulu dan sudah menjadi
arang, akan terus terbakar mengikuti tempurung yang belum
terbakar. Akibatnya, banyak tempurung yang menjadi abu
dan sebagian lainnya belum terbakar sehingga rendemen
arang hasil pembakaran rendah, yaitu 22,5% (Lindayanti
2006b).
Pada pembakaran dengan sistem suplai udara terkendali,
proses pembakaran dikendalikan dengan cara mengatur
suplai udara ke dalam tabung tempat pembakaran. Pada
bagian tempurung yang sudah terbakar menjadi arang,
lubang suplai udara ditutup dan lubang pada baris bagian
atasnya dibuka sehingga proses pembakaran hanya ber-
langsung pada bagian yang lubang suplai udaranya terbuka.
Begitu seterusnya sampai lubang udara pada baris paling
atas. Dengan demikian, pada arang hasil pembakaran tidak
ditemukan abu dan sedikit sekali tempurung yang tidak
menjadi arang sehingga rendemen arang yang dihasilkan
lebih tinggi, yaitu 31,58%.
Masyarakat setempat melakukan pemadaman api pada
saat pembakaran tempurung dengan cara menyiramkan air
dan menutupkan karung basah sehingga arang kurang keras
dan kadar airnya tinggi, yaitu 17,5%. Dengan cara suplai uda-
ra terkendali, pemadaman api pembakaran dilakukan dengan
cara mengondisikan ruang pembakaran menjadi hampa udara
dan api akan mati dengan sendirinya sehingga arang lebih
kompak/keras dan kadar airnya rendah, yaitu 5,25%.
Tabel 1. Hasil pembakaran tempurung dengan alat pembakaran
sistem suplai udara terkendali, Kecamatan Mendahara,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, 2006
Tempurung Hasil Waktu Rendemen
Demo kelapa arang pembakaran hasil
(kg) (kg) (menit) (%)
I 90 28,80 392 32,00
II 90 24,45 395 27,17
III 90 32,00 452 35,56
Rata-rata 90 28,42 413 31,58
4. 80 Rustan Hadi: Sosialisasi teknik pembuatan arang tempurung kelapa
Respons Masyarakat terhadap Penggunaan Alat
Peserta yang mengikuti sosialisasi dan demonstrasi alat ini
memberikan respons yang berbeda-beda, tetapi sebagian
besar tertarik dan berminat untuk menggunakan alat tersebut.
Dari hasil wawancara, terdapat 62% peserta yang tertarik,
18,5% peserta tidak tertarik, dan 19,8% peserta mengatakan
tidak tahu atau tidak ada respons.
Masyarakat tertarik dengan alat ini karena konstruksi-
nya sederhana, bahan baku alat mudah didapat, dapat
dipindahkan, tidak memerlukan tempat khusus, harganya
murah, dan arang yang dihasilkan kualitasnya lebih baik.
Masyarakat yang tidak tertarik beralasan kapasitas alat terlalu
kecil dan operasionalnya memerlukan waktu dan tenaga yang
lebih banyak dibandingkan dengan pembakaran secara
konvensional.
Sebagian besar ibu rumah tangga di lokasi kegiatan
menggunakan arang tempurung kelapa sebagai bahan bakar
untuk memasak. Setelah mencoba arang tempurung kelapa
hasil pembakaran dengan alat yang didemonstrasikan,
mereka sangat tertarik karena arangnya lebih keras, lebih
bersih, dan lebih awet sehingga lebih hemat dibandingkan
dengan arang yang biasa mereka gunakan. Karena kualitas
arang yang dihasilkan lebih baik dan rendemennya lebih
tinggi, para perajin atau pengusaha arang tempurung kelapa
dapat menggunakan alat ini untuk memenuhi pesanan arang
dari luar daerah, terutama sebagai bahan baku arang aktif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Alat pembakaran arang tempurung kelapa tipe drum dengan
suplai udara terkendali dapat menghasilkan arang yang
berkualitas lebih baik dibandingkan dengan arang hasil
pembakaran yang biasa dilakukan masyarakat setempat.
Kapasitas alat adalah 90 kg/proses, dengan waktu pembakar-
an sekitar tujuh jam. Rendemen arang yang dihasilkan 31,6%.
Berdasarkan permintaan masyarakat, alat ini perlu
dimodifikasi agar kapasitasnya lebih besar sehingga arang
yang dihasilkan dalam sekali proses pembakaran lebih
banyak. Untuk memanfaatkan asap yang keluar pada saat
pembakaran tempurung, disarankan alat ini dapat dimodi-
fikasi dengan alat penyulingan (destilasi) sehingga dapat
menghasilkan asap cair.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Lindayanti,
M.Si sebagai penanggung jawab kegiatan dan semua pihak
yang membantu penulis dalam proses pengkajian dan
penulisan naskah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Karbon aktif. http//: id.wikipedia.org/wiki/karbon
aktif [3 Agustus 2011].
APCC (Asian Pacific Coconut Community). 2007. Negeri berjuta
Cocos. Trubus 469 (Desember 2008/XXXIX): 32.
BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Jambi. 2006. Laporan
Tahunan 2005. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.
hlm. 63.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur. 2005. Tanjung Jabung dalam Angka 2005. Kerja Sama
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Timur. hlm. 134 dan 136.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Baru: Bisnis asap cair.
Trubus 469 (Desember 2008/XXXIX): 19.
Lindayanti. 2006a. Penanganan pascapanen tanaman kelapa di
daerah pasang surut. Prosiding Seminar Kegiatan Pengkajian
Teknologi Spesifik Lokasi. Jambi, November 2006. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. hlm. 26.
Lindayanti. 2006b. Teknologi Pembuatan Arang Tempurung
Kelapa. Liptan Agdex:161/78 No. 01/BPTP Jambi/2006.