Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses bleaching pada sutera untuk mendapatkan hasil yang lebih putih. Dilakukan percobaan dengan berbagai konsentrasi hidrogen peroksida (H2O2) sebagai zat pengelantang pada suhu 700C selama 60 menit. Hasilnya menunjukkan kain menjadi lebih putih pada konsentrasi H2O2 20 ml/L."
1. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
BLEACHING SUTERA
I. MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
: Melakukan proses pengelantangan
(bleaching) setelah di
lakukan proses simultan pada
sutera.
TUJUAN
: -
Untuk mendapatkan hasil kain
sutera yang lebih putih
- Untuk mengetahui mekanisme serta faktor yang
berpengaruh terhadap proses bleaching sutera
II. DASAR TEORI
A.
Serat
SUTERA
Sutera adalah serat yang diperoleh dari jenis serangga yang disebut
Lepidoptera. Serat sutera berbentuk filament, dihasilkan oleh larva ulat
sutera waktu membentuk kepompong. Spesies utama dari ulat sutera yang
dipelihara untuk menghasilkan sutera adalah bombix mori.
Pemeliharaan ulat sutera dimulai di negeri China., kemudian menyebar ke
Jepang, Asia Tengah, Asia Timur dan Eropa. Pada saat ini, Negara utama
penghasil sutera adalah Jepang, China, Italia dan Perancis.
Proses Produksi
Proses produksi sutera dapat dibagi atas dua tahap yaitu :
1.
Pembibitan
2.
Penggulungan sutera
Proses Bleaching Sutera
-1-
2. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
Struktur Serat
Serat sutera mentah mempunyai komposisi sebagai berikut :
Fibrovin (serat)
: 76%
Serisin (perekat)
: 22%
Lilin
: 1,5%
Garam-garam mineral
: 0,5%
Fibrovin adalah protein yang tidak mengandung belerang, tidak larut
didalam alkali lemah dan sabun.
Serisin adalah protein yang tidak mengandung belerang, dan
merupakan protein Albumin yang tidak larut dalam air dingin, tetapi
menjadi lunak didalam air panas, dan larut dalam alkali lemak atau
sabun. Serisin menyebabkan serat sutera mentah, pegangannya kaku
dan kasar, dan merupakan pelindung serat selama pengerjaan
mekanik. Supaya kain sutera menjadi lembut, berkilau dan dapat
dicelup, serisin harus dihilangkan, biasanya dengan pemasakan
didalam larutan sabun. Dalam pemasakan ini, lilin dan garam-garam
mineral juga ikut hilang.
Sifat Fisika
Kekuatan serat sutera dalam keadaan kering 4-4,5 g/d dengan
mulur 20-25%, dan dalam keadaan basah 3,5-4,0 g/d dengan mulur 2530%. Serat sutera dapat kembali ke panjang semula setelah mulur 4%,
tetapi kalau mulurnya lebih dari 4%, pemulihannya lambat dan tidak
kembali ke panjang semula.
Proses Bleaching Sutera
-2-
3. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
Sifat khusus dari sutera adalah bunyi germerisik (scroop) yang
timbul, apabila serat saling bergeseran. Sifat ini bukan pembawa sutera,
tetapi merupakan hasil pengerjaan dengan larutan asam encer, yang
mekanismenya belum diketahui.
Untuk mengimbangi hilangnya berat dari serisin, maka sutera
diberati dengan cara merendamnya didalam larutan garam-garam timah
dalam asam. Pemberatan ini juga mengembalikan sifat peregangan dan
sifat menggantung dari sutera, tetapi akan mengurangi kekuatannya
dan akan mempercepat kerusakan karena sinar matahari.
Sifat Kimia
Sutera tidak dirusak oleh larutan asam encer hangat, tetapi larut dan
akan dirusak oleh asam kuat. Disbanding dengan wol, sutera kurang
tahan asam tetapi lebih tahan alkali meskipun dalam konsentrasi rendah.
Pada suhu tinggi akan terjadi kemunduran pada kekuatannya. Sutera
tahan
terhadap
semua
pelarut
organic,
tetapi
larut
didalam
kuproamonium hidroksida dan kuprietilena diamida.
Sutera kurang tahan terhadap zat-zat oksidator umpama kaporit dan
sinar matahari, tetapi lebih tahan terhadap serangan secara biologi
dibandingkan dengan serat-serat alam yang lain.
B. Proses Pengelantangan
Tujuan pengelantangan
Tujuan proses pengelantangan adalah untuk menghilangkan
kotoran-kotoran organic, organic yang terwujud sebagai pigmen-pigmen
warna alami yang tidak bisa hilang hanya dengan proses pemasakan saja.
Hal yang sangat berbeda antara pengelantangan dan pemutihan-optikan,
Proses Bleaching Sutera
-3-
4. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
dimana tujuan pemutihan optic adalah untuk menambah kecerahan bahan
karena bahan mampu memantulkan sinar lebih banyak sehingga kain
nampak lebih putih dan lebih cerah.
Mekanisme Pengelantangan
Proses pengelantangan ini dilakukan dengan perendaman bahan
dengan suatu larutan yang mengandung zat pengelantang yang
mengandung oksidator maupun zat pengelantang yang bersifat reduktor.
Senyawa-senyawa organic dalam bahan yang mempunyai ikatan rangkap
dioksidasi atau direduksi menjadi ikatan tunggal atau senyawa yang lebih
sederhana sehingga bahan tekstil tersebut menjadi lebih putih.
Pada proses pemutihan optic bahan direndam dalam larutan zat
pemutih optic dimana zat ini nantinya akan menyerap sinar ultraviolet dan
memantulkannya menjadi sinar tampak pada daerah ungu-biru, sehingga
jumlah sinar yang dipantulkan bahan bertambah, dan mengurangi pantulan
sinar pada daerah kuning atau merah pada bahan.
Metoda Pengelantangan
Metoda yang digunakan untuk pengelantangan dapat dilakukan
secara bak maupun kontinyu. Metode yang sering digunakan adalah
perendaman/exhaust, rendam-peras-bacam/pad batching, rendam-peraskukus/pad-steaming. Pada percobaan ini digunakan metoda exhaust
dengan digunakan zat hidrogen peroksida.
C.
Zat Pembantu
H2O2
Proses Bleaching Sutera
-4-
5. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
H2O2 sebagai zat pengelantang.
Natrium Silikat
Zat ini digunakan sebagai stabilisator H 2O2dalam suasana alkali
lemah.
Pembasah
Zat yang membantu menurunkan tegangan permukaan sehingga
membantu mempermudah zat terbasahi. Membantu penetrasi zat,
membantu emusifikasi kotoran, sebagai anti redeposisi.
III.PERCOBAAN
1.
ALAT DAN BAHAN
No
Jumlah
1.
Beaker gelas/keramik 500 ml
1 buah
2.
Pengaduk kaca
1 buah
3.
Mesin jet-Dyeing
1 set
4.
Timbangan digital
5.
Bahan sutera
6.
2.
Alat dan Bahan
Zat sesuai resep
Ukuran 25 X 25 cm
RESEP PRAKTEK
H2O2 35% : 15 – 20 ml/L
Na Silikat
Proses Bleaching Sutera
: 2 g/L
-5-
6. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
Pembasah : 1 ml/L
Suhu
: 700C
Waktu
: 60 menit
Vlot
3.
: 1: 50
FUNGSI ZAT
H2O2
: sebagai zat pengelantang. Pada proses ini tidak
diperlukan stabilisator H2O2 karena penggunaan
konsentrasi zat relatif kecil.
Natrium Silikat
: sebagai stabbilisator pada suasana alkali lemah.
Pembasah
: membantu menurunkan tegangan permukaan
sehingga membantu mempermudah zat
terbasahi. Membantu penetrasi zat, membantu
emusifikasi kotoran, sebagai anti redeposisi.
4.
SKEMA PROSES
H2O2
Natrium silikat 850 C
Pembasah
700C
300C
30 0C
10
Proses Bleaching Sutera
20
-6-
50
60 menit
7. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
5.
DIAGRAM ALIR PRAKTEK
Timbang bahan dan zat
Proses Bleaching
Pencucian
Pengeringan
Evaluasi
6.
PERHITUNGAN KEBUTUHAN ZAT
DATA A
Berat bahan
= 1,97 g
Vlot
= 1 : 50
Larutan
H2O2 35%
= 20 ml/L =
Na Silikat
= 2 g/L =
Pembasah
= 1 ml/L =
Proses Bleaching Sutera
= 1,97 x 50 = 98,5 ml
-7-
20 x98,5
=1,97 ml
1000
2 x98,5
= 0,19 g
1000
1x98,5
= 0,09 ml
1000
8. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
Suhu
= 700C
Waktu
= 90 menit
DATA B
Berat bahan
= 1,46 g
Vlot
= 1 : 50
Larutan
H2O2 35%
= 20 ml/L =
Na Silikat
= 2 g/L =
Pembasah
= 1 ml/L =
Suhu
= 700C
Waktu
= 1,56 x 50 = 73 ml
20 x 73
=1,46 ml
1000
2 x 73
= 0,14 g
1000
1x 73
= 0,07 ml
1000
= 60 menit
DATA C
Berat bahan
= 1,29 g
Vlot
= 1 : 50
Larutan
H2O2 35%
= 15 ml/L =
Na Silikat
= 2 g/L =
Pembasah
= 1 ml/L =
Suhu
= 700C
Waktu
= 1,29 x 50 = 64,5 ml
2 x 64,5
= 0,13 g
1000
1x 64,5
= 0,06 ml
1000
= 60 menit
DATA D
Proses Bleaching Sutera
15 x 64,5
= 0,96 ml
1000
-8-
9. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
Berat bahan
= 1,29 g
Vlot
= 1 : 50
Larutan
H2O2 35%
= 15 ml/L =
Na Silikat
= 1 g/L =
Pembasah
= 1 ml/L =
Suhu
= 700C
Waktu
= 1,29 x 50 = 64,5 ml
15 x 64,5
= 0,96 ml
1000
1x 64,5
= 0,06 gl
1000
1x 64,5
= 0,06 ml
1000
= 60 menit
DATA E
Berat bahan
= 1,21 g
Vlot
= 1 : 50
Larutan
H2O2 35%
= 10 ml/L =
Na Silikat
= 1 g/L =
Pembasah
= 1 ml/L =
Suhu
= 700C
Waktu
7.
= 1,21 x 50 = 60,5 ml
10 x 60,5
= 0,60 ml
1000
1x 60,5
= 0,06 g
1000
1x 60,5
= 0,06 ml
1000
= 60 menit
LANGKAH PERCOBAAN
1.
timbang kain dan zat sesuai resep
2.
masukkan zat sesuai resep + kain kedalam tabung
Proses Bleaching Sutera
-9-
10. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
3.
lakukan proses pengelantangn pada suhu 700C sesuai
waktu
4.
5.
8.
ambil bahan kemudian lakukan pencucian
keringkan kain dan tes derajat putih kain.
DATA PERCOBAAN DAN EVALUASI
KAIN
DATA
A
B
C
D
E
H2O2 35%
20
20
15
15
10
(ml/L)
Na Silikat
2
2
2
1
1
Suhu
70
70
70
70
70
(oC )
Waktu
90
60
60
60
60
(menit)
Derajat Putih
4
5
1
2
3
(g/L)
(tingkat)
Proses Bleaching Sutera
-10-
11. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
GRAFIK
Grafik perbandingan konsentrasi H2O2 dengan
derajat putih kain
derajat putih
5
4
3
Proses Bleaching Sutera
-11-
12. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
2
1
10
15
20
g/L
Konsentrasi H2O2
SAMPLE KAIN
KAIN A
KAIN D
KAIN C
Kain B
Kain A
Kain C
KAIN B
KAIN E
Kain E
Kain D
IV.
DISKUSI
Pada percobaan yang dilakukan dengan vlot 1 : 50, dimana larutan
yang dibuat diperhitungkan berdasar vlot dapat dilihat bahwa konsentrasi zat
yang diberikan pada larutan sangat rendah, hal ini terjadi karena berat dari
bahan yang digunakan sangat kecil. Konsentrasi zat yang rendah berpengaruh
terhadap hasil dari proses pengelantangan. Dari percobaan diperoleh kain yang
paling putih pada kain C, yang diberikan konsentrasi H 2O2 20 ml/L dengan
waktu proses selama 60 menit. Semakin besar konsentrasi yang diberikan,
Proses Bleaching Sutera
-12-
13. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
makin
banyak
reaksi
yang
terjadi
terhadap
bahan.
dipertimbangkan sifat bahan yang digunakan bahwa
Namun
harus
pada penggunaan
konsentrasi yang berlebihan zat dapat merusak serat.
Waktu proses yang dilakukan juga sangat berpengaruh terhadap
proses, dimana makin lama waktunya maka makin besar pula kemungkinan
kontak zat terhadap bahan, sehingga reaksi yang terjadi makin banyak.
Perbedaan yang terjadi pada kain A & C dengan konsentrasi zat yang
sama dan waktu yang lebih lama diperoleh hasil yang sangat kurang dimana
warna masih tampak kecoklatan, hal ini terjadi karena pada proses sebelumnya
(proses weighting) menggunakan tanin yang memberikan efek kecoklatan pada
bahan, seharusnya pada proses pengelantangannya diberikan konsentrasi yang
lebih besar agar didapatkan hasil yang lebih baik.
V. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil kain yang paling putih
adalah kain C yaitu pada pengerjaan dengan H 2O2 20 ml/L, waktu 60 menit.
Makin besar konsentrasi zat serta waktu yang digunakan, makin putih hasil kain
yang didapat.
Proses Bleaching Sutera
-13-
14. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Ichwan, Muhammad. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan
Penyempurnaan. Bandung, 2004.
Ir. Djufri, Rasjid, dkk. Teknologi Pengelantangan Pencelupan dan Pencapan.
Bandung,1976.
Soeparman, S.Teks..Teknologi Kimia Tekstil. Bandung.1967.
Jumaeri, S.Teks. Pengetahuan Barang Tekstil. Bandung. 1977.
LAPORAN
PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERSIAPAN
PENYEMPURNAAN
“BLEACHING SUTERA "
DISUSUN OLEH :
Proses Bleaching Sutera
-14-
15. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
HARYATI_07K.30014
HENDY SUHENDAR_07K.30015
IIN Prasticia_07K.30016
DIDI SETIAWAN_07K.30005
DESSYANA_ 07K.30007
DOSEN
Asisten
Tgl.Praktek
: M Ichwan, AT
: Maya k.SST
Anna S
: 17 Juni 2008
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2008
Proses Bleaching Sutera
-15-