1. 120
B. Pembahasan
Pada bab ini akan membahas kesenjangan antara teori dan fakta yang
ditemukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke
non hemoragic trombosis melalui pendekatan proses keperawatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Tn. H telah
ditetapkan pendekatan asuhan keperawatan yang sesuai dengan proses
keperawatan yang meliputi beberapa tahap yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian yang meliputi
pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian
dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Teknik pengumpulan data
yang dilakukan adalah wawancara, observasi, pemeriksan fisik, studi
dokumentasi dan studi kepustakaan.
Menurut teori yang dikemukakan bahwa pada tahap pengkajian klien
dengan Stroke Non Hemoragic Trombosis gejala yang menonjol adalah
nampak ictus cordis, adanya hipertensi, terdengar bunyi jantung tambahan
yaitu mur – mur atau gollpop dan irama jantung tidak teratur, terjadi
paralis otot pernapasan, bunyi napas ronchi, peristaltik usus menurun,
terdengar bunyi timpani, distensi abdomen, terjadi inkontinensia urine,
terjadi penurunan fungsi pendengaran, penglihatan, pengecapan, perasa,
sedangkan pada tinjauan kasus pada klien Tn. H pada tahap pengkajian,
pengkajian yang menonjol yaitu kekuatan otot tangan 3/5, kekuatan otot
2. 121
kaki kanan dan kiri 3 / 5, nyeri pada daerah kepala dan menjalar ke leher
sampai bahu, ekspresi wajah nampak meringis, tekanan darah 220 / 120
mmHg, keadaan nampak lemah, skala nyeri 6 (0 – 10), klien nampak
bedres total, ekstremitas bagian kanan nampak susah digerakan, kesadaran
compos mentis GCS 14 (E4M5V5), aktivitas klien nampak dibantu oleh
keluarga dan perawat, kuku nampak kotor, kuku klien nampak panjang dan
kotor, keadaan kulit kotor dan lengket, klien selalu bertanya – tanya
tentang penyakitnya.
Ada beberapa data yang ada pada teori tetapi tidak ada dalam kasus
yaitu nampak ictus cordis, terdengar bunyi jantung tambahan yaitu mur –
mur atau gollpop dan irama jantung tidak teratur, bunyi napas ronchi,
peristaltik usus menurun, terdengar bunyi timpani, distensi abdomen,
terjadi inkontinensia urine. Data – data tersebut tidak ada dalam kasus
karena tidak semua tanda dan gejala yang ditemukan pada teori terdapat
pada kasus dan akibat respon individu terhadap stimulus masing-masing
berbeda sehingga karakteristik dari tanda dan gejala yang didapatkan
berbeda pula.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan salah satu kesimpulan yang diambil
berdasarkan data yang dikumpulkan. Diagnosa keperawatan yang muncul
pada teori tidak semua ditemukan pada kasus ini, dimana didalam teori
didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
3. 122
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi
aliran darah : gangguan oklusif, hemoragik, vasospasme serebral,
udema serebral.
b. Gangguan mobilitas berhubungan dengan penurunan fungsi motorik,
keterbatasan gerak.
c. Gangguan pemenuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan melemahnya otot-otot yang digunakan untuk mengunya dan
menelan.
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya
sirkulasi serebral, tergantungnya tonus otot mulut dan wajah.
e. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologis
atau defisit, penyempitan lapang perseptual yang disebabkan oleh
ansietas.
f. Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penurunan tingkat kesadaran.
g. Gangguan pemenuhan eliminasi urine : inkontinesia berhubungan
dengan adanya kelemahan pada spingter urine.
h. Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAB : konstipasi
berhubungan dengan adanya parese otot
i. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL, sehubungan dengan adanya
parese otot.
j. Gangguan pemenuhan diri : body image menurun berhubungan
dengan adanya parese otot.
4. 123
k. Gangguan rasa aman : cemas dari keluarga dengan ketidakpastian
hasil pengobatan dan perawatan serta adanya perubahan situasi dan
krisis.
l. Defisit pengetahuan mengenai kondisi dirinya dan prosedur
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kesalahan
interpretasi komunikasi, kurangnya informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien Tn. H
dengan stroke non hemoragic trombosis yaitu sebagai berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
b. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya
penyumbatan pada pembuluh darah
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
progresif
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan fungsi
neuromotorik
e. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya
Dengan demikian tidak semua diagnosa keperawatan yang ada dalam
teori ditemukan dalam kasus. Adapun diagnosa keperawatan yang ada
pada teori tetapi tidak ada pada kasus yaitu :
a. Gangguan pemenuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan melemahnya otot-otot yang digunakan untuk mengunyah dan
menelan.
5. 124
b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya
sirkulasi serebral, tergantungnya tonus otot mulut dan wajah.
c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologis
atau defisit, penyempitan lapang perseptual yang disebabkan oleh
ansietas.
d. Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penurunan tingkat kesadaran.
e. Gangguan pemenuhan eliminasi urine : inkontinesia berhubungan
dengan adanya kelemahan pada spingter urine.
f. Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAB : konstipasi
berhubungan dengan adanya parese otot
g. Gangguan pemenuhan diri : body image menurun berhubungan
dengan adanya parese otot.
h. Gangguan rasa aman : cemas dari keluarga dengan ketidakpastian
hasil pengobatan dan perawatan serta adanya perubahan situasi dan
krisis.
i. Defisit pengetahuan mengenai kondisi dirinya dan prosedur
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kesalahan
interpretasi komunikasi, kurangnya informasi.
Sedangkan diagnosa yang ada dalam kasus tetapi tidak ada dalam teori
yaitu :
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
6. 125
b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya
Adanya kesenjangan tersebut diatas disebabkan oleh :
a. Manusia merupakan makhluk yang unik dimana dalam
memberikan respon bio, psiko, sosial, dan spritual berbeda.
b. Kemungkinan askep yang diberikan kepada klien bagus sehingga
data yang ada dalam teori tidak muncul dalam kasus.
c. Kemungkinan data tersebut belum muncul atau sudah terlewati
karena penulis melakukan Asuhan Keperawatan hanya 4 hari dan
klien sudah dirawat sudah berapa hari di rumah sakit.
3. Perencanaan
Pada tahap ini penulis bersama klien dan keluarga menyusun
rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai masalah
yang muncul. Perencanaan ini disesuaikan dengan privasi klien, situasi dan
kondisi serta sarana dan prasarana yang ada dalam ruangan.
a. Dalam menyusun perencanaan hal-hal yang mendukung adalah :
Adanya kerjasama yang baik dengan perawat, klien dan keluarga
sehingga memudahkan dalam perencanaan tindakan keperawatan.
b. Dukungan dan bimbingan dari perawat ruangan yang dapat
memperlancar dan menyusun perencanaan.
Tidak semua intervensi yang ada dalam teori terdapat dalam kasus,
kesenjangan ini terjadi karena tidak semua diagnosa keperawatan yang ada
dalam teori muncul dalam kasus. Tetapi untuk diagnosa yang ada pada
7. 126
teori dan muncul pada kasus pada dasarnya penulis berpatokan pada
tinjauan teoritis, sedangkan diagnosa yang tidak ada pada teori, penulis
bersama klien dan keluarga membuat intervensi berdasarkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
4. Implementasi
Dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan yang merupakan
suatu pendukung berjalannya tahap pelaksanaan adalah kerjasama yang
baik antara perawat, klien dan serta bimbingan dari perawat pembimbing.
Menurut teori, pelaksanaan adalah pengelolaan dari perwujudan dari
rencana yang meliputi tindakan keperawatan yang telah direncanakan,
melaksananakan anjuran-anjuran dokter dan menjalankan ketentuan-
ketentuan rumah sakit dengan harapan dapat mengatasi masalah yang
dihadapi oleh klien. Dalam hal ini terjadi kesenjangan antara teori dan
kasus karena perencanaan dalam kasus yang disusun tidak semua
berpatokan dalam teori yang ada tetapi semua implementasi
dilaksanakan dengan baik.
5. Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana
untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan
mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan. Berdasarkan teori yang
ada, evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan tindakan keperawatan serta tujuan yang
8. 127
telah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor apa yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Setelah mengimplementasi asuhan keperawatan selama 4 hari, yang
dimulai pada tanggal 07 Mei 2014 sampai 10 Mei 2014, maka seluruh
tujuan yang telah ditetapkan diharapkan dapat tercapai. Dalam studi
kasus ini terdapat 5 diagnosa aktual yang mana 4 diagnosa teratasi dan 1
diagnosa lainnya belum teratasi namun sudah ada kemajuan.
Diagnosa yang teratasi setelah dilakukan asuhan keperawatan setelah
4 hari yaitu sebagai berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
progresif
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan fungsi
neuromotorik
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya
Diagnosa yang tidak teratasi setelah dilakukan asuhan keperawatan
setelah 4 hari yaitu sebagai berikut :
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya
penyumbatan pada pembuluh darah
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4 hari terdapat 1
diagnosa yang tidak teratasi, hal tersebut terjadi karena waktu yang