Dokumen tersebut membahas tentang empat topik utama yaitu thaharah, shalat, puasa, dan zakat. Thaharah adalah membersihkan diri dari najis agar layak melaksanakan ibadah seperti shalat. Shalat adalah salah satu rukun Islam yang paling utama dengan berbagai syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Puasa diwajibkan pada bulan Ramadhan sebagai bentuk ibadah dan memiliki berbagai manfaat jasman
1. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Thaharah
Setiap sendi kehidupan yang dijalani manusia mempunyai muatan ibadah di sisi Allah SWT.
Di dalam terminologi fiqih. Ibadah di bedakan menjadi dua macam yaitu ibadah mahdhah
dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang mempunyai tata cara tertentu dan
aturan-aturan yang tertentu pula. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tidak
di tentukan tata cara dan bersifat umum.
Pada pembahasan tentang ibadah khususnya shalat – thaharah menempati posisi yang sangat
penting dalam pelaksanaannya karena thaharah adalah syarat mutlak sah dan tidaknya shalat
yang dilaksanakan oleh seorang muslim.
Thaharah secara bahasa berarti nazhafah (kebersihan) atau bersih dari kotoran baik yang
bersifat nyata seperti najis maupun yang bersifat maknawiyah seperti aib.
Adapun secara syar’I thaharah adalah menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi
kotoran berupa hadast atau najis dengan menggunakan air dan sebagainya sedangkan untuk
mengangkat najis harus dengan tanah.
2. Shalat
Shalat secara etimologi kata shalat berasal dari bahasa arab yang berarti do’a. secara
terminologi shalat adalah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan, yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat dan rukun-rukun yang telah
ditetapkan.
3. Puasa
Menurut bahasa puasa berarti imsak atau menahan, sedangkan puasa menurut syariat ialah
menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami istri dan semua hal-
hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar hingga terbenam matahari.
4. Zakat
Zakat menurut bahasa berarti kesuburan, kesucian, pensucian dan keberkataan. Sedangkan
menurut syara’ zakat adalah pemberian yang wajib diberikan dari harta tertentu, menurut
sifat-sfat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Thaharah
Menurut tradisi kitab-kitab fiqih pembahasan thaharah selalu ditempatkan pada poin yang
pertama karena thaharah termasuk ibadah pokok yang diwajibkan sebagaimana halnya
ibadah-ibadah pokok lainnya seperti shalat, puasa dan zakat.
Di antara bersuci yang diperintahkan ialah wudhu, mandi dan membersihkan najis dari badan
dan pakaian dan semua itu inti dari bersuci.
2. ii
2. Shalat
Shalat dalam agama islam merupakan ibadah yang paling utama karena demikian utamanya,
maka shalat menjadi pembeda antara orang yang beriman dengan yang tidak beriman.
Rasulullah SAW menyatakan dalam hadistnya : barangsiapa yang meninggalkan shalat
fardhu dengan sengaja, maka ia telah kafir yang nyata (H.R Tabrani)
Kemudian Rasulullah SAW menegaskan bahwa shalat merupakan tiang agama.
3. Puasa
Puasa di bulan Ramadhan adalah rukun Islam yang keempat. Hukumnya fardu ain atas setiap
muslim yang sudah baligh. Puasa diisyaratkan pada tahun kedua Hijriah sesudah turunnya
perintah shalat dan zakat.
Puasa sudah bermula sejak awal manusia diciptakan di tandai dengan peristiwa pelarangan
Allah SWT kepada nenek kita Adam dan Hawa pada saat memakan buah khuldi di surga.
4. Zakat
Zakat adalah salah rukun Islam. Demikian pentingnya ibadah ini menduduki posisi ketiga
setelah shalat. Allah menyebutkan soal zakat selalu berdampingan penyebutannya dengan
shalat dalam Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa keduanya mempunyai arti yang penting dan
memiliki hubungan yang erat, shalat merupakan ibadah jasmaniah yang paling utama
sedangkan zakat dipandang sebagai ibadah harta yang paling mulia.
3. ii
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN IBADAH
Secara etimologi, kata ibadah berasal dari bahasa Arab, dari kata abdun artinya hamba (abdi),
ibadah artinya pengabdian. Jadi, ibadah dimaksudkan sebagai sarana pengabdian atau
penyembahan kepada Allah.
Secara termonologi, pengertian ibadah banyak ragamnya sesuai dengan sudut pandang
masing-masing ulama, antara lain sebagai berikut :
A. Pengertian umum ibadah ialah : sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
B. Menurut - ulama Tauhid, ibadah ialah : mengesakan Allah, membesarkan-Nya dengan
sepenuh-penuhnya, serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya.
Ulama tauhid menyamakan ibadah dengan Tauhid, sesuai dengan Q.S. al-Nisa (4) : 36.
C. Menurut ulama tasawwuf, ibadah ialah : perbuatan seorang mukallaf yang berlawanan
dengan kehendak hawa nafsunya dalam rangka mengagungkan Tuhannya. Menurut
ulama tasawwuf, ibadah itu mempunyai tiga bentuk, yaitu :
Mengharapkan pahala dan terhindar dari siksa-Nya.
Karena memandang bahwa Allah berhak untuk di sembah tanpa memperdulikan
apakah yang akan diperoleh daripada-Nya.
Karena Allah sangat dicintainya, sehingga senantiasa berusaha untuk dekat dengan-
Nya.
Menurut ulama - fiqhi, ibadah ialah : segala yang dikerjakan untuk memperoleh ridha
Allah dan mengharapkan pahala di akhirat.
Menurut ulama akhlak, ibadah ialah : melaksanakan dengan ketaatan badaniya, dan
menyelenggarakan segala ketentuan syariat.
2. HUBUNGAN THAHARAH, SHALAT, PUASA DAN ZAKAT
A. Faedah Thaharah
Thaharah artinya bersuci. Thaharah menurut syara' ialah suci dari hadats dan najis.
Suci dari hadats ialah dengan mengerjakan wudhu, mandi dan tayammum. .
Suci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.
B. Macam-macam Air
Air yang dapat dipakai bersuci ialah air yang bersih (suci dan mensucikan) yaitu air yang
turun dari langit atau keluar dari bumi yang belum dipakai untuk bersuci.
Air yang suci dan mensucikan ialah :
1. Air hujan 5. Air salju
4. ii
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air sungai
6. Air telaga
7. Air embun
C. Pembagian Air
Ditinjau dari segi hukumnya, air itu dapat dibagi empat bagian :
1. Air suci dan mensucikan, yaitu air mutlak artinya air yang masih murni, dapat digunakan
untuk bersuci dengan tidak makruh, (air mutlak artinya air yang sewajarnya.
2. Air suci dan dapat mensucikan, tetapi rnakruh digunakan, yaitu air musyammas (air yang
dipanaskan dengan matahari) di tempat logam yang bukan emas.
3. Air suci tetapi tidak dapat mensucikan, seperti: Air musta'mal (telah digunakan untuk
bersuci) menghilangkan hadats. Atau menghilangkan najis walaupun tidak berubah
rupanya, rasanya dan baunya
4. Air mutanajis yaitu air yang kena najis (kemasukan najis), sedang jumlahnya kurang dari
dua kullah, maka air yang semacam ini tidak suci dan tidak dapat mensucikan. Jika lebih
dari dua kullah dan tidak berubah sifatnya, maka sah untuk bersuci.
Dua kullah sama dengan 216 liter, jika berbentuk bak maka besarnya = panjang 60cm dan
dalam / tinggi 60cm.
2. Macam-Macam Najis
Najis ialah satu benda yang kotor menurut syara', misalnya :
1. Bangkai, kecuali manusia, ikan dan belalang
2. Darah
3. Nanah
4. Segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur
5. Anjing dan babi
6. Minuman keras seperti arak dan sebagainya
7. Bagian anggota badan binatang yang terpisah karena dipotong dan sebagainya selagi
masih hidup.
Pembagian Najis
Najis itu dapat dibagi 3 bagian :
1. Najis Mukhaffafah (ringan); ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun
dan belum pernah makan suatu kecuali air susu ibunya.
2. Najis Mughallazhah (berat); ialah najis anjing dan babi dan keturunannya
3. Najis Mutawassithah (sedang); ialah najis yang selain dari dua najis tersebut di atas,
seperti segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur manusia dan binatang, kecuali air
mani, barang cair yang memabukkan, susu hewan yang tidak halal dimakan, bangkai, juga
tulang dan bulunya, kecuali bangkai-bangkai manusia dan ikan serta belalang
Najis mutawassithah dibagi menjadi dua:
5. ii
1. Najis 'ainiyah : ialah najis yang berwujud, yakni yang nampak dapat dilihat.
2. Najis hukmiyah : ialah najis yang tidak kelihatan bendanya, seperti bekas kencing, atau arak
yang sudah kering dan sebagainya.
2. Cara Menghilangkan Najis
Barang yang kena najis mughallazhah seperti jilatan anjing atau babi, wajib dibasuh 7
kali dan salah satu di antaranya dengan air yang bercampur tanah.
Barang yang terkena najis mukhaffafah, cukup diperciki air pada tempat najis itu.
Barang yang terkena najis mutawassithah dapat suci dengan cara dibasuh sekali, asal
sifat-sifat najisnya (warna, bau dan rasanya) itu hilang. Adapun dengan cara tiga kali
cucian atau siraman lebih baik.
Jika najis hukmiyah cara menghilangkannya cukup dengan mengalirkan air saja pada najis
tadi.
3. Berwudhu
Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedangkan menurut syara’ artinya
membersihkan anggota tubuh untuk menghilangkan hadast kecil.
Syarat-syarat wudhu
Islam
Tamyiz
Tidak berhadats besar
Dengan air suci lagi mensucikan
Tidak ada sesuatu yang menghalangi air
2. Faedah Shalat
1. Definisi & Pengertian Sholat Fardhu / Wajib Lima Waktu
Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu
perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai
dengan persyaratan yang ada.
2. Hukum, Tujuan dan Syarat Solat Wajib Fardhu 'Ain
Hukum sholat fardhu lima kali sehari adalah wajib bagi semua orang yang telah dewasa atau
akil baligh serta normal tidak gila. Tujuan shalat adalah untuk mencegah perbuatan keji dan
munkar.
Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu, yaitu :
1. Beragama Islam
2. Memiliki akal yang waras alias tidak gila atau autis
3. Berusia cukup dewasa
4. Telah sampai dakwah islam kepadanya
5. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya
6. ii
6. Sadar atau tidak sedang tidur
Syarat sah pelaksanaan sholat adalah sebagai berikut ini :
1. Masuk waktu sholat
2. Menghadap ke kiblat
3. Suci dari najis baik hadas kecil maupun besar
4. Menutup aurat
3. Rukun Shalat
Dalam sholat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni :
1. Niat
2. Posisis berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat al-fatihah
5. Ruku / rukuk yang tumakninah
6. I'tidal yang tuma'ninah
7. Sujud yang tumaninah
8. Duduk di antara dua sujud yang tuma'ninah
9. Sujud kedua yang tuma'ninah
10. Tasyahud
11. Membaca salawat Nabi Muhammad SAW
12. Salam ke kanan lalu ke kiri
4. Yang Membatalkan Aktivitas Sholat Kita
Dalam melaksanakan ibadah shalat, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal yang mampu
membatalkan shalat kita, contohnya seperti :
1. Menjadi hadas / najis baik pada tubuh, pakaian maupun lokasi
2. Berkata-kata kotor
3. Melakukan banyak gerakan di luar sholat bukan darurat
4. Gerakan sholat tidak sesuai rukun shalat dan gerakan yang tidak tuma'ninah.
3. Faedah Puasa
Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat islam puasa adalah suatu bentuk
aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa
nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari / fajar / subuh
hingga matahari terbenam / maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya.
Puasa mempunyai banyak faedah bagi rohani dan jasmani kita, antara lain:
1. Puasa adalah ketundukan, kepatuhan, dan keta'atan kepada Allah swt., maka tiada balasan
bagi orang yang mengerjakannya kecuali pahala yang melimpah-ruah dan baginya hak
masuk surga melalui pintu khusus bernama 'Ar-Rayyan'. Orang yang berpuasa juga
dijauhkan dari azab pedih serta dihapuskan seluruh dosa-dosa yang terdahulu. Patuh
7. ii
kepada Allah Swt berarti meyakini dimudahkan dari segala urusannya karena dengan
puasa secara tidak langsung kita dituntun untuk bertakwa, yaitu mengerjakan segala
perintahnya dan menjauhi larangannya. Sebagaimana yang terdapat pada surat Al-
Baqarah: 183, yang berbunyi ; "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kamu
untuk berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa".
2. Berpuasa juga merupakan sarana untuk melatih diri dalam berbagai masalah seperti jihad
nafsi, melawan gangguan setan, bersabar atas malapetaka yang menimpa. Bila mencium
aroma masakan yang mengundang nafsu atau melihat air segar yang menggiurkan kita
harus menahan diri sampai waktu berbuka. Kita juga diajarkan untuk memegang teguh
amanah Allah swt, lahir dan batin, karena tiada seorangpun yang sanggup mengawasi kita
kecuali Ilahi Rabbi.
Adapun puasa melatih menahan dari berbagai gemerlapnya surga duniawi, mengajarkan
sifat sabar dalam menghadapi segalaa sesuatu, mengarahkan cara berfikir sehat serta
menajamkan pikiran (cerdas) karena secara otomatis mengistirahatkan roda perjalanan
anggota tubuh. Lukman berwasiat kepada anaknya :"Wahai anakku, apabila lambung
penuh, otak akan diam maka seluruh anggota badan akan malas beribadah".
3. Dengan puasa kita diajarkan untuk hidup teratur, karena menuntun kapan waktu buat
menentukan waktu menghidangkan sahur dan berbuka. Bahwa berpuasa hanya dirasakan
oleh umat Islam dari munculnya warna kemerah-merahan di ufuk timur hingga lenyapnya
di sebelah barat. Seluruh umat muslim sahur dan berbuka pada waktu yang telah
ditentukan karena agama dan Tuhan yang satu.
4. Begitupun juga menumbuhkan bagi setiap individu rasa persaudaraan serta menimbulkan
perasaan untuk saling menolong antar sesama. Saling membahu dalam menghadapi rasa
lapar, dahaga dan sakit. Disamping itu mengistirahatkan lambung agar terlepas dari
bahaya penyakit menular misalnya. Rasulullah Saw bersabda, "Berpuasalah kamu supaya
sehat". Seorang tabib Arab yang terkenal pada zamannya yaitu Harist bin Kaldah
mengatakan bahwa lambung merupakan sumber timbulnya penyakit dan sumber obat
penyembuh".
Hari-hari yang dilarang untuk puasa, yaitu :
saat lebaran idul fitri 1 syawal dan idul adha 10 dzulhijjah
Hari tasyriq : 11, 12, dan 13 zulhijjah
Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi tahan terhadap hawa nafsu,
sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu bersyukur kepada Allah SWT dan
juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat.
Orang yang diperbolehkan untuk berbuka puasa sebelum waktunya adalah :
Dalam perjalanan jauh 80,640 km (wajib qodo puasa)
Sedang sakit dan tidak dapat berpuasa (wajib qodo puasa)
Sedang hamil atau menyusui (wajib qada puasa dan membayar fidyah)
8. ii
Sudah tua renta atau sakit yang tidak sembuh-sembuh (wajib membayar fidyah ¾ liter
beras atau bahan makanan lain)
1. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan hukumnya adalah wajib bagi orang yang sehat. Sedangkan bagi yang sakit
atau mendapat halangan dapat membayar puasa ramadhan di lain hari selain bulan ramadan.
Puasa ramadhan dilakukan selama satu bulan penuh di bulan romadhon kalender hijriah /
islam. Puasa ramadhan diakhiri dengan datangnya bulan syawal di mana dirayakan dengan
lebaran ied / idul fitri.
2. Puasa Senin Kamis
Puasa senin kamis hukumnya adalah sunah / sunat di mana tidak ada kewajiban dan paksaan
untuk menjalankannya. Pelaksanaan puasa senin kamis mirip dengan puasa lainnya hanya
saja dilakukannya harus pada hari kamis dan senin saja, tidak boleh di hari lain.
3. Puasa Nazar
Untuk puasa nazar hukumnya wajib jika sudah niat akan puasa nazar. Jika puasa nazar tidak
dapat dilakukan maka dapat diganti dengan memerdekakan budak / hamba sahaya atau
memberi makan / pakaian pada sepuluh orang miskin. Puasa nazar biasanya dilakukan jika
ada sebabnya yang telah diniatkan sebelum sebab itu terjadi. Nazar dilakukan jika
mendapatkan suatu nikmat / keberhasilan atau terbebas dari musibah / malapetaka. Puasa
nazar dilakukan sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas ni'mat dan rizki yang telah
diberikan.
4. Puasa Bulan Syaban / Nisfu Sya'ban
Puasa nisfu sya'ban adalah puasa yang dilakukan pada awal pertengahan di bulan syaban.
Pelaksanaan puasa syaban ini mirip dengan puasa lainnya.
5. Puasa Pertengahan Bulan
Puasa pertengahan bulan adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap
bulan sesuai tanggalan hijriah. Pelaksanaan puasa pertengahan bulan mirip dengan puasa
lainnya.
6. Puasa Asyura
Puasa asyura adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 10 di bulan muharam / muharram.
Pelaksanaan puasa assyura mirip dengan puasa lainnya.
7. Puasa Arafah
Puasa arafah adalah puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9 di bulan zulhijah untuk orang-
orang yang tidak menjalankan ibadah pergi haji. Pelaksanaan arafah mirip dengan puasa
lainnya.
8. Puasa Syawal
Puasa syawal dikerjakan pada 6 hari di bulan syawal. Puasa syawal boleh dilakukan pada 6
hari berturut-turut setelah lebaran idul fitri. Pelaksanaan arafah mirip dengan puasa lainnya.
9. ii
4. FAEDAH ZAKAT
Zakat Fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu lelaki dan
perempuanmuslim yang berkemampuan dengan syarat-syarat yang ditetapkan.
Kata Fitrah yang ada merujuk pada keadaan manusia saat baru diciptakan sehingga dengan
mengeluarkan zakat ini manusia dengan izin Allah akan kembali fitrah.
1. Yang berkewajiban membayar
Pada prinsipnya seperti definisi di atas, setiap muslim diwajibkan untuk mengeluarkan zakat
fitrah untuk dirinya , keluarganya dan orang lain yang menjadi tanggungannya baik orang
dewasa, anak kecil, laki-laki maupun wanita. Berikut adalah syarat yang menyebabkan
individu wajib membayar zakat fitrah:
Individu yang mempunyai kelebihan makanan atau hartanya dari keperluan
tanggungannya pada malam dan pagi hari raya.
Anak yang lahir sebelum matahari jatuh pada akhir bulan Ramadhan dan hidup selepas
terbenam matahari.
Memeluk Islam sebelum terbenam matahari pada akhir bulan Ramadhan dan tetap dalam
Islamnya.
Seseorang yang meninggal selepas terbenam matahari akhir Ramadhan.
2. BesarZakat
Besar zakat yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai penafsiran
terhadap haditsadalah sebesar satu sha' atau kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2.5
kg makanan pokok (tepung, kurma, gandum, aqith) atau yang biasa dikonsumsi di daerah
bersangkutan (Mazhab syafi'i dan Maliki)
3. Waktu Pengeluaran
Zakat Fitrah dikeluarkan pada bulan Ramadhan, paling lambat sebelum orang-orang selesai
menunaikan Shalat Ied. Jika waktu penyerahan melewati batas ini maka yang diserahkan
tersebut tidak termasuk dalam kategori zakat melainkan sedekah biasa.
4. Penerima Zakat
Penerima Zakat secara umum ditetapkan dalam 8 golongan/asnaf (fakir, miskin, amil,
muallaf, hamba sahaya, gharimin, fisabilillah, ibnu sabil) namun menurut beberapa ulama
khusus untuk zakat fitrah mesti didahulukan kepada dua golongan pertama
yakni fakir dan miskin. Pendapat ini disandarkan dengan alasan bahwa jumlah/nilai zakat
yang sangat kecil sementara salah satu tujuannya dikelurakannya zakat fitrah adalah agar para
fakir dan miskin dapat ikut merayakan hari raya.
5. Sumber Hadits berkenaan dengan Zakat Fitrah
Diriwayatkan dari Ibnu Umar t.ia berkata : Rasulullah telah mewajibkan zakat fithrah dari
bulan Ramadhan satu sha' dari kurma, atau satu sha' dari sya'iir. atas seorang hamba,
10. ii
seorang merdeka, laki-laki, wanita, anak kecil dan orang dewasa dari kaum muslilmin.
(H.R : Al-Bukhary dan Muslim)
Diriwayatkan dari Umar bin Nafi' dari ayahnya dari Ibnu Umar ia berkata ; Rasulullah
telah mewajibkan zakat fithrah satu sha' dari kurma atau satu sha' dari sya'iir atas seorang
hamba, merdeka, laki-laki, wanita, anak kecil dan orang dewasa dari kaum muslimin dan
beliau memerintahkan agar di tunaikan / dikeluarkan sebelum manusia keluar untuk shalat
'ied. (H. R : Al-Bukhary, Abu Daud dan Nasa'i)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata : Rasulullah saw telah memfardhukan zakat
fithrah untuk membersihkan orang yang shaum dari perbuatan sia-sia dan dari perkataan
keji dan untuk memberi makan orang miskin. Barang siapa yang mengeluarkannya
sebelum shalat, maka ia berarti zakat yang di terima dan barang siapa yang
mengeluarkannya sesudah shalat 'ied, maka itu berarti shadaqah seperti shadaqah biasa
(bukan zakat fithrah). (H.R : Abu Daud, Ibnu Majah dan Daaruquthni)
Diriwayatkan dari Hisyam bin urwah dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw.
bersabda : Tangan di atas (memberi dan menolong) lebih baik daripada tangan di bawah
(meminta-minta), mulailah orang yang menjadi tanggunganmu (keluarga dll) dan sebaik-
baik shadaqah adalah yang di keluarkan dari kelebihan kekayaan (yang di perlukan oleh
keluarga) (H.R : Al-Bukhary dan Ahmad)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata : Rasulullah sw. memerintahkan untuk
mengeluarkan zakat fithrah unutk anak kecil, orang dewasa, orang merdeka dan hamba
sahaya dari orang yang kamu sediakan makanan mereka (tanggunganmu). (H.R :
Daaruquthni, hadits hasan)
Artinya : Diriwayatkan dari Nafi' t. berkata : Adalah Ibnu Umar menyerahkan (zakat
fithrah) kepada mereka yang menerimanya (panitia penerima zakat fithrah / amil) dan
mereka (para sahabat) menyerahkan zakat fithrah sehari atau dua hari sebelum 'iedil fitri.
(H.R.Al-Bukhary)
Diriwayatkan dari Nafi' : Bahwa sesungguhnya Abdullah bin Umar menyuruh orang
mengeluarkan zakat fithrah kepada petugas yang kepadanya zakat fithrah di kumpulkan
(amil) dua hari atau tiga hari sebelum hari raya fitri. (H.R: Malik)
11. ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Thaharah adalah bersih dari kotoran atau mensucikan diri
2. Shalat adalah ibadah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir yang diakhiri dengan salam
3. Puasa adalah menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami istri
dan semua hal yang membatalkan puasa
4. Zakat adalah pemberian yang wajib diberikan dari harta tertentu.
B. SARAN
Agama Islam sangat memperhatikan masalah thararah karena dalam ilmu fiqih poin pertama
yang dijumpai adalah masalah thaharah. Shalat, adalah tiang agama karena tanpa shalat
berarti kita sama saja meruntuhkan agama. Ibarat rumah, kalau tidak ada tiangnya tentu akan
runtuh. Puasa adalah menahan nafsu. Islam mengajak kita berpuasa agar menahan nafsu.
Zakat adalah pensucian harta yng kita dapatkan.
Semoga makalah ini sangat bermanfaat bagi kita semua. Jika terdapat kesalahan harap
dimaklumi, karena manusia tidak pernah luput dari kesalahan.
12. ii
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jazairi Abu Bakr Jabir. 2000. Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim. Darul Falah.
Jakarta.
Rifa’I Muh. 1976. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. PT. Karya Toha Putra.
Semarang
Sakka Ambo. 1996. Modul Pendidikan Agama Islam. MKU Universitas Hasanuddin.
Makassar
Sumaji Muh Anis. 2008. 125 Masalah Thaharah. Tiga Serangkai. Solo
www.google.com. Diakses 17 September 2009
www.imajinasipendidikan.blogspot.com. Diakses 17 September 2009
www.wikipedia.com. Diakses 17 September 2009
13. ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW,
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku
umatnya.
makalah ini penulis membahas mengenai “HUBUNGAN TAHARA DENGAN SHALAT
DAN HUBUNGAN SHALAT DENGAN PUASA”, dengan makalah ini penulis
mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.
Raha, Juli 2013
Penyusun
14. ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................................... i
Daftar isi.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
1. Pengertian Ibadah ............................................................................................... 2
2. Hubungan Tahara, Shalat, Puasa, dan Zakat......................................................... 3
BAB III PENUTUP................................................................................................. 12
3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 12
3.2. Saran................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13
15. ii
HUBUNGAN TAHARA DENGAN
SHALAT DAN HUBUNGAN SHALAT
DENGAN PUASA
DISUSUN OLEH :
NAMA :
STAMBUK :
SEMESTER : II
JURUSAN : PGAUD
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2013