SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Thaharah
Setiap sendi kehidupan yang dijalani manusia mempunyai muatan ibadah di sisi Allah SWT.
Di dalam terminologi fiqih. Ibadah di bedakan menjadi dua macam yaitu ibadah mahdhah
dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang mempunyai tata cara tertentu dan
aturan-aturan yang tertentu pula. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tidak
di tentukan tata cara dan bersifat umum.
Pada pembahasan tentang ibadah khususnya shalat – thaharah menempati posisi yang sangat
penting dalam pelaksanaannya karena thaharah adalah syarat mutlak sah dan tidaknya shalat
yang dilaksanakan oleh seorang muslim.
Thaharah secara bahasa berarti nazhafah (kebersihan) atau bersih dari kotoran baik yang
bersifat nyata seperti najis maupun yang bersifat maknawiyah seperti aib.
Adapun secara syar‟I thaharah adalah menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi
kotoran berupa hadast atau najis dengan menggunakan air dan sebagainya sedangkan untuk
mengangkat najis harus dengan tanah.
2. Shalat
Shalat secara etimologi kata shalat berasal dari bahasa arab yang berarti do‟a. secara
terminologi shalat adalah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan, yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat dan rukun-rukun yang telah
ditetapkan.
3. Puasa
Menurut bahasa puasa berarti imsak atau menahan, sedangkan puasa menurut syariat ialah
menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami istri dan semua hal-
hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar hingga terbenam matahari.
B. Rumusan Masalah
1. Thaharah
Menurut tradisi kitab-kitab fiqih pembahasan thaharah selalu ditempatkan pada poin yang
pertama karena thaharah termasuk ibadah pokok yang diwajibkan sebagaimana halnya
ibadah-ibadah pokok lainnya seperti shalat, puasa dan zakat.
Di antara bersuci yang diperintahkan ialah wudhu, mandi dan membersihkan najis dari badan
dan pakaian dan semua itu inti dari bersuci.
2. Shalat
Shalat dalam agama islam merupakan ibadah yang paling utama karena demikian utamanya,
maka shalat menjadi pembeda antara orang yang beriman dengan yang tidak beriman.
Rasulullah SAW menyatakan dalam hadistnya : barangsiapa yang meninggalkan shalat
fardhu dengan sengaja, maka ia telah kafir yang nyata (H.R Tabrani)
Kemudian Rasulullah SAW menegaskan bahwa shalat merupakan tiang agama.
3. Puasa
Puasa di bulan Ramadhan adalah rukun Islam yang keempat. Hukumnya fardu ain atas setiap
muslim yang sudah baligh. Puasa diisyaratkan pada tahun kedua Hijriah sesudah turunnya
perintah shalat dan zakat.
Puasa sudah bermula sejak awal manusia diciptakan di tandai dengan peristiwa pelarangan
Allah SWT kepada nenek kita Adam dan Hawa pada saat memakan buah khuldi di surga.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN IBADAH
Secara etimologi, kata ibadah berasal dari bahasa Arab, dari kata abdun artinya hamba (abdi),
ibadah artinya pengabdian. Jadi, ibadah dimaksudkan sebagai sarana pengabdian atau
penyembahan kepada Allah.
Secara termonologi, pengertian ibadah banyak ragamnya sesuai dengan sudut pandang
masing-masing ulama, antara lain sebagai berikut :
A. Pengertian umum ibadah ialah : sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
B. Menurut - ulama Tauhid, ibadah ialah : mengesakan Allah, membesarkan-Nya dengan
sepenuh-penuhnya, serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya.
Ulama tauhid menyamakan ibadah dengan Tauhid, sesuai dengan Q.S. al-Nisa (4) : 36.
C. Menurut ulama tasawwuf, ibadah ialah : perbuatan seorang mukallaf yang berlawanan
dengan kehendak hawa nafsunya dalam rangka mengagungkan Tuhannya. Menurut
ulama tasawwuf, ibadah itu mempunyai tiga bentuk, yaitu :
 Mengharapkan pahala dan terhindar dari siksa-Nya.
 Karena memandang bahwa Allah berhak untuk di sembah tanpa memperdulikan
apakah yang akan diperoleh daripada-Nya.
 Karena Allah sangat dicintainya, sehingga senantiasa berusaha untuk dekat dengan-
Nya.
 Menurut ulama - fiqhi, ibadah ialah : segala yang dikerjakan untuk memperoleh ridha
Allah dan mengharapkan pahala di akhirat.
 Menurut ulama akhlak, ibadah ialah : melaksanakan dengan ketaatan badaniya, dan
menyelenggarakan segala ketentuan syariat.
2. HUBUNGAN THAHARAH, SHALAT, DAN PUASA
1. Faedah Thaharah
Thaharah artinya bersuci. Thaharah menurut syara' ialah suci dari hadats dan najis.
Suci dari hadats ialah dengan mengerjakan wudhu, mandi dan tayammum. .
Suci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.
A. Macam-macam Air
Air yang dapat dipakai bersuci ialah air yang bersih (suci dan mensucikan) yaitu air yang
turun dari langit atau keluar dari bumi yang belum dipakai untuk bersuci.
B. Pembagian Air
Ditinjau dari segi hukumnya, air itu dapat dibagi empat bagian :
1. Air suci dan mensucikan, yaitu air mutlak artinya air yang masih murni, dapat digunakan
untuk bersuci dengan tidak makruh, (air mutlak artinya air yang sewajarnya.
2. Air suci dan dapat mensucikan, tetapi rnakruh digunakan, yaitu air musyammas (air yang
dipanaskan dengan matahari) di tempat logam yang bukan emas.
3. Air suci tetapi tidak dapat mensucikan, seperti: Air musta'mal (telah digunakan untuk
bersuci) menghilangkan hadats. Atau menghilangkan najis walaupun tidak berubah
rupanya, rasanya dan baunya
4. Air mutanajis yaitu air yang kena najis (kemasukan najis), sedang jumlahnya kurang dari
dua kullah, maka air yang semacam ini tidak suci dan tidak dapat mensucikan. Jika lebih
dari dua kullah dan tidak berubah sifatnya, maka sah untuk bersuci.
2. Faedah Shalat
1. Definisi & Pengertian Sholat Fardhu / Wajib Lima Waktu
Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu
perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai
dengan persyaratan yang ada.
2. Hukum, Tujuan dan Syarat Solat Wajib Fardhu 'Ain
Hukum sholat fardhu lima kali sehari adalah wajib bagi semua orang yang telah dewasa atau
akil baligh serta normal tidak gila. Tujuan shalat adalah untuk mencegah perbuatan keji dan
munkar.
Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu, yaitu :
1. Beragama Islam
2. Memiliki akal yang waras alias tidak gila atau autis
3. Berusia cukup dewasa
4. Telah sampai dakwah islam kepadanya
5. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya
6. Sadar atau tidak sedang tidur
Syarat sah pelaksanaan sholat adalah sebagai berikut ini :
1. Masuk waktu sholat
2. Menghadap ke kiblat
3. Suci dari najis baik hadas kecil maupun besar
4. Menutup aurat
3. Rukun Shalat
Dalam sholat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni :
1. Niat
2. Posisis berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat al-fatihah
5. Ruku / rukuk yang tumakninah
6. I'tidal yang tuma'ninah
7. Sujud yang tumaninah
8. Duduk di antara dua sujud yang tuma'ninah
9. Sujud kedua yang tuma'ninah
10. Tasyahud
11. Membaca salawat Nabi Muhammad SAW
12. Salam ke kanan lalu ke kiri
4. Yang Membatalkan Aktivitas Sholat Kita
Dalam melaksanakan ibadah shalat, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal yang mampu
membatalkan shalat kita, contohnya seperti :
1. Menjadi hadas / najis baik pada tubuh, pakaian maupun lokasi
2. Berkata-kata kotor
3. Melakukan banyak gerakan di luar sholat bukan darurat
4. Gerakan sholat tidak sesuai rukun shalat dan gerakan yang tidak tuma'ninah.
3. Faedah Puasa
Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat islam puasa adalah suatu bentuk
aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa
nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari / fajar / subuh
hingga matahari terbenam / maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya.
Puasa mempunyai banyak faedah bagi rohani dan jasmani kita, antara lain:
1. Puasa adalah ketundukan, kepatuhan, dan keta'atan kepada Allah swt., maka tiada balasan
bagi orang yang mengerjakannya kecuali pahala yang melimpah-ruah dan baginya hak
masuk surga melalui pintu khusus bernama 'Ar-Rayyan'. Orang yang berpuasa juga
dijauhkan dari azab pedih serta dihapuskan seluruh dosa-dosa yang terdahulu. Patuh
kepada Allah Swt berarti meyakini dimudahkan dari segala urusannya karena dengan
puasa secara tidak langsung kita dituntun untuk bertakwa, yaitu mengerjakan segala
perintahnya dan menjauhi larangannya. Sebagaimana yang terdapat pada surat Al-
Baqarah: 183, yang berbunyi ; "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kamu
untuk berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa".
2. Berpuasa juga merupakan sarana untuk melatih diri dalam berbagai masalah seperti jihad
nafsi, melawan gangguan setan, bersabar atas malapetaka yang menimpa. Bila mencium
aroma masakan yang mengundang nafsu atau melihat air segar yang menggiurkan kita
harus menahan diri sampai waktu berbuka. Kita juga diajarkan untuk memegang teguh
amanah Allah swt, lahir dan batin, karena tiada seorangpun yang sanggup mengawasi kita
kecuali Ilahi Rabbi.
Adapun puasa melatih menahan dari berbagai gemerlapnya surga duniawi, mengajarkan
sifat sabar dalam menghadapi segalaa sesuatu, mengarahkan cara berfikir sehat serta
menajamkan pikiran (cerdas) karena secara otomatis mengistirahatkan roda perjalanan
anggota tubuh. Lukman berwasiat kepada anaknya :"Wahai anakku, apabila lambung
penuh, otak akan diam maka seluruh anggota badan akan malas beribadah".
3. Dengan puasa kita diajarkan untuk hidup teratur, karena menuntun kapan waktu buat
menentukan waktu menghidangkan sahur dan berbuka. Bahwa berpuasa hanya dirasakan
oleh umat Islam dari munculnya warna kemerah-merahan di ufuk timur hingga lenyapnya
di sebelah barat. Seluruh umat muslim sahur dan berbuka pada waktu yang telah
ditentukan karena agama dan Tuhan yang satu.
4. Begitupun juga menumbuhkan bagi setiap individu rasa persaudaraan serta menimbulkan
perasaan untuk saling menolong antar sesama. Saling membahu dalam menghadapi rasa
lapar, dahaga dan sakit. Disamping itu mengistirahatkan lambung agar terlepas dari
bahaya penyakit menular misalnya. Rasulullah Saw bersabda, "Berpuasalah kamu supaya
sehat". Seorang tabib Arab yang terkenal pada zamannya yaitu Harist bin Kaldah
mengatakan bahwa lambung merupakan sumber timbulnya penyakit dan sumber obat
penyembuh".
Hari-hari yang dilarang untuk puasa, yaitu :
saat lebaran idul fitri 1 syawal dan idul adha 10 dzulhijjah
Hari tasyriq : 11, 12, dan 13 zulhijjah
Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi tahan terhadap hawa nafsu,
sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu bersyukur kepada Allah SWT dan
juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat.
Orang yang diperbolehkan untuk berbuka puasa sebelum waktunya adalah :
Dalam perjalanan jauh 80,640 km (wajib qodo puasa)
Sedang sakit dan tidak dapat berpuasa (wajib qodo puasa)
Sedang hamil atau menyusui (wajib qada puasa dan membayar fidyah)
Sudah tua renta atau sakit yang tidak sembuh-sembuh (wajib membayar fidyah ¾ liter
beras atau bahan makanan lain)
1. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan hukumnya adalah wajib bagi orang yang sehat. Sedangkan bagi yang sakit
atau mendapat halangan dapat membayar puasa ramadhan di lain hari selain bulan ramadan.
Puasa ramadhan dilakukan selama satu bulan penuh di bulan romadhon kalender hijriah /
islam. Puasa ramadhan diakhiri dengan datangnya bulan syawal di mana dirayakan dengan
lebaran ied / idul fitri.
2. Puasa Senin Kamis
Puasa senin kamis hukumnya adalah sunah / sunat di mana tidak ada kewajiban dan paksaan
untuk menjalankannya. Pelaksanaan puasa senin kamis mirip dengan puasa lainnya hanya
saja dilakukannya harus pada hari kamis dan senin saja, tidak boleh di hari lain.
3. Puasa Nazar
Untuk puasa nazar hukumnya wajib jika sudah niat akan puasa nazar. Jika puasa nazar tidak
dapat dilakukan maka dapat diganti dengan memerdekakan budak / hamba sahaya atau
memberi makan / pakaian pada sepuluh orang miskin. Puasa nazar biasanya dilakukan jika
ada sebabnya yang telah diniatkan sebelum sebab itu terjadi. Nazar dilakukan jika
mendapatkan suatu nikmat / keberhasilan atau terbebas dari musibah / malapetaka. Puasa
nazar dilakukan sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas ni'mat dan rizki yang telah
diberikan.
4. Puasa Bulan Syaban / Nisfu Sya'ban
Puasa nisfu sya'ban adalah puasa yang dilakukan pada awal pertengahan di bulan syaban.
Pelaksanaan puasa syaban ini mirip dengan puasa lainnya.
5. Puasa Pertengahan Bulan
Puasa pertengahan bulan adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap
bulan sesuai tanggalan hijriah. Pelaksanaan puasa pertengahan bulan mirip dengan puasa
lainnya.
6. Puasa Asyura
Puasa asyura adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 10 di bulan muharam / muharram.
Pelaksanaan puasa assyura mirip dengan puasa lainnya.
7. Puasa Arafah
Puasa arafah adalah puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9 di bulan zulhijah untuk orang-
orang yang tidak menjalankan ibadah pergi haji. Pelaksanaan arafah mirip dengan puasa
lainnya.
8. Puasa Syawal
Puasa syawal dikerjakan pada 6 hari di bulan syawal. Puasa syawal boleh dilakukan pada 6
hari berturut-turut setelah lebaran idul fitri. Pelaksanaan arafah mirip dengan puasa lainnya.
3. HUBUNGAN ANTARA SHALAT DENGAN PUASA
Dalam agama Islam, kita mengenal istilah Rukun Islam, yang terdiri dari lima perkara yaitu :
syahadat, shalat, puasa. zakat dan haji. Kelima perkara itu merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat dipisahkan, makanya perkara tersebut dinamakan rukun, yang artinya
satu kesatuan atau tidak terpisah. Sebenarnya kata “rukun” berasal dari serapan bahasa Arab,
yaitu ruku‟ yang artinya sudut atau siku. Sedangkan Islam berarti damai. Berdasarkan arti ini,
dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai kedamaian (Islam) dapat ditempuh dengan lima
sudut jalan dimana kelima sudut tersebut saling berhubungan. Kelima sudut Islam tersebut,
dapat diumpamakan gambar segi empat : Berdasarkan gambar segiempat, terlihat bahwa
sudut puasa merupakan pusat dari empat sudut rukun Islam lainnya. Kalau dikaitkan dengan
jari tangan kita, rukun Islam dapat diumpamakan jari tengah adalah simbol puasa, sedangkan
jari jempol simbol dari syahadat, jari telunjuk simbol dari shalat, jari manis simbol dari zakat
dan jari kelingking simbol dari haji. Kelima jari tangan kita merupakan satu kesatuan yang
utuh dan sempurna. Mengapa ibadah puasa menjadi pusat dari rukun Islam ? Inilah misteri
yang akan kita bahas. Kita sudah mengetahui bahwa hanya ibadah puasalah yang bersifat
sangat rahasia kerena untuk mengetahui seseorang itu berpuasa atau tidak hanya dirinya dan
Allah-lah yang mengetahuinya. Sehingga ibadah puasa menjadi rahasia bagi seorang hamba
dengan Tuhannya. “Setiap amal anak Adam adalah untuk anak Adam itu sendiri, kecuali
puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan memberi ganjaran atas
puasanya itu”. (HR Bukhari) Dari Hadits tersebut, ternyata hanya ibadah puasalah yang
amalnya diperuntukkan Allah. Kemudian hanya Allah yang berhak memberi ganjaran atas
puasanya itu. Apakah ganjaran bagi orang yang berpuasa itu ? terlihat dengan jelas bahwa
ganjaran bagi orang yang berpuasa adalah kegembiraan ketika berbuka dan bertemu dengan
Allah. Selama ini kita sudah berpuasa sekian tahun, akan tetapi, sudahkah kita mendapat
pengalaman spiritual yang sangat mengembirakan yaitu bertemu dengan Allah Yang Maha
Indah ? Kalau kita sudah berpuasa tapi belum pernah bertemu dengan Allah, lalu bagaimana
caranya agar puasa kita dapat mengantarkan diri kita mencapai pengalaman bertemu dengan
Allah ? Intisari dari amal ibadah puasa adalah menahan, mengekang dan mengendalikan diri
kita dari makan dan minum serta dorongan hawa nafsu kita yang keluar dari sembilan lubang
kehidupan yang ada dikepala dan tubuh kita. Proses menahan aktivitas inderawi ini,
sebenarnya sudah pernah kita alami dan lakukan, tetapi sayangnya kita telah melupakan
peristiwa tersebut. Pengalaman berpuasa itu adalah ketika diri kita masih berupa janin bayi
yang berada dalam kandungan seorang ibu. Di dalam kandungan tersebut, kita sebagai bayi,
tidak melakukan aktivitas inderawi, karena kita sedang berendam dalam air ketuban yang
mengalir dan bersirkulasi. Dengan kata lain, saat itu kita tidak makan dan minum melalui
lubang mulut, kita juga tidak melakukan buang air besar dan kecil, tidak berbicara kotor,
tidak melihat dan mendengar hal-hal yang berbau maksiat. Singkatnya kita memang sedang
melakukan ibadah puasa secara kafah atau total selama sembilan bulan. Saat itulah kita
sedang menerima dan menikmati kegembiraan yang luar biasa, yaitu kita sedang mendapat
curahan kasih dan sayang dari Allah di alam rahim. Kita saat itu tidak merasakan bahagia
atau sedih, panas atau dingin, manis atau pahit dan sebagainya. Mengapa hal itu bisa kita
alami ? karena kita saat itu sedang bertatap muka (tawajuh) dengan Allah di alam rahim-Nya.
Sesuai dengan firman-Nya : “Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Wajah Allah,
yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kehanifan dan aku tidak termasuk orang
musyrik” (QS Al An‟am 6 :179) Setelah lahir, pintu indera jasmani kita terbuka dan mulai
menikmati keindahan duniawi, disisi lain pintu-pintu indera batin kita perlahan mulai
tertutup, sehingga lambat laun kita melupakan pengalaman bertemu dengan Allah ketika
berpuasa di dalam kandungan tersebut.
Untuk mendapatkan kembali pengalaman bertemu dengan Allah itu dengan berpuasa, di
utuslah para Nabi dan Rasul dengan membawa Kitab-Kitab Suci-Nya, yang isinya adalah
Peringatan (Adz Dzikra) yang mengingatkan kita, karena kita telah lupa ingatan terhadap asal
mula kejadian kita dalam kandungan. Para Juru Ingat tersebut menyeru dengan satu seruan
agar kita kembali menghadap dan menemui asal kita yaitu Allah dengan cara mengulang
kembali ke awal mula kejadian diri kita dahulu. Seruan itu di isyaratkan dalam Al Qur‟an dan
Injil : “Katakanlah : “Sesungguhnya aku mengajarkan kepada kamu dengan satu ajaran saja,
yaitu bahwa kamu harus bangkit untuk menghadap Allah , berdua-dua atau sendiri-sendiri,
kemudian hendaklah kamu pikirkan , tiadalah sahabat kamu itu gila, dia tiada lain hanyalah
pemberi Peringatan kepada kamu, sebelum datang azab yang sangat keras”. ( QS Saba‟ 34 :
46) “Sesungguhnya kamu akan datang kembali menemui Kami dengan sendiran seperti kamu
Kami ciptakan pada awal mula penciptaan, dan pada saat itu kamu akan meninggalkan
dibelakangmu semua apa yang dianugerahkan Allah kepadamu.........”. (QS Al An‟am 6 : 94)
“Yesus berkata : Sesungguhnya aku berkata kepadamu, Jika kamu tidak kembali seperti bayi
dalamkandungan, sekali-kali kamu tidak dapat masuk ke dalam kerajan Allah”. (Injil, Matius
18 : 3) Jika kita ingin bertemu dengan Allah, kita harus menggingat dan mengulang kembali
perjalanan dan pengalaman diri kita, ketika diciptakan oleh Allah pada pertama kali, yaitu
ketika diri kita terendam dalam air ketuban dan ketika inderawi kita sedang tidak berfungsi.
Untuk mengulang kembali peristiwa itu Allah memerintahkan kita untuk melakukan ibadah
puasa seperti yang pernah kita lakukan dahulu dalam kandungan seorang ibu. Inilah perintah
puasa yang diisyaratkan oleh Allah dalam Al Qur‟an :
“Wahai orang-orang yang beriman, telah ditetapkan atas kamu berpuasa seperti telah
ditetapkan kepada orang-orang terdahulu dari kamu supaya kamu terpelihara”. (QS Al
Baqarah 2 : 183) Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintahkan agar kita berpuasa kembali
seperti puasa yang per nah kita lakukan dahulu dalam kandungan seorang ibu. Mungkin
timbul pertanyaan dalam diri kita, bagaimana caranya kita kembali ke dalam kandungan atau
alam rahim ?
Kita sering tidak menyadari arti kata “kamaa”. Dalam ayat-ayat diatas. Dalam bahasa Arab,
kata “kamaa” artinya adalah “seperti, sebagaimana atau bagaikan”. Dari arti ini dapat
disimpulkan bahwa perintah untuk kembali ke awal kejadian adalah bukan dalam arti
sesungguhnya, tetapi mirip dengan kejadian awal. Jadi kita harus mengkondisikan diri kita
seperti kondisi yang mirip dengan suasana di dalam kandungan. Suasana dalam kandungan
adalah penuh kedamaian, karena indera kita sedang tidak berfungsi. Begitupula jika kita
melakukan ibadah puasa, kita bukan saja manahan diri dari makan dan minum saja tetapi juga
harus menahan diri dari mendengar, melihat, dan mencium aroma yang ada di luar diri kita.
Pada saat itu yang kita lakukan hanyalah berdzikrullah sampai kita bertemu dengan Allah,
yang dikiaskan dengan munculnya “Asy Syamsu”(matahari) atau “Asy Syahru” (bulan).
“....Barang siapa diantara kamu menyaksikan “syahra”, maka hendaklah ia berpuasa....”.(QS
Al Baqarah 2 : 185)
Kata “syahra” merupakan kata simbolis dari Nur Allah yang tajalli dalam diri orang yang
berpuasa. Pada saat Nur Allah tajalli dalam diri dan tersaksikan, maka orang tersebut harus
berpuasa dengan menahan diri untuk tidak makan, minum, mendengar, melihat, berbicara dan
berfikir yang negatif. Inilah yang dikatakan dalam bahasa agama, bahwa kita mengawali
berpuasa dengan sistem ru‟yat. Apakah yang diru‟yat oleh orang yang berpuasa ? tentunya
adalah Ru‟yatullah (melihat Allah).
Ada juga yang melakukan ibadah puasa dahulu baru kemudian nanti melihat “syahra”, inilah
yang disebut dengan mengawali puasa dengan sistem “hisab”. Artinya seseorang menahan
diri dulu dari aktifitas inderawi, baru kemudian secara perlahan dia akan melihat “syahra”
atau Nur Allah.
Berapa lama kita melakukan ibadah puasa, tergantung dari seberapa lama “Asy Syamsu”
tersaksikan oleh pelaku puasa. Dengan kata lain lamanya puasa kita tergantung dari seberapa
lama Nur Allah yang tajalli dan tersaksikan oleh mata batin kita. Inilah, yang dalam bahasa
syariat, bahwa orang berpuasa dimulai dari terbitnya sinar matahari sampai terbenamnya
sinar matahari. Peristiwa inilah yang diisyaratkan dalam Al Qur‟an.
“Apakah engkau mengira sesungguhnya penghuni gua dan raqim itu adalah termasuk tanda-
tanda Kami yang mengagumkan? Ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua, lalu
mereka berkata : “ Ya Tuhan kami, berilah kami rahmat dari sisi-Mu dan siapkanlah petunjuk
dalam urusan kami”. Lalu Kami menutup telinga mereka di dalam gua itu bertahun-tahun
lamanya. Kemudian Kami bangunkan mereka untuk Kami buktikan siapa yang lebih dapat
menghitung masa mereka tinggal”. (QS Al Kahfi 18 : 9-12)
“Dan engkau mengira mereka bangun padahal mereka tidur. Kami balikkan mereka ke kanan
dan ke kiri sedang anjing mereka terbentang kedua lengannya di muka pintu gua...”. (QS Al
Kahfi 18 : 18)
Secara simbolis, ayat tersebut diatas sebenarnya mengisahkan peristiwa seorang yang sedang
melakukan puasa dalam rangka bertemu dengan Allah, yang dilakukan oleh “ tujuh penghuni
gua”.
Ash Habul Kahfi artinya penghuni gua yang berjumlah tujuh. Ini adalah simbol dari tujuh
rasa kesadaran yang menghuni tujuh lubang inderawi yang ada di kepala manusia. Sedang
raqim (batu tulis) adalah simbol dari petunjuk yang telah ditanamkan dengan kuat dalam
qalbu penghuni gua. Sedangkan anjing simbol dari struktur bangunan tubuh manusia.
Ketika pengaruh kenikmatan duniawi yang tercerap oleh tujuh lubang inderawi kita, sudah
sedemikian kuat. Maka kita harus secepatnya melindungi diri kita dari pengaruh kenikmatan
duniawi tersebut dengan cara “berpuasa” menahan aliran kesadaran yang mengarah keluar
menjadi ke arah dalam diri dengan cara menutup “pintu gua inderawi”. Setelah pintu gua
inderawi tertutup, maka kita bermohon kepada Allah agar diberikan Rahmat dan Rahim serta
Nur Hidayah. Munculnya Rahmat dan Hidayah ini dikiaskan dengan terlihatnya sinar
matahari yang terbit dari kanan gua ke arah kiri gua. Dengan munculnya Nur Allah yang
dikiaskan dengan “Sinar matahari” yang tersaksikan oleh mata batin kita, maka lambat laun
kesadaran jasmani kita akan menghilang secara berangsur-angsur, sehingga kita tidak lagi
mengingat lintasan peristiwa yang terjadi diluar diri kita, sampai kita terbangun kembali
dengan kesadaran yang baru.
4. HUBUNGAN ANTARA TAHARA DENGAN SHALAT
Allah SWT adalah Dzat yang suci menciptakan manusia dari suatu zat yang suci. Dan
sesuatu yang berawal dari yang suci maka akan kembali dan diterima apabila dia telah
suci. Didalam diri manusia terdapat dzat yang suci yang berasal dari tuhan mu, Tapi
apakah yang dapat membedakan hamba dengan tuhannya?ternyata shalat lima waktulah
yang dapat menjawabnya
Shalat adalah media yang dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW, dan shalat
pula lah yang dapat membedakan antara hamba dan tuhannya. Dimana posisi hamba
adalah menyembah tuhannya. Shalat adalah wajib dikerjakan bagi hambanya.
Didalam tubuh manusia terdapat zat yang berasal dari tuhannya, namun tidak pulalah
seorang hamba mengangkat dirinya sebagai tuhan, karna berpatokan bahwa tuhan adalah
aku dan aku adalah tuhan dengan mengikut sertakan pemikiran bahwa dia berasal dari dzat
yang suci sama dengan tuhan.
Islam itu agama mudah untuk dipahami, tapi jangan untuk dimudah-mudahkan. Inti islam
adalah shalat serta Thaharah(kesucian). Shalat berguna untuk mendekatkan diri dengan
tuhanyna, serta membedakan antara hamba dengan tuhannya. Thaharah (kesucian) itu
terdapat pada tingkah laku mulai dari :
1. Kesucian Pikiran
2. Kesucian Hati
3. Kesucian Pandangan(penglihatan)
4. Kesucian Pendengaran
5. Kesucian Perkataan
6. Kesucian/Kebersihan tubuh dari nazis
7. Kesucian/Kebersihan pakaian dari najis
8. Kesucian makan dan minuman yang dikonsumsi
9. Kesucian harta yang dimiliki
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Thaharah adalah bersih dari kotoran atau mensucikan diri
2. Shalat adalah ibadah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir yang diakhiri dengan salam
3. Puasa adalah menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami istri
dan semua hal yang membatalkan puasa
B. SARAN
Agama Islam sangat memperhatikan masalah thararah karena dalam ilmu fiqih poin pertama
yang dijumpai adalah masalah thaharah. Shalat, adalah tiang agama karena tanpa shalat
berarti kita sama saja meruntuhkan agama. Ibarat rumah, kalau tidak ada tiangnya tentu akan
runtuh. Puasa adalah menahan nafsu. Islam mengajak kita berpuasa agar menahan nafsu.
DAFTAR PUSTAKA
 Al-Jazairi Abu Bakr Jabir. 2000. Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim. Darul Falah.
 Jakarta.
 Rifa‟I Muh. 1976. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. PT. Karya Toha Putra.
 Semarang
 Sakka Ambo. 1996. Modul Pendidikan Agama Islam. MKU Universitas Hasanuddin.
 Makassar
 Sumaji Muh Anis. 2008. 125 Masalah Thaharah. Tiga Serangkai. Solo
 www.google.com. Diakses 17 September 2009
 www.imajinasipendidikan.blogspot.com. Diakses 17 September 2009
 www.wikipedia.com. Diakses 17 September 2009
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil „Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW,
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku
umatnya.
makalah ini penulis membahas mengenai “HUBUNGAN TAHARA DENGAN SHALAT
DAN HUBUNGAN SHALAT DENGAN PUASA”, dengan makalah ini penulis
mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.
Raha, Juli 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................................... i
Daftar isi.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
1. Pengertian Ibadah ............................................................................................... 2
2. Hubungan Tahara, Shalat, dan Puasa.................................................................... 3
BAB III PENUTUP................................................................................................. 12
3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 12
3.2. Saran................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13
HUBUNGAN TAHARA DENGAN SHALAT DAN
HUBUNGAN SHALAT DENGAN PUASA
DISUSUN OLEH :
NAMA : WA ODE RINA
JURUSAN : PAUD
SEMESTER : II
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
KELAS RAHA
2013

Contenu connexe

Tendances (18)

Bab ii sholat
Bab ii sholatBab ii sholat
Bab ii sholat
 
Hakikat dan Keutamaan Shalat
Hakikat dan Keutamaan ShalatHakikat dan Keutamaan Shalat
Hakikat dan Keutamaan Shalat
 
3. Shalat,Puasa, Haji dan Umrah.pptx
3. Shalat,Puasa, Haji dan Umrah.pptx3. Shalat,Puasa, Haji dan Umrah.pptx
3. Shalat,Puasa, Haji dan Umrah.pptx
 
Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 
makalah fikih , air dan najis
makalah fikih , air dan najismakalah fikih , air dan najis
makalah fikih , air dan najis
 
Puasa AIK II.pptx
Puasa AIK II.pptxPuasa AIK II.pptx
Puasa AIK II.pptx
 
Khutbah idul fitri 1439 revised
Khutbah idul fitri 1439 revisedKhutbah idul fitri 1439 revised
Khutbah idul fitri 1439 revised
 
Hikmah ibadah dalam islam copy
Hikmah ibadah dalam islam   copyHikmah ibadah dalam islam   copy
Hikmah ibadah dalam islam copy
 
Pengenalan
PengenalanPengenalan
Pengenalan
 
Sholat penyempurna agama dan kesehatan
Sholat penyempurna agama dan kesehatanSholat penyempurna agama dan kesehatan
Sholat penyempurna agama dan kesehatan
 
Solihin
SolihinSolihin
Solihin
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalah
 
Konsep Ibadah
Konsep IbadahKonsep Ibadah
Konsep Ibadah
 
001 fiqih-thaharah
001 fiqih-thaharah001 fiqih-thaharah
001 fiqih-thaharah
 
Rpp materi puasa
Rpp materi puasaRpp materi puasa
Rpp materi puasa
 
TugAS modul bu ambar senin
TugAS modul bu ambar seninTugAS modul bu ambar senin
TugAS modul bu ambar senin
 
Makalah tentang solat
Makalah tentang solatMakalah tentang solat
Makalah tentang solat
 
Hakekat Beragama Islam
Hakekat Beragama IslamHakekat Beragama Islam
Hakekat Beragama Islam
 

Similaire à Hubungan tahara dengan shalat 2

Taharah, Solat dan Puasa
Taharah, Solat dan PuasaTaharah, Solat dan Puasa
Taharah, Solat dan Puasa
Saffawati Kadir
 
Fiqih Kelas 1
Fiqih Kelas 1Fiqih Kelas 1
Fiqih Kelas 1
asyafiul
 
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptxMedia ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
AsrulWahid1
 
Makalah pembidangan ilmu fiqh
Makalah pembidangan ilmu fiqhMakalah pembidangan ilmu fiqh
Makalah pembidangan ilmu fiqh
M fazrul
 

Similaire à Hubungan tahara dengan shalat 2 (20)

Hubungan tahara dengan shalat
Hubungan tahara dengan shalatHubungan tahara dengan shalat
Hubungan tahara dengan shalat
 
Hubungan tahara dengan shalat 3
Hubungan tahara dengan shalat 3Hubungan tahara dengan shalat 3
Hubungan tahara dengan shalat 3
 
Hubungan tahara dengan shalat 3
Hubungan tahara dengan shalat 3Hubungan tahara dengan shalat 3
Hubungan tahara dengan shalat 3
 
LJK FIQIH UAS.docx
LJK FIQIH UAS.docxLJK FIQIH UAS.docx
LJK FIQIH UAS.docx
 
Fiqih Tharahah
Fiqih TharahahFiqih Tharahah
Fiqih Tharahah
 
Taharah, Solat dan Puasa
Taharah, Solat dan PuasaTaharah, Solat dan Puasa
Taharah, Solat dan Puasa
 
Makalah rahim
Makalah rahimMakalah rahim
Makalah rahim
 
Makalah rahim
Makalah rahimMakalah rahim
Makalah rahim
 
Fiqih Kelas 1
Fiqih Kelas 1Fiqih Kelas 1
Fiqih Kelas 1
 
THAHARAH.ppt.pptx
THAHARAH.ppt.pptxTHAHARAH.ppt.pptx
THAHARAH.ppt.pptx
 
Konsep Thaharah Kel3-1C.pptx
Konsep Thaharah Kel3-1C.pptxKonsep Thaharah Kel3-1C.pptx
Konsep Thaharah Kel3-1C.pptx
 
Arkanul islam
Arkanul islamArkanul islam
Arkanul islam
 
Sholat.ppt.ppt
Sholat.ppt.pptSholat.ppt.ppt
Sholat.ppt.ppt
 
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ahPengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
 
Fiqh shalat
Fiqh shalatFiqh shalat
Fiqh shalat
 
Ai3 ibadah kelompok 3
Ai3 ibadah kelompok 3 Ai3 ibadah kelompok 3
Ai3 ibadah kelompok 3
 
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptxMedia ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
Media ajar Asrul MAteri KD.3 Fiqh _ppt.pptx
 
Makalah pembidangan ilmu fiqh
Makalah pembidangan ilmu fiqhMakalah pembidangan ilmu fiqh
Makalah pembidangan ilmu fiqh
 
kel 8 ppt jusiah-1perkukiahantugasmakalah.pptx
kel 8 ppt jusiah-1perkukiahantugasmakalah.pptxkel 8 ppt jusiah-1perkukiahantugasmakalah.pptx
kel 8 ppt jusiah-1perkukiahantugasmakalah.pptx
 
Makalah pendidikan agama
Makalah pendidikan agamaMakalah pendidikan agama
Makalah pendidikan agama
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha

Plus de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Hubungan tahara dengan shalat 2

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Thaharah Setiap sendi kehidupan yang dijalani manusia mempunyai muatan ibadah di sisi Allah SWT. Di dalam terminologi fiqih. Ibadah di bedakan menjadi dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang mempunyai tata cara tertentu dan aturan-aturan yang tertentu pula. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tidak di tentukan tata cara dan bersifat umum. Pada pembahasan tentang ibadah khususnya shalat – thaharah menempati posisi yang sangat penting dalam pelaksanaannya karena thaharah adalah syarat mutlak sah dan tidaknya shalat yang dilaksanakan oleh seorang muslim. Thaharah secara bahasa berarti nazhafah (kebersihan) atau bersih dari kotoran baik yang bersifat nyata seperti najis maupun yang bersifat maknawiyah seperti aib. Adapun secara syar‟I thaharah adalah menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi kotoran berupa hadast atau najis dengan menggunakan air dan sebagainya sedangkan untuk mengangkat najis harus dengan tanah. 2. Shalat Shalat secara etimologi kata shalat berasal dari bahasa arab yang berarti do‟a. secara terminologi shalat adalah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat dan rukun-rukun yang telah ditetapkan. 3. Puasa Menurut bahasa puasa berarti imsak atau menahan, sedangkan puasa menurut syariat ialah menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami istri dan semua hal- hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar hingga terbenam matahari. B. Rumusan Masalah 1. Thaharah Menurut tradisi kitab-kitab fiqih pembahasan thaharah selalu ditempatkan pada poin yang pertama karena thaharah termasuk ibadah pokok yang diwajibkan sebagaimana halnya ibadah-ibadah pokok lainnya seperti shalat, puasa dan zakat. Di antara bersuci yang diperintahkan ialah wudhu, mandi dan membersihkan najis dari badan dan pakaian dan semua itu inti dari bersuci. 2. Shalat Shalat dalam agama islam merupakan ibadah yang paling utama karena demikian utamanya, maka shalat menjadi pembeda antara orang yang beriman dengan yang tidak beriman.
  • 2. Rasulullah SAW menyatakan dalam hadistnya : barangsiapa yang meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja, maka ia telah kafir yang nyata (H.R Tabrani) Kemudian Rasulullah SAW menegaskan bahwa shalat merupakan tiang agama. 3. Puasa Puasa di bulan Ramadhan adalah rukun Islam yang keempat. Hukumnya fardu ain atas setiap muslim yang sudah baligh. Puasa diisyaratkan pada tahun kedua Hijriah sesudah turunnya perintah shalat dan zakat. Puasa sudah bermula sejak awal manusia diciptakan di tandai dengan peristiwa pelarangan Allah SWT kepada nenek kita Adam dan Hawa pada saat memakan buah khuldi di surga.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN IBADAH Secara etimologi, kata ibadah berasal dari bahasa Arab, dari kata abdun artinya hamba (abdi), ibadah artinya pengabdian. Jadi, ibadah dimaksudkan sebagai sarana pengabdian atau penyembahan kepada Allah. Secara termonologi, pengertian ibadah banyak ragamnya sesuai dengan sudut pandang masing-masing ulama, antara lain sebagai berikut : A. Pengertian umum ibadah ialah : sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya B. Menurut - ulama Tauhid, ibadah ialah : mengesakan Allah, membesarkan-Nya dengan sepenuh-penuhnya, serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya. Ulama tauhid menyamakan ibadah dengan Tauhid, sesuai dengan Q.S. al-Nisa (4) : 36. C. Menurut ulama tasawwuf, ibadah ialah : perbuatan seorang mukallaf yang berlawanan dengan kehendak hawa nafsunya dalam rangka mengagungkan Tuhannya. Menurut ulama tasawwuf, ibadah itu mempunyai tiga bentuk, yaitu :  Mengharapkan pahala dan terhindar dari siksa-Nya.  Karena memandang bahwa Allah berhak untuk di sembah tanpa memperdulikan apakah yang akan diperoleh daripada-Nya.  Karena Allah sangat dicintainya, sehingga senantiasa berusaha untuk dekat dengan- Nya.  Menurut ulama - fiqhi, ibadah ialah : segala yang dikerjakan untuk memperoleh ridha Allah dan mengharapkan pahala di akhirat.  Menurut ulama akhlak, ibadah ialah : melaksanakan dengan ketaatan badaniya, dan menyelenggarakan segala ketentuan syariat. 2. HUBUNGAN THAHARAH, SHALAT, DAN PUASA 1. Faedah Thaharah Thaharah artinya bersuci. Thaharah menurut syara' ialah suci dari hadats dan najis. Suci dari hadats ialah dengan mengerjakan wudhu, mandi dan tayammum. . Suci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian. A. Macam-macam Air Air yang dapat dipakai bersuci ialah air yang bersih (suci dan mensucikan) yaitu air yang turun dari langit atau keluar dari bumi yang belum dipakai untuk bersuci. B. Pembagian Air Ditinjau dari segi hukumnya, air itu dapat dibagi empat bagian :
  • 4. 1. Air suci dan mensucikan, yaitu air mutlak artinya air yang masih murni, dapat digunakan untuk bersuci dengan tidak makruh, (air mutlak artinya air yang sewajarnya. 2. Air suci dan dapat mensucikan, tetapi rnakruh digunakan, yaitu air musyammas (air yang dipanaskan dengan matahari) di tempat logam yang bukan emas. 3. Air suci tetapi tidak dapat mensucikan, seperti: Air musta'mal (telah digunakan untuk bersuci) menghilangkan hadats. Atau menghilangkan najis walaupun tidak berubah rupanya, rasanya dan baunya 4. Air mutanajis yaitu air yang kena najis (kemasukan najis), sedang jumlahnya kurang dari dua kullah, maka air yang semacam ini tidak suci dan tidak dapat mensucikan. Jika lebih dari dua kullah dan tidak berubah sifatnya, maka sah untuk bersuci. 2. Faedah Shalat 1. Definisi & Pengertian Sholat Fardhu / Wajib Lima Waktu Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan persyaratan yang ada. 2. Hukum, Tujuan dan Syarat Solat Wajib Fardhu 'Ain Hukum sholat fardhu lima kali sehari adalah wajib bagi semua orang yang telah dewasa atau akil baligh serta normal tidak gila. Tujuan shalat adalah untuk mencegah perbuatan keji dan munkar. Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu, yaitu : 1. Beragama Islam 2. Memiliki akal yang waras alias tidak gila atau autis 3. Berusia cukup dewasa 4. Telah sampai dakwah islam kepadanya 5. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya 6. Sadar atau tidak sedang tidur Syarat sah pelaksanaan sholat adalah sebagai berikut ini : 1. Masuk waktu sholat 2. Menghadap ke kiblat 3. Suci dari najis baik hadas kecil maupun besar 4. Menutup aurat 3. Rukun Shalat Dalam sholat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni : 1. Niat 2. Posisis berdiri bagi yang mampu 3. Takbiratul ihram
  • 5. 4. Membaca surat al-fatihah 5. Ruku / rukuk yang tumakninah 6. I'tidal yang tuma'ninah 7. Sujud yang tumaninah 8. Duduk di antara dua sujud yang tuma'ninah 9. Sujud kedua yang tuma'ninah 10. Tasyahud 11. Membaca salawat Nabi Muhammad SAW 12. Salam ke kanan lalu ke kiri 4. Yang Membatalkan Aktivitas Sholat Kita Dalam melaksanakan ibadah shalat, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal yang mampu membatalkan shalat kita, contohnya seperti : 1. Menjadi hadas / najis baik pada tubuh, pakaian maupun lokasi 2. Berkata-kata kotor 3. Melakukan banyak gerakan di luar sholat bukan darurat 4. Gerakan sholat tidak sesuai rukun shalat dan gerakan yang tidak tuma'ninah. 3. Faedah Puasa Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat islam puasa adalah suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari / fajar / subuh hingga matahari terbenam / maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya. Puasa mempunyai banyak faedah bagi rohani dan jasmani kita, antara lain: 1. Puasa adalah ketundukan, kepatuhan, dan keta'atan kepada Allah swt., maka tiada balasan bagi orang yang mengerjakannya kecuali pahala yang melimpah-ruah dan baginya hak masuk surga melalui pintu khusus bernama 'Ar-Rayyan'. Orang yang berpuasa juga dijauhkan dari azab pedih serta dihapuskan seluruh dosa-dosa yang terdahulu. Patuh kepada Allah Swt berarti meyakini dimudahkan dari segala urusannya karena dengan puasa secara tidak langsung kita dituntun untuk bertakwa, yaitu mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Sebagaimana yang terdapat pada surat Al- Baqarah: 183, yang berbunyi ; "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kamu untuk berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa". 2. Berpuasa juga merupakan sarana untuk melatih diri dalam berbagai masalah seperti jihad nafsi, melawan gangguan setan, bersabar atas malapetaka yang menimpa. Bila mencium aroma masakan yang mengundang nafsu atau melihat air segar yang menggiurkan kita harus menahan diri sampai waktu berbuka. Kita juga diajarkan untuk memegang teguh amanah Allah swt, lahir dan batin, karena tiada seorangpun yang sanggup mengawasi kita kecuali Ilahi Rabbi. Adapun puasa melatih menahan dari berbagai gemerlapnya surga duniawi, mengajarkan
  • 6. sifat sabar dalam menghadapi segalaa sesuatu, mengarahkan cara berfikir sehat serta menajamkan pikiran (cerdas) karena secara otomatis mengistirahatkan roda perjalanan anggota tubuh. Lukman berwasiat kepada anaknya :"Wahai anakku, apabila lambung penuh, otak akan diam maka seluruh anggota badan akan malas beribadah". 3. Dengan puasa kita diajarkan untuk hidup teratur, karena menuntun kapan waktu buat menentukan waktu menghidangkan sahur dan berbuka. Bahwa berpuasa hanya dirasakan oleh umat Islam dari munculnya warna kemerah-merahan di ufuk timur hingga lenyapnya di sebelah barat. Seluruh umat muslim sahur dan berbuka pada waktu yang telah ditentukan karena agama dan Tuhan yang satu. 4. Begitupun juga menumbuhkan bagi setiap individu rasa persaudaraan serta menimbulkan perasaan untuk saling menolong antar sesama. Saling membahu dalam menghadapi rasa lapar, dahaga dan sakit. Disamping itu mengistirahatkan lambung agar terlepas dari bahaya penyakit menular misalnya. Rasulullah Saw bersabda, "Berpuasalah kamu supaya sehat". Seorang tabib Arab yang terkenal pada zamannya yaitu Harist bin Kaldah mengatakan bahwa lambung merupakan sumber timbulnya penyakit dan sumber obat penyembuh". Hari-hari yang dilarang untuk puasa, yaitu : saat lebaran idul fitri 1 syawal dan idul adha 10 dzulhijjah Hari tasyriq : 11, 12, dan 13 zulhijjah Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi tahan terhadap hawa nafsu, sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu bersyukur kepada Allah SWT dan juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat. Orang yang diperbolehkan untuk berbuka puasa sebelum waktunya adalah : Dalam perjalanan jauh 80,640 km (wajib qodo puasa) Sedang sakit dan tidak dapat berpuasa (wajib qodo puasa) Sedang hamil atau menyusui (wajib qada puasa dan membayar fidyah) Sudah tua renta atau sakit yang tidak sembuh-sembuh (wajib membayar fidyah ¾ liter beras atau bahan makanan lain) 1. Puasa Ramadhan Puasa Ramadhan hukumnya adalah wajib bagi orang yang sehat. Sedangkan bagi yang sakit atau mendapat halangan dapat membayar puasa ramadhan di lain hari selain bulan ramadan. Puasa ramadhan dilakukan selama satu bulan penuh di bulan romadhon kalender hijriah / islam. Puasa ramadhan diakhiri dengan datangnya bulan syawal di mana dirayakan dengan lebaran ied / idul fitri. 2. Puasa Senin Kamis Puasa senin kamis hukumnya adalah sunah / sunat di mana tidak ada kewajiban dan paksaan untuk menjalankannya. Pelaksanaan puasa senin kamis mirip dengan puasa lainnya hanya saja dilakukannya harus pada hari kamis dan senin saja, tidak boleh di hari lain.
  • 7. 3. Puasa Nazar Untuk puasa nazar hukumnya wajib jika sudah niat akan puasa nazar. Jika puasa nazar tidak dapat dilakukan maka dapat diganti dengan memerdekakan budak / hamba sahaya atau memberi makan / pakaian pada sepuluh orang miskin. Puasa nazar biasanya dilakukan jika ada sebabnya yang telah diniatkan sebelum sebab itu terjadi. Nazar dilakukan jika mendapatkan suatu nikmat / keberhasilan atau terbebas dari musibah / malapetaka. Puasa nazar dilakukan sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas ni'mat dan rizki yang telah diberikan. 4. Puasa Bulan Syaban / Nisfu Sya'ban Puasa nisfu sya'ban adalah puasa yang dilakukan pada awal pertengahan di bulan syaban. Pelaksanaan puasa syaban ini mirip dengan puasa lainnya. 5. Puasa Pertengahan Bulan Puasa pertengahan bulan adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan sesuai tanggalan hijriah. Pelaksanaan puasa pertengahan bulan mirip dengan puasa lainnya. 6. Puasa Asyura Puasa asyura adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 10 di bulan muharam / muharram. Pelaksanaan puasa assyura mirip dengan puasa lainnya. 7. Puasa Arafah Puasa arafah adalah puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9 di bulan zulhijah untuk orang- orang yang tidak menjalankan ibadah pergi haji. Pelaksanaan arafah mirip dengan puasa lainnya. 8. Puasa Syawal Puasa syawal dikerjakan pada 6 hari di bulan syawal. Puasa syawal boleh dilakukan pada 6 hari berturut-turut setelah lebaran idul fitri. Pelaksanaan arafah mirip dengan puasa lainnya. 3. HUBUNGAN ANTARA SHALAT DENGAN PUASA Dalam agama Islam, kita mengenal istilah Rukun Islam, yang terdiri dari lima perkara yaitu : syahadat, shalat, puasa. zakat dan haji. Kelima perkara itu merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan, makanya perkara tersebut dinamakan rukun, yang artinya satu kesatuan atau tidak terpisah. Sebenarnya kata “rukun” berasal dari serapan bahasa Arab, yaitu ruku‟ yang artinya sudut atau siku. Sedangkan Islam berarti damai. Berdasarkan arti ini, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai kedamaian (Islam) dapat ditempuh dengan lima sudut jalan dimana kelima sudut tersebut saling berhubungan. Kelima sudut Islam tersebut, dapat diumpamakan gambar segi empat : Berdasarkan gambar segiempat, terlihat bahwa sudut puasa merupakan pusat dari empat sudut rukun Islam lainnya. Kalau dikaitkan dengan jari tangan kita, rukun Islam dapat diumpamakan jari tengah adalah simbol puasa, sedangkan jari jempol simbol dari syahadat, jari telunjuk simbol dari shalat, jari manis simbol dari zakat
  • 8. dan jari kelingking simbol dari haji. Kelima jari tangan kita merupakan satu kesatuan yang utuh dan sempurna. Mengapa ibadah puasa menjadi pusat dari rukun Islam ? Inilah misteri yang akan kita bahas. Kita sudah mengetahui bahwa hanya ibadah puasalah yang bersifat sangat rahasia kerena untuk mengetahui seseorang itu berpuasa atau tidak hanya dirinya dan Allah-lah yang mengetahuinya. Sehingga ibadah puasa menjadi rahasia bagi seorang hamba dengan Tuhannya. “Setiap amal anak Adam adalah untuk anak Adam itu sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan memberi ganjaran atas puasanya itu”. (HR Bukhari) Dari Hadits tersebut, ternyata hanya ibadah puasalah yang amalnya diperuntukkan Allah. Kemudian hanya Allah yang berhak memberi ganjaran atas puasanya itu. Apakah ganjaran bagi orang yang berpuasa itu ? terlihat dengan jelas bahwa ganjaran bagi orang yang berpuasa adalah kegembiraan ketika berbuka dan bertemu dengan Allah. Selama ini kita sudah berpuasa sekian tahun, akan tetapi, sudahkah kita mendapat pengalaman spiritual yang sangat mengembirakan yaitu bertemu dengan Allah Yang Maha Indah ? Kalau kita sudah berpuasa tapi belum pernah bertemu dengan Allah, lalu bagaimana caranya agar puasa kita dapat mengantarkan diri kita mencapai pengalaman bertemu dengan Allah ? Intisari dari amal ibadah puasa adalah menahan, mengekang dan mengendalikan diri kita dari makan dan minum serta dorongan hawa nafsu kita yang keluar dari sembilan lubang kehidupan yang ada dikepala dan tubuh kita. Proses menahan aktivitas inderawi ini, sebenarnya sudah pernah kita alami dan lakukan, tetapi sayangnya kita telah melupakan peristiwa tersebut. Pengalaman berpuasa itu adalah ketika diri kita masih berupa janin bayi yang berada dalam kandungan seorang ibu. Di dalam kandungan tersebut, kita sebagai bayi, tidak melakukan aktivitas inderawi, karena kita sedang berendam dalam air ketuban yang mengalir dan bersirkulasi. Dengan kata lain, saat itu kita tidak makan dan minum melalui lubang mulut, kita juga tidak melakukan buang air besar dan kecil, tidak berbicara kotor, tidak melihat dan mendengar hal-hal yang berbau maksiat. Singkatnya kita memang sedang melakukan ibadah puasa secara kafah atau total selama sembilan bulan. Saat itulah kita sedang menerima dan menikmati kegembiraan yang luar biasa, yaitu kita sedang mendapat curahan kasih dan sayang dari Allah di alam rahim. Kita saat itu tidak merasakan bahagia atau sedih, panas atau dingin, manis atau pahit dan sebagainya. Mengapa hal itu bisa kita alami ? karena kita saat itu sedang bertatap muka (tawajuh) dengan Allah di alam rahim-Nya. Sesuai dengan firman-Nya : “Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Wajah Allah, yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kehanifan dan aku tidak termasuk orang musyrik” (QS Al An‟am 6 :179) Setelah lahir, pintu indera jasmani kita terbuka dan mulai menikmati keindahan duniawi, disisi lain pintu-pintu indera batin kita perlahan mulai tertutup, sehingga lambat laun kita melupakan pengalaman bertemu dengan Allah ketika berpuasa di dalam kandungan tersebut. Untuk mendapatkan kembali pengalaman bertemu dengan Allah itu dengan berpuasa, di utuslah para Nabi dan Rasul dengan membawa Kitab-Kitab Suci-Nya, yang isinya adalah
  • 9. Peringatan (Adz Dzikra) yang mengingatkan kita, karena kita telah lupa ingatan terhadap asal mula kejadian kita dalam kandungan. Para Juru Ingat tersebut menyeru dengan satu seruan agar kita kembali menghadap dan menemui asal kita yaitu Allah dengan cara mengulang kembali ke awal mula kejadian diri kita dahulu. Seruan itu di isyaratkan dalam Al Qur‟an dan Injil : “Katakanlah : “Sesungguhnya aku mengajarkan kepada kamu dengan satu ajaran saja, yaitu bahwa kamu harus bangkit untuk menghadap Allah , berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian hendaklah kamu pikirkan , tiadalah sahabat kamu itu gila, dia tiada lain hanyalah pemberi Peringatan kepada kamu, sebelum datang azab yang sangat keras”. ( QS Saba‟ 34 : 46) “Sesungguhnya kamu akan datang kembali menemui Kami dengan sendiran seperti kamu Kami ciptakan pada awal mula penciptaan, dan pada saat itu kamu akan meninggalkan dibelakangmu semua apa yang dianugerahkan Allah kepadamu.........”. (QS Al An‟am 6 : 94) “Yesus berkata : Sesungguhnya aku berkata kepadamu, Jika kamu tidak kembali seperti bayi dalamkandungan, sekali-kali kamu tidak dapat masuk ke dalam kerajan Allah”. (Injil, Matius 18 : 3) Jika kita ingin bertemu dengan Allah, kita harus menggingat dan mengulang kembali perjalanan dan pengalaman diri kita, ketika diciptakan oleh Allah pada pertama kali, yaitu ketika diri kita terendam dalam air ketuban dan ketika inderawi kita sedang tidak berfungsi. Untuk mengulang kembali peristiwa itu Allah memerintahkan kita untuk melakukan ibadah puasa seperti yang pernah kita lakukan dahulu dalam kandungan seorang ibu. Inilah perintah puasa yang diisyaratkan oleh Allah dalam Al Qur‟an : “Wahai orang-orang yang beriman, telah ditetapkan atas kamu berpuasa seperti telah ditetapkan kepada orang-orang terdahulu dari kamu supaya kamu terpelihara”. (QS Al Baqarah 2 : 183) Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintahkan agar kita berpuasa kembali seperti puasa yang per nah kita lakukan dahulu dalam kandungan seorang ibu. Mungkin timbul pertanyaan dalam diri kita, bagaimana caranya kita kembali ke dalam kandungan atau alam rahim ? Kita sering tidak menyadari arti kata “kamaa”. Dalam ayat-ayat diatas. Dalam bahasa Arab, kata “kamaa” artinya adalah “seperti, sebagaimana atau bagaikan”. Dari arti ini dapat disimpulkan bahwa perintah untuk kembali ke awal kejadian adalah bukan dalam arti sesungguhnya, tetapi mirip dengan kejadian awal. Jadi kita harus mengkondisikan diri kita seperti kondisi yang mirip dengan suasana di dalam kandungan. Suasana dalam kandungan adalah penuh kedamaian, karena indera kita sedang tidak berfungsi. Begitupula jika kita melakukan ibadah puasa, kita bukan saja manahan diri dari makan dan minum saja tetapi juga harus menahan diri dari mendengar, melihat, dan mencium aroma yang ada di luar diri kita. Pada saat itu yang kita lakukan hanyalah berdzikrullah sampai kita bertemu dengan Allah, yang dikiaskan dengan munculnya “Asy Syamsu”(matahari) atau “Asy Syahru” (bulan). “....Barang siapa diantara kamu menyaksikan “syahra”, maka hendaklah ia berpuasa....”.(QS Al Baqarah 2 : 185) Kata “syahra” merupakan kata simbolis dari Nur Allah yang tajalli dalam diri orang yang
  • 10. berpuasa. Pada saat Nur Allah tajalli dalam diri dan tersaksikan, maka orang tersebut harus berpuasa dengan menahan diri untuk tidak makan, minum, mendengar, melihat, berbicara dan berfikir yang negatif. Inilah yang dikatakan dalam bahasa agama, bahwa kita mengawali berpuasa dengan sistem ru‟yat. Apakah yang diru‟yat oleh orang yang berpuasa ? tentunya adalah Ru‟yatullah (melihat Allah). Ada juga yang melakukan ibadah puasa dahulu baru kemudian nanti melihat “syahra”, inilah yang disebut dengan mengawali puasa dengan sistem “hisab”. Artinya seseorang menahan diri dulu dari aktifitas inderawi, baru kemudian secara perlahan dia akan melihat “syahra” atau Nur Allah. Berapa lama kita melakukan ibadah puasa, tergantung dari seberapa lama “Asy Syamsu” tersaksikan oleh pelaku puasa. Dengan kata lain lamanya puasa kita tergantung dari seberapa lama Nur Allah yang tajalli dan tersaksikan oleh mata batin kita. Inilah, yang dalam bahasa syariat, bahwa orang berpuasa dimulai dari terbitnya sinar matahari sampai terbenamnya sinar matahari. Peristiwa inilah yang diisyaratkan dalam Al Qur‟an. “Apakah engkau mengira sesungguhnya penghuni gua dan raqim itu adalah termasuk tanda- tanda Kami yang mengagumkan? Ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua, lalu mereka berkata : “ Ya Tuhan kami, berilah kami rahmat dari sisi-Mu dan siapkanlah petunjuk dalam urusan kami”. Lalu Kami menutup telinga mereka di dalam gua itu bertahun-tahun lamanya. Kemudian Kami bangunkan mereka untuk Kami buktikan siapa yang lebih dapat menghitung masa mereka tinggal”. (QS Al Kahfi 18 : 9-12) “Dan engkau mengira mereka bangun padahal mereka tidur. Kami balikkan mereka ke kanan dan ke kiri sedang anjing mereka terbentang kedua lengannya di muka pintu gua...”. (QS Al Kahfi 18 : 18) Secara simbolis, ayat tersebut diatas sebenarnya mengisahkan peristiwa seorang yang sedang melakukan puasa dalam rangka bertemu dengan Allah, yang dilakukan oleh “ tujuh penghuni gua”. Ash Habul Kahfi artinya penghuni gua yang berjumlah tujuh. Ini adalah simbol dari tujuh rasa kesadaran yang menghuni tujuh lubang inderawi yang ada di kepala manusia. Sedang raqim (batu tulis) adalah simbol dari petunjuk yang telah ditanamkan dengan kuat dalam qalbu penghuni gua. Sedangkan anjing simbol dari struktur bangunan tubuh manusia. Ketika pengaruh kenikmatan duniawi yang tercerap oleh tujuh lubang inderawi kita, sudah sedemikian kuat. Maka kita harus secepatnya melindungi diri kita dari pengaruh kenikmatan duniawi tersebut dengan cara “berpuasa” menahan aliran kesadaran yang mengarah keluar menjadi ke arah dalam diri dengan cara menutup “pintu gua inderawi”. Setelah pintu gua inderawi tertutup, maka kita bermohon kepada Allah agar diberikan Rahmat dan Rahim serta Nur Hidayah. Munculnya Rahmat dan Hidayah ini dikiaskan dengan terlihatnya sinar matahari yang terbit dari kanan gua ke arah kiri gua. Dengan munculnya Nur Allah yang dikiaskan dengan “Sinar matahari” yang tersaksikan oleh mata batin kita, maka lambat laun
  • 11. kesadaran jasmani kita akan menghilang secara berangsur-angsur, sehingga kita tidak lagi mengingat lintasan peristiwa yang terjadi diluar diri kita, sampai kita terbangun kembali dengan kesadaran yang baru. 4. HUBUNGAN ANTARA TAHARA DENGAN SHALAT Allah SWT adalah Dzat yang suci menciptakan manusia dari suatu zat yang suci. Dan sesuatu yang berawal dari yang suci maka akan kembali dan diterima apabila dia telah suci. Didalam diri manusia terdapat dzat yang suci yang berasal dari tuhan mu, Tapi apakah yang dapat membedakan hamba dengan tuhannya?ternyata shalat lima waktulah yang dapat menjawabnya Shalat adalah media yang dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW, dan shalat pula lah yang dapat membedakan antara hamba dan tuhannya. Dimana posisi hamba adalah menyembah tuhannya. Shalat adalah wajib dikerjakan bagi hambanya. Didalam tubuh manusia terdapat zat yang berasal dari tuhannya, namun tidak pulalah seorang hamba mengangkat dirinya sebagai tuhan, karna berpatokan bahwa tuhan adalah aku dan aku adalah tuhan dengan mengikut sertakan pemikiran bahwa dia berasal dari dzat yang suci sama dengan tuhan. Islam itu agama mudah untuk dipahami, tapi jangan untuk dimudah-mudahkan. Inti islam adalah shalat serta Thaharah(kesucian). Shalat berguna untuk mendekatkan diri dengan tuhanyna, serta membedakan antara hamba dengan tuhannya. Thaharah (kesucian) itu terdapat pada tingkah laku mulai dari : 1. Kesucian Pikiran 2. Kesucian Hati 3. Kesucian Pandangan(penglihatan) 4. Kesucian Pendengaran 5. Kesucian Perkataan 6. Kesucian/Kebersihan tubuh dari nazis 7. Kesucian/Kebersihan pakaian dari najis 8. Kesucian makan dan minuman yang dikonsumsi 9. Kesucian harta yang dimiliki
  • 12. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Thaharah adalah bersih dari kotoran atau mensucikan diri 2. Shalat adalah ibadah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir yang diakhiri dengan salam 3. Puasa adalah menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami istri dan semua hal yang membatalkan puasa B. SARAN Agama Islam sangat memperhatikan masalah thararah karena dalam ilmu fiqih poin pertama yang dijumpai adalah masalah thaharah. Shalat, adalah tiang agama karena tanpa shalat berarti kita sama saja meruntuhkan agama. Ibarat rumah, kalau tidak ada tiangnya tentu akan runtuh. Puasa adalah menahan nafsu. Islam mengajak kita berpuasa agar menahan nafsu.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA  Al-Jazairi Abu Bakr Jabir. 2000. Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim. Darul Falah.  Jakarta.  Rifa‟I Muh. 1976. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. PT. Karya Toha Putra.  Semarang  Sakka Ambo. 1996. Modul Pendidikan Agama Islam. MKU Universitas Hasanuddin.  Makassar  Sumaji Muh Anis. 2008. 125 Masalah Thaharah. Tiga Serangkai. Solo  www.google.com. Diakses 17 September 2009  www.imajinasipendidikan.blogspot.com. Diakses 17 September 2009  www.wikipedia.com. Diakses 17 September 2009
  • 14. KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil „Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. makalah ini penulis membahas mengenai “HUBUNGAN TAHARA DENGAN SHALAT DAN HUBUNGAN SHALAT DENGAN PUASA”, dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya. Raha, Juli 2013 Penyusun
  • 15. DAFTAR ISI Kata pengantar......................................................................................................... i Daftar isi.................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang....................................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah........................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2 1. Pengertian Ibadah ............................................................................................... 2 2. Hubungan Tahara, Shalat, dan Puasa.................................................................... 3 BAB III PENUTUP................................................................................................. 12 3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 12 3.2. Saran................................................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13
  • 16. HUBUNGAN TAHARA DENGAN SHALAT DAN HUBUNGAN SHALAT DENGAN PUASA DISUSUN OLEH : NAMA : WA ODE RINA JURUSAN : PAUD SEMESTER : II UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI KELAS RAHA 2013