1. Merry O.M.Tinangon, 2012. Kajian Pengembangan Perikanan Tangkap di
Wilayah Pesisir Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi
Utara. (Dibimbing oleh Prof.Dr. Ir. Markus T. Lasut, M.Sc Sebagai Ketua Komisi
Pembimbing dan Dr. Ir. J. Budiman, M.Si, M.Sc Sebagai Anggota)
RINGKASAN
Masyarakat pesisir Kecamatan Tombariri menggantungkan hidupnya dari
sumberdaya ikan yang ada di wilayah ini, antara lain kegiatan perikanan tangkap.
Pengembangan kegiatan perikanan tangkap di Kecamatan Tombariri membutuhkan
informasi tentang sarana dan prasaran perikanan, potensi sumberdaya ikan dan
pemanfaatannya serta merancang strategi alternatif pengembangan. Tujuan dari
penelitian ini adalah menyusun informasi tentang sarana dan prasarana perikanan
yang meliputi unit penangkapan ikan dan deskripsi daerah penangkapan serta
prasarana pendukungnya, menilai potensi sumberdaya ikan dan tingkat
pemanfaatannya, dan merancang strategi pengembangan perikanan tangkap di
wilayah pesisir Kecamatan Tombariri.
Pengumpulan data untuk pengembangan perikanan tangkap dilakukan dengan
menggunakan metode kuisioner, wawancara, observasi dan dokumentasi. Analsisis
deskriptif digunakan untuk menyusun informasi sarana dan prasarana. Produksi
schaffer untuk menghitung jumlah produksi. Metode analisis SWOT untuk
menemukan rancangan strategi pengembangan perikanan tangkap di wilayah pesisir
Kecamatan Tombariri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana perikanan berupa armada dan alat
tangkap yang digunakan masyarakat nelayan masih bersifat tradisional skala kecil,
kecuali alat tangkap pukat cincin yang dapat digolongkan skala menengah ditinjau
dari besarnya investasi. Wilayah pesisir ini memilik armada tangkap jenis perahu
londe sebanyak 64 unit, pelang sebanyak 69 dan pajeko sebanyak 7 unit. Alat
tangkap yang umum digunakan berdasarkan data dari responden adalah pukat cincin
(7,2 %), jaring insang (23,6 %), Soma Sero (5,6 %) dan pancing (63,6%). Prasarana
i
2. perikanan yang menunjang aktivitas perikanan tangkap yang ada yaitu: Pasar, Tempat
Pelelangan Ikan (TPI), bak penampung dan lembaga keuangan. Daerah penangkapan
terbatas pada perairan kurang lebih 4 mil dari pantai dan bersifat akses terbuka baik
untuk nelayan Kecamatan Tombariri, maupun nelayan dari luar. Jumlah produksi
ikan pelagis sebesar 3402 ton, dapat dianggap sebagai titik Maximum Sustainable
Yield (MSY).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan perikanan tangkap di
wilayah pesisir Kecamatan Tombariri masih bersifat tradisional skala kecil, dengan
jumlah produksi 3402 ton/tahun. Pengembangan kegiatan perikanan tangkap di
Kecamatan Tombariri difokuskan pada 3 aspek yaitu: Strategi Pengembangan Sarana
dan Prasarana pengadaan, Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan
Strategi Penguatan Pemodalan dan Keuangan. Berkaitan dengan itu disarankan
bahwa kegiatan seperti ini perlu pemantauan secara periodik karena faktor-faktor
yang mempengaruhinya merupakan faktor dinamis.
ii
3. Merry O.M.Tinangon, 2012. Study of the Development of Fisheries in Coastal
Areas of Tombariri District Minahasa Regency North Sulawesi Province.
(Supervised by Prof.Dr. Ir. Markus T. Lasut, M.Sc as the Head of Supervisor and Dr.
Ir. J. Budiman, M.Si, M.Sc as member).
SUMMARY
Coastal communities at Tombariri District depend on fish resources in the
region such as fishing activities. The development of fishing activities in Tombariri
district needs information about fisheries facilities, the potency of fishery resources
and their utilization, and the development of alternative design strategies. The
objectives of this study were to gather information about the facilities and
infrastructure that include fisheries, fishing units, and descriptions of fishing areas as
well as supporting infrastructure, to assess the potential of fishery resources and their
utilization levels, and to formulate strategies for developing fisheries in coastal areas
of Tombariri district.
Data for fisheries development was collected by using questionnaires,
interviews, observation and documentation. Descriptive analysis was used to compile
information about the facilities and infrastructures. Schaffer Production Method was
used to calculate the amount of production. SWOT analysis was used to identify the
optimal design of fisheries development strategies in coastal areas of Tombariri
district.
The results show that most of fishing vessels and gears used by the
communities are still small-scale traditional, except the purse seine which can be
classified as medium-scale in terms of its magnitude of investment. These comunities
have fishing fleet of Londe boat typeas many as 64 units, pelang type 69 units and
pajeko type 7 units. Based on the data from the respondents, the commonly used
fishing gears in that area were purse seine (7.2%), gill nets (23.6%), Soma Sero
(5.6%) and fishing rod (63.6%).The fisheries infrastructure that support the existing
fishing activities were: Market, Fish Auction Place (TPI), collection tanks and
iii
4. financial institutions. The fishing area is limited to the waters of less than 4 miles
from the beach and access is open to both fishermen from Tombariri as well as from
outside. The annual production of pelagic fish was 2571 tons which was considered
as a point of Maximum Sustainable Yield (MSY).
From this study it can be concluded that the fishing activities in the coastal
areas of Tombariri district is classified as traditional small scale, with a total
production of 2571 tons/year. The development of fishing activities in Tombariri
district focused on three aspects: strategy for development of infrastructure
procurement, human resource development strategy and strengthening the capital and
finance strategy. It is furthermore suggested that the activities such as periodic
monitoring is necessary because the factors that influence the fishing activities in this
area are dynamic.
iv