1. KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE)
A. Definisi
B. Defenisi
Carsinoma adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan
dan tidak ada koordinasi dengan sel normal (Wills, 1995).
Ca mammae adalah sel mammae yang mengalami proliferasi dan diferensiasi
abnormal serta tumbuh secara otonom, menyebabkan infiltrasi ke jaringan
sekitar sambil merusak dan menyebar ke bagian tubuh lain.
Ca mammae adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam
jaringanmammae (Tapan, 2005). Ca Mammae adalah kanker yang menyerang jaringan payudara
yang menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk menjadi abnormal dan bertambah
banyak secara tidak terkendali (Mardiana, 2004).
B. Insiden
Ca mammae merupakan jenis kanker kedua terbanyak yang diderita kaum wanita
setelah ca serviks. Amerika utara dan Eropa memiliki angka insiden ca mammae yang lebih
tinggi daripada Asia. Di Amerika Serikat ca mammae merupakan 32 % dari seluruh jumlah
kanker pada wanita. Diperkirakan 1 diantara 8 wanita di Amerika Serikat (± 12,8%) mengidap
karsinoma payudara selama hidupnya. Tiap tahun 180.000 kasus baru invasivebreast
cancer terdiagnosis dengan lebih dari 40.000 angka kematian terjadi di AS sedangkan lebih dari
1 juta kasus baru dan 370.000 kematian tiap tahunnya terjadi di seluruh dunia. Ini menunjukkan
bahwa metode pengobatan yang efektif sangat dibutuhkan untuk memberantas penyakit ini
(Ibrahim, 2010).
Angka insiden tertinggi dapat ditemukan pada beberapa daerah di Amerika Serikat
(100/100.000), beberapa negara Eropa Barat (tertinggi di Swiss, (73,5/100.000). Untuk Asia,
masih berkisar antara 10-20/100.000 (Jepang 17,6/100.000), (Kuwait 17,2/100.000), (Cina
9,5/100.000) (RS Kanker Dharmais, 2002).
Belum ada data yang akurat untuk insiden ca mammae di masyarakat Indonesia pada saat ini,
karena luasnya wilayah dan terbatasnya sarana maka semua data kanker berdasarkan data dari
rumah sakit. Dari beberapa laporan, Angka ca mammaediperkirakan 20 % dari seluruh kanker
yang menyerang wanita (Azamris, 2006).
C. Etiologi
2. Saat ini belum ditemukan data yang pasti yang menjadi faktor penyebab utama penyakitca
mammae. Sampai saat ini terjadinya ca mammae diduga akibat interaksi yang rumit dari banyak
faktor seperti faktor genetika, lingkungan, dan hormonal yaitu kadar hormon estrogen dalam
tubuh yang berlebihan (Harianto, 2005). Sebab-sebab keganasan pada mammae masih
belum diketahui secara pasti (Price & Wilson, 1995: 1142), namun ada
beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya Ca mammae,
yaitu:
• Mekanisme hormonal
Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan
dalam lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi ca
mammae (Smeltzer & Bare, 2002: 1589).
• Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa
abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
• Genetik
- Ca mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage
genetic” autosomal dominan (Reeder, Martin, 1997).
- Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17
mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan (Reeder,
Martin, 1997).
- mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan
riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta
mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
• Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi
interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan
jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor .
Faktor resiko Ca mammae, terdiri dari: (Murray,2002)
1. wanita
2. Usia (resiko Ca mammae meningkat pada wanita yang berusia > 50 tahun)
3. mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2; mutasi pada gen tumor p 53
4. Riwayat pribadi ca mammae/kelainan mammae pada mammae sebelahnya
3. 5. riwayat keluarga, ibu atau saudara perempuan kandung (+) kanker
6. Ras ( wanita kulit putih kebih beresiko dari wanita kulit hitam)
7. Riwayat penyinaran/roentgen pada daerah dada pada wakut anak-anak
atau remaja sebagai terapi untuk karsinoma yang lain
8. Hasil biopsi mammae
- hyperplasia atipikal
- penyakit proliperatif mammae tanpa sel atipikal atauhiperplasia biasa
- perubahan fibrokistik tanpa perubahan proliferatif
9. Nullipara
10. Hamil pertama sesudah usia 30 tahun
11. Menarche dini (usia < 12 tahun)
12. Menopause pada usia lanjut (. 30 tahun sesudah menarche)
13. Penggunaan terapi hormone pengganti jika progesteron diresepkan.
14. Gaya hidup, diet tinggi lemak dan protein, rendah serat.
Asupan kalori yang berlebihan terutama yang berasal dari lemak binatang dan
kebiasaan makan makanan yang kurang serat meninggikan resiko terhadap
berbagai keganasan seperti kanker mammae dan kanker colon, namun hal
tersebut belum terbukti ( Syamsuhidayat,R & Wim de jong, 1997: 165 )
Studi terbaru menunjukkan hubungan yang lemah atau tidak menyeluruh antara
diet tinggi lemak dan Kanker mamma ( Smeltzer & Bare, 2002: 1590).
Smeltzer menambahkan kontrasepsi oral, alcohol, pengangkatan ovarium pada
usia lebih dari 40tahun sebagai faktor resiko kanker mammae
Tipe Kanker mammae berdasarkan gambaran histopatologi
- Karsinoma duktal menginflitrasi, adalah tipe histopatologi yang paling
umum, merupakan 75 % dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat
jelas karena keras saat palpasi. Kanker jenis ini biasanya bermetastasis ke
nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk disbanding dengan tipe kanker lainnya.
- Karsinoma lobular menginfiltrasi, jarang terjadi, biasanya terjadi pada
suatu area penebalan yang tidak baik pada mammae bila disbanding dengan
tipe duktal menginfiltrasi. Tipe ini umumnya multisentris, dengan demikian
dapat terjadi penebalan beberapa area pada salah satu atau kedua mammae.
Karsinoma duktal menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi mempunyai
4. keterlibatan nodus aksilar yang serupa, meskipun tempat metastasisnya
berbeda. Karsinoma duktal biasanya menyebar ke tulang, paru, hepar dan otak,
sementara lobular biasanya bermetastasis ke permukaan meningeal atau
tempat-tempat yang tidaki lazim lainnya.
- Karsinoma modular, (6 %) tumbuh dalam kapsul, dapat menjadi besar
tetapi meluas dengan lambat, sehingga progosis seringkali lebih baik.
- Karsinoma musinus, (3 %) penghasil lender, juga tumbuh dengan lambat.
- Karsinoma duktal-tubular,(2%) jarang terjadi, karena metastasis aksilaris
secara histology tidak lazim maka prognosisnya sangat baik.
- Karsinoma inflamantori, tipe karsinoma mammae yang jarang(1-2 %) dan
menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari karsinoma mammae yang lain.
Tumor ini nyeri tekan dan sangat nyeri, mammae secara abnormal keras dan
membesar. Kulit diatas tumor merah dan agak hitam. Sering terjadi edema dan
retraksi papilla mammae. Gejala ini dengan cepat berkembang memburuk dan
biasanya mendorong pasien mencari bantuan medis dibanding pasien lain
dengan massa kecil pada mammae. Preparat kemotherapi berperan penting
dalam pengendalian kemajuan penyakit ini disamping radiasi dan pembedahan.
D. Faktor Risiko
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada
pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara. Ada beberapa faktor resiko yang
dapat meningkatkan terjadinya ca mammae yaitu :
1. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki riwayat keluarga ada yang menderita ca mammae seperti pada ibu,
saudara perempuan, atau adik/kakak memiliki resiko terkena ca mammae 2 hingga 3 kali lebih
tinggi.
2. Hormon
Haid pertama (menarche) sebelum umur 10 tahun, mati haid (menopause) setelah umur 55 tahun,
tidak menikah atau tidak pernah melahirkan anak, melahirkan anak setelah umur 35 tahun dan
tidak pernah menyusui anak.
3. Umur
5. Wanita berumur >30 tahun mempunyai kemungkinan lebih besar mendapat kanker payudara dan
kemungkinan tersebut bertambah setelah menopause.
4. Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma/benturan, operasi payudara akibat tumor jinak
atatu tumor ganas kontralateral.
5. Wanita yang mendapat radiasi sebelumnya pada payudara atau dinding dada.
6. Peningkatan berat badan yang signifikan pada usia dewasa.
7. Wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium resikonya 3 hingga 4 kali lebih tinggi
(Dalimartha, 2004).
8. Lama menggunakan kontrasepsi oral
9. Pola konsumsi makanan berlemak
10. Kurangnya aktivitas fisik (Indarti, 2005).
E. Patofisiologi
Ca mammae, sama seperti keganasan lainnya penyebab dari keganasan ini merupakan
multifaktoral baik lingkungan maupun faktor herediter, diantaranya adanya lesi pada DNA
menyebabkan mutasi genetik, mutasi gen ini dapat menyebabkan ca mammae, kegagalan sistem
kekebalan tubuh, pertumbuhan abnormal dari growth factor menyebabkan rangsangan abnormal
antara sel stromal dengan sel epitel, adanya defek pada DNA repair genes seperti BRCA1,
BRCA2, yang pada prinsipnya meningkatkan aktivitas proliferasi sel serta kelainan yang
menurunkan atau menghilangkan regulasi kematian sel (Heffner, 2005).
Ca mammae terjadi karena hilangnya kontrol atau proliferasi sel payudara dan apoptosis
sehingga sel payudara berpoliferasi secara terus-menerus. Hilangnya fungsi apoptosis
menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat kerusakan DNA. Bila terjadi
mutasi gen p53 maka fungsi sebagai pendeteksi kerusakan DNA akan hilang, sehingga sel-sel
abnormal berpoliferasi terus-menerus. Peningkatan jumlah sel tidak normal ini umumnya
membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker. Tumor jinak biasanya merupakan
gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong. Lewat aliran
darah maupun sistem getah bening, sel-sel tumor dan racun yang dihasilkan keluar dari
kumpulannya dan menyebar ke bagian lain tubuh.
Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru, yang
akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru. Keganasan kanker
payudara ini dengan menyerang sel-sel nomal disekitarnya, terutama sel-sel yang lemah. Sel
kanker akan tumbuh pesat sekali, sehingga payudara penderita akan membesar tidak seperti
biasanya.
Ca mamae berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara. Pertumbuhan dimulai dari
dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut karsinoma noninvasif. Kemudian tumor
6. menerobos ke luar dinding duktus atau kelenjarr di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma,
yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah
bening, deposit dan tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksiler atau
supraklavikuler membesar. Ca mammae pertama kali menyebar ke kelenjar aksila regional.
Lokasi metastasis paling jauh yaitu tulang, hati, paru, pleura, dan otak (Heffner, 2005).
F. Tipe-tipe
Tipe Ca mammae berdasarkan gambaran histopatologi :
1. Karsinoma duktal menginflitrasi
Adalah tipe histopatologi yang paling umum, merupakan 75 % dari semua jenis kanker
payudara. Kanker ini sangat jelas karena keras saat palpasi. Kanker jenis ini biasanya
bermetastasis ke nodus aksila, tulang, paru, hepar dan otak
2. Karsinoma lobular menginfiltrasi
Tipe ini umumnya multisentris, dapat terjadi penebalan beberapa area pada salah satu atau kedua
mammae. Karsinoma lobular biasanya bermetastasis ke permukaan meningeal.
3. Karsinoma modular
Pada 6 % karsinoma modular tumbuh dalam kapsul, dapat menjadi besar tetapi meluas dengan
lambat, sehingga prognosis seringkali lebih baik.
4. Karsinoma musinus
Pada 3 % karsinoma musinus adalah penghasil lendir, juga tumbuh dengan lambat.
5. Karsinoma duktal-tubular
Hanya 2% dan jarang terjadi, karena metastasis aksilaris secara histologi tidak lazim maka
prognosisnya sangat baik.
6. Karsinoma inflamantori
Merupakan tipe karsinoma mammae yang jarang (1-2 %) dan menimbulkan gejala-gejala yang
berbeda dari karsinoma mammae yang lain. Tumor ini nyeri tekan dan sangat nyeri, mammae
secara abnormal keras dan membesar. Kulit diatas tumor merah dan agak hitam. Sering terjadi
edema dan retraksi papilla mammae (Prawirohardjo, 2005).
G. Stadium Kanker Payudara
Tjindarbumi (2002) membagi stadium ca mammae yanng disesuaikan dengan aplikasi
klinis sebagai berikut :
1. Stadium I
Tumor terbatas pada payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit
dan jaringan di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm. Kelenjar getah bening regional belum
teraba.
7. 2. Stadium II
Besar tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu atau beberapa Kelenjar Getah Bening (KGB) aksila
yang masih bebas dengan diameter < 2 cm.
3. Stadium IIIa
Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tetapi masih bebas di jaringan sekitarnya, KGB
aksila masih bebas satu sama lain.
4. Stadium IIIb
Tumor sudah meluas ke dalam payudara (5-10 cm) fiksasi pada kulit atau dinding dada, kulit
merah, dan ada oedema (>1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi dan atau nodul.
5. Stadium IV
Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III), tetapi sudah disertai dengan KGB aksila
supra-klavikula dan metastasis jauh lainnya.
H. Tanda dan Gejala
Menurut Suryaningsih 2009, tanda dan gejalanya adalah :
1. Benjolan
Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan. Semakin lama benjolan
tersebut semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
2. Perubahan kulit pada payudara
a. Kulit tertarik (skin dimpling)
b. Benjolan yang dapat dilihat (visible lump)
c. Eritema
d. Ulkus
3. Kelainan pada putting
a. Putting tertarik (nipple retraction)
b. Eksema
c. Cairan pada putting (nipple discharge)
I. Tes Diagnostik
a. Mamografi
Dengan tes ini dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun. Bila secara klinis dicurigai ada
tumor dan pada mamografi tidak ditemukan apa-apa, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan
biopsi sebab sering karsinoma tidak tampak pada mammogram. Sebaliknya bila mamografi
positif dan secara klinis tidak teraba tumor pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pungsi atau
biopsi.
b. Ulrasonografi
8. USG biasanya digunakan bersamaan bersama dengan mamografi, tujuannya untuk membedakan
kista yang berisi cairan atau solid. Untuk menentukan stadium dapat menggunakan foto thoraks,
USG abdomen, Bone scanning dan CT scan.
c. X-foto thorax
Dapat membantu mengetahui adanya keganasan dan mendeteksi adanya metastase ke paru-paru.
d. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Merupakan pemeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh dari hasil punksi jarum
terhadap lesi yang dapat dipakai untuk menentukan apakah akan segera disiapkan pembedahan
dengan sediaan beku atau akan dilanjutkan oleh pemeriksaan lain. Cara pemeriksaan ini
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, namun tidak dapat memastikan tidak adanya
keganasan. Hasil negatif pada pemeriksaan ini dapat berarti bahwa jarum biopsi tidak mengenai
daerah keganasan sehingga biopsi eksisi tetap diperlukan untuk konfirmasi hasil negatif tersebut
(Sjamsuhidayat, 2004).
J. Pengobatan
Pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap kondisi
penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi. Pengobatannya terdiri dari
pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat penghambat hormon.
1. Pembedahan
a. Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan mammae. Ada 3 jenis mastektomi yaitu :
1) Modified Radycal Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh mammae,
jaringan mammae di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
2) Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh mammae saja, tanpa kelenjar di
ketiak.
3) Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari mammae. Biasanya
disebut Lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker,
bukan seluruh mammae. Biasanya lumpectomydirekomendasikan pada pasien yang besar
tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir mammae.
b. Kelenjar Getah Bening (KGB) Ketiak.
Pengangkatan KGB Ketiak dilakukan terhadap penderita ca mammae yang menyebar tetapi
besar tumornya lebih dari 2,5 cm (Tapan, 2005).
2. Non Pembedahan
a. Terapi radiasi
9. Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena ca dengan menggunakan sinar X dan
sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa dimammae setelah
operasi. Efek pengobatan ini adalah tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di
sekitar mammae menjadi hitam serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari
radiasi.
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul
atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Obat –obatan ini tidak hanya
membunuh sel kanker pada mammae, tetapi juga seluruh sel dalam tubuh. Efek dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok. Sistematik setelah mastektomi,
paliatif pada penyakit yang lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Pemberian hormon dilakukan apabila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh. Terapi
hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi.
Obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi kerja hormon yang menyokong
pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.
Diberikan pada kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,
coferektomi adrenalektomi hipofisektomi (Tapan, 2005).
1. Komplikasi
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering
untuk metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang
kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia.
Metastase ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan
metastase ke otak mengalami gangguan persepsi sensori.