MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Kti arun apriliani natasya r.
1. KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA
TAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
diAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
Arun Apriliani Natasya R.
PSW.B.2013.0057
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2016
4. iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Arun Apriliani Natasya Rafiuddin
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Raha, 15 april 1995
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama: Islam
5. Suku / kebangsaan : Muna
6. Alamat : Jl. Dewi Sartika
B. Pendidikan
1. TK Pertiwi Raha, tamat tahun 2001
2. SD Negeri 3 Katobu, tamat tahun 2007
3. SMP Negeri 1 Raha, tamat tahun 2010
4. SMA Negeri 2 Raha, tamat tahun 2013
5. Akademi kebidanan paramata raha kabupaten muna, masuk tahun 2013
sampai sekarang
5. v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Diploma III di Akademi kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dengan judul
“Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015”.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak hambatan dan kesulitan
yang dijumpai namun berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak
sehingga Karya Tulis Ilmiahini dapat diselesaikan, Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada ibu Rosdiana Ita, SST selaku pembimbing I dan Bapak
La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes selaku pembimbing II atas kesediaannya berupa
waktu, bimbingan, motivasi, petunjuk, pengarahan dan dorongan moril begitu
sangat berharga.
Dalam penyusunan Studi Kasus ini tidak terlepas pula dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini dengan penuh
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna.
6. vi
2. Ibu Wa Ode Siti Asma, SST, M.Kes selaku Pudir I Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna dan sekaligus sebagai penguji Karya Tulis
Ilmiah.
3. Ibu Yanti, SST selaku Pudir III Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten
Muna.
4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, pengetahuan dan
keterampilan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama mengikuti
pendidikan.
5. Direktur, Kepala Ruangan Delima dan Rekam Medik RSUD Kabupaten Muna
yang telah memberi kesempatan melakukan penelitian di RSUD Kabupaten
Muna.
6. Terkhusus kepada ibunda tercinta Alm. Arifati Diu yang telah mengajarkan
cinta, kasih sayang dan kesabaran serta doa yang selalu dipanjatkan kepada
Allah SWT dan ayahanda tercinta Rafiuddin B. yang telah mengajarkan
kegigihan dari sebuah perjuangan dan pentingnnya perencanaan dalam
kehidupan serta doa dan pengorbanan materi maupun non materi yang
diberikan kepadaku selama mengikuti pendidikan.
7. Untuk sahabat-sahabatku Ninang, Isran, Ifa, Harlin, Sita, Hazriani, Sarti, Bijal,
Dahlia, dan warga Kos tidak lupa, kalian adalah sahabat terbaikku yang selalu
membuatku semangat dan selalu memberiku dukungan.
8. Untuk rekan-rekan seperjuangan dalam mengikuti pendidikan di Akademi
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Angkatan 2013, serta pihak yang
7. vii
tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas dorongan, semangat
dan kebersamaannya selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan semoga Allah SWT memberikan
imbalan yang setimpal atas jerih payah dari semua pihak yang telah memberikan
bantuandan semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua, amin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Raha , Juli 2016
Penulis
8. viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i
Lembar Persetujuan .......................................................................................... ii
Lembar Pengesahan .......................................................................................... iii
Riwayat Hidup .................................................................................................. iv
Kata Pengantar ..................................................................................................v
Daftar Isi ........................................................................................................... viii
Daftar Tabel ...................................................................................................... x
Intisari ............................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................4
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................6
A. Telaah Pustaka ................................................................................6
1. Persalinan .................................................................................6
2. Ketuban Pecah Dini.................................................................. 9
B. Landasan Teori...............................................................................20
C. Kerangka Konsep ...........................................................................22
D. Pertanyaan Penelitian ....................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................24
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................24
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................24
C. Subyek Penelitian ..........................................................................24
D. Identifikasi Variabel Penelitian .....................................................25
E. Defenisi Operasional......................................................................25
F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 26
G. Pengolahan dan Analisis Data .......................................................26
H. Jalannya Penelitian ........................................................................27
9. ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 28
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 28
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 28
2. Karakteristik Responden ......................................................... 31
B. Pembahasan .................................................................................. 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 38
A. Kesimpulan ................................................................................... 38
B. Saran .............................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 39
Lampiran-Lampiran
10. x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Defenisi Operasional ..................................................................... 25
Tabel2.Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah
DiniBerdasarkan Umur di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Tahun 2015...................................................... 31
Tabel 3.Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah
Dini Berdasarkan Paritas di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Tahun 2015....................................................... 32
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah
Dini Berdasarkan Kehamilan Ganda di Rumah SakitUmum
Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015........................................... 32
Tabel5.Distribusi Karakteristik Ibu Bersalin Dengan KetubanPecahDini
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten MunaTahun 2015
............................................................................................... 33
11. xi
INTISARI
Arun Apriliani Natasya R. (PSW.B.2013.IB.0057), Karakteristik Ibu Bersalin
Dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna Tahun 2015, dibawah bimbingan Rosdiana Ita dan La Ode Muhlisi.
Latar belakang : Menurut World Health Organization (WHO) bahwa setiap
tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000
orang. Sebagian besar kematian ibu terjadi di negara berkembang karena kurang
mendapat akses pelayanan kesehatan, kekurangan fasilitas, terlambatnya
pertolongan, persalinan “dukun” disertai keadaan sosial ekonomi dan pendidikan
masyarakat yang masih tergolong rendah.Pada survei awal yang telah dilakukan
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015 ibu yang mengalami
kejadian ketuban pecah dini sebanyak 116 kasus.
Metode penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.
Hasil penelitian : Dari 116 orang ibu bersalin dengan ketuban pecah dini,
berdasarkan umur sebanyak 32 orang (27,59%), ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini berdasarkan paritas sebanyak 83 orang (71,55%) yaitu pada paritas <1
dan >3, sedangkan ibu bersalin dengan ketuban pecah dini berdasarkan kehamilan
ganda sebanyak 1 orang (0,86%).
Kesimpulan : Ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini berdasarkan umur
sebanyak 32 orang (27,59%). Ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini
berdasarkan paritas sebanyak 83 orang (71,55%).Ibu bersalin yang mengalami
ketuban pecah dini dengan kehamilan ganda sebanyak 1 orang (0,86%).
Kata kunci: Persalinan, Ketuban Pecah Dini
Daftar pustaka : 15 Literatur (2008-2015)
12. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) bahwa setiap tahunnya wanita
yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang. Sebagian besar
kematian ibu terjadi di negara berkembang karena kurang mendapat akses pelayanan
kesehatan, kekurangan fasilitas, terlambatnya pertolongan, persalinan “dukun”
disertai keadaan sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih tergolong
rendah. World Health Organization(WHO) memperkirakan 800 perempuan
meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar
99% dari seluruh kematian ibu terjadi dinegara berkembang. Sekitar 80% kematian
maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan
dan setelah persalinan (WHO, 2014).
Menurut WHO kematian maternal adalah kematian seorang wanita pada saat
hamil atau dalam kurun waktu 40 hari sesudah berakhirnya kehamilan. Oleh sebab
apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk
mengakhiri kehamilan. Penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi dapat
merupakan penyebab yang langsung berhubungan dengan kehamilan atau penyebab
yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan. Di Indonesia, penyebab utama
kematian ibu dan perinatal yang tinggi antara lain pendarahan post partum, eklamsi
dan infeksi dan merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan.
13. 2
Untuk pengelolaan KPD masih merupakan masalah yang kontroversial dalam
kebidanan. KPD dengan usia kehamilan cukup bulan akan berhadapan dengan dua
masalah, yaitu segera mengakhiri persalinan dengan menaikkan proporsi seksio
sesarea dalam proses persalinan atau menunggu persalinan spontan yang akan
menaikkan terjadinya infeksi. Sedang KPD pada umur kehamilan kurang bulan kalau
kehamilannya akan segera diakhiri harus dapat dipastikan bahwa bayi yang akan lahir
akan mampu mengatasi masalah-masalah yang akan terjadi pada kehidupan di luar
rahim.
Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).
Angka kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi tenggara pada tahun 2014 sebanyak 205 per 100.000 kelahiran hidup.
Jumlah kematian ibu diprovinsi sulawesi tenggara tahun 2014 sebanyak 65 per
100.000 KH dengan penyebab kematian yang disebabkan oleh adanya perdarahan
sebanyak 30 orang (46,15%), pre-eklamsia/eklamsia 10 orang (15,38%), partus lama
2 orang (3,07%), dan lain-lain 23 orang (35,38%) Sedangkan jumlah kematian ibu
yang terjadi di Kabupaten Muna tahun 2014 sebanyak 13 kasus (Dinkes Sultra,
2014).
Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membrane adalah keadaan
dimana ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda persalinan. Tanda-tanda persalinan
yang di maksud adalah kontraksi uterus yang teratur disertai pembukaan / pendataran
14. 3
serviks, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm. Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia
luar dan ruangan dalam rahim sehingga memudahkan terjadi infeksi. Salah satu
fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan
ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapatnya tanda
persalinan, dan setelah ditunggu 1 jam belum dimulainya tanda persalinan.
Pada survei awal yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Tahun 2014 didapatkan ibu yang mengalami kejadian ketuban
pecah dini sebanyak 99 kasus (22,04%) dari 449 persalinan. Sedangkan pada tahun
2015 ibu yang mengalami kejadian ketuban pecah dini sebanyak 116 kasus (26,7%)
dari 441 persalinan. Dilihat dari data tahun 2014 dan tahun 2015 kejadian ketuban
pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mengalami peningkatan
sebesar 4,3 %.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang ”Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015 ”.
15. 4
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan ketuban pecah dini berdasarkan
umur ibu di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2015
b. Mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan ketuban pecah dini berdasarkan
paritas di RSUD kabupaten Muna Tahun 2015
c. Mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan ketuban pecah dini berdasarkan
kehamilan ganda di RSUD kabupaten Muna Tahun 2015.
16. 5
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoretis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan serta sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti
selanjutnya
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Dengan harapan dapat menambah pengetahuan serta pengalaman penulis dalam
bidang penelitian khususnya mengenai KPD
b. Bagi Institusi Penelitian
Sebagai pedoman / acuan bagi institusi pendidikan untuk penulisan karya tulis
ilmiah berikutnya.
c. Bagi Responden
Sebagai aplikasi ilmu yang didapatkan untuk menambah wawasan dan
memecahkan masalah kesehatan ibu dan anak terutama berkaitan dengan
ketuban pecah dini.
17. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan adalah proses
membuka dan menipisnya serviks lalu janin turun kejalan lahir. Kelahiran
adalah proses janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu
dan janin (Endang Purwoastuti, 2015).
Persalinan adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara alami
dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk
mengeluarkan bayi (Wikipedia, 2010).
Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan adalah rangkaian proses
yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir.
18. 7
b. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan
1) Penurunan Kadar Progesterone
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
progesterone meningkatkan kontraksi otot rahim. Selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam
darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga
timbul his.
2) Teori Oxcytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxcytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot rahim.
3) Peregangan Otot-Otot
Dengan majunya kehamilan, maka makin tereganglah otot-otot rahim
sehingga timbullah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
4) Pengaruh Janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peran penting.
Oleh karena itu pada anchepalus kelahiran sering lebih lama.
5) Teori Prostaglandin
Kadar prostagladin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm
terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium.
Faktor lain yang berpengaruh adalah berkurangnya jumlah nutrisi, hal ini
dikemukakan oleh Hipokrates, bila nutrisi pada janin berkurang maka
hasil konsepsi akan dilakukan. Faktor lain yang dikemukakan adalah
tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak
19. 8
dibelakang serviks, bila ganglion ini tertekan maka kontraksi uterus dapat
dibangkitkan ( his dapat dibangkitkan ) (Endang Purwoastuti, 2015).
c. Jenis-Jenis Persalinan
1) Persalinan Spontan
Persalinan normal ( spontan ) adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala ( LBK ) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam.
2) Persalinan Buatan
Persalinan buatan adalah proses persalinan dengan bantuan tenaga luar.
3) Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
d. Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
1) Kekuatan mendorong janin keluar (Power)
a) Kekuatan his dan mengejan
b) Kontraksi otot-otot rahim
2) Faktor Janin ( Passage ).
3) Faktor Jalan Lahir ( Passenger ).
e. Tahap-Tahap Persalinan
1) Kala I atau Kala Pembukaan
Dimulai dari adanya his yang adekuat sampai pembukaan lengkap. Pada
kala I dibagi dalam 2 fase :
20. 9
a) Fase Laten
Dimalai sejak awal kontraksi sampai dengan pembukaan 3 cm,
membutuhkan waktu 8 jam.
b) Fase Aktif
Dimulai dari pembukaan 4 cm sampai dengan pembukaan 10 cm,
membutuhkan waktu 6 jam.
2) Kala II atau Kala Pengeluaran
Dari pembukaan lengkap sampai lhirnya bayi. Proses ini bisanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3) Kala III atau Kala Uri
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4) Kala IV atau Kala Pengawasan
Kala ini dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum.
2. Ketuban Pecah dini
a. Pengertian
Definisi Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan / sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase
laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya kelahiran (Nugroho, 2010).
Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane (PROM)
merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila KPD
21. 10
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut sebagai ketuban pecah dini
pada kehamilan prematur atau Preterm Rupture of Membrane (PROM).
Pecahnya selaput ketuban tersebut diduga berkaitan dengan perubahan proses
biokimiawi yang terjadi dalam kolagen matriks ekstrasel amnion, korion dan
apoptosis membran janin.
Ketuban Pecah Dini (KPD) yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda-
tanda inpartu, dan setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai ada
tanda tanda inpartu. Early rupture of membrane adalah ketuban yang pecah
pada saat fase laten. Hal ini bisa membahayakan karena dapat terjadi infeksi
asenden intrauterine (Anonim,2013).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina
setelah kehamilan berusia 22 minggu (Sarwono Prawirohardjo, 2008).
Prevalensi KPD berkisar 3-18% dari seluruh kehamilan. Saat aterm, 8-10%
wanita hamil datang dengan KPD dan 30-40% dari kasus KPD merupakan
kehamilan preterm atau hanya sekitar 1,7% dari seluruh kehamilan.KPD
berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban
dan permulaan persalinan disebut periode laten. Bila periode laten terlalu
panjang dan ketuban sudah pecah, maka terjadi infeksi yang dapat
meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Heri Wahyudi, 2013).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini
1) Umur Ibu
Usia reproduksi yang normal pada umur 20 – 35 tahun, karena pada usia
tersebut organ reproduksi sudah berfungsi secara optimal. Jika seorang
wanita hamil pada umur < 20 tahun, dianggap sebagai kehamilan risiko
22. 11
tinggi karena alat reproduksi belum siap untuk hamil sehingga
mempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi abnormal.
Sedangkan pada usia > 35 tahun terjadi penurunan kemampuan organ-
organ reproduksi yang berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga
selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum
waktunya (Ade Kurniawati, 2012).
2) Paritas
Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan, baik hidup maupun mati. Ibu
yang sering melahirkan mempunyai resiko kematian anak yang tinggi.
Semakin tinggi paritas ibu akan makin mudah terjadi infeksi cairan
amnion akibat rusaknya struktur serviks akibat persalinan sebelumnya.
Paritas 2-3 merupakan paritas yang aman di tinjau dari kejadian ketuban
pecah dini. Paritas 1 (satu) dan paritas tinggi (≥3) mempunyai angka
kejadian ketuban pecah dini lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, maka
lebih tinggi kemungkinan terjadi ketuban pecah dini. Risiko pada paritas
1 dapat ditangani dengan asuhan antenatal, sedangkan risiko pada paritas
tinggi dapat di kurangi atau di cegah dengan keluarga berencana (KB).
3) Kehamilan Ganda
Kehamilan ganda dapat didefenisikan sebagai suatu kehamilan dimana
terdapat dua atau lebih embrio janin sekaligus. Kehamilan ganda terjadi
apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi membelah secara
dini hingga membentuk dua embrio yang sama pada stadium massa sel
dalam atau lebih awal. Kehamilan kembar dapat memberikan resiko
23. 12
yang lebih tinggi terhadap ibu dan janin. Oleh karena itu, dalam
menghadapi kehamilan ganda harus dilakukan perawatan antenatal yang
intensif. Hamil ganda dapat memungkinkan ketegangan rahim
meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum
waktunya.
4) Cephalopelvic Disproportion ( CPD )
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah keadaan yang
menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu
sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi
sefalopelvic disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun
kombinasi keduanya.
5) Pekerjaaan
Kejadian ketuban pecah dini sebelum waktunya dapat disebabkan oleh
kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu
hamil agar selama masa kehamilan hindari atau kurangi melakukan
pekerjaan yang berat.
6) Usia kehamilan
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia, karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden sectio caesaria atau gagalnya persalinan normal.
Persalinan prematur setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh
persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan
24. 13
aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan
antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan
kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
c. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1) Inkompetensi Serviks ( Leher Rahim )
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim ( serviks ) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
2) Peninggian Tekanan Intra Uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
3) Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini
terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
25. 14
kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah
tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis
dan mudah pecah.
4) Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau
over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah
sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban
menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membran menjadi berkurang,
menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
5) Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000
mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat
banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion
terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut
meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam
waktu beberapa hari saja.
6) Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
7) Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
( Chepalopelvic Disproporsi).
8) Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran
26. 15
organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah
pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
9) Penyakit Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah
mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi
yang terjadi menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
10) Faktor Keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik).
11) Riwayat KPD sebelumnya
12) Kelainan atau Kerusakan Selaput Ketuban
13) Serviks (Leher Rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu ( Dwi Fajaryanti, 2014 ).
d. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah :
1) Terjadinya pembukaan premature serviks
2) Membran terkait dengan pembukaan terjadi :
a) Devaskularisasi
b) Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
3) Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang
4) Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim kolagenase ( Manuaba,
2008 ).
27. 16
e. Tanda dan Gejala
1) Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina
2) Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah.
3) Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya “menganjal” atau “menyumbat” kebocoran
untuk sementara.
4) Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
f. Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini meragukan kita, apakah ketuban benar sudah
pecah atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikal belum ada atau
kecil. Penegakkan diagnosis KPD dapat dilakukan dengan berbagai cara
yang meliputi :
1) Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di
vagina.
2) Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut
lanugo dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi.
3) Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan
servikalis.
28. 17
4) Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa)
bila ketuban sudah pecah.
5) Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu
dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta
serta jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit
esterase, bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3, kemungkinan adanya
infeksi ( Sarwono, 2008 ).
g. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi
baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil
dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadi
koriamnionitis (radang pada klorin dan amnion). Selain itu kejadian proplas
atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD
preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu ( Nugroho, 2010 ).
h. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan
dalam mengelolah KPD akan membawa akibat meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.Penatalaksanaan KPD masih
dilema bagi sebgaian besar ahli kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan,
29. 18
kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikan insiden besar cesar, dan
kalau menunggu persalinan spontan akan menaikan chorioamnionitis.
Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara aktif harus dipastikan
bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif
dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa
memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis
janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur tidak
diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG)
untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin.
Resiko yang lebih tinggi sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah
RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang
bulan perlu evaluasi untuk menentukan waktu yang optimal untuk
persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru sudah
matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan
sebab utama angka kematian ibu dan bayi.
Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin lansung berhubungan dngan
lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya pereode laten.
Ada 2 faktor yang terdapat dalam penatalaksanaannya.
1) Konservatif
a) Rawat dirumah sakit
b) Beri antibiotika : bila ketuban pecah > 6 jam berupa : Ampisilin 4 x
500 gr atau Gentamycin 1 x 800 mg.
30. 19
c) Umur kehamilan <32-34 minggu : dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d) Bila usia kehamilan 32-34 mainggu , masih keluar air ketuban, maka
usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan (hal sangat tergantung pada kemampuan perawatan bayi
premature).
e) Nilai tanda infeksi ( suhu, lekosit, tanda infeksi intrauterine ).
f) Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid selama untuk
memacu kematangan paru paru janin.
2) Aktif
a) Kehamilan > 35 minggu : induksi oksitosin, bila gagal dilakukan
seksio sesaria. Cara induksi : 1 ampul syntocinon dalam Dektrose
5%, dimulai 4 tetes per menit , tiap ¼ jam dinaikan 4 tetes sampai
maksimum 40 tetes/menit.
b) Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan seksio sesaria.
c) Bila ada tanda infeksi : beri antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri ( Prawirohardjo, 2008 ).
B. Landasan Teori
31. 20
Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum proses persalinan
berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (<37
minggu) maupun aterm (Desi Kurniawati, 2009).
KPD preterm adalah ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37
minggu. KPD yang memanjang adalah adalah ketuban pecah dini yang terjadi
lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. KPD merupakan komplikasi
yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan,. Pengelolaan KPD pada
kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk
menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Taufan Nugroho,
2010).
Beberapa faktor yang berhubungan dengan ketuban pecah dini dalam
penelitian ini antara lain umur ibu, paritas, dan kehamilan ganda.
Usia ibu hamil terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35 tahun)
mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini
dikarenakan dibawah umur 20 tahun dari segi biologis fungsi reproduksi seorang
wanita belum berkembang dengan sempurna untuk menerima keadaan janin dan
segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental dan
emosional. Sedangkan pada umur diatas 35 tahun dan sering melahirkan fungsi
reproduksi seorang wanita sudah mengalami kemunduran atau degenerasi
dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga memungkinkan untuk terjadinya
komplikasi pasca persalinan terutama ketuban pecah dini.
Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui pasti, namun menurut
Sarwono Prawirohardjo kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah
32. 21
multigraviditas/paritas. Paritas 2-3 merupakan paritas yang dianggap aman
ditinjau dari sudut insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu dan paritas
tinggi (lebih dari tiga) mempunyai resiko terjadinya ketuban pecah dini lebih
tinggi. Pada paritas yang rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih kaku
(kurang elastis) dari pada multiparitas. Uterus yang telah melahirkan banyak anak
(grandemulti) cenderung bekerja tidak efisien dalam persalinan ( Marlina, 2013).
Kehamilan ganda adalah kehamilan dua janin atau lebih. Kehamilan
kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi baik bagi janin maupun bagi
ibu. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan
pengawasan hamil yang intensif. Faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan
hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur dan paritas. Faktor resiko
ketuban pecah dini pada kembar dua 50% dan kembar tiga 90%. Hamil ganda
dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput
ketuban pecah sebelum waktunya.
C. Kerangka Konsep
33. 22
Keterangan :
: Variabel Independent
: Variabel Dependent
: Hubungan Antar Variabel
Gambar : Kerangka Konsep
D. Pertanyaan Penelitian
Umur
Paritas
Kehamilan Ganda
Ketuban Pecah Dini
34. 23
1. Bagaimana karakteristik ibu bersalin dengan ketuban pecah dini berdasarkan
umur ibu di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015 ?
2. Bagaimana karakteristik ibu bersalin dengan ketuban pecah dini berdasarkan
paritas di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015 ?
3. Bagaimana karakteristik ibu bersalin dengan ketuban pecah dini berdasarkan
kehamilan ganda di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun
2015 ?
35. 24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif. Suatu
metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan suatu kondisi atau
fenomena yang terjadi pada suatu kelompok subyek tertentu, tanpa membuat
kesimpulan yang bersifat sebab akibat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian akan di lakukan pada bulan Juli 2016.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami
ketuban pecah dini yang tercatat di buku register Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Tahun 2015 yang berjumlah 116 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili seluruh populasi.
Adapun Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu bersalin yang
mengalami ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna yang berjumlah 116 orang.
36. 25
D. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah Umur, Paritas dan
Kehamilan Ganda
Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah Ketuban Pecah Dini
(KPD)
E. Defenisi Operasional
Defenisi operasional Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah Dini
Tabel 1. Defenisi Operasional
No Variabel DefenisiOperasional KriteriaObyektif
AlatUk
ur
Skala
1.
2. 1.
Dependent
Ketuban
pecah dini
- Ketuban pecah dini
adalah pecahnya
ketuban sebelum
terdapatnya tanda
persalinan
- - -
3. 2. Independent
- Umur Ibu - Lama seseorang
individu hidup sejak
dinyatakan dalam
hitungan tahun
- Beresiko :
<20 &>35 tahun
- Tidak beresiko :
20-35 tahun
Ceklist Nominal
4. - Paritas - Jumlah anak yang
pernah dilahirkan oleh
ibu
- Beresiko : <1&>3
- Tidak beresiko : 2-3
Ceklist Nominal
5. - Kehamilan
Ganda
- Kehamilan dengan
dua janin atau lebih
intrauterin
- Ya
- Tidak
Ceklist Nominal
37. 26
F. InstrumenPenelitian
Untuk pengambilan data dalam penelitian ini yaitu data sekunder dengan
dengan cara pengambilan data melalui buku register yang ada di RSUD
Kabupaten Muna. Alat ukur yang digunakan adalah lembar checklist .
G. Pengolahan Dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan bantuan alat
kalkulator.
2. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam
bentuk tabel distribusi. Dalam penelitian ini dilakukan analisis univariat
secara deskriptif sederhana berupa persentasi.
Rumus yang digunakan adalah :
= ×
Keterangan :
p = Persentase
f = Frekuensi
n = Jumlah Populasi
k = Konstanta (100%)
38. 27
H. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mengurus surat izin penelitian pada
institusi yang ditujukan kepada kantor Badan Kesbang Pol dan Linmas
Kabupaten Muna, kemudian dari kantor Badan Kesbang Pol dan Linmas
kabupaten muna membawa surat izin penelitian ke rumah sakit umum daerah
kabupaten muna.
2. Tahap pelaksanaan
Dimulai dengan pengambilan sampel melalui buku register pasien di ruang
bersalin kemudian ditulis dalam lembaran cheklist sesuai dengan kriteria
sampel
3. Tahap pengolahan dan analisis data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan
analisis distribusi frekuensi sebagai bahan untuk penyusunan hasil penelitian
4. Tahap penulisan laporan
Pada tahap ini disusun laporan sebagai tahaap akhir dari penelitian.
39. 28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi
Tenggara terletak di IbuKota Kabupaten tepatnya di jalan Sultan Syahril
Kelurahan Laende Kecamatan Katobu Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi
Tenggara. Lokasi ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum dengan
batas sebagai berikut :
1) Sebelah utara : Jl. Basuki Rahmat
2) Sebelah Timur : Jl. Sultan Hasanudin
3) Sebelah selatan : Jl. Laode Pandu
4) Sebelah Barat : Jl. Ir. Juanda
b. Sejarah Singkat
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna didirikan pada masa
penjajahan Belanda oleh mantri yang berkebangsaan Belanda. Pada saat itu
mantri berkebangsaan belanda hanya dibantu oleh seorang asistennya dan
dua orang perawat. Setelah 11 tahun berlalu mantri tersebut pulang kembali
ke negerinya dan tepat pada tahun 1928 beliau diganti oleh seorang dokter
dari Jawa yang bernama dokter Soeparjo. Masyarakat muna mengenal
dokter Soeparjo dengan sebutan dokter jawa. Beliau tamatan dari sekolah
belanda yaitu Nederlandhes In Launshe Aonzen School (NIAS).
40. 29
Masa kepemimpinan dokter Soeparjo hanya berlangsung selama
tujuh tahun, kemudian beliau digantikan oleh dokter berkebangsaan Belanda
bernama dokterHyaman. Selang 5 tahun kemudian, tepatnya pada tahun
1940 seorang dokter asal China bernama dokter Pang Ing Ciang
menggantikan kepemimpinan dokter Hyaman. Pada masa kepemimpinan
dokter Pang Ing Ciang sangat disukai oleh masyarakat Muna sebab beliau
sangat memperhatikan kesehatan masyarakat Muna pada saat itu.
Pada tahun 1949, saat peralihan pemerintahan Belanda ke
pemerintahan Republik Indonesia masa pemerintahan dokter Pang Ing Cian
berakhir dan beliau diganti oleh dokter berkebangsaan Belanda bernama
dokter Post. Dokter Post mempunyai dua orang asisten sehingga sebagian
besar pekerjaannya diserahkan pada kedua asistennya. Namun
kepemimpinan dokter Post tidak berlangsung lama, beliau hanya satu tahun
lamanya.
Pada tahun 1950 dokter Post digantikan oleh dokter Lemens yang
berasal dari Belgia. Dokter Lemens memimpin selama 10 tahun yakni pada
tahun 1950 sampai dengan tahun 1960. Pada tahun 1965 dilakukan
rehabilitasi yang di prakarsai oleh Bupati Muna Laode Rasyid, SH. Ini
merupakan rehabilitasi pertama selama Rumah sakit tersebut didirikan tahun
1965-1970. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna dipimpin oleh
dokter Ibrahim Ahtar Nasution. Masa kepemimpinannya berlangsung
selama 3 tahun dan sejak itu tahun masa kepemimpinan Rumah Sakit
Umum Kabupaten Muna ditetapkan setiap 3 tahun sekali memimpin.
41. 30
Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna dijadikan
sebagai salah satu rumah sakit yang merupakan lahan praktek dan kajian
ilmiah bagi mahasiswa Akademi Keperawatan Kabupaten Muna dan
Mahasiswa Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
c. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Umum Daerah
KabupatenMuna mengacu pada perda No. 34 tahun 2008 Tentang Susunan
Organisasi Dan Tata Kerja RSUD, yaitu melaksanakan upaya kesehatan
secara berdaya guna dan hasil guna dengan mengutamakan penyembuhan,
pemulihan yang dilaksanakan secara serasi terpadu dengan upaya
peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas,
RSUD Kabupaten Muna mempunyai fungsi yakni :
1) Menyelenggarakan pelayanan medik
2) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis
3) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
4) Menyelenggarakan pelayanan dan rujukan
5) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
6) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara adalah :
42. 31
1) Pelayanan kesehatan rawat jalan yakni poliklinik penyakit dalam,
poliklinik umum, poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan,
poliklinik gigi dan mulut, poliklinik bedah, poliklinik saraf, poliklinik
dalam, instalasi rehabilitasi medik, dan instalasi gawat darurat.
2) Pelayanan kesehatan rawat inap yakni kebidanan dan kandungan,
perawatan bayi/perinatologi dan perawatan umum.
3) Pelayanan medik yakni fisioterapi, rontgen, apotik, laboratorium klinik
dan instalasi gizi.
2. Karakteristik Responden
Data yang telah di kumpulkan kemudian di lakukan pengumpulan data
sesuai dengan tujuan penelitian dan di sajikan dalam bentuk tabel dan di sertai
penjelasan sebagai berikut :
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini Berdasarkan
Umur di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015
Umur Frekuensi (f) Persentase (%)
<20 &>35 32 27,59
20-35 84 72,41
Jumlah 116 100
Berdasarkan Tabel 2 dapat di ketahui bahwa ibu bersalin yang mengalami
ketuban pecah dini pada umur <20 &>35 tahun sebanyak 32 orang
(27,59%), sedangkan pada umur 20-35 tahun sebanyak 84 orang (72,41%).
43. 32
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini Berdasarkan
Paritas di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015
Paritas Frekuensi (f) Persentase (%)
<1&>3 83 71,55
2-3 33 28,45
Jumlah 116 100
Berdasarkan Tabel 3 dapat di ketahui bahwa ibu bersalin yang mengalami
ketuban pecah dini paling banyak pada paritas <1 &>3 berjumlah 83 orang
(71,55%) dibandingkan dengan paritas 2-3 berjumlah 33 orang (28,45%).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Kehamilan Ganda
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini Berdasarkan
Kehamilan Ganda di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun
2015
Kehamilan Ganda Frekuensi (f) Persentase (%)
Ya 1 0,86
Tidak 115 99,14
Jumlah 116 100
Berdasarkan Tabel 4 dapat di ketahui ibu bersalin yang mengalami ketuban
pecah dini dengan kehamilan ganda berjumlah 1 orang (0,86%).
44. 33
d. Data Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah Dini
Tabel 5
Distribusi Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015
Karakteristik ibu Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur 32 27,59
Paritas 83 71,55
Kehamilan Ganda 1 0,86
Jumlah 116 100
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini paling banyak pada paritas yaitu 83 orang (71,55%), umur 32
orang (27,59%) dan kehamilan ganda 1 orang (0,86%).
B. Pembahasan
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu 1 jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang
dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini disebabkan oleh serviks
inkompeten, overdosis uterus, faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C
rendah, kelainan genetik), pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi
genitalia, meningkatnya enzimproteolitik), masa interval sejak ketuban pecah
sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. Penyebab umum ketuban pecah dini
adalah grandemulti, overdistensi (hidramnion, kehamilan ganda),
45. 34
disproporsinsefalopelvik, kehamilan letak lintang, sungsang atau pendular
abdomen. .
Setelah melakukan penelitian mengenai karakteristik ibu bersalin dengan
ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015
didapatkan 116 kasus ketuban pecah dini. Untuk lebih jelasnya maka hasil
penelitian tersebut di bahas berdasarkan variabel sebagai berikut :
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 ditemukan kasus ketuban pecah
dini paling banyak pada ibu dengan umur 20 sampai 35 tahun yaitu 84 orang
dengan peresentase 72,41%, sedangkan pada ibu dengan umur <20 dan >35
tahun yaitu 32 orang dengan peresentase 27,59%. Penelitian ini tidak sesuai
dengan teori yang ada bahwa Umur ibu yang <20 tahun, termasuk umur telalu
muda dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga
rentan mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan umur >35 tahun tergolong
umur yang terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan
berisiko tinggi mengalami ketuban pecah dini (Canaya, dkk, 2013).
Selain teori penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Ruth canaya Br Sihotang dkk mengenai hubungan umur ibu dengan kejadian
ketuban pecah dini di RSUD Ambarawa tahun 2013 didapatkan hasil dari 388
responden ibu yang berumur <20 tahun dan >35 tahun sebanyak 198 orang
lebih tinggi dibandingkan pada ibu yang berumur 20-35 tahun hanya 190
orang. Akan tetapi penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Endang susilowati, SST mengenai gambaran karakteristik ibu bersalin dengan
46. 35
ketuban pecah dini di rumah sakit Panti Wilasa Citarum Semarang tahun 2009
bahwa sebagian besar respondenadalah ibu bersalin yang berumur 20-35 tahun
yaitu sebanyak 113 ibu bersalin (87,6%).
Pada penelitian ini ibu bersalin yang berumur 20-35 dengan KPD lebih
tinggi dibandingkan dengan ibu bersalin yang berumur <20 tahun dan >35
tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan karena semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat untuk tidak menikah dan hamil di usia muda dan
semakin sadar bahwa hamil/bersalin di usia lanjut dapat menimbulkan
penyulit-penyulit yang dapat membahayakan ibu dan bayi. Selain itu penelitian
ini tidak dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami KPD.
2. Paritas
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan kasus ketuban pecah dini paling
banyak pada ibu dengan paritas <1 dan >3 yaitu 83 orang dengan persentase
71,55%, sedangkan pada ibu dengan paritas 2 sampai 3 yaitu 33 orang dengan
presentase 28,45%.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kejadian ketuban
pecah dini paling banyak pada paritas <1 dan >3. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa paritas <1 dan >3 mempunyai angka kejadian ketuban
pecah dini lebih tinggi. Sedangkan paritas 2 sampai 3 merupakan paritas yang
aman di tinjau dari kejadian ketuban pecah dini.
Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui pasti, namun menurut
Sarwono Prawirohardjo kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah
multigraviditas/paritas. Paritas 2-3 merupakan paritas yang dianggap aman
47. 36
ditinjau dari sudut insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu dan
paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai resiko terjadinya ketuban pecah dini
lebih tinggi. Pada paritas yang rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih
kaku (kurang elastis) dari pada multiparitas.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Joshua G. A.
Lowing, dkk mengenai gambaran ketuban pecah dini di RSUP Prof Dr. R. D.
Kondou Manado bahwa pada ibu bersalin dengan KPD lebih banyak
ditemukan pada primigravida yaitu 32 kasus (0,84%).
Pada penelitian ini memberikan gambaran bahwa mayoritas ibu bersalin
di RSUD Kabupaten Muna tahun 2015 berstatus paritas <1 dan >3 sebanyak 83
orang dengan presentase 71,55%, sedangkan pada ibu dengan paritas 2 sampai
3 yaitu 33 orang dengan presentase 28,45%.Hal tersebut memberikan arti
bahwa wanita yang baru sekali mengalami persalinan akan lebih berisiko
mengalami ketuban pecah dini daripada wanita yang berstatus paritas multipara
dikarenakan kandungan yang masih terkesan baru sekali digunakan untuk
mengandung janin, sehingga penyesuaian dibutuhkan pada kandungan wanita.
3. Kehamilan ganda
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan kasus ketuban pecah dini pada
ibu dengan kehamilan ganda hanya 1 orang dengan presentase 0,86%,
sedangkan pada ibu dengan kehamilan tunggal berjumlah 115 orang dengan
presentase 99,14%.
Dari hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa kejadian ketuban
pecah dini lebih banyak pada kehamilan tunggal dibandingkan dengan
48. 37
kehamilan ganda. Hal ini berbeda dengan teori bahwa kehamilan kembar dapat
memberikan resiko yang lebih tinggi mengalami ketuban pecah dini.Kehamilan
ganda adalah kehamilan dua janin atau lebih. Kehamilan kembar dapat
memberikan resiko yang lebih tinggi baik bagi janin maupun bagi ibu. Oleh
karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan
hamil yang intensif. Faktor resiko ketuban pecah dini pada kembar dua 50%
dan kembar tiga 90%. Hamil ganda dapat memungkinkan ketegangan rahim
meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurul Huda
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini di RS PKU
Muhammadiyah Surakarta tahun 2013 yang menunjukan bahwa sebanyak 4
responden (3,2%) sedangkan yang tidak mengalami gemeli sebanyak 121
(96,8%) dari total keseluruhan 125 responden.
Penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang dikarenakan sebelumnya
telah dijelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi dari kejadian
ketuban pecah dini seperti umur, paritas, pekerjaan, dan usia kehamilan. Hal ini
bisa menyebabkan terjadinya perbedaan tersebut.
49. 38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini berdasarkan umur sebesar
27,59%
2. Ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini berdasarkan paritas sebesar
71,55%
3. Ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dengan kehamilan ganda
sebesar 0,86%
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan diharapkan agar lebih meningkatkan komunikasi,
informasi, dan edukasi mengenai komplikasi kehamilan misalnya ketuban
pecah dini. Selain itu, bidan juga harus menyarankan kepada pasien agar rutin
melakukan kunjungan antenatal sehingga dapat dideteksi dini adanya tanda-
tanda bahaya kehamilan.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat mengembangkan penelitian
ini dengan menggali faktor lain yang berhubungan dengan kejadian ketuban
pecah dini pada ibu bersalin sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai
masukan dalam upaya penurunan kejadian KPD.
50. 39
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2013). Pengertian ketuban pecah dini. (online). www.e-jurnal.com
Canaya, Fitria & Yulia. (2013). Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian Ketuban
Pecah Dini di RSUD Ambarawa. (Online). Perpusnwu.web.id
Fajaryanti, D. (2014). Faktor Pemicu Terjadinya Ketuban Pecah Dini. (Online).
Dwifajaryanti.blogspot.co.id.2014/05/faktor-pemicu-terjadinya-ketuban-
pecah.html
Huda, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini Di RS
PKU Muhammadiyah Surakarta. (Online). Eprints.ums.ac.id
Infodatin (2012). Info Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
(Online).http://www.depkes.go.id
Joshua, Rudy & Maya. (2015). Gambaran Ketuban Pecah Dini di RSUP Prof DR.
R. D. Kandou Manado. (Online). Http://download.portalgaruda.org
Kurniawati, A. (2012). Karya tulis ilmiah. (Online).
Adekurniawati906.blogspot.co.id/2012/12/kti.html
Kurniawati, D & Mirzanie, H. (2009). OBGYNACEA ( Obstetri dan Ginekologi ).
Yogyakarta : TOSCA Entreprice.
Marlina. (2013). Skripsi faktor-faktor yang berhubungan dengan ketuban pecah
dini. (Online). Marlinasanomm.blogspot.co.id/2013/07skripsi-faktor-faktor-
yang-berhubungan.html.
Nugroho, T (2010). Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan : Bina Pustaka.
Purwoastuti, E & Elisabeth. (2015). Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial Untuk
Kebidanan. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru.
Susilowati, E & Dwiastuti, L. (2009). Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin
Dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang. (online). Ejurnal.akbidpantiwilasa.ac.id
Wahyudi, H. (2013). Ketuban Pecah Dini. (Online).
Theherijournals.blogspot.co.id.2013/02/ketuban-pecah-dini.html
51. 40
Wikipedia, the free encyclopedia. (2010). Persalinan Normal. Terdapat pada :
https://id.wikipedia.org/wiki/Persalinan_normal