1. MAKALAH Kebutuhan Medikal Bedah I
DOSEN : Ns. MUSRIANI, S.Kep. M.Kes
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
KLIEN MENINGITIS
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
1. WAODE JULIANTI
2. RAHMAT RIADI HAWA
3. SUHERMAN
4. SITTI ARA
5. FITRA APRILIANI
AKADEMI KEPERAWATAN (AKPER)
PEMKAB. MUNA
2012
2. KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadiraj Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah kita diberikan nikmat kesehatan hingga
sampai sekarang ini. Dan tak lupa pula shalawat serta salam kita haturkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Serta para sahabat-sahabat-Nya,
pengikut-pegikutnya hingga akhir zaman. Dimana yang telah mengajarkan iman dan
islam kepada kita, sehingga kita dapat menikmati indahnya keimanan dan Islam.
Dengan penuh rasa syukur kami ucapkan karena dapat menyelesaikan tugas
KMB I ini, yang diberikan oleh dosen Ns. Musriani,S.Kep. M.Kes, kepada kami
sebagai tugas dalam mengikuti proses pembelajaran mata kuliah KMB I. Dalam
penulisan dan penyusuan kata-kata pada tugas ini masih banyak kesalahan
penulisan, untuk itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pambaca demi kesempurnaan makalah ini di masa
yang akan datang.
Akhir kata semoga Makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Raha,16 November 2012
Penulis,
3. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ii
DAFTAR ISI .............................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................
B. Tujuan ................................................................................
1
C. Batasan Masalah ...............................................................
BAB II
1
1
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
MENINGITIS
A. Konsep Dasar .....................................................................
2
1. Pengertian ....................................................................
2
2. Etiologi .........................................................................
2
3. Patofisiologi .................................................................
3
4. Tanda dan gejala ...........................................................
5
5. Komplikasi...................................................................
6
6. Pemeriksaan Diagnostik ...............................................
8
7. Penatalaksanaan Medik ................................................
10
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan ...............
11
1. Pengkajian ....................................................................
11
2. Diagnosa Keperawatan ...............................................
12
3. Intervensi Keperawatan................................................
13
4. Evaluasi ........................................................................
13
BAB IV KESIMPULAN
5. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban
akhir. Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh
kemauan (Volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan
(Involunter).
Jawaban yang volunter melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang
involunter melibatkan sistem saraf otonom. Yang berfungsi sebagai efektor
dari sisteSistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf (neuron) yang tersusun
membentuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat
(SSP) terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi
(perifer) merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan
dari sistem saraf pusat.
Stimulus (Rangsangan) yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari
lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan
menuntut tubuh untuk mampu mengadaptasinya sehingga tubuh tetap
seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi berlangsung melalui kegiatan
sistem saraf disebut sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu
mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit.
Stimulus diterima oleh reseptor (penerima rangsang) sistem saraf yang
selanjutnya akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat. Di
sistem saraf pusat impuls diolah untuk kemudian meneruskan jawaban
(Respon) kembali melalum saraf somatis adalah otot rangka sedangkan
untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot jantung dan
kelenjar sebasea.
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui defenisi, etiologi, patofisiologi, komplikasi, serta
tanda dan gejala dari meningitis
2. Dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan meningitis
C. Batasan Masalah
Batasan masalah yang dapat kami ajukan, yaitu kami hanya menjelaskan
tentang konsep asuhan keperawatan meningitis
6. BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Meningitis adalah suatu inflamasi di arachnoid dan piamater pada otak
dan spinal cord, yang disebabkan oleh infeksi pada cairan serebrospinal
(Lewis, 2005).
Meningitis adalah suatu inflamasi di piameter , arakhnoid dan
subararakhnoid infeksi biasanya menyebabkan meningitis
dan chemical
meningitis juga dapat menjadi meningitis bisa akut atau kronik yang
disebabkan karena bakteri,virus, jamur atau parasit. (Lemone. 2004).
Meningitis adalah inflamasi meningen yang juga dapat menyerang
arakhonoid dan subarakhonoid, infeksi menyebar sampai subarakhonoid
melalui cairan serebrospinal sekitar otak dan spinal cord (Joyce M
black,2005).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis
adalah suatu inflamasi meningen yang juga dapat menyebar ke arakhonoid
dan subarakhonoid pada otak dan spinal cord, yang disebabkan oleh bakteri ,
virus jamur atau protozoa.
B. Etiologi
Meningitis
disebabkan
oleh
berbagai
macam
organisme
tetapi
kebanyakan klien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti
fraktur tulang tengkorak, infeksi sistemik, lainnya. Etiologi dapat
dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi :
1. Bakteri
:
haemophilus,
influenzae,
neisseria
meningitidis,
(meningococcal), diplococus pneunomia (pneumoccal), streptococcus
group A, staphylococcus aureus , escherichia coli ,klebsiella ,proteus,
pseudomonas.
2. Virus: abses otak ,encephalitis ,limfoma leukemia atau darah diruang
arakhnoid ,cytomegalovirus ,polyoma virus, herpes simplex dan herpes
zoster .
3. Jamur: cryptococcus
7. C. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh duramater, arakhonoid dan piamater. Cairan
Serebrospinal (CSF) diproduksi oleh fleksus koroid yang berada didasar
ventrikel lateral dan diatas ventrikel ke III dan IV. Setiap hari diproduksi
500-800 ml CSF. Setelah CSF bersirkulasi di otak dan medulla spinalis, CSF
akan direabssorpsi melalui villi arakhonoid, dalam lapisan arakhonoid
meninges. Organisme (bakteri,virus ,jamur dan protozoa) masuk
SSP
melalui pembuluh darah dan blood brain barrier ,jalan masuk yang langsung
terjadi sebagai akibat dari trauma ,prosedur pembedahan atau abses cerebri
/ruptur .otorhea atau rhinorrhea mungkin disebabkan karena fraktur basis
tengkorak bisa mengarah terjadinya meningitis organisme. Meningitis
menyerang mekanisme pertahanan tubuh spesifik dan non spesifik untuk
masuk dan bereplikasi dalam CSF.pertahanan ini meliputi barrier kulit,
barrier darah – otak, respon inflamasi nonspesifik dan respon imun. Infeksi
cairan serebrospinal dan meningeal menyebabkan respon inflamasi pada
piamater , arakhnoid dan CSF.
Pembuluh darah yg mengalami inflamasi di dalam area sekitar otak
mengeluarkan cairan sebagai respon permeabilitas sel. Cairan serebrospinal
mengalami
kekeruhan,
menginfiltrasi saraf
terbentuk
eksudat.
Eksudat
yang
purulen
kranial dan membloks fleksus koroid dan villi
arakhnoid. Eksudat menyebabkan inflamasi dan edema lebih lanjut sel
meningeal. Pembesaran pembuluh darah, eksudat, gangguan aliran CSF dan
edema sel meningeal menyebabkan peningkatan TIK. Dengan peningkatan
TIK, maka perfusi serebral menurun dan kehilangan autoregulasi serebal.
D. Tanda dan Gejala
Demam, sakit kepala hebat, neusea, muntah dan nuchal rigidity [kaku
kuduk ] adalah tanda-anda utama pada meningitis. Tanda kernig positif ,
brudzinsky positif,photophobia,penurunan kesadaran ,dan tanda-tanda
peningkatan TIK mungkin juga dapat timbul (Lewis,2005). Klien dengan
meningitis
bakteri
biasanya
mengalami
demam
.menggigil
,nyeri
kepala,nyeri punggung dan abdomen, mual dan muntah .Iritasi meningel
menyebabkan nuchal rigidity /kaki duduk.
E. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada meningitis adalah peningkat TIK
yang menyebabkan penurunan kesadaran .Komplikasi lain pada meningitis
8. yaitu disfungsi neurology,disfungsi saraf kranial (N.C III,IV VII atau VIII
),hemiparesis ,dysphasia dan hemiparesia. Mungkin juga dapat terjadi syok,
gangguan koagulasi, komplikasi septic (bacterial endokarditis) dan demam
yang terus – menerus. Hidrosefalus dapat terjadi jika eksudat menyebabkan
adhesi yang dapat mencegah aliran CSF normal dari ventrikel. DIC (Dimensi
Intravascular Coagulation) adalah komplikasi yang serius pada meningitis
yang dapat menyebabkan kematian.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan daiagnostik yang paling utama untuk mendiagnosa
meningitis yaitu analisa CSF tetapi lumbal pungsi tidak dilakukan bila ada
peningkatan TIK, karena bisa menyebabkan herniasi jaringan otak di medula
dan cardiopulmonary arrest. Pada meningitis bakteri tekanan meningkat,
cairan keruh atau berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat,
glukosa menurun, kultur positif beberapa jenis bakteri. Sedangkan pada
meningitis virus tekanan bervariasi, CSF biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif,
kultur virus biasanya hanya dengan prosedur khusus. CIE (Counter Immono
Electrophoresis) bisa dilakukan untuk
mengidentifikasi kemungkinan
sumber infeksi karena bakteri kultur darah dan urin, tenggorok dan hidung.
Glukosa serum meningkat, LDH serum meningkat (pada meningitis bakteri),
sel darah putih sedikit meningkat dengan peningkatan neutropil (infeksi
bakteri), elektrolit darah abnormal, LED meningkat. CT Scan/MRI dapat
membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran atau letak ventrikel, hematoma
daerah serebral, hemoragik atau tumor. EEG mungkin terlihat gelombang
lambat secara vokal atau umum (encephalitis) atau voltasenya meningkat
(abses). Rontgen dada, kepala dan sinus
mungkin ada indikasi infeksi atau
sumber infeksi intrakranial.
G. Penatalaksanan Medik
Keefektifan pengobatan tergantung pada pemberian dini antibiotik yang
mampu menembus barier blood – brain ke dalam lapisan subarakhnoid.
Antibiotik penicillin (ampisillin, piperasillin) atau salah satu chepalosporin
(ceftriaxone sodium, cefotaxim sodium) dapat digunakan.
Vacomyan
hydrocloride tunggal atau kombinasi dengan rifampisin juga dapat
digunakan jika bakteri telah teridentifikasi. Antibiotik dosis tinggi diberikan
secara intravena.
9. Dexametason dapat diberikan sebagai terapi tambahan pada meningitis
akut dan meningitis pneumococcus. Dexametasone dapat diberikan
bersamaan
dengan
antibiotik
untuk
mensupresi
inflamasi
dan
mengefektifkan pengobatan pada orang dewasa serta tidak meningkatkan
resiko perdarahan gastrointestinal.
Dehidrasi dan syok dapat diatasi dengan penambahan volume cairan.
Seizure yang terjadi pada tahap awal penyakit dapat dikontrol dengan
phenitoin/dilantin.
10. II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
A. Pengkajian
a. Pengkajian : Perawat mengumpulkan data untuk menentukan penyebab
meningitis, yang membantu mengembangkan rencana keperawatan pada
klien.
1) Riwayat kesehatan sekarang: yang harus dikaji meliputi adanya keluhan
sakit kepala, demam, nausea, vomiting dan nuckal rigidity. Kaji adanya
tanda-tanda peningkatan TIK. Penurunan LOC, seizure, perubahan
tanda-tanda vital dan pola pernafasan, dan papiledema. Perawat
menanyakan pada klien untuk menjelaskan gejala yang dialami, kapan,
apakah semakin buruk.
2) Riwayat kesehatan masa lalu : Perawat berkata pada klien untuk
mengingat peristiwa khusus yang pernah dialami, seperti riwayat alergi,
ISPA, trauma kepala atau fraktur tengkorak, riwayat pemakaian obatobatan.
b. Pengkajian fisik: Dilakukan dengan pemeriksaan metode head to toe atau
pemerikasaan organ dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan
perkusi.
1) Tanda-tanda vital meliputi pemeriksaan kesadaran, tekanan darah, denyut
nadi, pernafasan dan temperatur tubuh.
2) Sistem pernafasan: mengkaji apakah ada keluhan seperti sesak nafas,
irama nafas tidak teratur, takipnea, ronchi, sumbatan jalan nafas dan
apnea.
3) Sistem kardiovaskuler: dikaji adanya hipertensi, takhikardi, bradikardi.
4) Sistem gastrointestinal: adanya muntah, menurun atau tidak adanya
bising usus.
5) Sistem urinaria: dikaji frekuensi BAK, jumlah, inkontinensia.
6) Sistem persarafan meliputi: tingkat kesadaran,kejang, GCS, pemeriksan
saraf kranial II (optikus), III (oculomotorius), V (trigeminal), IV
(troklearis), VI (abdusen), VII (fasialis), atau VIII (vestibulocochlear),
pemeriksaan status system sensori dan motorik, pemeriksaan refleks,
kerniq atau brudzinski positif.
c. Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan penunjang pada klien dengan
meningitis bervariasi, protein di csf cenderung meningkat, glukosa serum
meningkat, sel darah putih sedikit meningkat dengan peningkatan
neutropil (infeksi bakteri), CT scan dan MRI hasilnya akan normal pada
11. meningitis yang tidak kompleks, sputum dan secret nasopharingeal
diambil
untuk
kultur sebelum
dimulai terapi
antibiotik
untuk
mengidentifikasi organisme penyebab meningitis.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan untuk klien dengan meningitis mencakup:
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
TIK atau edema serebral
2. Resiko
terjadinya
penyebaran
infeksi
berhubungan
dengan
penekanan respon inflamasi (akibat obat)
3. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi/inflamasi,
4. Toksin dalam sirkulasi
5. inefektif manajemen terapeutik berhubungan dengan berbagai
kondisi yang dialami yang ditandai oleh masalah sensorik dan
motorik, keterbatasan aktifitas
6. Hipertermia berhubungan dengan infeksi dan gangguan regulasi
temperatur pada hipotalamus karena peningkatan TIK ditandai
peningkatan suhu.
C. Perencanaan
Perencanaan dibuat untuk menetapkan tujuan, criteria hasil dan
perawatan pada klien dengan meningitis. Adapun dalam menetapkan tujuan
harus spesifik, nyata dan dapat dilakukan dan mempunyai criteria waktu dan
menetapkan criteria hasil, serta merencanakan tindakan keperawatan yang
akan dilakukan. Adapun prinsip dari perencanaan bertujuan: mengembalikan
fungsi saraf secara optimal, mengatasi infeksi, mengurangi rasa nyeri dan
ketidak nyamanan.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
perencanaan yang telah ditentukan secara umum. Intervensi yang dapat
dilakukan pada klien meningitis adalah: kaji status neurology, monitor tandatanda vital, mengkaji adanya komplikasi, hindari fleksi leher, kaji kepatenan
dan fungsi jalan nafas, peningkatan kesehatan, pencegahan infeksi
pernafasan melalui vaksinasi pneumococcal pneumonia dan influenza
dengan dibantu oleh perawat, monitor intake dan out put, kolaborasi dengan
medis, membantu memenuhi kebutuhan klien, memberi support kepada klien
dan keluarga.
12. E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dipakai
sebagai alat ukur keberhasilan dari rencana keperawatan didalam memenuhi
kebutuhan klien.
Pada perawatan klien dengan meningitis hasil yang diharapkan adalah:
perfusi jaringan serebral adekuat, meningkatnya tingkat kesadaran, tubuh
dipertahankan normal (36 – 37,2°C), nyeri berkurang/hilang, melaksanakan
program terapi, terhindari dari komplikasi meningitis tersebut.
13. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Meningitis adalah suatu inflamasi di arachnoid dan piamater pada otak dan
spinal cord, yang disebabkan oleh infeksi pada cairan serebrospinal (Lewis,
2005).
2. Meningitis
adalah
suatu
inflamasi
di
piameter
,
subararakhnoid infeksi biasanya menyebabkan meningitis
arakhnoid
dan
dan chemical
meningitis juga dapat menjadi meningitis bisa akut atau kronik yang
disebabkan karena bakteri,virus, jamur atau parasit. (Lemone. 2004).
B. Saran
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pencari materi yang bersangkutan.
14. DAFTAR PUSTAKA
Doengoes. M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
http://www.google.com/makalah askep meningitis.diakses tanggal 16 november
2012.