SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  47
PROPOSAL PENELITIAN
STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DALAM MENDUKUNG
PEMBANGUNAN KAWASAN AGRIBISNIS SAYURAN ORGANIK di
KENAGARIAN AIE ANGEK KABUPATEN TANAH DATAR
(Studi Kasus : Kelompok Tani Pambalahan Nagari Binaan Aie Angek)
Oleh :
NAIMAH RANGKUTI
06115002
Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Meraih Gelar Sarjana Pertanian
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2009
STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DALAM MENDUKUNG
PEMBANGUNAN KAWASAN AGRIBISNIS SAYURAN ORGANIK di
KENAGARIAN AIE ANGEK KABUPATEN TANAH DATAR
Usulan Penelitian Skripsi
Nama : Naimah Rangkuti
No Bp : 06115002
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian
Padang, November 2009
Mahasiswa Yang Bersangkutan
(Naimah Rangkuti)
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Prof. Dr. Ir. H. Helmi, MSc) (Ferdhinal Asful, SP, Msi)
Mengetahui
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Fakultas Pertanian Universitas Andalas
(Dr. Ir. Endry Martius, MSc)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan
judul “Strategi Pengembangan Kelompok Tani Dalam Mendukung Pembangunan
Kawasan Agribisnis Sayuran Organik di Kenagarian Aie Angek Kabupaten Tanah
Datar”.
Dengan selesainya penulisan proposal ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Helmi, MSc selaku dosen pembimbing I, dan Bapak
Ferdhinal Asful, SP, Msi selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak memberikan
petunjuk, bimbingan, dorongan serta saran pada penulisan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa sebagai mahasiswa dan manusia biasa penulis tidak
luput dari kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima
segala kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap agar proposal penelitian ini bermanfaat bagi setiap pembaca
dan pihak yang memerlukannya.
Padang, November 2009
Naimah Rangkuti
DAFTAR ISI
Halaman
Lembaran Pengesahan.....................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Strategi..................................................................................7
2.2 Konsep Kelembagaan Kelompok Tani.............................................. 7
2.3 Konsep Pembangunan Pertanian....................................................... 10
2.4 Konsep Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura............... 12
2.5 Konsep Pertanian Organik................................................................ 17
2.6 Penelitian Terdahulu......................................................................... 20
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................23
3.2 Metode Penelitian dan Pengambilan Sampel.....................................23
3.3 Metode Pengumpulan Data................................................................23
3.4 Variabel Yang Diamati...................................................................... 24
3.5 Analisa Data.......................................................................................25
3.6 Definisi Operasional.......................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................29
LAMPIRAN...................................................................................................31
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
Gambar 1. Abstraksi Kawasan Agribisnis.......................................
Gambar 2. Peta Kawasan Agribisnis...............................................
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
Lampiran 1.Daftar Kelompok Tani di Kenagarian Aie Angek........
Lampiran 2. Topic Training BPP Kec.X Koto Tahun 2008..............
Lampiran 3. Rekapitulasi Masalah dan Rencana Kegiatan BPP
Kec. X Koto tahun 2008................................................
Lampiran 4. Kegiatan-Kegiatan Pengembangan Kawasan
Tanah Datar 2003 – 2008............................................
Lampiran 5. Produksi Komoditi Tanaman Hortikultura
Kab.Tanah Datar tahun 2005 dan 2006........................
Lampiran 6. Peta Kawasan Agribisnis Kabupaten Tanah Datar....
Lampiran 7 . Data Luas tanam, Panen, dan Produksi Tanaman Hortikultura di Kecamatan
X Koto Kab. Tanah Datar
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelembagaan petani mencakup pengelolaan sumberdaya pertanian pada kawasan
agribisnis hortikultura yang berada didataran tinggi (Deptan, 2003).Pengembangan
kelembagaan merupakan salah satu komponen pokok dalam keseluruhan rancangan
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) tahun 2005-2025. Selama ini
pendekatan kelembagaan juga telah menjadi komponen pokok dalam pembangunan
pertanian dan pedesaan. Namun, kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan
sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai upaya untuk
pemberdayaan yang lebih mendasar. Kedepan, agar dapat berperan sebagai kelompok
tani yang partisipatif, maka pengembangan kelembagaan harus dirancang sebagai upaya
untuk peningkatan kemampuan kelompok tani itu sendiri sehingga menjadi mandiri
dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis. Pembentukan dan pengembangan
kelompok tani disetiap desa juga harus menggunakan prinsip kemandirian lokal yang
dicapai melalui prinsip pemberdayaan. Pendekatan yang top-down planning
menyebabkan partisipasi kelompok tani tidak tumbuh (Kedi Suradisastra, 2008; Syahyuti,
2007).
Pemberdayaan petani di pedesaan oleh pemerintah hampir selalu menggunakan
pendekatan kelompok. Salah satu kelemahan yang mendasar adalah kegagalan
pengembangan kelompok yang dimaksud, karena tidak dilakukan melalui proses sosial
yang matang. Kelompok yang dibentuk terlihat hanya sebagai alat kelengkapan proyek,
belum sebagai wadah untuk pemberdayaan kelompok tani secara hakiki (Syahyuti, 2003;
Kedi Suradisastra, 2008).
Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara
horizontal, dan dapat dibentuk beberapa unit dalam satu desa. Kelompok tani juga dapat
dibentuk berdasarkan komoditas, areal pertanian, dan gender. Pengembangan kelompok
tani dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan petani dalam mengakses berbagai
kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap
lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap
sumber informasi (Saptana, Saktyanu, Sri Wahyuni, Ening dan Valeriana Darwis, 2004).
Sedangkan menurut di Suradisastra, Kelompok tani merupakan lembaga yang
menyatukan para petani secara horizontal dan vertikal.
Berbagai kesalahan dalam pengembangan kelembagaan selama ini yaitu hampir
tiap program pembangunan pertanian dan pengembangan masyarakat pedesaan
membentuk satu kelembagaan yang baru. Sebagian besar kelembagaan dibentuk lebih
untuk tujuan mendistribusikan bantuan dan memudahkan tugas kontrol bagi pelaksana
program, bukan untuk pemberdayaan masyarakat secara nyata. Setiap program membuat
satu organisasi yang baru dengan nama yang khas, jarang sekali program dari dinas
tertentu menggunakan kelompok yang sudah ada. Pengembangan kelembagaan hanya
dengan dukungan material yang cukup tapi tidak dibina bagaimana mengelolanya dengan
manajemen yang baik. Walaupun kelembagaan telah dijadikan alat yang penting dalam
menjalankan suatu program, namun penggunaan strategi pengembangan kelembagaan
banyak mengalami ketidaktepatan dan kekeliruan (Uphoff, 1986; Syahyuti, 2003).
Secara konseptual tiap kelembagaan petani yang dibentuk dapat memainkan peran
tunggal ataupun ganda. Khusus untuk kegiatan ekonomi, terdapat banyak lembaga
pedesaan yang diarahkan sebagai lembaga ekonomi, diantaranya adalah kelompok tani,
koperasi dan kelompok usaha agribisnis. Secara konseptual masing-masing dapat
menjalankan peran yang sama (tumpang tindih). Berdasarkan konsep sistem agribisnis,
aktivitas pertanian pedesaan tidak akan keluar dari upaya untuk menyediakan sarana
produksi (benih, pupuk dan obat-obatan), permodalan usahatani, pemenuhan tenaga
kerja, kegiatan berusaha tani (on farm), pemenuhan informasi dan teknologi serta
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian (Syahyuti, 2008; F. Kasijadi,A. Suryadi dan
Suwono, 2003).
Kawasan menunjuk pada suatu wilayah yang merupakan sentra (pusat), dapat
berupa sentra produksi, perdagangan maupun sentra konsumsi. Dengan demikian
kawasan sentra produksi sayuran adalah suatu kawasan pusat kegiatan produksi sayuran
dalam suatu unit wilayah tertentu yang memiliki karakteristik yang relatif sama, dan
memiliki kelengkapan infrastruktur dan sistem yang menunjang kegiatan produksi
sayuran (Saptana,Saktyanu, Sri Wahyuni, Ening dan Valeriana Darwis, 2004).
Sistem Agribisnis yang lengkap merupakan suatu gugusan industri ynag terdiri
dari empat subsistem yaitu subsistem agribisnis hulu yakni industri sarana produksi
(industri benih, pupuk, pestisida dan indutri alsintan), subsistem budidaya (on-farm) yang
menghasilkan komoditas pertanian primer, subsistem agribisnis hulu yaitu pengolahan
hasil baik menghjasilkan produk antara maupun produk akhir, subsistem pemasaran yaitu
pendistribusian produk dari sentra produksi ke sentra konsumsi, subsistem jasa penunjang
yaitu dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang mendukung pengembangan
agribisnis (Sudaryanto dan Pasandaran, 1993; dan Ditjerhot, 2001).
Dalam pengembangan kawasan agribisnis ada 4 masalah yang dihadapi yaitu
penurunan harga dengan cepat dan sempurna kepada petani,sedangkan kenaikan harga
lambat dan tidak sempurna; informasi pasar yang monopolistik pada agribisnis hilir;
IPTEK dari agribisnis hilir tidak ditransmisikan ke agribisnis hulu (petani); Modal
investasi yang relatif banyak di agribisnis hilir tidak disalurkan dengan baik, bahkan
cenderung digunakan untuk mengeksploitasi agribisnis hulu (Simatupang, 1995).
Keberhasilan pengembangan agribisnis sayuran tergantung kepada keterpaduan
antara program dan kesiapan kelembagaannya. Ada tiga bentuk kelembagaan yaitu
kelembagaan yang hidup dan telah diterima oleh komunitas lokal atau tradisional,
kelembagaan pasar, kelembagaan sistem politik atau sistem pengambilan keputusan
ditingkat publik (Etzioni, 1991;Uphoff, 1992).
Kabupaten Tanah Datar tepatnya di Kecamatan X Koto Kenagarian Aie Angek
merupakan daerah yang terletak pada dataran tinggi. Sehingga sangat cocok untuk
pengembangan usaha pertanian. Pengembangan pertanian bertujuan untuk kesejahteraan
petani dan keluarganya dalam berusaha tani dengan melakukan agribisnis pertanian
sayuran organik yang tangguh dan profesional serta berwawasan lingkungan (Pemerintah
Kabupaten Tanah Datar, 2007).
Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang memiliki potensi berupa lahan
kering, sawah dan perikanan. Khusus di Kenagarian AieAngek, kawasan ini sangat cocok
ditanami sayur-sayuran karena memiliki keunggulan komparatif, dan Pemerintah
Kabupaten Tanah Datar telah menetapkan menjadi suatu Kawasan Pusat Pengembangan
Agribisnis Sayuran Organik (KASO), dalam pelaksanaannya pembinaan dilakukan oleh
Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar dan Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Selama ini pendekatan kelembagaan juga telah menjadi komponen pokok dalam
pembangunan pertanian dan pedesaan. Namun, kelembagaan petani cenderung hanya
diposisikan sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai
upaya untuk pemberdayaan yang lebih mendasar. Pendekatan yang top-down planning
menyebabkan partisipasi kelompok tani tidak tumbuh (Kedi Suradisastra, 2008; Syahyuti,
2007; Bank Dunia, 2005)
Pemberdayaan petani di pedesaan oleh pemerintah hampir selalu menggunakan
pendekatan kelompok. Salah satu kelemahan yang mendasar adalah kegagalan
pengembangan kelompok yang dimaksud, karena tidak dilakukan melalui proses sosial
yang matang. Kelompok yang dibentuk terlihat hanya sebagai alat kelengkapan proyek,
belum sebagai wadah untuk pemberdayaan kelompok tani secara hakiki (Syahyuti, 2003;
Kedi Suradisastra, 2008).
Pada tahun 2002 bahwa untuk kelancaran pelaksanaa kegiatan Pengembangan
Kawasan Agribisnis Sayuran Organik (KASO), Kepala Dinas Pertanian Kabupaten
Tanah Datar menetapkan kelompok tanim “ Pambalahan” sebagai pelaksana kegiatan
tersebut.
Komoditas yang diusahakan adalah kubis, brokoli, kol bunga, wortel, selada,
sawi, cabe, bawang daun, lobak. Produk sayuran dengan sistem organik ini memiliki
keunggulan-keunggulan yaitu diantaranya ramah lingkungan dan memiliki kadar mutu
kesehatan yang lebih baik dari sayuran produksi non organik dan harga jual sayuran
organik lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran non organik (Pracaya, 2003).
Menurut Perhepi (1989), menyatakan salah satu hambatan dalam pengembangan
agribisnis di Indonesia yaitu sistem kelembagaan, terutama di pedesaan terasa masih
lemah sehingga kondisi ini menyebabkan kurang mendukung kegiatan agribisnis.
Berdasarkan uraian diatas, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian ini. Dari
perumusan masalah diatas, muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apa saja permasalahan kegiatan kelompok tani pambalahan dalam mendukung
pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek Kecamatan X Koto.
2. Bagaimana pengaruh Institut Pertanian Organik (IPO) terhadap kelompok tani
pambalahan dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik..
3. Bagaimana strategi pengembangan kelompok tani pambalahan dalam mendukung
pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek Kecamatan X Koto.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui permasalahan kegiatan kelompok tani pambalahan dalam
mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek
Kecamatan X Koto.
2. Menganalisis pengaruh IPO terhadap kelompok tani pambalahan dalam
mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek
Kecamatan X Koto.
3. Menganalisis strategi pengembangan kelompok tani pambalahan dalam
mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek
Kecamatan X Koto.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan hasilnya dapat berguna dan
bermanfaat untuk :
1. Bagi petani, yaitu sebagai masukan dan informasi sehingga dapat membantu
dalam menghadapi masalah sehubungan dengan pengembangan kelompok tani
dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis.
2. Bagi pemerintah, yaitu sebagai masukan, gambaran dan pertimbangan
mengenai pengembangan kelompok tani dan masalah yang dihadapi kelompok
tani, sehingga membantu dalam perumusan kebijakan dan perencanaan
pembangunan pertanian yang lebih berpihak pada petani.
3. Bagi penulis sendiri yaitu dapat meningkatkan pemahaman mengenai
pengembangan kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan
agribisnis dan bagi mahasiswa lain dapat dijadikan acuan dalam melakukan
penelitian tentang kasus ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Strategi
Dalam Artikel Michail Porter berjudul “What is Strategy?” yang dimuat dalam
Harvard Business Review (1996) Istilah strategi tidak asing dalam percakapan sehari-
hari. Kita mempunyai pengertian tersendiri ketika membaca kata ini dalam sebuah tulisan
atau mendengarnya dalam percakapan seseorang. Strategi sebagai penentu tujuan jangka
panjang, program kerja dan alokasi sumberdaya.Dalam dimensi ini, strategi merupakan
cara untuk secara eksplisit menentukan tujuan jangka panjang, sasaran-sasaran
organisasi, program kerja yang dibutuhkan untu mencapai tujuan, dan alokasi
sumberdaya yang diperlukan.
a. Strategi penentu aspek keunggulan organisasi, disini strategi dijadikan power
yang efektif untuk menentukan segmentasi produk dan pasar. Segmentasi itu
mencakup baik penentuan customer maupun pengenalan tentang competitor yang
dihadapi.
b. Strategi sebagai penentu tugas manajerial. Dimensi ini memperlihatkan
perspektif organisasi sebagai korporasi, bisnis, dan fungsi-fungsi. Ketiga
perspektif ini harus dilihat secara holistik dengan tetap memperhatikan perbedaan
tugas manajerial masing-masing perspektif.
c. Strategi sebagai pola pengambilan keputusan yang saling mengikat. Disini
strategi dilihat sebagai pola pengambilan keputusan berdasarkan masa lampau
yang mungkin ikut menentukan apa yang harus dilakukan dimasa depan.
d. Strategi sebagai upaya mengalokasikan sumberdaya untuk mengembangkan
keunggulan berdaya saing yang berkesinambungan. Disini kompetensi inti terkait
erat dengan sumberdaya organisasi.
2.2 Konsep Kelembagaan Kelompok Tani
Kelembagaan dan Organisasi adalah berbeda, kelembagaan adalah sesuatu yang
berada diatas petani, sedangkan organisasi berada dilevel petani, sebagaimana yang
dianut kalangan ahli “ekonomi Kelembagaan “. Menurut North (2005) institution adalah
the rule of the game, sedangkan organization adalah “their enterpreneurs are the
players”. Pendapat ini diperkuat oleh Robin (2005) yang berpendapat bahwa ”institution
determine social organization”. Jadi kelembagaan merupakan wadah tempat-tempat
organisasi hidup.
Upaya meningkatkan daya saing petani salah satunya adalah pengembangan
kelembagaan pertanian, pemberdayaan, pemantapan dan peningkatan kemampuan
kelompok-kelompok petani kecil (Kartasasmita, 1997 : 31-32).
Pada dasarnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari pengertian
kelompok itu sendiri. Menurut Sherif dan Sherif (Catrwright dan Zander, 1968)
kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang satu dengan
individu lainnya, mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan
perannya, mempunyai norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok itu.
Kelompok pada dasarnya adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi
untuk mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan
mempunyai struktur tertentu. Menurut Polak (1976) maksud struktur sebuah kelompok
adalah susunan dari pola antar hubungan intern yang agak stabil, yang terdiri atas : (1)
suatu rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para anggotanya yang hirarkhis,
(2) peranan-peranan sosial yang berkaitan dengan status-status itu, (3) unsur-unsur
kebudayaan (nilai-nilai, norma-norma, model) yang mempertahankan, membenarkan dan
mengagungkan struktur.
Menurut Soekanto (1986) ada beberapa hal yang harus menjadi ciri kelompok,
yaitu : setiap anggota kelompok harus sadar sebagai bagian dari kelompok, ada hubungan
timbal balik antara sesama anggota dan terdapat suatu faktor yang dimiliki mbersama
oleh para anggota sehingga hubungan diantara mereka semakin kuat.
Perry dan Perry (Rusdi, 1987) mengemukakan bahwa yang menjadi ciri-ciri suatu
kelompok adalah : (1) ada interaksi antar anggota yang berlangsung secara kontinyu
untuk waktu yang relatif lama, (2) setiap anggota menyadari bahwa ia merupakan bagian
dari kelompok, dan sebaliknya kelompoknyapun mengakuinya sebagai anggota, (3)
adanya kesepakatan bersama antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku, nilai-
nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai, (4) adanya struktur
dalam kelompok, dalam arti para anggota mengetahui adanya hubungan-hubungan antar
peranan, norma tugas, hak dan kewajiban yang semuanya tumbuh didalam kelompom itu.
Menurut Bappenas (2004), Dalam rangka pemberdayaan (penguatan) petani
sebagai salah satu pelaku agribisnis hortikultura, maka perlu menumbuh kembangkan
kelompok tani yang mandiri dan berwawasan agribisnis. Penguatan kelembagaan
ditingkat petani meliputi kelompok tani, asosiasi, himpunan, koperasi, merupakan hal
yang perlu segera dikembangkan secara dinamis guna meningkatkan profesionalisme dan
posisi tawar petani.
1) Penumbuhan Kelompok tani
a) Menumbuhkan kelompok tani baik dari kelompok yang sudah ada ataupun dari
petani dalam satu wilayah.
b) Membimbing dan mengembangkan kelompok berdasarkan kepentingan usaha tani
kelompok.
c) Mengorganisasikan petani dalam kelompok.
d) Menjalin kerjasama antar individu petani didalam satu kelompok
2) Peningkatan Kemampuan Kelompok tani
a) Meningkatkan kemampuan kelompok tani melalui peningkatan kualitas dan
produktivitas SDM, meningkatkan managerial dan kepemimpinan kelompok.
b) Mengembangkan fungsi kelompok tani menjadi kelompok usaha/ koperasi.
c) Mengembangkan organisasi kelompok ke bentuk yang lebih besar, seperti
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) atau Asosiasi.
3) Mengembangkan Kemitraan Usaha
a) Mengembangkan kemitraan usaha agribisnis antara kelompok on-farm dengan
kelompok off-farm.
b) Meningkatkan nilai tambah ekonomis produk melalui kerjasama usaha antara
pelaku agribisnis.
c) Memperhatikan prinsip-prinsip kemitraan adanya pelaku kemitraan (petani,
kelompok tani, pengusaha, dan pemerintah; Adanya kebutuhan dan kepentingan
bersama dari pelaku-pelaku agribisnis; Adanya kerjasama dan kemitraan yang
seimbang dan saling menguntungkan.
Organisasi atau kelembagaan petani diakui sangat penting untuk pembangunan
pertanian, baik di negara industri maupun negara berkembang seperti Indonesia. Namun
kenyataan memperlihatkan kecenderungna masih lemahnya organisasi petani di negara
berkembang, serta besarnya hambatan dalam menumbuhkan organisasi atau kelembagaan
pada masyarakat petani. Intervensi yang terlalu besar dari pemerintah atau politisi
seringkali menyebabkan organisasi itu bekerja bukan untuk petani tetapi melayani
kepentingan pemerintah atau para pengelolanya (Vahn den Ban dan Hawkins, 1999:
265).
Bunch (1991: 270-271) menegaskan pembangunan lembaga tidak sekadar
memindahkan kerangka organisasi tetapi juga hgarus memberikan “perasaan” tertentu,
ciri-ciri masyarakat, perassan, keterampilan, sikap dan sikap moral merupakan darah dan
daging suatu lembaga.
2.3 Konsep Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian yang dilaksanakan adalah pembangunan pertanian yang
berkelanjutan dengan mengimplementasikan beberapa elemen-elemen seperti
peningkatan kualitas infrastruktur dan fasilitas ekonomi pedesaan, pelaksanaan reformasi
agraria, peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan petani serta mengurangi
kesenjangan pembangunan antar desa dan kota (Yudhoyono, 2006).
Terdapat 5 (lima) syarat pokok yang diperlukan untuk menggerakkan dan
membangun pertanian yaitu (Mosher, 1987) :
1). Adanya pasar untuk hasil usaha tani.
2). Teknologi yang senatiasa berkembang
3). Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal
4). Adanya perangsang produksi bagi petani
5). Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu.
Di samping lima syarat mutlak, ada lima syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi
kalau ada (dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan
pertanian. Yang termasuk sarana pelancar tersebut adalah pendidikan pembangunan,
kredit produksi, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian
serta perencanaan nasional pembangunan pertanian. Syarat-syarat tersebut di atas dapat
dikelompokkan kepada dua hal yaitu 1) Merupakan serangkaian kegiatan untuk
menciptakan iklim yang merangsang, 2) Merupakan sarana-sarana fisik dan sosial yang
merupakan alat (means) untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian.
1) Perangsang pembangunan pertanian
 Adanya rencana pembangunan yang memberi prioritas pada pembangunan
pertanian.
 Adanya kebijakan-kebijakan khusus seperti kebijakan harga minimum
(floor price), subsidi harga pupuk, kegiatan penyuluhan yang intensif,
perlombaan dengan hadiah-hadiah yang menarik pada petani teladan,
pendidikan pembangunan pada petani-petani di desa baik mengenai teknik
baru dalam pertanian maupun mengenai keterampilan lainnya yang
membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan
2) Faktor-faktor fisik dan sosial
 Tersedianya secara lokal kebutuhan akan sarana pertanian seperti bibit
unggul, pupuk dan obat-obatan.
 Adanya lembaga perbankan yang siap melayani dan meminjamkan kredit
dengan persyaratan yang tidak berat.
 Pengembangan usaha koperasi melalui peningkatan mutu pengurus
koperasi yang ada dan pendidikan kader-kader baru, membantu dan
membina sistem pembukuan dan lain-lain.
Mubyarto (1989) mengemukakan bahwa tidak semua model pembangunan
pertanian bisa diimplementasikan oleh negara-negara yang sedang berkembang di dalam
membangun pertaniannya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kas dari negara yang
bersangkutan seperti sosial-ekonomi, politik, tehnologi dan kebudayaan yang tidak
memungkinkan penerapan model pembangunan pertanian dari negara luar tersebut secara
keseluruhan. Namun, setidaknya (seperti Indonesia) bisa belajar dari Taiwan tentang “
cara-cara mengatur organisasi pertaniannya”, dari Jepang dalam “ merangsang kerja
petani ”, dari Thailand dalam “ pembangunan jalan-jalan oleh negara “ dan dari India
dalam “ kegiatan-kegiatan penelitiannya “.
2.4 Konsep Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura
Definisi yang lebih lengkap mengenai agribisnis diberikan oleh pencetus awal
istilah agribisnis yaitu Davis dan Goldberg (1957) sebagai berikut: “Agribusiness is the
sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies;
production activities on the farm; and storage, processing and distribution of
commodities and items made from them“. Definisi inilah yang sekarang sering digunakan
dalam literatur manajemen agribisnis (Sonka dan Hudson 1989).
Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani,
hilir, dan penunjang. Menurut Saragih dalam Pasaribu (1999), batasan agribisnis adalah
sistem yang utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi (yaitu subsistem
agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir, susbistem jasa
penunjang agribisnis) yang terkait langsung dengan pertanian.
Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan :
(1) pra-panen, (2) panen, (3) pasca-panen dan (4) pemasaran. Sebagai sebuah sistem,
kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling
terkait. Terputusnya salah satu bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut.
Sedangkan kegiatan agribisnis melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan
kehutanan, serta bagian dari sektor industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara kedua
sektor inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional
(Sumodiningrat, 2000).
Menurut Anonimous ( 2000 ), yang dimaksud dengan Sistem Agribisnis adalah
rangkaian dari berbagai sub sistem penyelesaian prasarana dan sarana produksi,
subsistem budidaya yang menghasilkan produk primer, sub sistem industri pengolahan
(agroindustri), sub sistem pemasaran dan distribusi serta sub sistem jasa pendukung. Bagi
Indoensia pengembangan usaha pertanian cukup prospektif karena memiliki kondisi yang
menguntungkan antara lain; berada di daerah tropis yang subur, keadaan sarana prasarana
cukup mendukung serta adanya kemauan politik pemerintah untuk menampilkan sektor
pertanian sebagai prioritas dalam pembangunan. Tujuan pembangunan agribisnis adalah
untuk meningkatkan daya saing komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil
menengah dan koperasi serta mengembangkan kemitraan usaha. Dengan visi
mewujudkan kemampuan berkompetisi merespon dinamika perubahan pasar dan pesaing,
serta mampu ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Departemen Pertanian (2005), komoditas hortikultura merupakan sangat
prospektif, baik untuk mengisi kebutuhan pasar domestik maupun internasional
mengingat potensi permintaan pasarnya baik di dalam maupun di luar negeri besar dan
nilai ekonominya yang tinggi. Dengan kemajuan perekonomian, pendidikan, peningkatan
pemenuhan untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan produk
hortikultura semakin meningkat. Disamping itu keragaman karakteristik lahan dan
agroklimat serta sebaran wilayah yang luas memungkinkan wilayah Indonesia digunakan
untuk pengembangan hortikultura tropis dan sub tropis. Fungsi utama tanaman
hortikultura bukan hanya sebagai bahan pangan tetapi juga terkait dengan kesehatan dan
lingkungan. Secara fungsi ini sederhana dapat dibagi menjadi 4 (empat) yaitu :
• Fungsi Penyediaan Pangan, terutama dalam hal penyediaan vitamin, mineral,
serat, energi dan senyawa lain untuk pemenuhan gizi.
• Fungsi Ekonomi, pada umumnya komoditas hortikultura mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi, sumber pendapatan cash petani, perdagangan,
perindustrian, dan lain-lain.
• Fungsi Kesehatan, bahwa buah dan sayur dan terutama biofarm maka dapat
digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit-penyakit tidak menular.
• Fungsi Sosial Budaya, sebagai unsur keindahan/kenyamanan lingkungan,
upacara-upacara, pariwisata dan lain-lain.
Usaha kegiatan tanaman hortikultura adalah kegiatan yang menghasilkan produk
tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan dengan
tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual / ditukar atau memperoleh pendapatan /
keuntungan atas resiko usaha ( Badan Pusat Statistik, 2003).
Pembangunan pertanian yang ada selama ini dengan pendekatan kewilayahan dan
peningkatan partisipasi masyarakat daerah setempat, khususnya untuk program tanaman
pangan dan hortikultura. Mendesaknya kepentingan pembangunan dan perancangan
ulang program ini dapat dilihat dari beberapa segi. Pertama, program tanaman pangan
dan hortikultura adalah merupakan tempat penyerapan tenaga kerja terbesar dalam sistem
pembangunan nasional, sedemikian hingga setiap peningkatan pembangunan tanaman
pangan dan hortikultura secara otomatis juga akan membantu mengatasi masalah
pengangguran. Kedua, program tanaman pangan dan hortikultura masih merupakan
penopang utama dalam sistem perekonomian nasional, khususnya dalam memproduksi
makanan pokok, sehingga mengurangi ketergantungan pangan kepada dunia luar. Ketiga,
harga produk tanaman pangan dan hortikultura memiliki bobot yang besar dalam
penentuan indeks harga konsumen, sehingga sifat dinamikanya sangat berpengaruh dalam
menekan laju inflasi, yang oleh karenanya pembangunan pertanian ini akan membantu
memantapkan stabilitas ekonomi nasional. Keempat, Peningkatan pembangunan tanaman
pangan dan hortikultura ini bisa berperan penting dalam mendorong sektor industri dan
ekspor, serta mengurangi impor produk tanaman pangan dan hortikultura yang pada
gilirannya akan memantapkan neraca pembayaran. Kenyataan betapa pentingnya
pembangunan tanaman pangan dan hortikultura tersebut diatas telah disadari sepenuhnya
oleh pemerintah yang melihat bahwa pemanfaatan sumberdaya dalam pembangunan
sektor pertanian dimasa mendatang mutlak memerlukan reorientasi pemikiran dalam
pelaksanaannya (Bappenas, 2004).
Pembangunan pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan dan hortikultura,
diarahkan pada pembangunan yang berkelanjutan yang tidak hanya bertumpu pada
persoalan produksi semata-mata, tapi lebih berwawasan kepada peningkatan
kesejahteraan dan mutu kehidupan masyarakat. Upaya ini dilakukan dengan prioritas
utama kepada produksi, pelestarian sumberdaya dan swasembada pangan, serta agribisnis
yang berwawasan lingkungan.
Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agribisnis karena :
1. Memiliki lahan yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian yang dapat
dipasarkan yang disebut komoditi unggulan.
2. Memiliki pasar, baik itu pasar untuk hasil-hasil pertanian, pasar sarana pertanian
maupun pasar jasa pelayanan.
3. Memiliki kelembagaan petani (kelompok, koperasi, assosiasi) yang dinamis dan
terbuka padsa inovasi baru, yang harus berfungsi juga sebagai sentra pembelajaran dan
pengembanagn agribisnis.
4. Memiliki Balai Penyulukan Pertanian yang berfungsi sebagai Klinik Konsultasi
Agribisnsis (KKA) yaitu sebagai sumber informasi agribisnis, tempat percontohan usaha
agribisnis dan pusat pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha agribisnis
yang lebih efisien dan menguntungkan (Deptan, 2002).
2.5 Konsep Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian yang dilaksanakan adalah pembangunan pertanian yang
berkelanjutan dengan mengimplementasikan beberapa elemen-elemen seperti
peningkatan kualitas infrastruktur dan fasilitas ekonomi pedesaan, pelaksanaan reformasi
agraria, peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan petani serta mengurangi
kesenjangan pembangunan antar desa dan kota (Yudhoyono, 2006).
Terdapat 5 (lima) syarat pokok yang diperlukan untuk menggerakkan dan
membangun pertanian yaitu (Mosher, 1987) :
1). Adanya pasar untuk hasil usaha tani.
2). Teknologi yang senatiasa berkembang
3). Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal
4). Adanya perangsang produksi bagi petani
5). Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu.
Di samping lima syarat mutlak, ada lima syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi
kalau ada (dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan
pertanian. Yang termasuk sarana pelancar tersebut adalah pendidikan pembangunan,
kredit produksi, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian
serta perencanaan nasional pembangunan pertanian. Syarat-syarat tersebut di atas dapat
dikelompokkan kepada dua hal yaitu 1) Merupakan serangkaian kegiatan untuk
menciptakan iklim yang merangsang, 2) Merupakan sarana-sarana fisik dan sosial yang
merupakan alat (means) untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian.
Perangsang pembangunan pertanian diantaranya : Adanya rencana pembangunan
yang memberi prioritas pada pembangunan pertanian Adanya kebijakan-kebijakan
khusus seperti kebijakan harga minimum (floor price), subsidi harga pupuk, kegiatan
penyuluhan yang intensif, perlombaan dengan hadiah-hadiah yang menarik pada petani
teladan, pendidikan pembangunan pada petani-petani di desa baik mengenai teknik baru
dalam pertanian maupun mengenai keterampilan lainnya yang membantu menciptakan
iklim yang menggiatkan usaha pembangunan
Faktor-faktor fisik dan sosial diantaranya : Tersedianya secara lokal kebutuhan
akan sarana pertanian seperti bibit unggul, pupuk dan obat-obatan. Adanya lembaga
perbankan yang siap melayani dan meminjamkan kredit dengan persyaratan yang tidak
berat. Pengembangan usaha koperasi melalui peningkatan mutu pengurus koperasi yang
ada dan pendidikan kader-kader baru, membantu dan membina sistem pembukuan dan
lain-lain.
Mubyarto (1989) mengemukakan bahwa tidak semua model pembangunan
pertanian bisa diimplementasikan oleh negara-negara yang sedang berkembang di dalam
membangun pertaniannya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kas dari negara yang
bersangkutan seperti sosial-ekonomi, politik, teknologi dan kebudayaan yang tidak
memungkinkan penerapan model pembangunan pertanian dari negara luar tersebut secara
keseluruhan. Namun, setidaknya (seperti Indonesia) bisa belajar dari Taiwan tentang “
cara-cara mengatur organisasi pertaniannya”, dari Jepang dalam “ merangsang kerja
petani ”, dari Thailand dalam “ pembangunan jalan-jalan oleh negara “ dan dari India
dalam “ kegiatan-kegiatan penelitiannya “.
2.6 Konsep Pertanian Organik
Pertanian organik merupakan teknik pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia
(non sintetik), tetapi memakai bahan-bahan organik (Pracaya, 2002). Secara sederhana,
pertanian organik didefinisikan sebagai sistern pertanian yang mendorong kesehatan
tanah dan tanaman melalui berbagai praktek seperti pendaur ulangan unsur hara dan
bahan-bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta menghindarkan
penggunaan pupuk dan pestisida sintetik (IASA dalam Dimyati, 2002). Sedangkan
pengertian organik menurut FAOI adalah suatu sistem manajemen yang holistik yang
mempromosikan dan meningkatkan pendekatan sistem pertanian berwawasan kesehatan
lingkungan, termasuk biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Dalam
pengertian ini ditekankan pada preferensi penerapan input of farm dalam manajemen
dengan memperhatikan kondisi regional yang sesuai.
Pertanian organik didasarkan pada prinsip-prinsip IFOAM (International
Federation of Organic Agriculture Movement) 2005 : prinsip kesehatan, ekologi, keadilan
dan pelindungan. Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan
tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait
dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Pertanian organik harus memberikan
kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan
pangan dan pengurangan kemiskinan. Keadilan memedukan sistern produksi, dtstribusi
dan perdagangan yang terbuka, adil dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan
yang sebenamya.
Departemen Pertanian telah menyusun standar pertanian organik di Indonesia
yang tertuang dalarn SNI 01-6729-2002 (BSN, 2002). SNI sistem pangan organik ini
merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang nantinya juga harus diakreditasi oleh
Deptan melalui PSA (Pusat Standarisasi dan Akreditasi). SNI sistern pangan organik
diadopsi dengan mengadopsi seluruh materi dalam dokumen standar CAC/GL 32 - 1999,
Guidelines for the production, processing, labeling and marketing of organikally
produced food dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia. Bila dilihat kondisi
petani di Indonesia, hampir tidak mungkin mereka mendapatkan label sertifikasi dad
suatu lembaga sertifikasi asing maupun dalam negeri. Luasan lahan yang dimiliki serta
biaya sertifikasi yang tidak terjangkau, menyebabkan mereka tidak mampu mensertifikasi
lahannya. Satu-satunya jalan adalah membentuk suatu kelompok petani organik dalam
suatu kawasan yang luas yang memenuhi syarat sertifikasi, dengan demikian mereka
dapat membiayai sertifikasi usaha tani mereka secara gotong royong. Namun ini pun
masih sangat tergantung pada kontinuitas produksi mereka (Husnain et al., 2005).
Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian
organik. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari
penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran
udara, tanah, dan air. Di sisi lain, Pertanian organik meningkatkan kesehatan dan
produktivitas di antara flora, fauna dan manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian
yang menyebabkan degradasi sumber daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai
pertanian organik. Sebailknya, sistem pertanian yang tidak menggunakan masukan dari
luar, namun mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian
organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik.
Pengelolaan pertanian yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui
pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan
generasi mendatang.
Beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah : 1) pemanfaatan
sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air)
secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam, 2) proses produksi atau
kegiatan usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat, 3) penanganan dan
pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak
menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah), 4) produk yang dihasilkan
harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi.
Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis
hortikultura ini.
Perkembangan pertanian organik di Indonesia masih sangat lambat. Namun minat
bertani dengan sistem organik akhir-akhir ini sudah mulai tumbuh. Hal ini diharapkan
akan berdampak positif terhadap pengembangan petanian organik yang waktu-waktu
yang akan datang.
Kendala-kendala dalam pengembangan pertanian organik yang bersifat makro
antara lain peluang pasar, penelitian dan pengembangan, dan kondisi iklim.
Sejak dua dasawarsa terakhir permintaan pasar dunia terhadap produk pertanian organik
mulai tumbuh. Pertumbuhan pasar ini, khususnya di Eropa, merupakan salah satu
pertimbangan utama dalam pemberlakuan Council Regulation (EEC) No. 2092/91 (EEC,
1991).
Disamping kendala pasar, program penelitian dan pengembangan yang
mendukung ke arah pengembangan sistem pertanian organik di Indonesia pada komoditas
lain masih belum banyak dilakukan, sehingga pengembangan agribisnis di sektor organik
masih terbatas. Berdasarkan pengalaman pada komoditas kopi tersebut di atas, dukungan
penelitian sangat diperlukan agar pengembangan agribisnis di sektor organik dapat
berhasil dengan baik.
Kendala lainnya adalah Indonesia memiliki iklim tropika basah, bahkan di
beberapa tempat tidak memiliki atau sedikit sekali periode kering. Kondisi iklim seperti
ini menguntungkan untuk jasad penganggu, khususnya jamur. Intensitas serangan jasad
penggangu yang tinggi akan lebih menyulitkan dalam praktek penerapan pertanian
orgnik.
Kendala mikro yang dimaksud adalah kendala yang dijumpai di tingkat usaha
tani, khususnya petani kecil. Minat produsen, pada pelaku usaha pertanian di Indonesia
belum banyak yang beminat untuk betani organik. Minat pelaku usaha untuk
mempraktekkan pertanian petanian organik ini akan meningkat apabila pasar domestik
dapat ditumbuhkan. Pemahaman kurang, pemahaman para petani terhadap sistem
pertanian organik masih sangat kurang. Pertanian organik sering dipahami sebatas pada
praktek pertanian yang tidak menggunakan pupuk anorganik dan pestisida.
Pengertian tentang sistem pertanian organik yang benar perlu disebarluaskan pada
masyarakat. Pengertian tersebut meliputi filosofi, tujuan, penerapan, perdagangan, dan
lain-lain. Sebagai acuan untuk penyebarluasan pengertian pertanian organik sebaiknya
menggunakan standar dasar yang dirumuskan oleh IFOAM. .
Organisasi di tingkat petani, Organisasi di tingkat petani merupakan kunci penting
dalam budidaya pertanian organik. Hal ini terkait dengan masalah penyuluhan dan
sertifikasi. Agribisnis produk organik di tingkat petani kecil akan sulit diwujudknan tanpa
dukungan kelompok tani.
Di beberapa daerah organisasi petani sudah terbentuk dengan baik, tetapi
sebaiknya di daerah-daerah lain organisasi pertani masih sulit diwujudkan.
Kemitraan petani dan pengusaha, upaya membentuk hubungan kemitraan antara petani
dan pengusaha yang pernah dilakukan beberapa waktu yang lalu yang masih belum
memberikan hasil seperti yang diharapkan petani.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Sry Wahyuni (2007) tentang Integrasi
Kelembagaan di Tingkat Petani : Optimalisasi Kinerja Pembangunan Pertanian. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa agar petani memiliki wadah untuk belajar, mengajar,
bekerjasama antar petani maupun kelompok lain serta mencapai usaha ekonomi
diwajibkan membentuik kelompok tani. Pembenahan yang dilakukan ditingkat petani
adalah dengan mengintegrasikan kelompok tani dengan P3A.
Penelitian yang dilakukan oleh Kedi Suradisastra (2006) tentang Revitalisasi
Kelembagaan Untuk Percepetan Pembangunan Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa kebijakan pertanian, sedangkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa Revitalisasi Kelembagaan memerlukan strategi yang luwes dan
mampu memahami elemen-elemen kelembagaan formal dan non formal. Keberhasilan
penerapan suatu lembaga pertanian tidak semata-mata diukur dengan nilai tambah
ekonomi, namun harus mempertimbangkan peran dan fungsi nilai-nilai sosio kultural
secara utuh.
Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2005) tentang Kebijakan
Pengembangan Hortikultura di Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera (KAHS).
Hasil penlelitiannya menunjukkan bahwa sentralitas produksi sayuran di Sumatera
terkonsentrasi tinggi terutama untuk komoditas sayuran spesifik dataran tinggi, seperti
kubis dan kentang. Untuk dapat mengimplementasikan kebijakan yang seimbang antara
produksi, pemasaran di KAHS maka perlu langkah kebijakan operasional diantaranya,
penguatan kelembagaan, baik ditingkat petani, pemerintah maupun forum KAHS sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2005) tentang Mewujudkan
Keunggulan Komparatif Menjadi Keunggulan Kompetitif Melalui Pengembangan
Kemitraan Usaha Hortikultura. Hasil penlelitiannya menunjukkan bahwa lemahnya
struktur, fungsi, dinamika dan konsolidasi kelompok tani sehingga menempatkan posisi
perwakilan masyarakat petani lemah dalam kelembagaan kemitraan usaha.
Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2004) tentang Integrasi
Kelembagaan Forum KASS dan Program Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan
Agribisnis Sayuran Sumatera. Hasil penlelitiannya menunjukkan bahwa masih lemahnya
implementasi pengembangan agribisnis di Kawasan KASS baik melalui program forum
KASS maupun program Agropolitan.
Penelitian yang dilakukan oleh Unang Yunasaf (2005) tentang Kepemimpinan
Ketua Kelompok dan Hubungannya dengan Keefektifan Kelompok. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa ketua kelompok dengan kepemimpinannya yang tergolong baik atau
sangat tinggi tersebut akan memberikan peluang yang sangat besar untuk tercapainya
keefektifan dikelompok yang dipimpinnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2003) tentang Integrasi
Kelembagaan Forum Kawasan Agribisnis sayuran Sumatera (KASS) dan Program
Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Agribisnis Sayuran Sumatera. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa belum adanay keterpaduan antara program forum
KASS dengan program Agropolitan, dan kinerja dari program pembangunan pertanian di
Kawasan KASS masih mengalami hambatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ikin Sadikin et. Al (1999) tentang Kajian
Kelembagaan Agribisnis Dalam Mendukung Pengembangan Sistem Usaha Pertanian
Berbasis Agroekosistem. Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa kelembagaan yang
mampu tumbuh dan berkembang adalah kelembagaan komersial lokal yang berfungsi
ganda.
Penelitian yang dilakukan oleh Sapja Anantanyu (2004) tentang Gambaran
Kemiskinan Petani dan Alternatif Pemecahanny. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pengembangan SDM petani perlu didasarkan pemahaman terhadap petani secara
utuh dan diarahkan pada kemandirian petani.
Penelitian yang dilakukan oleh Syahyuti (2007) tentang Kebijakan Pengembangan
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa permasalahan kelembagaan masih banyak,
maka pengembangan kelembagaan ditingkat lokal atau ditingkat komunitas perlu
perhatian yang lebih. Gapoktan dibentuk hanya untuk menyukseskan kegiatan lain bukan
untuk pengembangan kelembagaan itu sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Suci Indraningsih et, al (2005) tentang
Strategi Pengembangan Model Kelembagaan Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Bali.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa disamping menyimpan potensi yang besar,
kelembagaan kemitraan agribisnis hortikultura di Propinsi Bali masih mempunyai
kelemahan sehingga perlu upaya pembenahan dalam pembangunan kelembagaan.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kenagarian Aie Angek Kecamatan X Koto
Kabupaten Tanah Datar yaitu secara purposive atau sengaja karena kelompok tani
pambalahan merupakan salah satu sentra penghasil sayuran di Sumatera Barat. Selain
itu didaerah ini, pemerintah melaksanakan Program Pengembangan Kawasan Agribisnis
Sayuran Organik (KASO).
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu dimulai bulan Desember
2009 sampai bulan Januari 2009 terhitung sejak dikeluarkannya surat turun penelitian
dari Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
3.2 Metode Penelitian Dan Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) yaitu
penelitian yang diadakan untuk memperhatikan faktor-faktor dan gejala yang ada dan
keterangan-keterangan serta mendapatkan kebenaran terhadap praktek-praktek yang
sedang berlangsung (Nazir, 1999).
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sensus yaitu semua petani yang
tremasuk kedalam kelompok tani Pambalahan. Karena kelompok tani Pambalahan
merupakan satu-satunya kelompok tani yang sudah menerapkan pertanian organik di
Kenagarian Aie Angek dengan jumlah petani 40 orang yang melakukan usahatani kubis.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan informan kunci
(key informan) secara mendalam dengan bantuan pengisian daftar pertanyaan (kuisioner)
yang telah disiapkan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini untuk
kelompok tani pambalahan.
Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan diperoleh dari lembaga atau instansi
yang berhubungan dengan penelitian ini seperti dinas pertanian, BPP (Balai Penyuluh
Pertanian), kantor wali nagari, serta literatur-literatur yang relevan seperti buku-buku,
jurnal penelitian internet dan laporan-laporan yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Variabel Yang Diamati
Berdasarkan tujuan pertama yaitu mendeskripsikan masalah kelompok tani dalam
mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di kecamatan X Koto,
maka variabel yang diamati :
A. Masalah Teknis meliputi sentra produksi yaitu
a. pengolahan lahan meliputi : pembersihan lahan dan pengaturan jarak tanam.
b. penanaman meliputi : penyiapan bibit, cara tanam dan pola tanam.
c. jenis bibit yang digunakan petani.
d. pemupukan meliputi cara pemupukan dan jumlah pupuk yang digunakan.
e. pemeliharaan dan pengendalian hama penyakit
f. penggunaan pestisida
g. pemanenan meliputi : kriteria siap panen, waktu panen dan cara panen.
B. Masalah Sosial meliputi keterlibatan pemerintah dan msyarakat didaerah sekitar.
C. Masalah Ekonomi meliputi pengadaan modal dan pemasaran.
Untuk tujuan kedua yaitu untuk menganalisis pengaruh Institut Pertanian
Organik (IPO) terhadap kelompok tani Pambalahan dalam mendukung pembangunan
kawasan agribisnis sayuran organik, maka variabel yang diamati adalah jenis kegiatan,
materi, metode, media, tempat dan waktu pelaksana kegiatan pelatihan petanian sayuran
organik.
Untuk tujuan ketiga yaitu menganalisis strategi pengembangan kelompok tani
dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Kecamata X
Koto meliputi variabel yang diamati adalah :
A. Faktor Sosial dapat dilihat dari :
a. Kelembagaan petani yaitu keikutsertaan petani dalam kelompok tani.
b. Pelatihan dan percontohan pertanian organik yaitu Institut Pertanian Organik
(IPO).
c. Penyuluhan yaitu adanya program dari penyuluh yang berkaitan dengan
pengembangan kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan
agribisnis sayur organik.
B. Faktor Ekonomi
4 subsistem agribisnis
a. subsistem hulu yaitu pengadaan sarana produksi (industri benih, pupuk,
pestisida dan alsintan) meliputi harga saprodi dinyatakan dalam satuan Rupiah
(Rp).
b. subsistem budidaya (on-farm) yaitu yang menghasilkan komoditas pertanian
primer.
c. subsistem agribisnis hulu yaitu pengolahan hasil baik menghasilkan produk
antara maupun produk akhir.
d. subsistem pemasaran yaitu pendistribusian produk dari sentra produksi ke sentra
konsumsi dan subsistem jasa penunjang yaitu dukungan sarana dan prasarana
serta lingkungan yang mendukung pengembangan agribisnis.
C. Faktor Karakteristik petani, dapat dilihat dari :
a. Umur yaitu umur petani pada saat penelitian berlangsung yang dibulatkan
keulang tahun terdekat yang dinyatakan dalam tahun (Th).
b. Luas lahan yang diukur dalam satuan Hektar (ha).
c. Pendidikan dilihat dari tingkat pendidikan terakhir petani.
d. Pengalaman berusahatani sayuran yaitu lamanya petani menekuni usahatani
sayuran yang dinyatakan dalam tahun (Th).
D. Penggunaan Sumber Daya, dapat dilihat dari :
a. Lahan, meliputi : kepemilikan lahan, penguasaan kawasan.
b. Produksi / produktivitas.
c. Tenaga Kerja yaitu seluruh tenaga kerja yang dicurahkan dalam kegiatan
usahatani sayuran baik Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) maupun Tenaga
Kerja Luar Keluarga (TKLK).
3.5 Analisa Data
Analisa data untuk tujuan pertama yaitu Mendeskripsikan masalah kelompok tani
dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik dianalisa dengan
analisa deskriptif kualitatif, dimana dalam penelitian ini akan dibahas permasalahan yang
dialami oleh petani antara lain : masalah teknis, masalah sosial dan masalah ekonomi
Untuk tujuan kedua yaitu Mendeskripsikan pengaruh IPO terhadap kelompok tani
pambalahan erkait dengan pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik dianalisa
denagn deskriptif kualitatif yaitu memberikan gambaran dan bentuk pengaruh kegiatan
IPO terhadap kelompok tani pambalahan. Untuk mengukur sejauh mana pengaruh
kegiatan IPO terhadap kelompok tani pambalahan dalam mendukung pembangunan
kawasan agribisnis sayuran organic, maka digunakan metode skor, yaitu pemberian nilai/
skor melalui penyebaran kuisoner untuk setiap variabel yang diamati. Dari penilaian skor
ini, maka data akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Untuk menguji nilai skor yang diperoleh, ditentukan melalui rumus sebagai berikut:
Nilai rata-rata = Ni / n
Keterangan:
Ni = Jumlah Skor keseluruhan pengaruh kegiatan IPO
n = Jumlah responden
Berdasarkan nilai skor diatas maka pengaruh kegiatan IPO terhadap kelompok tani dalam
mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik.
Peranan kegiatan penyuluhan = Total skor yang diperoleh x 100%
Total skor yang diharapkan
Sehingga skor pengaruh kegiatan IPO tersebut dikategorikan sebagai berikut:
a. Sangat berpengaruh, bila rata-rata skor yang diperoleh 79 - 99
b. Cukup berpengaruh, bila rata-rata skor yang diperoleh 56 - 78
c. Kurang berpengaruh, bila rata-rata skor yang diperoleh 33 - 55
Penentuan tiga kategori tersebut didapatkan dari rentang nilai dengan rumus:
R = Skor tertinggi – Skor terendah
n
Keterangan: n = jumlah kategori rendah, sedang, dan tinggi
R = range ( rentangan)
Untuk tujuan ketiga yaitu Menganalisis strategi pengembangan kelompok tani
dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis di Kota Padang Panjang digunakan
analisa SWOT. Analisa SWOT yang memuat variabel faktor internal yang meliputi aspek
yang menjadi kekuatan dan kelemahan, serta variabel faktor eksternal yang meliputi
aspek yang menjadi peluang dan ancaman.Dari analisa SWOT yang dilakukan ini, maka
diharapkan segala kemungkinan yang menguntungkan dan merugikan, baik berasal dari
dalam atau dari luar sehubungan dengan pengembangan kelompok tani dalam
mendukung pembangunan kawasan agribisnis ini, akan dapat diantisipasi dan dicarikan
jalan keluarnya.
3.6 Definisi Operasional
Dari kerangka teori, konsep dan kerangka yang telah disajikan pada bagian
tinjauan pustaka, maka penelitian ini menggunakan defenisi oprasional agar tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda. Adapun defenisi itu adalah sebagai berikut
1. Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara horizontal
dan vertikal.
2. Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi masyarakat pertanian di
kawasan agropolitan. Dimana terdapatnya kegiatan belajar mengajar dalam perubahan
sikap, keterampilan, dan perilaku masyarakat tani di kawasan agropolitan. Dalam proses
pembelajaran, dilengkapi dengan penyuluh sebagai pengajar, materi yang disampaikan,
media yang digunakan, dan sasaran (petani) sebagai orang yang disuluh.
3. Tanaman hortikultura adalah berbagai jenis tanaman sayuran, tanaman hias, dan
tanaman obat-obatan yang diusahakan oleh petani di kawasan agropolitan. Adapun jenis
tanaman hortikultura yang banyak diusahakan adalah sayuran dataran tinggi seperti
wortel, sawi, cabe, kubis, kol, kentang, daun bawang, seledri, dan lain sebagainya.
4. Pasar hasil pertanian adalah sarana penampungan dan pemasaran hasil pertanian
masyarakat di kawasan agropolitan Koto Baru Kecamatan X Koto seperti Sub Terminal
Agribisnis (STA) yang dilengkapi dengan pasar lelang, gudang penyimpanan (cold
storage), sarana pencucian, sortasi dan prossesing hasil pertanian sebelum dipasarkan.
6. Partisipasi adalah peran serta / inisiatif masyarakat dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan, yaitu meliputi pada perencanaan kegiatan sampai pada mengevaluasi dan
menikmati hasil kerja. Partisipasi masyarakat seperti dalam penentuan usulan kegiatan,
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
7. Lembaga pertanian adalah lembaga / organisasi petani yang mengelola setiap kegiatan
usaha tani baik yang bersifat formal maupun informal seperti BPP, kelompok tani /
gapoktan, P3A, Koperasi, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Michail Porter berjudul “What is Strategy?” yang dimuat dalam Harvard
Business Review November-Desember 1996.
Bappenas. 2004. Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan Untuk Percepatan
Pembangunan Daerah. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan
Tertinggal.
Dinas Pertanian. 2007. Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan X Koto Kabupaten
Tanah Datar.
Indraningsih, Kurnia, Suci, Ashari dan Supena Friyatno. 2005. Strategi Pengembangan
Model Kelembagaan Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Bali. Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi. Bogor.
Kedi Suradisastra. 2006. Revitalisasi Kelembagaan Untuk Percepetan Pembangunan
Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi.
Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian, Volume 4 No 4 Desember 2006.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian, Penerbit Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian . Ghalia Indonesia. Jakarta.
Sadikin,Ikin, Rita Nur Suhaeti, dan Kedi Suradisastra. 1999. Kajian Kelembagaan
Agribisnis Dalam Mendukung Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Berbasis
Agroekosistem. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa
Kebijakan Pertanian.
Sapja Anantanyu. 2004. Gambaran Kemiskinan Petani dan Alternatif Pemecahannya.
MK Pengantar ke Falsafah Sains (PPS 702).
Saptana, Ariningsih E, Saktyanu KD, Sri Wahyuni, Valeriana. 2005. Kebijakan
Pengembangan Hortikultura di Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera
(KAHS). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan
Pertanian, Volume 3 No1 Maret 2005.
Saptana, Saktyanu KD, Sri Wahyuni, Ening Ariningsih dan Valeriana Darwis. 2004.
Integrasi Kelembagaan Forum KASS dan Program Agropolitan Dalam Rangka
Pengembangan Agribisnis Sayuran Sumatera. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi.
Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian, Volume 2 No3 September 2004.
Saptana, Sunarsih, Kurenia Suci Indraningsih. 2005. Mewujudkan Keunggulan
Komparatif Menjadi Keunggulan Kompetitif Melalui Pengembangan Kemitraan
Usaha Hortikultura. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor.
Sry Wahyuni. 2007. Integrasi Kelembagaan di Tingkat Petani : Optimalisasi Kinerja
Pembangunan Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi.Dimuat dalam Tabloid
Sinar Tani 10 Juni 2009.
Suradisastra, Kedi. 2008. Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Pusat Analisa
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Jurnal Forum Penelitian Agro
Ekonomi, Volume 26 No 2 Desember 2008.
Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)
Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi.
Bogor.
Van Den Ban.A.W dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian.
Kanisius .Yogyakarta.
Yudhoyono, S. Bambang, 2006, Pembangunan Pertanian Indonesia dari Revolusi Hijau
ke Pertanian Berkelanjutan, Orasi Ilmiah di Universitas Andalas Padang Tanggal
21 September 2006
http://www.indonesia.go.id { 14 April 2008}.
Yunasaf, Unang. 2005. Kepemimpinan Ketua Kelompok dan Hubungannya dengan
Keefektifan Kelompok.
Yusmaini. 2009. Kesiapan Teknologi Mendukung Peretanian Organik Tanaman Obat :
Kasus Jahe.
Lampiran 1. Daftar Kelompok Tani di Aie Angek
Nama-nama kelompok Tani Aie Angek
No Nama Kelompok Ketua Kelompok Jumlah Anggota
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11
.
Pambalahan
Giat Bersama
Teratai
Sepakat
Guguak Ampaian
Bina Warga
Anggun Sari
Suka Maju
Saiyo
Sakato
Karang Permai
DY.Dt Marajo
P. St Panghulu malin
Ermini
Jono Efendi
Iskandar
B. Datuak Pisang
Ermi
Sy. Dt Panjang
Gindo I
Saiful
Musnizar
40
30
30
40
40
50
50
30
55
50
48
Sumber: Programa Penyuluhan Nagari Aie Angek tahun 2007
Lampiran 2. Topic Training BPP Kec.X Koto Tahun 2008
TOPIC TRAINING BPP KEC X KOTO TAHUN 2008
NO Tanggal Topic Training Pengisian Topic
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
7 januari 2008
21 Januari 2008
4 februari 2008
8 februari 2008
3 maret 2008
17 Maret 2008
31 maret 2008
14 April 2008
28 April 2008
12 Mei 2008
26 Mei 2008
9 Juni 2008
23 Juni 2008
7 Juli 2008
21 Juli 2008
4 Agustus 2008
20 Agustus 2008
3 September 2008
1 Oktober 2008
15 November 2008
24 Desember 2008
Kebijaksanaan program subdin
pangan
Kebijaksanaan program subdin
peternakan
Kebijaksanaan program subdi
perikanan
Kebijaksanaan program subdin
kehutanan
Kebijaksanaan program subdin
perkebunan
Analisa usaha tani PTS/SRI
Sapta usaha perternakan sapi
potong
Teknis pembuatan kolam dan
padat penebaran
Teknik pembuatan kontur
Teknik pengolahan tebu ( gula
semut)
OPT tanaman sayuran dan
pengendaliannya pada tanaman
cabe dan kubis
Pencegahan penyakit off pada
ternak kambing
Pengendalian penyakit, virus,
ikan air tawar
Penanaman kayu di
pemukiman /kebun rakyat
Teknik pengolahan kopi
Budidaya wortel organic
Pengembangan tanaman hias
Pemeliharaan sapi perah
Pembenihan ikan
Hutan kemasyarakatan (GNRHL)
Pembibitan tanaman keras hutan
Kasubdin /PPS
pangan
Kausbdin / pps
peternakan
Kasubdin /pps
perikanan
Kasubdin / pps
kehutanan
Kasubdin/pps
perkebunan
PPS Tan. Pangan
PPS Peternakan
PPS Perikanan
PPS Kehutanan
PPS Perkebunan
PPS Tan. Pangan
PPS Peternakan
PPS Perikanan
PPS Kehutanan
PPS Perkebunan
PPS Tan. Pangan
PPS Tan.Pangan
PPS Peternakan
PPS Perikanan
PPS Kehutanan
PPS Kehutanan
Sumber: BPP KEC X KOTO TAHUN 2008
Lampiran 7 . Data Luas tanam, Panen, dan Produksi Tanaman Hortikultura di Kecamatan X Koto Kab. Tanah Datar
No Komoditi Tahun 2006 Tahun 2007
Tanam (Ha) Panen (ton) Produksi (ton) Tanam (Ha) Panen (Ton) Produksi (Ton)
1 Bawang daun 292 385 23144 256 216 30909
2 Kentang 7 8 889 15 10 828
3 Kubis 257 258 36319 236 202 36250
4 Kembang Kol 75 81 6200 57 42 5802
5 Petsai/Sawi 218 208 20074 230 172 24997
6 Wortel 223 212 35932 272 253 33282
7 Cabe Merah 189 161 4313 175 164 10872
8 Tomat 0 0 0 16 9 318
9 Terung 63 57 7907 67 58 8160
10 Buncis 120 128 5902 100 90 12150
Jumlah 1444 1498 140680 1424 1216 163568
Sumber Data : BPP X Koto (2008)
Lampiran 4. Kegiatan-Kegiatan Pengembangan Kawasan Tanah Datar 2003-2008
1. TAHUN 2003
Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2003 adalah:
No
.
Program/Kegiatan yang
Sudah Dilaksanakan
Lokasi/Nagari /
Kec/Kabupaten
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pembangunan jalan nagari
Pembangunan irigasi
Perbaikan Talago Koto Baru
Peningkatan jalan Lubuk
Mato Kucing-Singgalang-
Kandang Diguguk
Pengembangan Agribisnis
Sayuran
Kegiatan GNRHL
Inseminasi Buatan
Dukungan Pengembangan
Ekonomi Lokal Partisipatif
(PELP)
Bantuan kebersihan pasar
nagari
Penggantian rambu-rambu
lalu lintas
6 nagari
6 nagari
Koto Baru
Singgalang,
Koto Laweh
Aie Angek, Koto
Baru
Paninjauan,
Singgalang, Jaho
dan Tambangan
Panyalaian,
Paninjauan,
Singgalang,
Pandai Sikek,
Aie Angek dan
Koto Laweh
Singgalang dan
Sungayang
Koto Baru,
Panyalaian dan
Pandai Sikek
Pandai Sikek
Jumlah
2. TAHUN 2004
Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2004 adalah sebagai berikut :
No. Program/Kegiatan yang
Sudah Dilaksanakan
Lokasi/Nagari
/Kec/Kabupaten
1.
2.
3.
Pembangunan jalan nagari
Pembangunan irigasi
Perbaikan irigasi Bandar
Layah
Koto Baru, Pandai
Sikek, Aie Angek,
Panyalaian,
Paninjauan dan Koto
Laweh
Koto Baru, Pandai
Sikek, Aie Angek,
Panyalaian,
Paninjauan dan Koto
Laweh
Singgalang
No. Program/Kegiatan yang
Sudah Dilaksanakan
Lokasi/Nagari
/Kec/Kabupaten
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Perbaikan irigasi Bandar
Lalo
Peningkatan jalan Pakan
Rabaa-Tabu Baraie
Peningkatan jalan Koto
Tinggi-Koto Tinggi
Pengkajian agribisnis
sayuran organik
Bantuan bibit tanaman
unggulan
Penyusunan Master Plan
Pengembangan Kawasan
Agropolitan
Koordinasi Perencanaan
Pengembangan Ekonomi
Lokal Partisipatif (PELP)
Kegiatan Operasional
Pengembangan Ekonomi
Lokal
Singgalang
Panyalaian
Koto Baru, Pandai
Sikek
Aie Angek, Koto
Baru, Payalaian dan
Paninjauan
Aie Angek,
Paninjauan,
Panyalaian dan
Pandai Sikek
Kawasan Koto Baru
Singgalang
Singgalang
Jumlah
3. TAHUN 2005
Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2005 adalah sebagai berikut :
No. Program/Kegiatan yang
Sudah Dilaksanakan
Lokasi/Nagari
/Kec/Kabupaten
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sekolah Lapangan Pertanian
Organik (SLAPO)
Koordinasi Agropolitan
Lingkup Pertanian
Pengembangan Precision
Agriculture berbasis iklim
untuk mendukung ketahanan
pangan (kerjasama dengan
BPPT)
Pengembangan Agrotekno
Park (kerjasama dengan
BPPT)
Penunjang Biocycle Farming
Pematangan lahan Pasar
Sayur Koto Baru
Penyusunan RTBL Kawasan
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
No. Program/Kegiatan yang
Sudah Dilaksanakan
Lokasi/Nagari
/Kec/Kabupaten
8.
9.
10.
11.
Agropolitan
Penyusunan DED Prasarana
Dasar Kawasan Agropolitan
Pengaspalan/Pemeliharaan
Periodik jalan :
- Ru
as jalan Pandai Sikek-
Tanjung-Koto Tinggi
Rehab dan pemeliharaan
jaringan irigasi :
- Ba
ndar Gemuruh
- Ba
ndar Tutuo Sirah
Koordinasi Perencanaan
Pengembangan Kawasan
Agropolitan
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Kecamatan X Koto
Jumlah
4. TAHUN 2006
Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2006 adalah sebagai berikut :
No. Program/Kegiatan yang Sudah
Dilaksanakan
Lokasi/Nagari
/Kec/Kabupaten
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pengembangan Agribisnis
Hortikultura dan Cabe
Pengembangan Sarana dan
Prasarana Pertanian
Sekolah Lapang Pertanian
Organik (SLAPO)
Pengembangan Kopi Arabica
Pengembangan Sapi Perah
Peningkatan Jalan Pandai Sikek –
Pagu-pagu-Tanjung
Pemeliharaan jalan Simpang Aie
Angek-Pemandian Kaso-
Simpang Kelok
Pelebaran Jembatan Sungai
Talang
Pembangunan Prasarana Dasar
Kawasan Agropolitan
- Pembentukan Badan Jalan
- Lapangan Parkir pada bagian
depan
- Dinding Penahan Tanah
Rehab Perbaikan Bandar Sungai
Singgalang, Pandai
Sikek Kec. X Koto
X Koto
Pandai Sikek
Aie Angek
Panyalaian
Koto Baru
Panyalaian
No. Program/Kegiatan yang Sudah
Dilaksanakan
Lokasi/Nagari
/Kec/Kabupaten
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Talang
Rehab Bandar Kubu Induk Ayam
Paninjauan
Pembinaan LKM/USP Koperasi
Sentra Sayur Mayur di Kawasan
Agropolitan
Operasional Sub terminal
Agribisnis
Pengembangan Agropolitan
Lingkup Pertanian
Koordinasi Pengembangan
Kawasan Agropolitan
Pengembangan Kambing Kacang
Lokal
Lanjutan Pembangunan STA
Koto Baru
Peningkatan Jalan Produksi
Pertanian Kawasan X Koto
Panyalaian
Kawasan
Agropolitan
Koto Baru
Kawasan
Agropolitan
Kawasan
Agropolitan
Kec.X Koto
Koto Baru
Koto Baru
Jumlah
5. TAHUN 2007
Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2007 adalah sebagai berikut :
No Program/Kegiatan
1 Pemeliharan periodik Jalan Simpang Aie Angek -
Pamandian KASO - Simpang Kelok (Lanjutan) 800
M
2
Pengembangan Prasarana Kawasan Agropolitan
Daerah X Koto
a. Pembangunan Sarana STA (1 Paket)
b. Peningkatan Jln Usaha Tani (1950 m')
3 Pemasangan Jaringan Air Bersih Pandai Sikek Kec X
Koto
4 Kajian Potensi Sumber Daya yang terkait dengan
Investasi (Profil Kawasan Agropolitan)
5 Sekolah Lapangan Pertanian (SLAPO)
6 Pembangunan Promosi Perdagangan Internasional
(Penyiapan Kelembagaan Pengelola STA)
7
Pembangunan Pusat-pusat Penampungan Produksi
hasil Pertanian/Perkebuanan Masyarakat yang akan
dipasarkan
8 Penyusunan Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Masyarakat
9 Pembebasan Jalan Masuk STA
No Program/Kegiatan
10 Pembangunan Grading House
11 Pengelolaan Lahan
- Pembuatan Jalan Usaha Tani
- Pengembangan Sayuran Organik
- Konservasi Lahan Hortikultura
12 Pengelolaan Air
- Pembangunan Jitut
- Pembangunan Jides
- Pembuatan Embung
- Pembuatan Dam Parit
13 Pengembangan Sistem Informasi
- Biaya Operasional SMS Harga
14 Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian
- Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK)
Pengembangan Kasi
- Sewa Outlet Organik
- Peralatan UP3HP
15
Pengembangan Usaha Tani Komoditas Bernilai
Tinggi/Pengutuhan Sentra Komoditas Unggulan
Bernilai Tinggi
- PMUK Pengembangan Sayuran Organik
- Pengadaan Alsintan mendukung
Pengembangan Hortikultura
- SLPHT
16 Pengembangan Fasilitas Terpadu Investasi
Hortikultura
- Pengadaan Sarana Prasarana Pelayanan
Pengembangan Hortikultura
17 Pengembangan Kentang Hitam Batang
18 Pengembangan Jeruk Madu
19 Pengembangan Buncis Pena
Jumlah
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN TAHUN 2008
No. Program/Kegiatan
1 Pembangunan Promosi perdagangan internasional
(fasilitasi pembentukan dan operasional lembaga
pengelola STA)
2 Pengembangan Penolahan Hasil Pertanian
- Fasilitasi STA
- Sewa Outlet Organik
- Peralatan UP3HP
- PMUK Pengembangan KASO
- PMUK Pengembangan Sayuran
- Koordinasi dan Monitoring
3 Penguatan modal usaha kelompok (PMUK) Sapi
Perah
4 Pegembangan Kopi Arabika
Jumlah
Sumber: Bappeda Tanah Datar ( Laporan Kinerja Pengembangan Kawasan
Agropolitan)
Keterangan: Xxxx = kegiatan agropolitan yang berhubungan dengan penyuluhan
tanaman hortikultura
Lampiran 5. Produksi Komoditi Tanaman Hortikultura
Kab.Tanah Datar tahun 2001 – 2006
Tabel . Produksi Sayuran Kabupaten Tanah Datar Tahun 2001-2006
No Kecamatan
Produksi (Ton)
2001 2002 2003 2004 2005 2006
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11
.
12
.
13
.
14
.
X Koto
Batipuh
Batipuh
Selatan
Pariangan
Rambatan
Lima Kaum
Tanjung
Emas
Padang
Ganting
Lintau Buo
Lintau Buo
Utara
Sungayang
Sungai
Tarab
Salimpaung
Tanjung
Baru
10.935,
9
1.951,5
*)
539,0
26,0
1.091,2
137,5
129,0
431,1
*)
540,5
3.107,6
136,4
*)
2.551,4
3.892,7
*)
616,4
14,2
590,9
95,9
275,0
2.045,4
*)
1.249,7
3.129,8
6.747,7
*)
7.311,08
7.124,50
*)
779,00
214,90
716,10
316,10
157,50
2.502,10
*)
2.918,40
3.367,10
8.503,10
*)
30.659,4
0
3.261,10
686,60
1.340,70
52,50
234,40
253,70
258,00
157,80
664,40
1.038,40
1.919,00
2.388,90
1.254,10
12.226,00
1.181,10
1.492,50
1.040,90
45,70
326,20
284,40
66,00
70,10
1.024,00
863,50
738,80
1.293,20
3.770,00
20.501,30
394,05
1530,00
59,93
606,20
422,75
264,74
73,77
2885,55
1292,30
Jumlah 19.025,
7
21.209,
1
33.909,8
8
44.169,0
0
24.423,00
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar Tahun 2001-2005
*) Masih bergabung dengan Kecamatan Induk :
- Batipuh Selatan bergabung dengan Batipuh
- Lintau Buo Utara bergabung dengan Lintau Buo
- Tanjung Baru bergabung dengan Salimpaung
Tabel . Luas Panen dan Produksi Hortikultura Kec X Koto 2006
No Nagari Produksi
sayuran
Panen
( Ha)
Produksi
sayuran
Produksi
(ton)
Produksi
buah-
buahan
Panen
(Ha)
Produksi
buah-
buahan
Produksi
(ton)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tambangan
Jaho
Paninjauan
Panyalaian
Aie Angek
Koto Baru
Pandai Sikek
Singgalang
Koto Laweh
30
19
1182
769
126
154
399
161
527
171
109
9496
6164
1070
1231
3187
1282
4213
46
15
25
18
5
4
14
19
17
482
163
68
57
23
16
49
59
44
Jumlah 3367 26923 163 961
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar 2006
Lampiran 6. Peta Kawasan Agribisnis Kabupaten Tanah Datar
Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Tanah Datar dilaksanakan
berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tanah Datar No. 265/BTD-2004 tanggal 17 Juli
2004 tentang penunjukan Nagari Koto Baru dan hinterlandnya sebagai kawasan
agropolitan dan daerah penyangga dalam Kabupaten Tanah Datar.
a. Pusat Pengembangan : Nagari Koto Baru Kecamatan X Koto
b. Hinterland :
- Nagari Aie Angek Kecamatan X Koto
- Nagari Panyalaian Kecamatan X Koto
- Nagari Pandai Sikek Kecamatan X Koto
- Nagari Singgalang Kecamatan X Koto
- Nagari Koto Laweh Kecamatan X Koto
- Nagari Paninjauan Kecamatan X Koto
c. Daerah Penyangga :
- Kecamatan Batipuh
- Kecamatan Pariangan
- Kecamatan Salimpaung
Gambar 2. Peta Kawasan Agropolitan Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar
Sumber: Laporan kinerja Bappeda Tanah Datar tahun 2007
Strategi pengembangan kelompok tani

Contenu connexe

Tendances

1. pengendalian penduduk dan kb
1. pengendalian penduduk dan kb 1. pengendalian penduduk dan kb
1. pengendalian penduduk dan kb sugiyanto mendung
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduPurwandaru Widyasunu
 
Beberapa analisis dalam ekonomi regional
Beberapa analisis dalam ekonomi regionalBeberapa analisis dalam ekonomi regional
Beberapa analisis dalam ekonomi regionalSugeng Budiharsono
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanYuca Siahaan
 
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinyaPermasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinyaOperator Warnet Vast Raha
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...Sugeng Budiharsono
 
Konsep desa-mandiri
Konsep desa-mandiriKonsep desa-mandiri
Konsep desa-mandirisofwan23
 
Klasifikasi Usahatani
Klasifikasi UsahataniKlasifikasi Usahatani
Klasifikasi UsahataniJoel mabes
 
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiPengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiSugeng Budiharsono
 
Menyusun materi penyuluhan
Menyusun materi penyuluhanMenyusun materi penyuluhan
Menyusun materi penyuluhanwika_wibowo
 

Tendances (20)

1. pengendalian penduduk dan kb
1. pengendalian penduduk dan kb 1. pengendalian penduduk dan kb
1. pengendalian penduduk dan kb
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
 
Beberapa analisis dalam ekonomi regional
Beberapa analisis dalam ekonomi regionalBeberapa analisis dalam ekonomi regional
Beberapa analisis dalam ekonomi regional
 
Beberapa ukuran dasar demografi
Beberapa ukuran dasar demografiBeberapa ukuran dasar demografi
Beberapa ukuran dasar demografi
 
6. struktur internal kota1
6. struktur internal kota16. struktur internal kota1
6. struktur internal kota1
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
 
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinyaPermasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Pertemuan ke 6 & 7 - logical framework approach
Pertemuan ke 6 & 7 - logical framework approachPertemuan ke 6 & 7 - logical framework approach
Pertemuan ke 6 & 7 - logical framework approach
 
Teori teori ekonomi regional
Teori teori ekonomi regionalTeori teori ekonomi regional
Teori teori ekonomi regional
 
Perhitungan fertilitas, mortalitas dan migrasi
Perhitungan fertilitas, mortalitas dan migrasiPerhitungan fertilitas, mortalitas dan migrasi
Perhitungan fertilitas, mortalitas dan migrasi
 
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
 
Konsep desa-mandiri
Konsep desa-mandiriKonsep desa-mandiri
Konsep desa-mandiri
 
Materi inovasi pemanfaatan pekarangan
Materi inovasi pemanfaatan pekaranganMateri inovasi pemanfaatan pekarangan
Materi inovasi pemanfaatan pekarangan
 
Pertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutanPertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan
 
Klasifikasi Usahatani
Klasifikasi UsahataniKlasifikasi Usahatani
Klasifikasi Usahatani
 
Migrasi
MigrasiMigrasi
Migrasi
 
Peran fasilitator dalam peld
Peran fasilitator dalam peldPeran fasilitator dalam peld
Peran fasilitator dalam peld
 
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiPengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
 
Menyusun materi penyuluhan
Menyusun materi penyuluhanMenyusun materi penyuluhan
Menyusun materi penyuluhan
 

En vedette

PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN PETANI MELALUI LEMBAGA KEUANGAN MIKROLKM
PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN PETANI MELALUI  LEMBAGA KEUANGAN MIKROLKMPEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN PETANI MELALUI  LEMBAGA KEUANGAN MIKROLKM
PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN PETANI MELALUI LEMBAGA KEUANGAN MIKROLKMBP4K
 
Presentation manajemen kelompok bp4 k pandeglang
Presentation manajemen kelompok bp4 k pandeglangPresentation manajemen kelompok bp4 k pandeglang
Presentation manajemen kelompok bp4 k pandeglangBP4K
 
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok TaniPetunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok TaniMuliadin Forester
 
Juklak Penilaian Kemampuan Poktan
Juklak Penilaian Kemampuan PoktanJuklak Penilaian Kemampuan Poktan
Juklak Penilaian Kemampuan PoktanMuliadin Forester
 
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015ignasius dh purba
 
Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015
Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015
Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015ignasius dh purba
 
koperasi kelompok tani
koperasi kelompok tanikoperasi kelompok tani
koperasi kelompok taniMitha Nith
 
Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013Misbahul-Munir
 
Kelompok tani sebagai kelas belajar
Kelompok tani sebagai kelas belajarKelompok tani sebagai kelas belajar
Kelompok tani sebagai kelas belajarMuhammad Supriyadi
 
Contoh bahan penyuluhan pertanian indonesia
Contoh bahan penyuluhan pertanian indonesiaContoh bahan penyuluhan pertanian indonesia
Contoh bahan penyuluhan pertanian indonesiaNenengPadriah
 
PPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan PertanianPPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan PertanianNestri Yuniardi
 
Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]LAZISMU
 
Rdkk pupuk
Rdkk pupukRdkk pupuk
Rdkk pupukakasia16
 
Proposal uppo
Proposal uppoProposal uppo
Proposal uppoassya1
 
No. 7 ttg pengelolaan irigasi
No. 7 ttg pengelolaan irigasiNo. 7 ttg pengelolaan irigasi
No. 7 ttg pengelolaan irigasippbkab
 

En vedette (20)

PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN PETANI MELALUI LEMBAGA KEUANGAN MIKROLKM
PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN PETANI MELALUI  LEMBAGA KEUANGAN MIKROLKMPEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN PETANI MELALUI  LEMBAGA KEUANGAN MIKROLKM
PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN PETANI MELALUI LEMBAGA KEUANGAN MIKROLKM
 
Adminitrasi klp
Adminitrasi klpAdminitrasi klp
Adminitrasi klp
 
Presentation manajemen kelompok bp4 k pandeglang
Presentation manajemen kelompok bp4 k pandeglangPresentation manajemen kelompok bp4 k pandeglang
Presentation manajemen kelompok bp4 k pandeglang
 
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok TaniPetunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
 
5 jurus kemampuan kelompok tani sk mentan no. 41 thn 1992
5 jurus kemampuan kelompok tani sk mentan no. 41 thn  19925 jurus kemampuan kelompok tani sk mentan no. 41 thn  1992
5 jurus kemampuan kelompok tani sk mentan no. 41 thn 1992
 
Juklak Penilaian Kemampuan Poktan
Juklak Penilaian Kemampuan PoktanJuklak Penilaian Kemampuan Poktan
Juklak Penilaian Kemampuan Poktan
 
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
 
Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015
Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015
Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015
 
koperasi kelompok tani
koperasi kelompok tanikoperasi kelompok tani
koperasi kelompok tani
 
Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013
 
Kelompok tani sebagai kelas belajar
Kelompok tani sebagai kelas belajarKelompok tani sebagai kelas belajar
Kelompok tani sebagai kelas belajar
 
Contoh bahan penyuluhan pertanian indonesia
Contoh bahan penyuluhan pertanian indonesiaContoh bahan penyuluhan pertanian indonesia
Contoh bahan penyuluhan pertanian indonesia
 
Power point
Power pointPower point
Power point
 
PPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan PertanianPPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan Pertanian
 
Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]
 
Makalah_50 Makalah mosher
Makalah_50 Makalah mosherMakalah_50 Makalah mosher
Makalah_50 Makalah mosher
 
Rdkk pupuk
Rdkk pupukRdkk pupuk
Rdkk pupuk
 
Proposal uppo
Proposal uppoProposal uppo
Proposal uppo
 
Studi banding tentang pertanian
Studi banding tentang pertanianStudi banding tentang pertanian
Studi banding tentang pertanian
 
No. 7 ttg pengelolaan irigasi
No. 7 ttg pengelolaan irigasiNo. 7 ttg pengelolaan irigasi
No. 7 ttg pengelolaan irigasi
 

Similaire à Strategi pengembangan kelompok tani

TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)Lia Kristiana
 
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1NendenNurhayati1
 
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1radenilfan1
 
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atauLembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atauSyarif Udin
 
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2
Penyuluhan baru   unand (yuti) - #2Penyuluhan baru   unand (yuti) - #2
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2Syahyuti Si-Buyuang
 
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docxMakalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docxArinaNuruldayati
 
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docxMakalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docxArinaNuruldayati
 
Bahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdf
Bahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdfBahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdf
Bahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdfRanggaWisanggara2
 
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA Repository Ipb
 
Case Study: Efektivitas Pengelolaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA)
Case Study: Efektivitas Pengelolaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA)Case Study: Efektivitas Pengelolaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA)
Case Study: Efektivitas Pengelolaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA)Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Kelembagaan utk swasembada (yuti)
Kelembagaan utk swasembada (yuti)Kelembagaan utk swasembada (yuti)
Kelembagaan utk swasembada (yuti)Syahyuti Si-Buyuang
 
Penyuluhan swadaya sangat potensial
Penyuluhan swadaya sangat potensialPenyuluhan swadaya sangat potensial
Penyuluhan swadaya sangat potensialSyahyuti Si-Buyuang
 
Pola pengembangan kelembagaan upja untuk menunjang
Pola pengembangan kelembagaan upja untuk menunjangPola pengembangan kelembagaan upja untuk menunjang
Pola pengembangan kelembagaan upja untuk menunjangKhairul Amri
 
Manajemen usaha pelayanan jasa alat mesin
Manajemen usaha pelayanan jasa alat mesinManajemen usaha pelayanan jasa alat mesin
Manajemen usaha pelayanan jasa alat mesinKhairul Amri
 

Similaire à Strategi pengembangan kelompok tani (20)

TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
 
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
 
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
 
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atauLembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau
 
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2
Penyuluhan baru   unand (yuti) - #2Penyuluhan baru   unand (yuti) - #2
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2
 
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docxMakalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
 
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docxMakalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
 
Fae29 2d
Fae29 2dFae29 2d
Fae29 2d
 
Bahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdf
Bahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdfBahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdf
Bahan Kuliah 3 mk DDP_Paradigma Penyuluhan Pertanian_Sem Ganjil 2022-2023-OK.pdf
 
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
 
Case Study: Efektivitas Pengelolaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA)
Case Study: Efektivitas Pengelolaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA)Case Study: Efektivitas Pengelolaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA)
Case Study: Efektivitas Pengelolaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA)
 
Kelembagaan utk swasembada (yuti)
Kelembagaan utk swasembada (yuti)Kelembagaan utk swasembada (yuti)
Kelembagaan utk swasembada (yuti)
 
Penyuluhan swadaya sangat potensial
Penyuluhan swadaya sangat potensialPenyuluhan swadaya sangat potensial
Penyuluhan swadaya sangat potensial
 
Pola pengembangan kelembagaan upja untuk menunjang
Pola pengembangan kelembagaan upja untuk menunjangPola pengembangan kelembagaan upja untuk menunjang
Pola pengembangan kelembagaan upja untuk menunjang
 
Rptp anjak 2018
Rptp anjak 2018Rptp anjak 2018
Rptp anjak 2018
 
22 35-1-sm
22 35-1-sm22 35-1-sm
22 35-1-sm
 
Tugas desibatubara
Tugas desibatubaraTugas desibatubara
Tugas desibatubara
 
Advokasi Berbasis Hak di Industri Ekstraktif
Advokasi Berbasis Hak di Industri EkstraktifAdvokasi Berbasis Hak di Industri Ekstraktif
Advokasi Berbasis Hak di Industri Ekstraktif
 
Manajemen usaha pelayanan jasa alat mesin
Manajemen usaha pelayanan jasa alat mesinManajemen usaha pelayanan jasa alat mesin
Manajemen usaha pelayanan jasa alat mesin
 
Tata Kelola, Penerimaan Negara dan Dana Bagi Hasil Sektor Kehutanan
Tata Kelola, Penerimaan Negara dan Dana Bagi Hasil Sektor KehutananTata Kelola, Penerimaan Negara dan Dana Bagi Hasil Sektor Kehutanan
Tata Kelola, Penerimaan Negara dan Dana Bagi Hasil Sektor Kehutanan
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Strategi pengembangan kelompok tani

  • 1. PROPOSAL PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KAWASAN AGRIBISNIS SAYURAN ORGANIK di KENAGARIAN AIE ANGEK KABUPATEN TANAH DATAR (Studi Kasus : Kelompok Tani Pambalahan Nagari Binaan Aie Angek) Oleh : NAIMAH RANGKUTI 06115002 Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Pertanian JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2009
  • 2. STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KAWASAN AGRIBISNIS SAYURAN ORGANIK di KENAGARIAN AIE ANGEK KABUPATEN TANAH DATAR Usulan Penelitian Skripsi Nama : Naimah Rangkuti No Bp : 06115002 Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian Padang, November 2009 Mahasiswa Yang Bersangkutan (Naimah Rangkuti) Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II (Prof. Dr. Ir. H. Helmi, MSc) (Ferdhinal Asful, SP, Msi) Mengetahui Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Dr. Ir. Endry Martius, MSc)
  • 3. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Strategi Pengembangan Kelompok Tani Dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Agribisnis Sayuran Organik di Kenagarian Aie Angek Kabupaten Tanah Datar”. Dengan selesainya penulisan proposal ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Helmi, MSc selaku dosen pembimbing I, dan Bapak Ferdhinal Asful, SP, Msi selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak memberikan petunjuk, bimbingan, dorongan serta saran pada penulisan proposal penelitian ini. Penulis menyadari bahwa sebagai mahasiswa dan manusia biasa penulis tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap agar proposal penelitian ini bermanfaat bagi setiap pembaca dan pihak yang memerlukannya. Padang, November 2009 Naimah Rangkuti
  • 4. DAFTAR ISI Halaman Lembaran Pengesahan.....................................................................................i KATA PENGANTAR.....................................................................................ii DAFTAR ISI...................................................................................................iii DAFTAR TABEL...........................................................................................iv DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................v I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.....................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah................................................................................4 1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................5 1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi..................................................................................7 2.2 Konsep Kelembagaan Kelompok Tani.............................................. 7 2.3 Konsep Pembangunan Pertanian....................................................... 10 2.4 Konsep Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura............... 12 2.5 Konsep Pertanian Organik................................................................ 17 2.6 Penelitian Terdahulu......................................................................... 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................23 3.2 Metode Penelitian dan Pengambilan Sampel.....................................23 3.3 Metode Pengumpulan Data................................................................23 3.4 Variabel Yang Diamati...................................................................... 24 3.5 Analisa Data.......................................................................................25 3.6 Definisi Operasional.......................................................................... 27 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................29 LAMPIRAN...................................................................................................31
  • 5. DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar Gambar 1. Abstraksi Kawasan Agribisnis....................................... Gambar 2. Peta Kawasan Agribisnis...............................................
  • 6. DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran Lampiran 1.Daftar Kelompok Tani di Kenagarian Aie Angek........ Lampiran 2. Topic Training BPP Kec.X Koto Tahun 2008.............. Lampiran 3. Rekapitulasi Masalah dan Rencana Kegiatan BPP Kec. X Koto tahun 2008................................................ Lampiran 4. Kegiatan-Kegiatan Pengembangan Kawasan Tanah Datar 2003 – 2008............................................ Lampiran 5. Produksi Komoditi Tanaman Hortikultura Kab.Tanah Datar tahun 2005 dan 2006........................ Lampiran 6. Peta Kawasan Agribisnis Kabupaten Tanah Datar.... Lampiran 7 . Data Luas tanam, Panen, dan Produksi Tanaman Hortikultura di Kecamatan X Koto Kab. Tanah Datar
  • 7. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelembagaan petani mencakup pengelolaan sumberdaya pertanian pada kawasan agribisnis hortikultura yang berada didataran tinggi (Deptan, 2003).Pengembangan kelembagaan merupakan salah satu komponen pokok dalam keseluruhan rancangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) tahun 2005-2025. Selama ini pendekatan kelembagaan juga telah menjadi komponen pokok dalam pembangunan pertanian dan pedesaan. Namun, kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai upaya untuk pemberdayaan yang lebih mendasar. Kedepan, agar dapat berperan sebagai kelompok tani yang partisipatif, maka pengembangan kelembagaan harus dirancang sebagai upaya untuk peningkatan kemampuan kelompok tani itu sendiri sehingga menjadi mandiri dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis. Pembentukan dan pengembangan kelompok tani disetiap desa juga harus menggunakan prinsip kemandirian lokal yang dicapai melalui prinsip pemberdayaan. Pendekatan yang top-down planning menyebabkan partisipasi kelompok tani tidak tumbuh (Kedi Suradisastra, 2008; Syahyuti, 2007). Pemberdayaan petani di pedesaan oleh pemerintah hampir selalu menggunakan pendekatan kelompok. Salah satu kelemahan yang mendasar adalah kegagalan pengembangan kelompok yang dimaksud, karena tidak dilakukan melalui proses sosial yang matang. Kelompok yang dibentuk terlihat hanya sebagai alat kelengkapan proyek, belum sebagai wadah untuk pemberdayaan kelompok tani secara hakiki (Syahyuti, 2003; Kedi Suradisastra, 2008). Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara horizontal, dan dapat dibentuk beberapa unit dalam satu desa. Kelompok tani juga dapat dibentuk berdasarkan komoditas, areal pertanian, dan gender. Pengembangan kelompok tani dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan petani dalam mengakses berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi (Saptana, Saktyanu, Sri Wahyuni, Ening dan Valeriana Darwis, 2004).
  • 8. Sedangkan menurut di Suradisastra, Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara horizontal dan vertikal. Berbagai kesalahan dalam pengembangan kelembagaan selama ini yaitu hampir tiap program pembangunan pertanian dan pengembangan masyarakat pedesaan membentuk satu kelembagaan yang baru. Sebagian besar kelembagaan dibentuk lebih untuk tujuan mendistribusikan bantuan dan memudahkan tugas kontrol bagi pelaksana program, bukan untuk pemberdayaan masyarakat secara nyata. Setiap program membuat satu organisasi yang baru dengan nama yang khas, jarang sekali program dari dinas tertentu menggunakan kelompok yang sudah ada. Pengembangan kelembagaan hanya dengan dukungan material yang cukup tapi tidak dibina bagaimana mengelolanya dengan manajemen yang baik. Walaupun kelembagaan telah dijadikan alat yang penting dalam menjalankan suatu program, namun penggunaan strategi pengembangan kelembagaan banyak mengalami ketidaktepatan dan kekeliruan (Uphoff, 1986; Syahyuti, 2003). Secara konseptual tiap kelembagaan petani yang dibentuk dapat memainkan peran tunggal ataupun ganda. Khusus untuk kegiatan ekonomi, terdapat banyak lembaga pedesaan yang diarahkan sebagai lembaga ekonomi, diantaranya adalah kelompok tani, koperasi dan kelompok usaha agribisnis. Secara konseptual masing-masing dapat menjalankan peran yang sama (tumpang tindih). Berdasarkan konsep sistem agribisnis, aktivitas pertanian pedesaan tidak akan keluar dari upaya untuk menyediakan sarana produksi (benih, pupuk dan obat-obatan), permodalan usahatani, pemenuhan tenaga kerja, kegiatan berusaha tani (on farm), pemenuhan informasi dan teknologi serta pengolahan dan pemasaran hasil pertanian (Syahyuti, 2008; F. Kasijadi,A. Suryadi dan Suwono, 2003). Kawasan menunjuk pada suatu wilayah yang merupakan sentra (pusat), dapat berupa sentra produksi, perdagangan maupun sentra konsumsi. Dengan demikian kawasan sentra produksi sayuran adalah suatu kawasan pusat kegiatan produksi sayuran dalam suatu unit wilayah tertentu yang memiliki karakteristik yang relatif sama, dan memiliki kelengkapan infrastruktur dan sistem yang menunjang kegiatan produksi sayuran (Saptana,Saktyanu, Sri Wahyuni, Ening dan Valeriana Darwis, 2004). Sistem Agribisnis yang lengkap merupakan suatu gugusan industri ynag terdiri dari empat subsistem yaitu subsistem agribisnis hulu yakni industri sarana produksi
  • 9. (industri benih, pupuk, pestisida dan indutri alsintan), subsistem budidaya (on-farm) yang menghasilkan komoditas pertanian primer, subsistem agribisnis hulu yaitu pengolahan hasil baik menghjasilkan produk antara maupun produk akhir, subsistem pemasaran yaitu pendistribusian produk dari sentra produksi ke sentra konsumsi, subsistem jasa penunjang yaitu dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang mendukung pengembangan agribisnis (Sudaryanto dan Pasandaran, 1993; dan Ditjerhot, 2001). Dalam pengembangan kawasan agribisnis ada 4 masalah yang dihadapi yaitu penurunan harga dengan cepat dan sempurna kepada petani,sedangkan kenaikan harga lambat dan tidak sempurna; informasi pasar yang monopolistik pada agribisnis hilir; IPTEK dari agribisnis hilir tidak ditransmisikan ke agribisnis hulu (petani); Modal investasi yang relatif banyak di agribisnis hilir tidak disalurkan dengan baik, bahkan cenderung digunakan untuk mengeksploitasi agribisnis hulu (Simatupang, 1995). Keberhasilan pengembangan agribisnis sayuran tergantung kepada keterpaduan antara program dan kesiapan kelembagaannya. Ada tiga bentuk kelembagaan yaitu kelembagaan yang hidup dan telah diterima oleh komunitas lokal atau tradisional, kelembagaan pasar, kelembagaan sistem politik atau sistem pengambilan keputusan ditingkat publik (Etzioni, 1991;Uphoff, 1992). Kabupaten Tanah Datar tepatnya di Kecamatan X Koto Kenagarian Aie Angek merupakan daerah yang terletak pada dataran tinggi. Sehingga sangat cocok untuk pengembangan usaha pertanian. Pengembangan pertanian bertujuan untuk kesejahteraan petani dan keluarganya dalam berusaha tani dengan melakukan agribisnis pertanian sayuran organik yang tangguh dan profesional serta berwawasan lingkungan (Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, 2007). Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang memiliki potensi berupa lahan kering, sawah dan perikanan. Khusus di Kenagarian AieAngek, kawasan ini sangat cocok ditanami sayur-sayuran karena memiliki keunggulan komparatif, dan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar telah menetapkan menjadi suatu Kawasan Pusat Pengembangan Agribisnis Sayuran Organik (KASO), dalam pelaksanaannya pembinaan dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar dan Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Barat.
  • 10. 1.2 Rumusan Masalah Selama ini pendekatan kelembagaan juga telah menjadi komponen pokok dalam pembangunan pertanian dan pedesaan. Namun, kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai upaya untuk pemberdayaan yang lebih mendasar. Pendekatan yang top-down planning menyebabkan partisipasi kelompok tani tidak tumbuh (Kedi Suradisastra, 2008; Syahyuti, 2007; Bank Dunia, 2005) Pemberdayaan petani di pedesaan oleh pemerintah hampir selalu menggunakan pendekatan kelompok. Salah satu kelemahan yang mendasar adalah kegagalan pengembangan kelompok yang dimaksud, karena tidak dilakukan melalui proses sosial yang matang. Kelompok yang dibentuk terlihat hanya sebagai alat kelengkapan proyek, belum sebagai wadah untuk pemberdayaan kelompok tani secara hakiki (Syahyuti, 2003; Kedi Suradisastra, 2008). Pada tahun 2002 bahwa untuk kelancaran pelaksanaa kegiatan Pengembangan Kawasan Agribisnis Sayuran Organik (KASO), Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar menetapkan kelompok tanim “ Pambalahan” sebagai pelaksana kegiatan tersebut. Komoditas yang diusahakan adalah kubis, brokoli, kol bunga, wortel, selada, sawi, cabe, bawang daun, lobak. Produk sayuran dengan sistem organik ini memiliki keunggulan-keunggulan yaitu diantaranya ramah lingkungan dan memiliki kadar mutu kesehatan yang lebih baik dari sayuran produksi non organik dan harga jual sayuran organik lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran non organik (Pracaya, 2003). Menurut Perhepi (1989), menyatakan salah satu hambatan dalam pengembangan agribisnis di Indonesia yaitu sistem kelembagaan, terutama di pedesaan terasa masih lemah sehingga kondisi ini menyebabkan kurang mendukung kegiatan agribisnis. Berdasarkan uraian diatas, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian ini. Dari perumusan masalah diatas, muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apa saja permasalahan kegiatan kelompok tani pambalahan dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek Kecamatan X Koto. 2. Bagaimana pengaruh Institut Pertanian Organik (IPO) terhadap kelompok tani pambalahan dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik..
  • 11. 3. Bagaimana strategi pengembangan kelompok tani pambalahan dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek Kecamatan X Koto. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui permasalahan kegiatan kelompok tani pambalahan dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek Kecamatan X Koto. 2. Menganalisis pengaruh IPO terhadap kelompok tani pambalahan dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek Kecamatan X Koto. 3. Menganalisis strategi pengembangan kelompok tani pambalahan dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Aie Angek Kecamatan X Koto. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan hasilnya dapat berguna dan bermanfaat untuk : 1. Bagi petani, yaitu sebagai masukan dan informasi sehingga dapat membantu dalam menghadapi masalah sehubungan dengan pengembangan kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis. 2. Bagi pemerintah, yaitu sebagai masukan, gambaran dan pertimbangan mengenai pengembangan kelompok tani dan masalah yang dihadapi kelompok tani, sehingga membantu dalam perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan pertanian yang lebih berpihak pada petani. 3. Bagi penulis sendiri yaitu dapat meningkatkan pemahaman mengenai pengembangan kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis dan bagi mahasiswa lain dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian tentang kasus ini.
  • 12. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Dalam Artikel Michail Porter berjudul “What is Strategy?” yang dimuat dalam Harvard Business Review (1996) Istilah strategi tidak asing dalam percakapan sehari- hari. Kita mempunyai pengertian tersendiri ketika membaca kata ini dalam sebuah tulisan atau mendengarnya dalam percakapan seseorang. Strategi sebagai penentu tujuan jangka panjang, program kerja dan alokasi sumberdaya.Dalam dimensi ini, strategi merupakan cara untuk secara eksplisit menentukan tujuan jangka panjang, sasaran-sasaran organisasi, program kerja yang dibutuhkan untu mencapai tujuan, dan alokasi sumberdaya yang diperlukan. a. Strategi penentu aspek keunggulan organisasi, disini strategi dijadikan power yang efektif untuk menentukan segmentasi produk dan pasar. Segmentasi itu mencakup baik penentuan customer maupun pengenalan tentang competitor yang dihadapi. b. Strategi sebagai penentu tugas manajerial. Dimensi ini memperlihatkan perspektif organisasi sebagai korporasi, bisnis, dan fungsi-fungsi. Ketiga perspektif ini harus dilihat secara holistik dengan tetap memperhatikan perbedaan tugas manajerial masing-masing perspektif. c. Strategi sebagai pola pengambilan keputusan yang saling mengikat. Disini strategi dilihat sebagai pola pengambilan keputusan berdasarkan masa lampau yang mungkin ikut menentukan apa yang harus dilakukan dimasa depan. d. Strategi sebagai upaya mengalokasikan sumberdaya untuk mengembangkan keunggulan berdaya saing yang berkesinambungan. Disini kompetensi inti terkait erat dengan sumberdaya organisasi. 2.2 Konsep Kelembagaan Kelompok Tani Kelembagaan dan Organisasi adalah berbeda, kelembagaan adalah sesuatu yang berada diatas petani, sedangkan organisasi berada dilevel petani, sebagaimana yang dianut kalangan ahli “ekonomi Kelembagaan “. Menurut North (2005) institution adalah
  • 13. the rule of the game, sedangkan organization adalah “their enterpreneurs are the players”. Pendapat ini diperkuat oleh Robin (2005) yang berpendapat bahwa ”institution determine social organization”. Jadi kelembagaan merupakan wadah tempat-tempat organisasi hidup. Upaya meningkatkan daya saing petani salah satunya adalah pengembangan kelembagaan pertanian, pemberdayaan, pemantapan dan peningkatan kemampuan kelompok-kelompok petani kecil (Kartasasmita, 1997 : 31-32). Pada dasarnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari pengertian kelompok itu sendiri. Menurut Sherif dan Sherif (Catrwright dan Zander, 1968) kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang satu dengan individu lainnya, mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan perannya, mempunyai norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok itu. Kelompok pada dasarnya adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan mempunyai struktur tertentu. Menurut Polak (1976) maksud struktur sebuah kelompok adalah susunan dari pola antar hubungan intern yang agak stabil, yang terdiri atas : (1) suatu rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para anggotanya yang hirarkhis, (2) peranan-peranan sosial yang berkaitan dengan status-status itu, (3) unsur-unsur kebudayaan (nilai-nilai, norma-norma, model) yang mempertahankan, membenarkan dan mengagungkan struktur. Menurut Soekanto (1986) ada beberapa hal yang harus menjadi ciri kelompok, yaitu : setiap anggota kelompok harus sadar sebagai bagian dari kelompok, ada hubungan timbal balik antara sesama anggota dan terdapat suatu faktor yang dimiliki mbersama oleh para anggota sehingga hubungan diantara mereka semakin kuat. Perry dan Perry (Rusdi, 1987) mengemukakan bahwa yang menjadi ciri-ciri suatu kelompok adalah : (1) ada interaksi antar anggota yang berlangsung secara kontinyu untuk waktu yang relatif lama, (2) setiap anggota menyadari bahwa ia merupakan bagian dari kelompok, dan sebaliknya kelompoknyapun mengakuinya sebagai anggota, (3) adanya kesepakatan bersama antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku, nilai- nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai, (4) adanya struktur
  • 14. dalam kelompok, dalam arti para anggota mengetahui adanya hubungan-hubungan antar peranan, norma tugas, hak dan kewajiban yang semuanya tumbuh didalam kelompom itu. Menurut Bappenas (2004), Dalam rangka pemberdayaan (penguatan) petani sebagai salah satu pelaku agribisnis hortikultura, maka perlu menumbuh kembangkan kelompok tani yang mandiri dan berwawasan agribisnis. Penguatan kelembagaan ditingkat petani meliputi kelompok tani, asosiasi, himpunan, koperasi, merupakan hal yang perlu segera dikembangkan secara dinamis guna meningkatkan profesionalisme dan posisi tawar petani. 1) Penumbuhan Kelompok tani a) Menumbuhkan kelompok tani baik dari kelompok yang sudah ada ataupun dari petani dalam satu wilayah. b) Membimbing dan mengembangkan kelompok berdasarkan kepentingan usaha tani kelompok. c) Mengorganisasikan petani dalam kelompok. d) Menjalin kerjasama antar individu petani didalam satu kelompok 2) Peningkatan Kemampuan Kelompok tani a) Meningkatkan kemampuan kelompok tani melalui peningkatan kualitas dan produktivitas SDM, meningkatkan managerial dan kepemimpinan kelompok. b) Mengembangkan fungsi kelompok tani menjadi kelompok usaha/ koperasi. c) Mengembangkan organisasi kelompok ke bentuk yang lebih besar, seperti Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) atau Asosiasi. 3) Mengembangkan Kemitraan Usaha a) Mengembangkan kemitraan usaha agribisnis antara kelompok on-farm dengan kelompok off-farm. b) Meningkatkan nilai tambah ekonomis produk melalui kerjasama usaha antara pelaku agribisnis. c) Memperhatikan prinsip-prinsip kemitraan adanya pelaku kemitraan (petani, kelompok tani, pengusaha, dan pemerintah; Adanya kebutuhan dan kepentingan bersama dari pelaku-pelaku agribisnis; Adanya kerjasama dan kemitraan yang seimbang dan saling menguntungkan.
  • 15. Organisasi atau kelembagaan petani diakui sangat penting untuk pembangunan pertanian, baik di negara industri maupun negara berkembang seperti Indonesia. Namun kenyataan memperlihatkan kecenderungna masih lemahnya organisasi petani di negara berkembang, serta besarnya hambatan dalam menumbuhkan organisasi atau kelembagaan pada masyarakat petani. Intervensi yang terlalu besar dari pemerintah atau politisi seringkali menyebabkan organisasi itu bekerja bukan untuk petani tetapi melayani kepentingan pemerintah atau para pengelolanya (Vahn den Ban dan Hawkins, 1999: 265). Bunch (1991: 270-271) menegaskan pembangunan lembaga tidak sekadar memindahkan kerangka organisasi tetapi juga hgarus memberikan “perasaan” tertentu, ciri-ciri masyarakat, perassan, keterampilan, sikap dan sikap moral merupakan darah dan daging suatu lembaga. 2.3 Konsep Pembangunan Pertanian Pembangunan pertanian yang dilaksanakan adalah pembangunan pertanian yang berkelanjutan dengan mengimplementasikan beberapa elemen-elemen seperti peningkatan kualitas infrastruktur dan fasilitas ekonomi pedesaan, pelaksanaan reformasi agraria, peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan petani serta mengurangi kesenjangan pembangunan antar desa dan kota (Yudhoyono, 2006). Terdapat 5 (lima) syarat pokok yang diperlukan untuk menggerakkan dan membangun pertanian yaitu (Mosher, 1987) : 1). Adanya pasar untuk hasil usaha tani. 2). Teknologi yang senatiasa berkembang 3). Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal 4). Adanya perangsang produksi bagi petani 5). Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu. Di samping lima syarat mutlak, ada lima syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi kalau ada (dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk sarana pelancar tersebut adalah pendidikan pembangunan, kredit produksi, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian serta perencanaan nasional pembangunan pertanian. Syarat-syarat tersebut di atas dapat
  • 16. dikelompokkan kepada dua hal yaitu 1) Merupakan serangkaian kegiatan untuk menciptakan iklim yang merangsang, 2) Merupakan sarana-sarana fisik dan sosial yang merupakan alat (means) untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian. 1) Perangsang pembangunan pertanian  Adanya rencana pembangunan yang memberi prioritas pada pembangunan pertanian.  Adanya kebijakan-kebijakan khusus seperti kebijakan harga minimum (floor price), subsidi harga pupuk, kegiatan penyuluhan yang intensif, perlombaan dengan hadiah-hadiah yang menarik pada petani teladan, pendidikan pembangunan pada petani-petani di desa baik mengenai teknik baru dalam pertanian maupun mengenai keterampilan lainnya yang membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan 2) Faktor-faktor fisik dan sosial  Tersedianya secara lokal kebutuhan akan sarana pertanian seperti bibit unggul, pupuk dan obat-obatan.  Adanya lembaga perbankan yang siap melayani dan meminjamkan kredit dengan persyaratan yang tidak berat.  Pengembangan usaha koperasi melalui peningkatan mutu pengurus koperasi yang ada dan pendidikan kader-kader baru, membantu dan membina sistem pembukuan dan lain-lain. Mubyarto (1989) mengemukakan bahwa tidak semua model pembangunan pertanian bisa diimplementasikan oleh negara-negara yang sedang berkembang di dalam membangun pertaniannya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kas dari negara yang bersangkutan seperti sosial-ekonomi, politik, tehnologi dan kebudayaan yang tidak memungkinkan penerapan model pembangunan pertanian dari negara luar tersebut secara keseluruhan. Namun, setidaknya (seperti Indonesia) bisa belajar dari Taiwan tentang “ cara-cara mengatur organisasi pertaniannya”, dari Jepang dalam “ merangsang kerja petani ”, dari Thailand dalam “ pembangunan jalan-jalan oleh negara “ dan dari India dalam “ kegiatan-kegiatan penelitiannya “.
  • 17. 2.4 Konsep Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura Definisi yang lebih lengkap mengenai agribisnis diberikan oleh pencetus awal istilah agribisnis yaitu Davis dan Goldberg (1957) sebagai berikut: “Agribusiness is the sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production activities on the farm; and storage, processing and distribution of commodities and items made from them“. Definisi inilah yang sekarang sering digunakan dalam literatur manajemen agribisnis (Sonka dan Hudson 1989). Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani, hilir, dan penunjang. Menurut Saragih dalam Pasaribu (1999), batasan agribisnis adalah sistem yang utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi (yaitu subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir, susbistem jasa penunjang agribisnis) yang terkait langsung dengan pertanian. Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan : (1) pra-panen, (2) panen, (3) pasca-panen dan (4) pemasaran. Sebagai sebuah sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Terputusnya salah satu bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Sedangkan kegiatan agribisnis melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan kehutanan, serta bagian dari sektor industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara kedua sektor inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional (Sumodiningrat, 2000). Menurut Anonimous ( 2000 ), yang dimaksud dengan Sistem Agribisnis adalah rangkaian dari berbagai sub sistem penyelesaian prasarana dan sarana produksi, subsistem budidaya yang menghasilkan produk primer, sub sistem industri pengolahan (agroindustri), sub sistem pemasaran dan distribusi serta sub sistem jasa pendukung. Bagi Indoensia pengembangan usaha pertanian cukup prospektif karena memiliki kondisi yang menguntungkan antara lain; berada di daerah tropis yang subur, keadaan sarana prasarana cukup mendukung serta adanya kemauan politik pemerintah untuk menampilkan sektor pertanian sebagai prioritas dalam pembangunan. Tujuan pembangunan agribisnis adalah untuk meningkatkan daya saing komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil
  • 18. menengah dan koperasi serta mengembangkan kemitraan usaha. Dengan visi mewujudkan kemampuan berkompetisi merespon dinamika perubahan pasar dan pesaing, serta mampu ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Departemen Pertanian (2005), komoditas hortikultura merupakan sangat prospektif, baik untuk mengisi kebutuhan pasar domestik maupun internasional mengingat potensi permintaan pasarnya baik di dalam maupun di luar negeri besar dan nilai ekonominya yang tinggi. Dengan kemajuan perekonomian, pendidikan, peningkatan pemenuhan untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan produk hortikultura semakin meningkat. Disamping itu keragaman karakteristik lahan dan agroklimat serta sebaran wilayah yang luas memungkinkan wilayah Indonesia digunakan untuk pengembangan hortikultura tropis dan sub tropis. Fungsi utama tanaman hortikultura bukan hanya sebagai bahan pangan tetapi juga terkait dengan kesehatan dan lingkungan. Secara fungsi ini sederhana dapat dibagi menjadi 4 (empat) yaitu : • Fungsi Penyediaan Pangan, terutama dalam hal penyediaan vitamin, mineral, serat, energi dan senyawa lain untuk pemenuhan gizi. • Fungsi Ekonomi, pada umumnya komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, sumber pendapatan cash petani, perdagangan, perindustrian, dan lain-lain. • Fungsi Kesehatan, bahwa buah dan sayur dan terutama biofarm maka dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit-penyakit tidak menular. • Fungsi Sosial Budaya, sebagai unsur keindahan/kenyamanan lingkungan, upacara-upacara, pariwisata dan lain-lain. Usaha kegiatan tanaman hortikultura adalah kegiatan yang menghasilkan produk tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual / ditukar atau memperoleh pendapatan / keuntungan atas resiko usaha ( Badan Pusat Statistik, 2003). Pembangunan pertanian yang ada selama ini dengan pendekatan kewilayahan dan peningkatan partisipasi masyarakat daerah setempat, khususnya untuk program tanaman pangan dan hortikultura. Mendesaknya kepentingan pembangunan dan perancangan
  • 19. ulang program ini dapat dilihat dari beberapa segi. Pertama, program tanaman pangan dan hortikultura adalah merupakan tempat penyerapan tenaga kerja terbesar dalam sistem pembangunan nasional, sedemikian hingga setiap peningkatan pembangunan tanaman pangan dan hortikultura secara otomatis juga akan membantu mengatasi masalah pengangguran. Kedua, program tanaman pangan dan hortikultura masih merupakan penopang utama dalam sistem perekonomian nasional, khususnya dalam memproduksi makanan pokok, sehingga mengurangi ketergantungan pangan kepada dunia luar. Ketiga, harga produk tanaman pangan dan hortikultura memiliki bobot yang besar dalam penentuan indeks harga konsumen, sehingga sifat dinamikanya sangat berpengaruh dalam menekan laju inflasi, yang oleh karenanya pembangunan pertanian ini akan membantu memantapkan stabilitas ekonomi nasional. Keempat, Peningkatan pembangunan tanaman pangan dan hortikultura ini bisa berperan penting dalam mendorong sektor industri dan ekspor, serta mengurangi impor produk tanaman pangan dan hortikultura yang pada gilirannya akan memantapkan neraca pembayaran. Kenyataan betapa pentingnya pembangunan tanaman pangan dan hortikultura tersebut diatas telah disadari sepenuhnya oleh pemerintah yang melihat bahwa pemanfaatan sumberdaya dalam pembangunan sektor pertanian dimasa mendatang mutlak memerlukan reorientasi pemikiran dalam pelaksanaannya (Bappenas, 2004). Pembangunan pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan dan hortikultura, diarahkan pada pembangunan yang berkelanjutan yang tidak hanya bertumpu pada persoalan produksi semata-mata, tapi lebih berwawasan kepada peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan masyarakat. Upaya ini dilakukan dengan prioritas utama kepada produksi, pelestarian sumberdaya dan swasembada pangan, serta agribisnis yang berwawasan lingkungan. Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agribisnis karena : 1. Memiliki lahan yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian yang dapat dipasarkan yang disebut komoditi unggulan. 2. Memiliki pasar, baik itu pasar untuk hasil-hasil pertanian, pasar sarana pertanian maupun pasar jasa pelayanan.
  • 20. 3. Memiliki kelembagaan petani (kelompok, koperasi, assosiasi) yang dinamis dan terbuka padsa inovasi baru, yang harus berfungsi juga sebagai sentra pembelajaran dan pengembanagn agribisnis. 4. Memiliki Balai Penyulukan Pertanian yang berfungsi sebagai Klinik Konsultasi Agribisnsis (KKA) yaitu sebagai sumber informasi agribisnis, tempat percontohan usaha agribisnis dan pusat pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha agribisnis yang lebih efisien dan menguntungkan (Deptan, 2002). 2.5 Konsep Pembangunan Pertanian Pembangunan pertanian yang dilaksanakan adalah pembangunan pertanian yang berkelanjutan dengan mengimplementasikan beberapa elemen-elemen seperti peningkatan kualitas infrastruktur dan fasilitas ekonomi pedesaan, pelaksanaan reformasi agraria, peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan petani serta mengurangi kesenjangan pembangunan antar desa dan kota (Yudhoyono, 2006). Terdapat 5 (lima) syarat pokok yang diperlukan untuk menggerakkan dan membangun pertanian yaitu (Mosher, 1987) : 1). Adanya pasar untuk hasil usaha tani. 2). Teknologi yang senatiasa berkembang 3). Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal 4). Adanya perangsang produksi bagi petani 5). Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu. Di samping lima syarat mutlak, ada lima syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi kalau ada (dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk sarana pelancar tersebut adalah pendidikan pembangunan, kredit produksi, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian serta perencanaan nasional pembangunan pertanian. Syarat-syarat tersebut di atas dapat dikelompokkan kepada dua hal yaitu 1) Merupakan serangkaian kegiatan untuk menciptakan iklim yang merangsang, 2) Merupakan sarana-sarana fisik dan sosial yang merupakan alat (means) untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian. Perangsang pembangunan pertanian diantaranya : Adanya rencana pembangunan yang memberi prioritas pada pembangunan pertanian Adanya kebijakan-kebijakan
  • 21. khusus seperti kebijakan harga minimum (floor price), subsidi harga pupuk, kegiatan penyuluhan yang intensif, perlombaan dengan hadiah-hadiah yang menarik pada petani teladan, pendidikan pembangunan pada petani-petani di desa baik mengenai teknik baru dalam pertanian maupun mengenai keterampilan lainnya yang membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan Faktor-faktor fisik dan sosial diantaranya : Tersedianya secara lokal kebutuhan akan sarana pertanian seperti bibit unggul, pupuk dan obat-obatan. Adanya lembaga perbankan yang siap melayani dan meminjamkan kredit dengan persyaratan yang tidak berat. Pengembangan usaha koperasi melalui peningkatan mutu pengurus koperasi yang ada dan pendidikan kader-kader baru, membantu dan membina sistem pembukuan dan lain-lain. Mubyarto (1989) mengemukakan bahwa tidak semua model pembangunan pertanian bisa diimplementasikan oleh negara-negara yang sedang berkembang di dalam membangun pertaniannya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kas dari negara yang bersangkutan seperti sosial-ekonomi, politik, teknologi dan kebudayaan yang tidak memungkinkan penerapan model pembangunan pertanian dari negara luar tersebut secara keseluruhan. Namun, setidaknya (seperti Indonesia) bisa belajar dari Taiwan tentang “ cara-cara mengatur organisasi pertaniannya”, dari Jepang dalam “ merangsang kerja petani ”, dari Thailand dalam “ pembangunan jalan-jalan oleh negara “ dan dari India dalam “ kegiatan-kegiatan penelitiannya “. 2.6 Konsep Pertanian Organik Pertanian organik merupakan teknik pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia (non sintetik), tetapi memakai bahan-bahan organik (Pracaya, 2002). Secara sederhana, pertanian organik didefinisikan sebagai sistern pertanian yang mendorong kesehatan tanah dan tanaman melalui berbagai praktek seperti pendaur ulangan unsur hara dan bahan-bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta menghindarkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik (IASA dalam Dimyati, 2002). Sedangkan pengertian organik menurut FAOI adalah suatu sistem manajemen yang holistik yang mempromosikan dan meningkatkan pendekatan sistem pertanian berwawasan kesehatan lingkungan, termasuk biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Dalam
  • 22. pengertian ini ditekankan pada preferensi penerapan input of farm dalam manajemen dengan memperhatikan kondisi regional yang sesuai. Pertanian organik didasarkan pada prinsip-prinsip IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement) 2005 : prinsip kesehatan, ekologi, keadilan dan pelindungan. Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan. Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Keadilan memedukan sistern produksi, dtstribusi dan perdagangan yang terbuka, adil dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenamya. Departemen Pertanian telah menyusun standar pertanian organik di Indonesia yang tertuang dalarn SNI 01-6729-2002 (BSN, 2002). SNI sistem pangan organik ini merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang nantinya juga harus diakreditasi oleh Deptan melalui PSA (Pusat Standarisasi dan Akreditasi). SNI sistern pangan organik diadopsi dengan mengadopsi seluruh materi dalam dokumen standar CAC/GL 32 - 1999, Guidelines for the production, processing, labeling and marketing of organikally produced food dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia. Bila dilihat kondisi petani di Indonesia, hampir tidak mungkin mereka mendapatkan label sertifikasi dad suatu lembaga sertifikasi asing maupun dalam negeri. Luasan lahan yang dimiliki serta biaya sertifikasi yang tidak terjangkau, menyebabkan mereka tidak mampu mensertifikasi lahannya. Satu-satunya jalan adalah membentuk suatu kelompok petani organik dalam suatu kawasan yang luas yang memenuhi syarat sertifikasi, dengan demikian mereka dapat membiayai sertifikasi usaha tani mereka secara gotong royong. Namun ini pun masih sangat tergantung pada kontinuitas produksi mereka (Husnain et al., 2005). Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian organik. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air. Di sisi lain, Pertanian organik meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara flora, fauna dan manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian
  • 23. yang menyebabkan degradasi sumber daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai pertanian organik. Sebailknya, sistem pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik. Pengelolaan pertanian yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah : 1) pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam, 2) proses produksi atau kegiatan usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat, 3) penanganan dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah), 4) produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis hortikultura ini. Perkembangan pertanian organik di Indonesia masih sangat lambat. Namun minat bertani dengan sistem organik akhir-akhir ini sudah mulai tumbuh. Hal ini diharapkan akan berdampak positif terhadap pengembangan petanian organik yang waktu-waktu yang akan datang. Kendala-kendala dalam pengembangan pertanian organik yang bersifat makro antara lain peluang pasar, penelitian dan pengembangan, dan kondisi iklim. Sejak dua dasawarsa terakhir permintaan pasar dunia terhadap produk pertanian organik mulai tumbuh. Pertumbuhan pasar ini, khususnya di Eropa, merupakan salah satu pertimbangan utama dalam pemberlakuan Council Regulation (EEC) No. 2092/91 (EEC, 1991). Disamping kendala pasar, program penelitian dan pengembangan yang mendukung ke arah pengembangan sistem pertanian organik di Indonesia pada komoditas lain masih belum banyak dilakukan, sehingga pengembangan agribisnis di sektor organik
  • 24. masih terbatas. Berdasarkan pengalaman pada komoditas kopi tersebut di atas, dukungan penelitian sangat diperlukan agar pengembangan agribisnis di sektor organik dapat berhasil dengan baik. Kendala lainnya adalah Indonesia memiliki iklim tropika basah, bahkan di beberapa tempat tidak memiliki atau sedikit sekali periode kering. Kondisi iklim seperti ini menguntungkan untuk jasad penganggu, khususnya jamur. Intensitas serangan jasad penggangu yang tinggi akan lebih menyulitkan dalam praktek penerapan pertanian orgnik. Kendala mikro yang dimaksud adalah kendala yang dijumpai di tingkat usaha tani, khususnya petani kecil. Minat produsen, pada pelaku usaha pertanian di Indonesia belum banyak yang beminat untuk betani organik. Minat pelaku usaha untuk mempraktekkan pertanian petanian organik ini akan meningkat apabila pasar domestik dapat ditumbuhkan. Pemahaman kurang, pemahaman para petani terhadap sistem pertanian organik masih sangat kurang. Pertanian organik sering dipahami sebatas pada praktek pertanian yang tidak menggunakan pupuk anorganik dan pestisida. Pengertian tentang sistem pertanian organik yang benar perlu disebarluaskan pada masyarakat. Pengertian tersebut meliputi filosofi, tujuan, penerapan, perdagangan, dan lain-lain. Sebagai acuan untuk penyebarluasan pengertian pertanian organik sebaiknya menggunakan standar dasar yang dirumuskan oleh IFOAM. . Organisasi di tingkat petani, Organisasi di tingkat petani merupakan kunci penting dalam budidaya pertanian organik. Hal ini terkait dengan masalah penyuluhan dan sertifikasi. Agribisnis produk organik di tingkat petani kecil akan sulit diwujudknan tanpa dukungan kelompok tani. Di beberapa daerah organisasi petani sudah terbentuk dengan baik, tetapi sebaiknya di daerah-daerah lain organisasi pertani masih sulit diwujudkan. Kemitraan petani dan pengusaha, upaya membentuk hubungan kemitraan antara petani dan pengusaha yang pernah dilakukan beberapa waktu yang lalu yang masih belum memberikan hasil seperti yang diharapkan petani.
  • 25. 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Sry Wahyuni (2007) tentang Integrasi Kelembagaan di Tingkat Petani : Optimalisasi Kinerja Pembangunan Pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agar petani memiliki wadah untuk belajar, mengajar, bekerjasama antar petani maupun kelompok lain serta mencapai usaha ekonomi diwajibkan membentuik kelompok tani. Pembenahan yang dilakukan ditingkat petani adalah dengan mengintegrasikan kelompok tani dengan P3A. Penelitian yang dilakukan oleh Kedi Suradisastra (2006) tentang Revitalisasi Kelembagaan Untuk Percepetan Pembangunan Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa kebijakan pertanian, sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Revitalisasi Kelembagaan memerlukan strategi yang luwes dan mampu memahami elemen-elemen kelembagaan formal dan non formal. Keberhasilan penerapan suatu lembaga pertanian tidak semata-mata diukur dengan nilai tambah ekonomi, namun harus mempertimbangkan peran dan fungsi nilai-nilai sosio kultural secara utuh. Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2005) tentang Kebijakan Pengembangan Hortikultura di Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera (KAHS). Hasil penlelitiannya menunjukkan bahwa sentralitas produksi sayuran di Sumatera terkonsentrasi tinggi terutama untuk komoditas sayuran spesifik dataran tinggi, seperti kubis dan kentang. Untuk dapat mengimplementasikan kebijakan yang seimbang antara produksi, pemasaran di KAHS maka perlu langkah kebijakan operasional diantaranya, penguatan kelembagaan, baik ditingkat petani, pemerintah maupun forum KAHS sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2005) tentang Mewujudkan Keunggulan Komparatif Menjadi Keunggulan Kompetitif Melalui Pengembangan Kemitraan Usaha Hortikultura. Hasil penlelitiannya menunjukkan bahwa lemahnya struktur, fungsi, dinamika dan konsolidasi kelompok tani sehingga menempatkan posisi perwakilan masyarakat petani lemah dalam kelembagaan kemitraan usaha. Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2004) tentang Integrasi Kelembagaan Forum KASS dan Program Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Agribisnis Sayuran Sumatera. Hasil penlelitiannya menunjukkan bahwa masih lemahnya
  • 26. implementasi pengembangan agribisnis di Kawasan KASS baik melalui program forum KASS maupun program Agropolitan. Penelitian yang dilakukan oleh Unang Yunasaf (2005) tentang Kepemimpinan Ketua Kelompok dan Hubungannya dengan Keefektifan Kelompok. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ketua kelompok dengan kepemimpinannya yang tergolong baik atau sangat tinggi tersebut akan memberikan peluang yang sangat besar untuk tercapainya keefektifan dikelompok yang dipimpinnya. Penelitian yang dilakukan oleh Saptana et. Al (2003) tentang Integrasi Kelembagaan Forum Kawasan Agribisnis sayuran Sumatera (KASS) dan Program Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Agribisnis Sayuran Sumatera. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa belum adanay keterpaduan antara program forum KASS dengan program Agropolitan, dan kinerja dari program pembangunan pertanian di Kawasan KASS masih mengalami hambatan. Penelitian yang dilakukan oleh Ikin Sadikin et. Al (1999) tentang Kajian Kelembagaan Agribisnis Dalam Mendukung Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Berbasis Agroekosistem. Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa kelembagaan yang mampu tumbuh dan berkembang adalah kelembagaan komersial lokal yang berfungsi ganda. Penelitian yang dilakukan oleh Sapja Anantanyu (2004) tentang Gambaran Kemiskinan Petani dan Alternatif Pemecahanny. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengembangan SDM petani perlu didasarkan pemahaman terhadap petani secara utuh dan diarahkan pada kemandirian petani. Penelitian yang dilakukan oleh Syahyuti (2007) tentang Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa permasalahan kelembagaan masih banyak, maka pengembangan kelembagaan ditingkat lokal atau ditingkat komunitas perlu perhatian yang lebih. Gapoktan dibentuk hanya untuk menyukseskan kegiatan lain bukan untuk pengembangan kelembagaan itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Suci Indraningsih et, al (2005) tentang Strategi Pengembangan Model Kelembagaan Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Bali. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa disamping menyimpan potensi yang besar,
  • 27. kelembagaan kemitraan agribisnis hortikultura di Propinsi Bali masih mempunyai kelemahan sehingga perlu upaya pembenahan dalam pembangunan kelembagaan.
  • 28. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kenagarian Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar yaitu secara purposive atau sengaja karena kelompok tani pambalahan merupakan salah satu sentra penghasil sayuran di Sumatera Barat. Selain itu didaerah ini, pemerintah melaksanakan Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Sayuran Organik (KASO). Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu dimulai bulan Desember 2009 sampai bulan Januari 2009 terhitung sejak dikeluarkannya surat turun penelitian dari Fakultas Pertanian Universitas Andalas. 3.2 Metode Penelitian Dan Pengambilan Sampel Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) yaitu penelitian yang diadakan untuk memperhatikan faktor-faktor dan gejala yang ada dan keterangan-keterangan serta mendapatkan kebenaran terhadap praktek-praktek yang sedang berlangsung (Nazir, 1999). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sensus yaitu semua petani yang tremasuk kedalam kelompok tani Pambalahan. Karena kelompok tani Pambalahan merupakan satu-satunya kelompok tani yang sudah menerapkan pertanian organik di Kenagarian Aie Angek dengan jumlah petani 40 orang yang melakukan usahatani kubis. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan informan kunci (key informan) secara mendalam dengan bantuan pengisian daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini untuk kelompok tani pambalahan. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan diperoleh dari lembaga atau instansi yang berhubungan dengan penelitian ini seperti dinas pertanian, BPP (Balai Penyuluh Pertanian), kantor wali nagari, serta literatur-literatur yang relevan seperti buku-buku, jurnal penelitian internet dan laporan-laporan yang berhubungan dengan penelitian ini.
  • 29. 3.4 Variabel Yang Diamati Berdasarkan tujuan pertama yaitu mendeskripsikan masalah kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di kecamatan X Koto, maka variabel yang diamati : A. Masalah Teknis meliputi sentra produksi yaitu a. pengolahan lahan meliputi : pembersihan lahan dan pengaturan jarak tanam. b. penanaman meliputi : penyiapan bibit, cara tanam dan pola tanam. c. jenis bibit yang digunakan petani. d. pemupukan meliputi cara pemupukan dan jumlah pupuk yang digunakan. e. pemeliharaan dan pengendalian hama penyakit f. penggunaan pestisida g. pemanenan meliputi : kriteria siap panen, waktu panen dan cara panen. B. Masalah Sosial meliputi keterlibatan pemerintah dan msyarakat didaerah sekitar. C. Masalah Ekonomi meliputi pengadaan modal dan pemasaran. Untuk tujuan kedua yaitu untuk menganalisis pengaruh Institut Pertanian Organik (IPO) terhadap kelompok tani Pambalahan dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik, maka variabel yang diamati adalah jenis kegiatan, materi, metode, media, tempat dan waktu pelaksana kegiatan pelatihan petanian sayuran organik. Untuk tujuan ketiga yaitu menganalisis strategi pengembangan kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik di Kecamata X Koto meliputi variabel yang diamati adalah : A. Faktor Sosial dapat dilihat dari : a. Kelembagaan petani yaitu keikutsertaan petani dalam kelompok tani. b. Pelatihan dan percontohan pertanian organik yaitu Institut Pertanian Organik (IPO). c. Penyuluhan yaitu adanya program dari penyuluh yang berkaitan dengan pengembangan kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayur organik. B. Faktor Ekonomi 4 subsistem agribisnis
  • 30. a. subsistem hulu yaitu pengadaan sarana produksi (industri benih, pupuk, pestisida dan alsintan) meliputi harga saprodi dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp). b. subsistem budidaya (on-farm) yaitu yang menghasilkan komoditas pertanian primer. c. subsistem agribisnis hulu yaitu pengolahan hasil baik menghasilkan produk antara maupun produk akhir. d. subsistem pemasaran yaitu pendistribusian produk dari sentra produksi ke sentra konsumsi dan subsistem jasa penunjang yaitu dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang mendukung pengembangan agribisnis. C. Faktor Karakteristik petani, dapat dilihat dari : a. Umur yaitu umur petani pada saat penelitian berlangsung yang dibulatkan keulang tahun terdekat yang dinyatakan dalam tahun (Th). b. Luas lahan yang diukur dalam satuan Hektar (ha). c. Pendidikan dilihat dari tingkat pendidikan terakhir petani. d. Pengalaman berusahatani sayuran yaitu lamanya petani menekuni usahatani sayuran yang dinyatakan dalam tahun (Th). D. Penggunaan Sumber Daya, dapat dilihat dari : a. Lahan, meliputi : kepemilikan lahan, penguasaan kawasan. b. Produksi / produktivitas. c. Tenaga Kerja yaitu seluruh tenaga kerja yang dicurahkan dalam kegiatan usahatani sayuran baik Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) maupun Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK). 3.5 Analisa Data Analisa data untuk tujuan pertama yaitu Mendeskripsikan masalah kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik dianalisa dengan analisa deskriptif kualitatif, dimana dalam penelitian ini akan dibahas permasalahan yang dialami oleh petani antara lain : masalah teknis, masalah sosial dan masalah ekonomi Untuk tujuan kedua yaitu Mendeskripsikan pengaruh IPO terhadap kelompok tani pambalahan erkait dengan pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik dianalisa
  • 31. denagn deskriptif kualitatif yaitu memberikan gambaran dan bentuk pengaruh kegiatan IPO terhadap kelompok tani pambalahan. Untuk mengukur sejauh mana pengaruh kegiatan IPO terhadap kelompok tani pambalahan dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organic, maka digunakan metode skor, yaitu pemberian nilai/ skor melalui penyebaran kuisoner untuk setiap variabel yang diamati. Dari penilaian skor ini, maka data akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Untuk menguji nilai skor yang diperoleh, ditentukan melalui rumus sebagai berikut: Nilai rata-rata = Ni / n Keterangan: Ni = Jumlah Skor keseluruhan pengaruh kegiatan IPO n = Jumlah responden Berdasarkan nilai skor diatas maka pengaruh kegiatan IPO terhadap kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis sayuran organik. Peranan kegiatan penyuluhan = Total skor yang diperoleh x 100% Total skor yang diharapkan Sehingga skor pengaruh kegiatan IPO tersebut dikategorikan sebagai berikut: a. Sangat berpengaruh, bila rata-rata skor yang diperoleh 79 - 99 b. Cukup berpengaruh, bila rata-rata skor yang diperoleh 56 - 78 c. Kurang berpengaruh, bila rata-rata skor yang diperoleh 33 - 55 Penentuan tiga kategori tersebut didapatkan dari rentang nilai dengan rumus: R = Skor tertinggi – Skor terendah n Keterangan: n = jumlah kategori rendah, sedang, dan tinggi R = range ( rentangan) Untuk tujuan ketiga yaitu Menganalisis strategi pengembangan kelompok tani dalam mendukung pembangunan kawasan agribisnis di Kota Padang Panjang digunakan analisa SWOT. Analisa SWOT yang memuat variabel faktor internal yang meliputi aspek yang menjadi kekuatan dan kelemahan, serta variabel faktor eksternal yang meliputi aspek yang menjadi peluang dan ancaman.Dari analisa SWOT yang dilakukan ini, maka diharapkan segala kemungkinan yang menguntungkan dan merugikan, baik berasal dari dalam atau dari luar sehubungan dengan pengembangan kelompok tani dalam
  • 32. mendukung pembangunan kawasan agribisnis ini, akan dapat diantisipasi dan dicarikan jalan keluarnya. 3.6 Definisi Operasional Dari kerangka teori, konsep dan kerangka yang telah disajikan pada bagian tinjauan pustaka, maka penelitian ini menggunakan defenisi oprasional agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. Adapun defenisi itu adalah sebagai berikut 1. Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara horizontal dan vertikal. 2. Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi masyarakat pertanian di kawasan agropolitan. Dimana terdapatnya kegiatan belajar mengajar dalam perubahan sikap, keterampilan, dan perilaku masyarakat tani di kawasan agropolitan. Dalam proses pembelajaran, dilengkapi dengan penyuluh sebagai pengajar, materi yang disampaikan, media yang digunakan, dan sasaran (petani) sebagai orang yang disuluh. 3. Tanaman hortikultura adalah berbagai jenis tanaman sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang diusahakan oleh petani di kawasan agropolitan. Adapun jenis tanaman hortikultura yang banyak diusahakan adalah sayuran dataran tinggi seperti wortel, sawi, cabe, kubis, kol, kentang, daun bawang, seledri, dan lain sebagainya. 4. Pasar hasil pertanian adalah sarana penampungan dan pemasaran hasil pertanian masyarakat di kawasan agropolitan Koto Baru Kecamatan X Koto seperti Sub Terminal Agribisnis (STA) yang dilengkapi dengan pasar lelang, gudang penyimpanan (cold storage), sarana pencucian, sortasi dan prossesing hasil pertanian sebelum dipasarkan. 6. Partisipasi adalah peran serta / inisiatif masyarakat dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, yaitu meliputi pada perencanaan kegiatan sampai pada mengevaluasi dan menikmati hasil kerja. Partisipasi masyarakat seperti dalam penentuan usulan kegiatan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. 7. Lembaga pertanian adalah lembaga / organisasi petani yang mengelola setiap kegiatan usaha tani baik yang bersifat formal maupun informal seperti BPP, kelompok tani / gapoktan, P3A, Koperasi, dan lain sebagainya.
  • 33. DAFTAR PUSTAKA Artikel Michail Porter berjudul “What is Strategy?” yang dimuat dalam Harvard Business Review November-Desember 1996. Bappenas. 2004. Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan Untuk Percepatan Pembangunan Daerah. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. Dinas Pertanian. 2007. Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar. Indraningsih, Kurnia, Suci, Ashari dan Supena Friyatno. 2005. Strategi Pengembangan Model Kelembagaan Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Bali. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Kedi Suradisastra. 2006. Revitalisasi Kelembagaan Untuk Percepetan Pembangunan Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian, Volume 4 No 4 Desember 2006. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian, Penerbit Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian . Ghalia Indonesia. Jakarta. Sadikin,Ikin, Rita Nur Suhaeti, dan Kedi Suradisastra. 1999. Kajian Kelembagaan Agribisnis Dalam Mendukung Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Berbasis Agroekosistem. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian. Sapja Anantanyu. 2004. Gambaran Kemiskinan Petani dan Alternatif Pemecahannya. MK Pengantar ke Falsafah Sains (PPS 702). Saptana, Ariningsih E, Saktyanu KD, Sri Wahyuni, Valeriana. 2005. Kebijakan Pengembangan Hortikultura di Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera (KAHS). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian, Volume 3 No1 Maret 2005. Saptana, Saktyanu KD, Sri Wahyuni, Ening Ariningsih dan Valeriana Darwis. 2004. Integrasi Kelembagaan Forum KASS dan Program Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Agribisnis Sayuran Sumatera. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian, Volume 2 No3 September 2004. Saptana, Sunarsih, Kurenia Suci Indraningsih. 2005. Mewujudkan Keunggulan Komparatif Menjadi Keunggulan Kompetitif Melalui Pengembangan Kemitraan Usaha Hortikultura. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor.
  • 34. Sry Wahyuni. 2007. Integrasi Kelembagaan di Tingkat Petani : Optimalisasi Kinerja Pembangunan Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi.Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani 10 Juni 2009. Suradisastra, Kedi. 2008. Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Pusat Analisa Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 26 No 2 Desember 2008. Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Van Den Ban.A.W dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius .Yogyakarta. Yudhoyono, S. Bambang, 2006, Pembangunan Pertanian Indonesia dari Revolusi Hijau ke Pertanian Berkelanjutan, Orasi Ilmiah di Universitas Andalas Padang Tanggal 21 September 2006 http://www.indonesia.go.id { 14 April 2008}. Yunasaf, Unang. 2005. Kepemimpinan Ketua Kelompok dan Hubungannya dengan Keefektifan Kelompok. Yusmaini. 2009. Kesiapan Teknologi Mendukung Peretanian Organik Tanaman Obat : Kasus Jahe.
  • 35. Lampiran 1. Daftar Kelompok Tani di Aie Angek Nama-nama kelompok Tani Aie Angek No Nama Kelompok Ketua Kelompok Jumlah Anggota 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 . 11 . Pambalahan Giat Bersama Teratai Sepakat Guguak Ampaian Bina Warga Anggun Sari Suka Maju Saiyo Sakato Karang Permai DY.Dt Marajo P. St Panghulu malin Ermini Jono Efendi Iskandar B. Datuak Pisang Ermi Sy. Dt Panjang Gindo I Saiful Musnizar 40 30 30 40 40 50 50 30 55 50 48 Sumber: Programa Penyuluhan Nagari Aie Angek tahun 2007
  • 36. Lampiran 2. Topic Training BPP Kec.X Koto Tahun 2008 TOPIC TRAINING BPP KEC X KOTO TAHUN 2008 NO Tanggal Topic Training Pengisian Topic 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 7 januari 2008 21 Januari 2008 4 februari 2008 8 februari 2008 3 maret 2008 17 Maret 2008 31 maret 2008 14 April 2008 28 April 2008 12 Mei 2008 26 Mei 2008 9 Juni 2008 23 Juni 2008 7 Juli 2008 21 Juli 2008 4 Agustus 2008 20 Agustus 2008 3 September 2008 1 Oktober 2008 15 November 2008 24 Desember 2008 Kebijaksanaan program subdin pangan Kebijaksanaan program subdin peternakan Kebijaksanaan program subdi perikanan Kebijaksanaan program subdin kehutanan Kebijaksanaan program subdin perkebunan Analisa usaha tani PTS/SRI Sapta usaha perternakan sapi potong Teknis pembuatan kolam dan padat penebaran Teknik pembuatan kontur Teknik pengolahan tebu ( gula semut) OPT tanaman sayuran dan pengendaliannya pada tanaman cabe dan kubis Pencegahan penyakit off pada ternak kambing Pengendalian penyakit, virus, ikan air tawar Penanaman kayu di pemukiman /kebun rakyat Teknik pengolahan kopi Budidaya wortel organic Pengembangan tanaman hias Pemeliharaan sapi perah Pembenihan ikan Hutan kemasyarakatan (GNRHL) Pembibitan tanaman keras hutan Kasubdin /PPS pangan Kausbdin / pps peternakan Kasubdin /pps perikanan Kasubdin / pps kehutanan Kasubdin/pps perkebunan PPS Tan. Pangan PPS Peternakan PPS Perikanan PPS Kehutanan PPS Perkebunan PPS Tan. Pangan PPS Peternakan PPS Perikanan PPS Kehutanan PPS Perkebunan PPS Tan. Pangan PPS Tan.Pangan PPS Peternakan PPS Perikanan PPS Kehutanan PPS Kehutanan Sumber: BPP KEC X KOTO TAHUN 2008
  • 37. Lampiran 7 . Data Luas tanam, Panen, dan Produksi Tanaman Hortikultura di Kecamatan X Koto Kab. Tanah Datar No Komoditi Tahun 2006 Tahun 2007 Tanam (Ha) Panen (ton) Produksi (ton) Tanam (Ha) Panen (Ton) Produksi (Ton) 1 Bawang daun 292 385 23144 256 216 30909 2 Kentang 7 8 889 15 10 828 3 Kubis 257 258 36319 236 202 36250 4 Kembang Kol 75 81 6200 57 42 5802 5 Petsai/Sawi 218 208 20074 230 172 24997 6 Wortel 223 212 35932 272 253 33282 7 Cabe Merah 189 161 4313 175 164 10872 8 Tomat 0 0 0 16 9 318 9 Terung 63 57 7907 67 58 8160 10 Buncis 120 128 5902 100 90 12150 Jumlah 1444 1498 140680 1424 1216 163568 Sumber Data : BPP X Koto (2008)
  • 38. Lampiran 4. Kegiatan-Kegiatan Pengembangan Kawasan Tanah Datar 2003-2008 1. TAHUN 2003 Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2003 adalah: No . Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan Lokasi/Nagari / Kec/Kabupaten 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Pembangunan jalan nagari Pembangunan irigasi Perbaikan Talago Koto Baru Peningkatan jalan Lubuk Mato Kucing-Singgalang- Kandang Diguguk Pengembangan Agribisnis Sayuran Kegiatan GNRHL Inseminasi Buatan Dukungan Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif (PELP) Bantuan kebersihan pasar nagari Penggantian rambu-rambu lalu lintas 6 nagari 6 nagari Koto Baru Singgalang, Koto Laweh Aie Angek, Koto Baru Paninjauan, Singgalang, Jaho dan Tambangan Panyalaian, Paninjauan, Singgalang, Pandai Sikek, Aie Angek dan Koto Laweh Singgalang dan Sungayang Koto Baru, Panyalaian dan Pandai Sikek Pandai Sikek Jumlah 2. TAHUN 2004 Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2004 adalah sebagai berikut : No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten 1. 2. 3. Pembangunan jalan nagari Pembangunan irigasi Perbaikan irigasi Bandar Layah Koto Baru, Pandai Sikek, Aie Angek, Panyalaian, Paninjauan dan Koto Laweh Koto Baru, Pandai Sikek, Aie Angek, Panyalaian, Paninjauan dan Koto Laweh Singgalang
  • 39. No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Perbaikan irigasi Bandar Lalo Peningkatan jalan Pakan Rabaa-Tabu Baraie Peningkatan jalan Koto Tinggi-Koto Tinggi Pengkajian agribisnis sayuran organik Bantuan bibit tanaman unggulan Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Agropolitan Koordinasi Perencanaan Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif (PELP) Kegiatan Operasional Pengembangan Ekonomi Lokal Singgalang Panyalaian Koto Baru, Pandai Sikek Aie Angek, Koto Baru, Payalaian dan Paninjauan Aie Angek, Paninjauan, Panyalaian dan Pandai Sikek Kawasan Koto Baru Singgalang Singgalang Jumlah 3. TAHUN 2005 Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2005 adalah sebagai berikut : No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sekolah Lapangan Pertanian Organik (SLAPO) Koordinasi Agropolitan Lingkup Pertanian Pengembangan Precision Agriculture berbasis iklim untuk mendukung ketahanan pangan (kerjasama dengan BPPT) Pengembangan Agrotekno Park (kerjasama dengan BPPT) Penunjang Biocycle Farming Pematangan lahan Pasar Sayur Koto Baru Penyusunan RTBL Kawasan Kecamatan X Koto Kecamatan X Koto Kecamatan X Koto Kecamatan X Koto Kecamatan X Koto Kecamatan X Koto Kecamatan X Koto
  • 40. No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten 8. 9. 10. 11. Agropolitan Penyusunan DED Prasarana Dasar Kawasan Agropolitan Pengaspalan/Pemeliharaan Periodik jalan : - Ru as jalan Pandai Sikek- Tanjung-Koto Tinggi Rehab dan pemeliharaan jaringan irigasi : - Ba ndar Gemuruh - Ba ndar Tutuo Sirah Koordinasi Perencanaan Pengembangan Kawasan Agropolitan Kecamatan X Koto Kecamatan X Koto Kecamatan X Koto Kecamatan X Koto Jumlah 4. TAHUN 2006 Kegiatan yang dilaksanakan tahun 2006 adalah sebagai berikut : No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Pengembangan Agribisnis Hortikultura dan Cabe Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian Sekolah Lapang Pertanian Organik (SLAPO) Pengembangan Kopi Arabica Pengembangan Sapi Perah Peningkatan Jalan Pandai Sikek – Pagu-pagu-Tanjung Pemeliharaan jalan Simpang Aie Angek-Pemandian Kaso- Simpang Kelok Pelebaran Jembatan Sungai Talang Pembangunan Prasarana Dasar Kawasan Agropolitan - Pembentukan Badan Jalan - Lapangan Parkir pada bagian depan - Dinding Penahan Tanah Rehab Perbaikan Bandar Sungai Singgalang, Pandai Sikek Kec. X Koto X Koto Pandai Sikek Aie Angek Panyalaian Koto Baru Panyalaian
  • 41. No. Program/Kegiatan yang Sudah Dilaksanakan Lokasi/Nagari /Kec/Kabupaten 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Talang Rehab Bandar Kubu Induk Ayam Paninjauan Pembinaan LKM/USP Koperasi Sentra Sayur Mayur di Kawasan Agropolitan Operasional Sub terminal Agribisnis Pengembangan Agropolitan Lingkup Pertanian Koordinasi Pengembangan Kawasan Agropolitan Pengembangan Kambing Kacang Lokal Lanjutan Pembangunan STA Koto Baru Peningkatan Jalan Produksi Pertanian Kawasan X Koto Panyalaian Kawasan Agropolitan Koto Baru Kawasan Agropolitan Kawasan Agropolitan Kec.X Koto Koto Baru Koto Baru Jumlah 5. TAHUN 2007 Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2007 adalah sebagai berikut : No Program/Kegiatan 1 Pemeliharan periodik Jalan Simpang Aie Angek - Pamandian KASO - Simpang Kelok (Lanjutan) 800 M 2 Pengembangan Prasarana Kawasan Agropolitan Daerah X Koto a. Pembangunan Sarana STA (1 Paket) b. Peningkatan Jln Usaha Tani (1950 m') 3 Pemasangan Jaringan Air Bersih Pandai Sikek Kec X Koto 4 Kajian Potensi Sumber Daya yang terkait dengan Investasi (Profil Kawasan Agropolitan) 5 Sekolah Lapangan Pertanian (SLAPO) 6 Pembangunan Promosi Perdagangan Internasional (Penyiapan Kelembagaan Pengelola STA) 7 Pembangunan Pusat-pusat Penampungan Produksi hasil Pertanian/Perkebuanan Masyarakat yang akan dipasarkan 8 Penyusunan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Masyarakat 9 Pembebasan Jalan Masuk STA
  • 42. No Program/Kegiatan 10 Pembangunan Grading House 11 Pengelolaan Lahan - Pembuatan Jalan Usaha Tani - Pengembangan Sayuran Organik - Konservasi Lahan Hortikultura 12 Pengelolaan Air - Pembangunan Jitut - Pembangunan Jides - Pembuatan Embung - Pembuatan Dam Parit 13 Pengembangan Sistem Informasi - Biaya Operasional SMS Harga 14 Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian - Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) Pengembangan Kasi - Sewa Outlet Organik - Peralatan UP3HP 15 Pengembangan Usaha Tani Komoditas Bernilai Tinggi/Pengutuhan Sentra Komoditas Unggulan Bernilai Tinggi - PMUK Pengembangan Sayuran Organik - Pengadaan Alsintan mendukung Pengembangan Hortikultura - SLPHT 16 Pengembangan Fasilitas Terpadu Investasi Hortikultura - Pengadaan Sarana Prasarana Pelayanan Pengembangan Hortikultura 17 Pengembangan Kentang Hitam Batang 18 Pengembangan Jeruk Madu 19 Pengembangan Buncis Pena Jumlah
  • 43. RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN TAHUN 2008 No. Program/Kegiatan 1 Pembangunan Promosi perdagangan internasional (fasilitasi pembentukan dan operasional lembaga pengelola STA) 2 Pengembangan Penolahan Hasil Pertanian - Fasilitasi STA - Sewa Outlet Organik - Peralatan UP3HP - PMUK Pengembangan KASO - PMUK Pengembangan Sayuran - Koordinasi dan Monitoring 3 Penguatan modal usaha kelompok (PMUK) Sapi Perah 4 Pegembangan Kopi Arabika Jumlah Sumber: Bappeda Tanah Datar ( Laporan Kinerja Pengembangan Kawasan Agropolitan) Keterangan: Xxxx = kegiatan agropolitan yang berhubungan dengan penyuluhan tanaman hortikultura
  • 44. Lampiran 5. Produksi Komoditi Tanaman Hortikultura Kab.Tanah Datar tahun 2001 – 2006 Tabel . Produksi Sayuran Kabupaten Tanah Datar Tahun 2001-2006 No Kecamatan Produksi (Ton) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 . 11 . 12 . 13 . 14 . X Koto Batipuh Batipuh Selatan Pariangan Rambatan Lima Kaum Tanjung Emas Padang Ganting Lintau Buo Lintau Buo Utara Sungayang Sungai Tarab Salimpaung Tanjung Baru 10.935, 9 1.951,5 *) 539,0 26,0 1.091,2 137,5 129,0 431,1 *) 540,5 3.107,6 136,4 *) 2.551,4 3.892,7 *) 616,4 14,2 590,9 95,9 275,0 2.045,4 *) 1.249,7 3.129,8 6.747,7 *) 7.311,08 7.124,50 *) 779,00 214,90 716,10 316,10 157,50 2.502,10 *) 2.918,40 3.367,10 8.503,10 *) 30.659,4 0 3.261,10 686,60 1.340,70 52,50 234,40 253,70 258,00 157,80 664,40 1.038,40 1.919,00 2.388,90 1.254,10 12.226,00 1.181,10 1.492,50 1.040,90 45,70 326,20 284,40 66,00 70,10 1.024,00 863,50 738,80 1.293,20 3.770,00 20.501,30 394,05 1530,00 59,93 606,20 422,75 264,74 73,77 2885,55 1292,30 Jumlah 19.025, 7 21.209, 1 33.909,8 8 44.169,0 0 24.423,00 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar Tahun 2001-2005 *) Masih bergabung dengan Kecamatan Induk : - Batipuh Selatan bergabung dengan Batipuh - Lintau Buo Utara bergabung dengan Lintau Buo - Tanjung Baru bergabung dengan Salimpaung
  • 45. Tabel . Luas Panen dan Produksi Hortikultura Kec X Koto 2006 No Nagari Produksi sayuran Panen ( Ha) Produksi sayuran Produksi (ton) Produksi buah- buahan Panen (Ha) Produksi buah- buahan Produksi (ton) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tambangan Jaho Paninjauan Panyalaian Aie Angek Koto Baru Pandai Sikek Singgalang Koto Laweh 30 19 1182 769 126 154 399 161 527 171 109 9496 6164 1070 1231 3187 1282 4213 46 15 25 18 5 4 14 19 17 482 163 68 57 23 16 49 59 44 Jumlah 3367 26923 163 961 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar 2006
  • 46. Lampiran 6. Peta Kawasan Agribisnis Kabupaten Tanah Datar Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Tanah Datar dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tanah Datar No. 265/BTD-2004 tanggal 17 Juli 2004 tentang penunjukan Nagari Koto Baru dan hinterlandnya sebagai kawasan agropolitan dan daerah penyangga dalam Kabupaten Tanah Datar. a. Pusat Pengembangan : Nagari Koto Baru Kecamatan X Koto b. Hinterland : - Nagari Aie Angek Kecamatan X Koto - Nagari Panyalaian Kecamatan X Koto - Nagari Pandai Sikek Kecamatan X Koto - Nagari Singgalang Kecamatan X Koto - Nagari Koto Laweh Kecamatan X Koto - Nagari Paninjauan Kecamatan X Koto c. Daerah Penyangga : - Kecamatan Batipuh - Kecamatan Pariangan - Kecamatan Salimpaung Gambar 2. Peta Kawasan Agropolitan Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumber: Laporan kinerja Bappeda Tanah Datar tahun 2007