1. TARIAN TRADISIONAL
1. TARI LINDA SUKU MUNA
Di pulau muna memiliki beberapa tari tradisional , salah satu diantarany yaitu tari Linda .Tari
ini di ciptakan oleh seorang Raja di Pulau Muna. Raja ini dipercaya pernah menangkap dan
memperistri seorang dari tujuh bidadari kayangan yang turun mandi di sebuah sungai di
pulau ini. Kisah tersebut diapresiasikan dalam gerak dan musik dari tarian ini. Tariannya
dilakukan secara missal oleh para gadis Muna dengan gerakan lemah gemulai mengikuti
irama gendang pogada yang berirama keras.. Tarian ini merupakan peragaan dari upacara
adat karia yakni upacara pingitan gadis-gadis menjelang dewasa dan memasuki bahtera
rumah tangga. Uniknya Tarian ini, ditengah lingkaran di pertunjukan seni beladiri Balaba
atau sejenis silat tradisional. Para pesilat saling menunjukkan ketangkasan dan keahliannya,
mereka memukul dengan keras dan menendang dengan kekuatan, membentuk gerakan indah
bermakna kejantanan yang mempesona.
2. TARI KALEGOA SUKU BUTON
Tarian ini adalah suatu tari tradisional yang menggambarkan suka duka gadis-gadis Buton
sewaktu dalam pingitan dengan spesifikasi berupa gerakan memakai sap tangan.
Sudah menjadi suatu tradisi sejak zaman lampau seorang gadis yang menjelang dewasa
haruslah menjalani masa Pingitan / Posuo. Selama 8 (delapan) hari 8 (delapan) malam.
Posuo sebagai suatu arena tempaan adat bagi mereka yang diikat dengan aturan dan tata
krama serta sopan santun yang ketat untuk meninggalkan masa kegadisan bebas dan gembira
karena telah dewasa dalam tempaan serta siap menerima kenyataan hidup.
2. 3. TARI MONOTAMBE SUKU TOLAKI
Tari Monotambe atau tari penjemputan misalnya merupakan tarian khas Suku Tolaki yang
kerap ditampilkan saat ada event berskala besar untuk menjemput tamu besar. Misalnya saat
pembukaan Festival Tekuk Kendari (Festek) yang kerap dihadiri beberapa tamu penting dari
Jakarta dan daerahlain. Sebagai catatan Suku Tolaki merupakan penduduk asli Kota Kendari
sebagaimana Suku Betawi di Kota Jakarta.
Tarian ini dilakoni oleh 12 penari perempuan muda dan 2 penari lelaki sebagai pengawal.
Para penari perempuanyya mengenakan busana motif Tabere atau hiasan, sarung tenun
Tolaki, dan aksesoris seperti Ngaluh atau ikat kepala, dan kalung. Dalam tarian berdurasi
sekitar 5 sampai 10 menit ini, beberapa penari perempuan membawa Bosara atau bokor dari
rotan, sedangkan dua penari lelakinya memegang senjata tradisional.
4. TARI LUMENSE SUKU BOMBANA
Tarian Lumense selalu disertai bunyi gendang yang mempunyai irama tertentu. Asal mula
bunyi gendang itu diyakini bergema dari Gunung Sangiawita. Biasanya bunyi ledakan teratur
itu terjadi tiap bulan purnama. ‘’Hingga sekarang bunyi gendang bergema sering terdengar
dari Gunung Sangiawita kala suasana tengah hening di tengah malam bulan purnama.