1. Model / Proto Type PKMD
Antara lain Slamet Riyadi, menulis dalam buku ilmu kesehatan masyarakat ada beberapa
Proto type PKMD di Indonesia antara lain :
1. Proto Type Srikandi
Disini petugas puskesmas merintis PKMD dengan menyusupkan strateginya lewat non
kesehtan. Mereka berkeyakinan bahwa dengan keberhasilan sektor ekonomi di desa, maka
kemudian mudah menyelenggarakan usaha-usaha PKMD. Keberhasilan PKMD dirintis lewat
keberhasilan ekonomi desa terlebih dahulu. Kebutuhan masyarakat desa tidak dipaksakan
oleh dokter Puskesmas berdasarkan keinginannya (Needs) melainkan benar-benar
berdasarkan kebutuhan (Demands) masyarakat. Segala usaha yang dipelopiri pUskesmas
tetap mempergunakan lembaga pedesaan yang ada secara terpadu
2. Proto Type Kelompok
Disini pembinaan masyarakat desa tidak diintegrasikan dengan pembangunan masyarakat
desa secara keseluruhan sebagaimana prototype Srikandi, melainkan dikhususkan secara
tersendiri dengan wadah tersendiri pula, yaitu melalui suatu Dana Sehat yang berdiri sendiri .
mereka mengorganisir kader kesehatan desa yang sangat menonjol. Sekalipun tidak
diintegrasikan didalam LSD, namun pembinaan organisasi dan adminstrasi saderhana oleh
Pak Lurahnya. Yang sangat patut dicatat adalah peranan para kader kesehatan desanya yang
sangat menonjol dan berdedikasi.
3. Proto Type Karangsalam
PKMD disini sudah merupakan bagian dari pembangunan masyarakat desa yang
intervensinya secara lebih teratur dilakukan dari puskesmas setempat. Kegiatan-kegiatan
yang menonjol masih berupa dana sehat, pengembangan promotor kesehatan desa,
penyuluhan kesehatan maupunpendidikan gizi melalui arisan-arisan ibi-ibu. Pengetrapan
teknologi pedesaan setempat dikerjakan melalui sistem dapur sekam maupun pembuatan gas
metan dari kotoran (Digeseter). Sehingga melalaui cara-cara ini orang-orang kesehatan
2. berhasil merubah cara-cara tradisional kearah yang lebih maju yang dijalankan serentak
dengan usaha-usaha kesehatan.
4. Proto Type Kerten
Merupakan prototype untuk suatu daerah perkotaan yang memiliki keistimewaan juga.
Tekanannya juga pada dana sehat dengan sistem uang pangkal sebagai modal pertama yang
selanjutnya dioperasionalkan dengan sistem simpan pinjam. Setelah dananya kuat dipergunakan
untuk dana sehat yang meliputi :
- dana pengobatan orang sakit
- perbaikan kampung
- kegiatan pinjaman jangka panjang, yaitu : 8 minggu untuk keperluan ; modal dagang,
perbaikan rumah, pemeliharaan ternak
Unit sasaran hanya satu RT dengan sistem administrasi sederhana tapi tetap rapi. Satusatunya hambatan adalah bahwa kader kesehatan yang pernah dicoba permulaan dengan 12
orang, ternyata hanya 2 orang yang tertarik dengan tugas-tugas sosial ini.
5. Proto Type Karanganyar
Dalam penyelenggaraan PKMD ini puskesmas pemerintah bertindak sebagai pendorong dan
pembimbing. Suatu dana sehat diadakan dengan disertai pembentukan promotor kesehatan
desa, akan tetapi sayang tidak diintegrasikan dengan pembangunan masyarakat desa. Tidak
ada pungutan uang pangakal atau tidak ada usaha bagi suatu koperasi simpan pinjam.
Pelaksanaannya agak kaku karena mungkin terikat kepada suatu protokol “Reseach Proyect”.
Ini disiapkan melalui suatu perencanaan dari suatu badan konsultant yang terlalu teoritis.
Ditetapkan bahwa iuran perkapita atas saran konsultant ditentukan Rp. 40 untuk dapat
mencukupi suatu permulaan kegiatan. Dalam keadaan ini masyarakat banyak yang tidak
bersedia. Terlalu banyak intervensi oleh unsur-unsur pemerintah antara lain seperti kader
Promokesa ditunjuk oleh Lurah atau camat bukan dipilih oleh masyarakat setempat,
semuanya merupakan hal-hal yang kurang bisa memperoleh dukungan masyarakat setempat.
3. 6. Proto Type Subah
Hampir sama dengan bentuk Kranganyar, dimana unsur-insur menonjol yaitu tidak
diintegrasikannya PKMD itu dengan Pembangunan Masyarakat Desa, maupun terlalu
dibimbing secara ketat oleh Puskesmas Pemerintah setempat dalam menjalankan programnya
sendiri. Kasarnya, akhirnya terdapat suatu dana sehat tanpa Promokesa
7. Proto Type Dampit Malang
Masyarakat melakukan kegiatan sesuai dengan program yang diprioritaskan, sebagi hasil dari
pada perencanaan staf Puskesmas dan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Tokoh-tokoh
masyarakat memang sebelumnya dibina dahulu oleh puskesmas dan kemudian dijadikan “
PION” untuk memungkinkan sistem yang dilemparkan oleh atas dapat berhasil persis dengan
skenario.
8. Proto Type Mojokerto (Desa Balongmasin – Kecamatan Pengging)
Kegiatan kesehatan disini telah diintegrasikan dalam wilayah kegiatan pembangunan yaitu
LSD. Mirip dengan bentuk Srikandi. Disini unsur-unsur Pamo ng
Praja
dan
LSD-nya
digerakkan untuk menangani. Suatu kemajuan yang menonjol bahwa Desa memiliki suatu
anggaran untuk bidang kesehatan yang dimasukkan kedalam semacam APBD Desa, setelah
mampu menyalurkan/menjual hasil produksi tanaman dari Desa. Keberhasilan Proto Type
yang demikian majunya sampai mampu berfikir menyelenggarakan semacam APBD Desa,
disebabkan karena Puskesmas Mojosari sebagai pembina, telah ikut berpengalaman lama
dibawah berbagai dokter. Memang daerah ini merupakan daerah “Fielf Practice and
Demonstration Area” (FPDA) yang berada langsung dibawah Dinas Kesehatan Propinsi dan
banyak memperoleh perhatian Depkes untuk menunjukkan Keberhasilan Depkes. Karena
juga berlakunya semacam Reward System bagi dokter-dokter pimpinan puskesmas Mojosari
untuk berhasil dapat menduduki jabatan-jabatan penting, seperti Prof. Sulianti, dr. Lolong,
dr. Soekamto, dll.
4. A. PENGERTIAN PHC
Pelayanan kesehatan primer /PHC adalah strategi yang dapat dipakai untuk menjamin
tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC menekankan pada
perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang diberikan adalah
essensial bisa diraih, yang essensial dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang
disertai percaya diri sendiri disertai partisipasi masyarakat dalam menentukan sesuatu tentang
kesehatan. adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi
praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga
dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat
terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setaip tingkat perkembangan mereka
dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self
Detemination).
B. TINJAUAN SEJARAH
Gerakan PHC dimulai resmi pada tahun 1977, ketika sidang kesehatan WHO ke 30. pada
konferensi internasional 1978 di Alma Alta (Uni Soviet) pada tanggal 12 september 1978,
ditentukan bahwa tujuan agar menemukan titik temu dengan PHC. resolusi dikenal dengan
Health For All by the Year 2000 (HFA 2000) atau sehat untuk semua ditahun 2000 adalah
merupakan
target
resmi
dari
bangsa-bangsa
yang
tergabung
dalam
WHO.
Pada tahun 1981 setelah diidentifikasi tujuan kesehatan untuk semua dan strategi PHC untuk
merealisasikan tujuan, WHO membuat indikator global untuk pemantauan dan evaluasi yang
dicapai tentang sehat untuk semua pada tahun 1986. indikator tersebut adalah:
1. Perkembangan sosial dan ekonomi
2. Penyediaan pelayanan kesehatan status kesehatan
3. Kesehatan
sebagai
objek
atau
bagian
dari
perkembangan
sosial
ekonomi.
Pemimpin perawat yang menjadi kunci dalam mencetuskan usaha perawatan PHC. adalah Dr.
Amelia Maglacas pada tahun 1986.
5. C. KONSEP PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Konsep pelayanan primer merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa
terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. fokus dari
pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat dan
kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan dimana konsumen
pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut seerta mencapai tujuan umum
kesehatan yang lebih baik.
D. TUJUAN PHC
1. TUJUAN UMUM
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan
sehingga akan dicapai tingkat kepuasaan pada masyarakat yang menerima pelayanan.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
b.
Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami
c.
Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
d.
Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya
lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
E. RUANG LINGKUP PHC
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya.
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
8. Penyediaan obat-obat essensial.
6. F. CIRI - CIRI PHC
1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2. Pelayanan yang menyeluruh
3. Pelayanan yang terorganisasi
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5. Pelayanan yang berkesinambungan
6. Pelayanan yang progresif
7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8. Pelayanan
yang
tidak
berpandangan
kepada
salah
satu
aspek
saja
G. TANGGUNG JAWAB PERAWAT DALAM PHC
1. Mendorong partisipasi aktif dalam pengenbangan dan implementasi pelayanan kesehatan
dan program pendidikan kesehatan
2. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat
4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan kepada
masyarakat
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.
7. PROGRAM POKOK PUSKESMAS
1. KIA
2. KB
3. Usaha Kesehatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular
6. Pengobatan termasuk penaganan darurat karena kecelakaan
7. Penyuluhan kesehatan masyarakat
8. Kesehatan sekolah
9. Kesehatan olah raga
10. Perawatan Kesehatan
11. Masyarakat
12. Kesehatan kerja
13. Kesehatan Gigi dan Mulut
14. Kesehatan jiwa
15. Kesehatan mata
16. Laboratorium sederhana
17. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka SIK
18. Pembinaan pemgobatan tradisional
19. Kesehatan remaja
20. Dana sehat