SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  27
Kebijakan Perikanan 
Indonesia 
DEVI ULINUHA, S.Pi., MP
 Indonesia merupakan negara maritim 
 Di laut Indonesia berbatasan dengan 10 (sepuluh) Negara, 
yakni India, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, 
Filipina, Palau, Papua Nugini, dan Timor Leste. 
 Penentuan Batas laut diperlukan pada masing-masing 
negara untuk dapat : 
1. mengeksplorasi Sumberdaya yang ada di Laut. 
2. memiliki kedaulatan dalam menjaga wilayah.
 Hukum laut dikembangkan dari perjuangan antara negara-negara 
pesisir, yang berusaha untuk memperluas kontrol 
mereka atas wilayah laut berbatasan dengan garis pantai 
mereka. 
 Pada akhir abad ke-18, dipahami bahwa negara memiliki 
kedaulatan atas laut teritorial mereka. 
 Oleh karena itu terbentuklah UNCLOS (United Nations 
Convention on the Law of the Sea) untuk mengatur 
perundang-undangan laut internasional
Pembagian Batas laut Indonesia 
 BATAS LAUT TERITORIAL 
merupakan batas kedaulatan penuh negara Indonesia artinya 
negara lain tidak diperbolehkan memasuki wilayah ini tanpa 
izin negara kita. 
Batas Laut Teritorial ini diukur sejauh 12 mil laut dari garis 
pantai yang terjauh menjorok ke laut (1 mil laut = 1,852 km). 
Penentuan titik pantai yang dijadikan dasar untuk melakukan 
pengukuran adalah dengan mencari garis pantai yang paling 
jauh menjorok ke laut. Setelah ketemu kemudian pada garis 
itu dicari rata-rata pada saat air pasang dengan saat air surut. 
Garis ini disebut garis dasar. Dari garis dasar inilah kemudian 
diukur sejauh 12 mil ke laut untuk menentukan Batas Laut 
Teritorial.
 BATAS LANDAS KONTINEN 
Dasar laut yang jika dilihat dari segi geologi maupun 
geomorfologinya merupakan kelanjutan dari kontinen atau 
benua. 
Kedalaman landas kontinen tidak lebih dari 150 meter. 
Batas landas kontinen diukur mulai dari garis dasar pantai ke 
arah luar dengan jarak paling jauh adalah 200 mil. 
Kalau ada dua negara yang berdampingan mengusai laut 
dalam satu landas kontien dan jaraknya kurang dari 400 mil, 
batas kontinen masing-masing negara ditarik sama jauh dari 
garis dasar masing-masing. 
Kewajiban negara ini adalah tidak mengganggu lalu lintas 
pelayaran damai di dalam batas landas kontinen.
 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 
 suatu daerah laut luar yang berdampingan dengan laut 
teritorial. 
 Panjang zona ini tidak lebih 200 mil laut dari garis pangkal. 
 Di ZEE Indonesia memiliki hak berdaulat atas eksplorasi dan 
eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam, 
baik hayati maupun non-hayati, dari perairan di atas dasar 
laut dan dari dasar laut dan tanah di bawahnya dan 
berkenaan dengan kegiatan lain untuk keperluan eksplorasi 
ekonomi zona tersebut, seperti energi dari air, arus dan angin.
• Zona Tambahan 
• Dalam Pasal 33 UNCLOS 1982 disebutkan bahwa 
negara pantai dapat melaksanakan pengawasan 
pada wilayah laut di luar laut teritorialnya sejauh 
maksimum 24 mil laut dari garis pangkal. 
Pengawasan yang dimaksud adalah untuk 
mencegah pelanggaran peraturan perundang-undangan 
bea cukai, fiskal,imigrasi atau saniter di 
dalam laut teritorialnya . 
• Menghukum pelanggaran peraturan perundang-undangan 
tersebut di atas yang dilakukan di dalam 
wilayah atau laut teritorialnya.
• Negara pantai menjalankan hak berdaulat di landas kontinen 
untuk tujuan mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumberdaya 
alamnya. 
• Sumberdaya alam yang dapat dieksplorasi dan dieksploitasi 
terdiri dari sumberdaya mineral, sumberdaya non hayati, 
sumberdaya hayati jenis sedenter yaitu organisme yang pada 
tingkat sudah dapat dipanen tetap berada pada atau di bawah 
dasar laut.
Sejarah Peraturan Perundangan 
Indonesia 
1. Masa ordonansi Belanda 
2. Masa Pasca Kemerdekaan 
3. Masa Undang-Undang Perikanan
Masa Ordonansi Belanda 
1. Ordonansi Perikanan mutiara dan bunga karang (1916) 
- mengatur pengusahaan siput mutiara, kulit mutiara, 
teripang dan bunga karang di perairan pantai dalam 
jarak tidak lebih dari 3 mil laut. 
2. ordonansi perikanan untuk melindungi ikan (1920) 
- mengatur larangan penangkapan ikan dengan 
menggunakan racun bius atau bahan peledak, kecuali 
untuk keperluan ilmu pengetahuan.
3. Ordonansi penangkapan ikan pantai (1927) 
- Mengatur usaha perikanan di wilayah perairan Indonesia, 
yaitu : 
- yang berhak melakukan usaha perikanan adalah warga 
negara Indonesia dengan menggunakan kendaraan air 
berbendera Indonesia 
- Bagi yang bukan warga negara Indonesia harus dengan izin 
Menteri Pertanian 
- Bagi warga negara Indonesia yang menggunakan tenaga 
asing harus dengan izin Menteri Pertanian 
4. Ordonansi perburuan ikan paus (1927) 
- Mengatur perburuan dan perlindungan ikan paus (semua 
jenis paus dilindungi dengan SK Menteri Pertanian 
no.716/1980, kecuali usaha penangkapan paus oleh nelayan 
tradisional setempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya 
sehari-hari.
5. Peraturan pendaftaran kapal-kapal nelayan laut Asing 
(1938) 
- Kapal nelayan laut asing yang berhak melakukan 
penangkapan ikan dalam daerah laut Indonesia atau daerah 
lingkungan maritim harus didaftarkan atas nama pemilik. 
- Kapal yang terdaftar diberi tanda selar dan kapal akan diberi 
tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa kapal itu berhak 
melakukan penangkapan ikan di daerah laut Indonesia dan 
daerah-daerah lingkungan maritim. 
6. Ordonansi laut teritorial dan lingkungan maritim (1939) 
- Laut teritorial Indonesia adalah daerah laut yang 
membentang ke arah laut sampai sejauh 3 mil laut dari garis 
air surut, pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang 
termasuk wilayah Indonesia.
Catatan: dengan adanya UU no.9 thn 1985 tentang 
perikanan, maka semua peraturan atau ordonansi di 
atas dinyatakan tidak berlaku lagi, kecuali ketentuan-ketentuan 
yang menyangkut acara pelaksanaan 
penegakan hukum di laut.
Masa Pasca Kemerdekaan 
 Peraturan perundangan yang dikeluarkan kurun waktu 
pasca kemerdekaan sampai dengan keluarnya UU no.9 thn. 
1985 tentang perikanan berupa: Keppres, SK Mentan, 
Instruksi Mentan, maupun SK Dirjen Perikanan. Beberapa 
peraturan tersebut diantaranya:
A. SK Mentan no.327/1972 
- Menetapkan bahwa untuk menjaga kelestariannya 
maka Duyung (Dugong-dugong) dinyatakan sebagai 
satwa yang dilindungi. 
B. SK Mentan no.214/1973 
- Tentang larangan ekspor/perdagangan ke luar negeri, 
diantarnya: 
1. Benih sidat dengan diameter kurang dari 5 mm 
2. Nener bandeng dalam segala ukuran 
3. Ikan hias air tawar jenis Botia dengan ukuran di atas 15 
cm (calon induk) 
4. Udang galah dengan ukuran di bawah 8 cm
C. SK Mentan no.40/1974 
Mewajibkan kepada setiap usaha penangkapan udang untuk 
memanfaatkan hasil sampingan yang diperolehnya. 
D. SK Mentan no.01/1975 
Dalam mengelola dan melestarikan sumber perikanan, 
Mentan dapat menetapkan peraturan tentang: penutupan 
daerah/musim tertentu dan pengendalian kegiatan 
penangkapan 
E. SK Mentan no.123/1975 
Melarang semua kegiatan penangkapan kembung, layar, 
selar, lemuru, dan ikan-ikan pelagis sejenisnya dengan 
menggunakan purse seine berukuran mata jaring: 
-kurang dari 2 inchi pada bagian sayap, dan 
-kurang dari 1 inchi pada bagian kantong
F. SK Mentan no.35/1975 
Menetapkan bahwa lumba-lumba air tawar (pesut) dan 
lumba-lumba air laut sebagai satwa liar yang dilindungi. 
G. Instruksi Mentan no. 13/1975 
Dalam rangka perlindungan hutan bakau menginstruksikan: 
- Pembinaan hutan bakau dilakukan oleh Dinas Kehutanan 
setempat 
- Pembinaan perikanan yang berhubungan dengan hutan 
bakau dilakukan oleh Dinas Perikanan setempat dengan 
konsultasi Dinas Kehutanan setempat.
H. SK Mentan no.607/1976 
Tentang jalur-jalur penangkapan ikan , menetapkan jalur-jalur 
penangkapan ikan sbb: 
1. Jalur penangkapan ikan I : 3 mil dari pantai 
Tertutup bagi: 
 Perahu/kapal perikanan dengan mesin dalam (in board) 
lebih dari 5 GT 
 Semua jenis jaring trawl 
 Jaring pukat dan sejenisnya – purse seine 
 Jaring pukat lingkar/hanyut 
 Payang, dogol dan lain-lain yang panjangnya lebih dari 120 
meter
2. Jalur penangkapan ikan II: 4 mil dari jalur I 
Tertutup bagi: 
 Perahu/kapal perikanan mesin dalam (in board) 
lebih dari 25 GT 
 Jaring trawl dasar dengan tali ris lebih dari 12 
meter 
 Jaring trawl melayang 
 Jaring pukat cincin dan sejenisnya lebih dari 300 
meter
3. Jalur penangkapan ikan III: 5 mil dari jalur II 
Tertutup bagi: 
 Perahu /kapal perikanan dengan mesin dalam (in board) 
lebih dari 100 GT 
 Jaring trawl dasar atau melayang dengan tali ris lebih dari 
20 meter 
 Pair trawl (sepasang jaring trawl) 
 Jaring pukat cincin/kolor dan sejenisnya lebih dari 600 
meter. 
4. Jalur penangkapan ikan IV: di luar jalur III 
Terbuka bagi: 
 Semua jenis kapal dan alat 
 Pair trawl khusus di Samudera Hindia 
5. Jalur khusus bagi nelayan tradisional
I. Keppres no.39/1980 
Tentang penghapusan trawl 
J. Keppres no.85/1982 
Tentang penggunaan pukat udang 
K. Keppres no.23/1982 
Tentang pengembangan budi daya laut di perairan 
Indonesia 
L. Peraturan Pemerintah no.15 thn. 1984 tentang 
pengelolaan SDA hayati di ZEEI
Masa Undang-Undang Perikanan 
 UU no.5 thn 1983 tentang ZEE di Indonesia 
 UU no.9 thn 1985 tentang perikanan 
mengandung konsekuensi bahwa semua 
ordonansi Belanda yang bertentangan dengan UU 
perikanan tsb dinyatakan tidak berlaku lagi 
 UU no.31 thn 2004 tentang Perikanan 
mengandung konsekuensi bahwa UU no.9 thn 
1985 tentang perikanan dinyatakan dicabut dan 
tidak berlaku lagi
Hukum Laut untuk perlindungan Sumber 
Ekonomi Maritim 
 UNCLOS I (1958) membagi laut dalam 2 kategori utama yaitu 
laut teritorial dan laut lepas 
 Pada laut teritorial, negara-negara pantai mempunyai 
kedaulatan penuh untuk mengatur , termasuk dasar laut dan 
udara di atas wilayah tsb, yg disertai dengan kewajiban untuk 
menjamin hak lintas damai bagi kapal-kapal asing. Kedaulatan 
ini berarti juga hak untuk menguasai sepenuhnya seluruh 
sumber daya alam hayati dan nonhayati yg ada di wilayah laut 
teritorial tsb. 
 Penguasaan kedaulatan ini merupakan suatu penambahan 
sumber ekonomi 
 Dengan konsepWawasan Nusantara yg telah diakui secara 
internasional dalam UNCLOS III thn. 1982, maka wilayah 
Indonesia merupakan satu kesatuan yg tidak terpisahkan 
antara darat, laut dan udara.
5 sumber-sumber ekonomi yg harus 
mendapat perlindungan 
1. Perlindungan thd sumber mineral laut 
2. Perlindungan thd industri perikanan 
3. Perlindungan thd transportasi laut 
4. Perlindungan thd wisata bahari 
5. Perlindungan thd pelabuhan
Potensi konflik di laut antara Indonesia 
dan negara lain 
1. Dengan Australia, Vietnam dan Philipina, mencakup 
masalah penetapan landas kontinen dan 
penentuan batas ZEE 
2. Dengan Malaysia, mencakup penentuan batas 
teritorial, ZEE dan penentuan batas landas 
kontinen 
3. Dengan Papua Nugini, India, Thailand dan Palau, 
mencakup penentuan batas ZEE 
4. Dengan Singapura, mencakup penetapan batas 
teritorial
3 alasan utama mengapa Indonesia perlu 
mengubah paradigma kehidupan negara menuju 
negara maritim: 
1. Kewilayahan: Indonesia mrp negara kepulauan terbesar di dunia, 
krn dua pertiga wilayahnya mrp laut. Indonesia memiliki 17.508 
pulau dengan panjang garis pantai 81.290 (minus Timor-Timur) 
terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Luas wilayah perairan 
5,8 juta km2, yg terdiri dari 3,1 juta km2 perairan Nusantara dan 
2,7 juta km2 perairan ZEE. 
2. Sumber daya alam: laut menyimpan potensi sumber daya alam 
baik hayati maupun nonhayati serta energi gelombang laut, 
sedangkan di darat sudah berkurang 
3. Sejarah: Indonesia pernah mengalami kejayaan laut pada masa 
Majapahit, Sriwijaya, Ternate dan Tidore. Itu tercermin dari 
kekuatan laut dalam bentuk angkutan laut dan pelayaran niaga 
yg kuat.

Contenu connexe

Tendances

Masyarakat Pesisir dan Pemberdayaannya
Masyarakat Pesisir dan PemberdayaannyaMasyarakat Pesisir dan Pemberdayaannya
Masyarakat Pesisir dan Pemberdayaannya
Ainun Dita Febriyanti
 
Kelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikananKelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikanan
bachrisb
 
Ppt IPL permasalahan lingkungan pesisir Riau
Ppt IPL permasalahan lingkungan pesisir RiauPpt IPL permasalahan lingkungan pesisir Riau
Ppt IPL permasalahan lingkungan pesisir Riau
Aziza Syilpa
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karang
Deena dep
 
Teknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikanTeknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikan
shihatin
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Pepen Mahale
 

Tendances (20)

Ekosistem pesisir
Ekosistem pesisirEkosistem pesisir
Ekosistem pesisir
 
Masyarakat Pesisir dan Pemberdayaannya
Masyarakat Pesisir dan PemberdayaannyaMasyarakat Pesisir dan Pemberdayaannya
Masyarakat Pesisir dan Pemberdayaannya
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu Karang
 
1. presentasi bd perikanan laut dan pantai sebagai alternatif pemenuhan
1. presentasi bd perikanan laut dan pantai sebagai alternatif pemenuhan1. presentasi bd perikanan laut dan pantai sebagai alternatif pemenuhan
1. presentasi bd perikanan laut dan pantai sebagai alternatif pemenuhan
 
Peraturan terkait biota laut yang dilindungi
Peraturan terkait biota laut yang dilindungiPeraturan terkait biota laut yang dilindungi
Peraturan terkait biota laut yang dilindungi
 
Kelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikananKelayakan kapal perikanan
Kelayakan kapal perikanan
 
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
 
Sosialisasi pemberdayaan nelayan 21
Sosialisasi pemberdayaan nelayan 21Sosialisasi pemberdayaan nelayan 21
Sosialisasi pemberdayaan nelayan 21
 
Ppt IPL permasalahan lingkungan pesisir Riau
Ppt IPL permasalahan lingkungan pesisir RiauPpt IPL permasalahan lingkungan pesisir Riau
Ppt IPL permasalahan lingkungan pesisir Riau
 
Alat Tangkap Purse Seine.pptx
Alat Tangkap Purse Seine.pptxAlat Tangkap Purse Seine.pptx
Alat Tangkap Purse Seine.pptx
 
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karang
 
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkunganPim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
 
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesiaPpt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
 
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obatAlat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
 
Teknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikanTeknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikan
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
 
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecilPenyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
 
Sistem perikanan
Sistem perikananSistem perikanan
Sistem perikanan
 

En vedette

PROPOSAL TONGKANG PENGOLAH AIR TAWAR (Multi Purpose)
PROPOSAL TONGKANG PENGOLAH AIR TAWAR (Multi Purpose)PROPOSAL TONGKANG PENGOLAH AIR TAWAR (Multi Purpose)
PROPOSAL TONGKANG PENGOLAH AIR TAWAR (Multi Purpose)
Ina Riesiana.V
 
Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat
Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja AmpatAnalisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat
Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat
agrifinaamanda
 
Geografi Zona Pesisir dan Pantai
Geografi Zona Pesisir dan PantaiGeografi Zona Pesisir dan Pantai
Geografi Zona Pesisir dan Pantai
cen27
 
Ekologi pesisir pantai
Ekologi pesisir pantaiEkologi pesisir pantai
Ekologi pesisir pantai
debsyahreza
 

En vedette (20)

Hidrosfer (aprilia d. a)
Hidrosfer (aprilia d. a)Hidrosfer (aprilia d. a)
Hidrosfer (aprilia d. a)
 
Materi dasmen - KOMUNIKASI
Materi dasmen - KOMUNIKASI Materi dasmen - KOMUNIKASI
Materi dasmen - KOMUNIKASI
 
Sistem pngolahan perikanan
Sistem pngolahan perikananSistem pngolahan perikanan
Sistem pngolahan perikanan
 
PANTAI SENGGIGI
PANTAI SENGGIGIPANTAI SENGGIGI
PANTAI SENGGIGI
 
Gm Section1
Gm Section1Gm Section1
Gm Section1
 
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananKarakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
 
TUGAS MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN BOUKEAMI
TUGAS MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN BOUKEAMITUGAS MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN BOUKEAMI
TUGAS MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN BOUKEAMI
 
Review pesisir dan laut
Review pesisir dan lautReview pesisir dan laut
Review pesisir dan laut
 
PROPOSAL TONGKANG PENGOLAH AIR TAWAR (Multi Purpose)
PROPOSAL TONGKANG PENGOLAH AIR TAWAR (Multi Purpose)PROPOSAL TONGKANG PENGOLAH AIR TAWAR (Multi Purpose)
PROPOSAL TONGKANG PENGOLAH AIR TAWAR (Multi Purpose)
 
MAKALAH MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN “ALAT BANTU PADA ALAT TA...
MAKALAH MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN “ALAT BANTU PADA ALAT TA...MAKALAH MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN “ALAT BANTU PADA ALAT TA...
MAKALAH MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN “ALAT BANTU PADA ALAT TA...
 
Gillnet(jaring insang)
Gillnet(jaring insang)Gillnet(jaring insang)
Gillnet(jaring insang)
 
Oseanografi sifat fisik air laut
Oseanografi sifat fisik air lautOseanografi sifat fisik air laut
Oseanografi sifat fisik air laut
 
Pim1221 7 menangkap ikan dengan trawl
Pim1221 7 menangkap ikan dengan trawlPim1221 7 menangkap ikan dengan trawl
Pim1221 7 menangkap ikan dengan trawl
 
Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat
Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja AmpatAnalisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat
Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat
 
Presentasi kaw.pantai
Presentasi kaw.pantaiPresentasi kaw.pantai
Presentasi kaw.pantai
 
Geografi Zona Pesisir dan Pantai
Geografi Zona Pesisir dan PantaiGeografi Zona Pesisir dan Pantai
Geografi Zona Pesisir dan Pantai
 
Ekologi pesisir pantai
Ekologi pesisir pantaiEkologi pesisir pantai
Ekologi pesisir pantai
 
Sistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidayaSistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidaya
 
Klasifikasi alat-tangkap
Klasifikasi alat-tangkapKlasifikasi alat-tangkap
Klasifikasi alat-tangkap
 
20160629 Habitat Introduction: Austin DevOps/Mesos User Group
20160629 Habitat Introduction: Austin DevOps/Mesos User Group 20160629 Habitat Introduction: Austin DevOps/Mesos User Group
20160629 Habitat Introduction: Austin DevOps/Mesos User Group
 

Similaire à Kebijakan perikanan indonesia

Pkn laut indonesia
 Pkn laut indonesia Pkn laut indonesia
Pkn laut indonesia
R0Ssy
 
Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia
ahmad akhyar
 

Similaire à Kebijakan perikanan indonesia (20)

Pkn laut indonesia
 Pkn laut indonesia Pkn laut indonesia
Pkn laut indonesia
 
HUKUM LAUT.pptx
HUKUM LAUT.pptxHUKUM LAUT.pptx
HUKUM LAUT.pptx
 
Landasan Kontinen Indonesia
Landasan Kontinen IndonesiaLandasan Kontinen Indonesia
Landasan Kontinen Indonesia
 
Perubahan teritorial
Perubahan teritorialPerubahan teritorial
Perubahan teritorial
 
Hukum laut internasional
Hukum laut internasionalHukum laut internasional
Hukum laut internasional
 
wilayah nkri
wilayah nkriwilayah nkri
wilayah nkri
 
Ilegal fishing edit
Ilegal fishing editIlegal fishing edit
Ilegal fishing edit
 
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
 
BAB 2 PKn Kelas XI Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa dan ...
BAB 2 PKn Kelas XI Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa dan ...BAB 2 PKn Kelas XI Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa dan ...
BAB 2 PKn Kelas XI Menelaah Ketentuan Konstitusional Kehidupan Berbangsa dan ...
 
Bab 2 tentang wilayah nkri p.1
Bab 2 tentang wilayah nkri p.1Bab 2 tentang wilayah nkri p.1
Bab 2 tentang wilayah nkri p.1
 
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbarTugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
 
Hukum laut ukm raha
Hukum laut ukm rahaHukum laut ukm raha
Hukum laut ukm raha
 
Hukum laut ukm raha
Hukum laut ukm rahaHukum laut ukm raha
Hukum laut ukm raha
 
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbarTugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
 
Hukum laut ukm raha
Hukum laut ukm rahaHukum laut ukm raha
Hukum laut ukm raha
 
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbarTugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
 
Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia
 
PKN
PKNPKN
PKN
 
Pkn menjelajah nkri
Pkn menjelajah nkriPkn menjelajah nkri
Pkn menjelajah nkri
 
RESUME HUKUM LAUT( putri eka gustina).pptx
RESUME HUKUM LAUT( putri eka gustina).pptxRESUME HUKUM LAUT( putri eka gustina).pptx
RESUME HUKUM LAUT( putri eka gustina).pptx
 

Dernier

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 

Dernier (20)

PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 

Kebijakan perikanan indonesia

  • 1. Kebijakan Perikanan Indonesia DEVI ULINUHA, S.Pi., MP
  • 2.  Indonesia merupakan negara maritim  Di laut Indonesia berbatasan dengan 10 (sepuluh) Negara, yakni India, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Papua Nugini, dan Timor Leste.  Penentuan Batas laut diperlukan pada masing-masing negara untuk dapat : 1. mengeksplorasi Sumberdaya yang ada di Laut. 2. memiliki kedaulatan dalam menjaga wilayah.
  • 3.  Hukum laut dikembangkan dari perjuangan antara negara-negara pesisir, yang berusaha untuk memperluas kontrol mereka atas wilayah laut berbatasan dengan garis pantai mereka.  Pada akhir abad ke-18, dipahami bahwa negara memiliki kedaulatan atas laut teritorial mereka.  Oleh karena itu terbentuklah UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) untuk mengatur perundang-undangan laut internasional
  • 4. Pembagian Batas laut Indonesia  BATAS LAUT TERITORIAL merupakan batas kedaulatan penuh negara Indonesia artinya negara lain tidak diperbolehkan memasuki wilayah ini tanpa izin negara kita. Batas Laut Teritorial ini diukur sejauh 12 mil laut dari garis pantai yang terjauh menjorok ke laut (1 mil laut = 1,852 km). Penentuan titik pantai yang dijadikan dasar untuk melakukan pengukuran adalah dengan mencari garis pantai yang paling jauh menjorok ke laut. Setelah ketemu kemudian pada garis itu dicari rata-rata pada saat air pasang dengan saat air surut. Garis ini disebut garis dasar. Dari garis dasar inilah kemudian diukur sejauh 12 mil ke laut untuk menentukan Batas Laut Teritorial.
  • 5.  BATAS LANDAS KONTINEN Dasar laut yang jika dilihat dari segi geologi maupun geomorfologinya merupakan kelanjutan dari kontinen atau benua. Kedalaman landas kontinen tidak lebih dari 150 meter. Batas landas kontinen diukur mulai dari garis dasar pantai ke arah luar dengan jarak paling jauh adalah 200 mil. Kalau ada dua negara yang berdampingan mengusai laut dalam satu landas kontien dan jaraknya kurang dari 400 mil, batas kontinen masing-masing negara ditarik sama jauh dari garis dasar masing-masing. Kewajiban negara ini adalah tidak mengganggu lalu lintas pelayaran damai di dalam batas landas kontinen.
  • 6.  Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)  suatu daerah laut luar yang berdampingan dengan laut teritorial.  Panjang zona ini tidak lebih 200 mil laut dari garis pangkal.  Di ZEE Indonesia memiliki hak berdaulat atas eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam, baik hayati maupun non-hayati, dari perairan di atas dasar laut dan dari dasar laut dan tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan lain untuk keperluan eksplorasi ekonomi zona tersebut, seperti energi dari air, arus dan angin.
  • 7. • Zona Tambahan • Dalam Pasal 33 UNCLOS 1982 disebutkan bahwa negara pantai dapat melaksanakan pengawasan pada wilayah laut di luar laut teritorialnya sejauh maksimum 24 mil laut dari garis pangkal. Pengawasan yang dimaksud adalah untuk mencegah pelanggaran peraturan perundang-undangan bea cukai, fiskal,imigrasi atau saniter di dalam laut teritorialnya . • Menghukum pelanggaran peraturan perundang-undangan tersebut di atas yang dilakukan di dalam wilayah atau laut teritorialnya.
  • 8. • Negara pantai menjalankan hak berdaulat di landas kontinen untuk tujuan mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumberdaya alamnya. • Sumberdaya alam yang dapat dieksplorasi dan dieksploitasi terdiri dari sumberdaya mineral, sumberdaya non hayati, sumberdaya hayati jenis sedenter yaitu organisme yang pada tingkat sudah dapat dipanen tetap berada pada atau di bawah dasar laut.
  • 9.
  • 10. Sejarah Peraturan Perundangan Indonesia 1. Masa ordonansi Belanda 2. Masa Pasca Kemerdekaan 3. Masa Undang-Undang Perikanan
  • 11. Masa Ordonansi Belanda 1. Ordonansi Perikanan mutiara dan bunga karang (1916) - mengatur pengusahaan siput mutiara, kulit mutiara, teripang dan bunga karang di perairan pantai dalam jarak tidak lebih dari 3 mil laut. 2. ordonansi perikanan untuk melindungi ikan (1920) - mengatur larangan penangkapan ikan dengan menggunakan racun bius atau bahan peledak, kecuali untuk keperluan ilmu pengetahuan.
  • 12. 3. Ordonansi penangkapan ikan pantai (1927) - Mengatur usaha perikanan di wilayah perairan Indonesia, yaitu : - yang berhak melakukan usaha perikanan adalah warga negara Indonesia dengan menggunakan kendaraan air berbendera Indonesia - Bagi yang bukan warga negara Indonesia harus dengan izin Menteri Pertanian - Bagi warga negara Indonesia yang menggunakan tenaga asing harus dengan izin Menteri Pertanian 4. Ordonansi perburuan ikan paus (1927) - Mengatur perburuan dan perlindungan ikan paus (semua jenis paus dilindungi dengan SK Menteri Pertanian no.716/1980, kecuali usaha penangkapan paus oleh nelayan tradisional setempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
  • 13. 5. Peraturan pendaftaran kapal-kapal nelayan laut Asing (1938) - Kapal nelayan laut asing yang berhak melakukan penangkapan ikan dalam daerah laut Indonesia atau daerah lingkungan maritim harus didaftarkan atas nama pemilik. - Kapal yang terdaftar diberi tanda selar dan kapal akan diberi tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa kapal itu berhak melakukan penangkapan ikan di daerah laut Indonesia dan daerah-daerah lingkungan maritim. 6. Ordonansi laut teritorial dan lingkungan maritim (1939) - Laut teritorial Indonesia adalah daerah laut yang membentang ke arah laut sampai sejauh 3 mil laut dari garis air surut, pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk wilayah Indonesia.
  • 14. Catatan: dengan adanya UU no.9 thn 1985 tentang perikanan, maka semua peraturan atau ordonansi di atas dinyatakan tidak berlaku lagi, kecuali ketentuan-ketentuan yang menyangkut acara pelaksanaan penegakan hukum di laut.
  • 15. Masa Pasca Kemerdekaan  Peraturan perundangan yang dikeluarkan kurun waktu pasca kemerdekaan sampai dengan keluarnya UU no.9 thn. 1985 tentang perikanan berupa: Keppres, SK Mentan, Instruksi Mentan, maupun SK Dirjen Perikanan. Beberapa peraturan tersebut diantaranya:
  • 16. A. SK Mentan no.327/1972 - Menetapkan bahwa untuk menjaga kelestariannya maka Duyung (Dugong-dugong) dinyatakan sebagai satwa yang dilindungi. B. SK Mentan no.214/1973 - Tentang larangan ekspor/perdagangan ke luar negeri, diantarnya: 1. Benih sidat dengan diameter kurang dari 5 mm 2. Nener bandeng dalam segala ukuran 3. Ikan hias air tawar jenis Botia dengan ukuran di atas 15 cm (calon induk) 4. Udang galah dengan ukuran di bawah 8 cm
  • 17. C. SK Mentan no.40/1974 Mewajibkan kepada setiap usaha penangkapan udang untuk memanfaatkan hasil sampingan yang diperolehnya. D. SK Mentan no.01/1975 Dalam mengelola dan melestarikan sumber perikanan, Mentan dapat menetapkan peraturan tentang: penutupan daerah/musim tertentu dan pengendalian kegiatan penangkapan E. SK Mentan no.123/1975 Melarang semua kegiatan penangkapan kembung, layar, selar, lemuru, dan ikan-ikan pelagis sejenisnya dengan menggunakan purse seine berukuran mata jaring: -kurang dari 2 inchi pada bagian sayap, dan -kurang dari 1 inchi pada bagian kantong
  • 18. F. SK Mentan no.35/1975 Menetapkan bahwa lumba-lumba air tawar (pesut) dan lumba-lumba air laut sebagai satwa liar yang dilindungi. G. Instruksi Mentan no. 13/1975 Dalam rangka perlindungan hutan bakau menginstruksikan: - Pembinaan hutan bakau dilakukan oleh Dinas Kehutanan setempat - Pembinaan perikanan yang berhubungan dengan hutan bakau dilakukan oleh Dinas Perikanan setempat dengan konsultasi Dinas Kehutanan setempat.
  • 19. H. SK Mentan no.607/1976 Tentang jalur-jalur penangkapan ikan , menetapkan jalur-jalur penangkapan ikan sbb: 1. Jalur penangkapan ikan I : 3 mil dari pantai Tertutup bagi:  Perahu/kapal perikanan dengan mesin dalam (in board) lebih dari 5 GT  Semua jenis jaring trawl  Jaring pukat dan sejenisnya – purse seine  Jaring pukat lingkar/hanyut  Payang, dogol dan lain-lain yang panjangnya lebih dari 120 meter
  • 20. 2. Jalur penangkapan ikan II: 4 mil dari jalur I Tertutup bagi:  Perahu/kapal perikanan mesin dalam (in board) lebih dari 25 GT  Jaring trawl dasar dengan tali ris lebih dari 12 meter  Jaring trawl melayang  Jaring pukat cincin dan sejenisnya lebih dari 300 meter
  • 21. 3. Jalur penangkapan ikan III: 5 mil dari jalur II Tertutup bagi:  Perahu /kapal perikanan dengan mesin dalam (in board) lebih dari 100 GT  Jaring trawl dasar atau melayang dengan tali ris lebih dari 20 meter  Pair trawl (sepasang jaring trawl)  Jaring pukat cincin/kolor dan sejenisnya lebih dari 600 meter. 4. Jalur penangkapan ikan IV: di luar jalur III Terbuka bagi:  Semua jenis kapal dan alat  Pair trawl khusus di Samudera Hindia 5. Jalur khusus bagi nelayan tradisional
  • 22. I. Keppres no.39/1980 Tentang penghapusan trawl J. Keppres no.85/1982 Tentang penggunaan pukat udang K. Keppres no.23/1982 Tentang pengembangan budi daya laut di perairan Indonesia L. Peraturan Pemerintah no.15 thn. 1984 tentang pengelolaan SDA hayati di ZEEI
  • 23. Masa Undang-Undang Perikanan  UU no.5 thn 1983 tentang ZEE di Indonesia  UU no.9 thn 1985 tentang perikanan mengandung konsekuensi bahwa semua ordonansi Belanda yang bertentangan dengan UU perikanan tsb dinyatakan tidak berlaku lagi  UU no.31 thn 2004 tentang Perikanan mengandung konsekuensi bahwa UU no.9 thn 1985 tentang perikanan dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi
  • 24. Hukum Laut untuk perlindungan Sumber Ekonomi Maritim  UNCLOS I (1958) membagi laut dalam 2 kategori utama yaitu laut teritorial dan laut lepas  Pada laut teritorial, negara-negara pantai mempunyai kedaulatan penuh untuk mengatur , termasuk dasar laut dan udara di atas wilayah tsb, yg disertai dengan kewajiban untuk menjamin hak lintas damai bagi kapal-kapal asing. Kedaulatan ini berarti juga hak untuk menguasai sepenuhnya seluruh sumber daya alam hayati dan nonhayati yg ada di wilayah laut teritorial tsb.  Penguasaan kedaulatan ini merupakan suatu penambahan sumber ekonomi  Dengan konsepWawasan Nusantara yg telah diakui secara internasional dalam UNCLOS III thn. 1982, maka wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan yg tidak terpisahkan antara darat, laut dan udara.
  • 25. 5 sumber-sumber ekonomi yg harus mendapat perlindungan 1. Perlindungan thd sumber mineral laut 2. Perlindungan thd industri perikanan 3. Perlindungan thd transportasi laut 4. Perlindungan thd wisata bahari 5. Perlindungan thd pelabuhan
  • 26. Potensi konflik di laut antara Indonesia dan negara lain 1. Dengan Australia, Vietnam dan Philipina, mencakup masalah penetapan landas kontinen dan penentuan batas ZEE 2. Dengan Malaysia, mencakup penentuan batas teritorial, ZEE dan penentuan batas landas kontinen 3. Dengan Papua Nugini, India, Thailand dan Palau, mencakup penentuan batas ZEE 4. Dengan Singapura, mencakup penetapan batas teritorial
  • 27. 3 alasan utama mengapa Indonesia perlu mengubah paradigma kehidupan negara menuju negara maritim: 1. Kewilayahan: Indonesia mrp negara kepulauan terbesar di dunia, krn dua pertiga wilayahnya mrp laut. Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.290 (minus Timor-Timur) terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Luas wilayah perairan 5,8 juta km2, yg terdiri dari 3,1 juta km2 perairan Nusantara dan 2,7 juta km2 perairan ZEE. 2. Sumber daya alam: laut menyimpan potensi sumber daya alam baik hayati maupun nonhayati serta energi gelombang laut, sedangkan di darat sudah berkurang 3. Sejarah: Indonesia pernah mengalami kejayaan laut pada masa Majapahit, Sriwijaya, Ternate dan Tidore. Itu tercermin dari kekuatan laut dalam bentuk angkutan laut dan pelayaran niaga yg kuat.