1. Prinsip Umum Etika Bisnis, Etos Bisnis,
Relevansi Moral dalam
Bisnis, dan Pendekatan Stakeholder
Shelly Novianty 20180500024
Edmundio Darryl 20180500021
2. PRINSIP UMUM ETIKA BISNIS
1. Prinsip Kejujuran Etika Bisnis
2. Prinsip Otonomi Etika Bisnis
3. Prinsip Saling Memberi Keuntungan Etika Bisnis
4. Prinsip Keadilan Etika Bisnis
5. Prinsip Integritas Moral Etika Bisnis
3. ETOS BISNIS
Etos berasal dari bahasa Yunani yang memberikan arti sikap,
kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini
tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan
masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah
semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau
sesuatu kelompok.
Etos bisnis adalah suatu kebiasaan atau budaya moral yang
menyangkut kegiatan bisnis yang dianut dalam suatu perusahaan dari
generasi ke generasi lainnya. Intinya adalah pembudayaan atau
pembiasaan penghayatan terhadap nilai-nilai, norma atau prinsip moral
tertentu yang dianggap sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan yang
sekaligus juga membedakannya dari perusahaan lainnya.
4. Hal-hal yang mempengaruhi tinggi
rendahnya etos kerja
1. Kepemimpinan
2. Konflik dalam organisasi
3. Motivasi
5. RELEVANSI MORAL DALAM BISNIS
Setiap orang lahir dan dibesarkan dalam suatu lingkungan keluarga dan
masyarakat dengan tradisi nilai dan ajaran-ajaran moral tertentu. Lebih-lebih di
lingkungan masyarakat yang menganut paham kolektivisme, tradisi nilai dan
ajaran-ajaran moral tersebut sering diterima begitu saja sebagai warisan nenek
moyang yang tidak perlu, dan bahkan tidak boleh dipertanyakan. Pandangan dan
keyakinan moral seorang yang dewasa semestinya merupakan buah refleksi kritis
dan pengolahan pribadinya atas moralitas konvensional yang diwarisi dari
keluarga dan masyarakatnya. Inilah relevansi etika dalam bisnis:
1. Etika dapat membantu orang untuk menghayati hidupnya sebagai manusia
dengan lebih sadar dan bertanggungjawab. Etika dapat membantu menumbuh
kembangkan otonomi moral seseorang.
2. Dapat membantu memperoleh orientasi dalam hidup dan melatih
melakukan pertanggungjawaban rasional terhadap penilaian dan pilihan
tindakan yang akan diambil.
3. Menyediakan alat intelektual untuk menanggapi masalah-masalah moral
baru yang muncul sebagai dampak modernisasi dan perkembangan pesat ilmu
pengetahuan dan teknologi.
6. STAKEHOLDER
Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau
masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki
hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan.
Pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam perusahaan dapat terdiri dari :
1. Pengusaha (Pemegang Saham) yang sehari-hari diwakili manajemen.
2. Para pekerja dan serikat pekerja.
3. Para pengusaha Pemasok.
4. Masyarakat (konsumen).
5. Perusahaan Pengguna.
6. Masyarakat sekitar.
7. Pemerintah.
7. Peran Dan Fungsi Stakeholders
1. Pemilik (owner) atau Pemegang Saham
2. Karyawan (employee)
3. Kreditor (creditor)
4. Pemasok (supplier)
5. Pelanggan (customer)
6. Pesaing
7. Pemerintah
8. Pola Hubungan Stakeholders
1) . Hubungan tidak aktif (inactive); perusahaan meyakini bahwa mereka dapat
membuat keputusan secara sepihak tanpa mempertimbangakan dampaknya
terhadap pihak lain.
2) . Hubungan yang reaktif (reactive); perusahaan cenderung memepertahankan
diri (defensive), dan hanya bertindak ketika dipaksa melakukanya.
3) . Hubungan yang proaktif (proactive); perusahaan cenderung berusaha untuk
mengantisipasi kepentingan-kepentingan para stakeholders. Biasanya perusahaan
memiliki departemen khusus yang berfungsi untuk mengidentifikasi isu-isu yang
menjadi perhatian para pemangku kepentinagan utama. Namun, perhatian mereka
dan para stakeholders dipandang sebagai suatu permasalahan yang perlu dikelola,
bukan dipandang sebagai suatu sumber keunggulan kompetitif.
4) . Hubungan yang interaktif (interactive); perusahaan menggunakan
pendekatan bahwa perusahaan harus memiliki hubungan berkelanjutan yang saling
menghormati, terbuka, dan saling dipercaya dengan para pemangku
kepentinganya. Dengan demikian, perusahaan menganggap bahwa suatu hubungan
yang positif dengan para pemangku kepentingan adalah sumber nilai dan
keunggulan kompetitif bagi perusahaan.Hubungan perusahaan dengan para
pemangku kepentingan (stakeholders) diharapkan bersifat interaktif (interactive).