3. A. PENGERTIAN RAHN
Gadai di istilahkan dengan rahn
dan dapat juga di namai al
habsu (Pasaribu, 1996:139)
ISILAH BAHASA
ARAB
Rahn adalah tetap dan lama.
ETIMOLOGI Al-habsu berarti penahanan
terhadap suatu barang dengan
hak sehingga dapat di jadikan
sebagai pembayaran dari
barang tersebut
(Syafe’i,2000:159).
4. A. PENGERTIAN RAHN
Rahn adalah menjadikan barang yang
mempunyai nilai harta menurut
pandangan syara’ sebagai jaminan
hutang, sehingga orang yang
bersangkutan boleh mengambil sebagian
manfaat barangnya itu.
Rahn adalah sesuatu benda yang di
jadikan kepercayaan dari suatu hutang
untuk dipenuhi dari hargannya, apabila
yang berhutang tidak sanggup
membayarnya dari yang berpiutang.
MENURUT PARA AHLI
Sabiq
1987 :139
Imam Ibnu
Qudhamah
dalam kitab Al
Mugni
5. A. PENGERTIAN RAHN
Rahn adalah menjadikan benda yang
bersifat harta benda sebagai
kepercayaan dari suatu yang dapat di
bayarkan.dari harta benda itu jika utang
itu tidak dibayar.
Rahn adalah menahan harta salah satu
milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya
MENURUT PARA AHLI
Imam Abu
Zakaria al
Anshary dalam
kitabnya
Fathul Wahab
KESIMPULAN
6. B. LANDASAN SYARIAH
Jika kamu dalam perjalanan (dan
bermu'amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis,
Maka hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang).
(Q.S. Al Baqarah :283)
AL-QUR’AN
ASSUNAH
“Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah
membeli makanan dari seorang Yahudi
dan menjaminkan kepadanya baju besi”.
(H.R. Bukhari)
7. B. LANDASAN SYARIAH
Dari Abu Hurairah r.a. Nabi Muhammad SAW
bersabda: “tidak terlepas kepemilikan
barang gadai dari pemilik yang
menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat
dan menanggung resikonya”. (H.R.
Asy’Syafii, al Daruquthni dan Ibnu Majah).
ASSUNAH
IJTIHAD
Asy-Syafi’I mengatakan Allah tidak
menjadikan hokum kecuali dengan
barang berkriteria jelas dalam serah
terima. Madzhab Maliki berpendapat,
gadai wajib dengan akad (setelah akad)
orang yang menggadaikan (rahn)
dipaksakan untuk menyerahkan borg
(jaminan) untuk dipegang oleh yang
memegang gadaian (murtahin).
8. C. RUKUN RAHN
1. Ar-Rahin (yang menggadaikan)
Orang yang telah dewasa umurnya, berakal, bisa dipercaya, dan
memiliki barang yang digaadaikan.
2. Al-Murtahin (yang menerima gadai)
Orang, bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk
mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai)
3. Al-Marhun (barang yang digadaikan)
Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan dalam
mendapatkan utang.
4. Al-Marhun bih (utang)
Sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahin atas dasar
besarnya tafsiran marhun.
5. Sighat, ijab dan qabul
Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukan
transaksi gadai.
9. D. PEMANFAATAN BARANG
GADAIAN
1. Pemanfaatan rahin atas borg
(barang yang digadaikan)
2. Pemanfaatan murtahin atas borg
(barang yang digadaikan)
10. E. MANFAAT RAHN
1. Menjaga kemungkinan nasabah lalai atau bermain-main
dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh
bank.
2. Memberikan keamanan bagi segenap nasabah tabungan
dan nasabah deposito bahwa dana tidak akan hilang
jika nasabah debitur ingkar atau lalai karena ada asset
yang dipegang oleh bank
3. Jika rahn ditetapkan dalam mekanisme pegadaian,
maka sudah pasti akan membantu nasabah yang
kesulitan pendanaan.
11. F. RESIKO RAHN
Resiko tak terbayarnya
hutang nasabah
(wanprestasi)
Resiko penurunan nilai
asset yang ditahan atau
rusak
12. G. BERAKHIRNYA AKAD RAHN
Barang telah diserahterimakan kepada
pemiliknya
Rahin membayar utang
Dijual dengan perintah hakim atau
perintah rahin
Pembebasan utang dengan cara apapun
13. H. PERSAMAAN & PERBEDAAN
RAHN & GADAI
PERSAMAAN RAHN & GADAI
1. Hak gadai berlaku atas pinjaman uang
2. Adanya agunan sebagai jaminan utang
3. Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan
4. Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai
5. Apabila batas pinjaman uang telah habis, barang yang digadaikan boleh
dijual atau dilelang
14. H. PERSAMAAN & PERBEDAAN
RAHN & GADAI
PERBEDAAN RAHN & GADAI
1. Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara suka rela
atas dasar tolong menolong tanpa mencari keuntungan,
sedangkan gadai menurut hukum perdata disamping
berprinsip tolong menolong juga menarik keuntungan
dengan cara menarik bunga atas sewa modal yang telah
ditetapkan.
15. H. PERSAMAAN & PERBEDAAN
RAHN & GADAI
PERBEDAAN RAHN & GADAI
2. Dalam hukum perdata hak gadai hanya berlaku pada
benda yang bergerak, sedangkan dalam hukum Islam
rahn berlaku pada seluruh harta, baik harta yang
bergerak maupun yang tidak bergerak. Pada hukum
perdata positif penjaminan dengan harta tidak
bergerak seperti tanah, kapal laut dan pesawat udara
disebut dengan hak tanggungan seperti diatur dalam
UU no.4 tahun 1996.
16. H. PERSAMAAN & PERBEDAAN
RAHN & GADAI
PERBEDAAN RAHN & GADAI
3. Di Indonesia penguasaan atas barang yang dijadikan
jaminan dibedakan menjadi gadai dan fidusia. Gadai,
penguasaan atas barang yang dijadikan jaminan
diberikan kepada penerima gadai dan hak milik atas
barang yang dijadikan jaminan tetap ada pada pemberi
gadai. Sedangkan fidusia, penguasaan atas barang yang
dijadikan jaminan diberikan kepada pemberi gadai yang
juga sebagai pemilik barang yang digadaikan, seperti
diatur dalam UU No.42 tahun 1999 tentang fidusia
sebagai jaminan.
17. DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Ghofur Abdul. 2005. Gadai Syariah di Indonesia Konsep, Implementasi dan
Institusionalisasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Antonio, Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani
Press.
Dahlan, Abdul Aziz. 2001. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta : PT Ichtiar Baru van
Hoeve.
Firdaus, Muhamad. 2005. Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah. Jakarta :
Renaisan.
Hasan, M Ali. 2003. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
http://putralmbk.blogspot.com/2008/07/konsep-rahn-dalam-islam-implementasi.
html
Mas’adi, Ghufron A. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Rifa’I, H Moh. 1978. Fiqh Islam Lengkap. Semarang : CV TOHA PUTRA.