Dokumen tersebut membahas asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan sifilis. Sifilis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum dan dapat menyebabkan komplikasi pada ibu hamil dan janin seperti kematian janin, partus prematur, atau bayi lahir dengan sifilis kongenital. Prinsip penanganannya adalah diagnosis dini dan pengobatan ibu hamil dengan antibiotik seperti penisilin.
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “makalah
oksidasi biologi”
dalam islam Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang “
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Pringsewu, Mei 2013
Penyusun
3. iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sifilis Pada Ibu Hamil ............................................................................. 2
a. Definisi ................................................................................................ 2
b. Etiologi ............................................................................................... 2
c. Gejala ................................................................................................. 3
d. Patofisiologi ........................................................................................ 6
e. Dampak Pada Ibu dan Janin ........................................................... 6
f. Deteksi Dini ........................................................................................ 7
g. Penanganan Kegawatdaruratan ...................................................... 8
h. Penanganan Secara Umum .............................................................. 9
i. Tindak Lanjut ................................................................................... 9
BAB III Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Dengan Sifilis Kongenital .................................................................... 11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Treponema pallidum, yang menyerang manusia, bersifat kronis, sistemik dan dapat mengenai semua bagian tubuh, dapat bersifat laten selama bertahun-tahun, menular serta dapat diobati. Sifilis kongenital adalah sifilis yang ditularkan oleh ibu kepada janinnya secara intra uterin. Nama lainnya adalah lues connate, syphilis connata, venereal, penyakit raja singa. Pada abad ke-15, sifilis merupakan wabah di Eropa, tapi sesudah tahun 1860, morbiditas penyakit ini menurun dengan cepat. Selama perang dunia ke II, insiden sifilis meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1946, dan setelah ditemukan penisilin menurun dengan cepat. Di Eropa dan Amerika Serikat insiden sifilis kongenital pada umumnya menurun sekitar tahun 1970 sampai awal 1980, namun dalam beberapa tahun terakhir tampak adanya peningkatan insiden sifilis kongenital. Peningkatan ini diduga berkaitan dengan peningkatan insiden primer dan sekunder pada wanita usia subur yang berumur 15-29 tahun. Di samping itu, sifilis congenital merupakan penyebab 20-30% kematian bayi perinatal. Gambaran klinis sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis kongenital dini (timbul sebelum usia 2 tahun), serta sifilis kongenital lanjut (timbul setelah usia 2 tahun). Hampir semua kasus sifilis didapat melalui kontak seksual langsung dengan lesi dari individu yang terjangkit sifilis aktif primer ataupun sekunder. Sifilis dapat ditransmisikan secara kongenital dari ibu yang terinfeksi melalui plasenta ke janin. Transmisi lain yang mungkin namun jarang terjadi termasuk transfusi darah, kontak personal non seksual, inokulasi langsung yang tidak disengaja. Prinsip pengobatan sifilis kongenital adalah penggunaan penisilin sebagai obat pilihan, baik pada ibu hamil maupun pada bayi. Pengamatan pasca pengobatan pada bayi dilakukan secara bertahap, biasanya pada usia 2, 4, 6, 12 dan 15 bulan.
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sifilis Pada Ibu Hamil
a. Definisi
Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibunya yang menderita sifilis.3 Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu, karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi masih belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop elektron dapat ditemukan Treponema pallidum pada janin berusia 9-10 minggu.
Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada dua tahun pertama kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua tahun pertama kehidupan anak disebut dengan sifilis kongenital lanjut.
b. Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Sshaudinn dan Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae dan genus Treponema. Bentuk seperti spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri empat dari delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk transfuse dapat hidup tujuh puluh dua jam.
6. 3
Penularan sifilis dapat melalui cara sebagai berikut :
1. Kontak langsung :
1. sexually tranmited diseases (STD)
2. non-sexually
3. Transplasental, dari ibu yang menderita sifilis ke janin yang dikandungnya.
2. Transfusi : Syphilis d‟ emblee, tanpa primer lesi
c. Tanda dan Gejala
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-rata 3-4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian. Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:
1. Fase Primer.
Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang terinfeksi; yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina. Cangker juga bisa ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari-jari tangan atau bagian tubuh lainnya. Biasanya penderita hanya memiliki1 ulkus, tetapi kadang-kadang terbentuk beberapa ulkus. Cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan segera akan berubah menjadi suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular. Kelenjar getah bening terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai nyeri. Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan. Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita tampak sehat secara keseluruhan.
2. Fase Sekunder.
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa
7. 4
berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan kemudian akan muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut. Sekitar 50% penderita memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi kabur. Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang disertai nyeri. Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke dalam air kemih. Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice). Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan pada selaput otak (meningitis sifilitik akut), yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan ketulian.
Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang lembab, bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah ini sangat infeksius (menular) dan bisa kembali mendatar serta berubah menjadi pink kusam atau abu-abu. Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit kepala tampak gambaran seperti digigit ngengat. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah, demam dan anemia.
3. Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang infeksi kembali muncul .
4. Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama :
8. 5
1) Sifilis tersier jinak.
Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gumma muncul di berbagai organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa ditemukan di hampir semua bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah pada kaki dibawah lutut, batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala. Tulang juga bisa terkena, menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya semakin memburuk di malam hari.
2) Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi aneurisma aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri dada, gagal jantung atau kematian.
3) Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak diobati. 3 jenis utama dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler, neurosifilis paretik dan neurosifilis tabetik.
Sifilis disebabkan oleh spiroketa Treponema pallidum. Sifilis primer biasanya mempunyai masa inkubasi antara 10-90 hari, tetapi biasanya kurang dari 6 minggu. Kehamilan tidak mempengaruhi jalannya sifilis. Namun sebaliknya, pengaruh sifilis terhadap kehamilan sangat besar karena menyebabkan persalinan kurang bulan, kematian anak dalam rahim, atau anak lahir dengan lues kongenital. Sifilis masih merupakan penyebab yang penting dari kematian anak. Infeksi paling dini terjadi pada bulan kelima kehamilan. Apabila infeksi terjadi tidak lama sebelum persalinan (< 6 minggu), anak lahir sehat. Akan tetapi, sebaliknya makin jauh infeksi ibu terjadi makin baik prognosis bagi anak. Plasenta dari sifilis sering lebih besar dari biasa dan banyak infarknya.
9. 6
d. Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat menyebabkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di luar alat kelamin. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan lesi yang mengandung treponema pallidum. Treponema dapat masuk melalui selaput lendir yang utuh atau kulit dengan lesi, kemudian masuk ke perdarahan darah dan semua organ dalam tubuh. Infeksi bersifat sistemik dan manifestasinya akan tampak kemudian. Perkembangan penyakit sifilis berlangsung dari satu stadium ke stadium berikutnya. 10 sampai 90 hari (umumnya 3-4 minggu) setelah terjadi infeksi. Pada tempat masuk T. Pallidum timbul lesi primer yang bertahan 1-5 minggu dan kemudian hilang sendiri. Kurang lebih 6 minggu (2-6 minggu). Setelah lesi primer terdapat kelainan kulit dan selaput lendir yang pada permulaan menyeluruh, kemudian mengadakan konfluensi dan berbentuk khas. Kadang-kadang kelainan kulit hanya sedikit atau sepintas lalu.
e. Dampak terhadap ibu dan janin
Pengaruh sifilis terhadap kehamilan sangat besar karena menyebabkan persalinan kurang bulan, kematian anak dalam rahim, atau anak lahir dengan lues kongenital. Sifilis masih merupakan penyebab yang penting dari kematian anak. Infeksi paling dini terjadi pada bulan kelima kehamilan. Apabila infeksi terjadi tidak lama sebelum persalinan (< 6 minggu), anak lahir sehat. Akan tetapi, sebaliknya makin jauh infeksi ibu terjadi makin baik prognosis bagi anak.
10. 7
1. Komplikasi Pada Janin Dan Bayi
Dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus dan partus premature. Bayi dengan sifilis kongenital memiliki kelainan pada tulang, gigi, penglihatan, pendengaran, gangguan mental dan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sangat dianjurkan untuk memeriksakan kesehatan janin yang dikandungnya. Karena pengobatan yang cepat dan tepat dapat menghindari terjadinya penularan penyakit dari ibu ke janin.
2. Komplikasi Terhadap Ibu
Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung, Kehamilan dapat menimbulkan kelainan dan plasenta lebih besar, pucat, keabu-abuan dan licin, Kehamilan <16 minggu dapat menyebabkan kematian janin Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran prematur dan menimbulkan cacat.
f. Deteksi Dini
Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat di cegah dengan cara melakukan hubungan seksual secara aman misalkan menggunakan kondom.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak tertular penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain : Tidak berganti-ganti pasangan
o Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan pempratikkan „protective sex‟.
o Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang sudah terinfeksi..
11. 8
g. Penanganan Kegawatdaruratan
Terapi Infeksi Sifilis Pada Kehamilan
Tingkat Penyakit Alternatif Terapi Dasar Terapi Penisilin G Benzathine 2,4 juta unit IM Eritromisin PO 500 mg/ 4 kali/ selama 15 hari Cefriaxone IM 250 mg/ 4 kali selama 15 hari Sifilis laten lebih dari 1 tahun Penisilin G Benzathin 2,4 juta IM/ 3 kali dalm seminggu Eritromisin 500 mg/ 4 kali/ hari selama 30 hari Kardiovasculer atau neuro sifilis Pinisilin cristal G 2,4 juta unit setiap 4 hari selama 10 sampai 14 hari diikuti pinisilin G Benzathin secara IM 2,4 juta unit Penisilin procain G secara IM setiap hari 2,4 juta unit ditambah probenecid 500 mg sebanyak 4 kali/ hari selama 10-14 hari kemudian diikuti penisilin G Benzatin sebanyak 2,4 juta unit secara IM Sebenarnya penisilin merupakan obat pilihan
Anjuran pengobatan sifilis yang harus dilakukan pada ibu hamil stadium primer, sekunder, atau laten durasi kurang dari 1 tahun dapat diberikan pengobatan utama yaitu penisilin G Benzathin 2,4 juta unit secara IM. Tetapi jika ibu mengalami alergi dapat diganti dengan Eritomisin 500 ng PO selama 15 hari serta setriakson 250 mg secara IM selama 10 hari. Sedangkan pada Sifilis laten durasi lebih dari 1 tahun atau sifilis kardiovasculer diberikan obat utama penisilin G Benzathin 2,4 juta unit secara IM setiap minggu 3x, tetapi jika ibu mengalami alergi penisilin dapat diganti dengan Eritromicin 500 ng PO selama 30 hari.
Sedangkan pada Neurosifilis diberikan pengobatan utama pinisilin G akueous kristalin 2,4 juta unit 4x selama 10-14 hari diikuti dengan penisilin G Benzethin 2,4 juta unit secara IM. Atau dapat diberi pinisilin G akueous prokain 2,4 juta unit IM setiap hari dengan probenesid 500 mg PO selama 10-14 hari, kemudian diikuti dengan penisilin G Benzethin 2,4 juta secara IM.
12. 9
h. Penanganan Secara Umum
Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya sebelum hamil atau pada triwulan I untuk mencegah penularan terhadap janin. Suami harus diperiksa dengan menggunakan tes reaksi wasserman dan VDRL, bila perlu diobati dangan terapi penisilin G injeksi. Penting untuk diketahui dalam pemilihan obat-obatan untuk ibu hamil perlu memperhatikan pengaruh buruk yang akan terjadi pada janinya. Sedangkan jenis pinisilin dan eritrosin merupakan obat untuk ibu hamil yang tidak memberikan efek atau pengaruh buruk terhadap janinnya. Berikut ini adalah table terapi atau pengobatan Sifilis pada ibu yang sedang hamil. Infeksi Primer Infeksi Sekunder Fase Laten kurang dari 1 tahun
i. Tindak Lanjut
Pengobatan pilihan pertama untuk semua manifestasi sifilis tetap penisilin dalam bentuk penisilin G. Efek penisilin pada sifilis secara luas dikenal sebelum uji klinis acak digunakan, sebagai akibatnya, pengobatan dengan penisilin sebagian besar didasarkan pada kasus, ahli seri pendapat, dan tahun pengalaman klinis. Parenteral penisilin G adalah satu-satunya terapi dengan efek didokumentasikan selama kehamilan. Untuk sifilis awal, satu dosis penisilin sudah cukup. Non-hamil individu yang memiliki reaksi alergi yang parah terhadap penisilin (misalnya, anafilaksis) dapat efektif diobati dengan tetrasiklin oral atau doksisiklin, namun, data untuk mendukung ini terbatas. Ceftriaxone dapat dianggap sebagai terapi alternatif, meskipun dosis optimal belum didefinisikan. Namun, cross- reaksi dalam penisilin-alergi pasien dengan sefalosporin seperti ceftriaxone yang mungkin. Azitromisin disarankan sebagai alternatif. Namun, ada laporan kegagalan pengobatan karena perlawanan di beberapa daerah. Jika kepatuhan dan tindak lanjut tidak dapat dipastikan, CDC merekomendasikan desensitisasi dengan penisilin yang diikuti dengan
13. 10
pengobatan penisilin. Semua wanita hamil dengan sifilis harus peka dan diperlakukan dengan penisilin. Tindak lanjut meliputi evaluasi klinis pada 1 sampai 2 minggu diikuti dengan evaluasi klinis dan serologi pada 3, 6, 9, 12, dan 24 bulan setelah pengobatan.
Azitromisin telah digunakan untuk mengobati sifilis di masa lalu karena mudah sekali hanya dosis. Namun, dalam satu penelitian di San Francisco, azitromisin-resistensi harga di sifilis, yang 0% pada tahun 2000, adalah 56% pada tahun 2004.
14. 11
BAB III
Asuhan Kebidanan Pada ibu Hamil dengan Sífilis Kongenital
DATA SUBJEKTIF
Seorang ibu hamil dengan umur kehamilan 28 minggu hamil anak pertama , mengeluh flu, seperti demam dan pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan .Ibu mengatakan suaminya menderita sífilis serta belum teratasi .Ibu merasa cemas jika ibu dan bayi yang dikandungnya tertular sífilis. Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dan tidak mengetahui aktivitas suaminya diluar rumah. Ibu khawatir suaminya sering „jajan„ mungkin tidak menyadari kalau dirinya sudah mengidap penyakit sifilis.
DATA OBJEKTIF
1. pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : baik kesadaran : CM
2. Status emosional : stabil
3. Tanda vital :
Tekanan Darah : 120/90 mmhg
Suhu : 37,5 ˚C
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 22x/menit
4. BB/TB : 55kg/ 150cm
5. Status Gizi :
IMT : 55/(1,5)2 = 24,4LILA : 24 cm
6. Genetalia : luka kemerahan dan basah didaerah vagina
7. Ekstrimitas : ruam ditelapak kaki dan tangan
ASSESMENT
1. Diagnosa Kebidanan
Ny „S‟ umur 25 tahun G1P0Ab0Ah0 UK : 28 minggu dengan sífilis congenital
15. 12
2. Masalah
Ibu mengatakan cemas bila ibu dan bayi yang dikandungnya tertular sífilis kongenital.
3. Kebutuhan
- KIE tentang penyakit sifilis kongenital dalam kehamilan.
- KIE cara penularan sifilis dari ibu ke bayi yang dikandungnya.
4. Diagnosa potensial
Ibu hamil dengan asma berpotensi terjadi kerusakan kulit,hati,limpa, dan keterbelakangan mental pada bayi.
5. Masalah potensial
Tidak ada
6. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
1. Mandiri
Tidak dilakukan
7. Kolaborasi
Pemeriksaan laboratorium di Laboratorium „CITO‟ untuk pemeriksaan kimia darah, ureum,kreatinin,GDS
8. Merujuk
Merujuk ke dr. Ahsanudin SpOg bagian kebidanan Rumah sakit dr. Sarjito untuk pengobatan dan penanganan lebih lanjut.
PLANNING
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dirasakannya yaitu :flu, demam, pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan merupakan tanda- tanda sifilis
Ibu memahami bahwa keluhan yang dialaminya adalah gejala- gejala sifilis.
2. Menganjurkan dan menjelaskan pada ibu tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa nyeri dan menciptakan lingkungan yang nyaman dengan mengganti alat tenun yang kotor.
Ibu memahami tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa nyeri dan menciptakan lingkungan yang nyaman.
16. 13
3. Menganjurkan ibu untuk banyak minum, memakai pakaian yang tipis dan longgar ,dan melakukan kompres apabila demam dengan menggunakan air hangat di dahi dan lengan.
Ibu mengerti dan bersedia untuk melaksanakan anjuran bidan.
4. Menganjurkan ibu untuk melibatkan keluarga dalam perawatan agar ibu mendapatkan support dan dukungan dari keluarga sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Ibu mengerti dan keluarga bersedia untuk terlibat dalam proses pengobatan dan perawatan ibu.
5. Menganjurkan ibu dan suami untuk tidak berganti- ganti pasangan karena hal ini dapat menyebabkan penyakit menular seksual dan dapat menyebabkan penyebaran dari penyakit menular seksual menjadi lebih luas.
Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia untuk tidak berganti- ganti pasangan begitu juga dengan suami.
6. Menjelaskan pada ibu tentang teknik pengurangan rasa nyeri yaitu dengan pengompresan dengan air hangst pada daerah yang nyeri, dan meminimalisir terjadinya sentuhan atu gesekan pada daerah yang yang nyeri.
Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia melaksanakan
7. Menjelaskan pada ibu bahwa sifilis bisa menimbulkan komplikasi pada ibu dan bayi sehingga ibu harus menjaga kondisinya agar tidak terjadi komplikasi.
Ibu memahami penjelasan bidan dan akan selalu menjaga kondisinya.
8. Menganjurkan ibu untuk pemeriksaan laboratorium di laboratorium „CITO‟ untuk pemeriksaan kimia darah, ureum,kreatinin,GDS.
Ibu bersedia melakukan pemeriksaan laboratorium di Laboratorium „CITO‟
9. Merujuk ibu ke dr. Ahsanudin SpOg bagian kebidanan Rumah Sakit dr. Sarjito untuk pengobatan dan penanganan lebih lanjut.
Ibu bersedia dirujuk ked dr. Ahsanudin SpOg bagian kebidanan Rumah Sakit dr. Sarjito untuk pengobatan dan penanganan lebih lanjut.
17. 14
10. Menjelaskan kepada ibu untuk kunjungan ulang satu bulan lagi atau jika ada keluhan.
Ibu bersedia datang satu bulan lagi atau jika ada keluhan.
18. 15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetrasiklin. Yang direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sefalosporin (Seftriakson 250 mg IM sebagai dosis tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap penisilin atau sefalosporin tidak dapat ditoleransi sebaiknya diberikan Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal. Pada wanita hamil juga dapat diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral dengan tambahan probenesid 1 gr oral sebagai dosis tunggal yang diberikan saat isolasi N. gonorrhoeae yang sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan untuk pengobatan jika disertai infeksi C. trachomatis.
B. Saran Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi. Pemakaian Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
19. 16
DAFTAR PUSTAKA
Murtiastuti D. Sifilis. Dalam : Barakbah J, Lumintang H,Martodhiharjo S, editor. BukuAjar Infeksi Menular Seksual. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press. 2008.145-148.
- Webmaster. Trepronema Pallidum. Disitasi dari :http://www.medgadget.com/_archives/img/treponema.htm pada tanggal : 18 Februari 2009. Last Update : Januari 2009.
- Webmaster. Shypilis. Disitasi dari : http://www.uveitis.org/images/syphil1.htm pada tanggal : 18 Februari 2009. Last Update : Januari 2009.
- Department of Health and Human Services of USA. Congenital Shypilis – United State 2002. Disitasi dari :http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm5331a4.htm pada tanggal :18 Februari 2009. Last Update : July 2008.
- Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.