SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  30
Penanganan Terkini Tuberkulosis atau TB (TBC) Pada Anak
              Widodo Judarwanto, Children Grow Up Clinic Jakarta Indonesia




                                                  Tuberkulosis atau TB (TBC) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini
paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ
tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang
diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang
disebabkan oleh kompleksMycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat,
praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian
dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus. Namun dibalik bahaya TB
tersebut, seringkali banyak kasus pada anak dan dewasa sering terjadi underdiagnosis
dan paling sering adalah overdiagnosis karena dalam menegakkan diagnosis tidak
mudah. Overdiagnosis artinya tidak mengalami infeksi TB tetapi didiagniosis dan
diobati sebagai TB. Bila diagnosis meragukan sebaiknya lakukan second opinion ke
dokter anak lainnya atau ke dokter ahli paru anak.
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mikobakterium tuberkulosis yang bersifat
sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di
paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Pada tahun 1992 WHO telah
mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004
menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah
terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.




                                              1
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap
tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun
yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.


Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia.
Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan
mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya
pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.


Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan
selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan
yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan
secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan
kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya
berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam
berobat setiap waktu demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia


Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai “Hari TBC” oleh sebab pada 24 Maret 1882 di
Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab tuberkulosis
yang ditemukannya.


Klasifikasi
   Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
   Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
   Tuberkulosis pada sistem saraf
   Tuberkulosis pada organ-organ lainnya
   Tuberkulosis millier
Patofisiologi
Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria
termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales.
kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M.
microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis
yang terpenting dan paling sering dijumpai.
M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk
spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri


                                                2
lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh
pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu,
maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme
lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia,Rhodococcus, Legionella
micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak
berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini
menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam
interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di
dalam makrofaga.
Penularan TBC terjadi karena menghirup udara yang mengandung Mikobakterium
tuberkulosis (M.Tb), di alveolus M.Tb akan difagositosis oleh makrofag alveolus dan
dibunuh. Tetapi bila M.Tb yang dihirup virulen dan makrofag alveolus lemah maka M.Tb
akan berkembang biak dan menghancurkan makrofag. Monosit dan makrofag dari darah akan
ditarik secara kemotaksis ke arah M.Tb berada, kemudian memfagositosis M.Tb tetapi tidak
dapat membunuhnya. Makrofag dan M.Tb membentuk tuberkel yang mengandung sel-sel
epiteloid, makrofag yang menyatu (sel raksasa Langhans) dan limfosit. Tuberkel akan
menjadi tuberkuloma dengan nekrosis dan fibrosis di dalamnya dan mungkin juga terjadi
kalsifikasi. Lesi pertama di alveolus (fokus primer) menjalar ke kelenjar limfe hilus dan
terjadi infeksi kelenjar limfe, yang bersama-sama dengan limfangitis akan membentuk
kompleks primer. Dari kelenjar limfe M.Tb dapat langsung menyebabkan penyakit di organ-
organ tersebut atau hidup dorman dalam makrofag jaringan dan dapat aktif kembali bertahun-
tahun kemudian. Tuberkel dapat hilang dengan resolusi atau terjadi kalsifikasi atau terjadi
nekrosis dengan masa keju yang dibentuk oleh makrofag. Masa keju dapat mencair dan M.Tb
dapat berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi
pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap
menyebabkan lesi di organ-organ lainnya .


Penularan
Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin
atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak anak sering mendapatkan
penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti
kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini masyarakat
di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi
dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan
sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue.
                                               3
Dalam memerangi penyebaran Tuberkulosis terutama pada anak anak yang masih rentan
daya tahan tubuhnya maka pemerintah Indonesia telah memasukkan Imunisasi Tuberkulosis
pada anak anak yang disebut sebagai Imunisasi BCG sebagai salah satu program prioritas
imunisasi wajib nasonal beserta dengan 4 jenis imunisasi wajib lainnya yaitu hepatitis B,
Polio, DPT dan campak, jadwalnya ada di Jadwal imunisasi


Diagnosis
Manifestasi klinis
   Diagnosa tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan jasmani,
    pemeriksaan bakteriologi , radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya
   Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala
    sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori
    atau gejala gejala yang erat hubungannya dengan organ pernapasan ( sedang gejala lokal
    lain sesuai akan sesuai dengan organ yang terlibat )
   Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah. Bisa juga nyeri
    dada dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut sebagai Gejala sistemis antara
    lain Demam , badan lemah yang disebut sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan
    berat badan menurun menjadi semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari
    mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga
    pada kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui
    dirinya terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check up
DIAGNOSIS
Diagnosis paling tepat adalah ditemukannya basil Tb dari bahan yang diambil dari pasien
misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang
didapat, sehingga sebagian besar diagnosis Tb anak didasarkan gambaran klinis, gambaran
radiologis, dan uji tuberkulin.


Untuk itu penting memikirkan adanya Tb pada anak kalau terdapat keadaan atau tanda-tanda
yang mencurigakan seperti dibawah ini :


Pada anak harus dicurigai menderita Tb kalau :
   Kontak erat (serumah) dengan penderita Tb dengan sputum BTA (+)
   Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam 3-7 hari.
   Terdapat gejala umum




                                               4
Gejala-gejala yang harus dicurigai Tb
Gejala umum/tidak spesifik
   Berat badan turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
    dengan penanganan gizi.
   Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik
    (failure to thrive) dengan adekuat.
   Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran
    nafas akut), dapat disertai keringat malam.
   Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multiple, paling sering
    di daerah leher, axilla dan inguinal.
Gejala-gejala respiratorik :
   batuk lama lebih dari 3 minggu
   tanda cairan di dada, nyeri dada
Gejala gastrointestinal
   diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare
   benjolan/massa di abdomen
   tanda-tanda cairan dalam abdomen
Gejala Spesifik
1. Tb kulit/skrofuloderma
2. Tb tulang dan sendi
   Tulang punggung (spondilitis)       : gibbus
   Tulang panggul (koksitis)          : pincang
   Tulang lutut                       : pincang dan/atau bengkak
   Tulang kaki dan tangan
3. Tb Otak dan Saraf
   Meningitis dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun
4. Gejala mata : Conjungtivitis phlyctenularis, Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan
funduskopi)


   Uji tuberculin (Mantoux) Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan
    intrakutan). Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU atau
    PPD-S kekuatan 5 TU. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur
    diameter tranversal dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam mm, dikatakan
    positif bila indurasi : > 10 mm.




                                                   5
   Reaksi cepat BCG Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat berupa kemerahan
    dan indurasi > 5 mm (dalam 3-7 hari) maka dicurigai telah terinfeksiMycobacterium
    tuberculosis.
   Foto Rontgen Paru : seringkali tidak khas Pembacaan sulit, hati-hati
    kemungkinanoverdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan
    infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.
   Gambaran rontgen paru pada Tb dapat berupa : Milier, Atelektasis, Infiltrat ,
    pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi pleura dan/atau
    efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Diskongkruensi antara
    gambaran klinis dan gambaran radiologis, harus dicurigai Tb. Foto Rontgen paru
    sebaiknya dilakukan PA dan lateral serta dibaca oleh ahlinya.
   Pemeriksaan mikrobiologi : pemeriksaan langsung BTA (mikroskopis) dan kultur dari
    sputum (pada anak bilasan lambung karena sputum sulit didapat ).
   Pemeriksaan serologi (ELISA, PAP, Mycodot, dll) masih memerlukan penelitian lebih
    lanjut.
   Pemeriksaan patologi anatomi.
   Respon terhadap pengobatan OAT. Kalau dalam 2 bulan terdapat perbaikan klinis nyata,
    akan menunjang atau memperkuat diagnosis TBC.




                                  OVERDIAGNOSIS TBC
Penyakit TBC sering dianggap biang keladi penyebab utama batuk berkepanjangan, kesulitan
makan dan gangguan kenaikkan Berat Badan pada anak. Padahal justru penyebab utama

                                               6
batuk berkepanjangan, kesulitan makan dan gangguan kenaikkan Berat Badan pada anak
yang utama bukan karena infeksi Tuberkulosis. .Diagnosis pasti TBC anak sulit oleh karena
penemuan kuman Micobacterium TBC (M.TBC) pada anak tidak mudah. Cara-cara lain
untuk pemeriksaan laboratorium darah secara bakteriologis atau serologis masih memerlukan
penelitian lebih lanjut untuk dapat dipakai secara praktis – klinis.


Karena kesulitan diagnosis tersebut sering terjadi overdiagnosis atau underdiagnosis.
Overdiagnosis artinya diagnosis TBC yang diberikan pada anak oleh dokter terlalu berlebihan
atau terlalu cepat mendiagnosis dengan data yang minimal walaupun anak belum tentu
menderita TBC. Apabila terjadi overdiagnosis TBC pada anak terdapat konsekuensi yang
tidak ringan dihadapi oleh si anak, karena anak harus mengkonsumsi 2 atau 3 obat sekaligus
minimal 6 bulan. Bahkan kadangkala diberikan lebih lama apabila dokter menemukan tidak
ada perbaikan klinis. Padahal obat TBC dalam jangka waktu lama beresiko mengganggu
fungsi hati,persyarafan telinga dan organ tubuh lainnya.


Sering terjadi anak dengan keluhan alergi pernapasan atau gangguan pencernaan kronis
(seperti coeliac dsbnya) yang disertai berat badan yang kurang dan sulit makan diobati
sebagai penyakit Tuberkulosis (TBC) paru yang harus minum obat selama 6 bulan hingga 1
tahun. Padahal belum tentu anak tersebut mengidap penyakit tuberculosis. Bahkan orang tua
heran saat anaknya divonis dokter mengidap penyakit TBC padahal tidak ada seorangpun di
rumah yang mengalami penyakit TBC. Overdiagnosis dan overtreatment pada anak dengan
gejala alergi tersebut sering terjadi karena keluhan alergi dan TBC hampir sama, sementara
mendiagnosis penyakit TBC tidaklah mudah.


Diagnosis Tuberkulosis anak menurut Pertemuan Dokter Anak pulmunologi tahun 2000
harus dengan pengamatan seksama tentang adanya : Gejala klinis, kontak erat serumah
penderita TBC (dipastikan dengan dengan pemeriksaan dahak positif), pemeriksaan yang
harus dilakukan adalah Foto polos dada (roentgen), tes mantouxt (positif : > 15mm bila sudah
BCG, Positif > 10 mm bila belum BCG). Sering terjadi hanya dengan melakukan
pemeriksaan satu jenis pemeriksaan saja, anak sudah divonis dengan penyakit TBC.
Seharusnya pemeriksaan harus dilakukan secara lengkap dan teliti seperti di atas. Karena
sulitnya mendiagnosis TBC pada anak dan kosekuensi lamanya pengobatan maka bila
meragukan lebih baik dikonsultasikan atau dikonfirmasikan ke Dokter Spesialis Paru Anak
(Pulmonologi Anak). Ciri lain yang menunjukkan kemungkinan anak sudah mengalami
gangguan saluran cerna secara genetik atau sejak lahir dan bhuka penyakit TBC adalah anak


                                                7
sejak lahir beratnya tidak pernah optimal dan biasanya salah satu orangtuanya mempunyai
berat badan yang kurus saat usia anak.


Dengan penanganan kesulitan makan dan gagal tumbuh pada anak yang optimal diharapkan
dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak
Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi mendatang khususnya. Tumbuh
kembang dalam usia anak sangat menentukan kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya.


Diagnosis pasti TB anak sulit oleh karena penemuan Micobacterium TBC (M.TBC) sebagai
penyebab TB pada anak tidak mudah. Sehingga sering terjadi kesalahan diagnosis baik
berupa underdiagnosis dan overdiagnosis dalam penegakkan diagnosis TB pada anak.
Overdiagnosis atau diagnosis TB yang diberikan terlalu berlebihan padahal anak belum tentu
mengalami infeksi TB. Konsekuensi yang harus dihadapi adalah pemberian multidrug (2 atau
3 jenis antibiotika) dalam jangka waktu 6 bulan. Pemberian obat anti TB pada anak yang
tidak menderita TB selain mengakibatkan pengeluaran biaya yang tidak diperlukan, juga
resiko efek samping pemberian obat tersebut seperti gangguan hati, persarafan telinga,
gangguan darah dan sebagainya. Di lingkungan Puskesmas khususnya daerah pedesaan juga
membuat berkurangnya persediaan obat untuk penderita TB yang benar-benar
memerlukannya. Di kalangan masyarakat bahkan sebagian klinisi terdapat kecenderungan
tanda dan gejala TB yang tidak spesifik pada anak sering dipakai dasar untuk memberikan
pengobatan TB pada anak. Padahal banyak penyakit lainnya yang mempunyai gejala tersebut.
Gagal tumbuh atau berat badan tidak naik, kesulitan makan, demam berulang, sering batuk
atau pembesaran kelenjar di sekitar leher dan belakang kepala merupakan gejala yang tidak
spesifik pada anak. Tetapi tampaknya dalam praktek sehari-hari gangguan ini sering langsung
dicurigai sebagai gejala TB. Seharusnya gejala tersebut dapat disebabkan oleh beberapa
penyakit lainnya. Gangguan-gangguan tersebut juga sering dialami oleh penderita alergi,
asma, gangguan saluran cerna dan gangguan lainnya pada anak.


OVERDIAGNOSIS PADA GANGGUAN LAIN
Tanda dan gejala TB yang tidak spesifik sangat mirip dengan penyakit lainnya. Gangguan
gagal tumbuh dan gangguan saluran napas non spesifik sering mengalami overdiagnosis
tuberkulosis. Penyakit alergi atau asma dan penderita gagal tumbuh yang disertai kesulitan
makan paling sering dianggap penyakit TB karena gejalanya sama. Penelitian yang dilakukan
penulis didapatkan fakta yang patut disimak. Sebanyak 34(12%) anak mengalami
overdiagnosis di anatara 226 anak dengan gangguan napas nonspesifik seperti alergi atau
asma yang berobat jalan di Klinik Alergi Anak Rumah Sakit Bunda Jakarta. Penelitian lain
                                              8
didapatkan hasil yang mengejutkan, overdiagnosis ditemukan lebih besar lagi, yaitu 42 (22%)
anak pada 210 anak dengan gangguan kesulitan makan disertai gagal tumbuh yang berobat
jalan di Picky Eaters Clinic Jakarta. Overdiagnosis tersebut sering terjadi karena tidak sesuai
dengan panduan diagnosis yang ada atau kesalahan dalam menginterpretasikan gejala klinis,
kontak dan pemeriksaan penunjang khususnya tes mantoux dan foto polos paru.


PERMASALAHAN DIAGNOSIS TB
   Gejala khas TB biasanya muncul tergantung dari bagian tubuh mana yang terserang,
    misalnya: TB kulit atau skrofuloderma, TB tulang dan sendi: tulang punggung
    (spondilitis): gibbus tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul, tulang
    lutut pincang atau bengkak, tulang kaki dan tangan, TB otak dan saraf : meningitis:
    dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun. Gejala mata
    berupa konjungtifitis phlyctenularis, tuberkel koroid , kelainan ini hanya terlihat dengan
    alat funduskopi.
   Pada pertemuan para ahli pulmonologi anak di Jakarta 26 Agustus 2000 telah dibuat suatu
    kesepakatan bersama yang berupa Konsensus Nasional TB anak. Diagnosis paling tepat
    adalah ditemukannya basil TB dari bahan yang diambil dari pasien misalnya sputum,
    bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga
    sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan gambaran klinis, kontak, gambaran
    radiologis, dan uji tuberculin.
   Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya dilakukan dari
    bilasan lambung karena dahak sulit didapat. Pemeriksaan BTA secara biakan (kultur)
    memerlukan waktu yang lama. Cara baru untuk mendeteksi kuman TB dengan PCR
    (Polymery Chain Reaction) atau Bactec masih belum banyak dipakai dalam klinis praktis.
    Demikian juga pemeriksaan darah serologis seperti ELISA, PAP, Mycodot dan lain-lain,
    masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis.
    Beberapa pemeriksaan tersebut spesifitas dan sensitifitasnya tidak lebih baik dari uji
    tuberkulin atau tes mantoux.
KESALAHAN DIAGNOSIS
   Overdiagnosis sering terjadi karena karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang
    ada atau kesalahan dalam menginterpretasikan gejala klinis, kontak dan pemeriksaan
    penunjang khususnya tes mantoux dan foto polos paru. Pada kasus di atas sebagian besar
    overdiagnosis TB ditegakkan hanya karena hasil foto rontgen. Tanpa pengamatan adanya
    kontak dan uji tuberkulin (test mantouxt) sudah terlalu cepat diberikan pengobatan TB.
    Sering terjadi hasil rontgen adalah infiltrat (flek) di paru sudah dianggap sebagai TB.


                                               9
Padahal gambaran ini bukan gambaran TB dan ternyata bisa didapatkan pada penyakit
    alergi, asma dan penyakit coeliac (gangguan saluran cerna dan berat badan kurus).
   Sedangkan gambaran röntgen TB paru pada anak tidak khas. Gambaran TB yang
    ditemukan adalah pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal, milier,atelektasis,
    kolaps, konsolidasi, infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal,
    konsolidasi (lobus), cairan paru. kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas dan destroyed lung
    (paru rusak). Sering kali terjadi interpretasi dokter radiologi hanya karena ditemukan
    infiltrat (flek) tanpa pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal sudah dicurigai
    atau dianggap TB. Sedangkan dokter yang merawat penderita langsung memberikan
    pengobatan TB tanpa konfirmasi data lainnya.
   Menentukan sumber penularan atau kontak TB adalah adanya kontak erat dan lama
    dengan penderita TB yang dipastikan dengan pemeriksaan dahak yang positif. Kesalahan
    yang sering terjadi bahwa kontak TB itu adalah saudara yang hanya pernah bertemu
    sesekali. Kesalahan lainnya kontak TB sering dianggap bahwa orang yang sering batuk
    atau kurus padahal belum tentu bila belum terbukti pemeriksaan dahak atau sputum
    positif. Anak yang mengalami gagal tumbuh dengan kesulitan makan ternyata sekitar
    75% salah satu orang tuanya juga mengalami gangguan kenaikkan berat badan. Penderita
    alergi atau asma juga sebagian besar salah satu orang tuanya juga mengalami batuk lama
    yang terlalu cepat dianggap sebagai kontak TB.
   Di dalam masyarakat batuk lama atau Batuk Kronis Berulang (BKB) tampaknya lebih
    sering dikawatirkan sebagai TB. Padahal batuk adalah bukan merupakan keluhan utama
    penyakit TB pada anak. BKB adalah batuk yang berlangsung lebih dari 2 minggu atau
    berulang 3 kali atau lebih dalam 3 bulan. Diagnosis banding pertama pada BKB adalah
    asma atau alergi. Menurut pedoman Nasional Tuberkulosis Anak bila ditemui keluhan
    BKB harus disingkirkan dulu diagnosis banding lain seperti alergi atau asma sebelum
    diagnosis TBC dicari. Kesalahan membaca tes mantouxt sering terjadi dalam
    overdiagnosis TB. Hasil tes Mantoux yang besar langsung dicurigai sebagai TB. Padahal
    tes Mantoux dikatakan positif bila indurasi harus lebih 10 mm bila bekas luka imunisasi
    BCG negatif (imunisasi tidak jadi). Bila bekas luka imunisasi BCG ada (imunisasi BCG
    jadi) harus lebih 15 mm. Kesalahan lain yang sering terjadi adalah penilaian tes mantoux
    adalah lebar peninggian kemerahan kulit bukan kemerahan pada kulit.
   TB adalah penyakit yang harus diwaspadai tetapi jangan terlalu kawatir berlebihan.
    Dalam menegakkan diagnosis harus dilakukan secara cermat dan lengkap melalui
    anamnesa kontak TB, tanda dan gejala TB, pemeriksaan foto polos paru dan uji
    tuberkulin. Sebaiknya tidak terlalu cepat memvonis diagnosis TB bila data yang didapat


                                               10
belum optimal. Bila meragukan sebaiknya dilakukan penanganan multidisiplin ilmu
    kesehatan anak seperti dokter pulmonologi anak, gastroenterologi anak, endokrinologi
    anak atau alergi anak. Karena bila sudah didiagnosis TB maka konsekuensi penggunaan
    obat-obatan dalam jangka waktu lama dan resiko efek samping yang ditimbulkan.
TATALAKSANA
   Obat harus diminum teratur, setiap hari, dan dalam waktu yang cukup lama. Dosis obat
    harus disesuaikan dengan berat badan.
   Secara garis besar dapat dibagi menjadi tata laksana untuk :
1. TBC paru tidak berat Pada TBC paru yang tidak berat cukup diberikan 3 jenis obat
    anti tuberkulosis (OAT) dengan jangka waktu terapi 6 bulan. Tahap intensif terdiri dari
    isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pyraninamid (Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari
    (2HRZ). Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan
    diberikan setiap hari (4HR).
2. TBC paru berat atau TBC ekstrapulmonal Pada TBC berat (TBC milier, meningitis,
    dan TBC tulang) maka juga diberikan Streptomisin atau Etambutol pada permulaan
    pengobatan. Jadi pada TBC berat biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5
    obat selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan Isoniazid dan Rifampisin selama 10
    bulan lagi atau lebih, sesuai dengan perkembangan klinisnya. Kalau ada kegagalan karena
    resistensi obat, maka obat diganti sesuai dengan hasil uji resistensi, atau tambah dan ubah
    kombinasi OAT.
Obat anti tuberkulosis yang digunakan adalah :
   Isoniazid (INH) : selama 6-12 bulan
1. Dosis terapi            : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
2. Dosis profilaksis        : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
3. Dosis maksimum           : 300 mg/hari
   Rifampisin ( R ) : selama 6-12 bulan
    1. Dosis                   : 10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari
    2. Dosis maksimum              : 600 mg/hari
   Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama
    1. Dosis                   : 25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari
    2. Dosis maksimum              : 2 gram/hari
   Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama
    1. Dosis                   : 15-20 mg/kgBB/hari diberikan sekali atau 2 kali sehari
    2. Dosis maksimum              : 1250 mg/hari
   Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama


                                                   11
1. Dosis                    : 15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra muskular
     2. Dosis maksimum            : 1 gram/hari
    Kortikosteroid diberikan pada keadaan khusus seperti : Tb milier, meningitis Tb,
     endobronkial Tb, pleuritis Tb, perikarditis Tb, peritonitis Tb.
    Boleh diberikan prednison 1-2 mg/kg BB/hari selama 1-2 bulan
PENGHENTIAN PENGOBATAN
    Bila setelah 6 bulan evaluasi membaik : batuk menghilang, klinis membaik, anak menjadi
     lebih aktif, berat badan meningkat, foto thorax membaik, penurunan LED
    Bila setelah 6 bulan tidak ada perbaikan, kemungkinan :
1. Kepatuhan minum obat yang kurang
2. MDR (Multi Drug Resisten)
3. Diagnosis bukan TBC
OBAT PENCEGAHAN DENGAN INH : 5-10 mg/kg BB/hari diberikan pada :
    Profilaksis primer : anak yang kontak erat dengan penderita TB menular (BTA positip,
     tetapi belum terinfeksi).
    Profilaksis sekunder : anak dengan infeksi TB yaitu tuberkulin positip dan klinis baik,
     dengan faktor resiko yang memungkinkan menjadi TB aktif.
1.   umur dibawah 5 tahun
2. menderita penyakit infeksi (morbili, varicella)
3. mendapat obat imunosupresif (sitostatik, steroid, dll)
4. umur akil balik
5. kalau ada infeksi HIV
KOMPLIKASI
Pada anak komplikasi biasanya terjadi pada 5 tahun pertama setelah infeksi terutama 1 tahun
pertama. Penyebaran limfohematogen menjadi Tb milier atau meningitis Tb atau efusi pleura
biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. Tb tulang dan sendi terbanyak terjadi dalam
3 tahun pertama, dan Tb ginjal dan kulit terbanyak setelah 5 tahun dari infeksi primer.




                                                  12
SISTEM SKORING DIAGNOSIS TUBERKULOSIS ANAK

Paramet
er          0             1            2                   3

                          Laporan
                          keluarga,
                          BTA (-)
                          atau
Kontak                    tidak        Kavitas (+), BTA
Tb          Tidak jelas   tahu         tidak jelas         BTA (+)

Uji
Tuberkuli                                                  Positif ( ≥ 10 mm atau ≥
n           Negatif                                        pada keadaan imunosup

Berat                     BB/TB <      Klinis gizi buruk
badan/ke                  90% atau     atau BB/TB<
adaan                     BB/U <       70%atau BB/U <
gizi                      80%          60%

Demam
tanpa
sebab                     ≥2
jelas                     minggu

                          ≥3
Batuk                     minggu

Pembesar
an
kelenjar
limfe                     ≥ 1cm,
kolli,                    jumlah
aksila,                   >1, tidak
inguinal                  nyeri

Pembeng                   Ada
kakan                     pembeng


                                  13
tulang/se                  kakan
ndi
panggul,
lutut,
falang

                              Infiltr
                               at
                              Pemb
                               esara
                               n
                               kelen
                               jar
                              Kons
                               olidas
                               i
                               segm
                               ental/
                           lobar


                              atelek
                               tasis
                                    k
                                     al
                                     si
                                     fi
                                     k
                                     as
                                     i
                                     +
                                     in
                                     fil
Foto                                 tr
Rontgen     Normal/tidak             at
toraks      jelas                   p


                                   14
e
                                                m
                                                b
                                                es
                                                ar
                                                a
                                                n
                                                k
                                                el
                                                e
                                                nj
                                                ar
                                                +
                                                in
                                                fil
                                                tr
                                                at

Catatan :
   Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter
   Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis
   Berat badan dinilai saat datang (moment opname)
   Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku
   Foto rontgen toraks bukan alat diagnostik utama pada Tb anak
   Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring Tb anak
   Didiagnosis Tb jika skor ≥ 6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih bersifat
    tentatif/sementara, nilai definitif menunggu hasil penelitian yang sedang dilaksanakan.
Referensi
   Core Curriculum on Tuberculosis: What the Clinician Should Know, 4th edition (2000).
    Division of Tuberculosis Elimination, Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
   Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society. Control and prevention of
    tuberculosis in the United Kingdom: Code of Practice 2000. Thorax 2000;55:887-901
   Thomas Dormandy (1999). The White Death: A History of Tuberculosis.
   Mountains Beyond Mountains: The Quest of Dr. Paul Farmer, a Man Who Would Cure
    the World. Tracy Kidder, Random House 2000.



                                              15
   Ha SJ, Jeon BY, Youn JI, Kim SC, Cho SN, Sung YC. Protective effect of DNA vaccine
    during chemotherapy on reactivation and reinfection of Mycobacterium tuberculosis.
    Gene Ther. 2005 Feb 03;
   Tuberkulosis – Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan
    Dokter Paru Indonesia 2006.
   Munoz FM, Starke JR. Tuberculosis. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB,
    penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders,
    2003 : 958-71.
   Crofton SJ, Horne N, Miller F. Clinical Tuberculosis. Edisi ke-1. London: The Mac
    Millan Press, 1992.
   Rahajoe N, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB. Pedoman Nasional Tuberkulosis
    Anak. UKK Pulmonologi : PP IDAI, 2005




Flek Paru Pada Anak
Posted by Ummu Kautsar pada 7 November 2008


Flek paru biasanya ditandai dengan panas tinggi dan batuk-batuk. Penyakit ini muncul

akibat tertular dari orang lain.


Tidak nyaman rasanya, kalau kita terserang batuk yang tak henti. Apalagi bila yang

terserang batuk adalah si kecil. Batuk, merupakan indikasi dari berbagai penyakit yang

bisa dialami oleh anak. Tetapi bila batuk disertai dengan gejala sesak nafas, bisa jadi ini

pertanda ia terkena flek paru.


Istilah Vlek , sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yang berarti bercak. Secara

medis, istilah ini umum digunakan dokter untuk menunjukkan kelainan yang terlihat
pada hasil foto rontgen. Istilah flek paru biasanya digunakan sebagian dokter untuk

memperhalus istilah TBC. Menurut literatur, bercak ini sendiri dapat disebabkan oleh


                                            16
berbagai hal, misalnya lendir karena infeksi atau alergi, proses radang seperti pada

infeksi akibat TBC atau kuman yang lainnya.


Hindari Penderita TBC


Menurut Dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A. MTroPaed., flek di paru-paru, yang

belakangan ini banyak sekali menimpa bayi dan balita, umumnya karena tertular orang.

“Penyebab flek di paru-paru adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis . Bakteri ini

ditularkan melalui percikan ludah, batuk, bersin, udara pernapasan dari penderita

tuberkulosis (TBC) kepada bayi ataupun balita,” jelas dokter anak dari RSUPN Cipto

Mangunkusumo ini.


Tuberculosis merupakan bakteri infeksi menular. Ia dapat menyerang anak-anak di

bawah usia 2 tahun, orang dewasa, orang-orang dengan sistem imunitas yang sangat

rendah dan mereka yang hidup dilingkungan orang-orang yang terinfeksi bakteri ini.
Jika anak tertular TBC paru, gejala yang dapat dilihat awam adalah serangan demam

yang tak begitu tinggi selama 3 bulan berturut-turut. Namun, demam ini tidak turun

meski bayi diberi obat penurun panas.


Anak yang kurus atau berat badannya tidak naik-naik seiring usianya yang bertambah

(meski Anda telah memberinya banyak makanan bergizi), juga mesti diwaspadai telah

terjangkit. “Diare kronik, meski tak tergolong berat, tetapi berlangsung terus-menerus

dan tak dapat diobati dengan obat diare biasa, juga bisa merupakan pertanda bayi

terjangkit TBC paru. Segeralah periksa ke dokter,” tutur Hindra.


Dokter biasanya akan melakukan tes Mantoux , rontgen, dan darah untuk mengetahui
apakah ada kemungkinan TBC atau tidak. Kemudian dokter juga akan menentukan

pengobatannya. Perlu diketahui, meskipun si kecil positif terinfeksi TBC, namun bukan

berarti bakteri tersebut sudah berkembang menjadi penyakit TBC atau TB aktif. Hanya

sekitar 10% saja, anak-anak yang terinfeksi TBC akan terjangkit penyakit ini.


Menghindari kontak fisik dengan penderita TBC ataupun yang sedang dalam taraf

pengobatan, lanjut Hindra, adalah cara yang paling aman agar anak terhindar dari

penyakit ini. “Ini karena penularan bakteri TBC paru mudah sekali. Bisa lewat udara.

Karena itu bayi memang harus dijauhkan dari orang dewasa yang kita tahu mengidap

TBC,” ujarnya lagi, seraya menambahkan pemberian imunisasi BCG juga wajib

hukumnya agar bayi memiliki imun (pertahanan) terhadap serangan bakteri ini.


TBC Terselubung dan Aktif




                                           17
Bakteri TBC termasuk bakteri yang pertumbuhannya termasuk lamban, dan biasanya

bakteri ini hanya menyerang pada area tubuh yang mempunyai banyak pasokan oksigen

dan aliran darah, seperti pada paru-paru. Di Amerika, hampir sebanyak 85% penderita

TBC, merupakan TBC paru. Secara medis, TBC dibagi dalam dua jenis, yaitu infeksi TBC

laten dan TBC aktif.


Infeksi TBC yang bersifat laten, muncul saat bakteri TBC masuk ke dalam tubuh, namun

tidak disertai dengan gejala atau tanda-tanda yang mengindikasikan adanya TBC. Saat

bakteri masuk ke paru-paru, sistem imunitas tubuh akan melawan adanya infeksi

dengan mengisolasi bakteri ke dalam kapsul kecil yang disebut tubercles . Hampir 90%

orang yang terinfeksi bakteri TBC, berhasil dilawan oleh imunitas tubuh tanpa sempat

memunculkan gejalanya.


Meskipun telah terinfeksi, namun orang tersebut tidak akan mampu menyebarkan

bakteri TBC ke orang lain yang ada disekitarnya. Sayangnya, karena bakteri tersebut

telah ada di dalam tubuh, ada kemungkinan bakteri tersebut akan berkembang menjadi

penyakit TBC aktif. Keberadaan bakteri yang terselubung inipun, hanya bisa diketahui

bila kita melakukan tes kulit.


Sedangkan TBC aktif, biasanya akan langsung terlihat dari gejala-gejala yang timbul.

Sekitar 10% orang yang terinfeksi bakteri TBC, akan berkembang menjadi pengidap TBC

aktif. Mereka juga akan dengan mudah menulari orang-orang dilingkungan sekitarnya,

jika tidak mendapatkan perawatan yang baik, pengidap TBC aktif mengalami kerusakan

pada paru-paru atau organ lainnya, dan juga bisa membahayakan jiwa.


Lebih Berat Pada Bayi


Lantaran kondisi tubuh bayi yang masih rentan, akibat kekebalan tubuh alaminya belum

sempurna, jika terjangkit TBC risikonya lebih berat dibanding orang dewasa. “Umumnya

TB pada orang dewasa akan terlokalisasi hanya di paru-paru, karena tubuh orang

dewasa telah memiliki kekebalan penuh. Sedang pada bayi dan anak-anak, penyebaran

bakteri tak hanya di paru-paru, tapi juga ke seluruh tubuh melalui aliran darah. “Itulah

sebabnya pada bayi dan anak-anak, kita bisa menjumpai kasus TB tulang, TB hati dan

limfa, TB selaput otak atau meningitis,” ungkap Hindra.


Dengan alasan itulah, TB paru pada bayi harus segera diobati setelah terdeteksi.

Pengobatan biasanya berupa oral (obat yang dimakan) menggunakan obat anti-TB atau

obat kombinasi selama 6 bulan, atau 9-12 bulan bagi TBC paru berat yang sudah

menjalar ke otak hingga mengakibatkan meningitis.




                                           18
Agar bayi tak terkena TBC paru, pencegahan memang penting. Yang juga penting adalah

memberi bayi zat-zat kekebalan tubuh sejak lahir, seperti zat-zat yang terkandung

dalam ASI dan makanan bergizi lainnya. “Tak semua bayi yang menderita TBC akan

jatuh sakit. Ini tergantung pada daya tahan tubuhnya juga. Bisa saja bayi terjangkit

bakteri TB tetapi basil itu mati atau hanya bersarang di dalam tubuh, tidak aktif dan

tidak mengganggu,” demikian Hindra.


Menangani TBC Pada Anak


Jika anak Anda terinfeksi, namun belum berkembang menjadi pengidap TBC aktif, ia

akan diberikan obat antibiotik, seperti isoniazid . Obat ini biasanya harus di minum

setiap hari selama 6-9 bulan untuk mencegah berkembangnya bakteri TBC menjadi aktif.

Penderita TBC terselubung, kerap harus mengkonsumsi lebih dari satu antibiotik.

Umumnya, mereka akan bisa disembuhkan.


Penanganan penderita TBC aktif, juga akan diberikan tiga sampai empat obat yang

harus diminum setiap hari selama 6 bulan, atau tergantung pada seberapa serius sakit

yang dialami. Selain itu diperlukan juga pemeriksaan lanjutan, untuk melihat berapa

besar keberhasilan pengobatan yang diberikan, juga untuk mengetahui efek samping

dari obat tersebut, yang kerap menyertai.


Meskipun setelah beberapa minggu mengkonsumsi obat-obatan tersebut, si kecil akan

terlihat lebih baik dan gejala-gejala yang timbul perlahan menghilang, namun sangat

penting bila obat yang diberikan dokter diminum hingga habis. Karena jika tidak, bakteri

akan kembali aktif dan malah berkembang menjadi kebal dengan obat-obatan yang

diberikan.


Bila memang anak sudah terinfeksi bakteri TBC, vaksinasi mungkin sudah tidak mampu

bekerja menahan bakteri ini. Meski demikian, The Centers for Disease Control and

Prevention , Amerika menyarankan vaksinasi diberikan pada kondisi tertentu saja.

Misalnya, bila memang dilingkungan rumah ada orang yang telah positif mengidap TBC

aktif, dan belum mendapatkan pengobatan yang seharusnya, maka si kecil harus diberi

vaksinasi TB.


Penularan TBC Melalui Udara


TBC merupakan penyakit yang mudah menular melalui udara, namun begitu, biasanya

penyakit ini akan menjangkiti lingkungannya, apabila:

   1. Orang-orang yang tinggal di tempat yang kondisinya ramai. Orang yang terlalu
      sering terinfeksi bakteri TBC, dan tinggal di tempat yang ramai, seperti tempat



                                            19
penitipan anak, rumah sakit, rumah singgah, sekolah, barak militer dan penjara,
      merupakan tempat yang beresiko bisa menularkan penyakit TBC.
   2. Orang-orang yang tinggal di satu rumah dengan penderita TBC aktif. Keadaan ini
      akan meningkatkan kemungkinan seseorang tertular bakteri TBC dan sangat
      besar kemungkinannya untuk berkembang menjadi infeksi.


Komplikasi Akibat TBC

Para penderita TBC aktif, harus segera mendapatkan perawatan. Jika tidak, bakteri TBC

aktif akan berkembang dan menyebabkan terjadinya komplikasi serius, seperti:

   1. Kerusakan paru-paru yang bisa membuat paru-paru berlubang dan menderita
      cavities . Area yang rusak, mungkin juga akan menyebabkan terjadinya
      pendarahan di paru-paru atau terinfeksi bakteri lainnya dan kemungkinan besar
      terjadi abscess .
   2. Berlubangnya saluran pernafasan di paru-paru.
   3. Terblokirnya aliran udara di dalam paru-paru.




TBC Pada Anak
Posted by Ummu Kautsar pada 1 Mei 2010


Di Indonesia, penyakit TBC memang masih menjadi momok. Maklum saja, karena negara kita

tercinta ini termasuk daerah endemis TBC.   Anak kurus, susah/tidak mau makan, berat badan

seret naik atau malah tidak naik-naik, acapkali dicurigai mengidap TBC. Orangtua manasih, yang

tidak gelisah ketika berat badan anaknya yang masih batita, stagnan di kilogram tertentu.


Dapat dimaklumi kalau orangtua sangat menaruh perhatian (malah kadang berlebihan) pada hal

yang satu ini, karena kenaikan berat badan merupakan salah satu indikator tumbuh kembang
anak, utamanya balita.



                                               20
Tetapi penyebab mandeknya kenaikan berat badan anak bukan monopoli TBC, lho! Ada banyak

penyakit selain TBC, yang menyebabkan berat badan anak terganggu.


Sedihnya, masih banyak anak di republik ini yang ’didiagnosis’ sakit TBC padahal penyakit

sebenarnya bukan itu. Akibatnya, anak jadi memperoleh pengobatan yang salah. Tentu kita tidak

mau dong, hal itu terjadi pada si kecil. Karena itu, ngga ada salahnya orangtua belajar untuk

mengenal serba-serbi penyakit ini. Bukan untuk berlagak atau sok-sokan menjadi dokter, lho……

Tetapi menambah pengetahuan merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesehatan diri dan

keluarga.


What is TBC?


Tuberculosis – yang disingkat TBC atau TB – adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut

dengan Pulmonary TB. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian/organ lain dalam tubuh,
dan TB jenis ini lebih berbahaya dari pulmonary TB. Bila kuman TB menyerang otak dan sistem

saraf pusat, akan menyebabkan meningeal TB. Bila (kuman TB) menginfeksi hampir seluruh

organ tubuh, seperti ginjal, jantung, saluran kencing, tulang, sendi, otot, usus, kulit,

disebutmiliary TB atau extrapulmonary TB.

Kuman TB berbentuk batang dan memiliki sifat khusus, yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan, sehingga sering disebut juga sebagai Basil/bakteri Tahan Asam (BTA). Bakteri TB
akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung. Tetapi dalam tempat yang lembab, gelap,
dan pada suhu kamar, kuman dapat bertahan hidup selama beberapa jam. Dalam tubuh, kuman
ini dapat tertidur lama (dorman) selama beberapa tahun.

Bagaimana TB Menular?


Bakteri TB menyebar bila orang dewasa penderita TB aktif yang tidak tertangani dengan baik
(baca: memperoleh pengobatan), bersin atau batuk sehingga mengeluarkan sputum

droplet (percikan dahak) yang mengandung kuman TB. Bila kuman terhirup oleh orang dewasa

lain, anak atau bayi yang sehat, menyebabkan mereka terinfeksi M. tuberculosis. Secara umum,

hanya TBC paru-paru (pulmonary TB) yang menular. Namun orang yang tertular tidak selalu akan

sakit TBC paru-paru juga, tergantung bagian tubuh (organ) mana yang diserang oleh bakteri TB.

Selain dari droplet dahak penderita TBC aktif, kuman TB juga dapat masuk ke tubuh manusia dari

susu sapi murni yang tidak diolah (dimasak) dengan sempurna.

Meskipun menular, tetapi orang tertular tuberculosis tidak semudah tertular flu. Penularan
penyakit ini memerlukan waktu pemaparan yang cukup lama dan intensif dengan sumber penyakit
(penular). Menurut Mayoclinic, seseorang yang kesehatan fisiknya baik, memerlukan kontak
dengan penderita TB aktif setidaknya 8 jam sehari selama 6 bulan, untuk dapat terinfeksi.
Sementara masa inkubasi TB sendiri, yaitu waktu yang diperlukan dari mula terinfeksi sampai
menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TB, lalu menjadi sakit TB. Menurut TB/HIV Clinical
Manual hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi, berlanjut menjadi penderita TB (TB aktif).
Kelompok yang paling rawan terinfeksi bakteri TB adalah bayi dan anak usia kurang dari 1 tahun.
Setelah itu, tingkat kerawanannya menurun. Bahkan pada kisaran usia 5-9 tahun, anak-anak


                                                  21
memiliki tingkat resiko terinfeksi yang paling rendah. Usia 10 tahun ke atas, tingkat kerawanan
infeksi itu kemudian akan meningkat kembali, meskipun tidak setinggi kelompok usia 0-1
tahun.Anak-anak yang sakit TBC tidak dapat menularkan kuman TB ke anak lain atau ke
orang dewasa. Sebab, pada anak biasanya TB bersifat tertutup. Kalaupun ada sekresi dahak,
konsentrasi atau jumlah bakteri dalam droplet cenderung sedikit. Jadi kalau ada anak yang
terinfeksi TBC, sudah pasti sumber penularnya adalah orang dewasa yang ’dekat’ dengannya.

Orang dewasa penderita TB aktif yang telah menjalani pengobatan selama 2 minggu juga sudah

aman. Dalam arti, ia sudah tidak menularkan kuman TB lagi. Meski demikian, yang bersangkutan

tetap harus meneruskan terapi obatnya hingga selesai, untuk menghindari MDR (multi-drugs

resistant) TB atau kuman TB yang resisten terhadap obat anti TB.


Bagaimana Mendiagnosa TB Pada Anak ?


Sesungguhnya mendiagnosa tuberculosis pada anak, terlebih pada anak-anak yang masih sangat

kecil, sangat sulit. Diagnosa tepat TBC tak lain dan tak bukan adalah dengan menemukan

adanya Mycobacterium tuberculosis yang hidup dan aktif dalam tubuh suspect TB atau orang yang

diduga TBC. Caranya? Yang paling mudah adalah dengan melakukan tes dahak. Pada orang
dewasa, hal ini tak sulit dilakukan. Tapi lain ceritanya, pada anak-anak karena mereka, apalagi

yang masih usia balita, belum mampu mengeluarkan dahak. Karenanya, diperlukan alternatif lain

untuk mendiagnosa TB pada anak.


Kesulitan lainnya, tanda-tanda dan gejala TB pada anak seringkali tidak spesifik (khas). Cukup

banyak anak yang overdiagnosed sebagai pengidap TB, padahal sebenarnya tidak.

Atau underdiagnosed, maksudnya terinfeksi atau malah sakit TB tetapi tidak terdeteksi sehingga

tidak memperoleh penanganan yang tepat. Diagnosa TBC pada anak tidak dapat ditegakkan

hanya dengan 1 atau 2 tes saja, melainkan harus komprehensif.


dr. Davide Manissero dari WHO Indonesia (pada seminar PESAT 5 Jakarta, 4 Maret 2006)
mengibaratkan diagnosa TBC itu bagaikan menggambar sekuntum bunga. Penyakit TBC

diibaratkan sebagai putik bunga, sementara 4 mahkota bunga yang melingkupi putik adalah

riwayat kontak/pemaparan dengan penderita TB aktif, gejala, tes Mantoux (uji Tuberkulin), dan

foto rontgen. Kemudian, jika memungkinkan dilakukan uji bakteriologi (yang dilambangkan

sebagai tangkai bunga) untuk menemukan ’biang keladinya’ alias kuman TBC.


Menurut dr. Bambang Supriyatno, SpAK dalam seminar Tuberculosis (24 Juni 2006), untuk

memastikan apakah anak benar sakit TBC, dokter memerlukan satu alat diagnostik gabungan,

yaitu sistem pembobotan (scoring). Ikatan Dokter Anak Indonesia telah mengeluarkan standar

untuk sistem scoring ini. Memang hanya dokter yang berwenang untuk melakukan pembobotan

(scoring). Namun demi kepentingan anak, sebaiknya orangtua juga proaktif berdiskusi dengan

sang dokter dan membekali diri dengan pengetahuan tentang penyakit ini.


1. Riwayat Kontak atau Pemaparan



                                               22
Penyakit TBC adalah penyakit infeksi. Artinya, pasti ada sumber penularnya. Karena penularan

TB memerlukan waktu pemaparan (exposure) yang cukup lama, maka apabila anak menderita

TBC pastilah ’sumbernya’ adalah orang yang sehari-hari dekat dengannya. Entah itu ayah, ibu,

kakek, nenek, pengasuh, atau orang lain yang tinggal satu rumah dengan anak dalam waktu yang

cukup lama. Maka dari itu, ketika seorang anak/bayi diduga menderita TB, semua orang yang

sehari-hari dekat dengan si kecil harus dipastikan mengidap TBC atau tidak.


Tingginya prevalensi (angka kejadian) TBC di Indonesia, menyebabkan uji Tuberkulin (Mantoux

test) tak lagi efektif untuk mendiagnosa TBC pada orang dewasa karena sebagian besar orang

dewasa yang tinggal dan hidup di sini sudah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Pada orang

dewasa, diagnosis TB dapat dilakukan melalui uji dahak (sputum test) dan foto rontgen paru-

paru. Uji dahak dilakukan untuk mengetahui keberadaan BTA dalam dahak. Tempat yang tepat

(dan murah) untuk melakukan uji ini adalah Puskesmas. Foto rontgen paru-paru dari orang

dewasa yang mengidap TB aktif, memberikan gambaran yang sangat khas. Walaupun anak tak
tampak sakit tapi bila terbukti ada orang dewasa (yang dekat dengan anak) yang sakit TBC, maka

orangtua ’harus’ curiga anak terinfeksi TB dan membawanya ke dokter/RS/puskesmas agar anak

mendapatkan penanganan yang tepat, untuk mencegahnya menjadi sakit TB.


Oleh sebab itu, sebelum mempekerjakan orang di rumah (pembantu rumah tangga, pengasuh

anak, supir keluarga), sebaiknya orangtua memastikan lebih dulu kondisi kesehatan orang-orang

tersebut. Karena mereka lah yang lebih banyak berada di sekitar anak, apalagi bila kedua

orangtua (ayah dan ibu) bekerja penuh waktu.


2. Gejala


Tuberculosis pada anak-anak seringkali tidak menimbulkan gejala khusus. Gejala utama TB pada

orang dewasa adalah batuk berdahak yang terus menerus selama 3 minggu atau lebih.

Sayangnya, pada anak-anak, umumnya batuk lama bukan gejala utama TB. Batuk lama, juga

bisa manifestasi dari alergi.

Menurut Pedoman Nasional Tuberkulosis (2002), gejala umum TB pada anak-anak adalah sebagai
berikut :

        Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik
        dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
        Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik
        (failure to thrive) dengan adekuat.
        Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas, setelah disingkirkan kemungkinan
        penyebab lainnya (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut). Dapat juga
        disertai keringat malam.
        Pembesaran kelenjar getah bening yang tidak sakit, di leher, ketiak dan lipatan paha.
        Gejala –gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah
        disingkirkan sebab lain dari batuk), nyeri dada ketika bernafas atau batuk.

Apabila bakteri TB menyebar ke organ-organ tubuh yang lain, gejala yang ditimbulkan akan
berbeda-beda. Misalnya;

                                               23
Kaku kuduk, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran pada TBC otak & saraf
       (meningitis TB)
       Gibbus, pembengkakan tulang pinggul, lutut, kaki dan tangan, pada TBC tulang & sendi

Namun harus dicermati pula bahwa gejala-gejala di atas bukan monopoli TBC, karena banyak juga
jenis penyakit lain yang menimbulkan gejala serupa. Meski begitu, bila anak mengalami gejala-
gejala seperti tersebut di atas, sah-sah saja bila orangtua curiga. Tetapi kecurigaan ini harus
dimanisfestasikan secara rasional, dengan cara memastikan dengan sebenar-benarnya apakah
anak mengidap TBC atau tidak. Terlebih bila ada orang dewasa (yang sehari-hari bergaul dekat
dengan anak) yang sakit TBC, maka orangtua ’wajib’ memeriksakan kondisi kesehatan anak.
Berat badan tidak naik-naik misalnya, juga bisa disebabkan oleh banyak penyakit selain TBC.
Antara lain gangguan pencernaan, infeksi saluran kemih (ISK), penyakit jantung bawaan (PJB),
refluks, gangguan tiroid, atau lainnya. Karena itu, sebelum terburu-buru menduga anak mengidap
TB, pastikan terlebih dahulu kemungkinan penyakit lain. Dibarengi dengan upaya perbaikan gizi
selama 1 bulan. Bila setelah itu berat badan anak meningkat, berarti kemungkinan anak tidak
mengidap TB. Namun apabila setelah upaya tersebut, berat badan anak tidak meningkat atau
malah semakin turun dan terbukti tidak disebabkan oleh penyakit lain, maka orangtua ’wajib’
untuk curiga.
Juga harus dibedakan antara susah makan dengan kehilangan nafsu makan. Memang ada
masanya dimana anak jadi susah makan, dan itu normal. Tetapi bila tiba-tiba anak sampai tidak
mau makan sama sekali (anorexia) dan hal itu berlangsung lama, atau bahkan makin memburuk,
maka orangtua harus ’khawatir’. Anak-anak usia balita juga seringkali mengalami pembengkakan
kelenjar getah bening di bagian belakang telinga. Karena hal itu menunjukkan sistem imun
tubuhnya sedang ’dilatih’ menghadapi serangan mikroorganisme. Orangtua baru harus khawatir
bila pembengkakan terjadi di leher (bukan bagian belakang telinga), ketiak dan paha, dan
bengkaknya berukuran besar (diameternya lebih dari 1 cm).
Batuk lama. Orangtua harus benar-benar memastikan, apakah batuk anak berlangsung dalam
waktu lama (tanpa jeda) ataukah berulang? Sebab, menurut dr. Bambang Supriyatno, SpAK
dalam seminar Tuberkulosis (24 Juni 2006), jika anak menderita batuk berulang, maka orangtua
harus ’mencurigai’ penyakit lain; seperti asma, atau sinusitis untuk anak usia di atas 5 tahun.
Begitu pula dengan demam. Demam yang perlu dicurigai TB adalah demam tingkat rendah atau
sumeng yang berlangsung lebih dari 2 minggu dan bukan disebabkan oleh tifus, ISK, malaria atau
penyakit lain selain TBC.
Selain gejala-gejala tersebut di atas, orangtua juga harus mengamati perilaku sehari-hari anak.
Anak-anak cenderung belum bisa menceritakan dengan jelas apa yang mereka rasakan. Rasa
tidak enak badan, sakit, atau ketidaknyamanan yang mereka rasakan, cenderung dimanifestasikan
melalui perubahan sikap, misalnya tiba-tiba rewel terus menerus, menjadi cengeng atau gampang
marah.
3. Tes Mantoux atau Uji Tuberkulin
Karena tanda-tanda dan gejala TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-satunya cara untuk
memastikan anak terinfeksi oleh kuman TB, adalah melalui uji Tuberkulin (tes Mantoux). Tes
Mantoux ini hanya menunjukkan apakah seseorang terinfeksi Mycobacterium tuberculosisatau
tidak, dan sama sekali bukan untuk menegakkan diagnosa atas penyakit TB. Sebab, tidak semua
orang yang terinfeksi kuman TB lalu menjadi sakit TB.
Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB, kira-kira 2-8 minggu setelah terinfeksi. Pada
kurun waktu inilah tes Mantoux mulai bereaksi. Ketika pada saat terinfeksi daya tahan tubuh
orang tersebut sangat baik, bakteri akan mati dan tidak ada lagi infeksi dalam tubuh. Namun
pada orang lain, yang terjadi adalah bakteri tidak aktif tetapi bertahan lama di dalam tubuh dan
sama sekali tidak menimbulkan gejala. Atau pada orang lainnya lagi, bakteri tetap aktif dan orang
tersebut menjadi sakit TB.
Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman TBC, yang telah
dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan dermis) kulit pada lengan bawah. Lalu,
48 sampai 72 jam kemudian, tenaga medis harus melihat hasilnya untuk diukur. Yang diukur
adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna kemerahannya
(erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan centimeter. Bahkan bila ternyata tidak
ada indurasi, hasil tetap harus ditulis sebagai 0 mm.
Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila diameter indurasi berukuran sama
dengan atau lebih dari 10 mm. Namun, untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun yang tanpa
faktor resiko TB, dikatakan positif bila indurasinya berdiameter 15 mm atau lebih. Hal ini
dikarenakan pengaruh vaksin BCG yang diperolehnya ketika baru lahir, masih kuat. Pengecualian
lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau anak dengan HIV, sudah dianggap positif bila
diameter indurasinya 5 mm atau lebih.
Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif palsu (anergi), artinya hasil negatif

                                               24
padahal sesungguhnya terinfeksi kuman TB. Anergi dapat terjadi apabila anak mengalami
malnutrisi berat atau gizi buruk (gizi kurang tidak menyebabkan anergi), sistem imun tubuhnya
sedang sangat menurun akibat mengkonsumsi obat-obat tertentu, baru saja divaksinasi dengan
virus hidup, sedang terkena infeksi virus, baru saja terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes Mantoux
yang kurang benar. Apabila dicurigai terjadi anergi, maka tes harus diulang.
4. Foto Rontgen
Untuk memperkuat diagnosis, diperlukan foto rontgen paru-paru. Tapi masalahnya, gambar
rontgen dari TBC paru pada anak umumnya tidak khas sehingga menyulitkan interpretasi foto.
Diperlukan orang yang benar-benar ahli, untuk menghindari
terjadinya overdiagnosis atauunderdiagnosis.
Pada orang dewasa, kuman TBC membangun sarangnya pada paru-paru bagian atas, sehingga
pada gambar rontgennya akan terlihat adanya infiltrat pada daerah tersebut. Sedangkan pada
anak-anak, kuman TB membangun sarang di kelenjar getah bening yang lokasinya berdekatan
dengan jantung. Jika hanya difoto dari depan akan sulit melihat adanya infiltrat, karena terutup
oleh bayangan jantung. Oleh karena itu, untuk memperkuat diagnosis, foto rontgen juga harus
dilakukan dari arah samping.
Dengan begitu, gambaran paru-paru tidak ’diganggu’ oleh bayangan jantung. Tetapi, lagi-lagi
keberadaan infiltrat bukan mutlak menunjukkan anak mengidap TBC. Anak yang sedang batuk
dengan dahak yang banyak, meski tidak mengidap TB bila difoto rontgen dadanya, bisa
memberikan gambaran infiltrat. Oleh karenanya, foto rontgen harus dilakukan pada saat anak
dalam kondisi terbaik. Paling baik memang setelah anak sembuh dari batuknya. Bila tidak
memungkinkan, pilih waktu ketika batuknya minimal. Sekali lagi, foto rontgen saja tidak dapat
digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis TBC.
5. Uji Bakteriologi
Uji bakteriologi yang umum dilakukan adalah melalui pemeriksaan sampel dahak (tes dahak
atau sputum test). Bila ditemukan adanya bakteri TB di dalam 2 sampel dari 3 sampel dahak
seseorang, berarti orang tersebut dikatakan positif mengidap TBC paru aktif. Pendambilan sampel
dilakukan secara SPS, maksudnya Sewaktu kunjungan pertama, esok Paginya, dan Sewaktu
kunjungan berikut (kedua). Selain diperiksa melalui mikroskop, sampel dahak juga dapat
diperiksa dengan cara dibiakkan dalam medium tertentu (tes kultur dahak). Tetapi tes ini
memakan waktu yang lama, sementara tes dahak yang biasa hanya memakan waktu beberapa
jam saja untuk mendapatkan hasilnya.
Namun tes dahak sangat sulit dilakukan pada anak-anak, karena mereka cenderung menelan
dahaknya. Kalaupun ingin melakukan pemeriksaan mikroskopis BTA pada anak, caranya dengan
menggunakan bilasan lambung anak. Tetapi cara ini dinilai menyakitkan bagi anak, sehingga tidak
digunakan untuk deteksi dini. Bagi anak yang sudah mampu mengeluarkan dahaknya, maka tes
dahak menjadi satu keharusan.
6. Tes Darah
Biasanya, parameter yang diuji pada pemeriksaan darah adalah LED (laju endap darah) dan kadar
limfosit. Tetapi keduanya ini nilai diagnostiknya bahkan lebih rendah daripada foto rontgen,
sehingga hanya dapat digunakan sebagai data pendukung. Nilai LED dan limfosit yang tinggi (di
atas kadar normal) hanya menunjukkan terjadinya infeksi di dalam tubuh. Akan tetapi, semua
jenis infeksi juga dapat meningkatkan nilai LED dan limfosit dalam darah.
Pengobatan TBC
Bila anak positif sakit TBC, maka harus diobati sampai benar-benar sembuh. Kombinasi obat anti
TBC (OAT) untuk anak adalah Isoniasid (INH), Rifampisin, dan Pirazinamid. Ketiga obat tersebut
diberikan selama 2 bulan pertama, lalu setelah itu, yaitu mulai bukan ketiga sampai keenam (4
bulan berikutnya) hanya diberikan kombinasi INH dan Rifampisin. Untuk bisa sembuh, anak (dan
orang dewasa) penderita TB harus mengkonsumsi OAT secara teratur, setiap hari, dan dalam
jangka waktu lama. Bakteri TB ini ’mati’ secara sangat perlahan. Butuh waktu minimal 6 bulan
untuk ’membunuh’ semua bakteri Tb dalam tubuh. Setelah mengkonsumsi OAT selama 2 minggu,
anak mungkin akan merasa lebih baik dan tampak sehat. Tetapi ia tetap harus mengonsumsi OAT
sampai selesai masa pengobatannya, karena pada saat itu belum semua bakteri TB mati.
Pada anak, lamanya pengobatan TB ini tergantung dari jenis TB yang diderita. Untuk TB paru-
paru (pulmonary TB), lama pengobatan cukup 6 bulan saja. Alasannya, kuman TB yang ’hidup’
dalam tubuh anak penderita TB aktif, jumlahnya jauh lebih sedikit daripada kuman yang ada
dalam orang dewasa penderita TB aktif. Kenapa bisa begitu? Ini adalah berkat ’perlindungan’ dari
imunisasi BCG. Sisa kuman yang masih ada setelah terapi pengobatan selesai, sudah tidak dapat
berkembang biak lagi sehingga tidak berbahaya. Namun, untuk jenis TB yang lebih berat,
yakni meningeal TB dan miliary TB, lamanya pengobatan setidaknya 9 bulan.
Bagaimana bila anak melewatkan dosis OAT-nya? Menurut dr. Davide dari WHO Indonesia pada
seminar PESAT 5 (4 Maret 2006), apabila anak penderita TBC aktif melewatkan dosis OAT
sampai maksimal 7 dosis (berarti 1 minggu), ia tidak perlu mengulang dari awal lagi, cukup


                                                25
meneruskan saja sisa masa terapinya. Karena jumlah kuman TB dalam tubuh anak jauh lebih
sedikit daripada yang ada dalam tubuh orang dewasa, sehingga resistensi kuman juga menjadi
jauh lebih rendah. Tetapi bila lewat lebih dari 1 minggu dan atau hal itu terjadi berulangkali,
orangtua harus segera berkonsultasi dengan petugas kesehatan (dokter) yang berwenang.
Efek Samping OAT
Ketiga obat anti TBC tersebut sebenarnya bersifat racun bagi hati, apalagi karena harus
dikonsumsi dalam jangka panjang. Oleh karena, setelah selesai masa pengobatan, biasanya
dokter memeriksa fungsi kerja hati (SGOT/SGPT). Isoniazid atau INH juga dapat menimbulkan
reaksi negatif berupa kesemutan, nyeri otot, bahkan gangguan kesadaran. Untuk mengurangi
efek tersebut, diberikan suplemen vitamin B6 (piridoxin) selama masa pengobatan.
Obat anti TBC untuk orang dewasa, selain INH, Rifampisin dan Pirazinamid, juga ada satu jenis
obat lagi yaitu etambutol. Tetapi, jenis obat yang satu ini tidak diberikan untuk anak-anak yang
’hanya’ sakit TB paru-paru. Karena efek samping etambutol pada anak berusia kurang dari 8
tahun adalah buta warna dan/atau pandangan terbatas (seperti memakai kacamata kuda). Meski
demikian, pada anak dengan kasus sakit TB yang berat (TB meningitis atau milier), ’terpaksa’
harus menggunakan etambutol, dengan catatan dosisnya harus tepat.
Mengingat demikian beratnya efek samping OAT, sudah seharusnya bila orangtua benar-benar
memastikan apakah anak sakit TB atau tidak. TB/HIV Clinical Manual yang diterbitkan oleh WHO
menyebutkan bahwa inisiasi (pemulaian) pengobatan TBC pada anak merupakan proses aktif.
Apabila secara umum anak tidak tampak ’sakit’, tak perlu terburu-buru untuk memulainya! Alih-
alih demikian, sebaiknya orangtua bersama-sama dengan dokter yang menangani anak,
melakukan pengamatan yang lebih mendalam lagi tentang kondisi anak. Ini karena kerja TBC
pada anak tidak sama seperti TBC pada orang dewasa. Jumlah kuman TBC yang ada dalam tubuh
anak jauh lebih sedikit dari jumlah yang ada dalam tubuh orang dewasa, dengan sendirinya
perkembangan penyakit itu juga lebih lambat pada anak. Tapi lain ceritanya, bila kondisi anak
terlihat parah – sampai tidak dapat bangun, misalnya – atau usia anak masih sangat muda (di
bawah 1 tahun). Pada kondisi-kondisi tersebut, pengobatan mau tidak mau harus segera dimulai.
TB Laten. Apakah Itu?
Istilah laten TB atau TB laten ini sering kita temui di internet. Sesungguhnya, yang dimaksud
dengan TB laten adalah orang yang terinfeksi bakteri TB tetapi tidak menjadi sakit TB (mengidap
TB aktif). Dengan kata lain TB laten adalah infeksi TB. Dikatakan laten karena kuman TB tidak
aktif tetapi juga tidak mati, melainkan tidur lama (dorman). TB pada kondisi ini tidak menular.
Orang dengan infeksi ini, tidak menunjukkan gejala-gejala TB dan sama sekali tidak merasa sakit.
Bahkan foto rontgen paru-parunya normal dan bila dites dahaknya pun akan negatif. Keberadaan
TB laten atau infeksi TB ini hanya bisa dideteksi melalui uji tuberkulin atau pemeriksaan darah
khusus TB.
Karena sistem imun tubuhnya memang belum sempurna, maka anak-anak balita adalah kelompok
yang paling rentan terinfeksi kuman TB. Tetapi berkat vaksin BCG yang diberikan segera setelah
bayi lahir, membuat anak tidak berkembang menjadi sakit TB. Anak yang terinfeksi TB ini ibarat
bom waktu, yang akan ’meledak’ sewaktu-waktu bila kondisinya tepat. Yang dimaksud dengan
kondisi yang tepat adalah pada saat daya tahan tubuh anak sedang menurun karena sedang sakit
berat (karena penyakit lain), atau bisa juga penyakit TBC-nya muncul setelah si anak tumbuh
dewasa atau berusia lanjut.
Karenanya, apabila anak positif terinfeksi TB, walaupun tidak berkembang menjadi sakit TB, tetap
perlu diberi pengobatan pencegahan (profilaksis). Jumlah bakteri TB dalam infeksi TB lebih sedikit
dari TB aktif, sehingga penanganannya pun lebih mudah, cukup dengan satu jenis obat saja, yaitu
INH (isoniazid). Lama pengobatan pencegahan ini, menurut Pedoman Nasional Tuberkulosis,
berlangsung selama 6 bulan saja, tidak lebih! Akan tetapi, profilaksis hanya efektif bila anak
berusia < 5 tahun. Pengobatan pencegahan TBC untuk orang dewasa yang tinggal di Indonesia,
sama sekali tidak efektif alias percuma. Mengapa demikian? Karena negara Indonesia ini bisa
dibaratkan sebagaireservoir besar kuman TB, sehingga bisa dikatakan sebagian besar orang
dewasa di Indonesia sudah terinfeksi kuman TB.
Pencegahan Tuberculosis
Karena sumber penularan TB adalah orang-orang dewasa yang sehari-hari dekat dengan anak,
maka mereka lah yang harus ditangani dengan baik dan benar. Jika orangtua mencurigai dirinya
atau anggota keluarga (yang serumah) lain memiliki gejala-gejala TBC, segera periksakan ke
dokter untuk memastikan apakah menderita TBC aktif atau tidak. Jika ternyata ada yang positif
mengidap TBC aktif, tentunya anak harus diberi profilaksis INH, dan orang-orang lain yang tinggal
serumah juga harus segera diperiksa kondisi kesehatannya. Sedangkan orang yang positif
mengidap TBC aktif harus dipastikan mengkonsumsi OAT-nya secara teratur sampai masa
pengobatannya selesai. Akan lebih baik apabila screening ini dilakukan sebelum bayi lahir atau
bahkan sebelum ibu hamil.



                                               26
Imunisasi dengan vaksin BCG sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit TBC.
Vaksin ini akan memberi tubuh kekebalan aktif terhadap penyakit TBC. Vaksin ini hanya perlu
diberikan sekali seumur hidup, karena pemberian lebih dari sekali pun tidak berpengaruh. Tetapi
imunisasi BCG juga tidak sepenuhnya dapat melindungi manusia dari serangan TBC. Tingkat
efektivitas vaksin BCG memang ’hanya’ 70-80 %. Beberapa negara maju menetapkan kebijakan
tidak perlu imunisasi BCG, cukup mengawasi dengan ketat kelompok yang beresiko tinggi. Tetapi
untuk Indonesia, vaksin ini masih sangat dibutuhkan, mengingat posisi Indonesia yang no 3 di
dunia sebagai negara dengan jumlah penderita TBC terbanyak.
Vaksin BCG akan sangat efektif bila diberikan segera setelah lahir atau paling lambat 2 bulan
setelah lahir (dengan catatan selama itu bayi tidak kontak dengan pengidap TB aktif). Meskipun
BCG tidak dapat 100% mencegah TBC paru-paru, tetapi pemberian vaksin ini akan melindungi
anak dari bentuk-bentuk TBC yang lebih ganas (meningeal TB dan miliary TB). Anak yang sudah
diimunisasi BCG, lalu terinfeksi kuman TB, umumnya tidak berkembang menjadi sakit. Kalaupun
sampai berkembang menjadi TB aktif, biasanya perkembangbiakan kuman akan terlokalisir di
paru-paru saja (pulmonary TB). Selain imunisasi, orangtua juga harus memperhatikan asupan gizi
anak. Asupan gizi yang baik ditambah imunisasi BCG, diharapkan cukup ampuh menangkal
serangan bakteri TB. Kalaupun anak sampai terinfeksi, dampaknya akan lebih ringan. (EG-index)
Daftar Kepustakaan :

        Konsultasi dengan dr. Purnamawati S. Pujiarto, SpAK, MMPed dalam Cyberwoman tanggal
        22 Februari 2005
        Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. 2002. Departemen Kesehatan RI.
        Tuberculosis dalam www.infeksi.com
        Tuberculosis dalam www.mayoclinic.com , www.aap.org
        Tuberculosis dalam www.cdc.gov
        Latent TB Infection dalam www.cdc.com
        Tuberkulin Skin Testing dalam www.cdc.gov
        TBC Anak oleh dr. Davide Manissero (WHO Indonesia). Materi Seminar Program Edukasi
        Orangtua Sehat ke-5, 4 Maret 2006. Jakarta
        Tuberculosis oleh Gendi Jatikusumah. Materi Seminar Program Edukasi Orangtua Sehat
        ke-5 pada tanggal 4 Maret 2006. Jakarta.
        ”Flek Paru yang Mengecoh” dalam Intisari Edisi April 2005.
        Tuberkulosis Anak oleh dr. Bambang Supriyatno, SpAK. Makalah Seminar Tuberkulosis 24
        Juni 2006. Jakarta.
        TBC di Indonesia oleh dr. Carmelia Basri. Makalah Seminar Tuberkulosis 24 Juni 2006.
        Jakarta




Penyakit TBC Perlu Dikenali
Bukan Ditakuti
Posted by Ummu Kautsar pada 9 Februari 2008

1. Apakah tanda-tanda bahwa seseorang terkena penyakit TBC?
Tanda-tanda orang yang dicurigai terkena penyakit TBC yaitu secara umum dapat dilihat dari gejalanya terlebih

dahulu yaitu, demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai

keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu

makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak

enak (malaise), lemah. Dan untuk memberikan kepastian maka orang tersebut harus diperiksa lebih lanjut, jadi

tidak selalu bahwa orang batuk-batuk lama pasti menderita TBC, harus dipastikan dengan pemeriksaan
laboratorium dan foto rontgen.


                                                     27
Apakah setiap orang yang mengalami batuk berdarah berarti menderita TBC?
Belum tentu, karena batuk berdarah dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab, bisa karena penyakit paru-

paru lainnya, karena adanya perdarahan di daerah hidung bagian belakang yang tertelan dan pada saat batuk

keluar dari mulut atau karena anak batuk terlalu keras sehingga menyebabkan lukanya saluran nafas sehingga

mengeluarkan darah.

TBC menular melalui media apa saja? Dan rata-rata berapa lama gejala timbul setelah
orang terpapar kuman TBC?
Pada umumnya adalah melalui percikan dahak penderita yang keluar saat batuk (beberapa ahli mengatakan

bahwa air ludah juga bisa menjadi media perantara), bisa juga melalui debu, alat makan/minum yang

mengandung kuman TBC. Kuman yang masuk dalam tubuh akan berkembangbiak, lamanya dari terkumpulnya

kuman sampai timbulnya gejala penyakit dapat berbulan-bulan sampai tahunan.

Apakah kena udara pagi terus menerus dan merokok dapat menyebabkan TBC?
Kena udara pagi terus menerus tidak terlalu bermasalah dalam hal penularan TBC, sedangkan merokok dapat
menurunkan daya tahan dari paru-paru, sehingga relatif akan mempermudah terkena TBC.

Apakah penyakit TBC itu diwariskan secara genetik?
Penyakit TBC tidak diwariskan secara genetik, karena penyakit TBC bukanlah penyakit turunan. Hanya karena

penularannya adalah melalui percikan dahak yang mengandung kuman TBC, maka orang yang hidup dekat

dengan penderita TBC dapat tertular.

Mengapa pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama?
Karena bakteri TBC dapat hidup berbulan-bulan walaupun sudah terkena antibiotika (bakteri TBC memiliki

daya tahan yang kuat), sehingga pengobatan TBC memerlukan waktu antara 6 sampai 9 bulan. Walaupun gejala

penyakit TBC sudah hilang, pengobatan tetap harus dilakukan sampai tuntas, karena bakteri TBC sebenarnya

masih berada dalam keadaan aktif dan siap membentuk resistensi terhadap obat. Kombinasi beberapa obat TBC

diperlukan karena untuk menghadapi kuman TBC yang berada dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan

yang cepat.

Bagaimana bila penderita TBC tidak mengkonsumsi obat secara teratur?
Hal ini akan menyebabkan tidak tuntasnya penyembuhan, sehingga dikhawatirkan akan timbul resistensi

bakteri TBC terhadap antibiotika sehingga pengobatan akan semakin sulit dan mahal.

Bisakah penyakit TBC disembuhkan secara tuntas? Bagaimana caranya?
Penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila penderita mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk

minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan, serta mengkonsumsi makanan yang

bergizi cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.

Apakah orang yang telah sembuh dari penyakit TBC dapat terjangkit kembali?
Dapat, karena setelah sembuh dari penyakit TBC tidak ada kekebalan seumur hidup. Jadi bila telah sembuh dari

penyakit TBC kemudian tertular kembali oleh kuman TBC, maka orang tersebut dapat terjangkit kembali.


                                                     28
Apakah flek kecil di paru-paru pada anak balita sudah dapat dikatakan TBC?
Flek kecil di paru-paru balita pada umumnya memang disebabkan oleh TBC. Oleh karena itu perlu diteliti

apakah ada gejala-gejala klinis penyakit TBC atau tidak. Bila tidak ada berarti pernah tertular penyakit TBC tapi

karena daya tahan tubuhnya tinggi sehingga tidak bergejala. Atau saat ini anak tersebut sudah sembuh dari

penyakit TBC dan hanya meninggalkan bekasnya saja di paru-paru.

Mungkinkah terkena penyakit TBC bila kita hidup di lingkungan yang bersih?
Kemungkinan kita tertular akan tetap ada, karena kita hidup tidak hanya di lingkungan sekitar rumah kita saja,

bisa saja suatu saat kita berada di sekolahan, bioskop, kantor, bus yang belum tentu terbebas dari kuman TBC.

Hidup di lingkungan yang bersih memang akan memperkecil risiko terjangkit TBC.

Bagaimana efek terhadap janin bila ibu hamil sedang mengidap penyakit TBC?
Biasanya keadaan gizi penderita TBC kurang baik, sehingga hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bagi

janin dalam kandungan. Ibu hamil tetap harus diberikan terapi dengan obat TBC dengan dosis efektif terendah.

Obat TBC yang diminum oleh ibu dapat melewati plasenta dan masuk ke janin dan berdasarkan beberapa

kepustakaan disebutkan tidak memberikan efek yang terlampau berbahaya, akan tetapi pemantauan ketat pada

perkembangan janin harus tetap dilakukan. Setelah bayi dilahirkan dapat dipisahkan terlebih dahulu dari ibu

selama TBC masih aktif.

Bagaimana sikap kita bila di rumah terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit
TBC?
Bawa pasien ke dokter untuk mendapatkan pengobatan secara teratur, awasi minum obat secara ketat dan beri

makanan bergizi. Sirkulasi udara dan sinar matahari di rumah harus baik. Hindarkan kontak dengan percikan

batuk penderita, jangan menggunakan alat-alat makan/minum/mandi bersamaan.

Pola hidup bagaimana yang harus kita miliki agar terhindar dari penyakit TBC?
Pola hidup sehat adalah kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan
kuman TBC. Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk
memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC tidak akan
timbul gejala. Pola hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, selalu
menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup kita, rumah harus mendapatkan sinar matahari
yang cukup (tidak lembab), dll. Selain itu hindari terkena percikan batuk dari penderita TBC.




                            Kenali TBC Pada Usia Dini

Gejala yang bisa menjadi pertanda seorang anak menderita TBC adalah tidak hanya batuk saja, tapi juga
disertai dengan demam dandiare. Untuk mengetahui si anak menderita TBC atau tidak, anak tersebut
minimal harus memiliki tiga dari sepuluh gejala TBC yang harus dicurigai, antara lain:

         Batuk tiga minggu atau lebih yang bukan karena asma atau gangguan pernafasan lainnya
         Demam yang lama

                                                       29
Berat badan tidak naik atau bahkan turun
        Tes Mantoux positif
        Hasil foto rontgen menunjukkan tanda-tanda TBC
        Setelah divaksinasi BCG dalam waktu 3-7 hari, timbul reaksi hebat misalnya di tempat suntikan
        menjadi kemerah-merahan
        Ibu memiliki tes BTA (basil tahan asam) yang positif
        Adanya scrophuloderma atau TBC kulit (seperti koreng yang kronik dan tak kunjung sembuh)
        Adanya phlycternular conjungtivitis (kadang di mata ada merah, lalu ada bintik putih)
        Adanya specific lymphadenopathy (pembesaran kelenjar getah bening di leher)
        Pada TBC, biasanya kelenjar yang membesar akan berderet atau lebih dari satu

Perlu diketahui, kasus TBC pada anak di Indonesia cukup banyak yaitu sekitar 20% dari seluruh kasus
TBC. Diperkirakan terdapat 583.000 kasus baru TBC setiap tahunnya. Di seluruh dunia, TBC dapat
membunuh 100.000 anak setiap tahunnya. Anak-anak juga paling rentan menderita TBC berat, yang
menyerang otak dan medula spinalis. Mungkin karena sulit terdeteksi, kasus TBC pada anak seringkali
tidak diperhatikan. Anak penderita TBC yang datang ke rumah sakit umumnya sudah mengalami TBC
yang     berat,     meluas,   dan     sudah    menyerang       ke     selaput  otak     (meningitis).

Untuk mencegah TBC pada anak, perlu dilakukan vaksinasi BCG sejak bayi. Namun, apabila vakinasi itu
dilakukan ketika si anak masih berusia 2-3 bulan maka harus dilakukan tes Mantoux terlebih dahulu. Jika
tes Mantoux itu hasilnya negatif, baru boleh diberikan vaksinasi BCG. Kalau si anak ternyata positif TBC
dan kemudian diberikan vaksinasi BCG, hal itu justru akan memberatkan penyakitnya. Namun, vaksin BCG
tidak menjamin 100% si anak akan terhindar dari penyakit TBC. Hal itu disebabkan karena kasus TBC di
Indonesia masih banyak sehingga kuman penyebab TBC, yaitu Micobacterium tuberkulosis, banyak
tersebar                                          di                                       mana-mana.

Selain itu, tes Mantoux yang positif juga bukan jaminan bahwa si anak menderita TBC. Jika
tes Mantoux positif namun tidak disertai dengan minimal dua gejala lainnya, belum tentu anak tersebut
menderita TBC aktif. Selain itu, anak yang tes Mantoux-nya positif menunjukkan bahwa ia sudah terpapar
basil Tuberculosis, tapi kadang-kadang kondisi klinisnya baik. Pengobatan TBC pada anak adalah sekitar
enam bulan sama seperti halnya TBC pada orang dewasa. Biasanya hasilnya sudah terlihat setelah si
anak minum obat selama dua bulan. Namun, pengobatan TBC harus tetap dikonsultasikan pada dokter
spesialis agar diperoleh hasil pengobatan yang tepat dan benar.




                                                  30

Contenu connexe

Tendances (14)

POWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARUPOWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARU
 
Makalah TBC
Makalah TBCMakalah TBC
Makalah TBC
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
 
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Lp tb paru
Lp tb paruLp tb paru
Lp tb paru
 
Tbc epid
Tbc  epidTbc  epid
Tbc epid
 
Tbc ppt
Tbc pptTbc ppt
Tbc ppt
 
Makalah tuberculosis
Makalah tuberculosisMakalah tuberculosis
Makalah tuberculosis
 
Makalah tuberculosis
Makalah tuberculosisMakalah tuberculosis
Makalah tuberculosis
 
Penyuluhan tbc bagi tenaga pendidik
Penyuluhan tbc bagi tenaga pendidikPenyuluhan tbc bagi tenaga pendidik
Penyuluhan tbc bagi tenaga pendidik
 
Tbc pada ibu
Tbc pada ibuTbc pada ibu
Tbc pada ibu
 
Askep hiv
Askep hivAskep hiv
Askep hiv
 
Lp tb
Lp tbLp tb
Lp tb
 
Presentasi marini
Presentasi mariniPresentasi marini
Presentasi marini
 

En vedette (7)

Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah KualaJournal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
 
Agen penyakit 2013
Agen penyakit 2013Agen penyakit 2013
Agen penyakit 2013
 
“Pitfalls” pada tb anak
“Pitfalls” pada tb anak“Pitfalls” pada tb anak
“Pitfalls” pada tb anak
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
 
Radiologi & laboratorium a4
Radiologi & laboratorium a4Radiologi & laboratorium a4
Radiologi & laboratorium a4
 
Efek samping-obat-anti-tuberkulosis
Efek samping-obat-anti-tuberkulosisEfek samping-obat-anti-tuberkulosis
Efek samping-obat-anti-tuberkulosis
 
Hubungan Etnik - Perlembagaan Malaysia & Hubungan Etnik
Hubungan Etnik - Perlembagaan Malaysia & Hubungan EtnikHubungan Etnik - Perlembagaan Malaysia & Hubungan Etnik
Hubungan Etnik - Perlembagaan Malaysia & Hubungan Etnik
 

Similaire à Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di IndonesiaLima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
robimarta19
 
Laporan pendahuluan
Laporan pendahuluanLaporan pendahuluan
Laporan pendahuluan
oini2
 
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakitMycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit
Operator Warnet Vast Raha
 

Similaire à Penanganan terkini tuberkulosis atau tb (20)

Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
ASKEP TB.docx
ASKEP TB.docxASKEP TB.docx
ASKEP TB.docx
 
Makalah tuberculosis
Makalah tuberculosisMakalah tuberculosis
Makalah tuberculosis
 
bahan materi tb bumil.docx
bahan materi tb bumil.docxbahan materi tb bumil.docx
bahan materi tb bumil.docx
 
TBC
TBCTBC
TBC
 
Makalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakkMakalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakk
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 
Askep TB.docx
Askep TB.docxAskep TB.docx
Askep TB.docx
 
Ppt TBC 1
Ppt TBC 1Ppt TBC 1
Ppt TBC 1
 
TB Paru ppt essay pulmo.pptx
TB Paru ppt essay pulmo.pptxTB Paru ppt essay pulmo.pptx
TB Paru ppt essay pulmo.pptx
 
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di IndonesiaLima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
 
Makalah tb paru di indonesia
Makalah tb paru di indonesiaMakalah tb paru di indonesia
Makalah tb paru di indonesia
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
 
Apa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC.docx
Apa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC.docxApa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC.docx
Apa itu TOSS TBC dan Kenali Gejala TBC.docx
 
Laporan pendahuluan
Laporan pendahuluanLaporan pendahuluan
Laporan pendahuluan
 
Canul
CanulCanul
Canul
 
Satuan acara penyuluha penanganan tbc
Satuan acara penyuluha penanganan tbcSatuan acara penyuluha penanganan tbc
Satuan acara penyuluha penanganan tbc
 
PPT TBC Kelompok 7.pptx
PPT TBC Kelompok 7.pptxPPT TBC Kelompok 7.pptx
PPT TBC Kelompok 7.pptx
 
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakitMycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit
 

Dernier

aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
HafidRanggasi
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
AgusRahmat39
 

Dernier (20)

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 

Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

  • 1. Penanganan Terkini Tuberkulosis atau TB (TBC) Pada Anak Widodo Judarwanto, Children Grow Up Clinic Jakarta Indonesia Tuberkulosis atau TB (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleksMycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus. Namun dibalik bahaya TB tersebut, seringkali banyak kasus pada anak dan dewasa sering terjadi underdiagnosis dan paling sering adalah overdiagnosis karena dalam menegakkan diagnosis tidak mudah. Overdiagnosis artinya tidak mengalami infeksi TB tetapi didiagniosis dan diobati sebagai TB. Bila diagnosis meragukan sebaiknya lakukan second opinion ke dokter anak lainnya atau ke dokter ahli paru anak. Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mikobakterium tuberkulosis yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia. 1
  • 2. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis. Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah. Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai “Hari TBC” oleh sebab pada 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab tuberkulosis yang ditemukannya. Klasifikasi  Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis  Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis  Tuberkulosis pada sistem saraf  Tuberkulosis pada organ-organ lainnya  Tuberkulosis millier Patofisiologi Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri 2
  • 3. lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia,Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga. Penularan TBC terjadi karena menghirup udara yang mengandung Mikobakterium tuberkulosis (M.Tb), di alveolus M.Tb akan difagositosis oleh makrofag alveolus dan dibunuh. Tetapi bila M.Tb yang dihirup virulen dan makrofag alveolus lemah maka M.Tb akan berkembang biak dan menghancurkan makrofag. Monosit dan makrofag dari darah akan ditarik secara kemotaksis ke arah M.Tb berada, kemudian memfagositosis M.Tb tetapi tidak dapat membunuhnya. Makrofag dan M.Tb membentuk tuberkel yang mengandung sel-sel epiteloid, makrofag yang menyatu (sel raksasa Langhans) dan limfosit. Tuberkel akan menjadi tuberkuloma dengan nekrosis dan fibrosis di dalamnya dan mungkin juga terjadi kalsifikasi. Lesi pertama di alveolus (fokus primer) menjalar ke kelenjar limfe hilus dan terjadi infeksi kelenjar limfe, yang bersama-sama dengan limfangitis akan membentuk kompleks primer. Dari kelenjar limfe M.Tb dapat langsung menyebabkan penyakit di organ- organ tersebut atau hidup dorman dalam makrofag jaringan dan dapat aktif kembali bertahun- tahun kemudian. Tuberkel dapat hilang dengan resolusi atau terjadi kalsifikasi atau terjadi nekrosis dengan masa keju yang dibentuk oleh makrofag. Masa keju dapat mencair dan M.Tb dapat berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap menyebabkan lesi di organ-organ lainnya . Penularan Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini masyarakat di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue. 3
  • 4. Dalam memerangi penyebaran Tuberkulosis terutama pada anak anak yang masih rentan daya tahan tubuhnya maka pemerintah Indonesia telah memasukkan Imunisasi Tuberkulosis pada anak anak yang disebut sebagai Imunisasi BCG sebagai salah satu program prioritas imunisasi wajib nasonal beserta dengan 4 jenis imunisasi wajib lainnya yaitu hepatitis B, Polio, DPT dan campak, jadwalnya ada di Jadwal imunisasi Diagnosis Manifestasi klinis  Diagnosa tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan bakteriologi , radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya  Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori atau gejala gejala yang erat hubungannya dengan organ pernapasan ( sedang gejala lokal lain sesuai akan sesuai dengan organ yang terlibat )  Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah. Bisa juga nyeri dada dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut sebagai Gejala sistemis antara lain Demam , badan lemah yang disebut sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun menjadi semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga pada kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui dirinya terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check up DIAGNOSIS Diagnosis paling tepat adalah ditemukannya basil Tb dari bahan yang diambil dari pasien misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis Tb anak didasarkan gambaran klinis, gambaran radiologis, dan uji tuberkulin. Untuk itu penting memikirkan adanya Tb pada anak kalau terdapat keadaan atau tanda-tanda yang mencurigakan seperti dibawah ini : Pada anak harus dicurigai menderita Tb kalau :  Kontak erat (serumah) dengan penderita Tb dengan sputum BTA (+)  Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam 3-7 hari.  Terdapat gejala umum 4
  • 5. Gejala-gejala yang harus dicurigai Tb Gejala umum/tidak spesifik  Berat badan turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.  Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.  Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.  Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multiple, paling sering di daerah leher, axilla dan inguinal. Gejala-gejala respiratorik :  batuk lama lebih dari 3 minggu  tanda cairan di dada, nyeri dada Gejala gastrointestinal  diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare  benjolan/massa di abdomen  tanda-tanda cairan dalam abdomen Gejala Spesifik 1. Tb kulit/skrofuloderma 2. Tb tulang dan sendi  Tulang punggung (spondilitis) : gibbus  Tulang panggul (koksitis) : pincang  Tulang lutut : pincang dan/atau bengkak  Tulang kaki dan tangan 3. Tb Otak dan Saraf  Meningitis dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun 4. Gejala mata : Conjungtivitis phlyctenularis, Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)  Uji tuberculin (Mantoux) Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan intrakutan). Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU atau PPD-S kekuatan 5 TU. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur diameter tranversal dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam mm, dikatakan positif bila indurasi : > 10 mm. 5
  • 6. Reaksi cepat BCG Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm (dalam 3-7 hari) maka dicurigai telah terinfeksiMycobacterium tuberculosis.  Foto Rontgen Paru : seringkali tidak khas Pembacaan sulit, hati-hati kemungkinanoverdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.  Gambaran rontgen paru pada Tb dapat berupa : Milier, Atelektasis, Infiltrat , pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi pleura dan/atau efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Diskongkruensi antara gambaran klinis dan gambaran radiologis, harus dicurigai Tb. Foto Rontgen paru sebaiknya dilakukan PA dan lateral serta dibaca oleh ahlinya.  Pemeriksaan mikrobiologi : pemeriksaan langsung BTA (mikroskopis) dan kultur dari sputum (pada anak bilasan lambung karena sputum sulit didapat ).  Pemeriksaan serologi (ELISA, PAP, Mycodot, dll) masih memerlukan penelitian lebih lanjut.  Pemeriksaan patologi anatomi.  Respon terhadap pengobatan OAT. Kalau dalam 2 bulan terdapat perbaikan klinis nyata, akan menunjang atau memperkuat diagnosis TBC. OVERDIAGNOSIS TBC Penyakit TBC sering dianggap biang keladi penyebab utama batuk berkepanjangan, kesulitan makan dan gangguan kenaikkan Berat Badan pada anak. Padahal justru penyebab utama 6
  • 7. batuk berkepanjangan, kesulitan makan dan gangguan kenaikkan Berat Badan pada anak yang utama bukan karena infeksi Tuberkulosis. .Diagnosis pasti TBC anak sulit oleh karena penemuan kuman Micobacterium TBC (M.TBC) pada anak tidak mudah. Cara-cara lain untuk pemeriksaan laboratorium darah secara bakteriologis atau serologis masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat dipakai secara praktis – klinis. Karena kesulitan diagnosis tersebut sering terjadi overdiagnosis atau underdiagnosis. Overdiagnosis artinya diagnosis TBC yang diberikan pada anak oleh dokter terlalu berlebihan atau terlalu cepat mendiagnosis dengan data yang minimal walaupun anak belum tentu menderita TBC. Apabila terjadi overdiagnosis TBC pada anak terdapat konsekuensi yang tidak ringan dihadapi oleh si anak, karena anak harus mengkonsumsi 2 atau 3 obat sekaligus minimal 6 bulan. Bahkan kadangkala diberikan lebih lama apabila dokter menemukan tidak ada perbaikan klinis. Padahal obat TBC dalam jangka waktu lama beresiko mengganggu fungsi hati,persyarafan telinga dan organ tubuh lainnya. Sering terjadi anak dengan keluhan alergi pernapasan atau gangguan pencernaan kronis (seperti coeliac dsbnya) yang disertai berat badan yang kurang dan sulit makan diobati sebagai penyakit Tuberkulosis (TBC) paru yang harus minum obat selama 6 bulan hingga 1 tahun. Padahal belum tentu anak tersebut mengidap penyakit tuberculosis. Bahkan orang tua heran saat anaknya divonis dokter mengidap penyakit TBC padahal tidak ada seorangpun di rumah yang mengalami penyakit TBC. Overdiagnosis dan overtreatment pada anak dengan gejala alergi tersebut sering terjadi karena keluhan alergi dan TBC hampir sama, sementara mendiagnosis penyakit TBC tidaklah mudah. Diagnosis Tuberkulosis anak menurut Pertemuan Dokter Anak pulmunologi tahun 2000 harus dengan pengamatan seksama tentang adanya : Gejala klinis, kontak erat serumah penderita TBC (dipastikan dengan dengan pemeriksaan dahak positif), pemeriksaan yang harus dilakukan adalah Foto polos dada (roentgen), tes mantouxt (positif : > 15mm bila sudah BCG, Positif > 10 mm bila belum BCG). Sering terjadi hanya dengan melakukan pemeriksaan satu jenis pemeriksaan saja, anak sudah divonis dengan penyakit TBC. Seharusnya pemeriksaan harus dilakukan secara lengkap dan teliti seperti di atas. Karena sulitnya mendiagnosis TBC pada anak dan kosekuensi lamanya pengobatan maka bila meragukan lebih baik dikonsultasikan atau dikonfirmasikan ke Dokter Spesialis Paru Anak (Pulmonologi Anak). Ciri lain yang menunjukkan kemungkinan anak sudah mengalami gangguan saluran cerna secara genetik atau sejak lahir dan bhuka penyakit TBC adalah anak 7
  • 8. sejak lahir beratnya tidak pernah optimal dan biasanya salah satu orangtuanya mempunyai berat badan yang kurus saat usia anak. Dengan penanganan kesulitan makan dan gagal tumbuh pada anak yang optimal diharapkan dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi mendatang khususnya. Tumbuh kembang dalam usia anak sangat menentukan kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya. Diagnosis pasti TB anak sulit oleh karena penemuan Micobacterium TBC (M.TBC) sebagai penyebab TB pada anak tidak mudah. Sehingga sering terjadi kesalahan diagnosis baik berupa underdiagnosis dan overdiagnosis dalam penegakkan diagnosis TB pada anak. Overdiagnosis atau diagnosis TB yang diberikan terlalu berlebihan padahal anak belum tentu mengalami infeksi TB. Konsekuensi yang harus dihadapi adalah pemberian multidrug (2 atau 3 jenis antibiotika) dalam jangka waktu 6 bulan. Pemberian obat anti TB pada anak yang tidak menderita TB selain mengakibatkan pengeluaran biaya yang tidak diperlukan, juga resiko efek samping pemberian obat tersebut seperti gangguan hati, persarafan telinga, gangguan darah dan sebagainya. Di lingkungan Puskesmas khususnya daerah pedesaan juga membuat berkurangnya persediaan obat untuk penderita TB yang benar-benar memerlukannya. Di kalangan masyarakat bahkan sebagian klinisi terdapat kecenderungan tanda dan gejala TB yang tidak spesifik pada anak sering dipakai dasar untuk memberikan pengobatan TB pada anak. Padahal banyak penyakit lainnya yang mempunyai gejala tersebut. Gagal tumbuh atau berat badan tidak naik, kesulitan makan, demam berulang, sering batuk atau pembesaran kelenjar di sekitar leher dan belakang kepala merupakan gejala yang tidak spesifik pada anak. Tetapi tampaknya dalam praktek sehari-hari gangguan ini sering langsung dicurigai sebagai gejala TB. Seharusnya gejala tersebut dapat disebabkan oleh beberapa penyakit lainnya. Gangguan-gangguan tersebut juga sering dialami oleh penderita alergi, asma, gangguan saluran cerna dan gangguan lainnya pada anak. OVERDIAGNOSIS PADA GANGGUAN LAIN Tanda dan gejala TB yang tidak spesifik sangat mirip dengan penyakit lainnya. Gangguan gagal tumbuh dan gangguan saluran napas non spesifik sering mengalami overdiagnosis tuberkulosis. Penyakit alergi atau asma dan penderita gagal tumbuh yang disertai kesulitan makan paling sering dianggap penyakit TB karena gejalanya sama. Penelitian yang dilakukan penulis didapatkan fakta yang patut disimak. Sebanyak 34(12%) anak mengalami overdiagnosis di anatara 226 anak dengan gangguan napas nonspesifik seperti alergi atau asma yang berobat jalan di Klinik Alergi Anak Rumah Sakit Bunda Jakarta. Penelitian lain 8
  • 9. didapatkan hasil yang mengejutkan, overdiagnosis ditemukan lebih besar lagi, yaitu 42 (22%) anak pada 210 anak dengan gangguan kesulitan makan disertai gagal tumbuh yang berobat jalan di Picky Eaters Clinic Jakarta. Overdiagnosis tersebut sering terjadi karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang ada atau kesalahan dalam menginterpretasikan gejala klinis, kontak dan pemeriksaan penunjang khususnya tes mantoux dan foto polos paru. PERMASALAHAN DIAGNOSIS TB  Gejala khas TB biasanya muncul tergantung dari bagian tubuh mana yang terserang, misalnya: TB kulit atau skrofuloderma, TB tulang dan sendi: tulang punggung (spondilitis): gibbus tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul, tulang lutut pincang atau bengkak, tulang kaki dan tangan, TB otak dan saraf : meningitis: dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun. Gejala mata berupa konjungtifitis phlyctenularis, tuberkel koroid , kelainan ini hanya terlihat dengan alat funduskopi.  Pada pertemuan para ahli pulmonologi anak di Jakarta 26 Agustus 2000 telah dibuat suatu kesepakatan bersama yang berupa Konsensus Nasional TB anak. Diagnosis paling tepat adalah ditemukannya basil TB dari bahan yang diambil dari pasien misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan gambaran klinis, kontak, gambaran radiologis, dan uji tuberculin.  Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat. Pemeriksaan BTA secara biakan (kultur) memerlukan waktu yang lama. Cara baru untuk mendeteksi kuman TB dengan PCR (Polymery Chain Reaction) atau Bactec masih belum banyak dipakai dalam klinis praktis. Demikian juga pemeriksaan darah serologis seperti ELISA, PAP, Mycodot dan lain-lain, masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis. Beberapa pemeriksaan tersebut spesifitas dan sensitifitasnya tidak lebih baik dari uji tuberkulin atau tes mantoux. KESALAHAN DIAGNOSIS  Overdiagnosis sering terjadi karena karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang ada atau kesalahan dalam menginterpretasikan gejala klinis, kontak dan pemeriksaan penunjang khususnya tes mantoux dan foto polos paru. Pada kasus di atas sebagian besar overdiagnosis TB ditegakkan hanya karena hasil foto rontgen. Tanpa pengamatan adanya kontak dan uji tuberkulin (test mantouxt) sudah terlalu cepat diberikan pengobatan TB. Sering terjadi hasil rontgen adalah infiltrat (flek) di paru sudah dianggap sebagai TB. 9
  • 10. Padahal gambaran ini bukan gambaran TB dan ternyata bisa didapatkan pada penyakit alergi, asma dan penyakit coeliac (gangguan saluran cerna dan berat badan kurus).  Sedangkan gambaran röntgen TB paru pada anak tidak khas. Gambaran TB yang ditemukan adalah pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal, milier,atelektasis, kolaps, konsolidasi, infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), cairan paru. kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas dan destroyed lung (paru rusak). Sering kali terjadi interpretasi dokter radiologi hanya karena ditemukan infiltrat (flek) tanpa pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal sudah dicurigai atau dianggap TB. Sedangkan dokter yang merawat penderita langsung memberikan pengobatan TB tanpa konfirmasi data lainnya.  Menentukan sumber penularan atau kontak TB adalah adanya kontak erat dan lama dengan penderita TB yang dipastikan dengan pemeriksaan dahak yang positif. Kesalahan yang sering terjadi bahwa kontak TB itu adalah saudara yang hanya pernah bertemu sesekali. Kesalahan lainnya kontak TB sering dianggap bahwa orang yang sering batuk atau kurus padahal belum tentu bila belum terbukti pemeriksaan dahak atau sputum positif. Anak yang mengalami gagal tumbuh dengan kesulitan makan ternyata sekitar 75% salah satu orang tuanya juga mengalami gangguan kenaikkan berat badan. Penderita alergi atau asma juga sebagian besar salah satu orang tuanya juga mengalami batuk lama yang terlalu cepat dianggap sebagai kontak TB.  Di dalam masyarakat batuk lama atau Batuk Kronis Berulang (BKB) tampaknya lebih sering dikawatirkan sebagai TB. Padahal batuk adalah bukan merupakan keluhan utama penyakit TB pada anak. BKB adalah batuk yang berlangsung lebih dari 2 minggu atau berulang 3 kali atau lebih dalam 3 bulan. Diagnosis banding pertama pada BKB adalah asma atau alergi. Menurut pedoman Nasional Tuberkulosis Anak bila ditemui keluhan BKB harus disingkirkan dulu diagnosis banding lain seperti alergi atau asma sebelum diagnosis TBC dicari. Kesalahan membaca tes mantouxt sering terjadi dalam overdiagnosis TB. Hasil tes Mantoux yang besar langsung dicurigai sebagai TB. Padahal tes Mantoux dikatakan positif bila indurasi harus lebih 10 mm bila bekas luka imunisasi BCG negatif (imunisasi tidak jadi). Bila bekas luka imunisasi BCG ada (imunisasi BCG jadi) harus lebih 15 mm. Kesalahan lain yang sering terjadi adalah penilaian tes mantoux adalah lebar peninggian kemerahan kulit bukan kemerahan pada kulit.  TB adalah penyakit yang harus diwaspadai tetapi jangan terlalu kawatir berlebihan. Dalam menegakkan diagnosis harus dilakukan secara cermat dan lengkap melalui anamnesa kontak TB, tanda dan gejala TB, pemeriksaan foto polos paru dan uji tuberkulin. Sebaiknya tidak terlalu cepat memvonis diagnosis TB bila data yang didapat 10
  • 11. belum optimal. Bila meragukan sebaiknya dilakukan penanganan multidisiplin ilmu kesehatan anak seperti dokter pulmonologi anak, gastroenterologi anak, endokrinologi anak atau alergi anak. Karena bila sudah didiagnosis TB maka konsekuensi penggunaan obat-obatan dalam jangka waktu lama dan resiko efek samping yang ditimbulkan. TATALAKSANA  Obat harus diminum teratur, setiap hari, dan dalam waktu yang cukup lama. Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan.  Secara garis besar dapat dibagi menjadi tata laksana untuk : 1. TBC paru tidak berat Pada TBC paru yang tidak berat cukup diberikan 3 jenis obat anti tuberkulosis (OAT) dengan jangka waktu terapi 6 bulan. Tahap intensif terdiri dari isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pyraninamid (Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ). Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan setiap hari (4HR). 2. TBC paru berat atau TBC ekstrapulmonal Pada TBC berat (TBC milier, meningitis, dan TBC tulang) maka juga diberikan Streptomisin atau Etambutol pada permulaan pengobatan. Jadi pada TBC berat biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan Isoniazid dan Rifampisin selama 10 bulan lagi atau lebih, sesuai dengan perkembangan klinisnya. Kalau ada kegagalan karena resistensi obat, maka obat diganti sesuai dengan hasil uji resistensi, atau tambah dan ubah kombinasi OAT. Obat anti tuberkulosis yang digunakan adalah :  Isoniazid (INH) : selama 6-12 bulan 1. Dosis terapi : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari 2. Dosis profilaksis : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari 3. Dosis maksimum : 300 mg/hari  Rifampisin ( R ) : selama 6-12 bulan 1. Dosis : 10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari 2. Dosis maksimum : 600 mg/hari  Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama 1. Dosis : 25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari 2. Dosis maksimum : 2 gram/hari  Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama 1. Dosis : 15-20 mg/kgBB/hari diberikan sekali atau 2 kali sehari 2. Dosis maksimum : 1250 mg/hari  Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama 11
  • 12. 1. Dosis : 15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra muskular 2. Dosis maksimum : 1 gram/hari  Kortikosteroid diberikan pada keadaan khusus seperti : Tb milier, meningitis Tb, endobronkial Tb, pleuritis Tb, perikarditis Tb, peritonitis Tb.  Boleh diberikan prednison 1-2 mg/kg BB/hari selama 1-2 bulan PENGHENTIAN PENGOBATAN  Bila setelah 6 bulan evaluasi membaik : batuk menghilang, klinis membaik, anak menjadi lebih aktif, berat badan meningkat, foto thorax membaik, penurunan LED  Bila setelah 6 bulan tidak ada perbaikan, kemungkinan : 1. Kepatuhan minum obat yang kurang 2. MDR (Multi Drug Resisten) 3. Diagnosis bukan TBC OBAT PENCEGAHAN DENGAN INH : 5-10 mg/kg BB/hari diberikan pada :  Profilaksis primer : anak yang kontak erat dengan penderita TB menular (BTA positip, tetapi belum terinfeksi).  Profilaksis sekunder : anak dengan infeksi TB yaitu tuberkulin positip dan klinis baik, dengan faktor resiko yang memungkinkan menjadi TB aktif. 1. umur dibawah 5 tahun 2. menderita penyakit infeksi (morbili, varicella) 3. mendapat obat imunosupresif (sitostatik, steroid, dll) 4. umur akil balik 5. kalau ada infeksi HIV KOMPLIKASI Pada anak komplikasi biasanya terjadi pada 5 tahun pertama setelah infeksi terutama 1 tahun pertama. Penyebaran limfohematogen menjadi Tb milier atau meningitis Tb atau efusi pleura biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. Tb tulang dan sendi terbanyak terjadi dalam 3 tahun pertama, dan Tb ginjal dan kulit terbanyak setelah 5 tahun dari infeksi primer. 12
  • 13. SISTEM SKORING DIAGNOSIS TUBERKULOSIS ANAK Paramet er 0 1 2 3 Laporan keluarga, BTA (-) atau Kontak tidak Kavitas (+), BTA Tb Tidak jelas tahu tidak jelas BTA (+) Uji Tuberkuli Positif ( ≥ 10 mm atau ≥ n Negatif pada keadaan imunosup Berat BB/TB < Klinis gizi buruk badan/ke 90% atau atau BB/TB< adaan BB/U < 70%atau BB/U < gizi 80% 60% Demam tanpa sebab ≥2 jelas minggu ≥3 Batuk minggu Pembesar an kelenjar limfe ≥ 1cm, kolli, jumlah aksila, >1, tidak inguinal nyeri Pembeng Ada kakan pembeng 13
  • 14. tulang/se kakan ndi panggul, lutut, falang  Infiltr at  Pemb esara n kelen jar  Kons olidas i segm ental/ lobar  atelek tasis  k al si fi k as i + in fil Foto tr Rontgen Normal/tidak at toraks jelas  p 14
  • 15. e m b es ar a n k el e nj ar + in fil tr at Catatan :  Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter  Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis  Berat badan dinilai saat datang (moment opname)  Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku  Foto rontgen toraks bukan alat diagnostik utama pada Tb anak  Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring Tb anak  Didiagnosis Tb jika skor ≥ 6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih bersifat tentatif/sementara, nilai definitif menunggu hasil penelitian yang sedang dilaksanakan. Referensi  Core Curriculum on Tuberculosis: What the Clinician Should Know, 4th edition (2000). Division of Tuberculosis Elimination, Centers for Disease Control and Prevention (CDC).  Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society. Control and prevention of tuberculosis in the United Kingdom: Code of Practice 2000. Thorax 2000;55:887-901  Thomas Dormandy (1999). The White Death: A History of Tuberculosis.  Mountains Beyond Mountains: The Quest of Dr. Paul Farmer, a Man Who Would Cure the World. Tracy Kidder, Random House 2000. 15
  • 16. Ha SJ, Jeon BY, Youn JI, Kim SC, Cho SN, Sung YC. Protective effect of DNA vaccine during chemotherapy on reactivation and reinfection of Mycobacterium tuberculosis. Gene Ther. 2005 Feb 03;  Tuberkulosis – Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006.  Munoz FM, Starke JR. Tuberculosis. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB, penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders, 2003 : 958-71.  Crofton SJ, Horne N, Miller F. Clinical Tuberculosis. Edisi ke-1. London: The Mac Millan Press, 1992.  Rahajoe N, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. UKK Pulmonologi : PP IDAI, 2005 Flek Paru Pada Anak Posted by Ummu Kautsar pada 7 November 2008 Flek paru biasanya ditandai dengan panas tinggi dan batuk-batuk. Penyakit ini muncul akibat tertular dari orang lain. Tidak nyaman rasanya, kalau kita terserang batuk yang tak henti. Apalagi bila yang terserang batuk adalah si kecil. Batuk, merupakan indikasi dari berbagai penyakit yang bisa dialami oleh anak. Tetapi bila batuk disertai dengan gejala sesak nafas, bisa jadi ini pertanda ia terkena flek paru. Istilah Vlek , sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yang berarti bercak. Secara medis, istilah ini umum digunakan dokter untuk menunjukkan kelainan yang terlihat pada hasil foto rontgen. Istilah flek paru biasanya digunakan sebagian dokter untuk memperhalus istilah TBC. Menurut literatur, bercak ini sendiri dapat disebabkan oleh 16
  • 17. berbagai hal, misalnya lendir karena infeksi atau alergi, proses radang seperti pada infeksi akibat TBC atau kuman yang lainnya. Hindari Penderita TBC Menurut Dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A. MTroPaed., flek di paru-paru, yang belakangan ini banyak sekali menimpa bayi dan balita, umumnya karena tertular orang. “Penyebab flek di paru-paru adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis . Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah, batuk, bersin, udara pernapasan dari penderita tuberkulosis (TBC) kepada bayi ataupun balita,” jelas dokter anak dari RSUPN Cipto Mangunkusumo ini. Tuberculosis merupakan bakteri infeksi menular. Ia dapat menyerang anak-anak di bawah usia 2 tahun, orang dewasa, orang-orang dengan sistem imunitas yang sangat rendah dan mereka yang hidup dilingkungan orang-orang yang terinfeksi bakteri ini. Jika anak tertular TBC paru, gejala yang dapat dilihat awam adalah serangan demam yang tak begitu tinggi selama 3 bulan berturut-turut. Namun, demam ini tidak turun meski bayi diberi obat penurun panas. Anak yang kurus atau berat badannya tidak naik-naik seiring usianya yang bertambah (meski Anda telah memberinya banyak makanan bergizi), juga mesti diwaspadai telah terjangkit. “Diare kronik, meski tak tergolong berat, tetapi berlangsung terus-menerus dan tak dapat diobati dengan obat diare biasa, juga bisa merupakan pertanda bayi terjangkit TBC paru. Segeralah periksa ke dokter,” tutur Hindra. Dokter biasanya akan melakukan tes Mantoux , rontgen, dan darah untuk mengetahui apakah ada kemungkinan TBC atau tidak. Kemudian dokter juga akan menentukan pengobatannya. Perlu diketahui, meskipun si kecil positif terinfeksi TBC, namun bukan berarti bakteri tersebut sudah berkembang menjadi penyakit TBC atau TB aktif. Hanya sekitar 10% saja, anak-anak yang terinfeksi TBC akan terjangkit penyakit ini. Menghindari kontak fisik dengan penderita TBC ataupun yang sedang dalam taraf pengobatan, lanjut Hindra, adalah cara yang paling aman agar anak terhindar dari penyakit ini. “Ini karena penularan bakteri TBC paru mudah sekali. Bisa lewat udara. Karena itu bayi memang harus dijauhkan dari orang dewasa yang kita tahu mengidap TBC,” ujarnya lagi, seraya menambahkan pemberian imunisasi BCG juga wajib hukumnya agar bayi memiliki imun (pertahanan) terhadap serangan bakteri ini. TBC Terselubung dan Aktif 17
  • 18. Bakteri TBC termasuk bakteri yang pertumbuhannya termasuk lamban, dan biasanya bakteri ini hanya menyerang pada area tubuh yang mempunyai banyak pasokan oksigen dan aliran darah, seperti pada paru-paru. Di Amerika, hampir sebanyak 85% penderita TBC, merupakan TBC paru. Secara medis, TBC dibagi dalam dua jenis, yaitu infeksi TBC laten dan TBC aktif. Infeksi TBC yang bersifat laten, muncul saat bakteri TBC masuk ke dalam tubuh, namun tidak disertai dengan gejala atau tanda-tanda yang mengindikasikan adanya TBC. Saat bakteri masuk ke paru-paru, sistem imunitas tubuh akan melawan adanya infeksi dengan mengisolasi bakteri ke dalam kapsul kecil yang disebut tubercles . Hampir 90% orang yang terinfeksi bakteri TBC, berhasil dilawan oleh imunitas tubuh tanpa sempat memunculkan gejalanya. Meskipun telah terinfeksi, namun orang tersebut tidak akan mampu menyebarkan bakteri TBC ke orang lain yang ada disekitarnya. Sayangnya, karena bakteri tersebut telah ada di dalam tubuh, ada kemungkinan bakteri tersebut akan berkembang menjadi penyakit TBC aktif. Keberadaan bakteri yang terselubung inipun, hanya bisa diketahui bila kita melakukan tes kulit. Sedangkan TBC aktif, biasanya akan langsung terlihat dari gejala-gejala yang timbul. Sekitar 10% orang yang terinfeksi bakteri TBC, akan berkembang menjadi pengidap TBC aktif. Mereka juga akan dengan mudah menulari orang-orang dilingkungan sekitarnya, jika tidak mendapatkan perawatan yang baik, pengidap TBC aktif mengalami kerusakan pada paru-paru atau organ lainnya, dan juga bisa membahayakan jiwa. Lebih Berat Pada Bayi Lantaran kondisi tubuh bayi yang masih rentan, akibat kekebalan tubuh alaminya belum sempurna, jika terjangkit TBC risikonya lebih berat dibanding orang dewasa. “Umumnya TB pada orang dewasa akan terlokalisasi hanya di paru-paru, karena tubuh orang dewasa telah memiliki kekebalan penuh. Sedang pada bayi dan anak-anak, penyebaran bakteri tak hanya di paru-paru, tapi juga ke seluruh tubuh melalui aliran darah. “Itulah sebabnya pada bayi dan anak-anak, kita bisa menjumpai kasus TB tulang, TB hati dan limfa, TB selaput otak atau meningitis,” ungkap Hindra. Dengan alasan itulah, TB paru pada bayi harus segera diobati setelah terdeteksi. Pengobatan biasanya berupa oral (obat yang dimakan) menggunakan obat anti-TB atau obat kombinasi selama 6 bulan, atau 9-12 bulan bagi TBC paru berat yang sudah menjalar ke otak hingga mengakibatkan meningitis. 18
  • 19. Agar bayi tak terkena TBC paru, pencegahan memang penting. Yang juga penting adalah memberi bayi zat-zat kekebalan tubuh sejak lahir, seperti zat-zat yang terkandung dalam ASI dan makanan bergizi lainnya. “Tak semua bayi yang menderita TBC akan jatuh sakit. Ini tergantung pada daya tahan tubuhnya juga. Bisa saja bayi terjangkit bakteri TB tetapi basil itu mati atau hanya bersarang di dalam tubuh, tidak aktif dan tidak mengganggu,” demikian Hindra. Menangani TBC Pada Anak Jika anak Anda terinfeksi, namun belum berkembang menjadi pengidap TBC aktif, ia akan diberikan obat antibiotik, seperti isoniazid . Obat ini biasanya harus di minum setiap hari selama 6-9 bulan untuk mencegah berkembangnya bakteri TBC menjadi aktif. Penderita TBC terselubung, kerap harus mengkonsumsi lebih dari satu antibiotik. Umumnya, mereka akan bisa disembuhkan. Penanganan penderita TBC aktif, juga akan diberikan tiga sampai empat obat yang harus diminum setiap hari selama 6 bulan, atau tergantung pada seberapa serius sakit yang dialami. Selain itu diperlukan juga pemeriksaan lanjutan, untuk melihat berapa besar keberhasilan pengobatan yang diberikan, juga untuk mengetahui efek samping dari obat tersebut, yang kerap menyertai. Meskipun setelah beberapa minggu mengkonsumsi obat-obatan tersebut, si kecil akan terlihat lebih baik dan gejala-gejala yang timbul perlahan menghilang, namun sangat penting bila obat yang diberikan dokter diminum hingga habis. Karena jika tidak, bakteri akan kembali aktif dan malah berkembang menjadi kebal dengan obat-obatan yang diberikan. Bila memang anak sudah terinfeksi bakteri TBC, vaksinasi mungkin sudah tidak mampu bekerja menahan bakteri ini. Meski demikian, The Centers for Disease Control and Prevention , Amerika menyarankan vaksinasi diberikan pada kondisi tertentu saja. Misalnya, bila memang dilingkungan rumah ada orang yang telah positif mengidap TBC aktif, dan belum mendapatkan pengobatan yang seharusnya, maka si kecil harus diberi vaksinasi TB. Penularan TBC Melalui Udara TBC merupakan penyakit yang mudah menular melalui udara, namun begitu, biasanya penyakit ini akan menjangkiti lingkungannya, apabila: 1. Orang-orang yang tinggal di tempat yang kondisinya ramai. Orang yang terlalu sering terinfeksi bakteri TBC, dan tinggal di tempat yang ramai, seperti tempat 19
  • 20. penitipan anak, rumah sakit, rumah singgah, sekolah, barak militer dan penjara, merupakan tempat yang beresiko bisa menularkan penyakit TBC. 2. Orang-orang yang tinggal di satu rumah dengan penderita TBC aktif. Keadaan ini akan meningkatkan kemungkinan seseorang tertular bakteri TBC dan sangat besar kemungkinannya untuk berkembang menjadi infeksi. Komplikasi Akibat TBC Para penderita TBC aktif, harus segera mendapatkan perawatan. Jika tidak, bakteri TBC aktif akan berkembang dan menyebabkan terjadinya komplikasi serius, seperti: 1. Kerusakan paru-paru yang bisa membuat paru-paru berlubang dan menderita cavities . Area yang rusak, mungkin juga akan menyebabkan terjadinya pendarahan di paru-paru atau terinfeksi bakteri lainnya dan kemungkinan besar terjadi abscess . 2. Berlubangnya saluran pernafasan di paru-paru. 3. Terblokirnya aliran udara di dalam paru-paru. TBC Pada Anak Posted by Ummu Kautsar pada 1 Mei 2010 Di Indonesia, penyakit TBC memang masih menjadi momok. Maklum saja, karena negara kita tercinta ini termasuk daerah endemis TBC. Anak kurus, susah/tidak mau makan, berat badan seret naik atau malah tidak naik-naik, acapkali dicurigai mengidap TBC. Orangtua manasih, yang tidak gelisah ketika berat badan anaknya yang masih batita, stagnan di kilogram tertentu. Dapat dimaklumi kalau orangtua sangat menaruh perhatian (malah kadang berlebihan) pada hal yang satu ini, karena kenaikan berat badan merupakan salah satu indikator tumbuh kembang anak, utamanya balita. 20
  • 21. Tetapi penyebab mandeknya kenaikan berat badan anak bukan monopoli TBC, lho! Ada banyak penyakit selain TBC, yang menyebabkan berat badan anak terganggu. Sedihnya, masih banyak anak di republik ini yang ’didiagnosis’ sakit TBC padahal penyakit sebenarnya bukan itu. Akibatnya, anak jadi memperoleh pengobatan yang salah. Tentu kita tidak mau dong, hal itu terjadi pada si kecil. Karena itu, ngga ada salahnya orangtua belajar untuk mengenal serba-serbi penyakit ini. Bukan untuk berlagak atau sok-sokan menjadi dokter, lho…… Tetapi menambah pengetahuan merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesehatan diri dan keluarga. What is TBC? Tuberculosis – yang disingkat TBC atau TB – adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut dengan Pulmonary TB. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian/organ lain dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari pulmonary TB. Bila kuman TB menyerang otak dan sistem saraf pusat, akan menyebabkan meningeal TB. Bila (kuman TB) menginfeksi hampir seluruh organ tubuh, seperti ginjal, jantung, saluran kencing, tulang, sendi, otot, usus, kulit, disebutmiliary TB atau extrapulmonary TB. Kuman TB berbentuk batang dan memiliki sifat khusus, yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, sehingga sering disebut juga sebagai Basil/bakteri Tahan Asam (BTA). Bakteri TB akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung. Tetapi dalam tempat yang lembab, gelap, dan pada suhu kamar, kuman dapat bertahan hidup selama beberapa jam. Dalam tubuh, kuman ini dapat tertidur lama (dorman) selama beberapa tahun. Bagaimana TB Menular? Bakteri TB menyebar bila orang dewasa penderita TB aktif yang tidak tertangani dengan baik (baca: memperoleh pengobatan), bersin atau batuk sehingga mengeluarkan sputum droplet (percikan dahak) yang mengandung kuman TB. Bila kuman terhirup oleh orang dewasa lain, anak atau bayi yang sehat, menyebabkan mereka terinfeksi M. tuberculosis. Secara umum, hanya TBC paru-paru (pulmonary TB) yang menular. Namun orang yang tertular tidak selalu akan sakit TBC paru-paru juga, tergantung bagian tubuh (organ) mana yang diserang oleh bakteri TB. Selain dari droplet dahak penderita TBC aktif, kuman TB juga dapat masuk ke tubuh manusia dari susu sapi murni yang tidak diolah (dimasak) dengan sempurna. Meskipun menular, tetapi orang tertular tuberculosis tidak semudah tertular flu. Penularan penyakit ini memerlukan waktu pemaparan yang cukup lama dan intensif dengan sumber penyakit (penular). Menurut Mayoclinic, seseorang yang kesehatan fisiknya baik, memerlukan kontak dengan penderita TB aktif setidaknya 8 jam sehari selama 6 bulan, untuk dapat terinfeksi. Sementara masa inkubasi TB sendiri, yaitu waktu yang diperlukan dari mula terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan. Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TB, lalu menjadi sakit TB. Menurut TB/HIV Clinical Manual hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi, berlanjut menjadi penderita TB (TB aktif). Kelompok yang paling rawan terinfeksi bakteri TB adalah bayi dan anak usia kurang dari 1 tahun. Setelah itu, tingkat kerawanannya menurun. Bahkan pada kisaran usia 5-9 tahun, anak-anak 21
  • 22. memiliki tingkat resiko terinfeksi yang paling rendah. Usia 10 tahun ke atas, tingkat kerawanan infeksi itu kemudian akan meningkat kembali, meskipun tidak setinggi kelompok usia 0-1 tahun.Anak-anak yang sakit TBC tidak dapat menularkan kuman TB ke anak lain atau ke orang dewasa. Sebab, pada anak biasanya TB bersifat tertutup. Kalaupun ada sekresi dahak, konsentrasi atau jumlah bakteri dalam droplet cenderung sedikit. Jadi kalau ada anak yang terinfeksi TBC, sudah pasti sumber penularnya adalah orang dewasa yang ’dekat’ dengannya. Orang dewasa penderita TB aktif yang telah menjalani pengobatan selama 2 minggu juga sudah aman. Dalam arti, ia sudah tidak menularkan kuman TB lagi. Meski demikian, yang bersangkutan tetap harus meneruskan terapi obatnya hingga selesai, untuk menghindari MDR (multi-drugs resistant) TB atau kuman TB yang resisten terhadap obat anti TB. Bagaimana Mendiagnosa TB Pada Anak ? Sesungguhnya mendiagnosa tuberculosis pada anak, terlebih pada anak-anak yang masih sangat kecil, sangat sulit. Diagnosa tepat TBC tak lain dan tak bukan adalah dengan menemukan adanya Mycobacterium tuberculosis yang hidup dan aktif dalam tubuh suspect TB atau orang yang diduga TBC. Caranya? Yang paling mudah adalah dengan melakukan tes dahak. Pada orang dewasa, hal ini tak sulit dilakukan. Tapi lain ceritanya, pada anak-anak karena mereka, apalagi yang masih usia balita, belum mampu mengeluarkan dahak. Karenanya, diperlukan alternatif lain untuk mendiagnosa TB pada anak. Kesulitan lainnya, tanda-tanda dan gejala TB pada anak seringkali tidak spesifik (khas). Cukup banyak anak yang overdiagnosed sebagai pengidap TB, padahal sebenarnya tidak. Atau underdiagnosed, maksudnya terinfeksi atau malah sakit TB tetapi tidak terdeteksi sehingga tidak memperoleh penanganan yang tepat. Diagnosa TBC pada anak tidak dapat ditegakkan hanya dengan 1 atau 2 tes saja, melainkan harus komprehensif. dr. Davide Manissero dari WHO Indonesia (pada seminar PESAT 5 Jakarta, 4 Maret 2006) mengibaratkan diagnosa TBC itu bagaikan menggambar sekuntum bunga. Penyakit TBC diibaratkan sebagai putik bunga, sementara 4 mahkota bunga yang melingkupi putik adalah riwayat kontak/pemaparan dengan penderita TB aktif, gejala, tes Mantoux (uji Tuberkulin), dan foto rontgen. Kemudian, jika memungkinkan dilakukan uji bakteriologi (yang dilambangkan sebagai tangkai bunga) untuk menemukan ’biang keladinya’ alias kuman TBC. Menurut dr. Bambang Supriyatno, SpAK dalam seminar Tuberculosis (24 Juni 2006), untuk memastikan apakah anak benar sakit TBC, dokter memerlukan satu alat diagnostik gabungan, yaitu sistem pembobotan (scoring). Ikatan Dokter Anak Indonesia telah mengeluarkan standar untuk sistem scoring ini. Memang hanya dokter yang berwenang untuk melakukan pembobotan (scoring). Namun demi kepentingan anak, sebaiknya orangtua juga proaktif berdiskusi dengan sang dokter dan membekali diri dengan pengetahuan tentang penyakit ini. 1. Riwayat Kontak atau Pemaparan 22
  • 23. Penyakit TBC adalah penyakit infeksi. Artinya, pasti ada sumber penularnya. Karena penularan TB memerlukan waktu pemaparan (exposure) yang cukup lama, maka apabila anak menderita TBC pastilah ’sumbernya’ adalah orang yang sehari-hari dekat dengannya. Entah itu ayah, ibu, kakek, nenek, pengasuh, atau orang lain yang tinggal satu rumah dengan anak dalam waktu yang cukup lama. Maka dari itu, ketika seorang anak/bayi diduga menderita TB, semua orang yang sehari-hari dekat dengan si kecil harus dipastikan mengidap TBC atau tidak. Tingginya prevalensi (angka kejadian) TBC di Indonesia, menyebabkan uji Tuberkulin (Mantoux test) tak lagi efektif untuk mendiagnosa TBC pada orang dewasa karena sebagian besar orang dewasa yang tinggal dan hidup di sini sudah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Pada orang dewasa, diagnosis TB dapat dilakukan melalui uji dahak (sputum test) dan foto rontgen paru- paru. Uji dahak dilakukan untuk mengetahui keberadaan BTA dalam dahak. Tempat yang tepat (dan murah) untuk melakukan uji ini adalah Puskesmas. Foto rontgen paru-paru dari orang dewasa yang mengidap TB aktif, memberikan gambaran yang sangat khas. Walaupun anak tak tampak sakit tapi bila terbukti ada orang dewasa (yang dekat dengan anak) yang sakit TBC, maka orangtua ’harus’ curiga anak terinfeksi TB dan membawanya ke dokter/RS/puskesmas agar anak mendapatkan penanganan yang tepat, untuk mencegahnya menjadi sakit TB. Oleh sebab itu, sebelum mempekerjakan orang di rumah (pembantu rumah tangga, pengasuh anak, supir keluarga), sebaiknya orangtua memastikan lebih dulu kondisi kesehatan orang-orang tersebut. Karena mereka lah yang lebih banyak berada di sekitar anak, apalagi bila kedua orangtua (ayah dan ibu) bekerja penuh waktu. 2. Gejala Tuberculosis pada anak-anak seringkali tidak menimbulkan gejala khusus. Gejala utama TB pada orang dewasa adalah batuk berdahak yang terus menerus selama 3 minggu atau lebih. Sayangnya, pada anak-anak, umumnya batuk lama bukan gejala utama TB. Batuk lama, juga bisa manifestasi dari alergi. Menurut Pedoman Nasional Tuberkulosis (2002), gejala umum TB pada anak-anak adalah sebagai berikut : Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik. Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas, setelah disingkirkan kemungkinan penyebab lainnya (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut). Dapat juga disertai keringat malam. Pembesaran kelenjar getah bening yang tidak sakit, di leher, ketiak dan lipatan paha. Gejala –gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), nyeri dada ketika bernafas atau batuk. Apabila bakteri TB menyebar ke organ-organ tubuh yang lain, gejala yang ditimbulkan akan berbeda-beda. Misalnya; 23
  • 24. Kaku kuduk, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran pada TBC otak & saraf (meningitis TB) Gibbus, pembengkakan tulang pinggul, lutut, kaki dan tangan, pada TBC tulang & sendi Namun harus dicermati pula bahwa gejala-gejala di atas bukan monopoli TBC, karena banyak juga jenis penyakit lain yang menimbulkan gejala serupa. Meski begitu, bila anak mengalami gejala- gejala seperti tersebut di atas, sah-sah saja bila orangtua curiga. Tetapi kecurigaan ini harus dimanisfestasikan secara rasional, dengan cara memastikan dengan sebenar-benarnya apakah anak mengidap TBC atau tidak. Terlebih bila ada orang dewasa (yang sehari-hari bergaul dekat dengan anak) yang sakit TBC, maka orangtua ’wajib’ memeriksakan kondisi kesehatan anak. Berat badan tidak naik-naik misalnya, juga bisa disebabkan oleh banyak penyakit selain TBC. Antara lain gangguan pencernaan, infeksi saluran kemih (ISK), penyakit jantung bawaan (PJB), refluks, gangguan tiroid, atau lainnya. Karena itu, sebelum terburu-buru menduga anak mengidap TB, pastikan terlebih dahulu kemungkinan penyakit lain. Dibarengi dengan upaya perbaikan gizi selama 1 bulan. Bila setelah itu berat badan anak meningkat, berarti kemungkinan anak tidak mengidap TB. Namun apabila setelah upaya tersebut, berat badan anak tidak meningkat atau malah semakin turun dan terbukti tidak disebabkan oleh penyakit lain, maka orangtua ’wajib’ untuk curiga. Juga harus dibedakan antara susah makan dengan kehilangan nafsu makan. Memang ada masanya dimana anak jadi susah makan, dan itu normal. Tetapi bila tiba-tiba anak sampai tidak mau makan sama sekali (anorexia) dan hal itu berlangsung lama, atau bahkan makin memburuk, maka orangtua harus ’khawatir’. Anak-anak usia balita juga seringkali mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di bagian belakang telinga. Karena hal itu menunjukkan sistem imun tubuhnya sedang ’dilatih’ menghadapi serangan mikroorganisme. Orangtua baru harus khawatir bila pembengkakan terjadi di leher (bukan bagian belakang telinga), ketiak dan paha, dan bengkaknya berukuran besar (diameternya lebih dari 1 cm). Batuk lama. Orangtua harus benar-benar memastikan, apakah batuk anak berlangsung dalam waktu lama (tanpa jeda) ataukah berulang? Sebab, menurut dr. Bambang Supriyatno, SpAK dalam seminar Tuberkulosis (24 Juni 2006), jika anak menderita batuk berulang, maka orangtua harus ’mencurigai’ penyakit lain; seperti asma, atau sinusitis untuk anak usia di atas 5 tahun. Begitu pula dengan demam. Demam yang perlu dicurigai TB adalah demam tingkat rendah atau sumeng yang berlangsung lebih dari 2 minggu dan bukan disebabkan oleh tifus, ISK, malaria atau penyakit lain selain TBC. Selain gejala-gejala tersebut di atas, orangtua juga harus mengamati perilaku sehari-hari anak. Anak-anak cenderung belum bisa menceritakan dengan jelas apa yang mereka rasakan. Rasa tidak enak badan, sakit, atau ketidaknyamanan yang mereka rasakan, cenderung dimanifestasikan melalui perubahan sikap, misalnya tiba-tiba rewel terus menerus, menjadi cengeng atau gampang marah. 3. Tes Mantoux atau Uji Tuberkulin Karena tanda-tanda dan gejala TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-satunya cara untuk memastikan anak terinfeksi oleh kuman TB, adalah melalui uji Tuberkulin (tes Mantoux). Tes Mantoux ini hanya menunjukkan apakah seseorang terinfeksi Mycobacterium tuberculosisatau tidak, dan sama sekali bukan untuk menegakkan diagnosa atas penyakit TB. Sebab, tidak semua orang yang terinfeksi kuman TB lalu menjadi sakit TB. Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB, kira-kira 2-8 minggu setelah terinfeksi. Pada kurun waktu inilah tes Mantoux mulai bereaksi. Ketika pada saat terinfeksi daya tahan tubuh orang tersebut sangat baik, bakteri akan mati dan tidak ada lagi infeksi dalam tubuh. Namun pada orang lain, yang terjadi adalah bakteri tidak aktif tetapi bertahan lama di dalam tubuh dan sama sekali tidak menimbulkan gejala. Atau pada orang lainnya lagi, bakteri tetap aktif dan orang tersebut menjadi sakit TB. Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan dermis) kulit pada lengan bawah. Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga medis harus melihat hasilnya untuk diukur. Yang diukur adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna kemerahannya (erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan centimeter. Bahkan bila ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis sebagai 0 mm. Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila diameter indurasi berukuran sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun, untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun yang tanpa faktor resiko TB, dikatakan positif bila indurasinya berdiameter 15 mm atau lebih. Hal ini dikarenakan pengaruh vaksin BCG yang diperolehnya ketika baru lahir, masih kuat. Pengecualian lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau anak dengan HIV, sudah dianggap positif bila diameter indurasinya 5 mm atau lebih. Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif palsu (anergi), artinya hasil negatif 24
  • 25. padahal sesungguhnya terinfeksi kuman TB. Anergi dapat terjadi apabila anak mengalami malnutrisi berat atau gizi buruk (gizi kurang tidak menyebabkan anergi), sistem imun tubuhnya sedang sangat menurun akibat mengkonsumsi obat-obat tertentu, baru saja divaksinasi dengan virus hidup, sedang terkena infeksi virus, baru saja terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes Mantoux yang kurang benar. Apabila dicurigai terjadi anergi, maka tes harus diulang. 4. Foto Rontgen Untuk memperkuat diagnosis, diperlukan foto rontgen paru-paru. Tapi masalahnya, gambar rontgen dari TBC paru pada anak umumnya tidak khas sehingga menyulitkan interpretasi foto. Diperlukan orang yang benar-benar ahli, untuk menghindari terjadinya overdiagnosis atauunderdiagnosis. Pada orang dewasa, kuman TBC membangun sarangnya pada paru-paru bagian atas, sehingga pada gambar rontgennya akan terlihat adanya infiltrat pada daerah tersebut. Sedangkan pada anak-anak, kuman TB membangun sarang di kelenjar getah bening yang lokasinya berdekatan dengan jantung. Jika hanya difoto dari depan akan sulit melihat adanya infiltrat, karena terutup oleh bayangan jantung. Oleh karena itu, untuk memperkuat diagnosis, foto rontgen juga harus dilakukan dari arah samping. Dengan begitu, gambaran paru-paru tidak ’diganggu’ oleh bayangan jantung. Tetapi, lagi-lagi keberadaan infiltrat bukan mutlak menunjukkan anak mengidap TBC. Anak yang sedang batuk dengan dahak yang banyak, meski tidak mengidap TB bila difoto rontgen dadanya, bisa memberikan gambaran infiltrat. Oleh karenanya, foto rontgen harus dilakukan pada saat anak dalam kondisi terbaik. Paling baik memang setelah anak sembuh dari batuknya. Bila tidak memungkinkan, pilih waktu ketika batuknya minimal. Sekali lagi, foto rontgen saja tidak dapat digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis TBC. 5. Uji Bakteriologi Uji bakteriologi yang umum dilakukan adalah melalui pemeriksaan sampel dahak (tes dahak atau sputum test). Bila ditemukan adanya bakteri TB di dalam 2 sampel dari 3 sampel dahak seseorang, berarti orang tersebut dikatakan positif mengidap TBC paru aktif. Pendambilan sampel dilakukan secara SPS, maksudnya Sewaktu kunjungan pertama, esok Paginya, dan Sewaktu kunjungan berikut (kedua). Selain diperiksa melalui mikroskop, sampel dahak juga dapat diperiksa dengan cara dibiakkan dalam medium tertentu (tes kultur dahak). Tetapi tes ini memakan waktu yang lama, sementara tes dahak yang biasa hanya memakan waktu beberapa jam saja untuk mendapatkan hasilnya. Namun tes dahak sangat sulit dilakukan pada anak-anak, karena mereka cenderung menelan dahaknya. Kalaupun ingin melakukan pemeriksaan mikroskopis BTA pada anak, caranya dengan menggunakan bilasan lambung anak. Tetapi cara ini dinilai menyakitkan bagi anak, sehingga tidak digunakan untuk deteksi dini. Bagi anak yang sudah mampu mengeluarkan dahaknya, maka tes dahak menjadi satu keharusan. 6. Tes Darah Biasanya, parameter yang diuji pada pemeriksaan darah adalah LED (laju endap darah) dan kadar limfosit. Tetapi keduanya ini nilai diagnostiknya bahkan lebih rendah daripada foto rontgen, sehingga hanya dapat digunakan sebagai data pendukung. Nilai LED dan limfosit yang tinggi (di atas kadar normal) hanya menunjukkan terjadinya infeksi di dalam tubuh. Akan tetapi, semua jenis infeksi juga dapat meningkatkan nilai LED dan limfosit dalam darah. Pengobatan TBC Bila anak positif sakit TBC, maka harus diobati sampai benar-benar sembuh. Kombinasi obat anti TBC (OAT) untuk anak adalah Isoniasid (INH), Rifampisin, dan Pirazinamid. Ketiga obat tersebut diberikan selama 2 bulan pertama, lalu setelah itu, yaitu mulai bukan ketiga sampai keenam (4 bulan berikutnya) hanya diberikan kombinasi INH dan Rifampisin. Untuk bisa sembuh, anak (dan orang dewasa) penderita TB harus mengkonsumsi OAT secara teratur, setiap hari, dan dalam jangka waktu lama. Bakteri TB ini ’mati’ secara sangat perlahan. Butuh waktu minimal 6 bulan untuk ’membunuh’ semua bakteri Tb dalam tubuh. Setelah mengkonsumsi OAT selama 2 minggu, anak mungkin akan merasa lebih baik dan tampak sehat. Tetapi ia tetap harus mengonsumsi OAT sampai selesai masa pengobatannya, karena pada saat itu belum semua bakteri TB mati. Pada anak, lamanya pengobatan TB ini tergantung dari jenis TB yang diderita. Untuk TB paru- paru (pulmonary TB), lama pengobatan cukup 6 bulan saja. Alasannya, kuman TB yang ’hidup’ dalam tubuh anak penderita TB aktif, jumlahnya jauh lebih sedikit daripada kuman yang ada dalam orang dewasa penderita TB aktif. Kenapa bisa begitu? Ini adalah berkat ’perlindungan’ dari imunisasi BCG. Sisa kuman yang masih ada setelah terapi pengobatan selesai, sudah tidak dapat berkembang biak lagi sehingga tidak berbahaya. Namun, untuk jenis TB yang lebih berat, yakni meningeal TB dan miliary TB, lamanya pengobatan setidaknya 9 bulan. Bagaimana bila anak melewatkan dosis OAT-nya? Menurut dr. Davide dari WHO Indonesia pada seminar PESAT 5 (4 Maret 2006), apabila anak penderita TBC aktif melewatkan dosis OAT sampai maksimal 7 dosis (berarti 1 minggu), ia tidak perlu mengulang dari awal lagi, cukup 25
  • 26. meneruskan saja sisa masa terapinya. Karena jumlah kuman TB dalam tubuh anak jauh lebih sedikit daripada yang ada dalam tubuh orang dewasa, sehingga resistensi kuman juga menjadi jauh lebih rendah. Tetapi bila lewat lebih dari 1 minggu dan atau hal itu terjadi berulangkali, orangtua harus segera berkonsultasi dengan petugas kesehatan (dokter) yang berwenang. Efek Samping OAT Ketiga obat anti TBC tersebut sebenarnya bersifat racun bagi hati, apalagi karena harus dikonsumsi dalam jangka panjang. Oleh karena, setelah selesai masa pengobatan, biasanya dokter memeriksa fungsi kerja hati (SGOT/SGPT). Isoniazid atau INH juga dapat menimbulkan reaksi negatif berupa kesemutan, nyeri otot, bahkan gangguan kesadaran. Untuk mengurangi efek tersebut, diberikan suplemen vitamin B6 (piridoxin) selama masa pengobatan. Obat anti TBC untuk orang dewasa, selain INH, Rifampisin dan Pirazinamid, juga ada satu jenis obat lagi yaitu etambutol. Tetapi, jenis obat yang satu ini tidak diberikan untuk anak-anak yang ’hanya’ sakit TB paru-paru. Karena efek samping etambutol pada anak berusia kurang dari 8 tahun adalah buta warna dan/atau pandangan terbatas (seperti memakai kacamata kuda). Meski demikian, pada anak dengan kasus sakit TB yang berat (TB meningitis atau milier), ’terpaksa’ harus menggunakan etambutol, dengan catatan dosisnya harus tepat. Mengingat demikian beratnya efek samping OAT, sudah seharusnya bila orangtua benar-benar memastikan apakah anak sakit TB atau tidak. TB/HIV Clinical Manual yang diterbitkan oleh WHO menyebutkan bahwa inisiasi (pemulaian) pengobatan TBC pada anak merupakan proses aktif. Apabila secara umum anak tidak tampak ’sakit’, tak perlu terburu-buru untuk memulainya! Alih- alih demikian, sebaiknya orangtua bersama-sama dengan dokter yang menangani anak, melakukan pengamatan yang lebih mendalam lagi tentang kondisi anak. Ini karena kerja TBC pada anak tidak sama seperti TBC pada orang dewasa. Jumlah kuman TBC yang ada dalam tubuh anak jauh lebih sedikit dari jumlah yang ada dalam tubuh orang dewasa, dengan sendirinya perkembangan penyakit itu juga lebih lambat pada anak. Tapi lain ceritanya, bila kondisi anak terlihat parah – sampai tidak dapat bangun, misalnya – atau usia anak masih sangat muda (di bawah 1 tahun). Pada kondisi-kondisi tersebut, pengobatan mau tidak mau harus segera dimulai. TB Laten. Apakah Itu? Istilah laten TB atau TB laten ini sering kita temui di internet. Sesungguhnya, yang dimaksud dengan TB laten adalah orang yang terinfeksi bakteri TB tetapi tidak menjadi sakit TB (mengidap TB aktif). Dengan kata lain TB laten adalah infeksi TB. Dikatakan laten karena kuman TB tidak aktif tetapi juga tidak mati, melainkan tidur lama (dorman). TB pada kondisi ini tidak menular. Orang dengan infeksi ini, tidak menunjukkan gejala-gejala TB dan sama sekali tidak merasa sakit. Bahkan foto rontgen paru-parunya normal dan bila dites dahaknya pun akan negatif. Keberadaan TB laten atau infeksi TB ini hanya bisa dideteksi melalui uji tuberkulin atau pemeriksaan darah khusus TB. Karena sistem imun tubuhnya memang belum sempurna, maka anak-anak balita adalah kelompok yang paling rentan terinfeksi kuman TB. Tetapi berkat vaksin BCG yang diberikan segera setelah bayi lahir, membuat anak tidak berkembang menjadi sakit TB. Anak yang terinfeksi TB ini ibarat bom waktu, yang akan ’meledak’ sewaktu-waktu bila kondisinya tepat. Yang dimaksud dengan kondisi yang tepat adalah pada saat daya tahan tubuh anak sedang menurun karena sedang sakit berat (karena penyakit lain), atau bisa juga penyakit TBC-nya muncul setelah si anak tumbuh dewasa atau berusia lanjut. Karenanya, apabila anak positif terinfeksi TB, walaupun tidak berkembang menjadi sakit TB, tetap perlu diberi pengobatan pencegahan (profilaksis). Jumlah bakteri TB dalam infeksi TB lebih sedikit dari TB aktif, sehingga penanganannya pun lebih mudah, cukup dengan satu jenis obat saja, yaitu INH (isoniazid). Lama pengobatan pencegahan ini, menurut Pedoman Nasional Tuberkulosis, berlangsung selama 6 bulan saja, tidak lebih! Akan tetapi, profilaksis hanya efektif bila anak berusia < 5 tahun. Pengobatan pencegahan TBC untuk orang dewasa yang tinggal di Indonesia, sama sekali tidak efektif alias percuma. Mengapa demikian? Karena negara Indonesia ini bisa dibaratkan sebagaireservoir besar kuman TB, sehingga bisa dikatakan sebagian besar orang dewasa di Indonesia sudah terinfeksi kuman TB. Pencegahan Tuberculosis Karena sumber penularan TB adalah orang-orang dewasa yang sehari-hari dekat dengan anak, maka mereka lah yang harus ditangani dengan baik dan benar. Jika orangtua mencurigai dirinya atau anggota keluarga (yang serumah) lain memiliki gejala-gejala TBC, segera periksakan ke dokter untuk memastikan apakah menderita TBC aktif atau tidak. Jika ternyata ada yang positif mengidap TBC aktif, tentunya anak harus diberi profilaksis INH, dan orang-orang lain yang tinggal serumah juga harus segera diperiksa kondisi kesehatannya. Sedangkan orang yang positif mengidap TBC aktif harus dipastikan mengkonsumsi OAT-nya secara teratur sampai masa pengobatannya selesai. Akan lebih baik apabila screening ini dilakukan sebelum bayi lahir atau bahkan sebelum ibu hamil. 26
  • 27. Imunisasi dengan vaksin BCG sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit TBC. Vaksin ini akan memberi tubuh kekebalan aktif terhadap penyakit TBC. Vaksin ini hanya perlu diberikan sekali seumur hidup, karena pemberian lebih dari sekali pun tidak berpengaruh. Tetapi imunisasi BCG juga tidak sepenuhnya dapat melindungi manusia dari serangan TBC. Tingkat efektivitas vaksin BCG memang ’hanya’ 70-80 %. Beberapa negara maju menetapkan kebijakan tidak perlu imunisasi BCG, cukup mengawasi dengan ketat kelompok yang beresiko tinggi. Tetapi untuk Indonesia, vaksin ini masih sangat dibutuhkan, mengingat posisi Indonesia yang no 3 di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita TBC terbanyak. Vaksin BCG akan sangat efektif bila diberikan segera setelah lahir atau paling lambat 2 bulan setelah lahir (dengan catatan selama itu bayi tidak kontak dengan pengidap TB aktif). Meskipun BCG tidak dapat 100% mencegah TBC paru-paru, tetapi pemberian vaksin ini akan melindungi anak dari bentuk-bentuk TBC yang lebih ganas (meningeal TB dan miliary TB). Anak yang sudah diimunisasi BCG, lalu terinfeksi kuman TB, umumnya tidak berkembang menjadi sakit. Kalaupun sampai berkembang menjadi TB aktif, biasanya perkembangbiakan kuman akan terlokalisir di paru-paru saja (pulmonary TB). Selain imunisasi, orangtua juga harus memperhatikan asupan gizi anak. Asupan gizi yang baik ditambah imunisasi BCG, diharapkan cukup ampuh menangkal serangan bakteri TB. Kalaupun anak sampai terinfeksi, dampaknya akan lebih ringan. (EG-index) Daftar Kepustakaan : Konsultasi dengan dr. Purnamawati S. Pujiarto, SpAK, MMPed dalam Cyberwoman tanggal 22 Februari 2005 Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. 2002. Departemen Kesehatan RI. Tuberculosis dalam www.infeksi.com Tuberculosis dalam www.mayoclinic.com , www.aap.org Tuberculosis dalam www.cdc.gov Latent TB Infection dalam www.cdc.com Tuberkulin Skin Testing dalam www.cdc.gov TBC Anak oleh dr. Davide Manissero (WHO Indonesia). Materi Seminar Program Edukasi Orangtua Sehat ke-5, 4 Maret 2006. Jakarta Tuberculosis oleh Gendi Jatikusumah. Materi Seminar Program Edukasi Orangtua Sehat ke-5 pada tanggal 4 Maret 2006. Jakarta. ”Flek Paru yang Mengecoh” dalam Intisari Edisi April 2005. Tuberkulosis Anak oleh dr. Bambang Supriyatno, SpAK. Makalah Seminar Tuberkulosis 24 Juni 2006. Jakarta. TBC di Indonesia oleh dr. Carmelia Basri. Makalah Seminar Tuberkulosis 24 Juni 2006. Jakarta Penyakit TBC Perlu Dikenali Bukan Ditakuti Posted by Ummu Kautsar pada 9 Februari 2008 1. Apakah tanda-tanda bahwa seseorang terkena penyakit TBC? Tanda-tanda orang yang dicurigai terkena penyakit TBC yaitu secara umum dapat dilihat dari gejalanya terlebih dahulu yaitu, demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah. Dan untuk memberikan kepastian maka orang tersebut harus diperiksa lebih lanjut, jadi tidak selalu bahwa orang batuk-batuk lama pasti menderita TBC, harus dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium dan foto rontgen. 27
  • 28. Apakah setiap orang yang mengalami batuk berdarah berarti menderita TBC? Belum tentu, karena batuk berdarah dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab, bisa karena penyakit paru- paru lainnya, karena adanya perdarahan di daerah hidung bagian belakang yang tertelan dan pada saat batuk keluar dari mulut atau karena anak batuk terlalu keras sehingga menyebabkan lukanya saluran nafas sehingga mengeluarkan darah. TBC menular melalui media apa saja? Dan rata-rata berapa lama gejala timbul setelah orang terpapar kuman TBC? Pada umumnya adalah melalui percikan dahak penderita yang keluar saat batuk (beberapa ahli mengatakan bahwa air ludah juga bisa menjadi media perantara), bisa juga melalui debu, alat makan/minum yang mengandung kuman TBC. Kuman yang masuk dalam tubuh akan berkembangbiak, lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dapat berbulan-bulan sampai tahunan. Apakah kena udara pagi terus menerus dan merokok dapat menyebabkan TBC? Kena udara pagi terus menerus tidak terlalu bermasalah dalam hal penularan TBC, sedangkan merokok dapat menurunkan daya tahan dari paru-paru, sehingga relatif akan mempermudah terkena TBC. Apakah penyakit TBC itu diwariskan secara genetik? Penyakit TBC tidak diwariskan secara genetik, karena penyakit TBC bukanlah penyakit turunan. Hanya karena penularannya adalah melalui percikan dahak yang mengandung kuman TBC, maka orang yang hidup dekat dengan penderita TBC dapat tertular. Mengapa pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama? Karena bakteri TBC dapat hidup berbulan-bulan walaupun sudah terkena antibiotika (bakteri TBC memiliki daya tahan yang kuat), sehingga pengobatan TBC memerlukan waktu antara 6 sampai 9 bulan. Walaupun gejala penyakit TBC sudah hilang, pengobatan tetap harus dilakukan sampai tuntas, karena bakteri TBC sebenarnya masih berada dalam keadaan aktif dan siap membentuk resistensi terhadap obat. Kombinasi beberapa obat TBC diperlukan karena untuk menghadapi kuman TBC yang berada dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan yang cepat. Bagaimana bila penderita TBC tidak mengkonsumsi obat secara teratur? Hal ini akan menyebabkan tidak tuntasnya penyembuhan, sehingga dikhawatirkan akan timbul resistensi bakteri TBC terhadap antibiotika sehingga pengobatan akan semakin sulit dan mahal. Bisakah penyakit TBC disembuhkan secara tuntas? Bagaimana caranya? Penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila penderita mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan, serta mengkonsumsi makanan yang bergizi cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Apakah orang yang telah sembuh dari penyakit TBC dapat terjangkit kembali? Dapat, karena setelah sembuh dari penyakit TBC tidak ada kekebalan seumur hidup. Jadi bila telah sembuh dari penyakit TBC kemudian tertular kembali oleh kuman TBC, maka orang tersebut dapat terjangkit kembali. 28
  • 29. Apakah flek kecil di paru-paru pada anak balita sudah dapat dikatakan TBC? Flek kecil di paru-paru balita pada umumnya memang disebabkan oleh TBC. Oleh karena itu perlu diteliti apakah ada gejala-gejala klinis penyakit TBC atau tidak. Bila tidak ada berarti pernah tertular penyakit TBC tapi karena daya tahan tubuhnya tinggi sehingga tidak bergejala. Atau saat ini anak tersebut sudah sembuh dari penyakit TBC dan hanya meninggalkan bekasnya saja di paru-paru. Mungkinkah terkena penyakit TBC bila kita hidup di lingkungan yang bersih? Kemungkinan kita tertular akan tetap ada, karena kita hidup tidak hanya di lingkungan sekitar rumah kita saja, bisa saja suatu saat kita berada di sekolahan, bioskop, kantor, bus yang belum tentu terbebas dari kuman TBC. Hidup di lingkungan yang bersih memang akan memperkecil risiko terjangkit TBC. Bagaimana efek terhadap janin bila ibu hamil sedang mengidap penyakit TBC? Biasanya keadaan gizi penderita TBC kurang baik, sehingga hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bagi janin dalam kandungan. Ibu hamil tetap harus diberikan terapi dengan obat TBC dengan dosis efektif terendah. Obat TBC yang diminum oleh ibu dapat melewati plasenta dan masuk ke janin dan berdasarkan beberapa kepustakaan disebutkan tidak memberikan efek yang terlampau berbahaya, akan tetapi pemantauan ketat pada perkembangan janin harus tetap dilakukan. Setelah bayi dilahirkan dapat dipisahkan terlebih dahulu dari ibu selama TBC masih aktif. Bagaimana sikap kita bila di rumah terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit TBC? Bawa pasien ke dokter untuk mendapatkan pengobatan secara teratur, awasi minum obat secara ketat dan beri makanan bergizi. Sirkulasi udara dan sinar matahari di rumah harus baik. Hindarkan kontak dengan percikan batuk penderita, jangan menggunakan alat-alat makan/minum/mandi bersamaan. Pola hidup bagaimana yang harus kita miliki agar terhindar dari penyakit TBC? Pola hidup sehat adalah kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman TBC. Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC tidak akan timbul gejala. Pola hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup kita, rumah harus mendapatkan sinar matahari yang cukup (tidak lembab), dll. Selain itu hindari terkena percikan batuk dari penderita TBC. Kenali TBC Pada Usia Dini Gejala yang bisa menjadi pertanda seorang anak menderita TBC adalah tidak hanya batuk saja, tapi juga disertai dengan demam dandiare. Untuk mengetahui si anak menderita TBC atau tidak, anak tersebut minimal harus memiliki tiga dari sepuluh gejala TBC yang harus dicurigai, antara lain: Batuk tiga minggu atau lebih yang bukan karena asma atau gangguan pernafasan lainnya Demam yang lama 29
  • 30. Berat badan tidak naik atau bahkan turun Tes Mantoux positif Hasil foto rontgen menunjukkan tanda-tanda TBC Setelah divaksinasi BCG dalam waktu 3-7 hari, timbul reaksi hebat misalnya di tempat suntikan menjadi kemerah-merahan Ibu memiliki tes BTA (basil tahan asam) yang positif Adanya scrophuloderma atau TBC kulit (seperti koreng yang kronik dan tak kunjung sembuh) Adanya phlycternular conjungtivitis (kadang di mata ada merah, lalu ada bintik putih) Adanya specific lymphadenopathy (pembesaran kelenjar getah bening di leher) Pada TBC, biasanya kelenjar yang membesar akan berderet atau lebih dari satu Perlu diketahui, kasus TBC pada anak di Indonesia cukup banyak yaitu sekitar 20% dari seluruh kasus TBC. Diperkirakan terdapat 583.000 kasus baru TBC setiap tahunnya. Di seluruh dunia, TBC dapat membunuh 100.000 anak setiap tahunnya. Anak-anak juga paling rentan menderita TBC berat, yang menyerang otak dan medula spinalis. Mungkin karena sulit terdeteksi, kasus TBC pada anak seringkali tidak diperhatikan. Anak penderita TBC yang datang ke rumah sakit umumnya sudah mengalami TBC yang berat, meluas, dan sudah menyerang ke selaput otak (meningitis). Untuk mencegah TBC pada anak, perlu dilakukan vaksinasi BCG sejak bayi. Namun, apabila vakinasi itu dilakukan ketika si anak masih berusia 2-3 bulan maka harus dilakukan tes Mantoux terlebih dahulu. Jika tes Mantoux itu hasilnya negatif, baru boleh diberikan vaksinasi BCG. Kalau si anak ternyata positif TBC dan kemudian diberikan vaksinasi BCG, hal itu justru akan memberatkan penyakitnya. Namun, vaksin BCG tidak menjamin 100% si anak akan terhindar dari penyakit TBC. Hal itu disebabkan karena kasus TBC di Indonesia masih banyak sehingga kuman penyebab TBC, yaitu Micobacterium tuberkulosis, banyak tersebar di mana-mana. Selain itu, tes Mantoux yang positif juga bukan jaminan bahwa si anak menderita TBC. Jika tes Mantoux positif namun tidak disertai dengan minimal dua gejala lainnya, belum tentu anak tersebut menderita TBC aktif. Selain itu, anak yang tes Mantoux-nya positif menunjukkan bahwa ia sudah terpapar basil Tuberculosis, tapi kadang-kadang kondisi klinisnya baik. Pengobatan TBC pada anak adalah sekitar enam bulan sama seperti halnya TBC pada orang dewasa. Biasanya hasilnya sudah terlihat setelah si anak minum obat selama dua bulan. Namun, pengobatan TBC harus tetap dikonsultasikan pada dokter spesialis agar diperoleh hasil pengobatan yang tepat dan benar. 30