Sistem produksi Just in Time bertujuan untuk mengurangi persediaan dan memproduksi barang hanya sesuai permintaan. Hal ini dilakukan dengan mengurangi waktu set-up, menghilangkan kelebihan produksi, dan memastikan aliran bahan baku lancar antar proses produksi. Penerapan Just in Time di berbagai fungsi seperti pembelian dan produksi dapat meningkatkan efisiensi dengan mengurangi persediaan, waktu tunggu, dan biaya produ
1. JUST IN TIME
I. Pendahuluan
Sistem pemanufakturan tradisional mengatur skedul produksinya berdasarkan pada
peramalan kebutuhan di masa yang akan datang.Padahal tidak seorangpun yang
dapat memprediksi masa yang akan dating dengan pasti walaupun dia memiliki
pemahaman yang sempurna tentang masa lalu dan memiliki insting yang tajam
terhadap kecendrungan yang terjadi di pasar
Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem
tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada
produksi berdasarkan permintaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu munculah
ide Just In Time yang memproduksi apabila ada permintaan. Suatu proses produksi
hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan oleh proses berikutnya. Sebagai
akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa
perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal tersebut
menjadikan perusahaan lebih kooperatif. Tujuan utama Just In Time adalah untuk
meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha
pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting
dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi
hanya apabila ada permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya
memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas
yang diminta
II. Pengertian Just In Time
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem
manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan
Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta
sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen.
Tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem JIT adalah:
1. Zero Defect (tidak ada barang yang rusak)
2. Zero Set-up Time (tidak ada waktu set-up)
3. Zero Lot Excesses (tidak ada kelebihan lot)
4. Zero Handling (tidak ada penanganan)
2. 5. Zero Queues (tidak ada antrian)
6. Zero Breakdowns (tidak ada kerusakan mesin)
7. Zero Lead Time (tidak ada lead time)
Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penerapan Just In Time,diantaranya adalah sebagai berikut :
Aliran Material yang lancar – Sederhanakan pola aliran material. Untuk itu
dibutuhkan pengaturan total pada lini produksi. Ini juga membutuhkan akses
langsung dengan dan dari bagian penerimaan dan pengiriman. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan aliran material yang tidak terputus dari bagian penerimaan
dan kemudian antar tiap tingkat produksi yang saling berhubungan secara
langsung, samapi pada bagian pengiriman. Apapun yang menghalangi aliran
yang merupakan target yang haru diselidiki dan dieliminasi.
Pengurangan waktu set-up – Sesuai dengan JIT, terdapat beberapa bagian
produksi diskret yang memilki waktu set-up mesin yang kadang-kadang
membutuhkan waktu beberapa jam. Hal ini tidak dapat ditoleransi dalam sistem
JIT. Pengurangan waktu setup yang dramatis telah dapat dicapai oleh berbagai
perusahaan, kadang dari 4-7 jam menjadi 3-7 menit. Ini membuat ukuran batch
dapat dikurangi menjadi jumlah yang sangta kecil, yang mengijinkan perusahaan
menjadi sangat fleksibel dan responsif dalam menghadapi perubahan
permintaan konsumen.
Pengurangan lead time vendor – Sebagai pengganti dari pengiriman yang
sangat besar dari komponen-komponen yang harus dibeli setiap 2/3 bulan,
dengan sistem JIT kita ingin menerima komponen tepat pada saat operasi
produksi membutuhkan. Untuk itu perusahaan kadang-kadang harus membuat
kontrak jangka panjang dengan vendor untuk mendapatkan kondisi seperti ini.
Komponen zero defect – Sistem JIT tidak dapat mentolelir komponen yang
cacat, baik itu yang diproduksi maupun yang dibeli. Untuk komponen yang
diproduksi, teknis kontrol statistik harus digunakan untuk menjamin bahwa
semua proses sedang memproses komponen dalam toleransi setiap waktu.
Untuk komponen yang dibeli, vendor diminta untuk menjamin bahwa semua
produk yang mereka sediakan telah diproduksi dalam sistem produksi yang
diawasi secara satistik. Perusahaan kan selalu memiliki program sertifikasi
vendor untuk menjamin terlaksananya hal ini.
3. Kontrol lantai produksi yang disiplin – Dalam system pengawasan lantai
produksi tradisional, penekanan diberikan pada utilitas mesin, waktu produksi
yang panjang yang dapat mengurangi biaya set up dan juga pengurangan waktu
pekerja. Untuk itu, order produksi dikeluarkan dengan memperhatikan
faktorfaktor ini. Dalam JIT, perhitungan performansi tradisional ini sangat jauh
dari keinginan untuk membentuk persediaan yang rendah dan menghilangkan
halhal yang menghalangi operasi yang responsif. Hal ini membuat waktu awal
pelepasan order yang tepat harus dilakukan setiap saat. Ini juga berarti,
kadangkadang mesin dan operator mesin dapat saja menganggur. Banyak
manajer produksi yang telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
menjaga agar mesin dan tenaga kerja tetap sibuk, mendapat kesulitan membuat
penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan agar berhasil menggunakan operasi
JIT. Perusahaan yang telah berhasil mengimplementasikan filosofi JIT akan
mendapatkan manfaat yang besar.
III. Penerapan JIT dalam berbagai bidang fungsional perusahaan
a) Pembelian JIT
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi
permintaan atau penggunaan.
Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan
aktivitas pembelian dengan cara:
1. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-
sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
3. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
4. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
5. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya
dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
2. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
4. 3. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak
biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
4. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara
individual
5. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
b) Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang
tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap
produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation
(stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
2. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep
waktu tunggu nol).
3. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya
setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
4. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas
produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam
bidang:
1. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
2. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
3. Waktu perpindahan
4. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
5. Ruangan pabrik
6. Biaya mutu
7. Pembelian bahan
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya
dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
2. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas
tidak langsung
5. 3. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga
kerja dan overhead pabrik secara individual
4. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”