3. TABLE OF
CONTENT
• Tiga tahap dalam proses Audit atas
kesinambungan Usaha
• Tujuan auditors
• Asumsi kesinambungan usaha
• Prosedur penilaian resiko
• Keraguan yang besar mengenai asumsi
kesinambungan usaha
4. TIGA TAHAP DALAM PROSES AUDIT ATAS KESINAMBUNGAN
USAHA
RISK ASSESSMENT
(MENILAI RESIKO)
• Pertimbangan dan Tanya kepada manajemen apakah ada peristiwa (events)
atau kondisi yang mungkin menimbulkan keraguan mengenai kemampuan
entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang berkesiambungan.
• Review penilaian yang dilakukan manajemen (manajement assessment)
tentang kemungkinan adanya peristiwa atau kondisi tersebut, dan tanggapan
atau rencana manajemen menghadapi peristiwa atau kondisi tersebut.
• Tetap waspada terhadap peristiwa atau kondisi selama berlangsungnya
audit.
1 2 RISK RESPONSE
(MENANGGAPI RESIKO)
• Jika peristiwa atau kondisi diidentifikasi :
1) Tanya kepada manajemen, apa rencana tindakan mereka
2) Evaluasi rencana tindakan manajemen tersebut
3) Review kendala data yang digunakan dan pendukung asumsi prakiraan arus kas.
• Tanya kepada manajemen tentang peristiwa atau kondisi diluar/sesudah periode
penilaian yang dilakukan manajemen
• Pertimbangan fakta atau informasi tambahan yang masuk secara bertahap;
wasapada selama berlangsungnya audit
3 REPORTING
(PELAPORAN)
• Tentukan apakah :
1) Terjadi ketidakpastian yang material;, berkenaan dengan peristiwa atau kondisi yang diidentifikasi
2) Asumsi kesinambungan usaha, masih tepat
• Apakah laporan keuangan menjelaskan secara utuh “kekhawatiran” akan peristiwa atau kondisi, dan mengungkapkan setiap
ketidakpastian yang material.
• Peroleh representasi manajemen (management representations)
5. TUJUAN
AUDITORS :
About Us
• Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
tepat/tidaknya penggunaan asumsi kesinambungan usaha
oleh manajemen dalam membuat laporan keuangan.
• Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah ada ketidakpastian
material mengenai peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan keraguan
mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang
berkesinambungan.
• Menentukan implikasinya terhadap laporan auditor.
6. ASUMSI KESINAMBUNGAN USAHA
Di bawah asumsi kesinambungan usaha, suatu entitas dianggap mempunyai usaha yang berkesinambungan dalam
waktu dekat dimasa mendatang. Laporan keuangan yang bertujuan umum dibuat dengan dasar kesinambungan usaha,
kecuali jika manajemen mempunyai niat/rencana melikuidasi entitas itu atau berhenti beroperasi, atau tidak ada
alternlternativerealistis kecuali membubarkannya. Poran keuangan yang bertujuan khusus dapat atau dapat tidak dibuat
dengan kerangka pelaporan keuangan di masa dasar kesinambungan usaha itu relevan (contoh, dasar kesinambungan
usaha tidak relevan untuk laporan keuangan yang dibuat atas dasar pajak/ tax basis di Negara tertentu).
Dalam hal penggunaan asumsi kesinambungan usaha itu tepat, asset dan liabilitas dicatat atas dasar entitas itu dapat merealisasi asetnya dan menyelesaikan
liabilitasnya dalam kegiatan bisnis yang normal.
Dengan asumsi kesinambungan usaha, suatu entitas umumnya di pandang sebagai usaha yang berkesinambungan untuk masa mendatang “di depan mata” tanpa
niatan melikuidasi entitas itu atau berhenti beroperasim atau meminta perlindungan kreditur sesuai dengan ketentuan hukum dan perundangan-undangan (seperti
undang-undang kepailitan). Oleh larena itu, asset dan liabilitas dicatat atas dasar entitas itu dapat merealisasi asetnya dan menyelesaikan liabilititasnya dalam kegiatan
bisnisnya yang normal.
7. PROSEDUR
PENILAIAN RESIKO
jika penilaian (pendahuluan) itu sudah dilaksanakan, auditor
wajib membahas penilaian itu dengan manajemen dan
menetukan apakah manajemen sudah mengidentifikasi
peristiwa atau kondisi, yang masing-masing atau secara
bersamaan, mungkin menimbulkan keraguan mengenai
kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai
usaha yang berkesinambungan, dan jika demikian, rencana
manajemen untuk menangani masalah itu.
(Dikutip dari ISA 570, mengenai prosedur penilaian resiko (risk assessment
procedures).
Ketika melaksanakan prosedur penilaian resiko sesuai ISA 315, auditor wajib
mempertimbangkan apakah ada peristiwa atau kondisi yang mungkin
menimbulkan keraguan mengenai kemampuan entitas untuk melanjutka
usahanya sebgai usaha yang berkesinambungan. Dalam melakukan hal itu,
auditor wajib menentukan apakah manajemen sudah melaksanakan
penilaian pendahuluan tentang kemampuan entitas untuk melanjutkan
usahanya sebgaai usaha yang berkesinambungan, dan :
jika penilaian (pendahuluan itu belum dilaksanakan, auditor
wajib membahas dengan manajemen dasar untuk rencana
penggunaan asumsi usaha berkesinambungan, dan bertanya
kepada manajemen apakah peristiwa atau kondisi, yang
masing-masing atau secara bersamaan, mungkin
menimbulkan keraguan mengenai kemampuan entitas untuk
melanjutkan usahanya sebagai usaha yang
berkesinambungan.
Auditor wajib senantiasa waspada, terhadap bukti audit
mengenai peristiwa atau kondis yang mungkin menimbulkan
keraguan menganai kemmapuan entitas untuk melanjutkan
usahanya sebgaai usaha yang berkesinambungan
8. Indikator
keuangan
Indikator
Operasional
Lain-lain
KERAGUAN YANG BESAR MENGENAI ASUMSI
KESINAMBUNGAN USAHA
Rasio keuangan utama
yang buruk
Kesulitan dengan SDM,
mogok kerja
berkepanjangan,
bentrokan dalam pabrik,
dan seterusnya
Perubahan undang-
undang, ketentuan
perundang-undangan
atau kebijakan
pemerintah yang
berdampak buruk bagi
entitas
9. MENGEVALUASI
RENCANA MANAJEMEN
DALAM ENTITAS KECIL
Manajemen dalam entitas lebih kecil kemungkinan tidak
menyiapkan penilaian yang sedemikian rinci mengenai
kemampuan entitas dalam melanjuykan usahanya
secara berkesinambungan.
Prosedur evaluasi yang dilakukan auditor pada
umumnya meliputi:
• Pembahasan dengan manajemen, pembelanjaan
entitas dalam jangka menengah dan panjang
• Menguji informasi tentang niat manajemen dengan
pemahaman editor mengenai entitas tersebut dan
bukti-bukti dokumen.
• Melihat apakah kewajiban manajemen untuk
memperpanjang periode penilaiannya setidaknya 12
bulan.
• enanyakan apakah manajemen mengetahui kondisi
di luar periode penilaian manajemen yang
menimbulkan keraguan besar mengenai
kemampuan entitas melanjutkan usahanya secara
berkesinambungan
10. MENANGGAPI
RISIKO
Jika peristiwa atau kondisi sudah diidentifikasi dapat menimbulkan
keraguan besar mengenai kemampuan entitas melanjutkan usahanya
secara berkesinambungan, maka auditor wajib memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat untuk menentukan apakah ada ketidakpastian
material dengan melakukan prosedur audit tambahan termasuk
mempertimbangkan faktor-faktor yang memitigasi.
11. KETIDAKPASTIAN
MATERIAL
Ketidakpastian material timbul jika besaran dan peluang terjadinya
sedemikian rupa sehingga auditor berpendapat, harus ada
pengungkapan yang tepat mengenai sifat dan implikasi dari
ketidakpastian tersebut, agar laporan keuangan disajikam secara wajar
atau agar keuangan tidak menyesatkan atau kerangka laporan keuangan
dengan kepatuhan.
13. RANGKUMAN DARI ISA 570.17 SAMPAI 570.24
Menggunakan asumsi
usaha berkesinambungan
namun ada ketidakpastian
material
Apakah pelaporan
keuangan mengungkapkan
secara penuh
peristiwa/kondisi
ketidakpastian material
YA
Pendapat WTP dengan
alinea “penekanan hal
tertentu”
Berikan pendapat WDP atau
TW dan nyatakan adanya
ketidakpastian material
TIDAK