3. DEFINISI TUMPEK WAYANG
Tumpek Wayang adalah rangkaian dari hari suci
Tumpek yang jatuh setiap 6 bulan sekali (210 hari) menurut
Kalender Bali jatuh pada hari Sabtu/Saniscara Kliwon Wuku
Wayang. Tumpek wayang adalah tumpek terakhir dalam
putaran pawukon Hindu.
Di hari suci ini, umat Hindu akan melaksanakan
upacara yang ditujukan kehadapan Tuhan sebagai
manisfestasinya sebagai Dewa Cuaca (Dewa Iswara) untuk
memohon keselamatan dan kerahayuan umat.
4. MAKNA UPACARA TUMPEK
WAYANG
Tumpek Wayang bermakna ”hari kesenian”
karena hari itu secara ritual diupacarai (kelahiran)
berbagai jenis kesenian seperti wayang, barong,
rangda, topeng, dan segala jenis gamelan.
Dalam lontar Sapuh Leger yaitu, Dewa Siwa
memberikan izin kepada Dewa Kala untuk memakan
anak-anak yang lahir di wuku Wayang. Demi
keselamatan anak-anak tersebut, harus dilakukan
upacara dengan dibersihkan dengan tirta Wayang
Sapuh Leger (Sapuh = membersihkan, Leger =
tercemar atau kotor). Tujuan dari upacara ini adalah
agar anak-anak tersebut terhindar dari gangguan
Dewa Kala.
5. SEJARAH SINGKAT TUMPEK WAYANG
Dalam cerita Wayang Lakon Sapuh Leger, diceritakan Dewa Kala akan
memakan segala yang lahir pada wuku wayang atau yang berjalan tengah hari tepat wuku
wayang. Atas petunjuk ayahandanya Dewa Siwa, Dewa Kala mengetahui bahwa Dewa
Rare Kumara putra bungsu Dewa Siwa lahir pada Wuku Wayang. Pada suatu hari
bertepatan dengan wuku wayang. Dewa Rare Kumara dikejar oleh Dewa Kala hendak
dimakan. Dewa Rare Kumara lari kesana kemari menghindari Dewa Kala.
Pada tengah hari tepat. Dewa Rare Kumara nyaris ditangkap jika tidak
dihalangi oleh Dewa Siwa, karna Dewa Siwa berjalan tengah hari tepat Wuku Wayang
maka Dewa Siwa hendak dimakannya. Tetapi Dewa Siwa memberikan syarat kepada
Dewa Kala, yaitu bisa menterjemahkan dan menerka serangkuman sloka yang diucapkan
Dewa Siwa. Dewa Kala tidak dapat menerka dengan sempurna, ditambah pula matahari
condong ke barat, maka Dewa Kala tidak berhak memakan Dewa Siwa.
Akhirnya Dewa kala meneruskan pengejaran kepada Dewa Rare Kumara. Pada
malam hari Dewa Rare Kumara bertemu dengan seorang dalang yang sedang mengadakan
pertunjukan wayang. Dewa Rare Kumara masuk ke bumbung ( pembuuh bambu) gender
wayang (musik wayang) dan Dewa Kala memakan sesajen wayang itu oleh karena itu Ki
Mangku Dalang menasehati agar tidak memakan Dewa Rare Kumara karena Dewa Kala
telah memakan sesajen sebagai tebusannya. Sehingga Dewa Rare Kumara pun selamat.
6. RANGKAIAN UPACARA TUMPEK WAYANG
Biasanya sehari sebelum rahina tumpek wayang, lebih
tepatnya pada Sukra Wage Wuku Kliwon atau biasa disebut
dina kala paksa atau dina ala paksa. Salah satu persembahan
yang khas di hari kala paksa, yakni sesuuk berupa daun pandan
berduri yang diolesi kapur sirih. Daun pandan berduri dipotong
sepanjang 5 cm, lalu diolesi kapur sirih dengan tapak dara.
Selain itu, daun pandan berduri yang sudah dipotong dan
diolesi oleh kapur sirih itu di letakkan dalam sebuah sidi/nyiru
disertai benang tridatu. Pada nyiru itu diisi takir diisi
triketuka dan canang sari. Selain itu dilengkapi juga dengan
api dakep. Sesaji di taruh di depan pekarangan rumah. Ritual
ini biasanya dilakukan di pagi hari.
7. MAKNA UPAKARA TUMPEK WAYANG
Makna ritual Masesuuk(mesesalat) berserana pandan
berduri adalah agar terlindungi oleh aneka kekuatan jahat.
Selain itu juga ada makna caru pandan berduri atau wong
pandan dan segehan panca warna ditujukan kepada Dewa Sangkara
(Dewanya Kesenian) memohon kepadaNya, khususnya para
seniman/pragina agar metaksu (bertuah/berkharisma) dan
merasuk kedalam dirinya serta dalam aneka pementasan
selanjutnya agar lancar.
9. KESIMPULAN
Dewa Kala hanya mampu melihat badan fisik dari Dewa Siwa, tetapi
tidak mampu melihat dunia yang ada di luar kekuatan diri manusia atau
kekuatan Tuhan. Sama halnya dengan manusia yang dipengaruhi oleh
keinginan dan hawa nafsu dia hanya mampu melihat alam sekala (alam nyata)
tetapi tidak mampu melihat alam niskala (alam maya).
“Hidup Manusia selalu dikejar Sang kala (waktu). Lahir, hidup, dan
matinya manusia selalu dikejar oleh waktu”. Jangan mau dikejar oleh waktu!
Nikmatilah hidup! Target dan resolusi boleh saja tak tercapai sepenuhnya.
Karena yang terpenting bukanlah ketercapaiannya semata, melainkan usaha
dan proses yang telah dijalani dalam mencapainya. Kegagalan boleh saja
datang berkali-kali, namun pastikan setiap kegagalan datang, ada hal yang
dipetik. Ada hal yang dipelajari.