Ekspedisi budaya merupakan salah satu aktivitas gerakan Sejuta Data Budaya (GSDB). GSDB itu sendiri adalah sebuah gerakan yang mengajak publik untuk berpartisipasi dalam usaha untuk melengkap perpusatakaan ditigal kebudayaan Indonesia, di www.budaya-Indonesia.org.
Kegunaan perpustakaan ini tentunya banyak sekali. Mulai dari yang paling sederhana yaitu pusat informasi tentang kebudayaan tradisi di Nusantara, usaha pertama terhadap budaya yang terancam punah, hingga salah satu alat dalam advokasi terhadap klaim budaya yang sering kali menimpa Indonesia.
Petunjuk teknis ini dibuat semudah mungkin, agar siapa pun bisa dengan mudah melakukannya. Jika ada pertanyaan, komentar dll, bisa juga dilapokan ke:
twitter :
@infobudaya ,
@sobatbudaya
atau via email ke :
office@budaya-indonesia.org
sobatbudaya@gmail.com
:)
2. Tujuan
Ekspedisi #SejutaDataBudaya bertujuan untuk melakukan pendataan
elemen kebudayaan yang diduga banyak variasinya dan kemungkinan
Back Cover
besar tersebar di suatu daerah. Selain itu, ekspedisi juga dapat
diadakan karena elemen kebudayaan tersebut memerlukan
penanganan khusus dalam hal pendokumentasiannya. Misalnya
untuk bangunan megalitikum, candi, rumah tradisional, ritual adat,
dll.
Persiapan
1. Kenali lokasi dengan informasi yang cukup:
Moda transportasi menuju & dari lokasi. Pastikan
sudah didapat cukup informasi terkait biaya dan
jadwal fasilitas transportasi.
Moda transportasi antar lokasi. Jadwal sangat
penting khususnya jika lintas pulau kecil.
Fasilitas Akomodasi dan Penginapan
Kondisi aktual tentang Suhu / Cuaca.
Ketersediaan ATM yang biasa digunakan.
2. Buat rute perjalanan dan tentukan lokasi tertentu
sebagai base dan perkiraan lama tinggal.
3
3. 3. Penentuan base:
Di lokasi (base)
Idealnya adalah kota, sehingga cukup mudah untuk 1. Diskusikan kembali rute perjalanan dengan warga
dapatkan penginapan, tempat makan, ATM dan setempat. Perubahan rute dapat dilakukan jika
moda transportasi. dibutuhkan selama bersesuaian dengan durasi/
Cukup dekat dengan lokasi-lokasi lainnya. timeline ekspedisi.
4. Usahakan untuk mendapatkan kontak orang 2. Idealnya sesegera mungkin bertemu dengan
setempat. instansi terkait dengan membawa surat
5. Idealnya, tas untuk ekspedisi berbeda dengan tas yang sudah disiapkan. Lakukan
pakaian. Gali informasi tentang seluruh lokasi atau
6. Buat checklist alat dan foto keseluruhannya. objek yang akan dituju.Ceritakan tentang jadwal
7. Surat Keterangan lembaga yang ditujukan kepada perjalanan, sehingga instansi tersebut bisa dapat
instansi terkait (setempat). gambaran dan mungkin memberikan masuka.
Jika mungkin adakan kerjasama (yang dapat kita
berikan sebatas hasil dokumentasi).
3. Setibanya di lokasi ada baiknya tidak menghindar
Keberangkatan tatkala dihampiri warga.
1. Pastikan peralatan (termasuk elektronik) sudah
masuk ke tas yang digunakan ketika ekspedisi.
2. Asumsikan bahwa begitu tiba di lokasi (dan transit) Pendokumentasian Bangunan
kegiatan pendataan dapat langsung dilakukan.
3. Jika gunakan pesawat, maka tas ekspedisi tidak Pemotretan
masuk bagasi. Sisir Sisi
4. Jika dilanjutkan dengan moda darat, maka tas Metode ini adalah untuk memfoto sisi tertentu dari sebuah
ekspedisi tetap tidak masuk bagasi. bangunan. Ambil kasus bangunan yang memiliki ukiran Gorga.
Penggunaan metode ini bermanfaat untuk membuat sebuah
gambaran utuh dari satu sisi bangunan tersebut. Selain itu,
dengan cara menyisir, bentuk atau objek yang mungkin luput
dari informasi awal bisa terdokumentasi.
4 Jika jarak pemotretan dengan objek cukup jauh, maka bisa
5
4. gunakan tripod. Jarak ini bisa tersendiri. Misalnya ornamen yang umumnya ada di bagian
diasumsikan dengan maksimum tengah bangunan. Untuk ornamen yang 3 dimensi, sebisa
zoom kamera. Tempat yang agak mungkin diambil dari minimal 2 sudut, untuk memberikan
tinggi ideal untuk meletakkan kesan pasti bahwa ukiran tersebut berbentuk 3 dimensi.
tripod. Gambar 1.1 adalah contoh
pemotretannya.
Patut diigat bahwa setting kamera
adalah manual dan tidak ada
perubahan lainnya selama proses
ini. Kemudian mulailah dengan
memotret objek secara utuh
terlebih dahulu.
Jika objek tidak bisa dipotret dari
jarak yang jauh, maka pemotretan
dilakukan di beberapa titik.
Mudahnya:
1. Ambil garis khayal di
depan objek, sebagai
acuan berdiri.
2. Potret di beberapa titik di bagian terbawah
mulai dari kiri atau kanan, ulangi lagi hingga di
bagian puncak. Sering kali dijumpai ada motif yang berulang-ulang, untuk hal
ini, bisa diambil bentuk dasarnya. Namun untuk menjamin
Sapu Ornamen bentuk perulangannya, maka sebaiknya diambil gambar 2
Setelah menyisir sisi, kemudian kali perulangan. Lebih aman jika diambil secara keseluruhan,
dilakukan pemotretan terhadap dengan cara memotret sepanjang ukiran tersebut. Misalnya
ornamen-ornamennya. Jika cukup bagian horizontal di Gambar 1.2 adalah bentuk perulangan,
panjang atau banyak bisa hanya maka potret bagian tersebut berulang kali hingga tuntas
memotret sampelnya saja. Misalkan panjangnya. Sedangkan untuk bagian yang tidak horizontal
untuk ukiran gorga, diketahui bahwa (miring) bisa dilakukan seperti pada Gambar 2.1 dengan
ukirannya simetris antara bagian kotak-kotak hitam.
kanan dan kiri. Oleh karenanya, bisa
diambil hanya salah satu bagian.
6
Ornamen yang unik wajib dipotret
7
5. Untuk ukuran situs yang tidak terlalu besar maka hal yang perlu
dilakukan adalah:
Informasi Bangunan 1. Potret keseluruhan kompleks. Sebaiknya dari
berbagai sudut.
Di beberapa bangunan biasanya memiliki penjaga (kuncen, pengawas, 2. Jika terdapat kelompok atau cluster-culster
pengelola). Sebisa mungkin temui pihak tersebut untuk mendapatkan maka masing-masing cluster tersebut juga
keterangan berikut: dipotret secara utuh.
a. Kapan dibangun dan diresmikan? 3. Untuk masing-masing cluster, setiap objek atau
b. Diresmikan oleh siapa? artefak harus dipotret setidaknya 2 kali.
c. Siapa arsiteknya? a. Pertama dengan
d. Apakah masih dihuni? bantuan skala
e. Apakah pernah direnovasi? (misalnya gunakan
f. Jika pernah, bagian apa saja yang pulpen dengan
direnovasi? merk & jenis
Informasi lain yang harus didapat adalah koordinat & orientasi yang umum).
bangunan tersebut. Gambar kiri.
b. Tanpa informasi skala.
Gambar kanan.
Pendokumentasian Situs Purbakala
4. Jika dirasa bahwa ada ukiran atau
bentuk yang tidak dapat terwakili dengan 2
kali pemotretan bisa ditambahkan
pemotretan dari sudut yang berbeda.
Pemotretan
Waktu terbaik untuk
potret situs adalah Keterangan Lain
pada saat sepi. Pagi
hari adalah waktu yang 1. Jika pemandu tersebut sedang
aman. Oleh karenanya memberikan informasi kepada
usahakan tiba pagi pengunjung, aktifkan recorder.
hari dan prioritaskan 2. Buatkan sketsa seluruh kompleks. Untuk-
memotret pada saat
sepi.
9
6. memudahkan potret seluruh bagian kompleks.
Contohnya dengan panorama atau 180’. Catatan
3. Catat koordinat kompleks. Jika cukup luas, catat Bagi sobat budaya yang ingin melakukan ekspedisi sebaiknya
koordinat masing-masing cluster. menghubungi IACI (www.Budaya-Indonesia.org) . Hal ini diperlukan
4. Sentuh & rasakan batu-batuan situs. agar IACI dapat:
5. Jika dimungkinkan, angkat salah satu benda situs. 1. Membuat surat keterangan atau pengantar
2. Menyediakan alat tambahan.
3. Menginformasikan kepada jaringan IACI (jika ada)
Selain itu, sobat budaya yang melakukan ekspedisi juga wajib
Pendokumentasian Kampung melaporkan hasil ekspedisinya kepada IACI.
Pemotretan
Kampung biasanya terdiri dari beberapa bangunan. Untuk sebuah
kampung (huta) Batak misalnya, umumnya terdiri dari 3 – 7
bangunan rumah dan 1 bangunan gudang (serbaguna). Langkah
pendokumentasiannya:
1. Jika terlalu banyak, ambil beberapa bangunan saja.
Prioritaskan yang dianggap tua.
2. Gunakan cara seperti memotret bangunan.
3. Pastikan bahwa seluruh bangunan sudah
terdokumentasi, minimal gambaran besarnya. Hal ini
sebaiknya dilakukan terlebih dahulu.
4. Jika diizinkan, masuklah ke dalam bangunan untuk
memotret bagian dalam.
Informasi lain
1. Catat koordinat & orientasi arahnya.
2. Gali informasi tentang bangunan yang ada, misalnya:
a. bangunan Usia
b. Apakah pernah direnovasi?
3. Carilah sumber mata air di kampung tersebut. Dari
manakah mereka mendapatkan air?
10
11