SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  29
1. Pengertian.
•    Kata “Istinbath” menurut bahasa ialah
     mengeluarkan, seperti “ istanbathal
     maau minal „ain
     (mengeluarkan/mengambil air dari mata
     air).
•    Menurut Istilah: Istikhrajul ma‟ani minan
     nushush bi farthiz zihn wa quwatil
     qarihah (mengeluarkan makna-makna
     dai nash-nash (yang terkandung) dengan
     mencurahkan pikiran dan kemampuan
     (potensi) nalutiah.
                metode istinbath hukum syar'i    1
Untuk melakukan istinbath yang tepat ada 4
(emapt) hal yang harus diperhatikan:
1. Apakah lafad-lafad itu telah jelas makna dan
   dalalahnya (dalil)
2. Apakah susunan bahasanya cukup jelas
   untuk suatu pengertian ataukah dengan
   isyarah. Apakah pengetian yang terkandung
   di dalamnya tersurat atau tersirat.
3. Apakah lafad itu umum atau khusus, muthlaq
   atau muqayyad dsb.
4. Bagaimana bentuk lafad yang menimbulkan
   hukum taklifi ataukah lafad amr (perintah)
   atau nahy (larangan).

                  metode istinbath hukum syar'i   2
2. Qaidah Syar’iyah
 Kaidah Syar‟iyah ialah ketentuan umum
    yang ditempuh Syara‟ dalam menetapkan
    hukum dan tujuan penetapan hukum bagi
    Subyek Hukum (Mukallaf).
 Perumusan pokok tentang kaidah-kaidah
    syar‟iyah:
1) Istidlal adalah pencarian dalil. “istidlal”
    adalah qiyas atau ijtihad



                 metode istinbath hukum syar'i   3
2). Proses dalam beristidlal untuk
    menetapkan hukum syara‟:
a. Melihat pada Al-Quran (Sumber Pertama).
b. Melihat pada Sunnah (penjelas Al-Quran
    atau penetap hukum baru yang belum ada
    dalam Al-Quran).
c. Melakukan ijtihad dalam menggunakan
    atau memahami dalil; baik dalam Al-
    Quran atau Sunnah (dalil-dalil dhanni).



               metode istinbath hukum syar'i   4
d. Melakukan ijtihad saat menghadapi dua dalil atau
   lebih yang saling kekuatannya sama atau dhahirnya
   saling bertentangan (Ta‟arudl al-Adillah):
- Berusaha melakukan pengumpulan isi dalil tersebut
   sehingga dapat diamalkan semua.
- Dalam menghadapi dalil (Al-Quran dan Sunnah)
   dapat dilakukan penetian mengenai asbab nuzul atau
   wurud dan menganggap yang terdahulu dapat
   dinasakh dengan yang kemudian.
- Apabila tidak dapat dikumpulkan atau tidak bisa
   terjadi nasikh mansukh maka dilakukan tarjih
   (pemenangan dalil yang dianggap lebih kuat), dan
- Apabila proses Tarjih tidak memungkinkan maka
   diambil salah satu dalil dan meninggalkan dalil yang
   lainnya.

                    metode istinbath hukum syar'i         5
3). Tujuan Penetapan Hukum
a.   Tujuan penetapan hukum („amaliah) untuk
     kemaslahatan hidup manusia.
b.   Dalam mencapai kemaslahatan, diadakan
     pembagian 3 (tiga) kualifikasi:
-    Ad-Dharuriyat: yakni Keniscayaan tidak boleh tidak/
     tidak adanya tidak berarti hidup ini.
-    Al-Hajiyat: Yang sangat dihajatkan, tidak adanya
     akan menjadi sempit dan sulit hidup ini.
-    At-Tahsiniyat: Keserasian dan kenyamanan.
     Ketiadaannya hanya menyebabkan hidup ini tidak
     nyaman.




                    metode istinbath hukum syar'i          6
c. Cakupan dan Realisasi
  1) Yang masuk pada cakupan “dlaruriyat” adalah
     adalah:
     - Hifdhuddin (Qawaidul Iman dan Islam).
     - Hifdhun Nafsi (Hukum qishash, diyat, dan
        hukuman hudud, jinayat dan ta‟zir).
     - Hifdhul „aql (haram minum khamr, hura-hura
        dsb).
     - Hifdhul Nasl (Hukum pernikahan, Hukum
        Pendidikan).
     - Hifdhul Maal (Hukum muamalat)
  2) Hukum Hajiyat, Rincian hukum ibadah dan
     muamalah.
  3) Hukum Tahsiniyat, Sikap dan pengamalan Akhlaqul
     Karimah



                    metode istinbath hukum syar'i      7
d. Tingkatan ke tiga kualifikasi tersebut;
   - Posisi adl-dlaruriyat menenpati posisi
      paling penting dan tidak dapat dihilangkan;
   - Posisi kedua adalah “al-haajiyat” sebagai
      penyempurna tingkat adl-dlaruriyat.
   - Posisi ketiga adalah at-tahsiniyat, sebagai
      penyempurna dari tingkat al-hajiyat, guna
      mewujudkan keserasian dan kenyamanan.
   Jadi, tidak dapat ditempuh tahsiniyat kalau
   dapat menghilangkan hajiyat, demikian pula
   tidak dapat ditempuh yang hajiyat kalau
   dengan mewujudkan yang hajiyat itu akan
   menghilangkan yang dlaruriyat.

                  metode istinbath hukum syar'i     8
3. Qawaid Lughawiyah
   Kaidah Lughawiyah adalah Kaidah yang
   dipakai oleh ulama (para ahli ushul fiqh)
   berdasarkan makna dan tujuan ungkapan-
   ungkapan yang telah ditetapkan oleh para ahli
   bahasa (Arab), sesudah dilakukan penelitian-
   penelitian yang bersumber dari kesusastraan
   Arab.
   Dengan kaidah lughawiyah, makna dari suatu
   lafad, baik dari dalalah (pengertian konotasi
   bahasa) ataupun uslub (susunan kata)nya
   dapat diketahui dan untuk selanjutnya dapat
   dijadikan sebagai pedoman dalam
   menetapkan hukum syar‟i.


                  metode istinbath hukum syar'i    9
   Ada tiga cara untuk mengetahui makna dari suatu lafad
    atau uslub (susunan kata) bahasa Nash:
    1) Berdasarkan pengertian orang yang banyak yang
       sudah mutawatir (dilakoni secara turun temurun).
       Seperti: kata “al-maa‟ (air); as-maa‟ (langit) dan al-ard
       (bumi) dan sebagainya.
    2) Berdasarkan pengertian orang-orang tertentu (imam
       Syafi‟i: menyebutnya “‟ilmul khash”. Pengertian lafad
       atau uslub ini hanya dapat diketahui oleh sekelompok
       orang tertentu. Seperti kata “akhbar al-ahad”.
    3) Berdasarkan pemikiran akal dan hasil nalar manusia
       (istinbathul „aql) terhadap lafad-lafad itu. Seperti: kata
       “al-insan” dalam QS. Al-‟Ashr. Menurut hasil pemikiran
       akal, maka kata insan diberi alf-lam (ta‟rif: al-jinsiyah)
       yang memberi pengertian umum. Artinya mencakup
       semua satuan (fard atau afrad) manusia, dengan
       alasan bahwa adanya kata “illaa” istitsnaiyah”
       (pengecualian) sesudah kata insan itu.


                        metode istinbath hukum syar'i               10
   Makna lafad menurut penetapan bahasa:
    a. Wadh‟iyah: ialah lafad yang mempunyyai
       arti mula pertama penggunaan lafad itu,
       seperti kata “   “ (dabbah) sejak semula,
       kata ini dunakan untuk setiap bintang
       yang merangka, tetapi kemudian
       dikhususkan pada binatang yang berkaki
       empat. Kata “     “ (mutakallim) pada
       awalnya digunakan untuk orang yang
       berbicara atau mengucapkan kata-kata,
       akan tetapi kemudian dikhususkan pada
       ahli ilmu kalam.


                  metode istinbath hukum syar'i    11
   „Urfiyah: ialah lafad yang mempunyai arti yang
    terbatas menurut pengertian umum, terbatas
    mengenai sebagian dari semula atau lafad yang
    mempunyai arti yang telah meluas menurut
    pandangan umum atau dikenal juga sebagai lafad
    “majazi”. Seperti kata “rawiyah” ialah tempat
    perbekalan air yang biasanya terbuat dari
    kulit, lalu berkembang menurut pengertian umum
    termasuk unta yang membawa air. Contoh
    lain, kata “ghaith” semula berarti tempat nyaman
    di atas tanah, kemudian berarti pula sebagai
    bangunan untuk tempat membuang hajat (WC).


                     metode istinbath hukum syar'i     12
   Lafad-lafad syar‟iyah
    Lafad-lafad syar‟iyah banyak ditemukan dalam bahasa Arab
    yang artinya tidak diketahui oleh orang arab sendiri sebelum
    ditetapkan dalam syara‟ tentang maknanya.
    Dalam menetapkan makna suatu lafad, ulama mempunyai
    pandangan yang berbeda:
    a. Penetapan syara‟ terhadap makna lafad terlepas dari
    pengertian bahasa, namun penetapan tersebut sejak semula
    didasarkan dari arti syar‟iyah atau diniyah (Mu‟tazilah,
    khawarij dan sebagian dari Fuqaha), alasannya:
    - adanya nash yang menunjukkan pengertian syara‟ terlepas
    dari pengertian bahasa (lafad iman; shalat, zakat dsb).
    - pada waktu ditetapkan oleh syara‟, arti lafad tersebut belum
    tergambar oleh orang arab di kala itu.


                          metode istinbath hukum syar'i              13
 Dalam penggunaan lafad, syara‟ menetapkan syarat-syarat dan
  batasan pelaksanaannya sehingga sesuai yang dimaksud.
  Seperti kata “shalat” menurut bahasa adalah “doa”, kemudian
  syara‟menetapkan ketentuan pelaksanaannya seperti
  takbir, berdiri, ruku‟, sujud dsb, serta syarat dan rukun tertentu
  lainnya (Abu Bakar Al Baqillani).
 Penggunaan lafad didasaarkan pada arti lughawiyah, kemudian
  diberikan syarat dan batasan. Seperti kata “shalat” ada
  hubungan antara arti dasarnya (do‟a) dengan arti syar‟iyahnya
  (peribadatan yang dimulai dengan takbir dan ditutup dengan
  salam, dengan ketentuan syarat dan rukun lainnya (Al-Ghazali).
  Pendapat ini beranggapan bahwa lafad syara‟ berasal dari al-
  Quran dan al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab: QS. Yusuf:
  (2) dan QS. Asy-Syu‟ara‟: (192-195) dan pemindahan lafad dari
  arti awal ke arti syar‟iyahnya agar mereka faham maksudnya
  dan menjadi pengertian umum.


                           metode istinbath hukum syar'i               14
    Makna dari Huruful Ma‟ani:
a.   Huruf “ ” (hamzah): jika dihubungkan dengan lafad-lafad
     tertentu dapat memberi sejumlah arti, antara lain:
     1) dihubungkan dengan isim mashdar dapat berarti “istifham”
     minta keterangan, contoh pada QS. Al-Anbiya‟: (109):

      ) jika dihubungkan dengan kata “ ” (ra-a) berarti “berikan
     berita atau minta pendapat”, QS. Al-Ma‟un: (1):

     3) jika dihubungkan dengan kata “ “ (Lam) dapat berarti
     “peringatan, heran/ta‟jub” seperti:

     4) menyatakan keingkaran, seperti QS. Az-Zumar: (36)




                          metode istinbath hukum syar'i            15
   Pembagian lafad menurut makna:
    Pembagian lafad berdasarkan makna yang ditetapkan
    ada tiga macam yaitu: khaash, „Aam dan Musytarak.
A. Lafad khaash:
1.  Pengertian:
    Lafad Khaash adalah lafad yang dari segi kebahasaan
    ditentukan untuk satu arti secara mandiri.
    Jadi lafad khaash adalah yang menunjukkan kepada
    suatu satuan tertentu sehingga ditentukan untuk
    menunjukkan kepada perseorangan tertentu seperti
    Ali, Ahmad dsb; secara kelompok (macam/jenis)
    seperti laki-laki, perempuan, binatang dsb; suatu
    bilangan tertentu (lima, sepuluh dsb) dan kepada
    suatu materi/benda konkrit dan suatu yang abstrak
    (ilmu, kebodohan, pikiran dsb)


                      metode istinbath hukum syar'i       16
2. Hukum Khaash
a.   Bila lafad khaash pada nash syara‟ (teks hukum) menunjuk pada
     yang dituju madlulnya (penunjukkannya) secara qath‟iy, hukumnya
     menjadi qath‟iy pula, selama tidak ada dalil yang mengalihkannya.
     Umpmanya dalam QS. Al-Baqarah: 196:


     maka waji berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari lagi
     apabila kamu telah pulang…).

     Maka hukum yang dapat diperoleh dari ayat di atas adalah
     keharusan berpuasa selama tiga hari di Mekkah dan sepuluh hari
     setelah tiba di negerinya, tidak lebih atau kurang dari bilangan
     tersebut.
b.   Bila lafad khaash dalam bentuk amer (perintah), maka menunjukkan
     pada hukum wajib selama tidak ada dalil atau qarinah (konjuksi)
     yang mengalihkan kepada hal lain.
     Umpamanya dalam QS. An-Nur: 56:
                (dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah
     kepada Rasul (Muhammad)…).
     Maka lafad amer pada ayat di atas secara pasti menunjukkan
     wajibnya melaksanakan shalat, mengeluarkan zakat dan mentaati
     Rasulullah, karena sighat amer termasuk lafad khaash.

                             metode istinbath hukum syar'i                 17
c.   Demikian halnya, bila lafad khaash dalam bentuk nahy (larangan) maka
     menunjukkan hukum tahrim (keharaman) perbuatan yang dicegah
     tersebut. Umpamanya: dalam QS. Al-‟An‟am: 151:

     “dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali
     dengan alasan yang benar…).
     Maka lafad nahy pada ayat di atas secara pasti menunjukkan haramnya
     menghilangkan nyawa orang lain tanpa ada alasan yang benar, karena
     sighat nahy termasuk lafad khaash.
d.   Bila lafad khaash itu terdiri dari lafad muthlaq, maka harus difungsikan
     kemutlakannya, selama ada dalil atau qarinah yang mengalihkan kepada
     arti lain atau memberi batasan artinya. Umpamanya dalam QS. Al-
     Maidah: 89:
                    (maka kaffarahnya (denda pelanggatan sumpah) ialah
     memberi makan sepuluh orang miskin dari makanan yang biasa
     diberikan kepada keluargamu, atau memberi mereka pakaian atau
     memerdekakan seorang budak…), maka lafad budak tetap pada
     difungsikan kemutlakannya karena lafad muthlaq termasuk lafad khaash,
     terkecuali ada pebatasan (qayd) seperti pada kaffarah pembunuhan tidak
     sengaja dalam QS. An-Nisa: 92:
                      (maka merdekakanlah seorang budak mukmin…)

                              metode istinbath hukum syar'i                     18
  Qaidah yang bertalian dengan Khaash
A. Al-Amr (     )
Menurut bahasa:
Menurut syara‟:
    (suatu lafad yang menunjukkan terhadap perintah melaksanakan
           suatu perbuatan dengan meninggikan aksen suara).
Lafad perintah memiliki tiga kategori:
-   Al-Amr (      ): suatu permintaan untuk dikerjakan
    datangnya dari atas ke bawah
-   Ad-Do‟a‟ (        ): suatu permintaan untuk dikerjakan
    datangnya dari bawah ke atas
-   Al-Iltimas (         ): suatu permintaan untuk dikerjakan
    datangnya dari sesama derajatnya.


                         metode istinbath hukum syar'i             19
 Sighat (bentuk kata) Al-Amr:
-     (if‟al) atau fi‟il amr:



–      (liyaf‟al) atau fi‟il mudhari‟ yang dimasuki “lam amr”:



-                                 (susunan kata berbentuk
    khabar (berita) digunakan dalam insya‟ atau perintah):




                         metode istinbath hukum syar'i           20
-   Lafad        (kutiba „alaa)



-   Lafad   (amara)



-   Lafad yang memberitakan bahwa perbuatan itu untuk
    orang mukallaf:

-   Lafad yang menunjukan bahwa perbuatan itu baik
    (khair) atau (al-birr):




                       metode istinbath hukum syar'i    21
 Arti lafad amr:
- lafad amr berarti wajib seperti:
- Berarti nadb atau sunnah :
- Berarti pendidikan
- Berarti petunjuk:
- Berarti ibahah atau boleh:
- Berarti menghardik:
 Kaidah Hukum yang ditetapkan dengan Lafad amr
  1.
    (Pada pokoknya amr itu menunjukkan hukum wajib, terkecuali ada
    qarinah atau tanda-tanda yang dapat mengalihkan kepada arti
    lain). Menurut pendapat Jumhur Ulama




                           metode istinbath hukum syar'i             22
2.
     (Pada dasarnya amr menunjukkan hukum sunnah), ini menurut golongan
     Mu‟tazilah

3.
     (Perintah setelah adanya larangan menunjukkan hukum boleh)
                                              sesudah
     firman Allah:

    Dalam masalah ini (apakah menunjukkan boleh atau wajib) ada tiga
     pendapat:
-    Syafi‟iyah, Hanabilah dan sebagian Malikiyah: perintah setelah adanya
     larangan menunjukkan hukum boleh;                     setelah
-    ayat:

-    Hanafiyah (sebagian Syafi‟iyah dan Malikiyah): perintah setelah adanya
     larangan menunjukkan hukum wajib;
-    Al-Kamal Ibn Al-Umam: dikembalikan kepada hukum asalnya:
                               karena perintah memerangi orang musyrik
     hukum asalnya wajib, kemudian diharamkan pada bulan-bulan haram
     tertentu.


                               metode istinbath hukum syar'i                  23
4.
     (Pada pokoknya perintah menghendaki kesegeraan atau penundaan)




Dalam masalah ini ulama berbeda pendapat:
-  Malikiyah dan hanabilah serta Al-Karakhi dari Hanafiyah: perintah
   yang tidak disertai qarinah atau tanda-tanda baik untuk kesegeraan
   atau penundaan, maka menunjukkan kesegeraan
-  Hanafiyah: perintah yang tidak disertai qarinah atau tanda-tanda
   baik untuk kesegeraan atau penundaan, maka menunjukkan
   penundaan
-  Syafi‟iyah: perintah yang tidak disertai qarinah atau tanda-tanda
   baik untuk kesegeraan atau penundaan, maka tidak menunjukkan
   kesegeraan atau penundaan.


                             metode istinbath hukum syar'i              24
5.
-    Hanafiyah dan Hanabilah serta pendapat ini diakomodir oleh Ibn
     Badran, Al-Razi, Al-Amidi, Ibn Al-Hajib, Al-Baidhawi, Ibn As-Subki
     dan kebanyakan Syafi‟iyah: perintah yang tidak disertai qarinah
     atau tanda-tanda tidak menunjukkan pengulangan, tetapi sesuai
     dengan hakikat dari perintah itu sendiri:

-    Malikiyah (Al-Qadhi Abdul Wahab dan Asy-Syairazi):perintah yang
     tidak disertai qarinah atau tanda-tanda secara lafdi hanya
     menunjukkan sekali, namun memungkinkan untuk berualng kali:

-    Al-Isfirani dan Asy-Syairazi dan sekelompok Mutakallimin: perintah
     yang tidak disertai qarinah atau tanda-tanda menunjukkan
     pengulangan dalam seumur hidup dengan syarat memungkinkan
     untuk dilaakukan:




                              metode istinbath hukum syar'i               25
7.                          (Perintah terhadap sesuatu, merupakan
     larangan terhadap lawannya) seperti: perintah beriman menjadi
     larangan untuk mengkafiri.
8.                        (Perintah terhadap sesuatu merupakan
     perintah atas sarana yang menjadi alat pelaksanaannya).
     Kaidah yang berhubungan dengan hal ini:                     (Bagi
     sarana itu hukumnya sama dengan yang dituju);




                            metode istinbath hukum syar'i                26
B. An-Nahy (Larangan)
   Menurut bahasa:                                            (perintah
    meninggalkan secara pasti dan konsisten).
   Menurut bahasa:
      (suatu lafad yang menunjukkan terhadap perintah mengerjakan suatu
                  perbuatan dengan meninggikan aksen suara).
   Sighat (bentuk kata) Al-Amr:
-   Lafad Fi‟il Mudhari‟ dimasuki hurun Lam Nahy (      ) atau
                        (susunan kata berbentuk khabar (berita) digunakan
    dalam larangan):

-   Kata “nahy” :
-   Kata “haram” :
-   Kata perintah untuk meninggalkan:

-   Kata yang menunjukkan penafian terhadap perbuatan:




                               metode istinbath hukum syar'i                27
   Arti Lafad Nahy:
-   Lafad Nahy menunjukkan kepada hukum haram:
-   Menunjukkan kepada hukum makruh:

-   Menunjukkan irsyad (petunjuk/bimbingan):

-   Untuk do‟a:
-   Untuk kelanggengan:
-   Menerangkan akibat :
-   Dsb.
   Kaidah Hukum yang ditetapkan dengan Lafad Nahy
    1.
    (Pada pokoknya larangan itu menunjukkan hukum
    haram, terkecuali ada qarinah atau tanda-tanda yang dapat
    mengalihkan kepada arti lain):

                           metode istinbath hukum syar'i        28
2.                                        (Pada pokoknya dalam
     nahy yang mutlak menghendaki perulangan atau kesegeraan):



     - Ar-Razi, Al-Baidhawi: Larangan tidak menghendaki adanya
     perulangan atau kesegeraan, karena terkadang larang tersebut
     tidak mengehndaki kedua hal hal tersebut, seperti dikala dokter
     mengatakan: jangan minum susu atau jangan makan daging.
     - Al-Amidi, Ibnul Hajib dan Al-Qarafi: Larangan itu menghendaki
     adanya perulangan atau kesegeraan, seperti jika dikatakan jangan
     lakukan itu, maka mengehndaki perulangan dan
     kesegeraan, apalagi kalau disertai dengan syarat seperti:




                            metode istinbath hukum syar'i               29

Contenu connexe

Tendances (20)

IJTIHAD
IJTIHADIJTIHAD
IJTIHAD
 
Ijma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasIjma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyas
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
 
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
 
Naskh mansukh
Naskh mansukhNaskh mansukh
Naskh mansukh
 
Hukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'iHukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'i
 
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
 
Wakaf
WakafWakaf
Wakaf
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islam Sumber hukum islam
Sumber hukum islam
 
jarimah qishash diyat
jarimah qishash diyatjarimah qishash diyat
jarimah qishash diyat
 
'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablana'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablana
 
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
 
8 qowaid fiqhiyah
8 qowaid fiqhiyah8 qowaid fiqhiyah
8 qowaid fiqhiyah
 
Fiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablanaFiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablana
 
Maslahah mursalah(kelompok 5)
Maslahah mursalah(kelompok 5)Maslahah mursalah(kelompok 5)
Maslahah mursalah(kelompok 5)
 
Hukum Islam
Hukum IslamHukum Islam
Hukum Islam
 
Dasar-dasar Ekonomi Syariah
Dasar-dasar Ekonomi SyariahDasar-dasar Ekonomi Syariah
Dasar-dasar Ekonomi Syariah
 
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)
 
Ushul fiqh ppt
Ushul fiqh pptUshul fiqh ppt
Ushul fiqh ppt
 
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam IslamFiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
 

En vedette

Global warming-25410
Global warming-25410Global warming-25410
Global warming-25410rdemirci
 
Gold of scandinavia
Gold of scandinaviaGold of scandinavia
Gold of scandinaviaENTOURS
 
Тур Вена мюнхен 8 дней!
Тур Вена   мюнхен 8 дней!Тур Вена   мюнхен 8 дней!
Тур Вена мюнхен 8 дней!ENTOURS
 
Move Beyond Presentation
Move Beyond PresentationMove Beyond Presentation
Move Beyond Presentationwbastmeijer
 
Atakan şen erasmus student (turkey)presentation
Atakan şen erasmus  student (turkey)presentationAtakan şen erasmus  student (turkey)presentation
Atakan şen erasmus student (turkey)presentationrdemirci
 
Sejarah, pola istinbath mazhab hanafi maliki
Sejarah, pola istinbath mazhab hanafi malikiSejarah, pola istinbath mazhab hanafi maliki
Sejarah, pola istinbath mazhab hanafi malikiMarhamah Saleh
 
Measures of variability and range for ungrouped data
Measures of variability and range for ungrouped dataMeasures of variability and range for ungrouped data
Measures of variability and range for ungrouped dataSamanie M
 

En vedette (11)

Global warming-25410
Global warming-25410Global warming-25410
Global warming-25410
 
Gold of scandinavia
Gold of scandinaviaGold of scandinavia
Gold of scandinavia
 
Тур Вена мюнхен 8 дней!
Тур Вена   мюнхен 8 дней!Тур Вена   мюнхен 8 дней!
Тур Вена мюнхен 8 дней!
 
Buku lengkap simposium
Buku lengkap simposiumBuku lengkap simposium
Buku lengkap simposium
 
Move Beyond Presentation
Move Beyond PresentationMove Beyond Presentation
Move Beyond Presentation
 
Atakan şen erasmus student (turkey)presentation
Atakan şen erasmus  student (turkey)presentationAtakan şen erasmus  student (turkey)presentation
Atakan şen erasmus student (turkey)presentation
 
4. sumber hukum islam
4. sumber hukum islam4. sumber hukum islam
4. sumber hukum islam
 
3. makalah fauziyati
3. makalah fauziyati3. makalah fauziyati
3. makalah fauziyati
 
Sejarah, pola istinbath mazhab hanafi maliki
Sejarah, pola istinbath mazhab hanafi malikiSejarah, pola istinbath mazhab hanafi maliki
Sejarah, pola istinbath mazhab hanafi maliki
 
Ushul fiqh
Ushul fiqhUshul fiqh
Ushul fiqh
 
Measures of variability and range for ungrouped data
Measures of variability and range for ungrouped dataMeasures of variability and range for ungrouped data
Measures of variability and range for ungrouped data
 

Similaire à 9. metode instinbath

Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Jingga Matahari
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptxRijal61
 
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxKata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxRaja Aidil Angkat
 
makalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docx
makalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docxmakalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docx
makalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docxAmeliaJonson1
 
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islamMemahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islamFitriHastuti2
 
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihadMakalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihadInternet Explorer
 
Sources of Islamic law or jurisdiction
Sources of Islamic law or jurisdictionSources of Islamic law or jurisdiction
Sources of Islamic law or jurisdictionmandalina landy
 
Pertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptx
Pertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptxPertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptx
Pertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptxFauziahNurHutauruk
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamkhumairoh
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamkhumairoh
 
Materi sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfMateri sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfagyana_nadian
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamRisqi19
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamDewwii Casono
 
Hk. islam, hukum, hukm & ahkam, syariat, fikih
Hk. islam, hukum, hukm & ahkam, syariat, fikihHk. islam, hukum, hukm & ahkam, syariat, fikih
Hk. islam, hukum, hukm & ahkam, syariat, fikihEncep Abdul Rojak
 
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 

Similaire à 9. metode instinbath (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxKata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
 
Ijtihad
IjtihadIjtihad
Ijtihad
 
makalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docx
makalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docxmakalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docx
makalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docx
 
Studi Hukum Islam
Studi Hukum IslamStudi Hukum Islam
Studi Hukum Islam
 
Aplikasi asas syariah
Aplikasi asas syariahAplikasi asas syariah
Aplikasi asas syariah
 
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islamMemahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
 
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihadMakalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
 
Sources of Islamic law or jurisdiction
Sources of Islamic law or jurisdictionSources of Islamic law or jurisdiction
Sources of Islamic law or jurisdiction
 
Syariah,fikih dan hukum islam
Syariah,fikih dan hukum islamSyariah,fikih dan hukum islam
Syariah,fikih dan hukum islam
 
Pertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptx
Pertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptxPertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptx
Pertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptx
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islam
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islam
 
Materi sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfMateri sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdf
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 
Hk. islam, hukum, hukm & ahkam, syariat, fikih
Hk. islam, hukum, hukm & ahkam, syariat, fikihHk. islam, hukum, hukm & ahkam, syariat, fikih
Hk. islam, hukum, hukm & ahkam, syariat, fikih
 
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
 

Dernier

KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 

Dernier (20)

KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 

9. metode instinbath

  • 1. 1. Pengertian. • Kata “Istinbath” menurut bahasa ialah mengeluarkan, seperti “ istanbathal maau minal „ain (mengeluarkan/mengambil air dari mata air). • Menurut Istilah: Istikhrajul ma‟ani minan nushush bi farthiz zihn wa quwatil qarihah (mengeluarkan makna-makna dai nash-nash (yang terkandung) dengan mencurahkan pikiran dan kemampuan (potensi) nalutiah. metode istinbath hukum syar'i 1
  • 2. Untuk melakukan istinbath yang tepat ada 4 (emapt) hal yang harus diperhatikan: 1. Apakah lafad-lafad itu telah jelas makna dan dalalahnya (dalil) 2. Apakah susunan bahasanya cukup jelas untuk suatu pengertian ataukah dengan isyarah. Apakah pengetian yang terkandung di dalamnya tersurat atau tersirat. 3. Apakah lafad itu umum atau khusus, muthlaq atau muqayyad dsb. 4. Bagaimana bentuk lafad yang menimbulkan hukum taklifi ataukah lafad amr (perintah) atau nahy (larangan). metode istinbath hukum syar'i 2
  • 3. 2. Qaidah Syar’iyah  Kaidah Syar‟iyah ialah ketentuan umum yang ditempuh Syara‟ dalam menetapkan hukum dan tujuan penetapan hukum bagi Subyek Hukum (Mukallaf).  Perumusan pokok tentang kaidah-kaidah syar‟iyah: 1) Istidlal adalah pencarian dalil. “istidlal” adalah qiyas atau ijtihad metode istinbath hukum syar'i 3
  • 4. 2). Proses dalam beristidlal untuk menetapkan hukum syara‟: a. Melihat pada Al-Quran (Sumber Pertama). b. Melihat pada Sunnah (penjelas Al-Quran atau penetap hukum baru yang belum ada dalam Al-Quran). c. Melakukan ijtihad dalam menggunakan atau memahami dalil; baik dalam Al- Quran atau Sunnah (dalil-dalil dhanni). metode istinbath hukum syar'i 4
  • 5. d. Melakukan ijtihad saat menghadapi dua dalil atau lebih yang saling kekuatannya sama atau dhahirnya saling bertentangan (Ta‟arudl al-Adillah): - Berusaha melakukan pengumpulan isi dalil tersebut sehingga dapat diamalkan semua. - Dalam menghadapi dalil (Al-Quran dan Sunnah) dapat dilakukan penetian mengenai asbab nuzul atau wurud dan menganggap yang terdahulu dapat dinasakh dengan yang kemudian. - Apabila tidak dapat dikumpulkan atau tidak bisa terjadi nasikh mansukh maka dilakukan tarjih (pemenangan dalil yang dianggap lebih kuat), dan - Apabila proses Tarjih tidak memungkinkan maka diambil salah satu dalil dan meninggalkan dalil yang lainnya. metode istinbath hukum syar'i 5
  • 6. 3). Tujuan Penetapan Hukum a. Tujuan penetapan hukum („amaliah) untuk kemaslahatan hidup manusia. b. Dalam mencapai kemaslahatan, diadakan pembagian 3 (tiga) kualifikasi: - Ad-Dharuriyat: yakni Keniscayaan tidak boleh tidak/ tidak adanya tidak berarti hidup ini. - Al-Hajiyat: Yang sangat dihajatkan, tidak adanya akan menjadi sempit dan sulit hidup ini. - At-Tahsiniyat: Keserasian dan kenyamanan. Ketiadaannya hanya menyebabkan hidup ini tidak nyaman. metode istinbath hukum syar'i 6
  • 7. c. Cakupan dan Realisasi 1) Yang masuk pada cakupan “dlaruriyat” adalah adalah: - Hifdhuddin (Qawaidul Iman dan Islam). - Hifdhun Nafsi (Hukum qishash, diyat, dan hukuman hudud, jinayat dan ta‟zir). - Hifdhul „aql (haram minum khamr, hura-hura dsb). - Hifdhul Nasl (Hukum pernikahan, Hukum Pendidikan). - Hifdhul Maal (Hukum muamalat) 2) Hukum Hajiyat, Rincian hukum ibadah dan muamalah. 3) Hukum Tahsiniyat, Sikap dan pengamalan Akhlaqul Karimah metode istinbath hukum syar'i 7
  • 8. d. Tingkatan ke tiga kualifikasi tersebut; - Posisi adl-dlaruriyat menenpati posisi paling penting dan tidak dapat dihilangkan; - Posisi kedua adalah “al-haajiyat” sebagai penyempurna tingkat adl-dlaruriyat. - Posisi ketiga adalah at-tahsiniyat, sebagai penyempurna dari tingkat al-hajiyat, guna mewujudkan keserasian dan kenyamanan. Jadi, tidak dapat ditempuh tahsiniyat kalau dapat menghilangkan hajiyat, demikian pula tidak dapat ditempuh yang hajiyat kalau dengan mewujudkan yang hajiyat itu akan menghilangkan yang dlaruriyat. metode istinbath hukum syar'i 8
  • 9. 3. Qawaid Lughawiyah Kaidah Lughawiyah adalah Kaidah yang dipakai oleh ulama (para ahli ushul fiqh) berdasarkan makna dan tujuan ungkapan- ungkapan yang telah ditetapkan oleh para ahli bahasa (Arab), sesudah dilakukan penelitian- penelitian yang bersumber dari kesusastraan Arab. Dengan kaidah lughawiyah, makna dari suatu lafad, baik dari dalalah (pengertian konotasi bahasa) ataupun uslub (susunan kata)nya dapat diketahui dan untuk selanjutnya dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menetapkan hukum syar‟i. metode istinbath hukum syar'i 9
  • 10. Ada tiga cara untuk mengetahui makna dari suatu lafad atau uslub (susunan kata) bahasa Nash: 1) Berdasarkan pengertian orang yang banyak yang sudah mutawatir (dilakoni secara turun temurun). Seperti: kata “al-maa‟ (air); as-maa‟ (langit) dan al-ard (bumi) dan sebagainya. 2) Berdasarkan pengertian orang-orang tertentu (imam Syafi‟i: menyebutnya “‟ilmul khash”. Pengertian lafad atau uslub ini hanya dapat diketahui oleh sekelompok orang tertentu. Seperti kata “akhbar al-ahad”. 3) Berdasarkan pemikiran akal dan hasil nalar manusia (istinbathul „aql) terhadap lafad-lafad itu. Seperti: kata “al-insan” dalam QS. Al-‟Ashr. Menurut hasil pemikiran akal, maka kata insan diberi alf-lam (ta‟rif: al-jinsiyah) yang memberi pengertian umum. Artinya mencakup semua satuan (fard atau afrad) manusia, dengan alasan bahwa adanya kata “illaa” istitsnaiyah” (pengecualian) sesudah kata insan itu. metode istinbath hukum syar'i 10
  • 11. Makna lafad menurut penetapan bahasa: a. Wadh‟iyah: ialah lafad yang mempunyyai arti mula pertama penggunaan lafad itu, seperti kata “ “ (dabbah) sejak semula, kata ini dunakan untuk setiap bintang yang merangka, tetapi kemudian dikhususkan pada binatang yang berkaki empat. Kata “ “ (mutakallim) pada awalnya digunakan untuk orang yang berbicara atau mengucapkan kata-kata, akan tetapi kemudian dikhususkan pada ahli ilmu kalam. metode istinbath hukum syar'i 11
  • 12. „Urfiyah: ialah lafad yang mempunyai arti yang terbatas menurut pengertian umum, terbatas mengenai sebagian dari semula atau lafad yang mempunyai arti yang telah meluas menurut pandangan umum atau dikenal juga sebagai lafad “majazi”. Seperti kata “rawiyah” ialah tempat perbekalan air yang biasanya terbuat dari kulit, lalu berkembang menurut pengertian umum termasuk unta yang membawa air. Contoh lain, kata “ghaith” semula berarti tempat nyaman di atas tanah, kemudian berarti pula sebagai bangunan untuk tempat membuang hajat (WC). metode istinbath hukum syar'i 12
  • 13. Lafad-lafad syar‟iyah Lafad-lafad syar‟iyah banyak ditemukan dalam bahasa Arab yang artinya tidak diketahui oleh orang arab sendiri sebelum ditetapkan dalam syara‟ tentang maknanya. Dalam menetapkan makna suatu lafad, ulama mempunyai pandangan yang berbeda: a. Penetapan syara‟ terhadap makna lafad terlepas dari pengertian bahasa, namun penetapan tersebut sejak semula didasarkan dari arti syar‟iyah atau diniyah (Mu‟tazilah, khawarij dan sebagian dari Fuqaha), alasannya: - adanya nash yang menunjukkan pengertian syara‟ terlepas dari pengertian bahasa (lafad iman; shalat, zakat dsb). - pada waktu ditetapkan oleh syara‟, arti lafad tersebut belum tergambar oleh orang arab di kala itu. metode istinbath hukum syar'i 13
  • 14.  Dalam penggunaan lafad, syara‟ menetapkan syarat-syarat dan batasan pelaksanaannya sehingga sesuai yang dimaksud. Seperti kata “shalat” menurut bahasa adalah “doa”, kemudian syara‟menetapkan ketentuan pelaksanaannya seperti takbir, berdiri, ruku‟, sujud dsb, serta syarat dan rukun tertentu lainnya (Abu Bakar Al Baqillani).  Penggunaan lafad didasaarkan pada arti lughawiyah, kemudian diberikan syarat dan batasan. Seperti kata “shalat” ada hubungan antara arti dasarnya (do‟a) dengan arti syar‟iyahnya (peribadatan yang dimulai dengan takbir dan ditutup dengan salam, dengan ketentuan syarat dan rukun lainnya (Al-Ghazali). Pendapat ini beranggapan bahwa lafad syara‟ berasal dari al- Quran dan al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab: QS. Yusuf: (2) dan QS. Asy-Syu‟ara‟: (192-195) dan pemindahan lafad dari arti awal ke arti syar‟iyahnya agar mereka faham maksudnya dan menjadi pengertian umum. metode istinbath hukum syar'i 14
  • 15. Makna dari Huruful Ma‟ani: a. Huruf “ ” (hamzah): jika dihubungkan dengan lafad-lafad tertentu dapat memberi sejumlah arti, antara lain: 1) dihubungkan dengan isim mashdar dapat berarti “istifham” minta keterangan, contoh pada QS. Al-Anbiya‟: (109): ) jika dihubungkan dengan kata “ ” (ra-a) berarti “berikan berita atau minta pendapat”, QS. Al-Ma‟un: (1): 3) jika dihubungkan dengan kata “ “ (Lam) dapat berarti “peringatan, heran/ta‟jub” seperti: 4) menyatakan keingkaran, seperti QS. Az-Zumar: (36) metode istinbath hukum syar'i 15
  • 16. Pembagian lafad menurut makna: Pembagian lafad berdasarkan makna yang ditetapkan ada tiga macam yaitu: khaash, „Aam dan Musytarak. A. Lafad khaash: 1. Pengertian: Lafad Khaash adalah lafad yang dari segi kebahasaan ditentukan untuk satu arti secara mandiri. Jadi lafad khaash adalah yang menunjukkan kepada suatu satuan tertentu sehingga ditentukan untuk menunjukkan kepada perseorangan tertentu seperti Ali, Ahmad dsb; secara kelompok (macam/jenis) seperti laki-laki, perempuan, binatang dsb; suatu bilangan tertentu (lima, sepuluh dsb) dan kepada suatu materi/benda konkrit dan suatu yang abstrak (ilmu, kebodohan, pikiran dsb) metode istinbath hukum syar'i 16
  • 17. 2. Hukum Khaash a. Bila lafad khaash pada nash syara‟ (teks hukum) menunjuk pada yang dituju madlulnya (penunjukkannya) secara qath‟iy, hukumnya menjadi qath‟iy pula, selama tidak ada dalil yang mengalihkannya. Umpmanya dalam QS. Al-Baqarah: 196: maka waji berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari lagi apabila kamu telah pulang…). Maka hukum yang dapat diperoleh dari ayat di atas adalah keharusan berpuasa selama tiga hari di Mekkah dan sepuluh hari setelah tiba di negerinya, tidak lebih atau kurang dari bilangan tersebut. b. Bila lafad khaash dalam bentuk amer (perintah), maka menunjukkan pada hukum wajib selama tidak ada dalil atau qarinah (konjuksi) yang mengalihkan kepada hal lain. Umpamanya dalam QS. An-Nur: 56: (dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul (Muhammad)…). Maka lafad amer pada ayat di atas secara pasti menunjukkan wajibnya melaksanakan shalat, mengeluarkan zakat dan mentaati Rasulullah, karena sighat amer termasuk lafad khaash. metode istinbath hukum syar'i 17
  • 18. c. Demikian halnya, bila lafad khaash dalam bentuk nahy (larangan) maka menunjukkan hukum tahrim (keharaman) perbuatan yang dicegah tersebut. Umpamanya: dalam QS. Al-‟An‟am: 151: “dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar…). Maka lafad nahy pada ayat di atas secara pasti menunjukkan haramnya menghilangkan nyawa orang lain tanpa ada alasan yang benar, karena sighat nahy termasuk lafad khaash. d. Bila lafad khaash itu terdiri dari lafad muthlaq, maka harus difungsikan kemutlakannya, selama ada dalil atau qarinah yang mengalihkan kepada arti lain atau memberi batasan artinya. Umpamanya dalam QS. Al- Maidah: 89: (maka kaffarahnya (denda pelanggatan sumpah) ialah memberi makan sepuluh orang miskin dari makanan yang biasa diberikan kepada keluargamu, atau memberi mereka pakaian atau memerdekakan seorang budak…), maka lafad budak tetap pada difungsikan kemutlakannya karena lafad muthlaq termasuk lafad khaash, terkecuali ada pebatasan (qayd) seperti pada kaffarah pembunuhan tidak sengaja dalam QS. An-Nisa: 92: (maka merdekakanlah seorang budak mukmin…) metode istinbath hukum syar'i 18
  • 19.  Qaidah yang bertalian dengan Khaash A. Al-Amr ( ) Menurut bahasa: Menurut syara‟: (suatu lafad yang menunjukkan terhadap perintah melaksanakan suatu perbuatan dengan meninggikan aksen suara). Lafad perintah memiliki tiga kategori: - Al-Amr ( ): suatu permintaan untuk dikerjakan datangnya dari atas ke bawah - Ad-Do‟a‟ ( ): suatu permintaan untuk dikerjakan datangnya dari bawah ke atas - Al-Iltimas ( ): suatu permintaan untuk dikerjakan datangnya dari sesama derajatnya. metode istinbath hukum syar'i 19
  • 20.  Sighat (bentuk kata) Al-Amr: - (if‟al) atau fi‟il amr: – (liyaf‟al) atau fi‟il mudhari‟ yang dimasuki “lam amr”: - (susunan kata berbentuk khabar (berita) digunakan dalam insya‟ atau perintah): metode istinbath hukum syar'i 20
  • 21. - Lafad (kutiba „alaa) - Lafad (amara) - Lafad yang memberitakan bahwa perbuatan itu untuk orang mukallaf: - Lafad yang menunjukan bahwa perbuatan itu baik (khair) atau (al-birr): metode istinbath hukum syar'i 21
  • 22.  Arti lafad amr: - lafad amr berarti wajib seperti: - Berarti nadb atau sunnah : - Berarti pendidikan - Berarti petunjuk: - Berarti ibahah atau boleh: - Berarti menghardik:  Kaidah Hukum yang ditetapkan dengan Lafad amr 1. (Pada pokoknya amr itu menunjukkan hukum wajib, terkecuali ada qarinah atau tanda-tanda yang dapat mengalihkan kepada arti lain). Menurut pendapat Jumhur Ulama metode istinbath hukum syar'i 22
  • 23. 2. (Pada dasarnya amr menunjukkan hukum sunnah), ini menurut golongan Mu‟tazilah 3. (Perintah setelah adanya larangan menunjukkan hukum boleh) sesudah firman Allah:  Dalam masalah ini (apakah menunjukkan boleh atau wajib) ada tiga pendapat: - Syafi‟iyah, Hanabilah dan sebagian Malikiyah: perintah setelah adanya larangan menunjukkan hukum boleh; setelah - ayat: - Hanafiyah (sebagian Syafi‟iyah dan Malikiyah): perintah setelah adanya larangan menunjukkan hukum wajib; - Al-Kamal Ibn Al-Umam: dikembalikan kepada hukum asalnya: karena perintah memerangi orang musyrik hukum asalnya wajib, kemudian diharamkan pada bulan-bulan haram tertentu. metode istinbath hukum syar'i 23
  • 24. 4. (Pada pokoknya perintah menghendaki kesegeraan atau penundaan) Dalam masalah ini ulama berbeda pendapat: - Malikiyah dan hanabilah serta Al-Karakhi dari Hanafiyah: perintah yang tidak disertai qarinah atau tanda-tanda baik untuk kesegeraan atau penundaan, maka menunjukkan kesegeraan - Hanafiyah: perintah yang tidak disertai qarinah atau tanda-tanda baik untuk kesegeraan atau penundaan, maka menunjukkan penundaan - Syafi‟iyah: perintah yang tidak disertai qarinah atau tanda-tanda baik untuk kesegeraan atau penundaan, maka tidak menunjukkan kesegeraan atau penundaan. metode istinbath hukum syar'i 24
  • 25. 5. - Hanafiyah dan Hanabilah serta pendapat ini diakomodir oleh Ibn Badran, Al-Razi, Al-Amidi, Ibn Al-Hajib, Al-Baidhawi, Ibn As-Subki dan kebanyakan Syafi‟iyah: perintah yang tidak disertai qarinah atau tanda-tanda tidak menunjukkan pengulangan, tetapi sesuai dengan hakikat dari perintah itu sendiri: - Malikiyah (Al-Qadhi Abdul Wahab dan Asy-Syairazi):perintah yang tidak disertai qarinah atau tanda-tanda secara lafdi hanya menunjukkan sekali, namun memungkinkan untuk berualng kali: - Al-Isfirani dan Asy-Syairazi dan sekelompok Mutakallimin: perintah yang tidak disertai qarinah atau tanda-tanda menunjukkan pengulangan dalam seumur hidup dengan syarat memungkinkan untuk dilaakukan: metode istinbath hukum syar'i 25
  • 26. 7. (Perintah terhadap sesuatu, merupakan larangan terhadap lawannya) seperti: perintah beriman menjadi larangan untuk mengkafiri. 8. (Perintah terhadap sesuatu merupakan perintah atas sarana yang menjadi alat pelaksanaannya). Kaidah yang berhubungan dengan hal ini: (Bagi sarana itu hukumnya sama dengan yang dituju); metode istinbath hukum syar'i 26
  • 27. B. An-Nahy (Larangan)  Menurut bahasa: (perintah meninggalkan secara pasti dan konsisten).  Menurut bahasa: (suatu lafad yang menunjukkan terhadap perintah mengerjakan suatu perbuatan dengan meninggikan aksen suara).  Sighat (bentuk kata) Al-Amr: - Lafad Fi‟il Mudhari‟ dimasuki hurun Lam Nahy ( ) atau (susunan kata berbentuk khabar (berita) digunakan dalam larangan): - Kata “nahy” : - Kata “haram” : - Kata perintah untuk meninggalkan: - Kata yang menunjukkan penafian terhadap perbuatan: metode istinbath hukum syar'i 27
  • 28. Arti Lafad Nahy: - Lafad Nahy menunjukkan kepada hukum haram: - Menunjukkan kepada hukum makruh: - Menunjukkan irsyad (petunjuk/bimbingan): - Untuk do‟a: - Untuk kelanggengan: - Menerangkan akibat : - Dsb.  Kaidah Hukum yang ditetapkan dengan Lafad Nahy 1. (Pada pokoknya larangan itu menunjukkan hukum haram, terkecuali ada qarinah atau tanda-tanda yang dapat mengalihkan kepada arti lain): metode istinbath hukum syar'i 28
  • 29. 2. (Pada pokoknya dalam nahy yang mutlak menghendaki perulangan atau kesegeraan): - Ar-Razi, Al-Baidhawi: Larangan tidak menghendaki adanya perulangan atau kesegeraan, karena terkadang larang tersebut tidak mengehndaki kedua hal hal tersebut, seperti dikala dokter mengatakan: jangan minum susu atau jangan makan daging. - Al-Amidi, Ibnul Hajib dan Al-Qarafi: Larangan itu menghendaki adanya perulangan atau kesegeraan, seperti jika dikatakan jangan lakukan itu, maka mengehndaki perulangan dan kesegeraan, apalagi kalau disertai dengan syarat seperti: metode istinbath hukum syar'i 29