6. KEJANG
Kejang neonatus berbeda dari kejang pada bayi di atas 1 bulan, anak,
dan dewasa
Kejang neonatus kurang terorganisasi, hampir tidak pernah bersifat
kejang umum tonik klonik
Manifestasi kejang pada neonatus prematur berbeda dari neonatus
cukup bulan
Kejang pada prematur lebih tidak terorganisasi, terkait dengan
perkembangan neuroanatomi dan neurofisiologi masa perinatal
7.
8. EVALUASI DIAGNOSTIK
Riwayat kehamilan, persalinan, kejang dalam keluarga (sindrom
epilepsi spt benign familial neonatal convulsion)
Pemeriksaan penunjang:
1. Darah lengkap, gula darah, elektrolit
2. Analisis cairan serebrospinal
3. EEG/aEEG, CFM (cerebral function monitoring)
4. Pencitraan : USG/CT scan/MRI kepala
5. Kultur darah/CSS : infeksi HSV ?
9. TATA LAKSANA
Prinsip utama :
1. Mempertahankan ventilasi dan perfusi yang adekuat
2. Mencari etiologi dan memberikan terapi sesuai
Klinisi sering memulai antikonvulsan tanpa melihat gambaran EEG
10.
11. Sedapat mungkin diazepam tidak digunakan karena:
1. Masa kerja yang singkat
2. Kombinasi diazepam dengan fenobarbital meningkatkan risiko
gagal napas dan kardiovaskular
3. Kisaran dosis sangat sempit
4. Pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang mengganggu
kompleks bilirubin-albumin
12. SEPSIS
Definisi : infeksi aliran darah yang bersifat invasive dan ditandai
dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh (darah, cairan
serebrospinal, urin).
Faktor risiko Ibu :
1. Persalinan kurang bulan
2. KPD lebih dari 18 jam
3. Demam
4. ISK
5. Korioamnionitis
13. Faktor risiko bayi :
1. Asfiksia
2. Berat badan lahir rendah
3. Bayi kurang bulan
4. Kelainan bawaan
5. Prosedur invasif
15. Tata laksana :
Eliminasi kuman – antibiotika secara empiris
Antibiotik kombinasi : memperluas cakupan mikroorganisme patogen,
memiliki sensitivitas yang baik untuk kuman Gram positif dan kuman
Gram negatif
Biasanya : ampisilin/kloksasilin/vankomisin dan
aminoglikosid/sefalosporin
16. ASFIKSIA
Asfiksia ditandai : hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis.
Karakteristik :
1. Asidemia metabolik dan atau respiratorik.
2. Apgar 0-3 menit ke 5
3. Manifestasi neurologis : kejang, hipotonia, koma, atau HIE
4. Disfungsi sistem multiorgan segera
17. Kenali faktor risiko :
1. Antepartum : Infeksi Ibu, oligohidramnion, KPD, kehamilan ganda,
kehamilan telat waktu, DM Ibu, hipertensi dalam kehamilan,
anemia, perdarahan (masalah plasenta), dll
2. Intrapartum : SC emergensi, kelahiran dengan forsep / vakum,
kurang bulan
19. NEONATUS DARI IBU
TERKONFIRMASI COVID-19
INISIASI MENYUSUI DINI
•(WHO) Ibu dengan status covid positif (+) bukan
kontra indikasi melakukan IMD
• (Indonesia) IMD
• dipertimbangkan setelah edukasi keluarga
• pada ibu dengan kondisi asimptomatik atau dengan gejala ringan
• dengan catatan ibu menggunakan APD minimal masker bedah.
20. • 1. Klinis ibu berat dan atau fasilitas kesehatan memadai
• Keluarga dan tenaga kesehatan memilih mencegah risiko penularan pemisahan ibu dan bayi
• ASI perah (bila ibu mampu) diberikan oleh tenaga kesehatan / anggota keluarga yang tidak menderita COVID-19 ; atauASI donor
• Bila tidak tersedia, pertimbangkan: ibu susuan atau susu formula
• Ibu yang memerahASI: menerapkan protokol pencegahan infeksi
• 2. Klinis ibu sedang
• Keluarga dan tenaga kesehatan memilih mengurangi risiko penularan, mempertahankan kedekatan ibu dan
bayi
• ASI perah
• Ibu yang memerahASI: menerapkan protokol pencegahan infeksi
• 3. Klinis ibu tidak bergejala/ ringan dan atau fasilitas kesehatan tidak memadai (tidak dapat perawatan
terpisah)
• Menyusui langsung
• Untuk mengurangi risiko penularan selama tidak menyusui, ibu dan bayi berjarak 2 meter
NUTRISI
3 PILIHAN PEMBERIAN NUTRISI PADA BAYI LAHIR DARI IBU TERSANGKA/
TERKONFIRMASI COVID-19 (TERGANTUNG KONDISI IBU)
21.
22. HIPOTERMIA
Termoregulasi : kemampuan untuk menyeimbangkan antara produksi
panas dan hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh dalam
keadaan normal.
Kemampuan ini sangat terbatas pada neonatus.
Suhu normal : 36.5 C – 37.5 C
Hipotermia neonatus : suhu di bawah 36.5 C
Tanda : akral dingin, bayi tidak mau minum, kurang aktif, kutis
marmorata, pucat, takipnu atau takikardia.
Hipotermi berkepanjangan peningkatan konsumsi oksigen,
distress napas, gangguan keseimbangan asam basa, hipoglikemia,
defek koagulasi, gagal ginjal akut, NEC, kematian.
23. Tata laksana :
1. Hangatkan di pemancar panas (incubator)
2. Ganti baju yang dingin dan basah, pakai topi, selimut hangat.
3. Skin-to skin contact, Perawatan metode kanguru
4. Susui bayi lebih sering
5. Bila terjadi hipoglikemia < 45 mg/dl tatalaksana
6. Bila suhu tidak naik: sepsis ?
24. HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia adalah kadar gula plasma :
1. kurang dari 2,6 mmol/L (< 47 mg/dl)
2. neonatus aterm berusia kurang dari 72 jam dipakai batas kadar
gula plasma 35 mg/dL
3. sedangkan untuk neonatus prematur dan KMK yang berusia
kurang dari 1 minggu, disebut hipoglikemia bila kadar gula darah
plasma kurang dari 25 mg/dl (kontroversial)
25. Bayi dengan risiko hipoglikemia :
1. Bayi dari Ibu dengan DM
2. Bayi BMK
3. Bayi KMK
4. Bayi kurang bulan
5. Bayi lebih bulan
6. Pasca asfiksia
7. Bayi sakit
8. Ibu bermasalah (obat-obatan, perokok)
26. Beberapa pedoman singkat skrining glukosa pada bayi baru lahir:
1.Pemantauan glukosa darah rutin bayi baru lahir cukup bulanyang asimtomatik tidak
perlu dan mungkin merugikan.
2.Skrining glukosa darah harus dilakukan pada bayi dengan risiko hipoglikemia untuk
mengetahui adanya hipoglikemia ataupun bayi yang menunjukkan manifestasi klinis
hipoglikemia, dengan frekuensi dan lama pemantauan tergantung dari kondisi bayi
masing-masing.
3.Pemantauan dimulai dalam 30-60 menit pertama bayi dengan dugaan hiperinsulinisme
dan tidak lebih dari umur 2 jam pada bayi dengan risiko hipoglikemia kategori lainnya.
4.Pemantauan sebaiknya dilanjutkan setiap 3 jam sampai kadar glukosa darah sebelum
minum mencapai normal. Kemudian lanjutkan tiap 12 jam.
5.Skrining glukosa dihentikan setelah 2 kali didapatkan kadar glukosa normal atau
dengan pemberian minum saja, didapatkan 2 kali pemeriksaan kadar glukosa normal.
6.Konfirmasi dengan pemeriksaan glukosa darah di laboratorium harus dilakukan jika
hasil skrining glukosa darah abnormal.
27. Tata laksana :
1. Asi sedini mungkin
2. Skin to skin contact untuk merangsang produksi asi
3. Simtomatik / GDS < 25 mg/dl : Dextrosa 10% , 2 ml/kg BB; infus
lanjutan dengan GIR 4-6 mg/kg/menit
GIR = (Concentration, g/100 mL) x (Infusion rate, mL/hr) x (1000) / (Weight,
kg) x (60 min/hr)