1. IMPLIKASI FILSAFAT ILMU BAGI PERAN
ILMUWAN
PERAN DAN FUNGSI FILSAFAT ILMU
ILMU DAN MORAL
ILMU DAN ETIKA
TANGGUNG JAWAB ILMUAN
ETIKA DAN MORAL ILMUAN
Oleh Kelompok 6:
Eka Amalia Lestari (2208146)
Susi Widianingsih (2208559)
Agus Maulana Muhamad (2208741)
Sri Mulyati (2208612)
Sarah Fauziah (2208423)
Iis Irmawati (2208201)
Lili Mulyatul Halimah (2208366)
Budiman (2208925)
3. Peran Filsafat Ilmu
Tujuan dari ilmu adalah memahami, mempredikisi, dan mengatur
berbagai aspek kehidupan di dunia, di samping untuk menemukan
atau memformulasi teori, dan teori itu sendiri pada dasarnya
merupakan penjelasan tentang sesuatu sehingga dapat memperoleh
kefahaman, dan dengan kepahaman maka prediksi kejadian dengan
probabilitas yang cukup tinggi asalan teori tersebut telah teruji
kebenarannya.
4. Sudut Pandang Ilmu dalam Perannya
Pandangan dinamis atau pandangan
heuristik (menemukan), dalam
pandangan ini ilmu dapat dilihat lebih
dari sekedar aktivitas, penekananya
terutama pada teori dan skema
konseptual yang saling berkaitan.
Maka dari itu pandangan ini adalah
untuk membentuk hukum-hukum
umum yang melengkapi perilaku dari
kejadian-kejadian empiris atau objek
empiris yang menjadi perhatiannya.
Dalam pandangan statis, ilmu
merupakan aktivitas yang
memberikan sumbangan bagi
sistematisasi informasi bagi dunia.
Tugas ilmuwan adalah menemukan
fakta baru dan menambahkannya
pada kumpulan informasi yang sudah
ada, oleh karena itu dianggap
sebagai sekumpulan fakta, serta
merupakan suatu cara menjelaskan
gejala-gejala yang diobservasi, yang
berarti bahwa dalam pandangan ini
penekanannya terletak pada keadaan
pengetahuan/ilmu yang ada sekarang
serta upaya menambahkannya baik
hukum, prinsip atau teori.
Pandangan Dinamis
Menurut Kerlinger bahwa untuk melihat peran dalam fungsi ilmu, terlebih dahulu mengelompokkan dua sudut pandang
tentang ilmu yaitu pandangan statis dan pandangan dinamis.
Pandangan Statis
5. Peran Filsafat Ilmu
Ilmu bagi kehidupan manusia
dapat berperan sebagai
pengira terhadap suatu
fenomena yang ditemui oleh
manusia tersebut.
misalnya teori ilmu alam
mengatakan bila besi
dipanaskan, maka besi itu
akan memuai, maka dari
pernyataan ini telah dapat
dipahami dan mengira kenapa
setiap yang berjenis logam
ketika dipanaskan memuai.
2. Pengira (Predicting)
Ketika manusia sudah mampu
untuk meramal sesuatu yang
akan terjadi dengan berpijak
kepada ketentuan ilmu, maka
fungsi control dapat
dijalankan. Misalnya akan
terjadinya gempa bumi
dengan kekuatan 7,1 SK
ketika manusia mengetahui
ilmu yang berkaitan dengan
geofisika, manusia dapat
memperkirakan akibat yang
mungkin terjadi.
3. Pengatur (Controling)
Dengan adanya ilmu, maka maka
sesuatu yang dulunya tidak
bermanfaat dapat didayagunakan
untuk kesejahteraan hidup manusia.
Misalnya saja, manusia sebelumnya
tidak mengetahui bahwa suatu
tanaman mempunya kasiat dan
manfaat yang tinggi untuk kesehatan,
setelah manusia mengetahui maka
hal tersebut manusia memberdayakan
dan menggunakan tanaman tersebut
dengan sebaik-baiknya, dan
melestarikannya sesuai dengan
disiplin ilmu yang ada, baik
mencangkoknya, kloning, rekayasa
genetika dan lainya.
4. Pemberdaya (Empowering)
Ilmu dapat berfungsi
sebagai penjelas untuk
menerangkan segala
sesuatu yang ada
disekitar manusia.
1. Penerang
(Eksplaining)
6. ● Kata-kata filsafat dan filsafat ilmu memiliki hubungan yang sangat
erat dan saling berkaitan Suriasumantri (2010:19) menyatakan bahwa
tujuan dan fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari
tujuan dan fungsi filsafat itu sendiri.
Fungsi
Filsafat Ilmu
● Menurut Susanto (2011), tiga hal yang dapat diambil pelajaran dari
filsafat. Pertama, filsafat telah mengajarkan seseorang untuk
lebih mengenal diri sendiri secara totalitas. Kedua, filsafat
mengajarkan tentang hakikat alam semesta. Ketiga, filsafat
● Filsafat berfungsi sebagai mater scientiarum atau induk dari ilmu
pengetahuan yang berarti mencakup semua ilmu pengetahuan khusus,
menurut Salam (dalam Situmorang, 2008:19)
● Menurut Susanto (2011), filsafat ilmu memiliki peran dan fungsi
untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu atu asasi
manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya,
secara sistematis dan historik.
● Menurut situmorang (2008) fungsi filsafat ilmu menjadi dasar yang
menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara
ilmiah.
7. ● Memberikan landasan filosofis dalam memahami
berbagai konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu
dan membekali kemampuan untuk membangun teori
ilmiah.
● Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan
metode ilmu terus menerus sehingga ilmuwan tetap
bermain dalam koridor yang benar (metode dan
struktur ilmu)
● Filsafat ilmu sebagai sumber awal semua ilmu
pengetahuan
● Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara
logis-rasional
● Kritis terhadap aktivitas ilmu/keilmuan
Fungsi Filsafat
Ilmu Bagi Ilmu
Pengetahuan
8. ● Filsafat memfasilitasi bagi pembelajar untuk
dapat menjumpai pandangan-pandangan tentang
apa saja (kompleksitas, mendiskusikan dan
menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran
serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan intelektual),
● Sebagai sarana penguji penalaran ilmiah
● Membantu manusia mendalami pertanyaan asasi
manusia tentang makna realitas dan ruang
lingkupnya
● Memberikan pendasaran logis terhadap metode
keilmuan
Fungsi Filsafat
Ilmu Bagi
Pembelajar
10. ILMU DAN MORAL
MORAL
BAIK/BURUK, BENAR/SALAH
ETIKA
SAMA-SAMA MEMBAHAS
PERBUATAN MANUSIA
Menggunakan tolak ukur
norma-norma yang tumbuh
dan berkembang serta
berlangsung di
masyarakat, oleh karena
itu moral berada dalam
dataran realitas dan
muncul dalam tingkah laku
yang berkembang di
masyarakat
Menggunakan tolak
ukur akal akal pikiran
atau rasio dengan
demikian etika lebih
bersifat pemikiran
filosofis dan berada
dalam konsep-konsep
dipakai untuk perbuatan yang
sedang dinilai
dipakai untuk pengkajian sistem
nilai yang ada
KESADARAN MORAL
1. Perasaan wajib atau
keharusan untuk
melakukan tindakan
yang bermoral
2. Kesadaran moral
dapat juga berwujud
rasional dan objektif
3. Kesadaran moral
dapat pula muncul
dalam bentuk
kebebasan
11. ILMU DAN MORAL
Individu termotivasi untuk berperilaku
sesuai dengan norma-norma kelompok
agar dapat diterima dalam suatu kelompok
tersebut
1. Interpersonal concordance orientation
2. Law and order orientation
Melihat situasi berdasarkan prinsip-
prinsip moral yang diyakininya
1. Social contract orientation
2. Universal ethical principles orientation.
Level ini berkembang pada masa
kanak-kanak
1. Punishment and obidience orientation
2. Instrument and relativity orientation
Level
Preconvenstional Level
Conventional
Level
Postconventional:
Moral reasoning adalah proses dengan mana tingkah laku manusia, institusi atau kebijakan dinilai apakah sesuai atau menyalahi
standar moral. Kriterianya: Logis, bukti nyata yang digunakan untuk 11 mendukung penilaian haruslah tepat, konsisten dengan
lainnya.
PERKEMBANGAN MORAL INDIVIDU
ada 3 tahap (Kohlberg)
13. Ilmu berasal dari kata “alima” (Bahasa Arab) yang artinya tahu. Science berasal dari scio, scire
(Bahasa Latin) yang artinya tahu.
Ilmu → sensation → logikal → verification empiric → hipotesis → proposition → theory →
experiment.
ILMU DAN ETIKA
ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjalankan kausalitas (hubungan sebab akibat) dari suatu objek
menurut metode-metode tertentu yang merupakan satu kesatuan sistematis.
Mohamad Hatta menuliskan: tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal
dalam satu golongan masalah yang sama tabit ataupun kedudukannya tampak dari luar dan menurut
bangunannya dari dalam (Endang hal 45).
14. Analisis K Bertens, etika memiliki 3 posisi :
1. Sistem nilai 2. Kode Etik 3. Filsafat Moral
Ilmu → sensation → logikalP→ verification empiric → hipotesis → proposition
→ theory → experiment.
PPplll
Etika adalah konsep penilaian sifat kebenaran atau kebaikan tindakan. Pembentukan etika melalui proses
filsafat sehingga etika merupakan bagian dari filsafat. Unsur utama yang membentuk etika adalah moral.
Tujuan etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Nilai kebaikan dan tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh
dengan tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan
sebagai sang pencipta.
Andersen sebagaimana dikutip oleh Surajiyo mengatakan bahwa etika adalah sebuah situasi yang mempelajari
nilai dan landasan bagi penerapannya. Teori etika akan membantu menusia untuk memutuskan apa yang harus
ia lakukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi praktis etika adalah memberikan pertimbangan dalam
perilaku.
Namun demikian, suatu etika bersifat relatif atau tidak mutlak, yang berarti bahwa dalam waktu yang berbeda
dan tempat yang berbeda untuk satu etika dengan subjek sama, tidak akan mungkin sama persis.
16. Tanggung jawab
pokok ilmuwan
Diantaranya: Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan
menemukan masalah yang
sudah/akan memengaruhi
kehidupan masyarakat dan
mengomunikasikannya,
menemukan pemecahan
masalah yang dihadapi
masyarakat, membantu
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, menggunakan
hasil penemuan untuk
kepentingan kemanusiaan,
mengungkapkan kebenaran
dengan segala
konsekuensinya, dan
mengembangkan kebudayaan
nasional.
Point 2
Point 1
Mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi
(berpikir, melakukan penelitian
dan pengembangan,
menumbuhkan sikap positif-
konstruktif, meningkatkan nilai
tambah dan produktivitas,
konsisten dengan proses
penelaahan keilmuan,
menguasai bidang kajian ilmu
secara mendalam, mengkaji
perkembangan teknologi
secara rinci, bersifat terbuka,
profesional dan
mempublikasikan temuannya.
17. Berikut ini berbagai tanggung jawab ilmuwan yang berkenaan dengan sosial, moral,
dan etika.
1.Tanggung Jawab Sosial
Tanggung jawab sosial ilmuwan adalah suatu kewajiban seorang ilmuwan untuk mengetahui
masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan sosial. Beberapa bentuk tanggung jawab
sosial ilmuwan, yaitu:
a.) Ilmuan harus mampu mengidentifikasi kemungkinan permasalahan sosial yang terjadi di
masyarakat.
b.) Ilmuan harus mampu bekerjasama dengan masyarakat untuk merumuskan jalan keluar dari
permasalahan sosial.
C.) Ilmuan harus mampu menjadi media dalam rangka penyelesaian permasalahan sosial di
masyarakat.
18. 2. Tanggung Jawab Moral
Ilmuwan juga memiliki kewajiban moral untuk memberi contoh (objektif, terbuka,
menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggapnya
benar, berani mengakui kesalahan) dan mampu menegakkan kebenaran sehingga ilmu
yang dikembangkan dengan mempertimbangkan tanggung jawab moralnya sebagai
seorang ilmuwan dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia dan secara integral
tetap menjaga keberlangsungan kehidupan lingkungan di sekitarnya serta dapat tergajanya
keseimbangan ekologis.
19. 3. Tanggung Jawab Etika
Tanggung jawab yang berkaitan dengan etika meliputi etika kerja seorang ilmuwan yang
berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma moral (kode etik).
Mengenai kode etik, hal yang harus dipenuhi oleh ilmuwan adalah :
1) Melahirkan karya orisinil, bukan jiplakan.
2) Menjunjung tinggi posisinya sebagai orang terpelajar, serta makna informasi yang disebarkan
sehingga tidak menyesatkan.
3) Menulis secara cermat, teliti, dan tepat.
4) Bertanggung jawab secara akademis atas tulisannya.
5) Memberi manfaat kepada masyarakat.
6) Menjunjung tinggi hak, pendapat, atau temuan orang lain.
7) Menyadari sepenuhnya bahwa pelanggaran kode etik berakibat
8) Hilangnya integritas penulis jika melakukannya.
9) Secara moral cacat, apalagi dilihat dari kacamata agama. Nilai keagamaan mencela pelanggaran
sebagai bagian dari ketidak jujuran, pencurian, atau mengambil milik orang lain tanpa hak.
21. ETIKA DAN MORAL ILMUWAN
Ketika seseorang diberi ‘label’ sebagai ilmuwan, hal itu didasari dengan peran yang dilakukannya, ciri,
serta tanggung jawabnya dalam ilmu atau hasil penemuannya. Tanggung jawab secara umum tidak
hanya ada pada makhluk hidup, namun terdapat juga pada bidang yang ditekuni oleh manusia, seperti
negarawan, budayawan, ilmuwan, dan sebagainya karena pada hakikatnya tanggung jawab merupakan
hal yang lazim ada pada setiap makhluk hidup (Tarigan 2004).
Media yang dimanfaatkan oleh ilmuwan adalah permasalahan, yang mana permasalahan
ini merupakan objek dalam ilmu pengetahuan dan objek tersebut terdiri atas dua
kategori, objek material dan objek formal. Hal yang berkaitan dengan objek material
adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian ilmu; objek
material penelitian mencakup sifat konkret, abstrak, material, nonmaterial. Adapun
objek formalnya adalah pendekatan secara cermat dan bertahap menurut segi-segi yang
dimiliki oleh objek materi dan berdasarkan kemampuan seseorang.
22. Berikut adalah kajian yang membahas tentang ilmuwan :
1. Ciri Ilmuwan
2. Peran dan Fungsi Ilmuwan
3. pelanggaran Etika Ilmiah
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa ilmuwan merupakan seorang yang ahli dalam suatu bidang ilmu tertentu dan
berkewajiban mengembangkan suatu bidang ilmu yang menjadi keahliannya dengan mengadakan penelitian demi menemukan
hal-hal baru yang akan menjadi kontribusi ilmiah, khususnya bagi bidang ilmu tertentu yang menjadi spesialisasi keahliannya.
Umumnya, bagi bidang-bidang ilmu lain karena tidak dapat dipungkiri bahwa hakikatnya antara satu bidang ilmu dan bidang
ilmu lainnya memiliki keterkaitan, satu sama lainnya saling melengkapi.
Selain itu pula ilmu pengetahuan membawa berkah dan nilai kemakmuran bagi manusia tanpa meninggalkan tata nilai, etika,
moral, dan filosofi. Seorang ilmuwan memiliki kemampuan untuk bertindak persuasif dan argumentatif berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki dan kemampuan analisis serta sintesis untuk mengubah kegiatan non produktif menjadi produktif.
Namun, tugas ilmuwan bukan hanya sekadar untuk mencari permasalahan yang bertujuan mencari kebenaran, tetapi seorang
ilmuwan juga mengemban suatu tanggung jawab memecahkan permasalahan keilmuan serta mempertanggungjawabkan hasil
temuannya dan mempublikasikan ke seluruh dunia.
23. 1. Ciri Ilmuwan
Dilihat aspek : Dilihat Sikap yang harus dimiliki oleh
seorang ilmuwan
a. Cara kerja
b. Kemampuan menjelaskan hasil dan cara
memperolehnya,
c. Sikap terhadap alam dan permasalahan
yang dihadapi.
a. Hasrat ingin tahu yang tinggi,
b. Tidak mudah putus asa,
c. Terbuka untuk dikritik dan diuji,
d. Menghargai dan menerima masukan,
e. Jujur,
f. Kritis
g. Kreatif,
h. Sikap positif terhadap kegagalan,
i. Rendah hati, dan
j. Hanya menyimpulkan dengan data memadai.
24. 2. Peran dan Fungsi
Ilmuwan
3. Pelanggaran Etika
Ilmiah
a. Sebagai intelektual
b. Sebagai ilmuwan
c. Sebagai teknikus
a. Fabrikasi data
b. Falsifikasi data
c. Plagiarisme
25. Ilmuwan secara etimologi bermakna orang yang ahli atau banyak pengetahuannya
mengenai suatu ilmu, sedangkan menurut terminologi ilmuwan banyak sekali peneliti atau para
cendikia yang mencoba untuk memberi definisi mengenai ilmuwan salah satunya sebagaimana
dalam pandangan McGrawHill Dictionary of Scientific and Technical Term, ilmuwan adalah
seorang yang mempunyai kemampuan dan hasrat untuk mencari pengetahuan baru, asas-asas
baru, serta bahan-bahan baru dalam suatu bidang ilmu.
Dengan demikian, orang yang disebut sebagai ilmuwan harus memiliki ciri-ciri sebagai
ilmuwan yang dapat dikenali lewat paradigma serta sikapnya dalam kehidupan sosial, memiliki
daya kritis yang tinggi, jujur, bersifat terbuka, dan netral. Selain itu pula seorang ilmuwan harus
patuh pada sistematika penulisan karya ilmiah serta syarat-syarat yang berkenaan dengan kode
etiknya.
Peran dan fungsi ilmuwan dalam masyarakat juga perlu diperhitungkan karena ilmuwan
merupakan orang yang dapat menemukan masalah spesifik dalam ilmu. Selain itu, ilmuwan pula
terbebani oleh tanggung jawab, tanggung jawab yang diemban oleh ilmuwan meliputi tanggung
jawab sosial, moral, dan etika. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai pelanggaran
etika ilmiah yang wajib dihindari oleh para ilmuwan adalah fabrikasi data, falsifikasi data, dan
plagiarisme.
KESIMPULAN