Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas analisis faktor-faktor penyebab kehilangan air atau Non Revenue Water (NRW) pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
2) Faktor-faktor penyebab NRW antara lain kebocoran pipa, pencurian air, dan ketidakakuratan pembacaan meteran.
3) Upaya yang dianjurkan untuk mengurangi NRW adalah perbaikan infrastruktur jaringan
1. TEMU ILMIAHIPLBI2016
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI2016 | B 001
Analisis Faktor Penyebab Kehilangan Air PDAM
(PDAM Water Loss Factors Analysis)
Yudha Pracastio Heston(1)
, Nur Alvira Pasawati(2)
(1)
Balai Penelitian dan Pengembangan Sosekling Bidang Permukiman.
(2)
Program Studi S-1 Kesehatan Masy arakat Univ ersitas Respati Yogy akarta.
Abstrak
Kehilangan air atau dalam istilah asing Non Revenue Water (NRW) atau air tak berekening (ATR),
telah menjadi permasalahan umum bagi lembaga penyedia air, seperti halnya Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Penelitian dilakukan untuk merumuskan kebijakan terbaik untuk mengatasi faktor–
faktor utama kehilangan air, sehingga dapat meningkatkan efisiensi layanan PDAM. Pene -litian
dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode bauran yaitu kualitatif digunakan
untuk menjelaskan kenyataan yang terjadi. Data penelitian menggunakan data PDAM yang telah
diaudit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di tahun 2014 dan yang laporan
auditnya terdapat di Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM),
yaitu sebanyak 64 PDAM.ATR merupakan salah satu bentuk ketidakefiesienan layanan PDAM karena
berdampak pada pendapatan dari hasil penjulanan air. Kehilangan air terjadi karena 9 keadaan, yaitu:
kehilangan air pada penampungan, konsumsi air tidak berekening, kebocoran dan kerusakanan pada
pipa pelanggan, kerusakan pada meter pelanggan ketidakakuratan pembacaan pada meter pelanggan
dan kerusakan water meter pelanggan.
Kata kunci: kehilangan, air, efisiensi, kebijakan.
Pendahuluan
Kehilangan air atau dalam istilah asing Non
Revenue Water (NRW) atau air tak berekening
(ATR), telah menjadi permasalahan umum bagi
lembaga penyedia air, seperti halnya Perusa-
haan Daerah Air Minum (PDAM). Kerugian ATR ini
seringkali terjadi dengan adanya (Syafitri, 2013)
sambungan pipa-pipa air yang illegal, pencurian
air dengan cara pengecilan pemakai-an air,
pengecilan tarif air, dsb. Kerugian yang
diakibatkan ATR pada PDAM seluruh Indonesia,
berdasarkan catatan Perpamsi tahun 2012, me-
ngakibatkan kerugian sampai Rp 1,43 triliun. Se-
lain merugikan secara finansial, ATR juga me-
nyebabkan berkurangnya volume suplai air dan
terganggunya tekanan air ke pelanggan. Hasil
identifikasi ATR pada 350 PDAM di tahun 2014
(BPPSPAM), terdapat 86 PDAM dengan ATR di
atas 40%, 241 PDAM memiliki NRW 20-40%.
(Buku Kinerja PDAM, 2014).
United Nations (UN) Human Settlements Pro-
gramme (2012) menyatakan pengertian ATR
sebagai selisih antara volume air yang didistri-
busikan melalui jaringan distribusi dan volume air
yang terjual. ATR secara umum dibagi menjadi 2,
yaitu produksi dan distribusi (Utomo, 2013). ATR
dapat terjadi (Damayanti dkk, 2014) karena
faktor teknis, kebocoran pipa karena belum
terpasangnya water meter pada sumber produksi,
dan non teknis pembacaan water me-ter
pelanggan yang kurang akurat. Penyebab ATR
lainnya menurut Rita dan Nugraha, 2010 dapat
terjadi karena pencurian air, sambungan liar dan
akurasi meter yang rendah.
Beberapa upaya untuk mengatasi ATR (Ardian-
syah dkk, 2012) yaitu melakukan pengecekan
dan perbaikan terhadap pipa yang bocor, rusak
atau tua, juga partisipasi masyarakat dalam
melaporkan terjadinya kebocoran. Perlu diper-
hatikan (Andani, 2012) kebocoran pipa tidak
hanya pada pipa distribusi tetapi juga transmisi
air baku, penanganan pencurian air, pemerik-
saan rutin, serta pemasangan meteran induk,
dan tata kelola tarif air bersih. Faktor – faktor
yang menyebabkan ATR dan upaya penanga-
nannya, perlu diperhatikan mana yang paling
dominan dan bagaimana faktor tersebut saling
2. Analisis Faktor Penyebab KehilanganAir PDAM (PDAMWater Loss FactorsAnalysis)
B 002 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI2016
berinteraksi. Kenyataan ini diperlukan untuk da-
pat meningkatkan efisiensi layanan air minum
PDAM.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diru-
muskan masalah penelitian dalam karya tulis
ilmiah ini adalah, bagaimana strategi untuk me-
ningkatkan efisiensi layanan air minum dengan
meminimalisir kehilangan air /ATR?
Tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan
kebijakan terbaik untuk mengatasi faktor– faktor
utama kehilangan air, sehingga dapat mening-
katkan efisiensi layanan PDAM
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuanti-
tatif dan menggunakan metode bauran yaitu
kualitatif digunakan untuk menjelaskan kenyata-
an yang terjadi. Data penelitian menggunakan
data PDAM yang telah diaudit oleh Badan Pe-
ngawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
di tahun 2014 dan yang laporan auditnya ter-
dapat di BPPSPAM, yaitu sebanyak 64 PDAM.
Data hasil audit digunakan sebagai data dasar,
yang dikemudian dijelaskan dengan kegiatan
Focus Group Discussion (FGD) untuk menge-
tahui penyebab timbulnya ATR, upaya yang telah
dilakukan untuk menurunkan ATR, penga-ruh
ATR distribusi terhadap efisiensi layanan PDAM.
Berikut adalah tahapan analisis data dalam
penelitian ini:
1. Analisis tematik dilakukan dengan bebe-rapa
tahap, yaitu: membaca secara cermat seluruh
catatan dalam FGD dengan melakukan analisis
pragmatis dan semantic, melakukan ve-rifikasi,
mendeskripsikan hasil analisis secara tekstual
dan structural, serta menentukan esensi hasil
diskusi yang berkaitan dengan ATR (Mole-ong,
2004).
2. Content analysis dilakukan untuk uji studi
dokumentasi dengan tahapan sebagai berikut:
pra analisis isi (menyiapkan data yang terdoku-
mentasi, keterangan pelengkap dan pembagian
tugas antar peneliti), prosedur dasar pembuatan
rancangan penelitian dan pelaksanaan studi
analisis isi (Moleong, 2004).
3. Analisis univariate, dilakukan untuk men-
dapatkan gambaran mengenai kondisi ATR baik
dari aspek ekonomi, fisik maupun non fisik dan
factor yang mentebabkan ATR.
4. Analisis bivariate dilakukan untuk menge-
tahui korelasi antar factor dengan uji korelasi
gamma untuk data berskala ordinal, korelasi
spearman untuk data numeric yang berdistribusi
tidak normal dan korelasi pearson untuk data
numeric yang berdistibusi normal (Dahlan, 2008).
5. Analisis multivariate, dilakukan untuk
mengetahui urutan kekuatan dari factor-faktor
yang berpengaruh terhadap ATR setelah diin-
tekasikan antara satu factor dengan factor yang
lain (Widarjoo, 2010)
Diagram tahapan analisis penelitian, sebagai
berikut:
Gambar 1.Tahapan analisis Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Beberapa hasil penelitian ini diperoleh dengan
melakukan analisis pada:
1. Analisis Tematik dari Hasil FGD
Pelaksanaan FGD dilakukan untuk mengetahui
penyebab timbulnya ATR distribusi, upaya yang
telah dilakukan untuk menurunkan ATR distri-
busi, pengaruh ATR distribusi terhadap efisiensi
layanan PDAM dan rekomendasi yang dapat di-
berikan untuk menurunkan ATR distribsi. Un-tuk
mencapai tujuan dari pelaksanaan FGD ter-sebut,
maka kegiatan ini melibatkan beberapa instansi
terkait, seperti: Perpamsi, BPPS pam, Direktorat
SPAM Dirjen Cipta Karya, Akatirta, BPKP DIY,
Satker PAM DIY, Puslitbang Kebijakan Dan
Penerapan Teknologi, Pusat Air Tanah dan Air
Baku, Perum Jasa Tirta 1, LAPI ITB, Balai Air
Minum Pusat Litbang Perumahan dan Permu-
kiman, PDAM Kabupaten Badung, PDAM Kota
Balikpapan, PDAM Kabupaten Sragen, PDAMKota
Bogor, BBWS Serayu Opak, BBWS Pemali Juana.
Berikut adalah hasil FGD yang melibatkan
beberapa instansi tersebut:
a. Penyebab ATR
1) Teknis: illegal connection: pencurian
umum, pipa/ sambungan illegal, mete-
ran: macet, masih analog sehingga angka
tertera pada water meter tidak, pipa
sambungan yang terlalu tua dan tidak
terstandarisasi.
3. Yudha Pracastio Heston
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI2016| B 003
2) Non teknis: rendahnya komitmen dari
pimpinan manajemen, pengadaan: ti-dak
ada dana, tidak ada Standard Operation
Procedur dan tidak ada ma-najemen aset,
dari aspek sumber daya manusia:
kesalahan membaca water meter
pelanggan, kurang responsifnya
pengelola dalam memberikan penanga-
nan kerusakan, ditemui pegawai yang
tidak pernah mendapatkan sosialisasi
penanganan ATR, sistem kebijakan:
PDAM tidak merasa dirugikan atau
diuntungkan dari tinggi rendahnya ATR,
administrasi: kesalahan dalam mengin-
put data, Fraud: terjadi konspirasi pe-
langgan dan petugas meteran.
b. Mengatasi ATR
Strategi dan tindak lanjut untuk menga-tasi
ATR yang dapat dirumuskan untuk mengatasi
masalah ATR, adalah:
1) Jaringan, karena perencanaan jaringan
pipa PDAM yang tidak baik, serta doku-
mentasi as build drawing yang tidak
lengkap, maka perlu dilakukan audit ja-
ringan yang disinkronkan dengan reke-
ning wilayah, paling tidak dua tahun sekali,
dan dengn mengoptimalkan fungsi district
meter area.
2) Pipa: standarisasi dan simplifikasi vari-an
pipa, melalui (pengadaan).
3) Meteran: kalibrasi, penggantian berkala,
isu investasi, kebijakan yang membe-rikan
insentif ganti meteran dan puni-shment.
Strategi komunikasi untuk program
penggantian meter sehingga konflik
menjadi rendah.
4) Komersial: modernisasi sistem komer-sial
PDAM yang di dalamnya termasuk: billing
management, asset manage-ment,
realibility management, service
management dengan proses bisnis yang
diotomasi untuk menjamin lebih cepat,
lebih murah, lebih baik, lebih aman,
transparan dan akuntabel.
5) Manajemen: perencanaan dan pengen-
dalian berbasis wilayah atau spasial GIS
(geographic information system), en-
terprise resource planning dan enter-pise
risk management.
6) Kebijakan memprioritaskan pengguna-an
teknologi dan produk dalam negeri.
7) Harmonisasi aturan nasional, provinsi,
kota/kabupaten mengenai lingkungan
daerah tangkapan air, sumber air baku,
kualitas air baku, penggunaan aset untuk
investasi/ Kerjasama Pemerintah dan
Swasta, transmisi dan distribusi, dan air
minum.
8) Legalisasi sambungan liar semacam
sunset policy.
9) Kebijakan penetapan tarif air minum
mengikuti prinsip – prinsip full cost
recovery, stratifikasi segmen layanan dan
kenaikan harga berkala otomatis. Full
cost recovery ATR.
2. Content Analysis dari dokumen audit BPKP
dari BPPSPAM
Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pene-litian
dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan
Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat mengenai ATR distribusi di
64 PDAM yang tersebar di 4 regional melalui studi
dokumentasi audit BPKP dari BPPSPAM tahun
2013 , mem-berikan 4 poin penting, yaitu :
a. PDAM masih memiliki nilai ATR rata-rata yang
cukup tinggi sebesar 32,22%, dan hanya
7,8% yang memiliki ATR sesuai target
nasional sebesar 22% (Permen PU
18/2007).Kondisi ini dapat diperbaiki, ka-rena
negara berkembang yang kondisi
pertumbuhan domestik brutonya hampir
sama dengan Indonesia, seperti Filipina saja
dapat memiliki ATR sebesar 16%.
b. Tingginya ATR menimbulkan kerugian bagi
perusahaan karena terjadi ketidak-
seimbangan antara jumlah air yang didis-
tribusikan kepada pelanggan dengan
pendapatan perusahaan dari hasil penju-alan
air. Hal ini dapat dibuktikan dari ha-sil analisis
korelasi yang menyatakan bahwa: semakin
tinggi ATR berdampak pada pendapatan
PDAM dari hasil penju-alan air yang semakin
rendah. Kondisi ini, berdasarkan hasil
penelitian, belum da-pat menggerakkan
PDAM untuk menga-lokasikan anggaran
penanganan ATR, karena PDAM dengan ATR
yang semakin tinggi justru memiliki
pengeluaran opera-sional dan non
4. Analisis Faktor Penyebab KehilanganAir PDAM (PDAMWater Loss FactorsAnalysis)
B 004 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI2016
operasional yang semakin kecil, sehingga
dapat dinyatakan bahwa anggaran untuk
mengatasi ATR belum menjadi prioritas bagi
sebagian besar PDAM.
c. ATR perlu diminimalisirdan upaya memi-
nimalisir ini memerlukan biaya, biaya yang
dikeluarkan perlu diperhitungkan sampai
pada tingkat ATR optimal dengan biaya
ekonomis. Biaya ekonomis yang dimaksud
adalah kondisi optimal modal pengolahan air
yang dapat dipulih bia-yakan, dalam istilah
asing disebut full cost recovery. Jika
digambarkan ke dalam bagan grafik, maka
akan terlihat kurva penjumlahan biaya air
yang hilang dengan biaya pengelolaan ATR
(Gambar 2).
Gambar 2. Tingkat Ekonomi ATR
d. Catatan kritis berikutnya adalah perlunya
untuk menghitung ATR Full Cost Reco-very,
sehingga ditemukan titik target awal
penurunan ATR, sehingga walaupun masih
terdapat ATR, namun PDAM ter-tentu tidak
mengalami kerugian akibat ATR. Rumus
perhitungan finansial untuk ATR Full Cost
Recovery adalah sebagai berikut (rumus 1).
𝑁𝑅𝑊𝐹𝐶𝑅 = 100−(
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐴𝑖𝑟
𝑥(100 −NRW 𝑒𝑥𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔)).........(1)
ATR existing adalah ATR hasil perhitu-ngan
BPKP di tahun 2013.Total beban adalah total
biaya yang dikeluarkan PDAM dalam setahun
dalam pengelolaan air minum, sedangkan
harga air adalah harga air rata-rata PDAM.
Berdasarkan perhitungan hanya terdapat 3%
PDAM yang memiliki ATR exsistingdi bawah
ATR FCR. Prosentase terbesar adalah PDAM
dengan kondisi ATR existing 20-30% yang
perlu menurunkan ATRnya sampai kurang
dari 20%.
Upaya PDAM untuk mencapai ATR FCR dapat
memberikan dampak positif karena ATR yang
dialami, tidak mempengaruhi kondisi
keuangan perusahaan dari penjualan air dan
tidak mening-katkan beban pengeluaran
operasional maupun non operasional dengan
hasil analisis korelasi 0.119>0.05. Namun
kenyataanya dari 64 PDAM hanya 2 PDAM
(3.13%) yang mampu mencapai ATR FCR.
Untuk mencapai ATR FCR pada seluruh PDAM
di Indonesia, diperlukan pemaha-man
mengenai gambaran kejadian ATR dan factor
yang berkontribusi terhadap tingginya ke-
hilangan air pada PDAM di Indonesia.
3. Analisis Univariate untuk mendapatkan
gambaran kejadian ATR
Berdasarkan hasil penelitian, ATR terjadi dengan
9 (sembilan) kemungkinan keja-dian. Kejadian
ATR mulai dari yang paling sering terjadi adalah
kehilangan air pada penampungan, yang
disebabkan karena ada proses untuk kebutuhan
pember-sihan/flushing pipa dan pembungan
angin (sprey), pembersihan sedimen, overflow
pada saat di luar jam pemakaian, dan pencucian
instalasi distribusi (73%). Keja-dian kedua
tersering adalah konsumsi air tidak berekening,
karena tidak adanya pengawasan secara
langsung dan rutin di masyarakat (71%).
Berikutnya adalah kebocoran dan kerusakanan
pada pipa pe-langgan, hal ini disebabkan karena
umur pipa yang sudah terlalu tua sehingga
tekanan tinggi dapat mengurangi akurasi dan
pipa menjadi mudah pecah (69%). Selanjutnya
adalah kerusakan pada meter pelanggan
disebabkan karena rendahnya upaya PDAM
dalam melakukan kalibrasi (61%).Dan kejadian
kelima adalah keti-dakakuratan pembacaan pada
meter pe-langgan atau kesalahan memasukkan
data karena proses pembacaan masih dilakukan
secara manual dan beberapa water meter
pelanggan yang telah rusak (56%).
4. Analisis Bivariate: Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Tingginya ATR Distribusi
Berdasarkan analisis bivariate, terdapat 7 faktor
yang mempengaruhi tinggi ATR di Indonesia,
dimana factor-faktor tersebut memberikan kon-
tribusi pengaruh yang berbeda-beda dimulai dari
rendahnya kali-brasi meter pelanggan, rendah-
nya aspek keuangan perusahaan, rendahnya
jumlah karyawan yang mendapatkan pelatihan,
rendahnya kesehatan perusahaan, rendah-nya
manajemen perusahaan terhadap per-baikan in-
frastruktur dan tidak ada upaya untuk mende-
teksi kebocoran karena tidak dilakukan secara
rutin dan berkelanjutan.
5. Yudha Pracastio Heston
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI2016| B 005
Tabel 1. Hasil Analisis Bivariate tentang Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Nilai ATR
5. Analisis Multivariate untuk mengetahui in-
teraksi dan kekauatan antara factor yang
dapat mempengaruhi ATR di Indonesia
Gambar 3. Interkasi Interkasi antara Faktor y ang
Mempengaruhi A TR
Penyebab ATR paling dominan yang dapat
dijelaskan secara statistik sebesar 79% (selain
21% variabel yang belum tergali), terjadi karena
rendahnya penilaian perusahaan dari aspek ope-
rasional/teknis (22,59%), tidak adanya upaya
sejak awal untuk mendeteksi kebocoran
(17,15%), rendahnya hasil penilaian terhadap
tingkat kesehatan perusahaan (13,08%), penye-
bab berikutnya terdapat dua penyebab yang
memiliki nilai sama, yaitu rendahnya kalibrasi
meter pelanggan dan ketiadaan pelatihan
tentang ATR sebesar 12,17% serta 2 penyebab
terkahir adalah rendahnya penilaian terhadap
aspek keuangan perusahaan dan perbaikan in-
frastruktur hanya saat terjadi kebocoran, sebe-
sar 0,97%. Alasan lain yang menyebabkan ATR
terkait dengan rasio diklat pegawai yang belum
proporsional, perbaikan yang dilakukan hanya
pada saat terjadi kebocoran, pendapatan yang
masih di bawah anggaran. Hal lain yang menjadi
penyebab ATR terkait keberadaan komitmen
pemimpin. Aspek non teknis terkait ATR adalah
penilaian terhadap kinerja karyawan yang belum
dipedomani.Aspek pemeliharaan infrastruktur
yang masih belum rutin serta terkait penem-
patan pegawai yang masih belum sesuai dengan
tingkat pendidikan mereka.
Kesimpulan
ATR merupakan salah satu bentuk ketidakefi-
sienan layanan PDAM karena berdampak pada
pendapatan dari hasil penjulanan air. Kehilangan
air terjadi karena 9 keadaan, yaitu: kehilangan air
pada penampungan, konsumsi air tidak bere-
kening, kebocoran dan kerusakanan pada pipa
pelanggan, kerusakan pada meter pelanggan
ketidakakuratan pembacaan pada meter pelang-
gan dan kerusakan water meter pelanggan. Fak-
tor yang mempengaruhi tingginya kehilangan air
karena rendahnya kalibrasi meteran pelanggan,
rendahnya aspek operasional/teknis, rendahnya
pengelolaan keuangan dan seluruh pegawai yang
belum mendapatkan pelatihan khusus ATR, rasio
diklat pegawai yang belum proporsional,
perbaikan yang dilakukan hanya pada saat terjadi
kebocoran, pendapatan yang masih di bawah
anggaran, keberadaan komitmen pemim-pin,
rendahnya penilaian terhadap kinerja karya-wan,
pemeliharaan infrastruktur yang masih belum
rutin serta terkait penempatan pegawai yang
masih belum sesuai dengan tingkat pendi-dikan
mereka.
Rekomendasi
Efisiensi Layanan PDAM dengan menurukan ATR
dan pendekatan ATR Full Cost Recovery, dapat
dicapai dengan beberapa strategi berikut,
pertama dengan melakukan audit jaringan yang
disinkronkan dengan rekening wilayah. minimal
dua tahun sekalidan optimasi fungsi district meter
area agar sistem perencanaan jaringan pipa
PDAM menjadi lebih baik, serta doku-mentasi as
build drawing menjadi lebih lengkap. Standarisasi
dan simplifikasi varian pipa pada saat pengadaan
dapat juga menjadi pertimba-ngan PDAM.
Kalibrasi, penggantian berkala, isu investasi,
kebijakan insentif dan punishment ter-kait
pengelolaan meter pelanggan.
PDAM dalam upaya menurunkan ATR juga perlu
menyiapkan modernisasi sistem komersial yang
di dalamnya termasuk, billing management, asset
management, realibility management, service
management dengan proses bisnis yang
diotomasi untuk menjamin lebih cepat, lebih
murah, lebih baik, lebih aman, transparan dan
Faktor– faktor yang mempengaruhi nilaiATR P-Value Kekuatan Pengaruh
Rendahnya kalibrasi meter pelanggan 0,002 0,351
Perbaikan infrastruktur hanya saat terjadi kebocoran 0,005 0,572
Tidak ada upaya untuk mendeteksi kebocoran 0,000 0,642
Rendahnya penilaian aspek keuangan 0,003 0,368
Rendahnya penilaian aspek operasional 0,000 0,578
Tingkat kesehatan perusahaan 0,000 0,529
Rendahnya jumlah staf mendapatkan pelatihan ATR 0,000 0,634
ATR =79,1% P-
Value: 0,004
6. Analisis Faktor Penyebab KehilanganAir PDAM (PDAMWater Loss FactorsAnalysis)
B 006 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI2016
akuntabel. Perencanaan dan pengendalian ber-
basis wilayah atau spasial GIS (geographic
information system), enterprise resource plan-
ning dan enterpise risk management. Langkah
lain terkait program pendampingan yaitu kemit-
raan antar PDAM terutama dalam peningkatan
terhadap aspek operasional. Dan dapat disiap-
kan juga kenaikan harga berkala otomatis.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan Terima Kasih penulis sampaikan kepada
Kepala Balai Litbang Soseklingkim Bapak Achjat
Dwiatno, Kepala Puslitbang Kebijakan dan Pene-
rapan Teknologi Bapak Bobby Prabowo, tim
peneliti Reza Kurniawan, Yun Prihantina, Wahyu
K, M Jauharul, Annisa IM, Chitra WSP, Rudita,
Perpamsi, BPPSPAM, AKATIRTA, PDAM yang
menjadi lokasi penelitian kami.
Daftar Pustaka
Andini, I.G.A. (2012). Peningkatan Penyediaan Air
Bersih Perpipaan Kota Bandung dengan
Pendekatan Pemodelan Dinamika Sistem. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, 1 (1).
Ardiansyah, Juwono, P. T. & Ismoyo, M. J. (2012)
Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih Pada
PDAM Di Kota Ternate. Jurnal Teknik Pengairan, 2
(3) Desember, pp. 211-220.
Dahlan, M.S. (2008). Statustika untuk Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta: salemba Medika.
Darmayanti, N.P., Bagia, I.W. &Suwendra, I. W. (2014).
Pengaruh Kompetensi Intelektual Dan Motivasi
Berprestasi Terhadap Kinerja Pegawai pada
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di
Kabupaten Gianyar. e-Journal Bisma Jurusan
Manajemen, 2(1): Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja.
Farley. (2008). Buku Pegangan tentang Air Tak
Berekening (NRW) untuk Manajer. Cipta Karya-
ADB-USAID-Ranhil.
Kinerja PDAM. (2014). Wilayah I-IV. BPPSPAM.
Kementerian Pekerjaan Umum.
Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syafitri. (2013). Evaluasi Tingkat Kesehatan Konerja
Keuangan pada Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Palembang. Jurnal Kompetitif, 2 (1):
Fakultas EkonomiUniversitas TridinantiPalembang.
Tim Peneliti.(2015).Laporan Akhir Litbang Kebijakan
Efisiensi Layanan PDAM. Balai Litbang
Soseklingkim: Puslitbang Kebijakan dan Penerapan
Teknologi
Rita, D.K. & Nugraha, W. D. (2010). Studi Kehilangan
Air Akibat Kebocoran Pipa Pada Jalur Distribusi
Pdam Kota Magelang (Studi Kasus: Perumahan
Armada Estate Dan Depkes, Kramat Utara
Kecamatan Magelang Utara). JurnalPRESPITASI, 7
(2): Program Studi Teknik Lingkungan FT UNDIP.
UN. (2010). Water, Audit. Manual. United Nations
Human Settlements Programmed, 978-92-1-
132534-8.
Utomo, T. (2013). Analisis Kenaikan Tarif Air PDAM
Kabupaten Lamongan Tahun 2013. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 3 (1):
Universitas Brawijaya
Widarjono, A. (2010). Analisis Statistik Multivariat
Terapan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YPKN.