SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  6
BLUD SEBAGAI SARANA PENINGKATAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT

                                      Oleh Suyuti Syamsul

Tugas pemerintah daerah adalah melindungi, memberdayakan dan memberi pelayanan pada
masyarakat. Masyarakat menuntut pelayanan publik yang terukur, rasional, relevan dan tepat waktu
tanpa mau tahu sstem penganggaran yang tidak memungkinkan mengakomodir tuntutan tersebut.
Sebagai perangkat daerah, pengelolaan keuangan/barang RSUD tunduk pada berbagai peraturan
yang berlaku. Dalam sistem penganggaran yang berlaku selama ini, agar dapat mempertahankan
pelayanan tetap berlangsung maka pengelola RSUD harus melanggar aturan agar barang dan jasa
untuk keperluan operasioanal pada awal tahun tetap tersedia. Hal ini terpaksa dilakukan mengingat
aturan yang ada mengharuskan persedian barang dan jasa untuk keperluan operasional diadakan
untuk menunjang kegiatan satu tahun anggaran yang habis pada tanggal 30 Desember. Agar pada
tanggal 1 Januari RSUD tetap dapat beroperasional maka pengelola harus meminjam padahal sesuai
peraturan yg ada, SKPD dilarang meminjam.

Esensi Penerapan Pola Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) untuk menjawab
kecepatan pelayanan tanpa harus melanggar aturan yang ada. Agar tidak melanggar aturan PPK-
BLUD diberikan fleksibilitas penggunaan anggaran dan pengadaan barang/jasa utk meningkatkan
pelayanan dan efisiensi anggaran.

Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012 Angka Romawi V Hal-Hal Khusus
Lainnya Angka 20, Dalam pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 ditegaskan bahwa SKPD
atau unit kerja pada SKPD yang memiliki spesifikasi tekhnis dibidang layanan umum, diberikan
fleksibilitas dalam Pola Pengelolaan Keuangannya dalam bentuk Badan Layanan Umum Daerah (PPK-
BLUD). Dalam PPK-BLUD, pemerintah daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan umum kepada masyarakat, pemerintah daerah
   agar segera melakukan evaluasi kepada SKPD atau unit kerja pada SKPD yang tugas dan
   fungsinya secara operasional memberi pelayanan kepada masyarakat untuk menerapkan PPK-
   BLUD. Khusus bagi Rumah Sakit Daerah yang belum menerapkan PPK-BLUD, agar
   memperhatikan pasal 7 ayat (3) dan pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009
   tentang Rumah Sakit, dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi dan mengakomodasi dalam
   penyiapan dokumen administratif sebagaimana dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri Dalam
   Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis PPK-BLUD.
b. Bagi SKPD atau unit kerja SKPD yang telah menerapkan PPK-BLUD, agar:
   a) Penyusunan kerja dan anggaran dalam APBD menggunakan format Rencana Bisnis dan
       Anggaran (RBA);
   b) Konsolidasi RBA dengan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah
       tentang penjabaran APBD sampai pada jenis belanja; dan
   c) Sistem keuangan untuk BLUD, agar dibuat format tersendiri.
c. Bagi SKPD atau unit kerja SKPD yang menerapkan PPK-BLUD setelah peraturan daerah tentang
   APBD ditetapkan, pelaksanaan anggaran tetap mempergunakan RKA/DPA-SKPD sampai tahun
   anggaran berkenaan berakhir, untuk selanjutnya mempergunakan RBA/DPA-BLUD.
Penerapan PPK-BLUD akan menabrak beberapa peraturan dan perundangan-undangan yang
berlaku. Sering timbul pertanyaan, apakah surat keputusan kepala daerah tentang penetapan SKPD
dengan PPK-BLUD dapat dijadikan landasan hukum untuk melakukan pengecualian-pengecualian
terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Apalagi dasar surat keputusan kepala
daerah tersebut hanya didasarkan pada peraturan menteri dalam negeri yang dalam hirarki undang-
undang tidak dikenal. Kalau melihat prinsip hukum yang berlaku bahwa lex generalis (aturan umum)
tunduk pada lex spesialis (aturan khusus) maka tidak perlu menjadi masalah. Lagi pula peraturan
menteri dalam negeri dan surat keputusan kepala daerah adalah omnibus regulation atau muara
dari berbagai undang-undang.

Mengapa Undang-Undang Mewajibkan RSUD Dikelola dengan Pola PPK-BLUD

Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri berupaya mendorong agar pemerintah daerah
memfasilitas penerapan pola PPK-BLUD pada RSUD. Hasil dari upaya tersebut dapat dilihat dari data
yg telah menerapkan pola PPK-BLUD yaitu 313 dari 440 RSUD yang ada diseluruh Indonesia atau
tinggal 127 (28,9 %) yang belum menerapkannya. Sebagian dari RSUD yang telah menerapkan pola
PPK-BLUD adalah RSUD baru yang berada pada daerah pemekaran. (sumber: Ir. Bejo Mulyono, MML
Sub Direktorat BLUD Kemeterian Dalam Negeri). Upaya pemerintah mendorong SKPD yang tugas
pokok dan fungsinya memberikan layanan publik khususnya RSUD untuk secepatnya menerapkan
PPK-BLUD dapat dipahami mengingat korban utama sistem penganggaran klasik seperti saat ini
adalah RSUD.

Jika mengikuti aturan secara ketat, maka pada tanggal 1 Januari RSUD harus ditutup karena tidak
memiliki persediaan barang dan jasa untuk menunjang kelangsungan operasionalnya. Belum lagi
proses penyediaan barang dan jasa yang memakan waktu lama maka seyogyanya sesuai ketentuan,
RSUD baru dapat memulai operasionalnya paling cepat bulan Maret. Minimnya alokasi anggaran
yang ada pada APBD hanya mampu mempertahankan peyediaan obat/bahan habis pakai (BHP)
paling lama sampai bulan oktober, sehingga untuk memenuhi kebutuhan perlu dilakukan
peminjaman yang akan dibayar melalui APBD Perubahan dengan catatan terdapat tambahan alokasi
anggaran.

Siapa yang Diuntungkan

Setiap perubahan tentu akan menimbulkan pertanyaan siapa yang akan diuntungkan. Bagi direksi
dan manajemen RSUD, keuntungan terbesarnya adalah kewajiban untuk menyediakan obat dan BHP
setiap awal tahun dapat dipenuhi tanpa melanggarr aturan. Selain itu, tenaga yang tidak mungkin
dipenuhi melalui formasi CPNS seperti tukang cuci, tukang masak, pendorong pasien serta beberapa
pos kerja lainnya akan ditutup melalui pengangkatan non PNS yang digaji sendiri oleh RSUD. Untuk
menutupi kebutuhan tenaga pada pos-pos tersebut, selama ini diatasi dengan mengangkat Tenaga
Kerja Sukarela (TKS) yang digaji sendiri oleh direktur RSUD. Kemampuan direktur menggaji TKS
sangat terbatas sehingga terjadi ketidakseimbangan antara volume pekerjaan dengan jumlah tenaga
yang tersedia yang berakibat terjadi penurunan kuantitas dan kualitas layanan. Selain itu, RSUD
dapat melakukan kerjasama operasional (KSO) dengan distributor alat kesehatan untuk penyediaan
fasilitas yang tidak mungkin dibeli melaui APBD karena keterbatasan anggaran. Melalui KSO, RSUD
dapat memiliki berbagai fasilitas mutakhir dengan biaya pemeliharaan yang ditanggung oleh
distributor. Kewajiban RSUD hanya menjamin akan membeli BHP dari distributor alat kesehatan
tersebut selama memakai alatnya.

Bagi karyawan RSUD, perubahan ini akan berdampak pada tercapainya rasio ideal pasien-petugas.
Salah satu masalah laten ketidak seimbangan rasio pasien-petugas dapat dilihat diruangan bersalin.
Seyogyanya satuan jaga bidan yang melayani perawatan ibu dan yang menolong persalinan harus
dipisah untuk mengurangi keluhan pasien. Karena satuan tugasnya digabung sementara setiap
jadwal jaga maksimal hanya tiga orang bidan yang dapat ditugaskan maka rasio bidan-pasien sering
mencapai 1 bidan melayani 11 pasien. Ketika ada satu pasien yang bersalin dibutuhkan minimal dua
bidan untuk menolongnya sehingga tersisa hanya satu bidan efektif untuk melayani 32 pasien
lainnya. Untuk membentuk satu satuan baru jaga bidan maka diperlukan minimal 12 orang
tambahan tenaga, ditengah keterbatasan formasi CPNS tentu sangat sulit untuk memenuhi
kebutuhan tenaga. Demikian halnya imbalan jasa yang diterima karyawan dapat dibayar tepat waktu
setiap bulan tanpa perlu menunggu berbulan-bulan seperti saat ini karena anggaran tersedia setiap
saat pada kas RSUD. Pembayaran hak karyawan yang tepat waktu tentu akan berdampak positif
pada peningkatan pelayanan.

Lalu apa untungnya bagi pasien! Bagi yang pernah berobat/dirawat di RSUD tentu pernah merasakan
betapa repotnya urusan obat. Ketika masuk UGD, bagi yang tidak membawa uang tunai maka apotik
akan meminta jaminan terlebih dahulu. Bayangkan bagaimana pasien kecelakaan lalulintas atau
pasien mendadak sakit tanpa persiapan uang tunai yang mencukupi. Pasien rawat inap harus bolak-
balik menebus tunai setiap resep di apotik. Pasien Askes harus keluar RSUD untuk mendapatkan
obat yang juga belum tentu tersedia secara memadai.

Sebagian besar masyarakat tidak dapat memahami mengapa hal ini terjadi di RSUD dan sedikit
banyaknya sangat merusak reputasi RSUD sebagai pemberi layanan publik. Hanya segilintir
masyarakat yang paham bahwa hal tersebut terjadi karena persoalan sistem penganggaran dan
ketersediaan anggaran. Sistem yang ada saat ini mengharuskan setiap rupiah pendapatan RSUD yang
diterima harus disetorkan secara bruto ke Kas Umum Daerah dan terbatasnya anggaran yang ada
membuat RSUD tidak dapat berbuat banyak. Kalau RSUD nekat mengatasi sendiri persoalan obat
untuk pasien maka dalam waktu dua bulan apotik RSUD akan tutup sebab tidak ada uang tersedia
untuk belanja obat bulan berikutnya. Agar masyarakat terlayani maka RSUD terpaksa bekerjasama
dengan apotik pelengkap yang dimiliki pihak lain karena pihak lain tersebut tidak terikat dengan
sistem penganggaran yang berlaku.

Dengan tidak dikuasainya pengelolaan obat sepenuhnya oleh RSUD maka dambaan hampir setiap
orang agar pasien dapat diberikan obat di UGD tanpa jaminan terlebih dahulu, tidak perlu menebus
tunai setiap resep yang ada dan pasien askes dapat menikmati haknya mendapatkan obat dalam
DPHO masih jauh panggang dari api. Untuk meminimalkan dampak merugikan ini, RSUD melalui
instalasi farmasinya berusaha menyediakan obat generik dan obat standar namun karena anggaran
yang terbatas maka ketersediaanya tidak dapat dijamin. Langkah lain yang diambil direksi adalah
memberikan jaminan personal agar apotik pelengkap meminjami obat terlebih dahulu pada pasien.
Tentu saja jaminan personal ini memiliki resiko finansial jika terjadi gagal bayar karena yang akan
membayar adalah penjamin. Karena jaminan personal, tentu tidak dapat dibuatkan prosedur
Standar Operasional tetapi diselesaikan kasus per kasus.
Hampir semua masyarakat berharap tidak dimintai jaminan untuk mendapatkan obat di UGD, tidak
harus menebus tunai setiap resep ketika dirawat, dan berbagai harapan lainnya menyangkut layanan
obat yang manusiawi dan terjangkau. Untuk mewujudkan harapan ini, maka satu-satunya jalan
adalah mengabungkan tagihan pelayanan rumah sakit dengan tagihan obat sebagai satu kesatuan.
Hal ini dapat dicapai ketika sistem memungkinkan dengan penerapan pola PPK-BLUD. Karena sistem
PPK-BLUD memungkinkan penguasaan sepenuhnya obat di RSUD oleh direksi, ketika ada masyarakat
tidak dapat membayar tagihannya maka tinggal membuat surat pernyataan berutang ke RSUD untuk
menjamin prinsip akuntabilitas. Agar tidak menjadi beban masyarakat selamanya maka sebaiknya
direktur diberikan kewenangan untuk menghapus utang masyarakat setelah mencapai jangka waktu
tertentu.

Melalui pola PPK-BLUD program pemerintah seperti Jamkesmas dan Jampersal dapat dikelola
dengan lebih baik sebab klaim biaya pelayanan yang dibayar pemerintah dapat dipergunakan
langsung tanpa harus disetorkan ke APBD terlebih dahulu untuk belanja obat dan BHP. Sesuai
ketentuan yang ada, seluruh biaya pelayanan kesehatan termasuk obat dan BHP untuk pasien
jamkesmas dan jampersal termasuk pasien rujukan dari daerah lain menjadi tanggungan RSUD.
Kebutuhan obat pasien jamkesmas selama ini sebagian besar diambilkan dari program jamkesda
termasuk biaya penganggtian pengolahan darah ke PMI. Seandainya klaim jamkesmas dapat
dipergunakan langsung maka dengan jumlah anggaran jamkesda yang ada saat ini akan mampu
menanggung lebih banyak masyarakat tidak mampu yang tidak masuk kuota jamkesmas. Lebih
serius lagi adalah pasien jampersal yang terpaksa harus menebus sendiri sebagian besar obatnya
karena obat standar yang tersedia di RSUD sangat terbatas menyesuaikan ketersediaan anggaran.
Pasien askes harus menebus obatnya pada apotik luar karena sistem yang ada saat ini tidak
memungkinkan RSUD membeli langsung pada rekanan askes.

Keterbatasan anggaran juga membuat hampir semua BHP untuk pasien harus diresepkan. Padahal
sesuai ketentuan Perda Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 8 tahun 2009 tentang Tarif Layanan
Kesehatan di RSUD Sultan Imanuddin Pangakalan Bun mengamanahkan BHP tertentu sudah
termasuk dalam komponen tarif, tidak perlu ditebus secara tersendiri oleh pasien. BHP yang tidak
pernah cukup menyababkan pada saat tertentu BHP seperti betadin, sarung tangan, dan beberapa
jenis lainnya terpaksa diresepkan. Keterbatasan anggaran memaksa direksi RSUD membuat prioritas
untuk mencukupi BHP yang tidak mungkin diresepkan baik karena tidak tersedia dipasaran bebas
maupun pada aspek keadilannya sebab yang dibutuhkan sedikit seperti reagen utk pemeriksaan
laboratorium dan film rontgen. Akibatnya pasien merasa biaya kesehatan sangat mahal karena
setiap BHP harus ditebus.

Pengawasan PPK-BLUD

Masalah kunci lainnya pada PPK-BLUD adalah siapa yang akan mengawasi. Bagaimana fungsi dan
peran DPRD terhadap PPK-BLUD. Sampai saat ini, masih banyak pihak yang belum mehami secara
utuh apa itu PPK-BLUD. Penerapan PPK-BLUD dipandang sebagai privatisasi, pemisahan diri dari
pemerintah daerah yang akan berdampak kekuasaan direksi yang sangat besar. Kesimpan siuran
inilah apalagi informasi melalui media massa yang sering dipenggal dan tidak utuh yang
menyebabkan resistensi cukup tinggi.

Perlu digaris bawahi bahwa penerapan PPK-BLUD tidak merubah satus, tugas pokok dan fungsi serta
kelembagaan RSUD. Aset PPK-BLUD tidak dipisahkan dari aset daerah dengan demikian RSUD
bukanlah BUMD yang pendapatan dan belanjanya tidak ditetapkan oleh DPRD. Itu sebabnya
mengapa dalam peraturan perundang-undangan, penerapan pola PPK-BLUD cukup membutuhkan
surat keputusan kepala daerah setelah dilakukan penilaian oleh Tim Penilai yang dibentuk oleh
Kepala Daerah. Bagaimana hubungan antara RSUD setelah menerapkan pola PPK-BLUD adalah persis
sama dan sebangun dengan hubungan RSUD dengan pemerintah daerah saat ini. Karena hubungan
pemerintah daerah dengan RSUD tidak berubah, maka hubungan RSUD dengan DPRD terkait dengan
penetapan anggaran (pendapatan dan belanja) dan pegawasan juga tidak berubah. RBA-SKPD
sebagai pengganti RKA-SKPD sebelum dapat dipergunakan harus dibahas, disetujui dan ditetapkan
oleh DPRD. Karena pola PPK-BLUD memberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan, maka RSUD
dapat berbelanja untuk keperluan operasional dengan catatan tidak melampaui anggaran tahun
sebelumnya sebesar nilai ambang batas yang dinyatakan dalam persentese sebelum RBA-SKPD
ditetapkan oleh DPRD baik APBD murni maupun APBD perubahan. Dengan demikian anggapan yang
mengatakan bahwa RSUD dapat menggunakan anggaran tanpa persetujuan DPRD tidak memiliki
dasar sama sekali.

Pada RBA-SKPD hanya ada satu program RSUD yaitu program peningkatan pelayanan kesehatan
pada masyarakat yang kemudian dirinci dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Karena model
penganggarannya lebih sederhana hanya sampai tiga tingkat, maka dalam satu kegiatan yang sama
direktur dapat melakukan pergesaran anggaran mendahului penetapan APBD-P untuk menjamin
kelangsungan pelayanan. Setiap pergeseran anggaran yang mendahului penetapan APBD-P akan
dikonsolidasikan dengan DPKD untuk ditetapkan pada APBD-P. Laporan pelaksanaan anggaran oleh
RSUD akan dikonsolidasikan dengan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD oleh kepala
daerah. Jika terdapat uang sisa operasioanal yang tersimpang di kas RSUD, maka dalam laporan
keuangan daerah khusunya SILPA akan diberikan keterangan tambahan misalnya Rp. 100 juta
berada pada kas RSUD.

Selain pengawasan oleh DPRD, sebagaimana SKPD lainnya, laporan keuangan RSUD akan diperiksa
oleh BPK dan diawasi oleh Inspektorat. Namun berbeda dengan SKPD lainnya, RSUD juga harus
bersedia di audit oleh Akuntan Publik dan kepala daerah akan mengawasi RSUD secara langsung
dengan mengangkat dewan pengawas yang dibentuk oleh kepala daerah. Tambahan pengawasan yg
diberikan kepada SKPD dengan pola PPK-BLUD dapat dimaklumi sebagai konsekwensi fleksibilitas
penggunaan anggaran. Perlu digaris bawahi bahwa pemberian fleksibilitas penggunaan anggaran
hanya diperbolehkan untuk anggaran yang berasal dari pendapatan operasional RSUD yang
merupakan pembayaran masyarakat. Belanja yang tidak berasal dari pendapatan operasional
(DAU/DAK/Tugas Perbantuan/Bagi Hasil dan sebagainya) tetap tunduk pada ketentuan yang berlaku
selama ini termasuk Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.
Pendapatan operasional sendiri akan dicatatkan pada pos pendapatan asli daerah lainnya oleh BLUD
pada APBD.

Muncul kemudian pertanyaan, jika kewenangan direktur RSUD dengan pola PPK-BLUD sedemikian
besarnya, apakah tidak mungkin terjadi penyalahgunaan kewenangan. Bahwa penyalahgunaan
kewenangan tentu saja dapat terjadi sebagaimana halnya pada SKPD lainnya. Untuk menimilkan
resiko tersebut maka selain adanya tambahan pengawasan oleh dewan pengawas serta kesediaan
untuk diaudit oleh akuntan publik , direktur RSUD diikat oleh peraturan kepala daerah dalam bentuk
petunjuk tekhnis tata kelola. Melalui petunjuk tekhnis inilah, kepala daerah dapat (tidak harus)
mendelegasikan kewenangannya pada direktur RSUD, sekaligus memberikan batasan apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan dalam mengelola PPK-BLUD RSUD. Sekalipun kepala daerah telah
mendelegasikan kewenangannya, namun untuk kebijakan yang bersifat strategis seperti investasi,
pemanfaatan sisa anggaran di Kas RSUD dan kebijakan strategis lainnya harus mendapar persetujuan
dari kepala daerah atau minimal oleh dewan pengawas.

Contenu connexe

Tendances

Teknis pembentukan rsud blud
Teknis pembentukan rsud bludTeknis pembentukan rsud blud
Teknis pembentukan rsud bludapotek agam farma
 
6. standar pengelolaan keuangan (pelaporan)
6. standar pengelolaan keuangan (pelaporan)6. standar pengelolaan keuangan (pelaporan)
6. standar pengelolaan keuangan (pelaporan)Ahmad Sultan
 
Puskesmas sebagai-badan-layanan-umum-daerah-blud
Puskesmas sebagai-badan-layanan-umum-daerah-bludPuskesmas sebagai-badan-layanan-umum-daerah-blud
Puskesmas sebagai-badan-layanan-umum-daerah-bludGilar Bagja
 
Tatakelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Tatakelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)Tatakelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Tatakelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)Marsusilanata Wawan
 
Profile bank indonesia
Profile bank indonesiaProfile bank indonesia
Profile bank indonesiaAmalia Dekata
 
Handout ppt pk blu
Handout ppt pk bluHandout ppt pk blu
Handout ppt pk bluanantasmiths
 
Paparan deputi bidang pembiayaan kkukm
Paparan deputi bidang pembiayaan kkukmPaparan deputi bidang pembiayaan kkukm
Paparan deputi bidang pembiayaan kkukmfadli readi
 
Materi bpjs ketenagakerjaan 23042014
Materi bpjs ketenagakerjaan 23042014Materi bpjs ketenagakerjaan 23042014
Materi bpjs ketenagakerjaan 23042014aditiakbn
 
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - PPT LPS, OJK, & KARTU PLASTIK
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - PPT LPS, OJK, & KARTU PLASTIKBANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - PPT LPS, OJK, & KARTU PLASTIK
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - PPT LPS, OJK, & KARTU PLASTIKWindaAmalia9
 
Slide otoritas jasa keuangan
Slide   otoritas jasa keuanganSlide   otoritas jasa keuangan
Slide otoritas jasa keuanganKasmadi Rais
 
Materi Sosialisasi BPJS Kesehatan-Peserta Mandiri-Tahun 2015
Materi Sosialisasi BPJS Kesehatan-Peserta Mandiri-Tahun 2015Materi Sosialisasi BPJS Kesehatan-Peserta Mandiri-Tahun 2015
Materi Sosialisasi BPJS Kesehatan-Peserta Mandiri-Tahun 2015BPJS Kesehatan RI
 
Press Briefing Islamic Banking Development Q1 2014
Press Briefing Islamic Banking Development Q1 2014Press Briefing Islamic Banking Development Q1 2014
Press Briefing Islamic Banking Development Q1 2014OJK Indonesia
 
Mengenal ojk _amp__lembaga_keuangan_mikro___bakohumas_2014
Mengenal ojk _amp__lembaga_keuangan_mikro___bakohumas_2014Mengenal ojk _amp__lembaga_keuangan_mikro___bakohumas_2014
Mengenal ojk _amp__lembaga_keuangan_mikro___bakohumas_2014Sambadyasitumeang
 
Sosialisasi layanan program bpjs tk kemendes 160621
Sosialisasi layanan program bpjs tk kemendes 160621Sosialisasi layanan program bpjs tk kemendes 160621
Sosialisasi layanan program bpjs tk kemendes 160621TV Desa
 
Presentasi Kepala Eksekutif IKNB OJK dalam Seminar Nasional OJK di Aceh
Presentasi Kepala Eksekutif IKNB OJK dalam Seminar Nasional OJK di AcehPresentasi Kepala Eksekutif IKNB OJK dalam Seminar Nasional OJK di Aceh
Presentasi Kepala Eksekutif IKNB OJK dalam Seminar Nasional OJK di AcehOJK Indonesia
 
Jumpa Pers IKNB Syariah
Jumpa Pers IKNB SyariahJumpa Pers IKNB Syariah
Jumpa Pers IKNB SyariahOJK Indonesia
 
Sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan
Sosialisasi BPJS KetenagakerjaanSosialisasi BPJS Ketenagakerjaan
Sosialisasi BPJS KetenagakerjaanIlham Ismail
 

Tendances (20)

Teknis pembentukan rsud blud
Teknis pembentukan rsud bludTeknis pembentukan rsud blud
Teknis pembentukan rsud blud
 
6. standar pengelolaan keuangan (pelaporan)
6. standar pengelolaan keuangan (pelaporan)6. standar pengelolaan keuangan (pelaporan)
6. standar pengelolaan keuangan (pelaporan)
 
Puskesmas sebagai-badan-layanan-umum-daerah-blud
Puskesmas sebagai-badan-layanan-umum-daerah-bludPuskesmas sebagai-badan-layanan-umum-daerah-blud
Puskesmas sebagai-badan-layanan-umum-daerah-blud
 
Tatakelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Tatakelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)Tatakelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Tatakelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
 
Profile bank indonesia
Profile bank indonesiaProfile bank indonesia
Profile bank indonesia
 
Handout ppt pk blu
Handout ppt pk bluHandout ppt pk blu
Handout ppt pk blu
 
Paparan deputi bidang pembiayaan kkukm
Paparan deputi bidang pembiayaan kkukmPaparan deputi bidang pembiayaan kkukm
Paparan deputi bidang pembiayaan kkukm
 
Materi bpjs ketenagakerjaan 23042014
Materi bpjs ketenagakerjaan 23042014Materi bpjs ketenagakerjaan 23042014
Materi bpjs ketenagakerjaan 23042014
 
Otoritas Jasa Keuangan (Kebanksentralan BAB 5)
Otoritas Jasa Keuangan (Kebanksentralan BAB 5)Otoritas Jasa Keuangan (Kebanksentralan BAB 5)
Otoritas Jasa Keuangan (Kebanksentralan BAB 5)
 
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - PPT LPS, OJK, & KARTU PLASTIK
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - PPT LPS, OJK, & KARTU PLASTIKBANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - PPT LPS, OJK, & KARTU PLASTIK
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - PPT LPS, OJK, & KARTU PLASTIK
 
Slide otoritas jasa keuangan
Slide   otoritas jasa keuanganSlide   otoritas jasa keuangan
Slide otoritas jasa keuangan
 
Materi Sosialisasi BPJS Kesehatan-Peserta Mandiri-Tahun 2015
Materi Sosialisasi BPJS Kesehatan-Peserta Mandiri-Tahun 2015Materi Sosialisasi BPJS Kesehatan-Peserta Mandiri-Tahun 2015
Materi Sosialisasi BPJS Kesehatan-Peserta Mandiri-Tahun 2015
 
Press Briefing Islamic Banking Development Q1 2014
Press Briefing Islamic Banking Development Q1 2014Press Briefing Islamic Banking Development Q1 2014
Press Briefing Islamic Banking Development Q1 2014
 
ojk
ojkojk
ojk
 
Mengenal ojk _amp__lembaga_keuangan_mikro___bakohumas_2014
Mengenal ojk _amp__lembaga_keuangan_mikro___bakohumas_2014Mengenal ojk _amp__lembaga_keuangan_mikro___bakohumas_2014
Mengenal ojk _amp__lembaga_keuangan_mikro___bakohumas_2014
 
Sosialisasi layanan program bpjs tk kemendes 160621
Sosialisasi layanan program bpjs tk kemendes 160621Sosialisasi layanan program bpjs tk kemendes 160621
Sosialisasi layanan program bpjs tk kemendes 160621
 
Presentasi Kepala Eksekutif IKNB OJK dalam Seminar Nasional OJK di Aceh
Presentasi Kepala Eksekutif IKNB OJK dalam Seminar Nasional OJK di AcehPresentasi Kepala Eksekutif IKNB OJK dalam Seminar Nasional OJK di Aceh
Presentasi Kepala Eksekutif IKNB OJK dalam Seminar Nasional OJK di Aceh
 
Jumpa Pers IKNB Syariah
Jumpa Pers IKNB SyariahJumpa Pers IKNB Syariah
Jumpa Pers IKNB Syariah
 
makalah ojk
makalah ojkmakalah ojk
makalah ojk
 
Sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan
Sosialisasi BPJS KetenagakerjaanSosialisasi BPJS Ketenagakerjaan
Sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan
 

Similaire à MENGAPA UNDANG-UNDANG MEWAJIBKAN RSUD DIKELOLA DENGAN POLA PPK-BLUD

BLUD PUSKESMAS, untuk siapa?-WPS Office.pptx
BLUD PUSKESMAS, untuk siapa?-WPS Office.pptxBLUD PUSKESMAS, untuk siapa?-WPS Office.pptx
BLUD PUSKESMAS, untuk siapa?-WPS Office.pptxkahfiwahdah1
 
Norma Selestia-43222120010-TM03.docx
Norma Selestia-43222120010-TM03.docxNorma Selestia-43222120010-TM03.docx
Norma Selestia-43222120010-TM03.docxNormaSelestia
 
Norma Selestia-43222120010-TM03.docx
Norma Selestia-43222120010-TM03.docxNorma Selestia-43222120010-TM03.docx
Norma Selestia-43222120010-TM03.docxNORMASELESTIA1
 
Menuju puskesmas blud
Menuju puskesmas bludMenuju puskesmas blud
Menuju puskesmas bludBhelhenkJhe
 
Pembekalan magang blu blud
Pembekalan magang blu bludPembekalan magang blu blud
Pembekalan magang blu bludsridermawani
 
Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011
Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011
Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011Lies Dina Liastuti
 
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIKBADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIKrohima _yesung
 
1.PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN ok.docx
1.PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN ok.docx1.PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN ok.docx
1.PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN ok.docxshotgun blues
 
Puskesmas sebagai blud bulletin bapelkes jogja issn
Puskesmas sebagai blud   bulletin bapelkes jogja issnPuskesmas sebagai blud   bulletin bapelkes jogja issn
Puskesmas sebagai blud bulletin bapelkes jogja issnEddy Siswanto
 
JUMIATI C202 21 048 - PROPOSAL3.docx
JUMIATI C202 21 048 - PROPOSAL3.docxJUMIATI C202 21 048 - PROPOSAL3.docx
JUMIATI C202 21 048 - PROPOSAL3.docxIlmiAdifa
 
PROKER_IPSRS_2017_KARS (Repaired).doc
PROKER_IPSRS_2017_KARS (Repaired).docPROKER_IPSRS_2017_KARS (Repaired).doc
PROKER_IPSRS_2017_KARS (Repaired).docSugiAntono1
 
Blu dan ugm edited
Blu dan ugm editedBlu dan ugm edited
Blu dan ugm editedisnuwidi
 
Peluang dan tantangan sektor swasta kesehatan (edit)
Peluang dan tantangan sektor swasta kesehatan (edit)Peluang dan tantangan sektor swasta kesehatan (edit)
Peluang dan tantangan sektor swasta kesehatan (edit)Mohamad Handayani
 
Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan NasionalJaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan NasionalMuh Saleh
 
Ketentuan Penerapan BLU-BLUD_ Materi Workshop "Penyusunan RENCANA BISNIS & AN...
Ketentuan Penerapan BLU-BLUD_ Materi Workshop "Penyusunan RENCANA BISNIS & AN...Ketentuan Penerapan BLU-BLUD_ Materi Workshop "Penyusunan RENCANA BISNIS & AN...
Ketentuan Penerapan BLU-BLUD_ Materi Workshop "Penyusunan RENCANA BISNIS & AN...Kanaidi ken
 
Sambutan bupati wonosobo acara pembukaan bintek rsud
Sambutan bupati wonosobo acara pembukaan bintek rsudSambutan bupati wonosobo acara pembukaan bintek rsud
Sambutan bupati wonosobo acara pembukaan bintek rsudShintaDevi11
 

Similaire à MENGAPA UNDANG-UNDANG MEWAJIBKAN RSUD DIKELOLA DENGAN POLA PPK-BLUD (20)

BLUD PUSKESMAS, untuk siapa?-WPS Office.pptx
BLUD PUSKESMAS, untuk siapa?-WPS Office.pptxBLUD PUSKESMAS, untuk siapa?-WPS Office.pptx
BLUD PUSKESMAS, untuk siapa?-WPS Office.pptx
 
Norma Selestia-43222120010-TM03.docx
Norma Selestia-43222120010-TM03.docxNorma Selestia-43222120010-TM03.docx
Norma Selestia-43222120010-TM03.docx
 
Norma Selestia-43222120010-TM03.docx
Norma Selestia-43222120010-TM03.docxNorma Selestia-43222120010-TM03.docx
Norma Selestia-43222120010-TM03.docx
 
Menuju puskesmas blud
Menuju puskesmas bludMenuju puskesmas blud
Menuju puskesmas blud
 
Pembekalan magang blu blud
Pembekalan magang blu bludPembekalan magang blu blud
Pembekalan magang blu blud
 
Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011
Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011
Pengelolaan obat di pjn rsjpd harapan kita 2011
 
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIKBADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
 
1.PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN ok.docx
1.PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN ok.docx1.PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN ok.docx
1.PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN ok.docx
 
SPM PKM
SPM PKMSPM PKM
SPM PKM
 
Standar pelayanan-rumah-sakit
Standar pelayanan-rumah-sakitStandar pelayanan-rumah-sakit
Standar pelayanan-rumah-sakit
 
Juknis keuangan bok 2012
Juknis keuangan bok 2012Juknis keuangan bok 2012
Juknis keuangan bok 2012
 
Materi BLUD Mahulu.pptx
Materi BLUD Mahulu.pptxMateri BLUD Mahulu.pptx
Materi BLUD Mahulu.pptx
 
Puskesmas sebagai blud bulletin bapelkes jogja issn
Puskesmas sebagai blud   bulletin bapelkes jogja issnPuskesmas sebagai blud   bulletin bapelkes jogja issn
Puskesmas sebagai blud bulletin bapelkes jogja issn
 
JUMIATI C202 21 048 - PROPOSAL3.docx
JUMIATI C202 21 048 - PROPOSAL3.docxJUMIATI C202 21 048 - PROPOSAL3.docx
JUMIATI C202 21 048 - PROPOSAL3.docx
 
PROKER_IPSRS_2017_KARS (Repaired).doc
PROKER_IPSRS_2017_KARS (Repaired).docPROKER_IPSRS_2017_KARS (Repaired).doc
PROKER_IPSRS_2017_KARS (Repaired).doc
 
Blu dan ugm edited
Blu dan ugm editedBlu dan ugm edited
Blu dan ugm edited
 
Peluang dan tantangan sektor swasta kesehatan (edit)
Peluang dan tantangan sektor swasta kesehatan (edit)Peluang dan tantangan sektor swasta kesehatan (edit)
Peluang dan tantangan sektor swasta kesehatan (edit)
 
Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan NasionalJaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional
 
Ketentuan Penerapan BLU-BLUD_ Materi Workshop "Penyusunan RENCANA BISNIS & AN...
Ketentuan Penerapan BLU-BLUD_ Materi Workshop "Penyusunan RENCANA BISNIS & AN...Ketentuan Penerapan BLU-BLUD_ Materi Workshop "Penyusunan RENCANA BISNIS & AN...
Ketentuan Penerapan BLU-BLUD_ Materi Workshop "Penyusunan RENCANA BISNIS & AN...
 
Sambutan bupati wonosobo acara pembukaan bintek rsud
Sambutan bupati wonosobo acara pembukaan bintek rsudSambutan bupati wonosobo acara pembukaan bintek rsud
Sambutan bupati wonosobo acara pembukaan bintek rsud
 

Dernier

CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxPuskesmasTete
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptxAyu Rahayu
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 

Dernier (20)

CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 

MENGAPA UNDANG-UNDANG MEWAJIBKAN RSUD DIKELOLA DENGAN POLA PPK-BLUD

  • 1. BLUD SEBAGAI SARANA PENINGKATAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT Oleh Suyuti Syamsul Tugas pemerintah daerah adalah melindungi, memberdayakan dan memberi pelayanan pada masyarakat. Masyarakat menuntut pelayanan publik yang terukur, rasional, relevan dan tepat waktu tanpa mau tahu sstem penganggaran yang tidak memungkinkan mengakomodir tuntutan tersebut. Sebagai perangkat daerah, pengelolaan keuangan/barang RSUD tunduk pada berbagai peraturan yang berlaku. Dalam sistem penganggaran yang berlaku selama ini, agar dapat mempertahankan pelayanan tetap berlangsung maka pengelola RSUD harus melanggar aturan agar barang dan jasa untuk keperluan operasioanal pada awal tahun tetap tersedia. Hal ini terpaksa dilakukan mengingat aturan yang ada mengharuskan persedian barang dan jasa untuk keperluan operasional diadakan untuk menunjang kegiatan satu tahun anggaran yang habis pada tanggal 30 Desember. Agar pada tanggal 1 Januari RSUD tetap dapat beroperasional maka pengelola harus meminjam padahal sesuai peraturan yg ada, SKPD dilarang meminjam. Esensi Penerapan Pola Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) untuk menjawab kecepatan pelayanan tanpa harus melanggar aturan yang ada. Agar tidak melanggar aturan PPK- BLUD diberikan fleksibilitas penggunaan anggaran dan pengadaan barang/jasa utk meningkatkan pelayanan dan efisiensi anggaran. Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012 Angka Romawi V Hal-Hal Khusus Lainnya Angka 20, Dalam pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 ditegaskan bahwa SKPD atau unit kerja pada SKPD yang memiliki spesifikasi tekhnis dibidang layanan umum, diberikan fleksibilitas dalam Pola Pengelolaan Keuangannya dalam bentuk Badan Layanan Umum Daerah (PPK- BLUD). Dalam PPK-BLUD, pemerintah daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan umum kepada masyarakat, pemerintah daerah agar segera melakukan evaluasi kepada SKPD atau unit kerja pada SKPD yang tugas dan fungsinya secara operasional memberi pelayanan kepada masyarakat untuk menerapkan PPK- BLUD. Khusus bagi Rumah Sakit Daerah yang belum menerapkan PPK-BLUD, agar memperhatikan pasal 7 ayat (3) dan pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi dan mengakomodasi dalam penyiapan dokumen administratif sebagaimana dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis PPK-BLUD. b. Bagi SKPD atau unit kerja SKPD yang telah menerapkan PPK-BLUD, agar: a) Penyusunan kerja dan anggaran dalam APBD menggunakan format Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA); b) Konsolidasi RBA dengan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sampai pada jenis belanja; dan c) Sistem keuangan untuk BLUD, agar dibuat format tersendiri. c. Bagi SKPD atau unit kerja SKPD yang menerapkan PPK-BLUD setelah peraturan daerah tentang APBD ditetapkan, pelaksanaan anggaran tetap mempergunakan RKA/DPA-SKPD sampai tahun anggaran berkenaan berakhir, untuk selanjutnya mempergunakan RBA/DPA-BLUD.
  • 2. Penerapan PPK-BLUD akan menabrak beberapa peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku. Sering timbul pertanyaan, apakah surat keputusan kepala daerah tentang penetapan SKPD dengan PPK-BLUD dapat dijadikan landasan hukum untuk melakukan pengecualian-pengecualian terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Apalagi dasar surat keputusan kepala daerah tersebut hanya didasarkan pada peraturan menteri dalam negeri yang dalam hirarki undang- undang tidak dikenal. Kalau melihat prinsip hukum yang berlaku bahwa lex generalis (aturan umum) tunduk pada lex spesialis (aturan khusus) maka tidak perlu menjadi masalah. Lagi pula peraturan menteri dalam negeri dan surat keputusan kepala daerah adalah omnibus regulation atau muara dari berbagai undang-undang. Mengapa Undang-Undang Mewajibkan RSUD Dikelola dengan Pola PPK-BLUD Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri berupaya mendorong agar pemerintah daerah memfasilitas penerapan pola PPK-BLUD pada RSUD. Hasil dari upaya tersebut dapat dilihat dari data yg telah menerapkan pola PPK-BLUD yaitu 313 dari 440 RSUD yang ada diseluruh Indonesia atau tinggal 127 (28,9 %) yang belum menerapkannya. Sebagian dari RSUD yang telah menerapkan pola PPK-BLUD adalah RSUD baru yang berada pada daerah pemekaran. (sumber: Ir. Bejo Mulyono, MML Sub Direktorat BLUD Kemeterian Dalam Negeri). Upaya pemerintah mendorong SKPD yang tugas pokok dan fungsinya memberikan layanan publik khususnya RSUD untuk secepatnya menerapkan PPK-BLUD dapat dipahami mengingat korban utama sistem penganggaran klasik seperti saat ini adalah RSUD. Jika mengikuti aturan secara ketat, maka pada tanggal 1 Januari RSUD harus ditutup karena tidak memiliki persediaan barang dan jasa untuk menunjang kelangsungan operasionalnya. Belum lagi proses penyediaan barang dan jasa yang memakan waktu lama maka seyogyanya sesuai ketentuan, RSUD baru dapat memulai operasionalnya paling cepat bulan Maret. Minimnya alokasi anggaran yang ada pada APBD hanya mampu mempertahankan peyediaan obat/bahan habis pakai (BHP) paling lama sampai bulan oktober, sehingga untuk memenuhi kebutuhan perlu dilakukan peminjaman yang akan dibayar melalui APBD Perubahan dengan catatan terdapat tambahan alokasi anggaran. Siapa yang Diuntungkan Setiap perubahan tentu akan menimbulkan pertanyaan siapa yang akan diuntungkan. Bagi direksi dan manajemen RSUD, keuntungan terbesarnya adalah kewajiban untuk menyediakan obat dan BHP setiap awal tahun dapat dipenuhi tanpa melanggarr aturan. Selain itu, tenaga yang tidak mungkin dipenuhi melalui formasi CPNS seperti tukang cuci, tukang masak, pendorong pasien serta beberapa pos kerja lainnya akan ditutup melalui pengangkatan non PNS yang digaji sendiri oleh RSUD. Untuk menutupi kebutuhan tenaga pada pos-pos tersebut, selama ini diatasi dengan mengangkat Tenaga Kerja Sukarela (TKS) yang digaji sendiri oleh direktur RSUD. Kemampuan direktur menggaji TKS sangat terbatas sehingga terjadi ketidakseimbangan antara volume pekerjaan dengan jumlah tenaga yang tersedia yang berakibat terjadi penurunan kuantitas dan kualitas layanan. Selain itu, RSUD dapat melakukan kerjasama operasional (KSO) dengan distributor alat kesehatan untuk penyediaan fasilitas yang tidak mungkin dibeli melaui APBD karena keterbatasan anggaran. Melalui KSO, RSUD dapat memiliki berbagai fasilitas mutakhir dengan biaya pemeliharaan yang ditanggung oleh
  • 3. distributor. Kewajiban RSUD hanya menjamin akan membeli BHP dari distributor alat kesehatan tersebut selama memakai alatnya. Bagi karyawan RSUD, perubahan ini akan berdampak pada tercapainya rasio ideal pasien-petugas. Salah satu masalah laten ketidak seimbangan rasio pasien-petugas dapat dilihat diruangan bersalin. Seyogyanya satuan jaga bidan yang melayani perawatan ibu dan yang menolong persalinan harus dipisah untuk mengurangi keluhan pasien. Karena satuan tugasnya digabung sementara setiap jadwal jaga maksimal hanya tiga orang bidan yang dapat ditugaskan maka rasio bidan-pasien sering mencapai 1 bidan melayani 11 pasien. Ketika ada satu pasien yang bersalin dibutuhkan minimal dua bidan untuk menolongnya sehingga tersisa hanya satu bidan efektif untuk melayani 32 pasien lainnya. Untuk membentuk satu satuan baru jaga bidan maka diperlukan minimal 12 orang tambahan tenaga, ditengah keterbatasan formasi CPNS tentu sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan tenaga. Demikian halnya imbalan jasa yang diterima karyawan dapat dibayar tepat waktu setiap bulan tanpa perlu menunggu berbulan-bulan seperti saat ini karena anggaran tersedia setiap saat pada kas RSUD. Pembayaran hak karyawan yang tepat waktu tentu akan berdampak positif pada peningkatan pelayanan. Lalu apa untungnya bagi pasien! Bagi yang pernah berobat/dirawat di RSUD tentu pernah merasakan betapa repotnya urusan obat. Ketika masuk UGD, bagi yang tidak membawa uang tunai maka apotik akan meminta jaminan terlebih dahulu. Bayangkan bagaimana pasien kecelakaan lalulintas atau pasien mendadak sakit tanpa persiapan uang tunai yang mencukupi. Pasien rawat inap harus bolak- balik menebus tunai setiap resep di apotik. Pasien Askes harus keluar RSUD untuk mendapatkan obat yang juga belum tentu tersedia secara memadai. Sebagian besar masyarakat tidak dapat memahami mengapa hal ini terjadi di RSUD dan sedikit banyaknya sangat merusak reputasi RSUD sebagai pemberi layanan publik. Hanya segilintir masyarakat yang paham bahwa hal tersebut terjadi karena persoalan sistem penganggaran dan ketersediaan anggaran. Sistem yang ada saat ini mengharuskan setiap rupiah pendapatan RSUD yang diterima harus disetorkan secara bruto ke Kas Umum Daerah dan terbatasnya anggaran yang ada membuat RSUD tidak dapat berbuat banyak. Kalau RSUD nekat mengatasi sendiri persoalan obat untuk pasien maka dalam waktu dua bulan apotik RSUD akan tutup sebab tidak ada uang tersedia untuk belanja obat bulan berikutnya. Agar masyarakat terlayani maka RSUD terpaksa bekerjasama dengan apotik pelengkap yang dimiliki pihak lain karena pihak lain tersebut tidak terikat dengan sistem penganggaran yang berlaku. Dengan tidak dikuasainya pengelolaan obat sepenuhnya oleh RSUD maka dambaan hampir setiap orang agar pasien dapat diberikan obat di UGD tanpa jaminan terlebih dahulu, tidak perlu menebus tunai setiap resep yang ada dan pasien askes dapat menikmati haknya mendapatkan obat dalam DPHO masih jauh panggang dari api. Untuk meminimalkan dampak merugikan ini, RSUD melalui instalasi farmasinya berusaha menyediakan obat generik dan obat standar namun karena anggaran yang terbatas maka ketersediaanya tidak dapat dijamin. Langkah lain yang diambil direksi adalah memberikan jaminan personal agar apotik pelengkap meminjami obat terlebih dahulu pada pasien. Tentu saja jaminan personal ini memiliki resiko finansial jika terjadi gagal bayar karena yang akan membayar adalah penjamin. Karena jaminan personal, tentu tidak dapat dibuatkan prosedur Standar Operasional tetapi diselesaikan kasus per kasus.
  • 4. Hampir semua masyarakat berharap tidak dimintai jaminan untuk mendapatkan obat di UGD, tidak harus menebus tunai setiap resep ketika dirawat, dan berbagai harapan lainnya menyangkut layanan obat yang manusiawi dan terjangkau. Untuk mewujudkan harapan ini, maka satu-satunya jalan adalah mengabungkan tagihan pelayanan rumah sakit dengan tagihan obat sebagai satu kesatuan. Hal ini dapat dicapai ketika sistem memungkinkan dengan penerapan pola PPK-BLUD. Karena sistem PPK-BLUD memungkinkan penguasaan sepenuhnya obat di RSUD oleh direksi, ketika ada masyarakat tidak dapat membayar tagihannya maka tinggal membuat surat pernyataan berutang ke RSUD untuk menjamin prinsip akuntabilitas. Agar tidak menjadi beban masyarakat selamanya maka sebaiknya direktur diberikan kewenangan untuk menghapus utang masyarakat setelah mencapai jangka waktu tertentu. Melalui pola PPK-BLUD program pemerintah seperti Jamkesmas dan Jampersal dapat dikelola dengan lebih baik sebab klaim biaya pelayanan yang dibayar pemerintah dapat dipergunakan langsung tanpa harus disetorkan ke APBD terlebih dahulu untuk belanja obat dan BHP. Sesuai ketentuan yang ada, seluruh biaya pelayanan kesehatan termasuk obat dan BHP untuk pasien jamkesmas dan jampersal termasuk pasien rujukan dari daerah lain menjadi tanggungan RSUD. Kebutuhan obat pasien jamkesmas selama ini sebagian besar diambilkan dari program jamkesda termasuk biaya penganggtian pengolahan darah ke PMI. Seandainya klaim jamkesmas dapat dipergunakan langsung maka dengan jumlah anggaran jamkesda yang ada saat ini akan mampu menanggung lebih banyak masyarakat tidak mampu yang tidak masuk kuota jamkesmas. Lebih serius lagi adalah pasien jampersal yang terpaksa harus menebus sendiri sebagian besar obatnya karena obat standar yang tersedia di RSUD sangat terbatas menyesuaikan ketersediaan anggaran. Pasien askes harus menebus obatnya pada apotik luar karena sistem yang ada saat ini tidak memungkinkan RSUD membeli langsung pada rekanan askes. Keterbatasan anggaran juga membuat hampir semua BHP untuk pasien harus diresepkan. Padahal sesuai ketentuan Perda Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 8 tahun 2009 tentang Tarif Layanan Kesehatan di RSUD Sultan Imanuddin Pangakalan Bun mengamanahkan BHP tertentu sudah termasuk dalam komponen tarif, tidak perlu ditebus secara tersendiri oleh pasien. BHP yang tidak pernah cukup menyababkan pada saat tertentu BHP seperti betadin, sarung tangan, dan beberapa jenis lainnya terpaksa diresepkan. Keterbatasan anggaran memaksa direksi RSUD membuat prioritas untuk mencukupi BHP yang tidak mungkin diresepkan baik karena tidak tersedia dipasaran bebas maupun pada aspek keadilannya sebab yang dibutuhkan sedikit seperti reagen utk pemeriksaan laboratorium dan film rontgen. Akibatnya pasien merasa biaya kesehatan sangat mahal karena setiap BHP harus ditebus. Pengawasan PPK-BLUD Masalah kunci lainnya pada PPK-BLUD adalah siapa yang akan mengawasi. Bagaimana fungsi dan peran DPRD terhadap PPK-BLUD. Sampai saat ini, masih banyak pihak yang belum mehami secara utuh apa itu PPK-BLUD. Penerapan PPK-BLUD dipandang sebagai privatisasi, pemisahan diri dari pemerintah daerah yang akan berdampak kekuasaan direksi yang sangat besar. Kesimpan siuran inilah apalagi informasi melalui media massa yang sering dipenggal dan tidak utuh yang menyebabkan resistensi cukup tinggi. Perlu digaris bawahi bahwa penerapan PPK-BLUD tidak merubah satus, tugas pokok dan fungsi serta kelembagaan RSUD. Aset PPK-BLUD tidak dipisahkan dari aset daerah dengan demikian RSUD
  • 5. bukanlah BUMD yang pendapatan dan belanjanya tidak ditetapkan oleh DPRD. Itu sebabnya mengapa dalam peraturan perundang-undangan, penerapan pola PPK-BLUD cukup membutuhkan surat keputusan kepala daerah setelah dilakukan penilaian oleh Tim Penilai yang dibentuk oleh Kepala Daerah. Bagaimana hubungan antara RSUD setelah menerapkan pola PPK-BLUD adalah persis sama dan sebangun dengan hubungan RSUD dengan pemerintah daerah saat ini. Karena hubungan pemerintah daerah dengan RSUD tidak berubah, maka hubungan RSUD dengan DPRD terkait dengan penetapan anggaran (pendapatan dan belanja) dan pegawasan juga tidak berubah. RBA-SKPD sebagai pengganti RKA-SKPD sebelum dapat dipergunakan harus dibahas, disetujui dan ditetapkan oleh DPRD. Karena pola PPK-BLUD memberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan, maka RSUD dapat berbelanja untuk keperluan operasional dengan catatan tidak melampaui anggaran tahun sebelumnya sebesar nilai ambang batas yang dinyatakan dalam persentese sebelum RBA-SKPD ditetapkan oleh DPRD baik APBD murni maupun APBD perubahan. Dengan demikian anggapan yang mengatakan bahwa RSUD dapat menggunakan anggaran tanpa persetujuan DPRD tidak memiliki dasar sama sekali. Pada RBA-SKPD hanya ada satu program RSUD yaitu program peningkatan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang kemudian dirinci dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Karena model penganggarannya lebih sederhana hanya sampai tiga tingkat, maka dalam satu kegiatan yang sama direktur dapat melakukan pergesaran anggaran mendahului penetapan APBD-P untuk menjamin kelangsungan pelayanan. Setiap pergeseran anggaran yang mendahului penetapan APBD-P akan dikonsolidasikan dengan DPKD untuk ditetapkan pada APBD-P. Laporan pelaksanaan anggaran oleh RSUD akan dikonsolidasikan dengan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD oleh kepala daerah. Jika terdapat uang sisa operasioanal yang tersimpang di kas RSUD, maka dalam laporan keuangan daerah khusunya SILPA akan diberikan keterangan tambahan misalnya Rp. 100 juta berada pada kas RSUD. Selain pengawasan oleh DPRD, sebagaimana SKPD lainnya, laporan keuangan RSUD akan diperiksa oleh BPK dan diawasi oleh Inspektorat. Namun berbeda dengan SKPD lainnya, RSUD juga harus bersedia di audit oleh Akuntan Publik dan kepala daerah akan mengawasi RSUD secara langsung dengan mengangkat dewan pengawas yang dibentuk oleh kepala daerah. Tambahan pengawasan yg diberikan kepada SKPD dengan pola PPK-BLUD dapat dimaklumi sebagai konsekwensi fleksibilitas penggunaan anggaran. Perlu digaris bawahi bahwa pemberian fleksibilitas penggunaan anggaran hanya diperbolehkan untuk anggaran yang berasal dari pendapatan operasional RSUD yang merupakan pembayaran masyarakat. Belanja yang tidak berasal dari pendapatan operasional (DAU/DAK/Tugas Perbantuan/Bagi Hasil dan sebagainya) tetap tunduk pada ketentuan yang berlaku selama ini termasuk Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa. Pendapatan operasional sendiri akan dicatatkan pada pos pendapatan asli daerah lainnya oleh BLUD pada APBD. Muncul kemudian pertanyaan, jika kewenangan direktur RSUD dengan pola PPK-BLUD sedemikian besarnya, apakah tidak mungkin terjadi penyalahgunaan kewenangan. Bahwa penyalahgunaan kewenangan tentu saja dapat terjadi sebagaimana halnya pada SKPD lainnya. Untuk menimilkan resiko tersebut maka selain adanya tambahan pengawasan oleh dewan pengawas serta kesediaan untuk diaudit oleh akuntan publik , direktur RSUD diikat oleh peraturan kepala daerah dalam bentuk petunjuk tekhnis tata kelola. Melalui petunjuk tekhnis inilah, kepala daerah dapat (tidak harus) mendelegasikan kewenangannya pada direktur RSUD, sekaligus memberikan batasan apa yang boleh
  • 6. dan tidak boleh dilakukan dalam mengelola PPK-BLUD RSUD. Sekalipun kepala daerah telah mendelegasikan kewenangannya, namun untuk kebijakan yang bersifat strategis seperti investasi, pemanfaatan sisa anggaran di Kas RSUD dan kebijakan strategis lainnya harus mendapar persetujuan dari kepala daerah atau minimal oleh dewan pengawas.