2. SI-PI, Fitria Dwinanda, Hapzi Ali, SISTEM INFORMASI, ORGANISASI, DAN STRAT...
7 manajemen produksi
1. 7. Control Chart
Pengertian Control Chart atau dalam bahasa Indonesia disebut peta kendali, yang diberikan
oleh Eugene adalah grafik dengan mencantumkan batas maksimum dan batas minimum yang
merupakan batas daerah pengendalian ( Leavenworth, R.S., Pengendalian Kualitas Statis).
Control Chart ialah suatu Quality Tool yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah sebuah
proses tersebut dalam kondisi terkontrol secara statistik (statistically stable) ataukah tidak. Proses
yang tidak dalam kondisi terkontrol secara statistik akan menunjukan suatu variasi yang berlebih
sebanding dengan perubahan waktu.
Tujuan Control Chart
Tujuan menggambarkan Control Chart adalah untuk menetapkan apakah setiap titik pada
grafik normal atau tidak normal dan dapat mengetahui perubahan dalam proses dari mana data
dikumpulkan, sehingga setiap titik pada grafik harus mengindikasikan dengan cepat dari proses
mana data diambil.
Manfaat Control Chart
Berikut manfaat Control; Chart
1. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama satu periode produksi.
2. Memberikan informasi proses secara kronologis, yakni menunjukkan bagaimana
pengaruh berbagai faktor, misalnya : material, manusia, metode, dll. terhadap proses
produksi.
3. Mengidentifikasi gejala penyimpangan suatu proses yakni dengan memperhatikan pola
atas pergerakan titik-titik sehingga dapat dihindari Over Control yaitu pengontrolan
terlalu ketat sehingga dapat menurunkan efisiensi maupun Under Control yaitu
pengontrolan terlalu longgar sehingga dapat menurunkan mutu.
Cara Membuat Control Chart
Sebuah Control Chart terdiri dari garis pusat (Central Line), sepasang batas kendali masing-
masing diletakkan di atas (Upper Control Limit) dan di bawah (Lower Control Limit) dan nilai
karakteristik. Bila semua nilai digambarkan didalam batas kendali tanpa kecenderungan khusus,
maka proses dipandang sebagai keadaan terkendali. Sedangkan bila mereka jatuh di luar batas
kendali atau menunjukkan bentuk lain, maka proses ditetapkan berada di luar kendali.
Contoh Control Chart
Control Chart (Peta Kendali) umum
2. Control Chart (Peta Kendali) dengan 3 standard deviasi (3SD) atau 2 standard deviasi (2SD)
Control Chart membedakan antara Common Cause dan Special Cause. Common Cause
ialah Penyebab yang agak susah untuk bisa dihilangkan (Natural variation) sedang Special Cause
ialah Penyebab yang masih mungkin bisa dihilangkan, misalnya : Kesalahan Operator,
materialnya retak dan kotor, Operator masih baru, tidak ada Standard Operasional Procedure
untuk menjalankan suatu mesin produksi, dll. Control chart dibuat dengan menggunakan
pendekatan statistik. Aplikasi statistik pada pengendalian kualitas dikenal sebagai Statistical
Process Control atau Pengendalian Kualitas Secara Statistik. Pembahasan lanjut tentang topik
tersebut dilakukan pada bagian tersendiri pada web ini. (Hendra Poerwanto G)
Sangat berterimakasih bila bersedia mencantumkan alamat link halaman ini
sebagai su
3. CHART
Manajemen Rantai Suplai (Supply chain management) adalah sebuah ‘proses payung’ di mana
produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah supply chain
(rantai suplai) merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan yang mempertahankan
organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi dalam menyampaikan
kepada konsumen. (Kalakota, 2000, h197)
Tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai suplai adalah untuk memaksimalkan nilai yang
dihasilkan secara keseluruhan (Chopra, 2001, h5). Rantai suplai yang terintegrasi akan
meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut.
Pengertian
Manajemen Rantai Suplai adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara
perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen rantai suplai bisa juga berarti seluruh jenis kegiatan
komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk mendaur ulang produk yang
sudah dipakai.
Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama
baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.
Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan,
arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah.
Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam
penetapan kepemilikandan pengiriman. (Kalakota, 2000, h198)
Menurut Turban, Rainer, Porter (2004, h321), terdapat 3 macam komponen rantai suplai, yaitu:
Rantai Suplai Hulu/Upstream supply chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan
para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi
mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur
dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang,
pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah
pengadaan.
Manajemen Internal Suplai Rantai/Internal supply chain management
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang
digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi
itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai
4. internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian
persediaan.
Segmen Rantai Suplai Hilir/Downstream supply chain segment
Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman
produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada
distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.
Permasalahan Manajemen Suplai Rantai
Manajemen suplai rantai harus memasukan problem dibawah:
Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas produksi, pusat distribusi (
distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan.
Strategi Distribusi: Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung, Berlabuh silang,
strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga.
Informasi: Sistem terintregasi dan proses melalui rantai suplai untuk membagi informasi
berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan transportasi dsb.
Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang mentah, proses
kerja, dan barang jadi.
Aliran dana: Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana melewati
entitas di dalam rantai suplai.
Eksekusi rantai suplai ialah mengatur dan koordinasi pergerakan material, informasi dan dana di
antara rantai suplai tersebut. Alurnya sendiri dua arah.
Aktivitas/Fungsi
Manajemen rantai suplai ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk mengatur
pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi keluar
organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi lebih fokus dalam kompetensi inti
dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi kepemilikan mereka atas sumber material mentah
dan kanal distribusi. Fungsi ini meningkat menjadi kekurangan sumber ke perusahaan lain yang
terlibat dalam memuaskan permintaan konsumen, sementara mengurangi kontrol manajemen
dari logistik harian. Pengendalian lebih sedikit dan partner rantai suplai menuju ke pembuatan
konsep rantai suplai. Tujuan dari manajemen rantai suplai ialah meningkatkan ke[percayaan dan
kolaborasi di antara rekanan rantai suplai, dan meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan
meningkatkan percepatan inventori.
Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan perencaan
kapasitas, dan pengembangan rantai suplai.[1]
beberapa model telah diajukan untuk memahami aktivitas yang dibutuhkan untuk mengatur
pergerakan material di organisasi dan batasan fungsional. SCOR adalah model manajemen rantai
suplai yang dipromosikan oleh Majelis Manajemen Rantai Suplai. Model lain ialah SCM yang
5. diajukan oleh Global Supply Chain Forum (GSCF). Aktivitas suplai rantai bisa dikelompokan ke
tingkat strategi, taktis, dan operasional.
Strategis
Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lokasi, dan ukuran gudang, pusat distribusi dan
fasilitas
Rekanan strategis dengan pemasok suplai, distributor, dan pelanggan, membuat jalur
komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan operasional seperti cross docking,
pengapalan langsung dan logistik orang ketiga
Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru ada bisa diintregasikan secara
optimal ke rantai suplai,manajemen muatan
Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli
Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan strategi pasokan/suplai
Taktis
Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran lainnya
Pengambilan Keputusan produksi, termasuk pengontrakan, lokasi, dan kualitas dari inventori
Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan, dan definisi proses
perencanaan.
Strategi transportasi, termasuk frekuensi, rute, dan pengontrakan
Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan kompetitor dan
implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan
Gaji berdasarkan pencapaian
Operasional
Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di rantai suplai
Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di rantai suplai (menit ke menit)
Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi permintaan dari semua
konsumen dan membagi prediksi dengan semua pemasok
Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan prediksi permintaan,
dalam kolaborasi dengan semua pemasok
Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inventaris yang diterima
Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi (finished goods)
Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan transportasi ke pelanggan
Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan rantai suplai,
termasuk semua pemasok, fasilitas manufaktur, pusat distribusi, dan pelanggan lain
Strukturisasi dan Tiering
Jika dilihat lebih dekat pada apa yang terjadi dalam kenyataannya, istilah rantai suplai mewakili
sebuah serial sederhana dari hubungan antara komoditas dasar dan produk akhir. Produk akhir
membutuhkan material tambahan kedalam proses manufaktur.
6. Arus Material dan Informasi
Tujuan dalam rantai suplai ialah memastikan material terus mengalir dari sumber ke konsumen
akhir. Bagian-bagian (parts) yang bergerak di dalam rantai suplai haruslah berjalan secepat
mungkin. Dan dengan tujuan mencegah terjadinya penumpukan inventori di satu lokal, arus ini
haruslah diatur sedemikian rupa agar bagian-bagian tersebut bergerak dalam koordinasi yang
teratur. Istilah yang sering digunakan ialah synchronous. (Knill, 1992)
“
tujuannya selalu berlanjut, arus synchronous. Berlanjut artinya tidak ada interupsi, tidak ada
bola yang jatuh, tidak ada akumulasi yang tidak diperlukan. Dan synchronous berarti
semuanya berjalan seperti balet. Bagian-bagian dan komponen-komponen dikirim tepat
waktu, dalam sekuensi yang seharusnya, sama persis sampai titik yang mereka butuhkan.
”
[2]
Terkadang sangat susah untuk melihat sifat arus "akhir ke akhir" dalam rantai suplai yang ada.
Efek negatif dari kesulitan ini termasuk penumpukan inventori dan respon tidak keruan pada
permintaan konsumen akhir. Jadi, strategi manajemen membutuhkan peninjauan yang holistik
pada hubungan suplai.
Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan penawaran.
Dengan membagi informasi di seluruh rantai suplai ke konsumen akhir, kita bisa membuat
sebuah rantai permintaan, diarahkan pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. Tujuannya
ialha mengintegrasikan data permintaan dan suplai jadi gambaran yang akuarasinya sudah
meningkatdapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar dan konsumen akhir. Integrasi ini
sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan kompetitif. Jadi dengan adanya integrasi ini
dalam rantai suplai akan meningkatkan ketergantungan dan inventori minimum.[3]