REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
Psikosastra kel 2
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah maupun dalam
lingkungan keluarga. Sehingga kemampuan kognitif sangat diperlukan anak
dalam pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dalam perkembangan anak . Kita ketahui bahwa anak merupakan
objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga
perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan anak dalam sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan
yang bertanggung jawab dalam pengembangan kognitif anak perlu memiliki
pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak
didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena,
perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun,
sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami tentang perkembangan
kognitif anak, proses perkembangan kognitif, dan pengaruh sastra terhadap
perkembangan kognitif anak.
Melalui makalah ini kami mencoba untuk mengangkat masalah
perkembangan kognitif anak agar guru dan orang tua dapat memberikan layanan
pendidikan atau melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan kognitif masing-masing anak.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang perkembangan kognitif anak , dapat kita ambil masalah-
masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
1. Apa pengertian perkembangan kognitif?
2. Bagaimana proses perkembangan kognitif?
3. Apa saja karakteristik perkembangan kognitif anak?
1
2. 2
4. Apa manfaat sasta terhadap perkembangan kognitif anak?
C. Tujuan
Didalam penulisan makalah ini ada beberapa tujuan yang kami jabarkan,
diantaranya adalah:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan kognitif
anak.
2. Berharap dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif
anak.
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Kognitif.
Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan
kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana,
dijelaskan kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk
berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan
anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu
melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan
lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu
aspek perkembangan anak yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua
proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya.
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari
perkembangan individu dalam memahami dunia, yaitu; pengorganisasian dan
penyesuaian. Untuk membuat dunia kita masuk akal, kita mengorganisasikan
pengalaman-pengalaman kita. Misalnya, kita memisahkan gagasan penting dari
gagasan-gagasan yang kurang penting. Kita mengaitkan suatu gagasan dengan
gagasan lain. Namun, kita tidak hanya mengorganisasikan pengamatan-
pengamatan dan pengalaman-pengalaman kita, kita juga menyesuaikan pemikiran
kita untuk meliput gagasan-gagasan baru.
Piaget (1954) yakin bahwa penyesuaian diri (adaptasi) dilakukan dalam dua
cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi (assimilation) terjadi ketika
individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang
sudah ada. Akomodasi (accomodation) terjadi ketika individu menyesuaikan diri
dengan informasi baru. Akomodasi dan asimilasi ini kemudian membentuk
struktur berpikir, yang oleh Piaget disebut skema (“Schema/Schemata”). Skema
3
4. 4
mengacu kepada unit (atau unit-unit) dasar atau suatu pola pemfungsian sensori-
motorik yang terorganisasi.
Piaget berpikir bahwa asimilasi dan akomodasi berlangsung sejak
kehidupan bayi yang masih sangat kecil. Bayi yang baru lahir secara refleks
mengisap segala sesuatu yang menyentuh bibirnya (asimilasi), tetapi setelah
beberapa bulan pengalaman, mereka membangun pemahaman mereka tentang
dunia secara berbeda. Beberapa objek, seperti jari dan susu ibu, dapat diisap, dan
objek lain, seperti selimut yang berbulu halus sebaiknya tidak diisap (akomodasi).
Tahapan-tahapan pemikiran ini secara kualitatif berbeda dari setiap individu. Cara
anak berpikir pada satu tahap tertentu sangat berbeda dari cara mereka berpikir
pada tahap lain.
Ide-ide dasar Teori Piaget dalam Perkembangan Kognitif.
Beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak
menurut piaget, antara lain:
1. Anak adalah pembelajar yang aktif.
Menurut Piaget, anak itu tidak hanya mengobservasi dan mengingat semua
yang mereka lihat dan mereka dengar secara pasif. Padahal secara natural mereka
memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari
informasi untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas dunia
yang mereka hadapi itu.
Dalam memehami dunia mereka sacara aktif, anak menggunakan
“schema”(skema) seperti yang disebutkan oleh Piaget, yaitu konsep-konsep atau
kerangka yang ada dalam pikiran anak yang digunakan untuk mengorganisasikan
dan menginterpretasikan informasi.
2. Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya.
Anak-anak itu tidak hanya mengumpulkan semua yang mereka pelajari dari
fakta-fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya anak memberikan
gambaran khusus untuk membangun suatu pandangan menyeluruh tentang dunia
dan kehidupan sehari-hari.
3. Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi
dan akomodasi.
5. 5
Ketika anak menggunakan dan beradaptasi terhadap skema yang mereka
buat, ada dua proses yang bertanggung jawab yaitu assimilation dan akomodasi.
Asimilasi terjadi apabila seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam
pengetahuan yang sudah ada, yaitu anak mengasimilasikan lingkungan kedalam
suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi
baru, yaitu anak menyesuaikan skema yang dimilikinya dengan lingkungannya.
4. Proses ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-
bentuk pemikiran yang lebih komplek.
Menurut Piaget, ketika anak melalui proses penyesuaian asimilasi dan
akomodasi system kognisi anak berkembang dari satu tahap ke tahap yang
selanjutnya, sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrium, yaitu
keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan pengalamannya dilingkungan.
Menurut Piaget, pikiran anak kecil berbeda secara kualitatif dibandingkan
dengan anak yang lebih besar. Maka dia menolak tentang definisi intelegensi yang
didasarkan pada jumlah jawaban yang benar dalam suatu tes intelegensi.
B. Proses Perkembangan Kognitif
Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative
proses perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan
yang dikemukakan oleh Piaget dan proses perkembangan kognitif oleh para pakar
psikologi pemprosesan informasi.
1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget.
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi
sampai dia dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai
dari bayi yang baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat
tingkat perkembangan kognitif, yaitu tahap sensori-motorik (dari lahir sampai 2
tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional
(usia 7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas),
dalam buku karangan Desmita(2009:101) dan (Anwar Holil,2008).
6. 6
a. Tahap Sensori-Motorik (usia 0 sampai 2 tahun)
Desmita (2009:101) Dikatakan bahwa bayi bergerak dari tindakan reflex
instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun
suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-
pengalaman sensor dengan tindakan fisik. Dalam postingnya, (Arya, 2010)
”Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kognitif selama stadium sensori
motorik ini, inteligensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai
reaksi simulasi sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan konkrit
dan bukan tindakan imaginer atau hanya dibayangan saja.” Pada proses ini Piaget
menamakan proses desentrasi, artinya anak dapat memandang dirinya sendiri dan
lingkungan sebagai dua entitas yang berbeda.
b. Tahap Pra-Operasional (usia 2 sampai 7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari
berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan
fisik (Desmita, 2009). Begitu juga dari sumber posting (Joesafira,2010) pada
tahapan pra-operasional menurut piaget ada beberapa ciri antara lain:
1) Berpikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak belum mampu
(secara perseptual, emosional-motivational, dan konsepsual) untuk
mengambil perspektif orang lain.
2) Cara berpikir pra-operasional sangat memusat (centralized). Bila anak
dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimensional, maka ia akan
memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan mengabaikan
dimensi-dimensi yang lain dan akhirnya juga mengabaikan hubungannya
antara dimensi-dimensi ini.
3) Berpikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik (irreversable). Anak
belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan memikirkan
tindakan tersebut dalam arah yang sebaliknya.
4) Berpikir pra-operasional adalah terarah statis.
5) Berpikir pra-operasional adalah transductive (pemikiran yang meloncat-
loncat). Tidak dapat melakukan pekerjaan secara berurutan.
7. 7
6) Berpikir pra-operasional adalah imaginatif, yaitu menempatkan suatu objek
tidak berdasarkan realitas tetapi hanya yang ada dalam pikirannya saja.
c. Tahap Konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun)
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa
yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang
berbeda (Desmita, 2009). Tetapi dalam tahapan konkret-operasional masih
mempunyai kekurangan yaitu, anak mampu untuk melakukan aktivitas logis
tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak
dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang
konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.
d. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih
idealistik. Dalam blog (Joesafira, 2010) tahap operasional formal mencakup dua
hal, yaitu:
1) Sifat deduktif-hipotesis
Ketika anak mendapatkan masalah, maka mereka akan membentuk strategi-
strategi penyelesaian berdasarkan hepotesis permasalahan tersebut. Maka dari
itulah berpikir operasional formal juga disebut berpikir proporsional.
2) Berpikir operasional formal juga berfikir kombinatoris.
Berpikir operasional formal memungkinkan orang untuk mempunyai
tingkah laku problem solving yang betul-betul ilmiah. Dengan menggunakan hasil
pengukuran tes inteligensi yang mencakup General Information and Verbal
Analogies, Jones dan Conrad (Loree dalam Abin Syamsuddin M, 2001)
menunjukkan bahwa laju perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat
sampai masa remaja, setelah itu kepesatannya berangsur menurun.
2. Teori Pemprosesan Informasi.
Perkembangan kognitif dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan
system pemprosesan informasi sebagai alternatif terhadap teori kognitif Piaget.
Pada teori Piaget perkembangan kognitif digambarkan dengan berbagai tahap
tetapi, para pakar psikologi pemprosesan informasi lebih menekankan pentingnya
8. 8
proses-proses kognitif atau menganalisis perkembangan keterampilan kognitif,
seperti perhatian, memori, metakofnisi dan strategi kognitif.
Setidaknya ada tiga dasar asumsi umum teori pemprosesan informasi (Zigler
& Stevenson, 1993) dalam buku Desmita(2009:116) yaitu:
a. Pikiran dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan pengembalian
informasi.
b. Individu-individu memproses informasi dari lingkungan.
c. Terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi dari
seorang individu.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat kita pahami bahwa teori
pemprosesan informasi lebih menekankan bagaimana individu memproses
informasi tentang dunia, bagaimana informasi masuk ke dalam fikiran, bagaimana
penyimpanan dan penyebaran informasi dan bagaimana pengambilan kembali
informasi untuk melaksanakan aktivitas yang kompleks. Sehingga inti dari
pendekatan pemprosesan informasi ini adalah proses memori dan proses berfikir.
Dalam buku (Desmita, 2009), Robert Siegler (1998) mendiskripsikan tiga
karakteristik utama dari pendekatan pemprosesan informasi, yaitu proses berfikir,
mekanisme pengubah, dan modifikasi diri. Seperti uraian diatas, kita ketahui para
ahli teori pemrosesan informasi menolak pendapat Piaget tentang tahap-tahap
perkembangan kognitif. Mereka percaya bahwa proses kognitif berkembang
secara gradual dan cendrung tetap. Berikut ini akan dikemukakan kecendrungan
perkembangan beberapa kemampuan kognitif anak, seperti persepsi, atensi, dan
memori.
C. Karakteristik Perkembangan Kognitif
karakteristik perkembangan kognitif anak dibagi dalam dua tahap yaitu
tahap usia sekolah (SD) dan Remaja (SMP dan SMA).
1. Usia Sekolah (Sekolah Dasar)
Berdasarkan pada teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah
dasar masuk dalam tahap pemikiran kongkret-operasional, yaitu masa dimana
aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai
9. 9
kejadian yang pernah dialaminya. Menurut pieget, operasi adalah hubungan-
hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan opersi
kongkret adalahaktifitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-
peristiwa nyata atau kongkreat dapat di ukur. Desmita (2009:104).
Artinya anak usia sekolah dasar sudah memiliki kemampuan untuk berpikir
melalui urutan sebab akibat dan mulai mengenali berbagai cara pemecahan
permasalahan yang dihadapinya. Anak usia ini juga dapat mempertimbangkan
secara logis hasil dari sebuah kondisi atau situasi serta tahu beberapa aturan atau
strategi berpikir, seperti penjumlahan, pengurangan penggandaan, mengurutkan
sesuatu secara berseri dan mampu memahami operasi dalam sejumlah konsep,
seperti 5 x 6 = 30 dan 30 : 6 = 5 (Jhonson & Medinnus, 1974).
Dalam buku psikologi perkembangan anak karangan Desmita (2009:104)
menurut pieget, anak-anak pada masa kongkret operasional (masa sekolah SD) ini
telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungan
dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak (Jhonson & Medinnus,
1974). Hal ini adalah karena pada masa ini anak telah mengembangkan tiga
macam proses yang disebut dengan operasi-operasi: negasi, resiprokasi dan
identitas.
a. Negasi (negation)
Pada masa pra-opersional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir
dari deretan benda, dengan kata lain mereka hanya mengetahui permulaan dan
akhirnya saja tetapi belum memahami alur tengahnya. Tetapi pada masa kongkret
opersional, anak memahami proses apa yang terjadi diantara kegiatan itu dan
memahami hubungan-hubungan antara keduanya.
b. Hubungan timbal balik (resiprokasi)
Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak
mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang, tetapi tidak rapat lagi
dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbale
balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih
rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua
10. 10
deretan itu sama. Desmita (2009:105). Sehingga dalam masa ini anah mulai
mengerti tentang hubungan timbal balik.
c. Identitas
Pada usia sekolah (SD) anak sudah mengetahui berbagai benda yang berada
dalam suatu deretan, bisa menghitung, sehingga meskipun susunan dalam deret di
pindah, anak tetap mengetahui jumlahnya sama. (Gunaris, 1990) dalam
(Desmita,2009). Jadi, anak pada usia sekolah (masa Konkrit operasional) dapat
mengetahui identitas berbagai benda dan mulai memahami akan susunan dan
urutan tertentu.
2. Remaja (SMP dan SMA)
Pada masa remaja, kemampuan anak sudah semakin berkembang hingga
memasuki tahap pemikiran operasional formal. Yaitu suatu tahap perkembangan
kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 dan 12 tahun dan terus berlanjut
sampai usia remaja sampai masa dewasa (Lerner & Hustlsch, 1983) dalam
(Desmita, 2009). Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang sudah tersedia.
Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan hipotesis,
sehingga ia mampu berfikir apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi. Mereka
sudah mampu berfikir masa akan datang dan mampu menggunakan symbol untuk
sesuatu benda yang belum diketahui.
D. Sastra dan Perkembangan Anak
Sebagai sebuah karya, sastra anak-anak menjanjikan sesuatu bagi
pembacanya yaitu nilai yang terkandung di dalamnya yang dikemas secara
intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu, kedudukan sastra anak menjadi
penting bagi perkembangan anak. Sebuah karya dengan penggunaan bahasa yang
efektif akan membuahkan pengalaman estetik bagi anak. Penggunaan bahasa yang
imajinatif dapat menghasilkan responsi-responsi intelektual dan emosional
dimana anak akan merasakan dan menghayati peran tokoh dan konflik yang
ditimbulkannya, juga membantu mereka menghayati keindahan, keajaiban,
11. 11
kelucuan, kesedihan dan ketidakadilan. Anak-anak akan merasakan bagaimana
memikul penderitaan dan mengambil resiko, juga akan ditantang untuk
memimpikan berbagai mimpi serta merenungkan dan mengemukakan berbagai
masalah mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya (Huck, 1987).
Pengalaman bersastra di atas akan diperoleh anak dari manfaat yang
dikandung sebuah karya sastra lewat unsur intrinsik di dalamnya yakni;
(1) memberi kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan bagi anak-anak,
(2) mengembangkan imajinasi anak dan membantu mereka mempertimbangkan
dan memikirkan alam, kehidupan, pengalaman atau gagasan dengan
berbagai cara,
(3) memberikan pengalaman baru yang seolah dirasakan dan dialaminya
sendiri,
(4) mengembangkan wawasan kehidupan anak menjadi perilaku kemanusiaan,
(5) menyajikan dan memperkenalkan anak terhadap pengalaman universal dan,
(6) meneruskan warisan sastra.
Selain nilai instrinsik di atas, sastra anak juga bernilai ekstrinsik yang
bermanfaat untuk perkembangan anak terutama dalam hal (1) perkembangan
bahasa, (2) perkembangan kognitif, (3) perkembangan kepribadian, dan (4)
perkembangan sosial.
Sastra yang terwujud untuk anak-anak selain ditujukan untuk
mengembangkan imajinasi, fantasi dan daya kognisi yang akan mengarahkan anak
pada pemunculan daya kreativitas juga bertujuan mengarahkan anak pada
pemahaman yang baik tentang alam dan lingkungan serta pengenalan pada
perasaan dan pikiran tentang diri sendiri maupun orang lain.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak-anak juga berfungsi
sebagai media hiburan dan pendidikan, membentuk kepribadian anak, serta
menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat
tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan
kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. (Wahidin,
2009).
12. 12
Contoh sastra anak
Mati Lampu
Mati lampu adalah kesusahanku
Mati lampu adalah kebosananku
Mati lampu itu gelap gulita
Aku tidak bisa belajar
Aku tidak punya lampu teplok
Aku tidak punya lampu tabung
Apalagi genset
Aku susah mencari lilin
Aku sangat takut dijalan gelap
Walaupun ada bulan dan bintang
Jalan masih saja gelap bagiku
Kami terus menunggu lampu menyala
Sampai keesokan pagi
Hiduplah lampu terang benderang
Karya Qorrie Aina Maryam.
Bahasa yang digunakan pada puisi di atas, pasti bisa dipahami oleh anak-
anak, karena mengggunakan bahasa Indonesia. Hal yang diungkapkan tentang
peristiwa yang sering dihadapi oleh anak-anak yaitu tentang peritiwa mati lampu.
Peritiwa mati lampu pada puisi di atas, tidak lepas dari konteks keadaan negeri
kita, yang dalam kenyataanya memang sering mati lampu. Dengan mengerti
keadaan ini, maka anak yang membaca puisi diatas, semakin mengerti bahwa
lampu listrik sangat penting bagi anak-anak. Unsur kesenangan (hiburan) yang
dapat diperoleh oleh pembaca dari segi pembaitan yang menggunakan repetisi
(pengulangan) untuk keindahan rima (nada). Sehingga ada kesan tentang arti
pentingnya lampu, serta penggunaan kata-kata yang sering digunakan oleh anak-
anak dalam keseharian.
13. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada anak merupakan suatu pembahasan yang
cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak
merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan
melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya.
Fungsi hakiki sastra anak adalah menghibur dan mendidik. Kedua fungi ini
tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Keduanya saling mempengaruhi dan
saling menguatkan. Selain itu, ada pula fungsi-fungsi lainnya sesuai konteksnya.
13
14. Daftar Pustaka
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Anak . Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan anak ). Bandung: CV
Pustaka Setia.
http://www.google.com
http://www.wikipedia.org
14
15. 15
SASTRA DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikosastra
Dosen: Ibu Cicih Sukarsih, S.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 2
SYAHRUL
VERA
APRIANI
PUTRI
ANDA
MAMAS
Prodi : PBS Indonesia
Semester : V (Lima)
STKIP MUHAMMADIYAH BOGOR
Jalan Raya Leuwiliang No. 106 Bogor 16640
2012
17. Kata Pengantar
Segala puji hanya bagi Allah Swt. Karena atas karunia, rahmat, dan hidayatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul SASTRA DAN
PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK. Makalah ini disusun untuk diajukan
sebagai salah satu tugas mata kuliah Psikosastra.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Dosen mata kuliah
Psikosastra.
Penyusun menyadari bahwa isi dalam makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun
agar makalah ini bisa lebih baik. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi penyusun khususnya dan kita semua umumnya dan semoga Allah
subhanahuwata’ala selalu memberikan hidayahnya kepada kita.
Penyusun
i
18. DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
A. Pengertian Perkembangan Kognitif. ........................................................ 3
B. Proses Perkembangan Kognitif ................................................................ 5
C. Karakteristik Perkembangan Kognitif .................................................... 8
D. Sastra dan Perkembangan Anak ............................................................ 10
III PENUTUP ...................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
Daftar Pustaka
ii