Dokumen tersebut membahas paradigma baru dalam penyuluhan pertanian yaitu pergeseran dari pendekatan difusi inovasi ke arah sistem komunikasi untuk inovasi yang lebih partisipatif. Paradigma baru ini menekankan pada proses kolaboratif antar berbagai pemangku kepentingan dalam mendesain dan mengadaptasi inovasi serta melihat penyuluhan sebagai sistem pembelajaran bersama dibanding transfer teknologi secara sepihak."
2. Cees Leeuwis (Wageningen University).
2006. Communication for Rural
Innovation: Rethinking Agricultural
Extension. Blackwell Publishing.
Paradigma baru
Penyuluhan:
Komunikasi untuk
INOVASI
3. Diffusion of Innovations = ….is a theory
that seeks to explain how, why, and at what
rate new ideas and technology spread
through cultures
Buku Everett Rogers (rural sociology)
“Diffusion of Innovations “ tahun 1962.
Berasal dari studi pada lebih dari 508
kasus.
Konsep “difusi” dipelajari awalnya oleh
sosiologi Perancis Gabriel Tarde (1890),
serta antropolog Jerman dan Austria
Friedrich Ratzel and Leo Frobenius.[
Tahun 1971, EM Rogers mempublikasikan
“Communication of Innovations; A Cross-
Cultural Approach”, dari teori proses difunsi
dan evaluasi sistem sosial.
5. Adopsi Difusi
Adoption = is an individual process
detailing the series of stages one
undergoes from first hearing about a
product to finally adopting it.
Diffusion process = a group of
phenomena, which suggests how an
innovation spreads among
consumers.
6. Kritik terhadap Teori Adopsi Inovasi
Sumber teori berasal dari riset kegiatan
pertanian dan praktek medis / kesehatan
Teknologi bukan lah sesuatu yang statis
pro-innovation bias
individual-blame bias
recall problem
issues of equality.
one-way flow of information
there is little to no dialogue.
In some cases, this is the best approach, but
other cases require a more participatory
approach.
7. Perubahan paradigma penyuluhan:
◦ From diffusion to systems of agricultural
innovation.
Alasannya:
1. inovasi teknologi bisa datang dari banyak sumber,
2. ada perubahan dari sustainable agriculture and
progress menuju ecological knowledge system,
3. berkembangnya interdependence model dan
innovation system framework, dimana yang terlibat
tak hanya research and extension, tetap juga
technology users, private companies NGO, dan
supportive structures (pasar dan kredit).
4. pentingnya learning processes ( = a way of evolving
new arrangements specific to local contexts). 7
8. Transformasi pemikiran ttg penyuluhan dari LAMA ke BARU:
From To
Looking at extension as national
government service
Seeing extension as a set of functions, to be
performed by a variety of players, at different levels
Looking at extension to transfer
technologies
Seeing a wider mandate for extension, that also
includes farmer mobilization, organization and
education
Looking at extension as a
distinct, separate institution
Seeing a coherent, comprehensive knowledge
system for the generation, transfer and uptake of
knowledge and technology, that includes the farmers,
research, extension and education
Using a linear, sequential and
one-directional model of
technology transfer
A more realistic, cyclical and dynamic model of
information exchange and knowledge dissemination
(farmers, researchers, educators and extensionists)
Designing projects from a
teaching perspective, and
budgeting for teaching efforts
Allowing projects to develop a learning mode,
engaging all major stakeholders.
Paying lip service to the
potential of information
technology for rural development
Taking some risks by including experimental
information technologies in projects to link research
institutes, extension managers, farmer organizations
and others to each other and to the rest of the world.
8
9. Perubahan lingkungan yg dihadapi:
1. Kebijakan sumber pendanaan yg baru.
2. Hasil riset baru, dan perkembangan teori
penyuluhan.
3. Teknologi komunikasi baru (internet).
4. Produksi pangan, keamanan pangan, dan
intensifikasi.
5. Pengentasan kemiskinan, upaya peningkatan
pendapatan.
6. Keberlanjutan ekosistem, dan manajemen SDA
baru.
7. Globalisasi dan liberalisasi pasar.
8. Pertanian multi fungsi.
9. Reforma agraria baru.
10. Intensitas pengetahuan, “masyarakat
pengetahuan”, komoditasi pengetahuan.
10. Penyuluhan vs Komunikasi untuk Inovasi
“Penyuluhan “ “Komunikasi untuk Inovasi”
Inovasi adalah proses
keputusan individual
Inovasi memiliki dimensi kolektif (resolusi
konflik, pembangunan organisasi,
pembelajaran, negosiasi sosial)
Peran penyuluh =
menyebarkan inovasi (blue
print approach)
Penyuluh mendesain bersama, ada proses
desain dan adaptasi inovasi, inovasi-inovasi
kolektif. Bersifat kontekstual.
Inovasi diciptakan di
penelitian
Inovasi lebih pragmatis, ada sisi teknis dan
sosial, perlu menciptakan jaringan pendukung.
Petani bisa menciptakan inovasi.
Sesuai Rogers (early adopter,
dst) “semua petani bergerak
ke arah yang sama”
Strategi dan aspirasi petani menyangkut
lingkungan sosial dan alam mereka. Petani
kecil vs petani besar berbeda masalah dan
kemampuan dalam mengadopsi.
Ada petani yang lamban,
mundur, dan stagnan (mono
perspektif)
Penelitian di Irlandia (Leeuwis, 1989): petani
lamban sesungguhnya juga mengadopsi
sejumalh inovasi yg sama banyaknya. Mereka
memiliki “dinamisme yg berbeda” (multi
perspektif)
11. “Penyuluhan “ “Komunikasi untuk Inovasi”
Perubahan/inovasi dapat
dan harus direncanakan
Mengelola kekomplekan, konflik, dan hal-hal yg
tak terduga (misal penemuan tak sengaja,
pengaruh jaringan informal, kreatifitas,
antusiasme, hubungan personal)
Organisasi penyuluhan
sesuatu yang stabil
Organisasi penyuluhan berbentuk “learning
organization”. Anggota saling berbagi
pengalaman positif dan negatif. Ada penyesuaian
dalam hal misi, pelayanan, produk, kultur, dan
prosedur organisasi.
Penyuluh terjepit di tengah
antara lembaga donor dan
petani
Manajemen penyuluhan lebih desentralisasi dan
pendekatan partisipatif, dapat lebih
mengedepankan petani
Penyuluhan hanya dijalankan
pemerintah
Penyuluh dapat kerjasama dengan NGO,
penyuluhan farmer to farmer, privatisasi
organisasi penyuluhan
Penyuluh adalah aparat
pemerintah
Penyuluhan bisa dijalankan oleh perusahaan,
NGO dan petani (UU no 16 tahun 2006)
12. Agenda studi ke depan:
1. Bagaimana pengaruh lingkungan administratif dan politis yang
beragam terhadap proses desain inovasi?
2. Bagaimana hubungan antara area perubahan kognitif yang
berbeda dalam desain inovasi?
3. Pengaruh kondisi privatisasi dan komoditasi pengetahuan
terhadap proses desain inovasi?
4. Bagaimana karakter dan proses pembentukan sosial dari
pengetahuan?
5. Bagaimana interaksi antar pembangunan jaringan, pembelajaran
sosial, dan negosiasi terhadap proses desain inovasi?
6. Bagaimana kelahiran dan negosiasi antara inovasi yang topdown
(dari penelitian) dengan bottom up (dari petani)?
7. Bagiaman relasi dan integrasi antara pengetahuan dari komunitas
dengan epistemik dan disiplin berbeda dalam proses desain
inovasi?
8. Bagaimana rancangan dan peran organisasi intervensi komunikasi
dan implikasi untuk desain inovasi?
9. Analisis jaringan antar aktor, dan jaringan antar peristiwa.
10. Bagaimana konstruksi dan persepsi pengetahuan dalam jaringan?
14. Richard Scott (Stanford University,
USA.) 2008. Institutions and
Organizations. Third Edition.
SAGE Publications, Inc
Institution= “….are composed of
cultured-cognitive, normative,
and regulative elements that,
together with associated
activities and resources, provide
stability and meaning of social
live”.
14
15. Kekeliruan yang sering terjadi:
1. Menyebut “lembaga” sama dengan
“organisasi”
2. Menganggap dengan membuat
organisasi telah menyelesaikan
masalah kelembagaan
3. Kajian kelembagaan biasanya hanya
meneliti kebijakan-kebijakan
16. In English Biasa
diterjemahkan
menjadi
Terminologi
semestinya
Batasan dan materinya
1. institution Kelembagaan,
institusi
Lembaga norma, regulasi, pengetahuan-
kultural. Menjadi pedoman dalam
berperilaku aktor
2. institutional Kelembagaan,
institusi
Kelembagaan Hal-hal berkenaan dengan
lembaga.
3. organization Organisasi,
lembaga
Organisasi social group, yg sengaja dibentuk,
punya anggota, utk mencapai
tujuan tertentu, aturan dinyatakan
tegas. (kelompok tani, koperasi,
Gapoktan)
4.
organizational
Keorganisasian,
kelembagaan
Keorganisasian Hal-hal berkenaan dengan
organisasi (struktur org, anggota,
kepemimpinannya,
manajemennya, dll).
Rekonseptualisasi “Lembaga” dan “Organisasi”
16
18. Salah Benar
Kelembagaan petani Organisasi petani,
organisasi milik petani
Lembaga kelompok tani,
lembaga Gapoktan,
lembaga koperasi
Organisasi kelompok tani,
organisasi Gapoktan,
organisasi koperasi
Mengembangkan
kelembagaan
permodalan petani
Mengorganisasikan
petani dalam pemenuhan
permodalan
19. 1.Regulative pillar “rules define relationship among role”
rule setting, monitoring, sanksi
kapasitas untuk menegakkan aturan
reward and punishment
melalui mekanisme informal (folkways) dan formal (polisi, pengeadilan)
represi, constraint, dan meng-empower aktor
2.Normative pillar norma menghasilkan preskripsi (=lebih dari antisipasi dan prediksi), evaluatif, dan
tanggung jawab
mencakup: value (= prefered and desirable) dan norm (how things should be
done)
Gunanya agar tahu apa goal dan objectives kita, dan cara mencapainya
meng-constraint dan meng-empower aktor
3.Cultural-
cognitive pillar
Intinya meaning
Konsep bersama tentang kehidupan sosial dan kerangka dimana makna-makna
diproduksi
Sedimentasi makna dan kristalisasi makna dalam bentuk objektif
Berisi proses interpretatif internal yang dibentuk oleh kerangka kultural eksternal
Situation shared secara kolektif
Bersifat individual dan variatif
Culture = what is and what should be
Menurut New Institutionalism, ada 3 pilar dalam lembaga:
20. Penerapannya dalam
Analisis Kelembagaan Penyuluhan Pertanian
Aspek Objek nya Analisis kelembagaan
1. Aspek
regulatif
UU no 16 tahun 2006
merupakan pedoman
Apakah UU ini diterapkan,
dijadikan pedoman, diterima,
ditolak? Bagian mana yg diterima,
kenapa?
Permentan No. 61 Tahun
2008 ttg Pedoman
Pembinaan Penyuluh
Pertanian Swadaya
Dan Penuyuh Pertanian
Swasta
Persepsi penyuluh dan pihak lain
terhadap aturan ini? Realisasi dan
kendalanya bagaimana?
Peraturan daerah Pemda ttg
penganggaran dan
pengorganisasian
Kajian kebijakan, konsistensi nya
dengan UU di atasnya, bagaimana
realisasinya? Dll.
Pedoman untuk manajemen
kerja penyuluh
Apakah pedoman dijalankan, apa
masalahnya, bagaimana
konsistensinya dengan teori dan
21. Aspek Objeknya Analisis kelembagaan
2. Aspek
normatif
Norma-norma kerja
pada tenaga penyuluh
Bagaimana penyuluh memandang
pekerjaannya, apakah sesuatu yang baik
atau tidak? Pakah mereka bangga
menjadi penyuluh?
Persepsi ttg peran
penyuluh dalam
pembangunan
pedesaan
Apakah penyuluhan pertanian harus?
Adakah opsi lain? Apakah metodenya
masih efektif?
Nilai-nilai atau adab
dalam komunikasi yang
diterapkan
Apakah komunikasi menunjukkan
dominansi, pemaksaan? Apakah itu
boleh? Baik?
Nilai-nilai dalam materi
penyuluhan
Apakah memberikan materi yang sesuai
dengan etika petani?
22. Aspek Objeknya Analisis kelembagaan
3. Aspek
kultural
kognitif
Pengetahuan pengambil
kebijakan ttg kegiatan
penyuluhan
Bagaimana tingkat pengetahuan
pengambil kebijakan tentang konsep
dan teori penyuluhan? Apa agenda
tersembunyi di belakangnya?
Pengetahuan tenaga
penyuluh tentang kebijakan,
organisasi, dan metode
penyuluhan
Bagaimana pengetahuan dan
persepsi tenaga penyuluh (tua,
muda, laki-laki, perempuan) ttg
kegiatan penyuluhan? Bagaimana
dan mengapa persepsi itu
terbentuk?
Pengetahuan petani tentang
kegiatan penyuluhan,
pembangunan pertanian, dll
Apa pengetahuan petani ttg kegiatan
penyuluhan? Apakah perlu atau
tidak? Apa latar sosial ekonomi
sehingga itu terbentuk?
Pengetahuan petani tentang
materi penyuluhan
Bagaimana persepsi petani tentang
materi yang disampaikan? Sesuai
dengan kebutuhan petani atau tidak?
Bagaimana itu terbentuk?
Bagaimana persepsi petani dapat
menjadi feed back?
23. Aspek Objeknya Analisis kelembagaan
Aspek
keorganisasia
n
Struktur keorganisasian
pelaksana penyuluhan
Organisasi apa saja yang terlibat dari
atas sampai bawah? Pusluh, Badan
Penyuluhan Pemda, perguruan tinggi,
NGO?
Kinerja organisasi Bagaimana kinerja organisasi
penyuluhan yg eksis? Kuat, atau lemah?
Dimana dan kenapa?
Kapasitas organisasi
penyuluhan
Bagaimana kemampuan BPP
menjalankan penyuluhan? Apakah
Gapoktan mampu membantu nya?
Mengapa?
Kondisi dan kinerja
organisasi petani
Apa saja organisasi petani yang eksis?
Apa perannya? Mengapa demikian?
Bagaimana agar bisa membantu
penyuluhan? Perlu kah bentuk baru
Hubungan antar
organisasi
Bagaimana relasi antar organisasi?
Adakah dominansi ataukah demokratis?
Analisis Keorganisasian
Penyuluhan