SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  10
Penatalaksanaan nyeri kronik
(dengan memperhatikan efikasi dan risiko)
Rachmat Gunadi Wachjudi, Mira Amatullah Najla
Divisi Reumatologi , Dep. Ilmu Penyakit Dalam
RS Dr Hasan Sadikin Bandung
Kasus nyeri dengan berbagai penyebab menempati 30% dari keseluruhan kasus
kunjungan ke dokter di primary care. Dengan demikian seorang dokter seyogyanya melengkapi
diri dengan kemampuan membedakan jenis-jenis penyebab nyeri, sehingga dapat
menanganinya dengan cara yang tepat dan aman. Pengetahuan anatomi dan patogenesis serta
keterampilan anamnesis serta pemeriksaan fisik dibutuhkan untuk melaksanakan tatalaksana
optimal. Nyeri reumatik menempati urutan terbanyak (70%) dari berbagai nyeri kronik, dengan
latar belakang inflamasi dan non-inflamasi
Sekitar 60 % pasien reumatik datang dengan keluhan nyeri sedang sampai berat yang
mengganggu.. Berdasarkan patofisiologinya, nyeri dibedakan menjadi beberapa jenis :
1. Nyeri nosiseptif
Nyeri nosiseptif terjadi akibat stimulasi reseptor nyeri perifer yang terjadi selama proses
inflamasi, injury atau kerusakan jaringan. Nyeri sendi inflamatif pada umumnya bersifat akut
atau kronik residif. Contohnya adalah artritis septik, artritis gout, artritis reumatoid, lupus
eritematosus sistemik, spondilitis ankilosa dan artritis reaktif. Nyeri inflamatif akibat penyakit
reumatik ekstra artikuler juga memerlukan kecermatan khusus dalam menilainya misalnya
tendinitis, bursitis, kapsulitis, myositis dan vaskulitis.
2. Nyeri neuropatik.
Baik susunan saraf pusat maupun susunan saraf tepi berperan dalam proses terjadinya
nyeri neuropatik yang bisa merupakan akibat dari suatu injury yang mengenai susunan saraf.
Nyeri neuropatik pada penyakit reumatik bisa terjadi akibat iritasi sistem saraf yang disebabkan
oleh proses penyakit reumatik tersebut. Misalnya terjadinya carpal tunnel syndrome pada
artritis reumatoid dan iritasi saraf aferen pada osteoartritis facet joint di tulang belakang.
3. Nyeri psikogenik
Nyeri jenis ini terjadi akibat gangguan psikologi. Contohnya adalah pada somatoform,
somatization dan histeri.
4. Nyeri kronik dengan berbagai macam etiologi.
Terjadinya nyeri jenis ini sangatlah rumit dan sulit dijelaskan. Contohnya adalah nyeri
pada fibromyalgia dan myofascial pain syndrome. Nyeri jenis ini mempunyai dasar patofisiologi
psikologik dan biologik.
Berdasarkan onset dan durasinya, nyeri dapat digolongkan menjadi nyeri akut
dan nyeri kronik. Pada nyeri kronik proses patologik berlangsung lama dan
umumnya menetap setelah terjadi penyembuhan penyakit atau trauma,
intensitasnya lebih tumpul namun terasa terus menerus
Mekanisme yang terlibat dalam nyeri artikular
Nyeri yang bersifat akut akan menyebabkan rangsangan sistem saraf otonom, sehingga
terjadi takikardia, peningkatan tekanan darah, kecemasan dan gangguan perilaku yang
stereotipik seperti menggaruk, atau meringis.
Nyeri yang menetap timbul karena kerusakan neuron afferent utama dan dari kondisi
patologis sistem saraf pusat (SSP) pada batang otak, thalamus maupun kortek Nyeri ini tidak
memiliki overaktivitas otonom, namun lebih menyebabkan hendaya fisik, kecemasan, depresi
dan gangguan kepribadian. Penyakit seperti reumatoid artritis, osteoartritis, fraktur
osteoporosis, gout kronis dan spondiloartritis menyebabkan nyeri berkepanjangan yang
memiliki fase eksaserbasi akut karena gerakan, tekanan (hiperalgesia) bahkan sentuhan ringan
atau perubahan suhu (allodynia).
Penilaian Nyeri
Nyeri adalah sesuatu yang dirasakan secara subjektif, karena ketika sesorang
melaporkan nyeri, harus dibedakan dengan nyeri yang dilaporkan secara subjektif.
Penilaian nyeri pada sendi secara khusus pada prinsipnya dapat dibagi atas
1. Artikular atau non artikular
2. Inflamasi atau noninflamasi
3. Akut atau kronis
4. Pola sendi yang terlibat
5. Tanda atau gejala sistemik
1. nyeri artikular dan nonartikular
Gambaran klinis Artikular (pola kapsular) Nonartikular (pola bukan kapsular)
Lingkup gerak
sendi
Terbatas kurang lebih sama pada
semua gerakan
Terbatas tapi tidak simetris
(misalnya fleksi terbatas tapi
ekstensi normal)
Gerakan
aktif/pasif
Terbatas pada gerakan aktif kurang
lebih sama dengan gerakan pasif
Keterbatasan dalam gerakan aktif
tidak sesuai dengan pada gerakan
pasif
Nyeri Nyeri atau stress pain (nyeri pada Nyeri atau stress pain hanya pada
akhir gerakan) pada pemeriksaan
lingkup gerak sendi ke segala arah
beberapa gerakan.
Nyeri tekan Pada sendi (joint line) Pada area sekitar sendi
(periartikular)
Waktu timbul
rasa nyeri
Pada saat sendi digerakkan ke segala
arah
Pada saat sendi dipalpasi
Pada saat sendi digerakkan ke arah
tertentu. Mungkin baru dirasakan
setelah sendi selesai dipalpasi atau
digerakkan
Bengkak
(jika ada)
Menyeluruh (Difusse) Terbatas(Localized), pada area
tertentu, seperti bursa atau sekitar
tendon
Test khusus
(isometric
resisted muscle
testing)
Negative atau positif terhadap semua
test otot periartikular
Positif terhadap 1 kelompok otot
tertentu (tendonitis dan entesitis)
Dapat positif terhadap lebih dari 1
kelompok otot periartikular (bursitis
dan fibromialgia) tetapi tidak semua.
2. inflamasi dan noninflamasi
Pemeriksaan Inflamasi artikular
(artritis)
Noninflamasi artikular
(Osteoartritis)
Inflamasi nonartikular
(bursitis, tendonitis)
Panas Ya, merata di seluruh
sendi
Tidak Kadang-kadang, tetapi
terbatas pada struktur
tertentu (tendon atau bursa)
Bengkak Ya biasanya sendi
bengkak menyeluruh
(efusi)
Tidak ada efusi sendi,
tetapi mungkin terdapat
pembesaran tulang
Ya, tetapi bengkak terbatas
pada struktur tertentu
Kemerahan Jarang, jika ada
seluruh sendi merah
Tidak Jarang, bila ada terbatas pada
struktur tertentu
Nyeri tekan Ya, pada sendi (joint
line)
Ya, pada sendi (joint line) Ya, pada struktur tertentu
3. Akut atau kronis
Tahap berikutnya menentukan apakah keadaan tersebut akut atau kronis. Dikatakan akut jika
kurang dari 6 minggu sedangkan kronis jika lebih dari 6 minggu sejak timbulnya keluhan.
Penyebab utama inflamasi akut pada sendi adalah artritis septik, trauma (hemartroses), dan
artritis yang diinduksi kristal (seperti asam urat). Beberapa keadaan artritis kronik juga dapat
menyebabkan inflamasi akut sendi (artritis reumatoid), tetapi keadaan tersebut baru dapat
ditegakkan setelah menyingkirkan artritis akut.
4. Pola sendi yang terlibat.
Apakah sendi yang terlibat simetris, meliputi sendi besar (bahu, panggul, lutut) atau sendi kecil
(pergelangan tangan, MCP,PIP,DIP,MTP) serta berapa jumlah sendi yang terlibat akan membatu
dalam pendekatan diagnosis suatu penyakit reumatik. Monoartikular jika melibatkan 1 sendi,
oligoartikular melibatkan 2-4 sendi sedangkan poliartikular jika 5 atau lebih sendi terlibat.
Apakah melibatkan tulang belakang atau sendi sakroiliaka dan sendi kostokondral, perlu
mendapat perhatian.
5. Tanda atau gejala sistemik
Penyakit reumatik Manifestasi ekstra-artikular yang sering ditemukan
Artritis reumatoid Mata dan mulut kering, skleritis, nodul reumatoid, pleuritis
Penyakit kolagen * Rambut rontok, tukak di mulut, mata dan mulut kering, eritema malar,
fotosensitivitas, pleuritis, perikarditis, fenomena Raynaud’s,
sklerodaktili, dismotilitas esophagus.
Spondiloatropati
seronegatif
Psoriasis, kuku psoriatik, inflammatory bowel disease (IBD),
konjuntivitis, uretritis, servisitis,
Gout Tofus
Fibromialgia Irritable bowel syndrome (IBS) Irritable bladder syndrome, depresi,
parestesia
Intensitas nyeri biasanya diukur dengan skala, dimana sudah ada beberapa yang
dianggap valid dan bisa diandalkan dalam praktek klinis, ada pula skala nyeri yang telah disusun
dan divalidasi, termasuk diantaranya AIMS (Arthritis Impact Measure Scale) dan McGill
questionnaire.
Nyeri pada Artritis Reumatoid, biasanya dimulai pada satu sendi atau di jaringan
periartikular; gejala memburuk untuk beberapa jam hingga hingga beberapa hari dan biasanya
berhubungan dengan swelling dan eritema. Lalu gejala mereda, tidak meninggalkan residual.
Sementara pada fase intercritical biasanya asimptomatik.
Nyeri pada gout dimulai dengan serangan akut nyeri berat dimana biasanya bersifat
monoartikular dan berhubungan dengan beberapa gejala konstitusional. Kemudian serangan
dapat bersifat poliartikular dan disertai demam. Durasi serangan bervariasi namun terbatas
waktu. Seiring waktu, interval serangan memendek, durasi lebih lama dan akhirnya tak
terselesaikan.
Nyeri pada Osteoartritis, sangat khas dimana nyeri memburuk ketika beraktivitas dan
mereda ketika diistirahatkan. Nyeri mulai dirasakan dalam beberapa menit setelah memulai
aktivitas dan dapat bertahan selama beberapa jam setelah aktivitas dihentikan. Nyeri pada
osteoartritis tidak berkorelasi langsung dengan kerusakan sendi yang tampak pada gambaran
radiologis
Nyeri pada Ankylosing Spondylitis, Nyeri AS berawal di regio gluteal, bersifat tumpul dan
sulit ditentukan lokasinya, dan onsetnya tidak jelas. Nyeri bisa sangat berat pada tahap awal
penyakit, lokasi di sendi sacroiliaka namun terkadang menjalar ke krista iliaka, atau trochanter
mayor hingga dorsal femur. Nyeri dapat terpresipitasi bahkan oleh aktivitas ringan seperti
batuk, bersin dan jika melakukan gerakan-gerakan yang tiba-tiba memutar punggung.
Walaupun nyeri sering bersifat unilateral atau intermiten dalam beberpa bulan,
biasanya menjadi persisten dan bilateral, lalu daerah bokong menjadi kaku dan nyeri. Nyeri
ditandai dengan kaku dan nyeri pinggang yang lebih berat di pagi hari dan membuat penderita
terbangun dari tidurnya menjelang dinihari. Dirasakan membaik jika dipanakan, melakukan
latihan ataupun aktivitas fisik. JIka melibatkan vertebra thorakal, dapat menimbulkan gejala
nyeri dada yang terinisiasi oleh batuk atau bersin, sehingga kadang-kadang diduga nyeri
pleuritik.
Pengelolaan Nyeri
Terlebih dahulu harus cermat mengetahui apakah nyeri reumatik itu disebabkan oleh
inflamasi atau noninflamasi.
-Tujuan:
Pengelolaan nyeri dalam bidang reumatologi bertujuan untuk mencapai kualitas hidup yang
baik, bebas dari rasa nyeri dan bebas dari komplikasi lebih jauh akibat nyeri dengan cara
tidak hanya menekan rasa nyerinya namun juga menghilangkan penyebabnya.
-Pilar Pengelolaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan nyeri dalam bidang reumatologi adalah :
1 1. Bedakan intensitas nyeri dari masing-masing penyakit.
2 2. Pastikan jenis nyeri yang terjadi
3 3. Pastikan lokasi dan sumber nyerinya (intra artikuler, periartikuler atau ekstra artikuler)
4. Cari apakah ada penyakit penyerta.
5. Tentukan apakah obat-obatan akan diberikan secara kontinyu atau episodik.
-Edukasi.
Penatalaksanaan penyakit reumatik merupakan suatu upaya jangka panjang yang
memerlukan pengertian dan kerjasama antar dokter, penderita maupun keluarga. Edukasi
menjadi bagian penting dalam pengelolaan nyeri akibat penyakit reumatik. Edukasi ini bisa
meliputi pengetahuan tentang penyakit reumatik khususnya yang diderita oleh pasien tersebut,
pantangan-pantangan baik aktifitas, makanan, pengaruh lingkungan dan juga sebaliknya hal-hal
yang dianjurkan untuk mendukung kesembuhan pasien, cara minum obat yang benar, interaksi
obat dan kesiapan mental pasien dan keluarganya untuk menjadikan nyeri sebagai teman
hidupnya jika harus hidup dengan nyeri kronik residif yang sulit ditangani
-Terapi Non Farmakologi
Istirahat :
Latihan :
∘ Latihan aktif :.
∘ Latihan penguatan (strenghtening) :
∘ Latihan ketahanan (endurance)
∘ Peregangan (stretching) :
∘ Terapi akuatik (air),
∘ Rekreasional
Dengan modalitas :
Physical treatment dengan modalitas pemanasan, kompres dingin, stimulasi elektrik bias
diberkan pada pasien artritis. Modalitas suhu seperti paraffin, kompres panas maupun dingin.
Shortwave diathermy (SWD), low laser therapy dapat meredakan nyeri dan mengurangi
kekakuan di kaki, lutut dan tangan penderita RA serta lutut pada penderita OA genu.
Terapi ortotik :
Pasien
Psikoterapi
Penanganan farmakologis
Dilakukan dengan assessment individual, dengan memperhitungkan derajat nyeri dan
kondisi pasien itu sendiri, termasuk komorbid, rute pemberian pun harus diperhitungkan
(topical, oral, injeksi).
1. Analgetik
Analgetik dibedakan menjadi 2 golongan yaitu non-opioid dan opioid.
1.1 Analgetik non opioid
Yang termasuk dalam golongan ini adalah acetaminophen, biasanya diberikan pada
pasien dengan keluhan nyeri yang tidak terlalu berat.
1.2 Analgetik opioid
Yang termasuk dalam golongan ini adalah tramadol, kodein, morfin. Penggunaan
obat-obatan ini dilakukan secara IM atau IV, walau tramadol memiliki sediaan oral,
obat-obat ini diindikasikan apabila nyeri yang dirasakan bersifat akut dan berat
2. Anti Inflamasi
Sebagian besar nyeri yang terjadi pada pasien reumatik dikarenakan inflamasi, maka
obat anti inflamasi sering diberikan
2.1 Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
NSAIDs yang dipergunakan dari golongan COX-1 dan COX-2 selective. Penggunaan
OAINS ini harus hati-hati, karena setiap OAINS berisiko menimbulkan gangguan
gastrointestinalringan sampai berat. Disamping itu sesuai dengan “FDA warning”
pada semua jenis OAINS baik konvensional maupun Cox-2 selective berdasarkan
berbagai penelitian dan laporan kasus mengandung risiko gangguan liver, renal,
kardiovaskular dan serebrovaskular.
Pemilihan anti nyeri dengan penggunaan OAINS harus dikaji berdasarkan kondisi
klinis pasien masing-masing, derajat nyeri, sumber nyeri, patofisiologi dasar nyeri
yang dialami pasien, dan komorbiditas serta kemungkinan interaksi dengan obat
yang sedang dipergunakan pasien ybs untuk gangguan kesehatan yang lain.
Adalah sebuah keharusan bagi kita sebagai praktisi klinis untuk tetap mengikuti
perkembangan terbaru mengenai efikasi dan risiko OAINS melaui berbagai media
ilmiah; karena berbagai penelitia terus dilakukan dengan hasil dan kesimpulan yang
kadang-kadang tidak masuk dalam perkiraan sebelumnya.
2.2 Kortikosteroid
Terdapat 2 cara pemberian kortikosteroid, yaitu oral dan injeksi. Injeksi intra
artikular, dengan dosis disesuaikan besarnya sendi diberikan hanya bila terjadi
urgensi untuk mengatasi nyeri pada keadaan tertentu. Pada penyakit reumatik
otoimun pemberian steroid dibutuhkan untuk mengendalikan inflamasi sistemik,
sedangkan pada jenis reumatik lainnya seperti OA tidak diperlukan pemberian
steroid sistemik.
3. Diseases Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD)
Pemberian Diseases Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD) seperti klorokuin,
hidroksi klorokuin, sulfasalasin, metotrexat, azathioprine, siklofosfamid, siklosporin,
garam emas, leflunomide dan anti tumor necrosis factor (TNF) bertujuan menekan
proses awal terjadinya inflamasi khususnya pada penyakit reumatik autoimun seperti
artritis reumatoid.
4. Hyaluronan
Injeksi hyaluronan intra artikuler dapat mengurangi proses inflamasi sendi. Ada
bukti-bukti bahwa hyaluronan mempunyai aktifitas anti inflamasi selain sebagai lubrikan
sendi.
5. Analgetik Ajuvan: Relaksan otot, Psikotropika dan Anti konvulsan
Relaksan otot seperti tizanidine, esperison, karisprodol, siklobenzaprin, klorzoxazon,
metaxolon, metokarbamol dan orpenedrin sitrat bermanfaat untuk nyeri nosiseptik
yang disertai oleh spasme otot. Analgetika ajuvan (trisiklik antidepresan) efektif untuk
mengurangi nyeri neuropatik. Yang biasa digunakan adalah amitriptiline, klomipramine,
desipramine, doxepin, imipramine dan nortriptiline. Analgetika ajuvan selayaknya
dipergunakan jika klinisi mencurigai pasien reumatik mengalami depresi yang
menyebabkan nyerinya bertambah. Anti konvulsan seperti karbamasepin bermanfaat
untuk nyeri neuropatik. Gabapentin sangat bermanfaat untuk nyeri kronik seperti
fibromyalgia, related syndromes dan berbagai jenis nyeri neuropatik
Tindakan Operatif:
Operasi menjadi salah satu pilihan ketika berbagai usaha di atas tidak memberikan hasil
yang memuaskan atau dari awal sudah diprediksi bahwa operasai merupakan indikasi yang
paling tepat. Tindakan ini bisa bermanfaat untuk mengurangi nyeri dan penderitaan pasien
Pengobatan komplementer dan alternatif
Obat-obatan seperti jamu, obat gosok dan lain-lain serta cara pengobatan seperti pijat,
pengobat tradisional, akupuntur, prana dan lain-lain telah lama ada di Indonesia dan banyak
masyarakat yang mendapat manfaatnya. Kewaspadaan dari masyarakat perlu dijaga agar bisa
mengurangi risiko efek samping dari pengobatan ini misalnya jamu yang dipergunakan harus
diwaspadai mengandung bahan kimia obat (BKO) seperti steroid NSAIDs, yang ditandai dengan
efeknya yang immediate dan dramatis. Hal ini8 tentu saja akan menurunkan kredibilitas
masyarakat akan jamu dan herbal yang “asli” sehingga jamu/herbal asli tersebut tidak lagi
menjadi pilihan masyarakat sebagai alternative dari pengobatan medis.
Pustaka
1. James H, Newman SP, Non-pharmacologic pain management in Hocberg MC.Editor.in
Rheumatology. 5th
ed. Philadelphia. Elsevier.2011
2. Merskey, H., 1994 Classification of Chronic Pain. Description of Chronic Pain Syndromes and
Definitions of Pain Terms. International Association for The Study of Pain. Elsevier , New York
3. Kertia N: Kontroversi jenis nyeri pada penyakit reumatik. 2009
4. Winfield, 2001 Pain Management in Klippel,J.H., Crofford, L.J., Stone, J.H., Weyand, C.M (eds)
Primer on The Rheumatic Diseases 12th
ed, pp.573-578. Arthritis Foundation., Georgia
5. Isbagio, H., 2003 Penatalaksanaan nyeri sebagai model pendekatan interdisiplin pada pasien
geriatri dalam Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Nasional I PB PAPDI, 2003. Yogyakarta.
6. Indonesian Rheumatism Association., 2004 Panduan Pengelolaan Nyeri dan Inflamasi pada
Berbagai Penyakit Reumatik, Jakarta.
7. Tulaar, D, Y. 1999 Terapi Fisik Pada Penyakit Reumatik dalam Achmad, H., Widodo, M, A.,
Arsana, P, M. (ed:) Preceeding Reumatologi Menyongsong Millenium ke-3, Konferensi kerja VI
Ikatan Reumatologi Indonesia, Malang
8. Buckwalter, J.A., Ballard, W.T., 2001 Operative Treatment of Arthritis in Klippel,J.H., Crofford,
L.J., Stone, J.H., Weyand, C.M (eds) Primer on The Rheumatic Diseases 12th
ed, pp.613-623.
Arthritis Foundation., Georgia.
9. Isbagyo H, Setiyohadi B. Anamnesis dan pemeriksaan fisis penyakit muskuloskeletal. Dalam:
Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II
edisi 4. Jakarta. Pusat penerbitan Departement Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. 2006:1149-1156
10. Navarra SV, ARMS: Applied Rheumatology Made Simple, 2nd
edition. Manila. Arthritis Care and
Research Foundation of the Philippines. 2007
11. Robinson DB, Gabalawy HS. Evaluation of the patient. History and Physical examination. In:
Klippel JH, Stone JH, Crofford LJ, Ehite PH. Editors. Primer on the Rheumatic disease. 13th
ed.
New York. Springer Science. 2008:6-14
12. O’Dell MW, Lin CD, Panagos A, Fung NQ. The physiatric history and physical examination.
In:Braddom RL. Editor. In Physical medicine and rehabilitation. 3rd
ed. Philadelphia. Saunders
Elsevier. 2007:4-35
13. Imboden JB, Hellman DB, Stone JH. Current Rheumatology Diagnosis & Treatment, 3rd
Ed,
2013, Mc Graw Hill Education Lange Publications.
9. Isbagyo H, Setiyohadi B. Anamnesis dan pemeriksaan fisis penyakit muskuloskeletal. Dalam:
Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II
edisi 4. Jakarta. Pusat penerbitan Departement Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. 2006:1149-1156
10. Navarra SV, ARMS: Applied Rheumatology Made Simple, 2nd
edition. Manila. Arthritis Care and
Research Foundation of the Philippines. 2007
11. Robinson DB, Gabalawy HS. Evaluation of the patient. History and Physical examination. In:
Klippel JH, Stone JH, Crofford LJ, Ehite PH. Editors. Primer on the Rheumatic disease. 13th
ed.
New York. Springer Science. 2008:6-14
12. O’Dell MW, Lin CD, Panagos A, Fung NQ. The physiatric history and physical examination.
In:Braddom RL. Editor. In Physical medicine and rehabilitation. 3rd
ed. Philadelphia. Saunders
Elsevier. 2007:4-35
13. Imboden JB, Hellman DB, Stone JH. Current Rheumatology Diagnosis & Treatment, 3rd
Ed,
2013, Mc Graw Hill Education Lange Publications.

Contenu connexe

Tendances (20)

Emergency in orthopaedic
Emergency in orthopaedicEmergency in orthopaedic
Emergency in orthopaedic
 
Artritis gout
Artritis goutArtritis gout
Artritis gout
 
Dasar dasar nyeri akut, neuropatik dan kronik
Dasar dasar nyeri akut, neuropatik dan kronik Dasar dasar nyeri akut, neuropatik dan kronik
Dasar dasar nyeri akut, neuropatik dan kronik
 
Tatalaksana gangguan cemas
Tatalaksana gangguan cemasTatalaksana gangguan cemas
Tatalaksana gangguan cemas
 
Medula spinalis
Medula spinalisMedula spinalis
Medula spinalis
 
Psikofarmaka ppt antiansietas
Psikofarmaka ppt  antiansietas Psikofarmaka ppt  antiansietas
Psikofarmaka ppt antiansietas
 
Frozen shoulder
Frozen shoulderFrozen shoulder
Frozen shoulder
 
Ppt kti
Ppt ktiPpt kti
Ppt kti
 
Skizofrenia
Skizofrenia Skizofrenia
Skizofrenia
 
Konsep dasar PNF
Konsep dasar PNFKonsep dasar PNF
Konsep dasar PNF
 
Presentation Psikosis Akut
Presentation Psikosis AkutPresentation Psikosis Akut
Presentation Psikosis Akut
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
Kontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tensKontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tens
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Hidrokel nakal
Hidrokel nakalHidrokel nakal
Hidrokel nakal
 
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan NeurotikPerbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
 
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTassesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
 
Anestetik lokal
Anestetik lokalAnestetik lokal
Anestetik lokal
 
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
 
Apa itu nyeri, perinsip dasar nurs
Apa itu nyeri, perinsip dasar nursApa itu nyeri, perinsip dasar nurs
Apa itu nyeri, perinsip dasar nurs
 

En vedette

AML Country Risk 관련 국제기구 발표 정보 취합 보고서 by grc
AML Country Risk 관련 국제기구 발표 정보 취합 보고서 by grcAML Country Risk 관련 국제기구 발표 정보 취합 보고서 by grc
AML Country Risk 관련 국제기구 발표 정보 취합 보고서 by grcGeun Seob Song
 
Raw milk - - a weapon of mass nutrition
Raw milk - - a weapon of mass nutritionRaw milk - - a weapon of mass nutrition
Raw milk - - a weapon of mass nutritionelearah
 
Valavis Kvam Høgre 2011
Valavis Kvam Høgre 2011Valavis Kvam Høgre 2011
Valavis Kvam Høgre 2011kvamhogre
 
Promotorias de Justiça de Defesa dos Direitos das Pessoas Idosas
Promotorias de Justiça de Defesa dos Direitos das Pessoas IdosasPromotorias de Justiça de Defesa dos Direitos das Pessoas Idosas
Promotorias de Justiça de Defesa dos Direitos das Pessoas Idosasivone guedes borges
 
Design and optimizing of dosage regimen - pharmacology
Design and optimizing of dosage regimen - pharmacology Design and optimizing of dosage regimen - pharmacology
Design and optimizing of dosage regimen - pharmacology Areej Abu Hanieh
 

En vedette (7)

AML Country Risk 관련 국제기구 발표 정보 취합 보고서 by grc
AML Country Risk 관련 국제기구 발표 정보 취합 보고서 by grcAML Country Risk 관련 국제기구 발표 정보 취합 보고서 by grc
AML Country Risk 관련 국제기구 발표 정보 취합 보고서 by grc
 
Raw milk - - a weapon of mass nutrition
Raw milk - - a weapon of mass nutritionRaw milk - - a weapon of mass nutrition
Raw milk - - a weapon of mass nutrition
 
Valavis Kvam Høgre 2011
Valavis Kvam Høgre 2011Valavis Kvam Høgre 2011
Valavis Kvam Høgre 2011
 
Promotorias de Justiça de Defesa dos Direitos das Pessoas Idosas
Promotorias de Justiça de Defesa dos Direitos das Pessoas IdosasPromotorias de Justiça de Defesa dos Direitos das Pessoas Idosas
Promotorias de Justiça de Defesa dos Direitos das Pessoas Idosas
 
Test
TestTest
Test
 
apa dan bagaimana lupus ?
apa dan bagaimana lupus ?apa dan bagaimana lupus ?
apa dan bagaimana lupus ?
 
Design and optimizing of dosage regimen - pharmacology
Design and optimizing of dosage regimen - pharmacology Design and optimizing of dosage regimen - pharmacology
Design and optimizing of dosage regimen - pharmacology
 

Similaire à Chronic pain management

nyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaa
nyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaanyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaa
nyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaaklinikanugerah2021
 
Ppt atritis reumatoid pada lansia
Ppt atritis reumatoid pada lansiaPpt atritis reumatoid pada lansia
Ppt atritis reumatoid pada lansiaKANDA IZUL
 
ASKEP Gerontik.pptx
ASKEP Gerontik.pptxASKEP Gerontik.pptx
ASKEP Gerontik.pptxRidoniJoy
 
Pendekatan Klinis Nyeri Punggung Bawah.pptx
Pendekatan Klinis Nyeri Punggung Bawah.pptxPendekatan Klinis Nyeri Punggung Bawah.pptx
Pendekatan Klinis Nyeri Punggung Bawah.pptxalimadjid2
 
Kelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doa
Kelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doaKelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doa
Kelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doaMahasiswa
 
fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).pptfix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).pptcindyramadhan2
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1Mar Aqma
 
Askep lansia dg ra&terapi
Askep lansia dg ra&terapiAskep lansia dg ra&terapi
Askep lansia dg ra&terapipotterkumaidi
 
Definisi kenyamanan
Definisi kenyamananDefinisi kenyamanan
Definisi kenyamanantyasseptya
 
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11Fariz Fadhly
 
Laporan Pendahuluan Rheumatoid Arthritis
Laporan Pendahuluan Rheumatoid ArthritisLaporan Pendahuluan Rheumatoid Arthritis
Laporan Pendahuluan Rheumatoid ArthritisWidya Pratiwi
 

Similaire à Chronic pain management (20)

7 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-737 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-73
 
370504081-Lp-Rematik.docx
370504081-Lp-Rematik.docx370504081-Lp-Rematik.docx
370504081-Lp-Rematik.docx
 
nyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaa
nyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaanyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaa
nyeri sendi pada dewasa dan tatalaksanaa
 
Ppt atritis reumatoid pada lansia
Ppt atritis reumatoid pada lansiaPpt atritis reumatoid pada lansia
Ppt atritis reumatoid pada lansia
 
Rematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shbRematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shb
 
Osteoarthritis
OsteoarthritisOsteoarthritis
Osteoarthritis
 
ASKEP Gerontik.pptx
ASKEP Gerontik.pptxASKEP Gerontik.pptx
ASKEP Gerontik.pptx
 
Pendekatan Klinis Nyeri Punggung Bawah.pptx
Pendekatan Klinis Nyeri Punggung Bawah.pptxPendekatan Klinis Nyeri Punggung Bawah.pptx
Pendekatan Klinis Nyeri Punggung Bawah.pptx
 
Kelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doa
Kelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doaKelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doa
Kelompok 11 dr. atthariq muskulo jadi+doa
 
Askep low back pain
Askep low back painAskep low back pain
Askep low back pain
 
Catatan pbl 2
Catatan pbl 2Catatan pbl 2
Catatan pbl 2
 
fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).pptfix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Askep lansia dg ra&terapi
Askep lansia dg ra&terapiAskep lansia dg ra&terapi
Askep lansia dg ra&terapi
 
Definisi kenyamanan
Definisi kenyamananDefinisi kenyamanan
Definisi kenyamanan
 
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
 
Tatalaksana nyeri.pptx
Tatalaksana nyeri.pptxTatalaksana nyeri.pptx
Tatalaksana nyeri.pptx
 
Osteoatritis irahmal
Osteoatritis irahmalOsteoatritis irahmal
Osteoatritis irahmal
 
Laporan Pendahuluan Rheumatoid Arthritis
Laporan Pendahuluan Rheumatoid ArthritisLaporan Pendahuluan Rheumatoid Arthritis
Laporan Pendahuluan Rheumatoid Arthritis
 
Kenyamanan dalam asuhan keperawatan
Kenyamanan dalam asuhan keperawatanKenyamanan dalam asuhan keperawatan
Kenyamanan dalam asuhan keperawatan
 

Plus de Rachmat Gunadi Wachjudi

How do we use NSAIDs with patient safety in mind
How do we use NSAIDs with patient safety in mindHow do we use NSAIDs with patient safety in mind
How do we use NSAIDs with patient safety in mindRachmat Gunadi Wachjudi
 
Diagnostic approach to musculoskeletal pain
Diagnostic approach to musculoskeletal painDiagnostic approach to musculoskeletal pain
Diagnostic approach to musculoskeletal painRachmat Gunadi Wachjudi
 
Berkenalan dengan ragam penyakit Autoimun
Berkenalan dengan ragam penyakit AutoimunBerkenalan dengan ragam penyakit Autoimun
Berkenalan dengan ragam penyakit AutoimunRachmat Gunadi Wachjudi
 
Ten Principles in Osteoarthritis Management
Ten Principles in Osteoarthritis ManagementTen Principles in Osteoarthritis Management
Ten Principles in Osteoarthritis ManagementRachmat Gunadi Wachjudi
 
Penyuluhan Lupus untuk pasien dan keluarganya
Penyuluhan Lupus untuk pasien dan keluarganyaPenyuluhan Lupus untuk pasien dan keluarganya
Penyuluhan Lupus untuk pasien dan keluarganyaRachmat Gunadi Wachjudi
 
Komordibitas pada pasien dengan gout di poliklinik reumatologi (edit)
Komordibitas pada pasien dengan gout di poliklinik  reumatologi (edit)Komordibitas pada pasien dengan gout di poliklinik  reumatologi (edit)
Komordibitas pada pasien dengan gout di poliklinik reumatologi (edit)Rachmat Gunadi Wachjudi
 
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?Rachmat Gunadi Wachjudi
 
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus SistemikPenatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus SistemikRachmat Gunadi Wachjudi
 
Travel medicine for health profession student
Travel medicine for health profession studentTravel medicine for health profession student
Travel medicine for health profession studentRachmat Gunadi Wachjudi
 

Plus de Rachmat Gunadi Wachjudi (20)

How do we use NSAIDs with patient safety in mind
How do we use NSAIDs with patient safety in mindHow do we use NSAIDs with patient safety in mind
How do we use NSAIDs with patient safety in mind
 
Rheumatic autoimmne disease for laymen
Rheumatic autoimmne disease for laymenRheumatic autoimmne disease for laymen
Rheumatic autoimmne disease for laymen
 
Diagnostic approach to musculoskeletal pain
Diagnostic approach to musculoskeletal painDiagnostic approach to musculoskeletal pain
Diagnostic approach to musculoskeletal pain
 
Arthritis manifestation and management
Arthritis manifestation and managementArthritis manifestation and management
Arthritis manifestation and management
 
Vitamin D in health and disease
Vitamin D in health and diseaseVitamin D in health and disease
Vitamin D in health and disease
 
Mengenal ragam penyakit Autoimun
Mengenal ragam penyakit AutoimunMengenal ragam penyakit Autoimun
Mengenal ragam penyakit Autoimun
 
Berkenalan dengan ragam penyakit Autoimun
Berkenalan dengan ragam penyakit AutoimunBerkenalan dengan ragam penyakit Autoimun
Berkenalan dengan ragam penyakit Autoimun
 
Ten Principles in Osteoarthritis Management
Ten Principles in Osteoarthritis ManagementTen Principles in Osteoarthritis Management
Ten Principles in Osteoarthritis Management
 
Penyuluhan Lupus untuk pasien dan keluarganya
Penyuluhan Lupus untuk pasien dan keluarganyaPenyuluhan Lupus untuk pasien dan keluarganya
Penyuluhan Lupus untuk pasien dan keluarganya
 
Komordibitas pada pasien dengan gout di poliklinik reumatologi (edit)
Komordibitas pada pasien dengan gout di poliklinik  reumatologi (edit)Komordibitas pada pasien dengan gout di poliklinik  reumatologi (edit)
Komordibitas pada pasien dengan gout di poliklinik reumatologi (edit)
 
Quality of life of pateints with Lupus
Quality of life of pateints with LupusQuality of life of pateints with Lupus
Quality of life of pateints with Lupus
 
Adverse reaction and drug allergy
Adverse reaction and drug allergyAdverse reaction and drug allergy
Adverse reaction and drug allergy
 
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
 
Seribu wajah lupus
Seribu wajah lupus Seribu wajah lupus
Seribu wajah lupus
 
Rheumatic pain management
Rheumatic pain managementRheumatic pain management
Rheumatic pain management
 
Osteoarthritis Diagnosis and management
Osteoarthritis Diagnosis and managementOsteoarthritis Diagnosis and management
Osteoarthritis Diagnosis and management
 
Spektrum klinis artritis reumatoid
Spektrum klinis artritis reumatoidSpektrum klinis artritis reumatoid
Spektrum klinis artritis reumatoid
 
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus SistemikPenatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
 
Lupus overview for journalist
Lupus overview for journalistLupus overview for journalist
Lupus overview for journalist
 
Travel medicine for health profession student
Travel medicine for health profession studentTravel medicine for health profession student
Travel medicine for health profession student
 

Chronic pain management

  • 1. Penatalaksanaan nyeri kronik (dengan memperhatikan efikasi dan risiko) Rachmat Gunadi Wachjudi, Mira Amatullah Najla Divisi Reumatologi , Dep. Ilmu Penyakit Dalam RS Dr Hasan Sadikin Bandung Kasus nyeri dengan berbagai penyebab menempati 30% dari keseluruhan kasus kunjungan ke dokter di primary care. Dengan demikian seorang dokter seyogyanya melengkapi diri dengan kemampuan membedakan jenis-jenis penyebab nyeri, sehingga dapat menanganinya dengan cara yang tepat dan aman. Pengetahuan anatomi dan patogenesis serta keterampilan anamnesis serta pemeriksaan fisik dibutuhkan untuk melaksanakan tatalaksana optimal. Nyeri reumatik menempati urutan terbanyak (70%) dari berbagai nyeri kronik, dengan latar belakang inflamasi dan non-inflamasi Sekitar 60 % pasien reumatik datang dengan keluhan nyeri sedang sampai berat yang mengganggu.. Berdasarkan patofisiologinya, nyeri dibedakan menjadi beberapa jenis : 1. Nyeri nosiseptif Nyeri nosiseptif terjadi akibat stimulasi reseptor nyeri perifer yang terjadi selama proses inflamasi, injury atau kerusakan jaringan. Nyeri sendi inflamatif pada umumnya bersifat akut atau kronik residif. Contohnya adalah artritis septik, artritis gout, artritis reumatoid, lupus eritematosus sistemik, spondilitis ankilosa dan artritis reaktif. Nyeri inflamatif akibat penyakit reumatik ekstra artikuler juga memerlukan kecermatan khusus dalam menilainya misalnya tendinitis, bursitis, kapsulitis, myositis dan vaskulitis. 2. Nyeri neuropatik. Baik susunan saraf pusat maupun susunan saraf tepi berperan dalam proses terjadinya nyeri neuropatik yang bisa merupakan akibat dari suatu injury yang mengenai susunan saraf. Nyeri neuropatik pada penyakit reumatik bisa terjadi akibat iritasi sistem saraf yang disebabkan oleh proses penyakit reumatik tersebut. Misalnya terjadinya carpal tunnel syndrome pada artritis reumatoid dan iritasi saraf aferen pada osteoartritis facet joint di tulang belakang. 3. Nyeri psikogenik Nyeri jenis ini terjadi akibat gangguan psikologi. Contohnya adalah pada somatoform, somatization dan histeri. 4. Nyeri kronik dengan berbagai macam etiologi.
  • 2. Terjadinya nyeri jenis ini sangatlah rumit dan sulit dijelaskan. Contohnya adalah nyeri pada fibromyalgia dan myofascial pain syndrome. Nyeri jenis ini mempunyai dasar patofisiologi psikologik dan biologik. Berdasarkan onset dan durasinya, nyeri dapat digolongkan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik. Pada nyeri kronik proses patologik berlangsung lama dan umumnya menetap setelah terjadi penyembuhan penyakit atau trauma, intensitasnya lebih tumpul namun terasa terus menerus Mekanisme yang terlibat dalam nyeri artikular Nyeri yang bersifat akut akan menyebabkan rangsangan sistem saraf otonom, sehingga terjadi takikardia, peningkatan tekanan darah, kecemasan dan gangguan perilaku yang stereotipik seperti menggaruk, atau meringis. Nyeri yang menetap timbul karena kerusakan neuron afferent utama dan dari kondisi patologis sistem saraf pusat (SSP) pada batang otak, thalamus maupun kortek Nyeri ini tidak memiliki overaktivitas otonom, namun lebih menyebabkan hendaya fisik, kecemasan, depresi dan gangguan kepribadian. Penyakit seperti reumatoid artritis, osteoartritis, fraktur osteoporosis, gout kronis dan spondiloartritis menyebabkan nyeri berkepanjangan yang memiliki fase eksaserbasi akut karena gerakan, tekanan (hiperalgesia) bahkan sentuhan ringan atau perubahan suhu (allodynia). Penilaian Nyeri Nyeri adalah sesuatu yang dirasakan secara subjektif, karena ketika sesorang melaporkan nyeri, harus dibedakan dengan nyeri yang dilaporkan secara subjektif. Penilaian nyeri pada sendi secara khusus pada prinsipnya dapat dibagi atas 1. Artikular atau non artikular 2. Inflamasi atau noninflamasi 3. Akut atau kronis 4. Pola sendi yang terlibat 5. Tanda atau gejala sistemik 1. nyeri artikular dan nonartikular Gambaran klinis Artikular (pola kapsular) Nonartikular (pola bukan kapsular) Lingkup gerak sendi Terbatas kurang lebih sama pada semua gerakan Terbatas tapi tidak simetris (misalnya fleksi terbatas tapi ekstensi normal) Gerakan aktif/pasif Terbatas pada gerakan aktif kurang lebih sama dengan gerakan pasif Keterbatasan dalam gerakan aktif tidak sesuai dengan pada gerakan pasif Nyeri Nyeri atau stress pain (nyeri pada Nyeri atau stress pain hanya pada
  • 3. akhir gerakan) pada pemeriksaan lingkup gerak sendi ke segala arah beberapa gerakan. Nyeri tekan Pada sendi (joint line) Pada area sekitar sendi (periartikular) Waktu timbul rasa nyeri Pada saat sendi digerakkan ke segala arah Pada saat sendi dipalpasi Pada saat sendi digerakkan ke arah tertentu. Mungkin baru dirasakan setelah sendi selesai dipalpasi atau digerakkan Bengkak (jika ada) Menyeluruh (Difusse) Terbatas(Localized), pada area tertentu, seperti bursa atau sekitar tendon Test khusus (isometric resisted muscle testing) Negative atau positif terhadap semua test otot periartikular Positif terhadap 1 kelompok otot tertentu (tendonitis dan entesitis) Dapat positif terhadap lebih dari 1 kelompok otot periartikular (bursitis dan fibromialgia) tetapi tidak semua. 2. inflamasi dan noninflamasi Pemeriksaan Inflamasi artikular (artritis) Noninflamasi artikular (Osteoartritis) Inflamasi nonartikular (bursitis, tendonitis) Panas Ya, merata di seluruh sendi Tidak Kadang-kadang, tetapi terbatas pada struktur tertentu (tendon atau bursa) Bengkak Ya biasanya sendi bengkak menyeluruh (efusi) Tidak ada efusi sendi, tetapi mungkin terdapat pembesaran tulang Ya, tetapi bengkak terbatas pada struktur tertentu Kemerahan Jarang, jika ada seluruh sendi merah Tidak Jarang, bila ada terbatas pada struktur tertentu Nyeri tekan Ya, pada sendi (joint line) Ya, pada sendi (joint line) Ya, pada struktur tertentu 3. Akut atau kronis Tahap berikutnya menentukan apakah keadaan tersebut akut atau kronis. Dikatakan akut jika kurang dari 6 minggu sedangkan kronis jika lebih dari 6 minggu sejak timbulnya keluhan. Penyebab utama inflamasi akut pada sendi adalah artritis septik, trauma (hemartroses), dan artritis yang diinduksi kristal (seperti asam urat). Beberapa keadaan artritis kronik juga dapat menyebabkan inflamasi akut sendi (artritis reumatoid), tetapi keadaan tersebut baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan artritis akut. 4. Pola sendi yang terlibat.
  • 4. Apakah sendi yang terlibat simetris, meliputi sendi besar (bahu, panggul, lutut) atau sendi kecil (pergelangan tangan, MCP,PIP,DIP,MTP) serta berapa jumlah sendi yang terlibat akan membatu dalam pendekatan diagnosis suatu penyakit reumatik. Monoartikular jika melibatkan 1 sendi, oligoartikular melibatkan 2-4 sendi sedangkan poliartikular jika 5 atau lebih sendi terlibat. Apakah melibatkan tulang belakang atau sendi sakroiliaka dan sendi kostokondral, perlu mendapat perhatian. 5. Tanda atau gejala sistemik Penyakit reumatik Manifestasi ekstra-artikular yang sering ditemukan Artritis reumatoid Mata dan mulut kering, skleritis, nodul reumatoid, pleuritis Penyakit kolagen * Rambut rontok, tukak di mulut, mata dan mulut kering, eritema malar, fotosensitivitas, pleuritis, perikarditis, fenomena Raynaud’s, sklerodaktili, dismotilitas esophagus. Spondiloatropati seronegatif Psoriasis, kuku psoriatik, inflammatory bowel disease (IBD), konjuntivitis, uretritis, servisitis, Gout Tofus Fibromialgia Irritable bowel syndrome (IBS) Irritable bladder syndrome, depresi, parestesia Intensitas nyeri biasanya diukur dengan skala, dimana sudah ada beberapa yang dianggap valid dan bisa diandalkan dalam praktek klinis, ada pula skala nyeri yang telah disusun dan divalidasi, termasuk diantaranya AIMS (Arthritis Impact Measure Scale) dan McGill questionnaire. Nyeri pada Artritis Reumatoid, biasanya dimulai pada satu sendi atau di jaringan periartikular; gejala memburuk untuk beberapa jam hingga hingga beberapa hari dan biasanya berhubungan dengan swelling dan eritema. Lalu gejala mereda, tidak meninggalkan residual. Sementara pada fase intercritical biasanya asimptomatik. Nyeri pada gout dimulai dengan serangan akut nyeri berat dimana biasanya bersifat monoartikular dan berhubungan dengan beberapa gejala konstitusional. Kemudian serangan dapat bersifat poliartikular dan disertai demam. Durasi serangan bervariasi namun terbatas waktu. Seiring waktu, interval serangan memendek, durasi lebih lama dan akhirnya tak terselesaikan. Nyeri pada Osteoartritis, sangat khas dimana nyeri memburuk ketika beraktivitas dan mereda ketika diistirahatkan. Nyeri mulai dirasakan dalam beberapa menit setelah memulai aktivitas dan dapat bertahan selama beberapa jam setelah aktivitas dihentikan. Nyeri pada osteoartritis tidak berkorelasi langsung dengan kerusakan sendi yang tampak pada gambaran radiologis Nyeri pada Ankylosing Spondylitis, Nyeri AS berawal di regio gluteal, bersifat tumpul dan sulit ditentukan lokasinya, dan onsetnya tidak jelas. Nyeri bisa sangat berat pada tahap awal penyakit, lokasi di sendi sacroiliaka namun terkadang menjalar ke krista iliaka, atau trochanter
  • 5. mayor hingga dorsal femur. Nyeri dapat terpresipitasi bahkan oleh aktivitas ringan seperti batuk, bersin dan jika melakukan gerakan-gerakan yang tiba-tiba memutar punggung. Walaupun nyeri sering bersifat unilateral atau intermiten dalam beberpa bulan, biasanya menjadi persisten dan bilateral, lalu daerah bokong menjadi kaku dan nyeri. Nyeri ditandai dengan kaku dan nyeri pinggang yang lebih berat di pagi hari dan membuat penderita terbangun dari tidurnya menjelang dinihari. Dirasakan membaik jika dipanakan, melakukan latihan ataupun aktivitas fisik. JIka melibatkan vertebra thorakal, dapat menimbulkan gejala nyeri dada yang terinisiasi oleh batuk atau bersin, sehingga kadang-kadang diduga nyeri pleuritik. Pengelolaan Nyeri Terlebih dahulu harus cermat mengetahui apakah nyeri reumatik itu disebabkan oleh inflamasi atau noninflamasi. -Tujuan: Pengelolaan nyeri dalam bidang reumatologi bertujuan untuk mencapai kualitas hidup yang baik, bebas dari rasa nyeri dan bebas dari komplikasi lebih jauh akibat nyeri dengan cara tidak hanya menekan rasa nyerinya namun juga menghilangkan penyebabnya. -Pilar Pengelolaan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan nyeri dalam bidang reumatologi adalah : 1 1. Bedakan intensitas nyeri dari masing-masing penyakit. 2 2. Pastikan jenis nyeri yang terjadi 3 3. Pastikan lokasi dan sumber nyerinya (intra artikuler, periartikuler atau ekstra artikuler) 4. Cari apakah ada penyakit penyerta. 5. Tentukan apakah obat-obatan akan diberikan secara kontinyu atau episodik. -Edukasi. Penatalaksanaan penyakit reumatik merupakan suatu upaya jangka panjang yang memerlukan pengertian dan kerjasama antar dokter, penderita maupun keluarga. Edukasi menjadi bagian penting dalam pengelolaan nyeri akibat penyakit reumatik. Edukasi ini bisa meliputi pengetahuan tentang penyakit reumatik khususnya yang diderita oleh pasien tersebut, pantangan-pantangan baik aktifitas, makanan, pengaruh lingkungan dan juga sebaliknya hal-hal yang dianjurkan untuk mendukung kesembuhan pasien, cara minum obat yang benar, interaksi obat dan kesiapan mental pasien dan keluarganya untuk menjadikan nyeri sebagai teman hidupnya jika harus hidup dengan nyeri kronik residif yang sulit ditangani -Terapi Non Farmakologi Istirahat :
  • 6. Latihan : ∘ Latihan aktif :. ∘ Latihan penguatan (strenghtening) : ∘ Latihan ketahanan (endurance) ∘ Peregangan (stretching) : ∘ Terapi akuatik (air), ∘ Rekreasional Dengan modalitas : Physical treatment dengan modalitas pemanasan, kompres dingin, stimulasi elektrik bias diberkan pada pasien artritis. Modalitas suhu seperti paraffin, kompres panas maupun dingin. Shortwave diathermy (SWD), low laser therapy dapat meredakan nyeri dan mengurangi kekakuan di kaki, lutut dan tangan penderita RA serta lutut pada penderita OA genu. Terapi ortotik : Pasien Psikoterapi Penanganan farmakologis Dilakukan dengan assessment individual, dengan memperhitungkan derajat nyeri dan kondisi pasien itu sendiri, termasuk komorbid, rute pemberian pun harus diperhitungkan (topical, oral, injeksi). 1. Analgetik Analgetik dibedakan menjadi 2 golongan yaitu non-opioid dan opioid. 1.1 Analgetik non opioid Yang termasuk dalam golongan ini adalah acetaminophen, biasanya diberikan pada pasien dengan keluhan nyeri yang tidak terlalu berat. 1.2 Analgetik opioid Yang termasuk dalam golongan ini adalah tramadol, kodein, morfin. Penggunaan obat-obatan ini dilakukan secara IM atau IV, walau tramadol memiliki sediaan oral, obat-obat ini diindikasikan apabila nyeri yang dirasakan bersifat akut dan berat 2. Anti Inflamasi Sebagian besar nyeri yang terjadi pada pasien reumatik dikarenakan inflamasi, maka obat anti inflamasi sering diberikan 2.1 Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
  • 7. NSAIDs yang dipergunakan dari golongan COX-1 dan COX-2 selective. Penggunaan OAINS ini harus hati-hati, karena setiap OAINS berisiko menimbulkan gangguan gastrointestinalringan sampai berat. Disamping itu sesuai dengan “FDA warning” pada semua jenis OAINS baik konvensional maupun Cox-2 selective berdasarkan berbagai penelitian dan laporan kasus mengandung risiko gangguan liver, renal, kardiovaskular dan serebrovaskular. Pemilihan anti nyeri dengan penggunaan OAINS harus dikaji berdasarkan kondisi klinis pasien masing-masing, derajat nyeri, sumber nyeri, patofisiologi dasar nyeri yang dialami pasien, dan komorbiditas serta kemungkinan interaksi dengan obat yang sedang dipergunakan pasien ybs untuk gangguan kesehatan yang lain. Adalah sebuah keharusan bagi kita sebagai praktisi klinis untuk tetap mengikuti perkembangan terbaru mengenai efikasi dan risiko OAINS melaui berbagai media ilmiah; karena berbagai penelitia terus dilakukan dengan hasil dan kesimpulan yang kadang-kadang tidak masuk dalam perkiraan sebelumnya. 2.2 Kortikosteroid Terdapat 2 cara pemberian kortikosteroid, yaitu oral dan injeksi. Injeksi intra artikular, dengan dosis disesuaikan besarnya sendi diberikan hanya bila terjadi urgensi untuk mengatasi nyeri pada keadaan tertentu. Pada penyakit reumatik otoimun pemberian steroid dibutuhkan untuk mengendalikan inflamasi sistemik, sedangkan pada jenis reumatik lainnya seperti OA tidak diperlukan pemberian steroid sistemik. 3. Diseases Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD) Pemberian Diseases Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD) seperti klorokuin, hidroksi klorokuin, sulfasalasin, metotrexat, azathioprine, siklofosfamid, siklosporin, garam emas, leflunomide dan anti tumor necrosis factor (TNF) bertujuan menekan proses awal terjadinya inflamasi khususnya pada penyakit reumatik autoimun seperti artritis reumatoid. 4. Hyaluronan Injeksi hyaluronan intra artikuler dapat mengurangi proses inflamasi sendi. Ada bukti-bukti bahwa hyaluronan mempunyai aktifitas anti inflamasi selain sebagai lubrikan sendi. 5. Analgetik Ajuvan: Relaksan otot, Psikotropika dan Anti konvulsan Relaksan otot seperti tizanidine, esperison, karisprodol, siklobenzaprin, klorzoxazon, metaxolon, metokarbamol dan orpenedrin sitrat bermanfaat untuk nyeri nosiseptik
  • 8. yang disertai oleh spasme otot. Analgetika ajuvan (trisiklik antidepresan) efektif untuk mengurangi nyeri neuropatik. Yang biasa digunakan adalah amitriptiline, klomipramine, desipramine, doxepin, imipramine dan nortriptiline. Analgetika ajuvan selayaknya dipergunakan jika klinisi mencurigai pasien reumatik mengalami depresi yang menyebabkan nyerinya bertambah. Anti konvulsan seperti karbamasepin bermanfaat untuk nyeri neuropatik. Gabapentin sangat bermanfaat untuk nyeri kronik seperti fibromyalgia, related syndromes dan berbagai jenis nyeri neuropatik Tindakan Operatif: Operasi menjadi salah satu pilihan ketika berbagai usaha di atas tidak memberikan hasil yang memuaskan atau dari awal sudah diprediksi bahwa operasai merupakan indikasi yang paling tepat. Tindakan ini bisa bermanfaat untuk mengurangi nyeri dan penderitaan pasien Pengobatan komplementer dan alternatif Obat-obatan seperti jamu, obat gosok dan lain-lain serta cara pengobatan seperti pijat, pengobat tradisional, akupuntur, prana dan lain-lain telah lama ada di Indonesia dan banyak masyarakat yang mendapat manfaatnya. Kewaspadaan dari masyarakat perlu dijaga agar bisa mengurangi risiko efek samping dari pengobatan ini misalnya jamu yang dipergunakan harus diwaspadai mengandung bahan kimia obat (BKO) seperti steroid NSAIDs, yang ditandai dengan efeknya yang immediate dan dramatis. Hal ini8 tentu saja akan menurunkan kredibilitas masyarakat akan jamu dan herbal yang “asli” sehingga jamu/herbal asli tersebut tidak lagi menjadi pilihan masyarakat sebagai alternative dari pengobatan medis. Pustaka 1. James H, Newman SP, Non-pharmacologic pain management in Hocberg MC.Editor.in Rheumatology. 5th ed. Philadelphia. Elsevier.2011 2. Merskey, H., 1994 Classification of Chronic Pain. Description of Chronic Pain Syndromes and Definitions of Pain Terms. International Association for The Study of Pain. Elsevier , New York 3. Kertia N: Kontroversi jenis nyeri pada penyakit reumatik. 2009 4. Winfield, 2001 Pain Management in Klippel,J.H., Crofford, L.J., Stone, J.H., Weyand, C.M (eds) Primer on The Rheumatic Diseases 12th ed, pp.573-578. Arthritis Foundation., Georgia 5. Isbagio, H., 2003 Penatalaksanaan nyeri sebagai model pendekatan interdisiplin pada pasien geriatri dalam Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Nasional I PB PAPDI, 2003. Yogyakarta. 6. Indonesian Rheumatism Association., 2004 Panduan Pengelolaan Nyeri dan Inflamasi pada Berbagai Penyakit Reumatik, Jakarta. 7. Tulaar, D, Y. 1999 Terapi Fisik Pada Penyakit Reumatik dalam Achmad, H., Widodo, M, A., Arsana, P, M. (ed:) Preceeding Reumatologi Menyongsong Millenium ke-3, Konferensi kerja VI Ikatan Reumatologi Indonesia, Malang 8. Buckwalter, J.A., Ballard, W.T., 2001 Operative Treatment of Arthritis in Klippel,J.H., Crofford, L.J., Stone, J.H., Weyand, C.M (eds) Primer on The Rheumatic Diseases 12th ed, pp.613-623. Arthritis Foundation., Georgia.
  • 9. 9. Isbagyo H, Setiyohadi B. Anamnesis dan pemeriksaan fisis penyakit muskuloskeletal. Dalam: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II edisi 4. Jakarta. Pusat penerbitan Departement Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. 2006:1149-1156 10. Navarra SV, ARMS: Applied Rheumatology Made Simple, 2nd edition. Manila. Arthritis Care and Research Foundation of the Philippines. 2007 11. Robinson DB, Gabalawy HS. Evaluation of the patient. History and Physical examination. In: Klippel JH, Stone JH, Crofford LJ, Ehite PH. Editors. Primer on the Rheumatic disease. 13th ed. New York. Springer Science. 2008:6-14 12. O’Dell MW, Lin CD, Panagos A, Fung NQ. The physiatric history and physical examination. In:Braddom RL. Editor. In Physical medicine and rehabilitation. 3rd ed. Philadelphia. Saunders Elsevier. 2007:4-35 13. Imboden JB, Hellman DB, Stone JH. Current Rheumatology Diagnosis & Treatment, 3rd Ed, 2013, Mc Graw Hill Education Lange Publications.
  • 10. 9. Isbagyo H, Setiyohadi B. Anamnesis dan pemeriksaan fisis penyakit muskuloskeletal. Dalam: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II edisi 4. Jakarta. Pusat penerbitan Departement Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. 2006:1149-1156 10. Navarra SV, ARMS: Applied Rheumatology Made Simple, 2nd edition. Manila. Arthritis Care and Research Foundation of the Philippines. 2007 11. Robinson DB, Gabalawy HS. Evaluation of the patient. History and Physical examination. In: Klippel JH, Stone JH, Crofford LJ, Ehite PH. Editors. Primer on the Rheumatic disease. 13th ed. New York. Springer Science. 2008:6-14 12. O’Dell MW, Lin CD, Panagos A, Fung NQ. The physiatric history and physical examination. In:Braddom RL. Editor. In Physical medicine and rehabilitation. 3rd ed. Philadelphia. Saunders Elsevier. 2007:4-35 13. Imboden JB, Hellman DB, Stone JH. Current Rheumatology Diagnosis & Treatment, 3rd Ed, 2013, Mc Graw Hill Education Lange Publications.