SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  6
Polymyositis dan Dermatomyositis

                        Rachmat Gunadi Wachjudi
             Perhimpunan Reumatologi Indonesia Cabang Bandung

Polymyositis ditandai dengan peradangan dan degnerasi otot-otot. Dermatomyositis
adalah polymiositis yang disertai dengan peradangan kulit.

       Kerusakan otot dapat menyebabkan nyeri otot dan kesulitan mengangkat lengan
       keatas bahu, menaiki tangga, atau bangkit dari duduk.
       Biasanya dilakukan pemeriksaan enzim otot (CPK) dari serum, dan pemeriksaan
       elektrofisologik otot, magnetic resonance imaging (MRI) otot dan biopsy otot.
       Steroid merupakan bagian dari pengobatan utama penyakit ini.

Penyakit ini dapat menimbulkan kelemahan otot yang sangat mengganggu sehingga tak
dapat melakukan kegiatan sehari-hari, kelemahan otot ini lebih sering megenai bahu dan
panggul, namun dapat pula mengenai seluruh otot rangka secara simetris.

Polymyositis dan dermatomyositis paling sering dijumpai pada usia 40 – 60 tahun atau
pada anak usia 5 - 15 tahun. Wanita dua kali lebih sering terkena kedua penyakit tersebut
disbanding pria.pada orang dewasa penyakit ini dapat terjadi secar tersendiri atau dapat pula
merupakan bagian dari penyakit jaringan ikat laiunnya seperti misalnya MCTD.

Penyebab pasti kedua penyakit ini belum diketahui. Diduga ada peran dari infeksi viru
dalam mencetuskan proses autoimun. Keganasan dapat pula mencetuskan dermatomyositis
dan polymyositis. Hal imni mungkin disebabkan reaksi imun terhadap kanker menjadi
diarahkan terhadap jaringan otot.

Bagan Patogenesis Polymiositis dan Dermatomyositis
Manifestasi Klinis

Polymyositis:
Polymyositis pada kelompok usia dewasa mempunyai perjalanan klinis yang kurang lebih
serupa, sedangkan pada anak-anak lebih sering onsetnya akut. Manifestasi klinis dapat
dimulai selama atau setelah terjadinya suatu infeksi. Gejala yang umumnya ditemukan
berupa kelemahan otot-otot yang terjadi secara simetris pada gelang bahu, lengan atas,
panggul dan paha. Gejala lain yang dialami adalah nyeri sendi, dan otot-otot periartikular,
sulit menelan, demam, fatigue dan penurunan berat badan. Raynaud's syndrome lebih sering
dialami oleh pasien dermato-polimyositis yang bersamaan dengan penyakit jaringan ikat
lainnya

Kelemahan otot dapat timbul mendadak atau secara berangsur, dapat memburuk dalam
beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Karena lebih sering mengenai otot
proksimal, maka gangguan fungsi yang terjadi berupa menurunnya kemampuan
mengangkat beban, menaiki tangga dan bangkit dari duduk ke berdiri. Jika mengenai otot
leher, maka penederita akan mengalami kesulitan mengangkat kepala. Kelemahan bahu dan
hip menyebabkan pasien harus menggunakan kursi roda atau bahkan terbaring tak berdaya
di tempat tidur. Kerusakan otot di proksimal esophagus akan menyebabkan dysfagia dan
bahkan terjadi regugitasi makanan. Namun demikian, penyakit ini hampir tak pernah
mengenai otot-otot tangan, kaki dan wajah. Nyeri dan peradangan sendi terdapat pada 30%
penderita, yang biasanya berlangsung ringan.

Polymyositis jarang mengenai organ selain organ dalam kecuali larynx dan pharynx,.namun
demikian, walaupun jarang dapat pula mengenai jantung dan paru sehingga mengakibatkan
pendek nafas dan batuk

Dermatomyositis:
Pada dermatomyositis, gejalanya sama seperti polymyositis. Sebagai tambahan, akan
dijumpai pula rash yang timbulnya bersamaan dengan kelemahan otot atau gejala lainnya.
Rash berupa bercak merah gelap agak ungu (heliotrope rash) dapat mengenai wajah berupa
tonjolan merah keunguan sekitar mata , bisa bersisik, halus, atau menimbul, dapat terjadi di
bagian manapun dari tubuh, namun terutama pada MCP dan pinggiran tangan. Nail beds
menjadi kemerahan. Pada saat rash memudar, maka muncullah pigmentasi kecoklatan,
mengeriput, atau terjadi bercak-bercak depigmentasi.kulit. Diagnosis

Kriteria diagnosis polymyositis dan dermatomyositis:

       Muscle weakness at the shoulders or hips
       A characteristic rash
       Increased blood levels of certain muscle enzymes (especially creatine kinase) in the
       blood, indicating muscle damage
       Abnormalities in muscle electrical activity as measured by electromyography (see
       Symptoms and Diagnosis of Brain, Spinal Cord, and Nerve Disorders:
       Electromyography and Nerve Conduction Studies), or on appearance on a magnetic
       resonance imaging (MRI) scan
       Characteristic changes in muscle tissue obtained by biopsy and observed under a
       microscope (the most conclusive evidence)

Pemeriksaan laboratorium dapat menunjang diagnosis, namun tidak spesifik. Muscle
enzymes diperiksa secara serial dari darah untuk memonitor perjalanan penyakit. Kadarnya
akan menurun seiring perbaikan klinis dengan terapi yang efektif. Magnetic resonance
imaging (MRI)dapat menunjukkan daerah yang menaglami inflammasi dan dapat mebantu
kita untuk menentukan bagian mana yang layak diambil sampel biopsy..pemeriksaan PA
khusus harus dilakukan untuk menyingkirkan kelainan otot lainnya.

Heliotrope rash dan Gottron’s sign




Sebagai ilustrasi dibawah ini disampaikan perbandingan antara dermatomyositis,
polymiositis dan inclusion body myositis

Manifestasi         Deramatomyositis           Polymyositis         Inclusion bodyM’sitis

Age at onset     Children/adults         Adults (> 18 years)         Adults (> 80 years)
Sex              F=M                     F>M                         M>F
Ethnic group     All                     All, HLA restriction        Whites > blacks,
                                         according to race           ethnic clusters
Familial        No                       No                          Yes
association
Other disorders Neoplasm, CTD,           Autoimm. dis., viral        CTD, viral infections
                autoimm. dis.            infections




Main clinical         Cutaneous* and           Muscle weakness:    Muscle weakness:
manifestations        muscle weakness:         symmetrical prox.   symmetrical prox. legs >
                      symmetrical prox. legs   legs > arms neck    arms asymmetric
                      > arms neck flexors >    flexors > neck      prox./distal leg and arm
                      neck extensors,          extensors           muscle, wrist/fingers
                      myalgia                                      flexors ≥ deltoids
EMG                   Myopathic                Myopathic           Myopathic or
                                                                   neurogenic
Muscle enzymes        High or normal         High                  Normal or high
Muscle biopsy         Perifascicular atrophy Endomysial            Endomysial
infiltrates, capillary inflammatory cell    inflammatory cell
                      alterations non-       infiltrates          infiltrates surrounding
                      necrotic muscle fibers surrounding and      and invading non-
                                             invading             necrotic muscle fibers,
                                                                  vacuolated m. fibers
Response to       Yes                        Yes                  No
immunosuppression

       *Gottron's papules, heliotrope rash, and macular erythemas. F, female; M, male;
       HLA, human leukocyte antigen; CTD, connective tissue disease.




Prognosis
Dalam kurun 5 tahun hampir 50% pasien terutama anak-anak yang mendapatkan terapi
yang adequate, mengalami remisi yang panjang (bahkan perbaikan secara nyata.namun
demikian penyakit ini dapat kambuh di sebarang waktu. Pada anak-anak survival 5 tahun
setelah terdiagnosis sekitar 75%, bahkan lebih tinggi lagi. Mortalitas pada penderita jika
didapatkan kelemahan otot progresif dan berat, kesulitan menelan, undernutrition, aspiration
pneumonia, dan gagal nafas yang sering menyertai pneumonia. Polymyositis cenderung
lebih berat dan tidak berespon baik terhadap terapi, pada pasien dengan pelibatan paru dan
jantung. Pada pasien dengan komorbid keganasan, maka mortalitas biasanyaterkait
keganasannya bukan karena PM DM nya.

Terapi
Pada saat penyakit sedang aktif aktivitas sebaiknya agak dibatasi. Terapi medikamentosa
biasanya menggunakan steroid misalnya methyl prednisolon dengan dosis 0,8mg/kgBB/
hari peroral. Dosis sedemikian dipertahankan selama 12 minggu sambil memantau respon
terapi berupa penurunan kadar enzyme otot, lalu dilakukan tap off. Sebagian penderita
terpaksa harus diberikan steroid dosis rendahdalam waktu yang lama untuk mencegah
terjadinya relapspenggunaan steroid ini dapat berlangsung bertahun-tahun, bahkan mungkin
seumur hidup. Lain halnya dengan pasien anak, biasanya pemberian steroid paling lama
selama 1 tahun, lalu dapat dihentikan tanpa terjadi flare

Pada sebagian penderita ada kemungkinan steroid tidak efektif atau harus diberikan dalam
dosis yang tinggi, bahkan pada sebagian lagi mengalami gangguan dan kelemahan otot.
Pada pasien-pasien dseperti ini, biasa akan diberikan obat-obatan imunosupresif seperti .
methotrexate , azathioprine atau cyclosporine
Jika obat-obatan inipun tidak efektif, maka diberikan gamma globulin yang diberikan secara
 intravenous. Pada kasus polymyositis dermatomyositis yang refrakter dapat diberikan
 Biologic agent seperti rituximab, infliximab dan etanercept

 Pada polymyositis yang berkaitan dengan keganasan biasanya tidak memberikan respon
 baik terhadap steroid. Kondisinya akan membaik seiring dengan perbaikan pada
 keganasannya yang berespon terhadap terapi.

 Untuk mengantisipasi efek samping steroid dosis tinggi dan jangka panjang pada pasien PM
 DM, seperti ririko fraktur osteoporotik, maka harus dilakukan pemeriksaan BMD baseline,
 antisapasi peningkatan tekanan darah dan pemeriksaan profil lipid.




Referensi
         o Dalakas MC, Hohlfeld R. Polymyositis and dermatomyositis. Lancet.
           2003;362:971–982. [PubMed: 14511932]
         o Askanas V, Engel WK. Inclusion-body myositis and myopathies: Different
           etiologies, possibly similar pathogenic mechanisms. Curr Opin Neurol.
           2002;15:525–531. [PubMed: 12351995]
         o Hoogendijk JE, Amato AA, Lecky BR. et al. 119th ENMC International
           Workshop: Trial design in adult idiopathic inflammatory myopathies, with the
           exception of inclusion body myositis. Neuromuscul Disord. 2004;14:337–345.
           [PubMed: 15099594]
         o Santmyire-Rosenberger B, Dugan EM. Skin involvement in dermatomyositis.
           Curr Opin Rheumatol. 2003;15:714–722. [PubMed: 14569200]
         o Askanas V, Engel WK. Proposed pathogenetic cascade of inclusion-body
           myositis: Importance of amyloid-β, misfolded proteins, predisposing genes, and
           aging. Curr Opin Rheumatol. 2003;15:737–744. [PubMed: 14569203]
         o Shamin EA, Rider LG, Miller FW. Update on the genetics of the idiopathic
           inflammatory myopathies. Curr Opin Rheumatol. 2000;12:482–491. [PubMed:
           11092196]
         o Hak AE, de Paepe B, de Bleecker JL, Tak PP, de Viser M Dermatomyositis and
           Polymyositis: New Treatrment targets on the horizon. The Journal of Medicine,
           2011: 69,10; 410-419
         o

Contenu connexe

Tendances

Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
yudhasetya01
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
SK Sulistyaningrum
 
Penyakit kelenjer tiroid
Penyakit kelenjer tiroidPenyakit kelenjer tiroid
Penyakit kelenjer tiroid
fikri asyura
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Jafar Nyan
 
Dmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveDmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressive
Student
 
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi BesiAnemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi Besi
Imron Rosyadi
 
Guillain barre sindrom
Guillain barre sindromGuillain barre sindrom
Guillain barre sindrom
Fionna Pohan
 
Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitis
KANDA IZUL
 

Tendances (20)

Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Hipotiroidisme
HipotiroidismeHipotiroidisme
Hipotiroidisme
 
Frozen shoulder
Frozen shoulderFrozen shoulder
Frozen shoulder
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 
Panduan Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Klinis Ilmu Penyakit Dalam
Panduan Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Klinis Ilmu Penyakit DalamPanduan Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Klinis Ilmu Penyakit Dalam
Panduan Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Klinis Ilmu Penyakit Dalam
 
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
 
Fraktur tibia
Fraktur tibiaFraktur tibia
Fraktur tibia
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
 
Penyakit kelenjer tiroid
Penyakit kelenjer tiroidPenyakit kelenjer tiroid
Penyakit kelenjer tiroid
 
Proses penuaan
Proses penuaanProses penuaan
Proses penuaan
 
Keracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anakKeracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anak
 
Penyakit sistem musculoskeletal pasa
Penyakit sistem musculoskeletal pasaPenyakit sistem musculoskeletal pasa
Penyakit sistem musculoskeletal pasa
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Dmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveDmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressive
 
Bahan ekg
Bahan ekgBahan ekg
Bahan ekg
 
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi BesiAnemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi Besi
 
pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisikpemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik
 
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu HatiAspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
 
Guillain barre sindrom
Guillain barre sindromGuillain barre sindrom
Guillain barre sindrom
 
Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitis
 

En vedette (6)

Treatment of recurrent and resistant dermatomyositis and polymyositis in adults
Treatment of recurrent and resistant dermatomyositis and polymyositis in adultsTreatment of recurrent and resistant dermatomyositis and polymyositis in adults
Treatment of recurrent and resistant dermatomyositis and polymyositis in adults
 
Dermatomikosis
DermatomikosisDermatomikosis
Dermatomikosis
 
Polymyositis
PolymyositisPolymyositis
Polymyositis
 
Antiphospholipid Syndrome
Antiphospholipid SyndromeAntiphospholipid Syndrome
Antiphospholipid Syndrome
 
Polymyositis dermatomyositis and inclusion body myositis
Polymyositis dermatomyositis and inclusion body myositisPolymyositis dermatomyositis and inclusion body myositis
Polymyositis dermatomyositis and inclusion body myositis
 
Polymyositis Dermatomyositis
Polymyositis DermatomyositisPolymyositis Dermatomyositis
Polymyositis Dermatomyositis
 

Similaire à Polymyositis dan dermatomyositis

Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathyChronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Vertilia Desy
 
Rematoid artritis lansia
Rematoid artritis lansiaRematoid artritis lansia
Rematoid artritis lansia
heri damanik
 
Autoimunitas power point
Autoimunitas power pointAutoimunitas power point
Autoimunitas power point
tristyanto
 

Similaire à Polymyositis dan dermatomyositis (20)

ASKEP Gerontik.pptx
ASKEP Gerontik.pptxASKEP Gerontik.pptx
ASKEP Gerontik.pptx
 
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathyChronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
 
Artritis Reumatoid
Artritis ReumatoidArtritis Reumatoid
Artritis Reumatoid
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Myastenia Gravis
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Myastenia Gravis Asuhan Keperawatan Pasien dengan Myastenia Gravis
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Myastenia Gravis
 
7 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-737 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-73
 
Rematoid artritis lansia
Rematoid artritis lansiaRematoid artritis lansia
Rematoid artritis lansia
 
Askep sle
Askep sleAskep sle
Askep sle
 
Kelainan saraf tepi
Kelainan saraf tepiKelainan saraf tepi
Kelainan saraf tepi
 
Rehabilitasi Medik pada Polyomielitis.pptx
Rehabilitasi Medik pada Polyomielitis.pptxRehabilitasi Medik pada Polyomielitis.pptx
Rehabilitasi Medik pada Polyomielitis.pptx
 
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptxPPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
 
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITISLAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
 
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
 
ASKEP LUPUS
ASKEP LUPUSASKEP LUPUS
ASKEP LUPUS
 
Rematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shbRematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shb
 
Autoimunitas power point
Autoimunitas power pointAutoimunitas power point
Autoimunitas power point
 
Presentation1 Idk 2
Presentation1 Idk 2Presentation1 Idk 2
Presentation1 Idk 2
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
 
Catatan pbl 2
Catatan pbl 2Catatan pbl 2
Catatan pbl 2
 
PJBL SLE
PJBL SLEPJBL SLE
PJBL SLE
 
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Peradangan Muskuluskeletal
 

Plus de Rachmat Gunadi Wachjudi

Plus de Rachmat Gunadi Wachjudi (20)

How do we use NSAIDs with patient safety in mind
How do we use NSAIDs with patient safety in mindHow do we use NSAIDs with patient safety in mind
How do we use NSAIDs with patient safety in mind
 
Rheumatic autoimmne disease for laymen
Rheumatic autoimmne disease for laymenRheumatic autoimmne disease for laymen
Rheumatic autoimmne disease for laymen
 
Diagnostic approach to musculoskeletal pain
Diagnostic approach to musculoskeletal painDiagnostic approach to musculoskeletal pain
Diagnostic approach to musculoskeletal pain
 
Arthritis manifestation and management
Arthritis manifestation and managementArthritis manifestation and management
Arthritis manifestation and management
 
Vitamin D in health and disease
Vitamin D in health and diseaseVitamin D in health and disease
Vitamin D in health and disease
 
Mengenal ragam penyakit Autoimun
Mengenal ragam penyakit AutoimunMengenal ragam penyakit Autoimun
Mengenal ragam penyakit Autoimun
 
Berkenalan dengan ragam penyakit Autoimun
Berkenalan dengan ragam penyakit AutoimunBerkenalan dengan ragam penyakit Autoimun
Berkenalan dengan ragam penyakit Autoimun
 
apa dan bagaimana lupus ?
apa dan bagaimana lupus ?apa dan bagaimana lupus ?
apa dan bagaimana lupus ?
 
Ten Principles in Osteoarthritis Management
Ten Principles in Osteoarthritis ManagementTen Principles in Osteoarthritis Management
Ten Principles in Osteoarthritis Management
 
Penyuluhan Lupus untuk pasien dan keluarganya
Penyuluhan Lupus untuk pasien dan keluarganyaPenyuluhan Lupus untuk pasien dan keluarganya
Penyuluhan Lupus untuk pasien dan keluarganya
 
Komordibitas pada pasien dengan gout di poliklinik reumatologi (edit)
Komordibitas pada pasien dengan gout di poliklinik  reumatologi (edit)Komordibitas pada pasien dengan gout di poliklinik  reumatologi (edit)
Komordibitas pada pasien dengan gout di poliklinik reumatologi (edit)
 
Quality of life of pateints with Lupus
Quality of life of pateints with LupusQuality of life of pateints with Lupus
Quality of life of pateints with Lupus
 
Adverse reaction and drug allergy
Adverse reaction and drug allergyAdverse reaction and drug allergy
Adverse reaction and drug allergy
 
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
 
Seribu wajah lupus
Seribu wajah lupus Seribu wajah lupus
Seribu wajah lupus
 
Rheumatic pain management
Rheumatic pain managementRheumatic pain management
Rheumatic pain management
 
Osteoarthritis Diagnosis and management
Osteoarthritis Diagnosis and managementOsteoarthritis Diagnosis and management
Osteoarthritis Diagnosis and management
 
Spektrum klinis artritis reumatoid
Spektrum klinis artritis reumatoidSpektrum klinis artritis reumatoid
Spektrum klinis artritis reumatoid
 
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus SistemikPenatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
 
Lupus overview for journalist
Lupus overview for journalistLupus overview for journalist
Lupus overview for journalist
 

Dernier

399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 

Dernier (20)

PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 

Polymyositis dan dermatomyositis

  • 1. Polymyositis dan Dermatomyositis Rachmat Gunadi Wachjudi Perhimpunan Reumatologi Indonesia Cabang Bandung Polymyositis ditandai dengan peradangan dan degnerasi otot-otot. Dermatomyositis adalah polymiositis yang disertai dengan peradangan kulit. Kerusakan otot dapat menyebabkan nyeri otot dan kesulitan mengangkat lengan keatas bahu, menaiki tangga, atau bangkit dari duduk. Biasanya dilakukan pemeriksaan enzim otot (CPK) dari serum, dan pemeriksaan elektrofisologik otot, magnetic resonance imaging (MRI) otot dan biopsy otot. Steroid merupakan bagian dari pengobatan utama penyakit ini. Penyakit ini dapat menimbulkan kelemahan otot yang sangat mengganggu sehingga tak dapat melakukan kegiatan sehari-hari, kelemahan otot ini lebih sering megenai bahu dan panggul, namun dapat pula mengenai seluruh otot rangka secara simetris. Polymyositis dan dermatomyositis paling sering dijumpai pada usia 40 – 60 tahun atau pada anak usia 5 - 15 tahun. Wanita dua kali lebih sering terkena kedua penyakit tersebut disbanding pria.pada orang dewasa penyakit ini dapat terjadi secar tersendiri atau dapat pula merupakan bagian dari penyakit jaringan ikat laiunnya seperti misalnya MCTD. Penyebab pasti kedua penyakit ini belum diketahui. Diduga ada peran dari infeksi viru dalam mencetuskan proses autoimun. Keganasan dapat pula mencetuskan dermatomyositis dan polymyositis. Hal imni mungkin disebabkan reaksi imun terhadap kanker menjadi diarahkan terhadap jaringan otot. Bagan Patogenesis Polymiositis dan Dermatomyositis
  • 2. Manifestasi Klinis Polymyositis: Polymyositis pada kelompok usia dewasa mempunyai perjalanan klinis yang kurang lebih serupa, sedangkan pada anak-anak lebih sering onsetnya akut. Manifestasi klinis dapat dimulai selama atau setelah terjadinya suatu infeksi. Gejala yang umumnya ditemukan
  • 3. berupa kelemahan otot-otot yang terjadi secara simetris pada gelang bahu, lengan atas, panggul dan paha. Gejala lain yang dialami adalah nyeri sendi, dan otot-otot periartikular, sulit menelan, demam, fatigue dan penurunan berat badan. Raynaud's syndrome lebih sering dialami oleh pasien dermato-polimyositis yang bersamaan dengan penyakit jaringan ikat lainnya Kelemahan otot dapat timbul mendadak atau secara berangsur, dapat memburuk dalam beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Karena lebih sering mengenai otot proksimal, maka gangguan fungsi yang terjadi berupa menurunnya kemampuan mengangkat beban, menaiki tangga dan bangkit dari duduk ke berdiri. Jika mengenai otot leher, maka penederita akan mengalami kesulitan mengangkat kepala. Kelemahan bahu dan hip menyebabkan pasien harus menggunakan kursi roda atau bahkan terbaring tak berdaya di tempat tidur. Kerusakan otot di proksimal esophagus akan menyebabkan dysfagia dan bahkan terjadi regugitasi makanan. Namun demikian, penyakit ini hampir tak pernah mengenai otot-otot tangan, kaki dan wajah. Nyeri dan peradangan sendi terdapat pada 30% penderita, yang biasanya berlangsung ringan. Polymyositis jarang mengenai organ selain organ dalam kecuali larynx dan pharynx,.namun demikian, walaupun jarang dapat pula mengenai jantung dan paru sehingga mengakibatkan pendek nafas dan batuk Dermatomyositis: Pada dermatomyositis, gejalanya sama seperti polymyositis. Sebagai tambahan, akan dijumpai pula rash yang timbulnya bersamaan dengan kelemahan otot atau gejala lainnya. Rash berupa bercak merah gelap agak ungu (heliotrope rash) dapat mengenai wajah berupa tonjolan merah keunguan sekitar mata , bisa bersisik, halus, atau menimbul, dapat terjadi di bagian manapun dari tubuh, namun terutama pada MCP dan pinggiran tangan. Nail beds menjadi kemerahan. Pada saat rash memudar, maka muncullah pigmentasi kecoklatan, mengeriput, atau terjadi bercak-bercak depigmentasi.kulit. Diagnosis Kriteria diagnosis polymyositis dan dermatomyositis: Muscle weakness at the shoulders or hips A characteristic rash Increased blood levels of certain muscle enzymes (especially creatine kinase) in the blood, indicating muscle damage Abnormalities in muscle electrical activity as measured by electromyography (see Symptoms and Diagnosis of Brain, Spinal Cord, and Nerve Disorders: Electromyography and Nerve Conduction Studies), or on appearance on a magnetic resonance imaging (MRI) scan Characteristic changes in muscle tissue obtained by biopsy and observed under a microscope (the most conclusive evidence) Pemeriksaan laboratorium dapat menunjang diagnosis, namun tidak spesifik. Muscle
  • 4. enzymes diperiksa secara serial dari darah untuk memonitor perjalanan penyakit. Kadarnya akan menurun seiring perbaikan klinis dengan terapi yang efektif. Magnetic resonance imaging (MRI)dapat menunjukkan daerah yang menaglami inflammasi dan dapat mebantu kita untuk menentukan bagian mana yang layak diambil sampel biopsy..pemeriksaan PA khusus harus dilakukan untuk menyingkirkan kelainan otot lainnya. Heliotrope rash dan Gottron’s sign Sebagai ilustrasi dibawah ini disampaikan perbandingan antara dermatomyositis, polymiositis dan inclusion body myositis Manifestasi Deramatomyositis Polymyositis Inclusion bodyM’sitis Age at onset Children/adults Adults (> 18 years) Adults (> 80 years) Sex F=M F>M M>F Ethnic group All All, HLA restriction Whites > blacks, according to race ethnic clusters Familial No No Yes association Other disorders Neoplasm, CTD, Autoimm. dis., viral CTD, viral infections autoimm. dis. infections Main clinical Cutaneous* and Muscle weakness: Muscle weakness: manifestations muscle weakness: symmetrical prox. symmetrical prox. legs > symmetrical prox. legs legs > arms neck arms asymmetric > arms neck flexors > flexors > neck prox./distal leg and arm neck extensors, extensors muscle, wrist/fingers myalgia flexors ≥ deltoids EMG Myopathic Myopathic Myopathic or neurogenic Muscle enzymes High or normal High Normal or high Muscle biopsy Perifascicular atrophy Endomysial Endomysial
  • 5. infiltrates, capillary inflammatory cell inflammatory cell alterations non- infiltrates infiltrates surrounding necrotic muscle fibers surrounding and and invading non- invading necrotic muscle fibers, vacuolated m. fibers Response to Yes Yes No immunosuppression *Gottron's papules, heliotrope rash, and macular erythemas. F, female; M, male; HLA, human leukocyte antigen; CTD, connective tissue disease. Prognosis Dalam kurun 5 tahun hampir 50% pasien terutama anak-anak yang mendapatkan terapi yang adequate, mengalami remisi yang panjang (bahkan perbaikan secara nyata.namun demikian penyakit ini dapat kambuh di sebarang waktu. Pada anak-anak survival 5 tahun setelah terdiagnosis sekitar 75%, bahkan lebih tinggi lagi. Mortalitas pada penderita jika didapatkan kelemahan otot progresif dan berat, kesulitan menelan, undernutrition, aspiration pneumonia, dan gagal nafas yang sering menyertai pneumonia. Polymyositis cenderung lebih berat dan tidak berespon baik terhadap terapi, pada pasien dengan pelibatan paru dan jantung. Pada pasien dengan komorbid keganasan, maka mortalitas biasanyaterkait keganasannya bukan karena PM DM nya. Terapi Pada saat penyakit sedang aktif aktivitas sebaiknya agak dibatasi. Terapi medikamentosa biasanya menggunakan steroid misalnya methyl prednisolon dengan dosis 0,8mg/kgBB/ hari peroral. Dosis sedemikian dipertahankan selama 12 minggu sambil memantau respon terapi berupa penurunan kadar enzyme otot, lalu dilakukan tap off. Sebagian penderita terpaksa harus diberikan steroid dosis rendahdalam waktu yang lama untuk mencegah terjadinya relapspenggunaan steroid ini dapat berlangsung bertahun-tahun, bahkan mungkin seumur hidup. Lain halnya dengan pasien anak, biasanya pemberian steroid paling lama selama 1 tahun, lalu dapat dihentikan tanpa terjadi flare Pada sebagian penderita ada kemungkinan steroid tidak efektif atau harus diberikan dalam dosis yang tinggi, bahkan pada sebagian lagi mengalami gangguan dan kelemahan otot. Pada pasien-pasien dseperti ini, biasa akan diberikan obat-obatan imunosupresif seperti . methotrexate , azathioprine atau cyclosporine
  • 6. Jika obat-obatan inipun tidak efektif, maka diberikan gamma globulin yang diberikan secara intravenous. Pada kasus polymyositis dermatomyositis yang refrakter dapat diberikan Biologic agent seperti rituximab, infliximab dan etanercept Pada polymyositis yang berkaitan dengan keganasan biasanya tidak memberikan respon baik terhadap steroid. Kondisinya akan membaik seiring dengan perbaikan pada keganasannya yang berespon terhadap terapi. Untuk mengantisipasi efek samping steroid dosis tinggi dan jangka panjang pada pasien PM DM, seperti ririko fraktur osteoporotik, maka harus dilakukan pemeriksaan BMD baseline, antisapasi peningkatan tekanan darah dan pemeriksaan profil lipid. Referensi o Dalakas MC, Hohlfeld R. Polymyositis and dermatomyositis. Lancet. 2003;362:971–982. [PubMed: 14511932] o Askanas V, Engel WK. Inclusion-body myositis and myopathies: Different etiologies, possibly similar pathogenic mechanisms. Curr Opin Neurol. 2002;15:525–531. [PubMed: 12351995] o Hoogendijk JE, Amato AA, Lecky BR. et al. 119th ENMC International Workshop: Trial design in adult idiopathic inflammatory myopathies, with the exception of inclusion body myositis. Neuromuscul Disord. 2004;14:337–345. [PubMed: 15099594] o Santmyire-Rosenberger B, Dugan EM. Skin involvement in dermatomyositis. Curr Opin Rheumatol. 2003;15:714–722. [PubMed: 14569200] o Askanas V, Engel WK. Proposed pathogenetic cascade of inclusion-body myositis: Importance of amyloid-β, misfolded proteins, predisposing genes, and aging. Curr Opin Rheumatol. 2003;15:737–744. [PubMed: 14569203] o Shamin EA, Rider LG, Miller FW. Update on the genetics of the idiopathic inflammatory myopathies. Curr Opin Rheumatol. 2000;12:482–491. [PubMed: 11092196] o Hak AE, de Paepe B, de Bleecker JL, Tak PP, de Viser M Dermatomyositis and Polymyositis: New Treatrment targets on the horizon. The Journal of Medicine, 2011: 69,10; 410-419 o