SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  77
1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari berbagai aspek tentang
tanah seperti pembentukan, klasifikasi, pemetaan, karakteristik tanah (fisik, kimia,
dan biologis), kesuburan tanah, serta tentang pemanfaatan dan pengelolaan tanah
agar mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomasa dan
produksi tanaman yang baik.
Tanah adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat penting.
Karakteristik fisik tanah berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
perakaran penopang tegak tumbuh tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan
udara.Tanah secara kimiawi berfungi sebagai penyuplai unsur hara dan unsurunsur esensial.Karakteristik secara biologi, tanah berfungsi sebagai habitat biota
yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat aditif bagi
tanaman.Praktikum Ilmu Tanah akan dilakukan pengamatan tentang pencandraan
bentang lahan, penyidikan profil tanah, sifat fisika dan kimia tanah, analisis lengas
dan pH tanah, serta menganalisis tentang struktur tanah.
Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor
pembentukan tanah dibedakan menjadi dua golongan yaitu, faktor pembentukan
tanah secara pasif dan aktif. Faktor pembentukan tanah secara pasif adalah
bagian-bagian yang menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi
massa yang meliputi bahan induk, topografi dan waktu atau umur. Faktor
pembentukan tanah secara aktif ialah faktor yang menghasilkan energi yang
bekerja pada massa tanah, yaitu iklim (hidrofer dan atmosfer) dan makhluk hidup
(biosfer).Pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor yang bekerjasama
dalam berbagai proses, baik reaksi fisik (disintegrasi) maupun kimia
(dekomposisi).
B. Tujuan Praktikum
Tujuan diadakannya praktikum Ilmu Tanah yaitu:
1. Mengidentifikasi kondisi lingkungan sebagai faktor pembentuk tanah
2. Mengenal dan mengetahui profil dan pedon tanah
1
2

3. Mengetahui sifat fisika dan kimia tanah
4. Mengetahui lengas dan pH tanah
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ilmu tanah acara identifikasi tanah dilaksanakan pada tiga
lokasi sebagai berikut:
1. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
a. Tanggal : 2 November 2013
b. Pukul

: 11.00 – 12.00 WIB

2. Jatikuwung
a. Tanggal : 2 November 2013
b. Waktu : 08.00 – 10.00 WIB
3. Jumantono
a. Tanggal : 2 November 2013
b. Pukul

: 13.00 – 15.00 WIB

4. Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
a. Tanggal : 22 – 23 November 2013
b. Waktu : 1) Tanggal 22 November 2013 pukul 13.00 – 20.00 WIB
2) Tanggal 23 November 2013 pukul 06.00 – 15.00 WIB
3

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Bentang Lahan
Bentang lahan ialah kenyataan kondisi di muka bumi yang dicirikan
dengan bentuk, perbedaan tinggi, tinggi tempat, kemiringan, dan kondisi
permukaanya. Bentang alam bisa datar, datar dengan relief mikro dan bisa juga
datar yang berbatu-batu. Sehingga tidak dapat diketahui secara pasti klasifikasi
tanahnya (Soil Survey Staff 2004).
Landscape secara umum memiliki makna yang hampir sama dengan istilah
bentang lahan yang merupakan hasil dari tektonisme dan vulkanisme berupa
hamparan permukaan bumi yang memiliki ketinggian yang beranekaragam.
Permukaan bumi yang tinggi lama-kelamaan mengalami pengikisan dan
sebaliknya beberapa bagian yang rendah akan bertambah tinggi akibat sedimentasi
yang berlangsung ribuan tahun lamanya. Bentang lahan dibedakan menjadi tiga
yaitu dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan (Mu’in 2004)
Dataran rendah merupakan bentang lahan yang memiliki ketinggian 0-200
meter dari permukaan laut, merupakan sedimen alluvial yang umumnya
terbentang di sepanjang pantai yang merupakan daerah persawahan dan tanaman
palawija. Dataran tinggi atau plateau yaitu bentang lahan yang datar tetapi ratarata berada lebih dari 200 meter dari permukaan laut. Dataran tinggi biasanya
sejuk sehingga sangat baik untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian sayursayuran dan perkebunan. Pegunungan adalah bentang alam yang ditandai oleh
gunung-gunung dan perbukitan. Pada daerah ini tidak banyak kita temui
bentangan yang data. Pegunungan relative subur sebab tanah vulkanis menutupi
permukaannya, sehingga cocok untuk pertanian sayuran dan palawija serta usaha
tanaman perkebunan (Mu’in 2004).
Tanah sebagai produk alami yang bersifat heterogen dan dinamik, ciri dan
perilaku tanah berbeda dari satu temat ke tempat lain dari waktu ke waktu. Ilmu
tanah memandang tanah dari dua konsep utama, yaitu pendekatan pedologi yang
merupakan hasil proses hancuran iklim terhadap bahan induk melalui prose bio-

4
4

fisik-kimia dan pendekatan edafologi yang merupakan habitat tumbuhan
(Arsyad 2006).
B. Ordo Tanah
Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian
tanah ini tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tetapi harus
sudah terjadi proses pembentukan tanah yang menghasilkan epipedon okhrik.
Pada Entisol mungkin juga ditemukan epipedon anthropik, horizon albik dan
agrik.akumulasi garam, besi oksida dan lain-lain mungkin ditemukan tapi pada
kedalaman lebih dari 1 meter (Utoyo 2011).
Entisol mempunyai kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral
sampai alkalin, KTKjuga bervariasi baik untuk horison A maupun C, mempunyai
nisbah C/N < 20% di mana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan
organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur
lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan
oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan
alamiah dari sisa bahan organik kurang daripada tanah yang lebih halus.
Meskipun tidak ada pencucian hara tanaman dan relatip subur, untuk
mendapatkan hasil tanaman yang tinggi biasanya membutuhkan pupuk N, P dan K
(Moeliono 2009).
Kata “Ent” berarti recent atau baru.Padanan dengan klasifikasi lama adalah
termasuk tanah Aluvial atau Regosol.Tanah jenis ini mempunyai sedikit atau
belum banyak perkembangan profilnya sehingga tanah masih muda, baru tingkat
permulaan dalam perkembangan tanah. Tidak ada horizon penciri lain kecuali
epipedon okrik atau albik. Tanah entisols terjadi pada bahan aluvium yang
muda.Kemungkinan ekuivalensinya adalah tanah aluvial, regosol, dan tanah glei
humus rendah.Kandungan unsur haranya banyak bergantung dari bahan induk
tadi, tetapi biasanya miskin akan hidrogen. Mengenai reaksi tanah adalah netral,
agak asam sampai asam.Tanah regosol vulkan ternyata lebih kaya dari tanah
regosol lainnya. Proses pembentukan tanah adalah bersifat alterasi lemah atau
tanpa pembentukan. Berhubung dengan keadaan tekstur dan strukturnya
demikian, maka tanah ini mempunyai permeabilitas, infiltrasi yang cepat sampai
5

sangat cepat, daya menahan air sangat rendah dan sangat pekat terhadap bahaya
erosi (Soul Survey Staff 2000).
Permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan bahan organik adalah
dibutuhkan dalam jumlah yang besar, kandungan unsur hara tidak seimbang
karena berasal dari alam, dan dekomposisinya. Laju dekomposisi bahan organik
ditentukan oleh faktor dakhil bahan organiknya sendiri dan faktor luar atau faktor
lingkungan (Notohadiprawiro 2000).
Vertisols ditandai dengan jumlah tinggi lempung memperluas (> 30%).
Dalam musim kemarau ini tanah menyusut dan meninggalkan retakan yang
mendalam yang luas, ini menyusut dan pembengkakan menghasilkan gerakan
tanah, masalah bagi struktur rumah. Lengket ketika basah keras ketika kering.
Relatif tinggi memproduksi tanah, terutama dengan penambahan bahan organik
dan manajemen yang baik. Dalam pengolahan tanahnya yang relatif cukup sulit,
maka harus diketahui keadaan kelengasan tanah paa lapisan permukaan yang
memungkinkan untuk dilakukan pengolahan tanah, karena sifat fisik tanah vertisol
yang jelas adalah konsistensi yang keras, sehingga untuk mengolah tanah tidak
dapat menggunakan cangkul. Penggunaan traktor dan lain-lain peralatan mekanik
memungkinkan untuk melakukan persiapan lahan baik untuk pembibitan maupun
penanaman (Utoyo 2007).
Tanah Vertisol dicirikan mempunyai rekahan yang membuka dan menutup
secara periodik. Sifat fisiknya yang konsisten keras, menjadikan tanah ini
termasuk berat untuk diolah. Tanah ini diperkirakan meliputi 2% dari daratan di
dunia (Sutanto 2002).
Tanah produktif dengan cakrawala argilik atau natric (lempung silikat atau
tanah liat silikat dengan akumulasi natrium lebih dari 15%). Sedang untuk kation
jumlah tinggi dasar. Lebih lapuk daripada Inseptisols tetapi kurang dari
Spodosols. Tanah ini cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas
tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat
kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik. pH-nya rata-rata mendekati netral.
Di seluruh dunia diperkirakan Alfisol penyebarannya meliputi 10% daratan
(Sutanto 2002).
6

Proses pelapukan adalah berubahnya bahan penyusun tanah dari bahan
pemyusun batuan. Sedangkan proses perkembangan tanah adalah terbentuknya
lapisan tanah yang menjadi ciri, sifat dan kemampuan khas masing-masing jenis
tanah. Proses pelapukan mengandung arti geologis destruktif dan proses
perkembangan tanah mengandung arti pedologis kreatif. Contoh proses pelapukan
adalah hancuran batuan secara fisik dan proses berubahnya felspat menjadi
lempung kimia. Contoh proses perkembangan tanah adalah terbentuknya horison
tanah, latosolisasi, podsolisasi, dan lainnya (Darmawijaya 2000).
Tanah alfisol cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas
tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat
kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik. pH-nya rata-rata mendekati netral.
Di seluruh dunia diperkirakan Alfisol penyebarannya meliputi 10% daratan
(Sutanto 2002).
C. Profil Tanah
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
tempat tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman
dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang
dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa porganik dan anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial seperti N, P,K,Ca, Mg, S, CU, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan lainlain), dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu
tumbuh, proteksi) bagi

tanaman, yang ketiganya secara integral mampu

menunjang produktifitas tanah untuk mengehasilkan biomassa dan produksi baik
tanaman

pangan,

obat-obatan,

industri

perkebunan,

maupun

kehutanan

(Hanafiah 2007).
Profil tanah atau penampang tanah digunakan untuk mempelajari sifat-sifat
morfologi tanah. Pembuatan profil tanah hendaknya dibuat pada tempat
representative dari seluruh cakupan wilayah yang dipelajari. Profil tanah dibuat
dengan cara menggali tanah ukuran tertentu dengan persyaratan lokasi tertentu
(Raharjo 2012).
7

Selain dari profil tanah, pengamatan tanah dapat dilakukan pada singkapan
tanah di pinggir jalan atau bekas galian tanah. Sebelum dilakukan pengamatan,
singkapan atau galian tanah yang telah lama perlu dilakukan penyegaran terlebih
dahulu dengan mengupas sekitar 10-25 cm pada permukaan penampang.
Pengamatan tanah harus dilakukan pada penampang tanah yang segar.
(Suwardi 2000).
Pengamatan yang teliti perlu dilakukan untuk meyakinkan bahwa lokasi
tersebut benar-benar alami. Ciri-ciri tanah yang sudah terganggu adalah sebagai
berikut:
1. Horisonisasi tanah sudah tidak teratur, lapisan gelap dan lapisan-lapisan
lainnya sudah terbalik-balik.
2. Ditemukan artefak seperti bongkahan arang, bekas pembakaran, ada bendabenda asing seperti: pecahan batu bata, pecahan kaca, pecahan genting, dan
sebagainya (Suwardi 2000).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya dari fraksi tanah halus.
Berdasar atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, liat maka tanah
dikelompokkan kedalam beberapa kelas tekstur. Dalam klasifikasi tanah tingkat
family kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam kelas sebaran besar butir yang
mencangkup seluruh tanah. Kelas besar butir merupakan penyederhanaan dari
kelas tekstur tanah tetapi dengan memperhatikan pula banyaknya fragmen batuan
atau fraksi tanah yang lebih besar dari pasir. Tanah-tanah bertekstur liat ukuran
butirannya lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas-luas permukaan
yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara
tinggi. Tanah yang bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah
bertekstur kasar (Hardjowigeno 2003).
D. Sifat Fisika Tanah
Berbagai kondisi sifat fisik tanah pada berbagai penggunaan lahan
menunjukkan hasil yang berbeda. Penggunaan lahan hutan mempunyai nilai
bahan organic dan permeabilitas tanah termasuk paling tinggi. Sedangkan kadar
air dan porositas termasuk sedang. Pada penggunaan lahan pemukiman
mempunyai nilai sifat fisik tanah yang sedang hingga rendah, dengan kelas
8

permeabilitas sedang. Pada lahan sawah nilai porositas tanah dan kerapatan tanah
paling tinggi. Sedang nilai kadar air dan permeabilitas tanah termasuk lambat
(Setyowati 2007).
Kadar bahan organik semakin ke bawah semakin sedikit karena proses
dekomposisi di lapisan bawah lebih lambat dibandingkan dengan permukaan
tanah atas. Aerasi tanah pada permukaan tanah lebih baik dibandingkan dengan
lapisan bawah juga mempengaruhi akan banyaknya kandungan organik.
Tingginya bahan organik di tiap permukaan tanah menyebabkan pori drainase
lebih cepat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan tanah mempunyai kadar
lempung yang tinggi (Herlambang 2000).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah
merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah
dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan
berdasarkan presentase kandungan pasir, debu dan liat (Hardjowigeno 2003).
E. Sifat Kimia Tanah
Perilaku kimiawi tanah didefinisikan sebagai keseluruhan reaksi fisikakimia yang berlangsung antar-penyusun tanah serta antara penyusun tanah dan
bahan yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk atau pun pembenah
tanah lainnya. Factor kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang berlangsung
dalam tanah mempunyai kisaran sangat lebar, yakni antara sangat singkat yang
diperhitungkan dengan menit sampai luar biasa lama yang diperhitungkan dengan
abad. Pada umumnya reaksi-reaksi yang terjadi dalam tanah diimbas oleh
tindakan factor lingkungan tertentu (Sutanto 2002).
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini
dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun
biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah
C-Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen
abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Kandungan bahan organik dalam
bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2%, agar
kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun karena waktu akibat proses
9

dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan
organik mutlak harus diberikan setiap tahun (Supriyono 2009).
Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK
(Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian
bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang
dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah.
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah
dengan

kandungan

bahan

organik

rendah

atau

tanah-tanah

berpasir

(Hardjowigeno 2003).
F. Analisis Lengas Tanah
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh
berbagai kakas (matrik,osmosis, dan kapiler). Kakas ini meningkat sejalan dengan
peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektrostatik zarah
tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan beberapa banyak air yang dapat
diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap
dinamakan air ketersediaan (Notohadiprabowo 2006).
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air (moisture) yang
terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat
berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah,
secara umum dikenal 3 jenis, yaitu lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam
bentuk campuran gas (uap air) dan cairan, air tanah (soil water) yaitu air dalam
bentuk cair dalam tanah sampai lapisan kedap air, dan air tanah dalam (ground
water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada di tanah bagian dalam
(Yani 2007).
koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi
ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari jenuh atau
retensi maksimum dan kapasitas lapang. Jenuh atau retensi maksimum yaitu
kondisi dimana seluruh ruang pori-pori tanah teris oleh air. Kapasitas lapang
adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis
10

sehingga tegangan antara air udara meningkat hingga lebih besar dari gaya
gravitasi. (Hanafiah 2007).
Jumlah air tanah yang bermanfaat untuk tanaman mempunyai batas – bata
tertentu. Seperti pada kekurangan air, kelebihan air dapat merupakan kesukaran.
Air yang kelebihan itu tidaklah beracun, akan tetapi kekurangan udara pada tanah
– tanah yang tergenanglah yang menyebabkan kerusakan. Tanaman dapat ditanam
dengan memuaskan dalam larutan air bila aerasi diberikan dengan baik. Dalam
kaitanya dengan daya penyimpanan air, tanah pasiran mempunyai daya pengikat
terhadap lengas tanah yang relative rendah karena permukaan kontak antara tanah
pasiran ini didominasi oleh pori – pori mikro satu. Oleh karena itu, air yang jatuh
ketanah pasiran akan segera mengalami perkolasi dan air kapiler akan mudah
lepas karena evaporasi (Mukhid 2010).
G. Analisis pH Tanah
Reaksi tanah adalah derajat kesaman tanah yang terdapat di larutan tanah.
Tinggi rendahnya reaksi tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah.
Selain itu, kedaan musim, tindakan cocok tanam, tempat pengambilan contoh, dan
cara pengukuran tanah akan mempengaruhi nilai pH tanah. Cara penetapan pH
tanah, antara lain dengan cara kalorimeter yaitu menggunakan indikator pH dan
H2O atau KCl 1 Nsebagai larutan dan dengan cara elektrometer artinya dengan
menggunakan alat pH dengan anoda dan katoda dicelupkan ke dalam larutan
(Ahmat 2006).
pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara
konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam
larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam,
sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka
suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan dan
produksi tanaman makanan ternak, bahkan berpengaruh pula pada kualitas hijauan
makanan ternak. PH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman
makanana ternak adalah antara 5,6-6,0. Pada tanah pH lebih rendah komponen
teknologi sinergis yang lain justru mampu meningkatkan hasil gabah
(Pramono 2005).
11

H. Analisis Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat
melekatnya butir-butir satu dengan yang lain. Satu struktur tanah disebut ped
(terbentuk karena proses alami) tanpa adanya campur tangan manusia. Salah satu
contoh struktur tanah yang ada adalah tanah granular (Nugroho, 2009). Struktur
tanah didefinisikan sebagai susunan saling mengikat partikel-partikel tanah. Ikatan
pertikel itu berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya. Agregat
tanah itu dinamakan pedon (Darmawijaya 2001).
Komponen-komponen tanah yang mengikat fraksi pasir dan debu
membentuk struktur yang tersusun adalah liat, bahan organic, dan seskuioksida.
Bila ikatan antara partikel-partikel tanah lemah, tenaga mekanik akan mudah
menceraiberaikan partikelp-artikel tanah dan akibatnya pori-pori tanah tertutup
dan kontinuitas pori-pori tanah terganggu (Wahyuni 2009).
Struktur lempeng mempunyai ketebalan kurang dari 1 mm sampai lebih
dari 10 mm. prisma dan tiang antara kurang dari 10 mm sampai lebih dari 100
mm. Gumpal antara kurang dari 100 mm sampai lebih dari 50 mm. granuler
kurang dari 5mm sampai lebih dari 50 mm. granuler kurang dari 1 mm sampai
lebih dari 10 mm. remah kurang dari 1 mm sampai lebih dari 5mm
(Hardjowigeno 2007).
12

III.

ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

A. Pencandraan Bentang Lahan
1. Alat
a. GPS
b. Klinometer
c. Altimeter
2. Bahan
Lahan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
3. Cara Kerja
a. Mengamati bentuk wilayah dan cuaca.
b. Menentukan posisi titik pengamatan pedon atau profil dengan GPS.
c. Mengukur ketinggian tempat dengan altimeter.
d. Mengukur kemirigan lereng lahan dengan klinometer.
e. Mengamati fisiografi lahan, tutupan lahan dan vegetasi.
f. Mengamati ada tidaknya genangan, potensi banjir dan erosi.
g. Mengamati ada tidaknya batuan di permukaan lahan.
B. Penyidikan Profil Tanah
1. Alat
a. Cangkul
b. Meteran (150 cm)
c. Tali raffia
d. Pisau Belati
2. Bahan
Profil tanah di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
3. Cara Kerja
a. Membuat irisan tegak pada tanah.
b. Membedakan horizon-horizon atau lapisan-lapisan yang terlihat.
c. Mengukur kedalaman atau ketebalan horizon atau lapisan.

13
13

d. Menentukan batas horizon atau lapisan dengan cara mengamati perbedaan
warna irisan tanah tersebut atau memukul-mukul tanah dengan gagang pisau
belati.
e. Mengamati perakaran yang terlihat pada setiap horizon atau lapisan.
f. Mengamati perbedaan pada tiap horizon atau lapisan.
C. Sifat Fisika Tanah
1. Alat
a. Lup
b. Kertas saring
c. MSCC
d. Penetrometer
2. Bahan
a. Tanah pada profil yang diamati
b. Air
3. Cara kerja
a. Tekstur tanah
1) Mengambil sempel tanah di setiap lapisan
2) Membasahi tanah dengan air lalu pijit-pijit dengan jari
3) Menentukan bagaimana tekstur tanah
b. Struktur tanah
1) Mengambil sample masing-masing lapisan
2) Mengamati tanah dengan lup
3) Mengamati ukuran dan derajat struktur tanah dengan cara dipijit-pijit
4) Menentukan struktur, ukuran dan derajat tanah.
c. Konsistensi tanah
1) Memeras, memijit dan atau memirit tanah dalam keadaan sebenarnya di
lapangan.
2) Mengidentifikasi tingkat konsistensi tanah
d. Ketahanan penetrasi
1) Cincin geser pembaca ditarik ke belakang sampai angka nol
14

2) Penetrometer ditusukkan ke dalam tanah secara tegak lurus bidang yang
sudah disingkap hingga ujung penetrometer masuk sedalam tanda batas
3) Penetrometer dicabut tanpa menyentuh cincin geser pembaca yang
terdorong ke depan.
e. Warna tanah
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan tanah
2) Menentukan warna tanah dengan mencocokkan sampel pada buku
“Munsell Soil Colour Chart”
D. Sifat Kimia Tanah
1. Alat
a. Pipet
b. Flakon
c. Tisu
d. Karton Marga
e. Spidol
f. pH stick
2. Bahan
a. Profil tanah pada lahanyang diamati
b. HCl 1,2 N
c. KCNS 10%
d. K4Fe(CN)6 0,5%
e. H2O
f. KCL 1 N
g. H2O2
h. HCl 10%
3. Cara Kerja
a. Aerasi dan drainase tanah
1) Mengambil bongkahan kecil dari masing-masing sample pada horizon.
2) Memberikan larutan HCL 1,2 N pada 2 bongkah tanah disetiap lapisan
yang diletakkan di atas tisu 3-5 tetes
15

3) Melipat kertas saring dan ditekan hingga cairan dalam bongkah tanah
terperas oleh tisu.
4) 3 bongkah ditetesi larutan KCNS 10% 3-5 tetes, dan 3 bongkah ditetesi
larutan K4Fe(CN)6 0,5% 3-5 tetes.
5) Masing-masing ditekan dengan jari yang berbeda.
6) Mengamati perubahan yang terjadi dan mengidentifikasi reaksi reduksi
dan oksidasi.
b. Reaksi tanah
1) Mengambil bongkahan kecil dari masing-masing sample pada horizon
dan memasukkan pada flakon. 2 bongkah tanah setiap horizon.
2) Bagian pertama ditambah H2O dan bagian kedua ditambah KCl lalu
dikocok.
3) Mengamati pH masing-masing sampel dengan pH stick dan mencatat
hasilnya pada tabel.
c. Bahan organik tanah
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan tanah
2) Menambahkan beberapa tetes H2O 10%
3) Mengamati reaksi perubahan yang terjadi
d. Kadar kapur dalam tanah
1) Mengambil sedikit bongkahan tanah dari masing-masing lapisan tanah
dan diletakkan diatas tisu.
2) Menambahkan beberapa tetes HCL 10%
E. Analisis Lengas Tanah
1. Lengas Tanah Kering Angin
a. Alat
1) Botol timbang
2) Oven
3) Eksikator
4) Penimbang
b. Bahan
1) Bongkahan
16

2) Contoh tanah kering angina (ctka) Ø 0,5 mm dan Ø 2 mm
c. Cara Kerja
1) Botol penimbang dan tutupnya ke dalam oven selama 30 menit,
kemudian mendinginkannya ke dalam eksikator dan menimbang botol
penimbang dengan tutupnya (a g)
2) Memasukkan ctka kurang lebih ⅔ tinggi botol penimbang lalu
menimbangnya (b g) dengan masing-masing ctka dilakukan 2 kali
pengulagan
3) Memasukkan ke dalam oven dengan keadaan terbuka bersuhu 105oC
selama 4 jam.
4) Mendinginkan botol penimbang dan isinya pada eksikator dalam keadaan
tertutup, kemudian melakukan penimbangan setelah dingin.
5) Melakukan penghitungan kadar lengas tanah
-

x 100%

Nilai c-a adalah berat contoh tanah kering mutlak (ctkm)
2. Kapasitas Lapangan
a. Alat
1) Botol semprong
2) Kain kasa
3) Statif
4) Gelas piala
b. Bahan
Ctka Ø 2 mm
c. Cara Kerja
1) Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol dengan kain kasa
2) Memasukkan ctka ke dalam botol semprong dengan bagian yang tertutup
kain kassa sebagai dasarnya
3) Memasang botol semprong pada statif dan diatur seperlunya
4) Merendam selama kurang lebih 48 jam
5) Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes sampai tetes terakhir
17

6) Mengambil contoh tanahnya yang berada pada ⅓ bagian tengah
semprong
7) Mengukur kadar lengas sebanyak dua kali
3. Lengas Maksimum
a. Alat
1) Cawan tembaga yang dasarnya berlubang
2) Mortar porselen
3) Saringan Ø 2mm
4) Timbangan analitik
5) Spatel
6) Oven
7) Eksikator
8) Gelas arloji
9) Kertas saring
10) petridish
b. Bahan
1) Ctka Ø 2mm
2) Aquades
c. Cara Kerja
1) Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya menjadi Ø2mm
2) Mengambil cawan berlubang yang dasarnya diberi kertas sading yang
sudah dibasahi
3) Menimbang dengan gelas arloji sebagai alasnya (a g)
4) Memasukkan ctka yang telah digerus dalam cawan tembaga kurang lebih
⅓ nya lalu diketuk-ketukkan, menambahkan lagi ctka sampai ⅔ lalu
diketuk-ketukkan lagi kemudian menambahkan lagi ctka sampai penuh,
mengetuknya lagi dan meratakannya
5) Memasukkan cawan tersebut ke dalam perendam kemudian diisi air
sampai permukaan air mencapai kurang lebih
perendaman 12 jam

tinggi dinding cawan,
18

6) Mengangkat cawan dan membersihkan sisi luarnya lalu meratakan tanah
setinggi cawan dengan diperes secara hati-hati dan menimbangnya
dengan diberi alas gels arloji (b g)
7) Memasukkan ke dalam oven bersuhu 105oC selama 4 jam, lubang
pembuangan air pada oven harus terbuka
8) Memasukkan ke dalam eksikator kemudian ditimbang dengan diberi
gelas arloji (c g)
9) Membuang tanah, membersihkan cawan dan kerta saring kemudian
menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji (d g)
10) Menghitung kadar lengasnya

4. Batas Berubah Warna
a. Alat
1) Botol timbang
2) Colet
3) Botol pemancar
4) Cawan penguap
5) Oven
6) Eksikator
7) Spatel
8) Lempeng kaca
9) Papan kayu
10) Timbangan analitik
b. Bahan
1) Ctka Ø 0,5 mm
2) Aquades
c. Cara Kerja
1) Membuat pasta tanah dengan cara mencampur ctka Ø 0,5 mm dengan air
pada cawan penguap
19

2) Meratakan pasta tanah pada kayu membentuk elips dengan ketinggian
pada bagian tengah kurang lebih 3 mm dan semakin ke tepi semakin tipis
3) Membiarkan selmalam dab setelah ada perbedaan warna diambil
tanahnya selebar 1 cm untuk analisis KL-nya
F. Analisis pH Tanah
1. Alat
a. Ctka Ø 0,5 cm 10 gram
b. Reagen H2O (pH actual), KCl (pH potesial), dan NaF (analisis alofan),
dengan perbandingan 1:2,5
2. Bahan
a. Flakon
b. Pengaduk kaca
c. pH meter
d. Timbangan
3. Cara Kerja
a. Menimbang ctka sebanyak 5 gram dan memasukkan ke dalam dua buah
flakon
b. Menambahkan aquades 12,5 cc untuk analisis pH H2O, 12,5 cc KCl untuk
pH KCl, dan 12,5 cc NaF untuk pH NaF
c. Mengaduk masing-masing hingga homogeny selama 5 menit
d. Mendiamkannya selama 30 menit
e. Mengukur masing-masing pH
G. Analisis Struktur Tanah
1. Bobot Volume
a. Alat
1) Cawan pemanas
2) Lampu Bunsen
3) Pipet ukur
4) Benang
5) Timbangan analitik
20

6) Thermometer
a. Bahan
1) Tanah bongkah asli (ring sampel)
2) Air
3) Lilin
b. Cara Kerja
1) Mengikat bongkah tanah dengan benang dan menimbangnya (a gr)
2) Mencairkan lilin samai suhu 60oC, kemudian mencelupkan tanah ke
dalam cairan lilin sampai terbungkus sempurna
3) Menimbang tanah berlilin (b gr)
4) Mengisi tabung ukur dengan aquades sampai volume tertentu (p cc)
5) Memasukkan tanah berlilin ke tabung ukur
6) Mencatat volume air setelah tanah dimasukkan (q cc)

2. Bobot Jenis
c. Alat
1) Piknometer
2) Thermometer
3) Timbangan analitik
4) Kawat pengaduk
5) Corong kaca
6) Tabel BJ
7) Tisu
d. Bahan
1) Ctka Ø 2 mm
2) Aquades
e. Cara Kerja
1) Mengambil piknometer kosong dan kering kemudian menimbang beserta
tutupnya (a gr)
21

2) Mengisi

piknometer

dengan

aquades

sampai

penuh

kemudian

menutupnya hingga ada aquades yang keluar dan mengeringkan aquades
yang menempel pada bagian luar piknometer dengan tisu dan
menimbangnya
3) Mengukur suhu dengan thermometer dan menentukan BJnya dengan
melihat table BJ sesuai suhu yang diukur
4) Membuang air dan membersihkannya hingga kering kemudian mengisi
piknometer dengan tanah 5 gr dan memasang tutupnya serta
menimbangnya (c gr)
5) Mengisi piknometer yang telah ditimbang dengan aquades hingga
separuh volume
6) Mengaduknya sampai tidak ada gelembung udara dan membiarkannya
semalam dalam keadaan piknometer tertutup sumbatnya
7) Membuang gelembungnya lalu mengisi piknometer dengan aquades
sampai penuh dan menimbangnya (d gr)
8) Mengukur suhu dengan thermometer dan menentukan BJnya sesuai table
(BJ2)

3. Porositas
22

IV. HASIL PENGAMATAN
A. Jumantono (Alfisol)
1. Pencandraan Bentang Lahan
Gambar 4.1.1 Foto Profil Tanah Jumantono

Lokasi

: Jumantono

Hari, Tanggal

: Sabtu, 2 November 2013

Pukul

: 13.00 s.d 15.00 WIB

Nomor Profil

: Pedon

Tinggi Tempat

: 190 mdpl

Arah Hadap

: Barat Laut

Surveyor

: Kelompok 50
Keterangan:
1. Jalan
2. Tanaman kacang dan jagung
3. Bangunan
4. Pedon (Kelompok 55)
5. Lahan singkong
6. Lahan mangga

Gambar 4.1.2 Denah Jumantono

23
23

Tabel 4.1.1 Deskripsi Lingkungan Jumantono
No.
Deskripsi
Keterangan
1. Cuaca
SU (Sunny)
2. Latitude
7o 37’ 49,6” LS
3. Longitude
110o 56’ 54,2” BT
4. Tinggi tempat
190 m dpl
5. Lereng
5.1 Arah
Barat laut
5.2 Panjang
22%
6. Fisiografi lahan
V (Vulkanik)
7. Genangan
7.1 Frekuensi
RA (Jarang)
7.2 Durasi genangan
EB (Ekstrrim singkat)
8. Tutupan lahan
G (Rumput), S (semak), (T) pohon
9. Geologi
QVL
10. Erosi
10.1 Tingkat erosi
S (Erosi permukaan)
10.2 Tingkat bahaya erosi R (Rendah)
11. Batuan permukaan
<0,1%
12. Vegetasi
Rumput (Cyperus sp) 30%, Mangga
(Mangivera indica)10%, Kelapa sawit
(Elaeis guineensis) 10%, Jati (Tectona
grandis) 5%, Rambutan (Nephelium
nappaceum) 10%, Semak 15%,
Singkong (Manihot utilissima) 5%,
Jagung (Zea mays) 10%, Kacang tanah
(Arachis hypogaea)5%
Sumber : Boardlist
24

2. Penyidikan Profil Tanah
Tabel 4.1.2 Deskripsi Umum Profil Tanah Alfisol
No
Deskripsi
Keterangan
1. Metode observasi
Small pit
2. Jeluk
3.1 Horizon A
0 cm – 28 cm
3.2 Horizon B1
28 cm – 48 cm
3.3 Horizon B2
48 cm – 75 cm
3.4 Horizon B3
75 cm – 85 cm
3. Horison
3.5 Batas
3.5.1 Horizon A
C Jelas (Clear)
3.5.2 Horizon B1
G Berangsur (Gradual)
3.5.3 Horizon B2
D Baur (Diffuse)
3.5.4 Horizon B3
3.6 Topografi
3.6.1 Horizon A
W Berombak (Wavy)
3.6.2 Horizon B1
W Berombak (Wavy)
3.6.3 Horizon B2
S (Smooth)
3.6.4 Horizon B3
4. Perakaran
4.1 Ukuran
4.1.1 Horizon A
F Halus (Fine)
4.1.2 Horizon B1
VF Sangat halus (Very fine)
4.1.3 Horizon B2
VF Sangat halus (Very fine)
4.1.4 Horizon B3
VF Sangat halus (Very fine)
4.2 Jumlah
4.2.1 Horizon A
M Banyak (Many)
4.2.2 Horizon B1
F Sedikit (Few)
4.2.3 Horizon B2
F Sedikit (Few)
4.2.4 Horizon B3
F Sedikit (Few)
Sumber : Boardlist
25

3. Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.1.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah Alfisol
No
Deskripsi
Keterangan
1. Tekstur
CL Geluh Lempungan (clay loam)
2.1 Horizon A
SiCL Geluh lempung debuan (Silty clay loam)
2.2 Horizon B1
L Geluh (Loam)
2.3 Horizon B2
L Geluh (Loam)
2.4 Horizon B3
2.
Struktur
2.5 Tipe
G Kersai (Granulair)
2.5.1 Horizon A
ABK Gumpal menyudut (Angular blocky)
2.5.2 Horizon B1
ABK Gumpal menyudut (Angular blocky)
2.5.3 Horizon B2
SBK Gumpalan membulat (Sub angular
2.5.4 Horizon B3
blocky)
2.6 Ukuran
VF Sangat halus (Very fine)
2.6.1 Horizon A
M Sedang (Medium)
2.6.2 Horizon B1
M Sedang (Medium)
2.6.3 Horizon B2
M Sedang (Medium)
2.6.4 Horizon B3
2.7 Derajad
2.7.1 Horizon A
W Lemah (Weak)
2.7.2 Horizon B1
W Lemah (Weak)
2.7.3 Horizon B2
W Lemah (Weak)
2.7.4 Horizon B3
W Lemah (Weak)
3. Konsistensi
Lembab gembur
3.1 Horizon A
Lembab teguh
3.2 Horizon B1
Lembab teguh
3.3 Horizon B2
Lembab teguh
3.4 Horizon B3
4. Warna
4.1 Horizon A
2,5 YR Dark redish brown
4.2 Horizon B1

2,5 YR Dark redish brown

4.3 Horizon B2

2,5 YR Dark redish brown

4.4 Horizon B3

2,5 YR Dark redish brown

Sumber : Boardlist
26

4. Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.1.4 Pengamatan Sifat Kimia Tanah Alfisol
No
Deskripsi
Keterangan
1. Redoks
4.1 Horizon A
O2 Baik
4.2 Horizon B1
O2 Baik
4.3 Horizon B
O2 Baik
4.4 Horizon B3
O2 Baik
2. Penetrasi
2.1 Vertikal
2.1.1 Horizon A
1,5 kg/cm2
2.1.2 Horizon B1
1,75 kg/cm2
2.1.3 Horizon B2
3,5 kg/cm2
2.1.4 Horizon B3
4,5 kg/cm2
2.2 Horizontal
1 kg/cm2
3. Kadar
3.1 Bahan organik
3.1.1 Horizon A
+++ Banyak
3.1.2 Horizon B1
+++ Banyak
3.1.3 Horizon B2
++++ Sangat banyak
3.1.4 Horizon B3
++ Sedikit
3.2 Kapur
3.2.1 Horizon A
+ Sangat sedikit
3.2.2 Horizon B1
0 Tidak ada
3.2.3 Horizon B2
0 Tidak ada
3.2.4 Horizon B3
0 Tidak ada
4. Konsentrasi
4.1 Jenis
4.1.1 Horizon A
Konkresi
4.1.2 Horizon B1
Konkresi
4.1.3 Horizon B2
Konkresi
4.1.4 Horizon B3
4.2 Ukuran
4.2.1 Horizon A
Kasar (coarse)
4.2.2 Horizon B1
Kasar (coarse)
4.2.3 Horizon B2
Kasar (coarse)
4.2.4 Horizon B3
4.3 Macam
4.3.1 Horizon A
Mn Bermangan
4.3.2 Horizon B1
Mn Bermangan
4.3.3 Horizon B2
Mn Bermangan
4.3.4 Horizon B3
Sumber : Boardlist
27

5. Analisis Lengas Tanah
Tabel 4.1.5 Lengas Tanah Kering Angin Tanah Alfisol
Ctka Ø
Ulangan a (gram) b (gram) c (gram)
(mm)
Bongkah
1
54,393
68,166
65,922
2
54,982
69,525
67,218
2
1
55,460
71,403
69,218
2
52,235
69,020
66,844
0,5
1
53,717
71,314
69,535
2
56,950
74,460
72,747
Sumber : Laporan
Tabel 4.1.6. Kapasitas Lapangan Tanah Alfisol
Ctka Ø (mm)
Ulangan
a (gram)
b (gram)
2
1
54,393
67,992
2
54,982
67,014
Sumber: Laporan sementara
Tabel 4.1.7Kadar Lengas Maksimum Tanah Alfisol
Ctka Ø
Ulangan
a (gram)
b (gram)
c (gram)
(mm)
2
1
45,587
90,978
68,638
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 4.1.8 Batas Berubah Warna Tanah Alfisol
Ctka Ø
Ulangan
a (gram)
b (gram)
(mm)
0,5

1
52,524
2
52,524
Sumber : Laporan Sementara

60,856
60,472

KL (%)

Rata-rata
KL (%)

19,4
18,85
15,88
14,89
11,25
10,84

19,125
15,385
11,045

c (gram)
62,856
62,399

KL (%)
60,68
62,22

d (gram)

KL (%)

45,195

93,62

c (gram)

KL %

Rata-rata
KL (%)

58,222
57,901

46,22
46,97

46,595

6. Analisis pH Tanah
Tabel 4.1.9 pH Tanah Alfisol
Ctka Ø (mm)
Ulangan
0,5
1
2
Rata-rata
Sumber : Laporan sementara

pH H2O
5,543
5,455
5,5

pH KCl
4,806
4,885
4,85

7. Analisis Struktur Tanah
Tabel 4.1.10 Bobot Volume Tanah Alfisol
Ctka Ø
Ulangan
a (gram)
b (gram)
(mm)
Bongkah
1
1,530
1,753
2
1,196
1,397
Sumber : Laporan Sementara

p (cc)

q (cc)

10
10

12,5
11

Berat
Volume
0,7514
0,945
28

Tabel 4.1.11 Bobot Jenis Tanah Alfisol
Ct
ka
Ø
(m
m)
2

Berat
Ula
nga
n

a
(gram)

b
(gram)

c
(gram)

d
(gram)

1

20,102

44,910

25,102

47,842

Suhu1
o
C

BJ1

Suhu2
o
C

BJ2

KL
ratarata

Berat
Jenis

30

0,995

8326

0,997

18,4

11,3

Sumber : Laporan Sementara
Tabel 4.1.12 Porositas Tanah Alfisol
BV
BJ
n
0,85
11,383
92,54 %
Sumber : Laporan Sementara
ANALISIS DATA
1. Lengas Tanah Kering Angin

Lengas tanah=

(b-c)
x100%
(c-a)

Ctka 0,5 mm
(68,166-65,922)
x100%=19,4%
(65,922-54,393)
(69,525-65,922)
Ulangan 2=
x100%=18,85%
(67,218-54,982)
19,4+18,85
Rata-rata KL ctka 0,5 mm=
=19,125%
2
Ctka 2 mm
Ulangan 1=

(71,403-69,218)
x100%=15,88%
(69,218-55,460)
(69,020-66,844)
Ulangan 2=
x100%=14,89%
(66,844-52,235)
15,88+14,89
Rata-rata KL ctka 2 mm=
=15,385%
2
Ctka bongkah
(71,314-69,535)
Ulangan 1 =
x100%=11,25%
(69,535-53,717)
(74,460-72,747)
Ulangan 2=
x100%=10,84%
(72,747-56,950)
12,25+10,84
Rata-rata KL ctka bongkah=
=11,045%
2
2. Lengas Maksimum (Kapasitas air Maksimum)
Ulangan 1=

b-a -(c-d)
x100%
(c-d)
90,978-45,587 -(68,638-45,195)
KL maks. tanah=
x100%=93,62
(68,638-45,195)
Kadar Lengas Maksimum Tanah=
29

3. Batas Berubah Warna (BBW)

(b-c)
x100%
(c-a)
(60,856-58,222)
KL Ulangan 1=
x100%=46,22%
(58,222-52,524)
(60,472-57,901)
KL Ulangan 2=
x100%=46,97%
(57,901-52,524)
46,22+46,97
rata-rata lengas tanah=
=46,595%
2
4. Bobot Volume
Kadar Lengas Tanah=

Bobot Volume=
BV ulangan 1 =

87xa
100xKL x(0,87x q-p - b-a )
87x1,530

100x11,045 x(0,87x 12,5-10 - 1,753-1,530 )
=0,7514

BV ulangan 2=

87x1,196
100x11,045 x(0,87x 11-10 - 1,397-1,196 )

=0,945

5. Bobot Jenis

Bobot Jenis=

100x c-a xBJ1 xBJ2

100+KL x BJ1 b- a - BJ2 d-c
100x 25,102-20,102 x0,995x0,997
BJ=
100+15,385 x(0,995 44,910-20102 - 0,997 47,842-25,102 )
=11,3
6. Porositas Tanah

BV
x100%
BJ
0,85
n= 1x100%
11,383
n= 1-

7. Analisis pH Tanah
30

B. Fakultas Pertanian UNS (Entisol)
1. Pencandraan Bentang Lahan

Gambar 4.2.1 Foto Profil Tanah Fakultas Pertanian UNS
Lokasi

: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Hari, Tanggal

: Sabtu, 2 November 2013

Pukul

: 11.00 s.d 12.00 WIB

Nomor Profil

:3

Tinggi Tempat

: 126 mdpl

Arah Hadap

: Barat Laut

Surveyor

: kelompok 55

Gambar 4.2.2 Denah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
31

Tabel 4.2.1 Deskripsi Lingkungan Fakultas Pertanian UNS
No.
Deskripsi
Keterangan
1. Cuaca
SU Cerah
2. Latitude
7o 33’ 36,6” LS
3. Longitude
110o 51’ 30” BT
4. Tinggi tempat
126 m dpl
5. Lereng
5.3 Arah
Barat Laut
5.4 Panjang
33% curam
6. Fisiografi lahan
A Alluvial
7. Genangan
7.3 Frekuensi
NO Tidak pernah
7.4 Durasi genangan
8. Tutupan lahan
G Rumput
9. Geologi
Qa (Bahan alluvium)
10. Erosi
10.3 Tingkat erosi
S Permukaan
10.4 Tingkat bahaya erosi R Rendah
11. Batuan permukaan
12. Vegetasi
Lamtoro (Leucaena glauca) 30%, pohon
beringin (Ficus benjamina) 10%, pohon
mahoni (Swieteinia macrophylla)15%,
pohon jati (Tectonagrandis)10%, pohon
kedawung (Parkia roxburghii) 15%,
pohon angsana (Pterocarpus
indicus)15%, rumput (Cyperus rotundus)
5%.
Sumber : Boardlist
32

2. Penyidikan Profil Tanah
Tabel 4.2.2 Deskripsi Umum Profil Tanah Entisol
No
Deskripsi
Keterangan
1. Metode observasi
Small pit
2. Jeluk
2.1 Lapisan 1
0 cm - 20 cm
2.2 Lapisan 2
20 cm - 40 cm
2.3 Lapisan 3
40 cm -60 cm
3. Horison
3.1 Batas
3.1.1 Lapisan 1
D Baur (Diffuse)
3.1.2 Lapisan 2
D Baur (Diffuse)
3.1.3 Lapisan 3
D Baur (Diffuse)
3.2 Topografi
3.2.1 Lapisan 1
S Smooth
3.2.2 Lapisan 2
S Smooth
3.2.3 Lapisan 3
S Smooth
4. Perakaran
4.1 Ukuran
4.1.1 Lapisan 1
VF Sangat halus (Vey fine)
4.1.2 Lapisan 2
M Sedang (Medium)
4.1.3 Lapisan 3
F Halus (Fine)
4.2 Jumlah
4.2.1 Lapisan 1
2 Biasa (Common)
4.2.2 Lapisan 2
1 Sedikit (Few)
4.2.3 Lapisan 3
1 Sedikit (Few)
Sumber : Boardlist
33

3. Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.2.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah Entisol
No
Deskripsi
Keterangan
1. Tekstur
SiL Geluh debuan (Silty loam)
1.1 Lapisan 1
SL Geluh pasiran (Sandy loam)
1.2 Lapisan 2
LS Pasir geluhan (Loamy sand)
1.3 Lapisan 3
2.
Struktur
2.1 Tipe
2.1.1 Lapisan 1
ABK Gumpal menyudut (Angular blocky)
2.1.2 Lapisan 2
SBK Gumpal membulat (Sub angular
blocky)
2.1.3 Lapisan 3
ABK Gumpal menyudut (Angular blocky)
2.2 Ukuran
2.2.1 Lapisan 1
F Halus (Fine)
2.2.2 Lapisan 2
F Halus (Fine)
2.2.3 Lapisan 3
F Halus (Fine)
2.3 Derajad
2.3.1 Lapisan 1
M Sedang (Medium)
2.3.2 Lapisan 2
M Sedang (Medium)
2.3.3 Lapisan 3
W Lemah (Weak)
3. Konsistensi
Lembab sangat teguh
3.1 Lapisan 1
Lembab Gembur
3.2 Lapisan 2
Lembab sangat teguh
3.3 Lapisan 3
4.
Warna
7,5 YR dark brown
4.1 Lapisan 1
4.2 Lapisan 2

7,5 YR dark brown

4.3 Lapisan 3

7,5 YR dark brown

Sumber : Boardlist
34

4. Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.2.4 Pengamatan Sifat Kimia Tanah Entisol
No
Deskripsi
Keterangan
1. Redoks
O2 (Baik)
1.1 Lapisan 1
O2 (Baik)
1.2 Lapisan 2
O1 (Sedang)
1.3 Lapisan 3
2. Penetrasi
1,5 kg/m2
2.1 Vertikal
2.2 Horisontal
2 kg/m2
2.2.1 Lapisan 1
2 kg/m2
2.2.2 Lapisan 2
2.2.3 Lapisan 3
3.
Kadar
3.1 Bahan organik
+++ Banyak
3.1.1 Lapisan 1
++ Sedikit
3.1.2 Lapisan 2
+ Sangat banyak
3.1.3 Lapisan 3
3.2 Kapur
0 Tidak ada
3.2.1 Lapisan 1
0 Tidak ada
3.2.2 Lapisan 2
0 Tidak ada
3.2.3 Lapisan 3
Sumber : Boardlist
5. Analisis Lengas Tanah
Tabel 4.2.5 Lengas Tanah Kering Angin Tanah Entisol
Ctka Ø
Ula
a (gram) b (gram)
c (gram)
(mm)
0,5

KL (%)

ngan

1
44,54
2
56,78
2
1
56,42
2
55,54
Bongka
1
56,79
h
2
56,01
Sumber : Laporan Tabel

60,99
71,68
74,08
72,38
66,28
67,93

Tabel 4.2.6 Kapasitas Lapangan Tanah Entisol
Ctka Ø Ulangan
a
b
(mm)
(gram)
(gram)
2
1
44,54
64,67
2
56,79
64,93
Sumber : Laporan Sementara

59,71
70,48
73,19
71,56
65,47
67,07

c
(gram)
61,201
61,98

8,46
8,73
5,30
5,16
9,27
7,84

Rata-rata
KL (%)
8,59
5,23
8,56

KL (%)
20,81
56,92
35

Tabel 4.2.7Kadar Lengas Maksimum Tanah Entisol
Ctka Ø Ulangan a (gram) b (gram) c (gram)
(mm)
2
1
47,16
90,59
72,7
Sumber : Laporan Sementara

d (gram)
46,52

65,87

KL %

Tabel 4.2.8 Batas Berubah Warna Tanah Entisol
Ctka Ø Ulangan
a
b
c
(mm)
(gram)
(gram)
(gram)
0,5
1
44,54
59,22
58,49
2
56,79
64,85
63,86
Sumber : Laporan Sementara

KL (%)

Rata-rata
KL (%)

5,23
13,9

9,56

6. Analisis pH Tanah
Tabel 4.2.9 pH Tanah Entisol
Ctka Ø
Ulangan
pH H2O
(mm)
0,5
1
6,84
2
6,73
Rata-rata
6,78
Sumber : Laporan sementara

pH KCl
5,87
5,74
5,81

7. Analisis Struktur Tanah
Tabel 4.2.10 Bobot Volume Tanah Entisol
Ctka Ø Ulangan a (gram) b (gram)
(mm)
Bongkah
1
1,74
1,92
2
2,26
2,50
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 4.2.11 Bobot Jenis Tanah Entisol
Ctka Ulang
Berat
Ø
an
a
b
c
d
(mm)
2
1
22 50,5 26,9 53,5
3
9
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 4.2.12 Porositas Tanah Entisol
BV
BJ
n
2,185
2,46
11,178
Sumber : Laporan Sementara

p (cc)

q (cc)

15
15

16
16

Berat
Volume
2,1
1,27

Suhu
1

BJ
1

Suhu
2

BJ
2

26oC

0,99
68

24oC

0,99
73

Berat
Jenis
(g)
2,46
36

ANALISIS DATA
1. Lengas Tanah Kering Angin

Lengas tanah=

(b-c)
x100%
(c-d)

Ctka 0,5 mm
(60,991-59,708)
x100%=8,457
(59,708-44,538)
(71,680-70,484)
Lengas tanah ulangan 2=
x100%=8,725%
(70,484-56,776)
8,457+8,725
Rata-rata lengas ctka 0,5 mm=
=8,59%
2
Ctka 2 mm
(74,077-73,189)
Lengas tanah ulangan 1=
x100%=5,296%
(73,189-56,423)
(72,377-71,550)
Lengas tanah ulangan 2=
x100%=5,164%
(71,550-55,538)
5,296+5,164
Rata-rata lengas ctka 2mm=
=5,23%
2
Ctka bongkah
(66,275-65,470)
Lengas tanah ulangan 1=
x100%=9,273%
(56,470-56,789)
(56,01-67,066)
Lengas tanah ulangan 2=
x100%=7,839%
(67,066-56,007)
9,273+7,839
Rata-rata lengas ctka bongkah=
=8,56%
2
Lengas tanah ulangan 1=

2. Kapasitas Lapang

(b-c)
x100%
(c-a)
(64,67-61.201)
Lengas tanah ulangan 1=
x100%=20,810%
(61,201-44,54)
(64,67-61,98)
lengas tanah ulangan 2=
x100%=56,92%
(61,98-56,79)
20,81+56,92
Rata-rata lengas tanah=
=38,87%
2
Kadar Lengas Tanah=

3. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
b-a -(c-d)
x100%
(c-d)
90,59-47,16 -(72,7-46,52)
KL maks. tanah=
x100%=65,87%
(72,7-46,52)
Kadar Lengas Maksimum Tanah=
37

4. Batas Berubah Warna (BBW)

(59,22-58,49)
x100%=5,23%
(58,49-44,54)
(64,85 - 63,86)
KL Ulangan 2=
x100%=13,9%
(63,86-56,79)
5,23+13,9
Rata-rata lengas tanah=
=9,56%
2
KL Ulangan 1=

5. Bobot Volume

Bobot volume=
BV ulangan 1=

87xa
100xKL x(0,87x q-p - b-a )
87x1,74

=2,1
100x0,0856 x(0,87x 16-15 - 1,92-1,74 )
87x2,26
BV ulangan 1=
=2,27
100x0,0856 x(0,87x 16-15 - 2,5-2,26 )
2,1+2,27
BV rata-rata=
=2,185
2
6. Bobot Jenis
Bobot Jenis=
BJ=

100 x c-a x BJ1 x BJ2
100+KL x (BJ1 b- a - BJ2 d-c )
100x 26,99-22 x 0,996 8x 0,9973

100+0,0843 x 0,9968 50,53-22 -0,9973 53,5-26.99

7. Porositas Tanah
BV
n= 1x100%
BJ
2,185
n= 1x100%
2,46
8. Analisis pH Tanah

=2,46
38

C. Jatikuwung (Vertisol)
1. Pencandraan Bentang Lahan
Gambar 4.3.1 Foto profil Tanah Jatikuwung

Lokasi

: Jatikuwung

Hari, Tanggal

: Sabtu,2 November 2013

Pukul

: 08.00-09.00 WIB

Nomor profil

: Profil 1

Tinggi tempat

: 160 m dpl

Arah Hadap

: Barat

Nama surveyor

: Kelompok 57

Gambar 4.3.2 Denah Jatikuwung
Tabel 4.3.1 Deskripsi Lingkungan Profil Tanah Vertisol
39

No.
1.
2.
3.
4.
5.

6
7

8
9
10

11
12

Diskripsi
Cuaca
Latitude
Longitude
Tinggi Tempat
Lereng
5.1 Arah
5.2 Panjang
Fisiografi lahan
Genangan
7.1 Frekuensi
7.2 Durasi Genangan
Tutupan lahan
Geologi
Erosi
10.1 Tingkat erosi
10.2 Tingkat bahaya erosi
Batuan permukaan
Vegetasi

Sumber : Boardlist

Keterangan
SU (cerah/bersih)
07o 31’ 05,5” LS
110o50’ 43,6” BT
160 mdpl
250o (barat)
12% ,Sangat Miring
V (Vulkanik)
RA (kadang-kadang)
BR (singkat)
Rumput

R (erosi alur)
R (ringan/rendah)
1
Mangga (10%), rumput (85%), sulur
(2%), putrimalu (3%)
40

2. Penyidikan Profil/Pedon Tanah
Tabel 4.3.2 Diskripsi Umum Profil Tanah Vertisol
No.
Diskripsi
Keterangan
1
Metode Observasi
BC; Irisan lereng
dibuat
kemiringan < 60%
2
Jeluk
2.1 Horison A1
0 cm - 13 cm
2.2 Horison A2
13 cm - 27 cm
2.3 Horison B
27 cm - 40 cm
3
Horison
3.1 Batas
3.1.1 Horison A1
G (berangsur)
3.1.2 Horison A2
G (berangsur)
3.1.3 Horison B
A (tajam)
3.2 Topografi
3.2.1 Horizon A1
W (berombak)
3.2.2 Horison A2
W (berombak)
3.2.3 Horison B
W (berombak)
4
Perakaran
4.1 Ukuran
4.1.1 Horizon A1
F (halus)
4.1.2 Horison A2
VF (sangat halus)
4.1.3 Horison B
VF (sangat halus)
4.2 Jumlah
4.2.1 Horizon A1
2 (biasa)
4.2.2 Horison A2
1 (sedikit)
4.2.3 Horison B
1 (sedikit)
Sumber : Boardlist

pada
41

3. Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.3.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah Vertisol
No
Diskripsi
Keterangan
1
Tekstur
1.1 Horison A1
SiCL : Geluh lempung debuan
1.2 Horison A2
L
: Geluh
1.3 Horison B
SL : Geluh pasiran
2
Struktur
2.1 Tipe
2.1.1 Horison A1
SBK (gumpal membulat)
2.1.2 Horison A2
SBK (gumpal membulat)
2.1.3 Horison B
SBK (gumpal membulat)
2.2 Ukuran
2.2.1 Horison A1
F (halus)
2.2.2 Horison A2
VF (sangat halus)
2.2.3 Horison B
VF (sangat halus)
2.3 Derajat
2.3.1 Horison A1
3 (kuat)
2.3.2 Horison A2
3 (kuat)
2.3.3 Horison B
3 (kuat)
3
Konsistensi
3.1 Horison A1
Lembab-sangat teguh
3.2 Horison A2
Lembab-sangat teguh
3.3 Horison B
Lembab-sangat teguh
4
Warna
4.1 Horison A1
7,5 YR 2,5/3 (very darkbrown)
4.2 Horison A2
7,5 YR 3/2 (dark brown)
4.3 Horison B
2,5 YR 4/2 (brown)
Sumber : Boardlist
42

4. Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.3.4 Pengamatan Sifat Kimia Tanah Vertisol
No
Diskripsi
Keterangan
1
Redoks
1.1 Horison A1
O3 (sangat baik)
1.2 Horison A2
O3 (sangat baik)
1.3 Horison B
O1 atau R1 (sedang)
2
Penetrasi
2.1 Vertikal
2,5 kg/cm2
2.2 Horisontal
2.2.1 Horison A1
2.2.2 Horison A2
2 kg/cm2
2.2.3 Horison B
1,5 kg/cm2
3
Kadar
3.1 Bahan Organik
3.1.1 Horison A1
+ (sangat sedikit)
3.1.2 Horison A2
++++ (sangat banyak)
3.1.3 Horison B
++ (sedikit)
3.2 Kapur
3.2.1 Horison A1
0 (tidak ada)
3.2.2 Horison A2
0 (tidak ada)
3.2.3 Horison B
0 (tidak ada)
4
Konsentrasi
4.1 Jenis
4.1.1 Horison A1
0 (tidak ada)
4.1.2 Horison A2
0 (tidak ada)
4.1.3 Horison B
0 (tidak ada)
4.2 Ukuran
4.2.1 Horison A1
0 (tidak ada)
4.2.2 Horison A2
0 (tidak ada)
4.2.3 Horison B
0 (tidak ada)
4.3 Macam
4.3.1 Horison A1
0 (tidak ada)
4.3.2 Horison A2
0 (tidak ada)
4.3.3 Horison B
0 (tidak ada)
Sumber :Boardlist
43

5. Analisis Lengas Tanah
Tabel 4.3.5 Lengas Tanah Kering Angin Profil Tanah Vertisol
Ctka Ø Ulangan A (gram) B (gram) C (gram) KL (%)
(mm)
0,5
1
46,86
63,69
62,07
10,65
2
50,78
66,35
64,84
10,73
2
1
54,69
70,22
68,65
11,25
2
56,52
71,61
70,03
11,70
Bongka
1
52,62
66,93
65,29
12,94
han
2
55,38
68,61
67,15
12,40
Sumber :laporan sementara
Tabel 4.3.6 Kapasitas Lapangan Tanah Vertisol
Ctka Ø Ulangan
A
B (gram) C (gram)
mm
(gram)
2 mm
1
56,85
67,24
64,09
2
52,87
62,85
59,72

KL
(%)
43,51
45,69

Rata-rata
KL (%)
10,69
11,48
12,67

Rata-rata
KL (%)
44,60

Sumber: laporan sementara
Tabel 4.3.7 Kadar Lengas Maksimum Tanah Vertisol
Ctka Ø
A(gram)
B(gram)
C(gram)
D(gram)
(mm)
2
57,95
110,71
85,92
57,54
Sumber: laporan sementara
Tabel 4.3.8 Batas Berubah Warna Tanah Vertisol
Ctka Ø Ulangan A (gram) B (gram) C (gram) KL
(mm)
(%)
0,5 mm
1
56,85
61,87
61,12
17,56
2
52,87
58,75
57,88
17,37
Sumber :laporan sementara
6. Analisis pH Tanah Vertisol
Tabel 4.3.9 pH Tanah Vertisol
CtkaØ
Ulangan
pH H2O
(mm)
1
6,74
0,5
2
6,91
Rata-rata
6,35
Sumber :laporan sementara

pH KCl
5,96
6,04
6,47

KL (%)
86,36

Rata-rata
KL (%)
14,47
44

7. Analisis Struktur Tanah Vertisol
Tabel 4.3.10 Bobot Volume Tanah Vertisol
Ctka Ø
Ulangan
A
B
P (cc)
(mm)
(gram) (gram)
Bongkahan
1
2,87
3,14
20
2
1,93
2,14
20
Sumber : laporan sementara

Q (cc)
21
20,5

Berat
Volume
2,72
4,60

Tabel 4.3.11 Bobot Jenis Tanah Vertisol
Ctka
Ø
(mm)

Ulanga
n

A (gr)

B (gr)

2
1
24
56,27
Sumber :laporan sementara

Suhu
1

BJ
1

Suhu
2

BJ
2

KL
ratarata

Berat
Jenis

30o

29,03

28o

59,22

44,6

1,63

Tabel 4.3.12 Tabel Porositas Tanah Vertisol
BV
BJ
n
3,66

1,63

-120%

Sumber :laporan sementara
ANALISIS DATA
1. Lengas Tanah Kering Angin
Bongkahan
-

Ulangan 1 :

-

-

x100 % =

Ulangan II :

= 12,94%

-

=

-

= 12,40%

Ctka 0,5 mm
Ulangan 1 :

-

-

x100 % =

Ulangan II :

= 10,65 %

-

=

-

= 10,73%

Ctka 2 mm
Ulangan I :

-

Ulangan II :

-

=
=

-

= 11,25%
= 11,70%

2. Kapasitas Lapang
Ulangan I :

-

=

-

= 43,51%
45

-

Ulangan II :

-

=

-

= 45,69%

-

3. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
Kadar Lengas :

- - -

-

=

-

-

-

-

= 86,36%
4. Batas Berubah Warna (BBW)
-

Ulangan I :

-

Ulangan II :

-

-

=

= 17,56%

-

=

= 17,37%

-

5. Bobot Jenis
Bobot Jenis =
Bobot Jenis =

- -

-

-

=
6. Porositas
n = (1-BV/BJ)x100%
= (1-3,66/1,63)x100%
= (1-2,20)x100%
= -120%
7. Analisis pH Tanah
Rata-rata pH H2O =
Rata-rata pH KCL=

6,35

100%
46

V. PEMBAHASAN
A. Jumantono
1. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan bentang lahan dengan cara pengidentifikasian lahan
dilaksanakan di Jumantono, Karanganyar pada hari Sabtu, 2 November 2013.
Tanah di lokasi Jumantono adalah jenis Alfisol. Tanah alfisol mempunyai
karakteristik secara umum antara lain yaitu tanah sangat lapuk, tekstur berat
kadang-kadang lekat, struktur gumpal, bahan organik rendah, pH agak masam
sampai sedikit alkalis, kejenuhan basa sedang sampai tinggi, kadang-kadang
mengandung konkresi kapur dan besi, bahan induk bahan kapur batu pasir
berkapur atau bahan vulkanik, ketinggian tempat 0 – 400 m dpl.
Kondisi cuaca pada saat pengamatan dalam keadaan hujan. Titik
pengamatan profil terletak pada 7o 37’ 49,6” LS dan 110o 56’ 54,2” BT di
ketinggian 190 m dpl. Lahan yang diamati mempunyai kemiringan 22 % yang
berarti agak curam. Kemiringan lereng diukur dengan klinometer. Arah
profilnyanya adalah barat laut. Fisiografi lahannya adalah vulkanik.
Sistem hidrologi atau keadaan perairan di lokasi praktikum adalah
bebas genangan dan tanpa banjir. Ini dikarenakan proses infiltrasi tanah
berlangsung cepat karena mineral liat kaolin yang dikandung yang mempunyai
sifat menahan air lebih rendah dibandingkan dengan mineral liat lainnya.
Tutupan lahan yang paling dominan pada lokasi pengamatan adalah tutupan
tanaman, yaitu antara lain jagung, mangga, kacang tanah, nangka, rambutan,
jati, semak, rumput.
Geologi merupakan penyusun dari bahan induk tanah yang nantinya
berpengaruh terhadap jenis tanah. Bahan induk mempengaruhi proses serta
sifat dan karakteristik dari tanah. Penentuan geologi atau bahan induk dapat
didasarkan pada peta geologi. Pada praktikum kali ini tercatat bahwa
geologinya adalah batuan gunung api lawu (braksi gunung api, tuff, lava).
Erosi yang terjadi adalah erosi permukaan dengan tingkat erosi ringan.
Vegetasi yang terdapat di lokasi diantaranya Rumput (Cyperus sp) 30%,
Mangga (Mangivera indica)10%, Kelapa sawit (Elaeis guineensis) 10%, Jati

47
47

(Tectona grandis) 5%, Rambutan (Nephelium nappaceum) 10%, Semak 15%,
Singkong (Manihot utilissima) 5%, Jagung (Zea mays) 10%, Kacang tanah
(Arachis hypogaea)5%.
2. Penyidikan Profil Tanah
Profil tanah adalah urutan susunan horison yang tampak dalam anatomi
tubuh tanah. Profil tanah mempunyai tebal yang berlainan, mulai dari yang
setipis selaput sampai setebal 10 m. Pada umumnya tanah makin tipis makin
mendekati kutub dan makin tebal makin mendekati khatulistiwa.
Dalam

praktikum

ini,

pengamatan

dilakukan

dengan

metode

pengamatan parit yaitu dibuat galian pedon. Dalam pembuatan profil atau
pedon, yang perlu diperhatikan adalah harus tegak (vertikal), baru, tidak
terkena sinar matahari secara langsung. Pada pedon yang diamati mempunyai
jeluk 85 cm. Kedalaman horizon A sedalam 0-28 cm, horizon B1 sedalam 2848 cm, horizon B2 sedalam 48-75 cm, dan horixon B3 sedalam 75 - 85 cm.
Batas-batas lapisan dapat diketahui dengan beberapa cara, yaitu dengan
memperhatikan perbedaan warna, menusuk-nusuk tanah dengan pisau belati
atau dengan memukul-mukul tanah dengan gagang pisau belati sambil
meremas gumpalan tanah untuk mengetahui konsistensi dan tekstur tanah serta
perbedaannya. Batas lapisan tanah ini dinyatakan dalam ketegasannya dan
bentuknya. Batas horizon dapat dibedakan menjadi tajam, jelas, berangsur, dan
berbaur. Bentuk batas horizon dapat rata datar, rata miring, berombak,
bergelombang, atau tak beraturan. Batas horizon A dan horizon B1 jelas, batas
horizon B1 dan horizon B2 yaitu berangsur, dan batas horizon B2 dengan
horizon B3 baur. Bentuk/topografi batas horizon A dan horizon B1, dengan
horizon B1 dan horizon B2 adalah berombak, topografi horizon B2 dan horizon
B3 smooth.
Pada profil ini perakaran dijumpai di semua horizon. Horizon A
jumlahnya banyak dan ukurannya halus, sedangkan horizon B1, Horizon B2
dan horizon B3 jumlahnya sedikit dengan ukuran sangat halus. Kondisi
perakaran semakin ke bawah lapisan semakin sedikit karena dipengaruhi oleh
bahan organik dan juga sifat fisik tanah.
48

3. Sifat Fisika Tanah
Sifat fisika tanah yang diamati adalah tekstur tanah, struktur tanah,
konsistensi, dan warna. Tekstur tanah didefinisikan sebagai perbandingan
relatif (dalam persen) fraksi –fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur tanah penting
untuk diketahui karena komposisi ketiga fraksi butir – butir tanah tersebut akan
menentukan sifat fisika, sifat kimia dan kimia tanah. Horizon A teksturnya
Geluh Lempungan (CL) karena agak kasar, membentuk bola agak teguh, akan
membentuk gulungan bila di plirit tetapi mudah hancur serta melekat sedang.
Horizon B1 bertekstur geluh lempung debuan (SiCL). Horizon B2 dan horizon
B3 teksturnya sama yaitu geluh (L) dengan kriteria rasa tidak kasar dan tidak
licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan
mengkilat serta melekat.
Tekstur ini diamati dengan cara membasahi tanah dengan air lalu di
pijit-pijit dan diraba. Pasir terasa kasar, debu terasa licin dan lempung terasa
lengket dan liat. Semakin dalam lapisan tanah, tekstur semakin liat karena
dipengaruhi kandungan bahan organik dalam tanah.
Struktur berhubungan dengan agregasi partikel utama tanah (pasir, debu
dan tanah liat) menjadi partikel senyawa, atau kelompok partikel utama, yang
dipisahkan dari agregat yang berdekatan dengan permukaan yang lemah. Dari
hasil pengamatan dapat dilihat sruktur dari masing-masing horison. Horison A
tipe kersai (GR) dengan kriteria berbidang banyak, tidak beraturan, tidak
membentuk permukaan di sekeliling ped, dan ukuran struktur halus, derajad
sedang. Horison B1 dan horizon B2 tipe gumpal menyudut angular blocky
(ABK) dengan kriteria berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan
membentuk sudut lancip, dan struktur horizon B3 gumpalan

tipe gumpal

membulat atau sub angular blocky (SBK) dengan kriteria berbidang banyak,
bidang muka saling berpotongan membentuk sudut membulat, ukuran struktur
halus, derajad sedang. Pengamatan dengan cara memijit-mijit tanah dengan
jari-jari tangan. Derajad lemah, tanah mudah hancur walaupun dipijit tanpa
tenaga. Derajad sedang, tanah hancur saat dipijit dengan sedikit tenaga.
Derajad kuat, tanah baru bisa hancur bila dipijit dengan tenaga yang lebih kuat.
49

Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang menunjukkan
adanya daya kohesi dan adhesi dalam massa tanah pada berbagai kandungan
air dan ketahanannya terhadap perubahan bentuk. Konsistensi profil dari
horizon A sampai horizon B3 adalah lembab, yang berarti kandungan air
mendekati kapasitas lapang. Pada horizon A mempunyai kategori gembur yang
berarti bila diremas dapat bercerai, bila digenggam menggumpal, melekat bila
ditekan, sedangkan pada horizon B1, B2 dan B3 mempunyai kategori teguh
yaitu massa tanah hancur dengan tekanan yang sedang.
Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengan mudah
dilihat/diamati. Warna tanah digunakan untuk menaksir tingkat pelapukan yang
terjadi (semakin merah warnanya semakin lanjut pelapukan tanahnya), untuk
menilai keadaan aerasi dan drainasenya baik (warna merah atau kuning coklat
menunjukkan aerasi dan dranase baik) dan untuk menaksir banyaknya
kandungan mineral (warna kekuning-kuningan atau pucat berasal dari mineral
kuarsa, warna merah berasal dari mineral besi). Dalam menentukan warna
tanah digunakan MSCC (Munsell Soil Colour Chart) yang di dalamnya dikenal
tiga komponen yaitu : Hue yang menunjukkan warna utama tanah, value yang
menunjukkan derajad terangnya warna berkisar antara gelap

sampai agak

terang, dan chroma yang menunjukkan kekuatan/intensitas warna-warna yang
akan meningkat dengan menurunnya proporsi sinar putih.
Dalam praktikum ini, warna tanah dari tiap lapisan ditentukan dengan
mengambil sebongkah tanah sebagai contoh. Bongkah tanah ini diletakkan
pada bagan warna MSCC di mana ketiga sumbu komponen warna itu berada
dan ditentukan berapa nilai hue, value dan chromanya. Dari pengamatan
didapat horizon A 2,5 YR

Dark redish brown, horizon B1, horizon B2 dan

horizon B3 2,5 YR Dark redish brown.
4. Sifat Kimia Tanah
Redoks atau Aerasi dan drainase tanah merupakan kemampuan tanah
dalam hal tata udara dan air tanah. Baik buruknya aerasi dan drainase tanah
dapat diketahui dengan menetesi dua sampel tanah dengan larutan HCl 1,2 N,
50

kemudian yang satu ditetesi KCNS 10% dan yang satunya ditetesi K4Fe(CN)6
0,5 %. Tanah yang ditetesi KCNS berwarna merah, yang ditetesi K4Fe(CN)6
berwarna biru. Jika dominan warna merah maka aerasi dan drainase baik. Jika
dominan warna biru maka aerasi dan drainase buruk. Hasilnya, makin ke
bawah tanah makin mengandung lempung, agregat mantap, tanahnya
mengeras, air yang dapat diserap sedikit karena pori-porinya kecil, maka udara
yang terkandungpun juga hanya sedikit menyebabkan aerasi dan draenasi
buruk. Dalam praktikum, hasil pengamatan menunjukan bahwa horizon A, B1,
B2, dan B3 mempunyai redoks

yang baik, ini berarti tanah mengalami

oksidatif kuat.
Ketahanan penetrasi tanah atau daya topang tanah adalah kemampuan
sistem tanah untuk memberikan reaksi terhadap tekanan atau beban yang
diterimanya. Dari hasil pengamatan didapat untuk horizontalnya adalah 1
kg/cm2 sedangkan vertikal untuk horizon A adalah 1,5 kg/cm2, horizon B1
adalah 1,75 kg/cm2, horizon B2 adalah 3,5 kg/cm2 dan horizon B3 adalah 4,5
kg/cm2. Daya topang untuk setiap horizon berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi
oleh konsistensi tanah karena semakin lekat dan semakin teguh tanah
berpengaruh pada tingkat daya mekanik selain itu banyak sedikitnya
ketersediaan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi daya topang
tanah.
Konkresi merupakan peristiwa akumulasi senyawa-senyawa kimia pada
tanah yang akhirnya berbentuk butiran atau pertikel tanah. Tingkat konkresi
tanah berhubungan dengan kandungan Fe dan Mn pada tanah. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya bercak hitam dan merah. Pada pengamatan untuk
jenis semua lapisan Mn, sedang untuk kelimpahan di horizon A tidak ada,
horizon B1 kasar, horizon B2 kasar, dan horizon B3 sangat kasar.
5. Analisis Lengas Tanah
Kadar lengas tanah adalah kandungan air yang terdapat dalam pori
tanah. Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori di antara padatan tanah.
Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi oleh air.
Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang
51

poriakan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah
dikatakan tidak jenuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan lengas
dalam tanah antara lain, anasir iklim, kandungan bahan organik dan lempung
tanah, relief, dan bahan penutup tanah.
Pada perhitungan kadar lengas tanah kering angin digunakan ctka
bongkah, 2 mm, dan 0,5 mm dengan dua kali perulangan. Hasil perhitungan
rata-rata kadar lengas kering angin yang diperoleh adalah 11,045% ctka
bongkah, 15,385% ctka 2 mm serta 19,125% untuk ctka 0,5 mm. kadar lengas
pada ctka 0,5 mm lebih besar daripada ctka bongkah dan 2 mm karena pada
ctka 0,5 mm memiliki luasan permukaan yang juga lebih besar daripada ctka 2
mm. Itulah yang menyebabkan kenapa ctka 0,5 mm lebih banyak menyerap air
dibandingkan dengan ctka 2 mm.
Pada perhitungan kadar lengas kapasitas lapangan dan kadar lengas
maksimum hanya dilakukan dua kali pengulangan dengan satu macam ctka
yaitu dengan ctka 2 mm. Kapasitas lapangan dihitung dengan rumus yang sama
dengan perhitungan kadar lengas kering angin. Lengas maksimum Pada
perhitungan ini didapat data berat cawan dan gelas arloji tanpa ctka sebesar
45,587 gram, berat cawan dan gelas arloji dengan ctka setelah direndam kurang
lebih 12 jam sebesar 90,978 gram, berat cawan dengan ctka setelah dioven dan
didinginkan sebesar 68,638 gram dan berat cawan dan gelas arloji tanpa ctka
setelah dibersihkan adalah sebesar 45,195 gram. Nilai lengas maksimum yang
diperoleh dari hasil perhitungan tersebut dengan rumus di atas adalah sebesar
93,62%. Selain kadar lengas kering angin, kapasitas lapangan dan kadar lengas
maksimum, batas berubah warna juga dihitung. Hasil dari perhitungan batas
berubah warna yaitu sebesar 46,595% yang berarti tanah alfisol di Jumantono
memiliki pengharkatan batas berubah warna yang amat sangat tinggi.
6. Analisis pH Tanah
Pada dasarnya penentuan pH ada dua macam, yaitu dengan H2O dan
KCl. Penentuan pH dengan H2O disebut dengan pH aktual, sedangkan
penentuan pH dengan KCl disebut dengan pH potensial. Pada pengamatan
menggunakan pH meter dengan ctka 0,5 mm didapat data bahwa pada hasil
52

pengukuran pH dengan H₂O adalah 5,5 sedangkan pH dengan KCl yaitu 4,85.
Ini berarti bahan organik yang terkandung pada masing-masing horison
berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal itulah yang menyebabkan nilai pH
aktual lebih tinggi dari pH potensial. Bahan organik itu juga dipengaruhi pula
oleh geologi pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik maka tanah itu
semakin subur. Bahan organik itu juga dipengaruhi pula oleh geologi
pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik maka tanah itu semakin
subur. Sebenarnya pH pada tanah Alfisol cenderung ke arah basa, namun data
di lapangan menunjukkan bahwa pH masam dikarenakan tanah ini sudah
mengalami beberapa pengaruh yang disebabkan oleh faktor alam maupun
akibat campur tangan manusia.
7. Analisis Struktur Tanah
Struktur tanah adalah ikatan antar partikel atau fraksi primer tanah yang
membentuk suatu susunan gumpalan yang disebabkan adanya perekat organic
maupun anorganik. Peranan penting struktur tanah yaitu teredianya air di
dalam tanah, ketersediaan unsur hara dalam tanah, perombakan material
organic di dalam tanah, suhu tanah, penetrasi perakaran tanaman serta aktivitas
mikroorganisme atau biota tanah.
Bobot jenis atau yang disebut particle density merupakan perbandingan
antara bobot partikel tanah dengan volume partikel tanah. Bobot partikel tanah
dicari dengan dikering ovenkan agar tidak ada air dalam pori-pori tanah. Dari
perhitungan tersebut, didapatkan berat piknometer kosong dengan tutupnya
20,102 gram, piknometer berisi aquades penuh dan di tutup sebesar 44,910
gram, piknometer diisi dengan tanah 25,102 gram, piknometer setelah
didiamkan semalaman ditambah dengan aquades hingga penuh seberat 47,842
gram. Hasil pengukuran suhu untuk mendapatkan berat jenis pertama adalam
30oC dan memiliki berat jenis pertama 0.995 didapatkan dari piknometer yang
telah diisi air dengan aquades hingga penuh lalu melihat berat jenis pada tabel
berat jenis. Berat jenis kedua adalah 0,997 yang didapatkan dari pengukuran
suhu pada piknometer yang telah semalaman telah diendapkan yang
didalamnya telah terisi tanah 5 gram dan aquades separuh volume lalu
53

ditambahkan aquades hingga penuh untuk mengukur suhu dengan termometer,
suhunya sebesar 26oC. dari data tersebut diperoleh berat jenis 11,383.
Bobot volume hamper seperti bobot jenis, bobot volume merupakan
perbandingan antara bobot dengan volume tanah. Perbedaannya hanya pada
pengukuran volume tanah, pori-pori dihitung juga sebagai bagian dari volume
tersebut. Dengan melapisi bongkahan tanah kecil dengan paraffin atau lilin lalu
dimasukkan dalam tabung yang telah berisi aquades yang telah diketahui
volumenya.
Angka rata-rata dalam penghitungan bobot volume didapat sebagai
berikut; bongkahan tanah sebelum diberi paraffin atau lilin memiliki berat
1,363 gram. Bongkahan tanah yang telah dilumuri paraafin/lilin seberat 1,575
gram. Volume aquades sebelum dimasuki tanah 10 cc dan setelah bongkah
tanah dimasukkan volume menjadi 11,75. Berat volume bongkah tanah
jumantono adalah 0,85. Nilai porositas adalah prosentase pori-pori dalam
tanah. Cara mengetahui porositas adalah dengan menganalisis berat jenis dan
berat volume, sehingga diperoleh nilai porositas sebesar 92,54%.
B. Fakultas Pertanian UNS
1. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan pencandraan bentang lahan dengan cara pengidentifikasian
lahan dilaksanakan di sekitar kampus Fakultas Pertanian UNS pada hari Sabtu,
2 November 2013. Kondisi cuaca pada saat pengamatan dalam keadaan cerah.
Titik pengamatan profil terletak pada 7o 33’ 36,6” LS dan 110o 51’ 30” BT di
ketinggian 126 m dpl. Kemiringan lahan atau lereng sebesar 33% yang berarti
curam. Lereng merupakan perbandingan antara perbedaan ketinggian tanah
dengan jarak horisontal yang dinyatakan dalam persentase atau derajad.
Pengukuran kemiringan lereng menggunakan klinometer dengan cara
mengukur searah kemiringan lereng. Arah kemiringan (slope aspert) lereng
diukur dengan menggunakan kompas. Arah profil menghadap ke barat laut.
Fisiografi lahan di FP UNS adalah Alluvial, yaitu berupa hasil aliran/fluvial
atau gravitas/koluvial.
54

Di lokasi praktikum tidak ditemukan daerah dengan kondisi tergenang
air. Hal ini dikarenakan lokasi praktikum lebih tinggi serta banyaknya vegetasi
yang terdapat pada lokasi, sehingga air yang berasal dari hujan atau sumber
lainnya dapat langsung diserap oleh akar tanaman. Tutupan lahan yang paling
dominan pada lokasi pengamatan adalah lamtoro (Leucaena glauca). Geologi
merupakan penyusun dari bahan induk tanah. Bahan induk mempengaruhi
proses serta sifat dan karakteristik dari tanah. Penentuan geologi atau bahan
induk dapat didasarkan pada peta geologi. Pada praktikum kali ini tercatat
bahwa geologinya adalah bahan aluvium.
Erosi merupakan proses pemecahan dan pengikisan lapisan permukaan
tanah oleh media (air, angin, dan es) yang kemudian diangkut dan diendapkan
pada suatu tempat. Erosi yang terjadi di lokasi pengamatan adalah erosi
permukaan yaitu dengan adanya sedikit tanah yang hilang tetapi tidak
terbentuk saluran air. Tingkat bahaya erosinya rendah.. Vegetasi yang
ditemukan antara lain Lamtoro (Leucaena glauca) 30%, pohon beringin (Ficus
benjamina) 10%, pohon mahoni (Swieteinia macrophylla)15%, pohon jati
(Tectonagrandis)10%, pohon kedawung (Parkia roxburghii) 15%, pohon
angsana (Pterocarpus indicus)15%, rumput (Cyperus rotundus) 5%.
2. Penyidikan Profil Tanah
Profil tanah adalah penampang melintang vertikal tanah yang terdiri
dari lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Dalam pembuatan profil
atau pedon perlu metode. Metode yang dimaksud adalah cara tanah dicandra
atau diamati. Metode bisa berupa profil melintang ataupun dengan pengeboran
atau pembuatan lubang pedon. Ukuran tanah juga diamati sebagai satu
kesatuan profil pengamatan, yaitu ukuran lebar atau diameter dan kedalaman.
Dalam praktikum kali ini, metode yang digunakan adalah irisan lereng yang
dibuat pada kemiringan 33%.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa jeluknya sedalam
60 cm. Jeluk merupakan kedalaman profil tanah yang diukur dari permukaan
tanah sampai pada batas akhir lapisan/horizon bawah. Pada profil tanah yang
diamati terdapat tiga lapisan dengan masing-masing kedalaman pada lapisan 1
55

yaitu 0-20 cm, lapisan 2 yaitu 20-40 cm, dan lapisan 3 10-60 cm. Batas-batas
lapisan yang meliputi ketegasan dan bentuk antara lapisan sama. Batas lapisan
adalah baur dengan bentuk dari batas lapisannya adalah rata dengan sedikit
atau beraturan. Penarikan batas dan garis horizon tanah ditentukan atau
dilakukan dengan cara memukul-mukulkan gagang pisau belati ke profil tanah
untuk membedakan suaranya. Suara yang berbeda menunjukkan adanya
lapisan yang berbeda pula. Selain itu dapat juga dengan melakukan tusukkantusukkan pada profil tanah tersebut. Semakin ke dalam tanahnya semakin
keras, hal ini disebabkan oleh konsistensi dan struktur tanahnya yang semakin
kuat. Adanya tingkat kekerasan yang berbeda menunjukkan adanya lapisan
yang berbeda.
Pada profil ini perakaran dijumpai di tiap lapisan. Lapisan 1 jumlahnya
biasa dan ukurannya sangat halus, pada lapisan 2 dan 3 jumlahnya sedikit.
Lapisan 2 dengan ukuran sedang, lapisan 3 dengan ukuran halus. Kondisi
perakaran semakin ke bawah horizon semakin sedikit karena akar tumbuhan
menyerap air dan unsur hara (humus).
3. Sifat Fisika Tanah
Pengamatan sifat fisika tanah meliputi tekstur tanah, struktur tanah,
konsistensi, dan warna. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksifraksi yang menyusun suatu volume massa tanah. Fraksi penyusun massa tanah
tersebut antara lain : pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay). Dalam
penentuan tekstur tanah di lapangan digunakan cara kualitatif, yaitu dengan
merasakan tingkat kasar, licin dan lengketnya tanah.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, tekstur tanah yang didapat pada
lapisan 1, lapisan 2 dan lapisan 3 berbeda. Pada lapisan 1 tekstur tanah geluh
debuan (SiL), lapisan 2 bertekstur geluh pasiran (SL) sedang lapisan 3
memiliki tekstur pasir geluhan (LS).
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan secara garis besar
keseluruhan agregasi atau susunan butir-butir tanah. Profil dapat dikuasai oleh
pola struktur tunggal. Seringkali dijumpai jumlah macam agregasi yang
merupakan perkembangan dari horizon yang dengan mudah dapat dilihat dari
56

keadaan dan ciri seperti gerakan air, pemindah panas, aerasi, kerapatan massa
dan gumpalan akan banyak dipengaruhi oleh struktur. Struktur tanah yang
terlihat pada pengamatan, yaitu pada lapisan 1, lapisan 2 dan lapisan 3
mempunyai struktur tanah yang berbeda yakni lapisan 1 gumpal menyudut
(Angular blocky), lapisan 2 gumpal membulat atau sub angular blocky (SBK)
dan lapisan 3 gumpal menyudut atau angular blocky.
Konsistensi

tanah

merupakan

menggambarkan keadaan fisik tanah

istilah

yang

digunakan

untuk

dengan kandungan air berbeda-beda

seperti yang diperlihatkan oleh reaksi tanah atas tekanan-tekanan mekanik.
Tekanan yang dilakukan dengan cara memeras, memijit dan atau memirit tanah
dalam keadaan yang sebenarnya di lapangan. Konsistensi tanah dipandang
sebagai kombinasi sifat yang dipengaruhi kekuatan mengikat antara butir-butir
tanah.Pengamatan konsistensi tanah dimungkinkan untuk dilakukan dalam tiga
kondisi, yaitu pada kondisi tanah kering, lembab dan atau basah. Konsistensi
tanah pada pengamatan tanah kali ini adalah terjadi pada kondisi tanah lembab.
Lapisan 1, lapisan 2 dan lapisan 3 memiliki konsistensi yang berbeda-beda.
Lapisan 1 sangat teguh, lapisan 2 gembur, dan lapisan 3 sangat teguh.
Warna tanah adalah penampilan agregat atau massa tanah yang
menyusun suatu tubuh tanah, sebagai hasil reaksi aneka senyawa kimia yang
didukung oleh sustu lingkungan tertentu. Warna tanah dapat memberikan
keterangan mengenai gatra pelikan tanah, tingkat peluruhan pelikan-pelikan
tanah, kandungan bahan organik, gejolak musiman air tanah, keadaan
pengatusan dan tata udara tanah, kesuburan tanah, perbedaan horizon, dan
unjuk kerja dan penggunaan tanah. Pada lapisan 1 dan lapisan 2 memiliki
warna yangsama ditunjukkan 2,5Y 5/3 yaitu light olive brown.
4. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah meliputi redoks (aerasi drainase), kadar bahan organik
tanah, kadar kapur dan penetrasi. Aerasi adalah kemampuan sirkulasi udara
dalam tanah. Sedangkan drainase menunujukkan kecepatan meresapnya air
dari tanah. Dalam pengamatannya digunakan reagen HCl 1,2 N, KCNS 10%,
dan K3Fe(CN)6 0,5 %. Dalam reaksinya akan membentuk warna merah dan
57

biru. Bila warna merah dominan dibanding warna biru maka aerasi dan
drainasenya baik dan sebaliknya.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan diketahui intensitas aerasi dan
drainase pada lapisan 2 dan lapisan dua baik (O2) karena timbul warna merah
nyata disertai hijau (oksidatif kuat), sedangkan pada lapisan 3 sedang (O1)
karena timbul warna merah nyatadisertai biru nyata (reduksi mutlak).
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah
karena bahan organik merupakan sumber sekaligus penyangga dari kesuburan
tanah. Kadar bahan organik dalam analisis kualitatif ditunjukkan dengan
adanya reaksi (proses pembuihan) pada tanah pada saat diberikan larutan H2O2
10% atau lebih. Dalam pemberian larutan ke contoh tanah, apabila semakin
besar reaksi yang terjadi maka kadar bahan organik dalam tanah semakin
tinggi. Demikian pula sebaliknya, apabila tidak terjadi reaksi apa-apa maka
kadar bahan organik dalam tanah bisa dikatakan tidak ada.
Kandungan bahan organik di lapisan 1 banyak karena buih-buih
nampak banyak seperti busa, pada lapisan 2 terdapat sedikit bahan organic
karena hanya sedikit buih yang tampak, sedangkan pada lapisan 3 terdapat
banyak sekali buih-buih saat ditetesi oleh larutan H2O2 yang menandakan pada
lapisan 3 terdapat bahan organik. Adanya ketidakseimbangan atau perbedaan
bahan organik pada lapisan karena peningkatan bahan organik yang terbentuk
dari sisa-sisa tanaman maupun organisme dalam tanah.
Kadar kapur dalam tanah dapat dianalisis sebagai indikasi tingkat
kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh
kapur dalam tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah,
pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan
dengan kegiatan biologi dalam tanah. Dari hasil pengamatan tidak terdapat
kadar kapur (CaCO3) pada seluruh lapisan.
5. Analisis Lengas Tanah
Kadar lengas tanah adalah kandungan air yang terdapat dalam pori
tanah. Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori di antara padatan tanah.
Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi oleh air.
58

Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori
akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah
dikatakan tidak jenuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan lengas
dalam tanah antara lain, anasir iklim, kandungan bahan organik dan lempung
tanah, relief, dan bahan penutup tanah.
Pada perhitungan kadar lengas tanah kering angin digunakan ctka
bongkah, 2 mm, dan 0,5 mm dengan dua kali perulangan. Hasil perhitungan
rata-rata kadar lengas kering angin yang diperoleh adalah 8,56% ctka bongkah,
5,23 % ctka 2 mm serta 8,59 % untuk ctka 0,5 mm. kadar lengas pada ctka 0,5
mm lebih besar daripada ctka bongkah dan 2 mm karena pada ctka 0,5 mm
memiliki luasan permukaan yang juga lebih besar daripada ctka 2 mm. Itulah
yang menyebabkan kenapa ctka 0,5 mm lebih banyak menyerap air
dibandingkan dengan ctka 2 mm.
Pada perhitungan kadar lengas kapasitas lapangan dan kadar lengas
maksimum hanya dilakukan dua kali pengulangan dengan satu macam ctka
yaitu dengan ctka 2 mm. Kapasitas lapangan dihitung dengan rumus yang sama
dengan perhitungan kadar lengas kering angin. Hasil rata-rata perhitungan yang
didapatkan dari kapasitas lapangan sebesar 38,87%.
Pada perhitungan ini didapat data berat cawan dan gelas arloji tanpa
ctka sebesar 47,16 gram, berat cawan dan gelas arloji dengan ctka setelah
direndam kurang lebih 12 jam sebesar 90,59 gram, beratcawan dengan ctka
setelah dioven dan didinginkan sebesar 72,7 gram dan berat cawan dan gelas
arloji tanpa ctka setelah dibersihkan adalah sebesar 46,52 gram. Nilai lengas
maksimum yang diperoleh dari hasil perhitungan tersebut dengan rumus di atas
adalah sebesar 65,875 %. Selain kadar lengas kering angin, kapasitas lapangan
dan kadar lengas maksimum, batas berubah warna juga dihitung. Hasil dari
perhitungan batas berubah warna yaitu sebesar 9,56% yang berarti tanah
entisol di FP UNS memiliki pengharkatan batas berubah warna yang rendah.
6. Analisis pH Tanah
Pada dasarnya penentuan pH ada dua macam, yaitu dengan H2O dan
KCl. Penentuan pH dengan H2O disebut dengan pH aktual, sedangkan
59

penentuan pH dengan KCl disebut dengan pH potensial. Pada pengamatan
menggunakan pH meter dengan ctka 0,5 mm didapat data bahwa pada hasil
pengukuran pH dengan H₂O adalah 6,78 sedangkan pH dengan KCl yaitu 5,81.
Ini berarti bahan organik yang terkandung pada masing-masing horison
berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal itulah yang menyebabkan nilai pH
aktual lebih tinggi dari pH potensial. Bahan organik itu juga dipengaruhi pula
oleh geologi pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik maka tanah itu
semakin subur.
7. Analisis Struktur Tanah
Struktur tanah adalah ikatan antar partikel atau fraksi primer tanah yang
membentuk suatu susunan gumpalan yang disebabkan adanya perekat organic
maupun anorganik. Peranan penting struktur tanah yaitu teredianya air di
dalam tanah, ketersediaan unsur hara dalam tanah, perombakan material
organik di dalam tanah, suhu tanah, penetrasi perakaran tanaman serta aktivitas
mikroorganisme atau biota tanah.
Bobot jenis atau yang disebut particle density merupakan perbandingan
antara bobot partikel tanah dengan volume partikel tanah. Bobot partikel tanah
dicari dengan dikering ovenkan agar tidak ada air dalam pori-pori tanah.
Setelah penghitungan, didapatkan berat piknometer kosong dengan tutupnya
22 gram, piknometer berisi aquades penuh dan di tutup sebesar 50,53 gram,
piknometer diisi dengan tanah 26,99 gram, piknometer setelah didiamkan
semalaman ditambah dengan aquades hingga penuh seberat 53,5 gram. Hasil
pengukuran suhu untuk mendapatkan berat jenis pertama adalam 26oC dan
memiliki berat jenis pertama 99,68 didapatkan dari piknometer yang telah diisi
air dengan aquades hingga penuh lalu melihat berat jenis pada tabel berat jenis.
Berat jenis kedua adalah 0,9973 yang didapatkan dari pengukuran suhu pada
piknometer yang telah semalaman telah diendapkan yang didalamnya telah
terisi tanah 5 gram dan aquades separuh volume lalu ditambahkan aquades
hingga penuh untuk mengukur suhu dengan termometer, suhunya sebesar
24oC.bobot jenis tanah FP UNS yaitu 2,46 gram.
60

Bobot volume hamper seperti bobot jenis, bobot volume merupakan
perbandingan antara bobot dengan volume tanah. Perbedaannya hanya pada
pengukuran volume tanah, pori-pori dihitung juga sebagai bagian dari volume
tersebut. Dengan melapisi bongkahan tanah kecil dengan paraffin atau lilin lalu
dimasukkan dalam tabung yang telah berisi aquades yang telah diketahui
volumenya. Angka rata-rata dalam penghitungan bobot volume didapat sebagai
berikut; bongkahan tanah sebelum diberi paraffin atau lilin memiliki berat 2
gram. Bongkahan tanah yang telah dilumuri paraafin/lilin seberat 2,21gram.
Volume aquades sebelum dimasuki tanah 15 cc dan setelah bongkah tanah
dimasukkan volume menjadi 16 cc. Berat volume bongkah tanah jumantono
adalah 1,685.Nilai porositas adalah prosentase pori-pori dalam tanah. Dari
penghitungan tersebut diperoleh nilai porositas sebesar 11,178%.
C. Jatikuwung
1. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan pencandraan bentang lahan dengan cara pengidentifikasian
lahan dilaksanakan di Jatikuwung, Karanganyar pada hari Sabtu, 2 November
2013. Tanah di lokasi Jatikuwung adalah jenis tanah vertisol yang mempunyai
karakteristik secara umum antara lain yaitu warna tanah kelabu tua sampai
hitam, kandungan bahan organik relative rendah, tekstur liat berat(keras bila
kering,lengket bila basah), ketinggian antara 0-200m dpl.
Kondisi cuaca pada saat pengamatan dalam keadaan cerah. Titik
pengamatan profil terletak pada 7o 31’ 9,9” LS dan 110o50’70,8” BT di
ketinggian 179 m dpl. Lahan yang diamati mempunyai kemiringan 12 % yang
berarti sangat miring. Kemiringan lereng diukur dengan klinometer. Arah
profilnya adalah barat. Maksud dari penentuan arah profl adalah untuk
mengetahui intensitas matahari yang mempengaruhi pembentukan tanah,
karena

dapat

mempengaruhi

pelapukan.

Fisiografi

lahan

merupakan

pencandraan tentang genesis tanah dan evolusi bentuk tanah, sedangkan plato
merupakan bentang alam dengan bentuk kubah yang bagian puncaknya rata.
61

Hidrologi adalah keadaan atau kondisi air pada suatu lahan/daerah.
Jatikuwung mempunyai hidrologi yang terbebas dari genangan dan tanpa
banjir. Tutupan lahan yang paling dominan adalah rumput. Geologi di
Jatikuwung yaitu QVM (batuan gunung api merapi). Batuan permukaan
berjumlah 0,1% dari luas permukaan dan erosinya adalah erosi alur dengan
tingkat erosi ringan. Erosi adalah kegiatan pengikisan tanah yang disebabkan
oleh adanya agen penyebab erosi seperti angin dan air. Vegetasi yang
ditemukan antara lain Mangga 10%, Rumput 85%, Putrimalu 5%.
2. Penyidikan Profil Tanah
Profil tanah adalah penampang melintang vertikal tanah yang
menunjukkan susunan horizon atau lapisan tanah serta terdiri dari solum tanah
dan bahan induk tanah. Metode yang digunakan dalam pembuatan profil tanah
adalah irisan pada lereng yang dibuat pada kemiringan <60%. Dari hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa jeluk tanah sedalam 45 cm. Jeluk
merupakan kedalaman profil tanah yang diukur dari permukaan tanah sampai
pada batas akhir lapisan bawah meliputi lapisan top soil dan lapisan sub soil.
Pada profil tanah yang diamati terdapat dua horizon dengan masing-masing
horizon terdiri atas dua lapisan. Kedalaman pada horizon A1 yaitu 0-15 cm,
horizon A2 15-27 cm, dan horizon B 27-40 cm.
Berdasarkan hasil pengamatan juga diketahui bahwa batas-batas lapisan
yang meliputi ketegasan dan bentuk yaitu ketegasan batas antara horizon
A1dan horizon A2 adalah berangsur, sedangkan batas antara horizon A2 dan
horizon B adalah berangsur. Bentuk dari batas-batas masing-masing horizon
semuanya adalah tajam. Penarikan batas dan garis horizon tanah ditentukan
atau dilakukan dengan cara memukul-mukulkan gagang pisau belati ke profil
tanah untuk membedakan suaranya. Suara yang berbeda menunjukkan adanya
horizon yang berbeda pula. Selain itu dapat juga dengan melakukan tusukkantusukkan pada profil tanah tersebut. Semakin ke dalam tanahnya semakin
keras, hal ini disebabkan oleh konsistensi dan struktur tanahnya yang semakin
kuat. Adanya tingkat kekerasan yang berbeda menunjukkan adanya horizon
yang berbeda.
62

Pada profil ini perakaran dijumpai di semua horizon. Horizon A1
jumlahnya biasa dan ukurannya halus, horizon A2 jumlahnya sedikit dengan
ukuran sangat halus, dan horizon B jumlahnya sedikit dengan ukuran sangat
halus. Kondisi perakaran semakin ke bawah lapisan semakin sedikit karena
akar tumbuhan menyerap air dan unsur hara (humus), dan unsur hara paling
banyak terdapat di horizon O. Perakaran ini penting bagi tumbuhan karena bila
jumlah perakaran banyak maka daya serap tanaman terhadap unsur hara dan
mineral dalam tanah menjadi tinggi dan itu berguna bagi pertumbuhan tanaman
3. Sifat Fisika Tanah
Pengamatan pada sifat fisika tanah meliputi tekstur tanah, struktur
tanah, konsistensi, dan warna. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif
dari pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay) atau merupakan kelompok
partikel yang ukurannya lebih kecil dari kerikil. Tekstur tanah menunjukkan
kasar atau halusnya suatu tanah dan juga menunjukkan daya tahan tanah
terhadap air. Dari pengamatan diperoleh hasil bahwa pada horizon A1 geluh
lempung debuan (SiCL), pada horizon A2 bertekstur (L), sedangkan pada
horizon B bertekstur geluh pasiran (SL). Cara yang digunakan untuk
mengetahui tekstur tanah ini adalah dengan membasahi tanah kemudian
memijit-mijit dengan jari sambil merasakan unsur-unsur mana yang terkandung
di dalamnya.
Struktur tanah merupakan susunan ikatan-ikatan partikel tanah antara
yang satu dengan yang lainnya. Dalam struktur tanah ini yang diamati adalah
tipe, ukuran, dan derajad strukturnya. Cara menentukan struktur tanah ini
adalah dengan mengambil gumpalan tanah, dipecah dengan jari, kemudian
pecahan tersebut merupakan agregat yang selanjutnya dari agregat tersebut
dapat ditentukan tipe, ukuran, dan derajad strukturnya. Menurut hasil
pengamatan didapat pada horizon A1, A2, dan B bertipe SBK yaitu gumpal
membulat.
Konsistensi tanah adalah derajad kohesi dan adhesi partikel tanah dan
ketahanan atau resistensi tanah terhadap perubahan bentuk atau perpecahan.
Pada praktikum ini didapatkan lahan di daerah tersebut berkonsistensi lembab
63

dengan kategori atau tingkat yang berbeda-beda. Konsistensi pada horizon A1,
A2, dan B adalah lembab-sangat teguh, dimana ketika tanah ditekan dengan
kuat antara ibu jari dan telunjuk dapat hancur. Konsistensi tanah ini ditentukan
dengan meremas, memijit, dan memirit tanah dengan ibu jari dan telunjuk.
Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah untuk
ditentukan. Cara menentukan warna tanah ini dengan menggunakan Munsell
Soil Colour Chart (MSCC). Umumnya untuk tanah jenis vertisol pada bagian
permukaannya mempunyai warna hitam, ini merupakan ciri khas tanah
vertisol. Warna hitam atau gelap tersebut dipengaruhi oleh kandungan bahan
organik, dimana jika tanah tersebut memiliki kandungan bahan organik yang
tinggi maka warnanya akan lebih gelap. Dari pengamatan diperoleh pada
horizon A1 7,5 YR 2,5/3 (very darkbrown), horizon A2 7,5 YR 3/2 (dark
brown) B2,5 YR 4/2 (brown).
4. Sifat Kimia Tanah
Redoks atau Aerasi dan drainase adalah kemampuan sirkulasi udara
dalam tanah, sedangkan drainase menunjukkan kecepatan meresapnya air dari
tanah. Dalam pengamatannya digunakan reagen HCl 1,2 N, KCNS 10%, dan
K4Fe(CN)6 0,5 %. Dalam reaksinya akan membentuk warna merah dan biru.
Bila warna merah dominan dibanding warna biru maka aerasi dan drainasenya
baik dan sebaliknya. Pada pengamatan didapat aerasi dan drainase pada
horizon A1 dan A2 sangat baik yang timbul warna merah nyata, B aerasi dan
drainasenya sedang karena timbul warna biru nyata disertai merah merah
nyata. Dilihat dari tekstur tanahnya semakin ke atas reduksi oksidasi semakin
buruk.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah
karena bahan organik merupakan sumber sekaligus penyangga dari kesuburan
tanah. Kadar bahan organik dalam analisis kualitatif ditunjukkan dengan
adanya reaksi (proses pembuihan) pada tanah pada saat diberikan larutan H2O2
10% atau lebih. Dalam pemberian larutan ke contoh tanah, apabila semakin
besar/hebat reaksi yang terjadi maka kadar bahan organik dalam tanah semakin
64

tinggi. Demikian pula sebaliknya, apabila tidak terjadi reaksi apa-apa maka
kadar bahan organik dalam tanah bisa dikatakan tidak ada.
Kandungan bahan organik di horizon A1hanya beberapa buih kelihatan,
horizon A2 adalah sangat banyak dengan adanya buih-buih membentuk busa
tebal, dan horizon B adalah sedikit dengan buih yang tampak. Adanya
ketidakseimbangan atau perbedaan bahan organik pada horizon karena
peningkatan bahan organik yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman maupun
organisme dalam tanah. Dengan demikian semakin ke dalam kandungan bahan
organiknya

semakin

sedikit,

hal

ini

disebabkan

karena

aktivitas

mikroorganisme semakin ke dalam semakin berkurang karena ikatan-ikatan
partikel atau butir-butir tanah yang semakin kuat sehingga ruang udara yang
menyediakan oksigen bagi kehidupan mikroorganisme tersebut juga terbatas.
Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan
agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang
berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah. Analisis kadar kapur tanah
secara kaulitatif atau yang biasa dilakukan di lapangan, yaitu meneteskan
contoh tanah dengan larutan HCl 10 %. Apabila tanah mengandung kapur
maka akan terjadi reaksi atau pembuihan. Semakin banyak kandungan kapur
dalam tanah maka reaksi yang terjadi semakin besar atau hebat. Kadar kapur
(CaCO3) pada horizon A terdapat sedikit kadar kapur, sedangkan pada horizon
B1sampai B2 tidak terdapat kandungan kapur karena tidak terjadi reaksi setelah
penetesan HCl 10% pada contoh tanah.
Konkresi dapat terjadi karena adanya proses oksidasi-reduksi di mana
terjadi konsentrasi dari bahan tanah. Tingkat konkresi tanah berhubungan
dengan kandungan Fe dan Mn pada tanah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
bercak hitam dan merah kekuningan. Dari hasil pengamatan dapat diperoleh
bahwa dari horizon A1 sampai horizon B tidak terlihat adanya konkresi karena
tidak adanya bercak hitam yang menandakan adanya kandungan Mn.
5. Analisis Lengas Tanah
Kadar lengas tanah adalah kandungan air yang terdapat dalam pori
tanah. Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori di antara padatan tanah.
65

Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi oleh air.
Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori
akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah
dikatakan tidak jenuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan lengas
dalam tanah antara lain, anasir iklim, kandungan bahan organik dan lempung
tanah, relief, dan bahan penutup tanah.
Pada perhitungan kadar lengas tanah kering angin digunakan ctka
bongkah, 2 mm, dan 0,5 mm dengan dua kali perulangan. Hasil perhitungan
rata-rata kadar lengas kering angin yang diperoleh adalah 12,67% ctka
bongkah, 11,48% ctka 2 mm serta 10,69% untuk ctka 0,5 mm. kadar lengas
pada ctka 0,5 mm seharusnya lebih besar daripada ctka bongkah dan 2 mm
karena pada ctka 0,5 mm memiliki luasan permukaan yang juga lebih besar
daripada ctka 2 mmyang menyebabkan kenapa ctka 0,5 mm lebih banyak
menyerap air dibandingkan dengan ctka 2 mm, tetapi disaat penelitian dapat
terjadi kekeliruan.
Pada perhitungan kadar lengas kapasitas lapangan dan kadar lengas
maksimum hanya dilakukan dua kali pengulangan dengan satu macam ctka
yaitu dengan ctka 2 mm. Kapasitas lapangan dihitung dengan rumus yang sama
dengan perhitungan kadar lengas kering angin. Hasil rata-rata perhitungan yang
didapatkan dari kapasitas lapangan sebesar 44,60%. Sedangkan lengas
maksimum dihitung dengan rumus yang berbeda dari perhitungan kadar lengas
kering angina.
Pada perhitungan lengas maksimum didapat data berat cawan dan gelas
arloji tanpa ctka sebesar 57,95 gram, berat cawan dan gelas arloji dengan ctka
setelah direndam kurang lebih 12 jam sebesar 110,71 gram, berat cawan
dengan ctka setelah dioven dan didinginkan sebesar 85,92 gram dan berat
cawan dan gelas arloji tanpa ctka setelah dibersihkan adalah sebesar 57,54
gram. Nilai lengas maksimum yang diperoleh dari hasil perhitungan tersebut
dengan rumus di atas adalah sebesar 86,36%. Selain kadar lengas kering angin,
kapasitas lapangan dan kadar lengas maksimum, batas berubah warna juga
dihitung. Hasil dari perhitungan batas berubah warna yaitu sebesar 14,47 %
66

yang berarti tanah alfisol di Jumantono memiliki pengharkatan batas berubah
warna sedang.
6. Analisis pH Tanah
Pada dasarnya penentuan pH ada dua macam, yaitu dengan H2O dan
KCl. Penentuan pH dengan H2O disebut dengan pH aktual, sedangkan
penentuan pH dengan KCl disebut dengan pH potensial. Pada pengamatan
menggunakan pH meter dengan ctka 0,5 mm didapat data bahwa pada hasil
pengukuran pH dengan H₂O adalah 6,35sedangkan pH dengan KCl yaitu6,47.
Ini berarti bahan organik yang terkandung pada masing-masing horison
berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal itulah yang menyebabkan nilai pH
aktual lebih tinggi dari pH potensial. Bahan organik itu juga dipengaruhi pula
oleh geologi pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik maka tanah itu
semakin subur
7. Analisis Struktur Tanah
Struktur tanah adalah ikatan antar partikel atau fraksi primer tanah yang
membentuk suatu susunan gumpalan yang disebabkan adanya perekat organic
maupun anorganik. Peranan penting struktur tanah yaitu teredianya air di
dalam tanah, ketersediaan unsur hara dalam tanah, perombakan material
organic di dalam tanah, suhu tanah, penetrasi perakaran tanaman serta aktivitas
mikroorganisme atau biota tanah.
Bobot jenis atau yang disebut particle density merupakan perbandingan
antara bobot partikel tanah dengan volume partikel tanah. Bobot partikel tanah
dicari dengan dikering ovenkan agar tidak ada air dalam pori-pori
tanah.Setelah dilakukan penghitungan, didapatkan berat piknomete kosong
dengan tutupnya 24 gram, piknometer berisi aquades penuh dan di tutup
sebesar 56,27 gram. Hasil pengukuran suhu untuk mendapatkan berat jenis
pertama dan berat jenis kedua adalah sama, adalam kondisi suhu terukur
dengan thermometer 28oC dan memiliki berat jenis 0,9963 yang didapatkan
dari piknometer yang telah diisi air dengan aquades hingga penuh. Hingga
didapatkan bobot jenis tanah sebesar 1,63.
67

Bobot volume hampir seperti bobot jenis, bobot volume merupakan
perbandingan antara bobot dengan volume tanah. Perbedaannya hanya pada
pengukuran volume tanah, pori-pori dihitung juga sebagai bagian dari volume
tersebut. Dengan melapisi bongkahan tanah kecil dengan paraffin atau lilin lalu
dimasukkan dalam tabung yang telah berisi aquades yang telah diketahui
volumenya.
Angka rata-rata dalam penghitungan bobot volume didapat sebagai
berikut; bongkahan tanah sebelum diberi paraffin atau lilin memiliki berat 2,4
gram. Bongkahan tanah yang telah dilumuri paraafin/lilin seberat 2,64gram.
Volume aquades sebelum dimasuki tanah 20 cc dan setelah bongkah tanah
dimasukkan volume menjadi 20,75 cc. Berat volume bongkah tanah jumantono
adalah 3,66 gram.Nilai porositas adalah prosentase pori-pori dalam tanah. Cara
mengetahui porositas adalah dengan menganalisis berat jenis dan berat volume.
Dari penghitungan tersebut diperoleh nilai porositas sebesar -120%.
68

VI. KOMPREHENSIF
Pengamatan yang dilakukan pada praktikum ilmu tanah meliputi
pencandraan bentang lahan, penyidikan profil tanah, sifat fisika tanah, sifat kimia
tanah, analisis lengas tanah, analisis pH tanah, dan analisis struktur tanah.
Pengamatan tersebut diamati karena memiliki hubungan yang saling terkait antara
satu dengan yang lain. Pengamatan pencandraan bentang lahan meliputi keadaan
medan atau fisiografi lahan dapat mempengaruhi aerasi dan drainase. Aerasi dan
drainase semakin ke bawah semakinn buruk. Sedangkan kemiringan lahan akan
berpengaruh pada proses pembentukan tanah yang akhirnya akan ikut menentukan
sifat – sifat tanah itu sendiri. Kemiringan yang berpengaruh pada sifat bahan
induk dan taraf erosi yang terjadi. Untuk mencegah terjadinya erosi yang
berlebihan pada daerah ini maka timbul timbulan makro dibentuk berupa
sengkedan.
Lahan di Fakultas Pertanian dengan ketinggian 127 m dpl ini memiliki
jenis tanah entisol dengan bentuk lahan alluvial, yang terletak antara Gunung
Lawu dan sungai Bengawan Solo. Adanya sengkedan merupakan bukti adanya
campur tangan manusia terhadap tanah, yang menyebabkan erosi tanah yang
terjadi adalah erosi alur dalam tingkat yang sedang. Kondisi lahan yang bebas
banjir terkait oleh adanya sengkedan yang berpengaruh pula genangan yang
sifatnya bebas, karena apabila ada air dalam kapasias besar, maka air akan dengan
mudah mengalir kebawah. Erosi yang bersifat sedang adanya batuan permukaan
dalam kelas 2. Dari penyidikan profil, diketahui solum tanahnya termasuk
dangkal. Jenis vegetasi yang terdapat adalah jati, asam, mahoni, bodi, lamtoro.
Tanah di Jatikuwung merupakan tanah vertisol yaitu tanah mineral yang
mempunyai perkembangan profil, agak tebal (>50 cm), tekstur lempung berat,
struktur di lapisan atas gumpal hingga kersai (granular) di lapisan bawah,
konsistensi bila lembab dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak,
umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi,
permeabilitas lambat dan peka erosi. Hal ini mengakibatkan tanah ditempat yang
lebih tinggi menjadi bergelombang dan didataran membentuk bukit – bukit kecil
yang cembung. Jenis ini berasal dari batu vulkanik gunung merapi bersifat basa.

69
69

Mempunyai jenis lempung berupa montmorilonit lempung dengan tipe kaolinit
2:1 yang dapat mengembang dan mengerut. Sehingga lahan mempunyai daya
adsorbsi tinggi. Dan memiliki jenis vegetasi berupa rumput, pohon jati, mangga,
lamtoro, kemangi, tanaman berbunga.
Dari hasil pengamatan pada lahan di daerah Jumantono, jenis tanahnya
merupakan tanah alfisol yaitu jenis tanah yang telah berkembang atau terjadi
diferensiasi horizon, kedalaman dalam, konsistensi gembur hingga agak teguh,
warna coklat merah hingga kuning. Berasal dari batuan induk aluvial, tekstur
beraneka ragam pada umumnya berlempung, terbentuk struktur gumpal,
konsistensi dalam keadaan lembab gembur hingga teguh, kesuburan sedang
hingga tinggi. Tanah yang diamati termasuk tanah yang sudah mengalami
pelapukan yang lanjut karena tidak ditemukannya retakan atau bunga kol, karena
daerah tersebut banyak mengandung lempung dengan tipe kaolinit 1:1 yang tidak
bersifat mengembang dan mengerut. Jenis vegetasi berupa kacang tanah, jagung,
semak, pohon jati, singkong, mangga, dan lainnya.
Sifat-sifat alfisol, memiliki horison argilik dan terdapat di kawasan yang
tanahnya lembab paling sedikit dalam setengah tahun. Kebutuhan akan kejenuhan
basa lebih dari 35% di dalam horison argilik alfisol berarti bahwa basa-basa yang
terlepas karena terurai. Iklim yang menguntungkan dan tanah dengan kesuburan
serta sifat fisika yang agak baik menjadikan alfisol salah satu ordo tanah yang
paling produktif untuk pertanian.
Dapat dikatakan semua profil tanah memperlihatkan perubahan warna dari
suatu horison berikutnya. Tampakan ini paling nyata dalam tanah matang. Dalam
tanah muda dan yang sangat tua tampakan seperti ini kurang nyata. Dalam tanah
muda, waktu belum mencukupi untuk menghasilkan deferensiasi horison. Dalam
tanah sangat tua, diferensiasi horison menghilang karena perlindian dan pelapukan
yang telah sangat lanjut yang cenderung menyamaratakan tampakan diseluruh
profil.
Konsistensi berkaitan erat dengan struktur. Faktor – faktor yang
menentukan struktur tanah, seperti tekstur, macam – macam lempung dan
70

kadarbahan organik juga ikut menentukan konsistensi tanah. Tanah bertekstur
sama dapat berbeda konsistensinya karena berbeda macam lempungnya.
Untuk kesuburannya tanah alluvial baik karena daerah dengan fisiologi
tanah alluvial mempunyai daerah yang luas dan terdapat disepanjang aliran
sungai. Selain itu tanah alluvial juga sangat produktif dan tingkat aerasi drainasenya yang baik, sehingga tanah jenis ini sangat baik untuk pertanian.
Untuk kesuburan tanah alfisol agak baik karena tanah ini merupakan tanah tua
yang telah lama mengalami pelapukan dan memiliki sifat fisika tanah yang baik
pula. Untuk kesuburan tanah vertisol ini relatif rendah karena merupakan tanah
dengan kandungan BO relatif rendah. Jadi tanah ini kurang baik untuk pertanian
karena mengandung lempung dimana lempung dapat menahan air yang
diterimanya dari lapisan diatasnya, karena susunan partikel tanah lempung yang
teguh sehingga tanah jenis ini susah untuk meloloskan air kelapisan yang ada
dibawahnya.
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah

Contenu connexe

Tendances

Pengelolaan tanah sulfat masam
Pengelolaan tanah sulfat masamPengelolaan tanah sulfat masam
Pengelolaan tanah sulfat masamArdina074
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
 
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08Soal ujian i dasar ilmu tanah 08
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08Reni Ustiatik
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihNur Haida
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologiedhie noegroho
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanfahmiganteng
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camfahmiganteng
 
Ppt lahan kering kel.2
Ppt lahan kering kel.2Ppt lahan kering kel.2
Ppt lahan kering kel.2Astrijyt
 
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahjumadi ahmad
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihTidar University
 
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan KlimatologiLaporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologiasriantiputrilestari5
 
Unsur Hara Esensial Tumbuhan
Unsur Hara Esensial TumbuhanUnsur Hara Esensial Tumbuhan
Unsur Hara Esensial TumbuhanGoogle
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
RDG (Resistensi Difusi Gas)
RDG (Resistensi Difusi Gas)RDG (Resistensi Difusi Gas)
RDG (Resistensi Difusi Gas)Novia Dwi
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur haraf' yagami
 

Tendances (20)

Pengelolaan tanah sulfat masam
Pengelolaan tanah sulfat masamPengelolaan tanah sulfat masam
Pengelolaan tanah sulfat masam
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
 
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08Soal ujian i dasar ilmu tanah 08
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08
 
Laporan anveg
Laporan anvegLaporan anveg
Laporan anveg
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologi
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
Tanaman tomat
Tanaman tomatTanaman tomat
Tanaman tomat
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
 
Ppt lahan kering kel.2
Ppt lahan kering kel.2Ppt lahan kering kel.2
Ppt lahan kering kel.2
 
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan KlimatologiLaporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
 
Sifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPTSifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPT
 
Unsur Hara Esensial Tumbuhan
Unsur Hara Esensial TumbuhanUnsur Hara Esensial Tumbuhan
Unsur Hara Esensial Tumbuhan
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
 
RDG (Resistensi Difusi Gas)
RDG (Resistensi Difusi Gas)RDG (Resistensi Difusi Gas)
RDG (Resistensi Difusi Gas)
 
Dasar Ilmu Tanah
Dasar Ilmu TanahDasar Ilmu Tanah
Dasar Ilmu Tanah
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur hara
 
Mekanika Tanah I (Teori Klasifikasi Tanah)
Mekanika Tanah I (Teori Klasifikasi Tanah)Mekanika Tanah I (Teori Klasifikasi Tanah)
Mekanika Tanah I (Teori Klasifikasi Tanah)
 

En vedette

Laporan praktikum ilmu tanah agus ap
Laporan praktikum ilmu tanah  agus apLaporan praktikum ilmu tanah  agus ap
Laporan praktikum ilmu tanah agus apAgus Adipura
 
Laporan Praktikum Biologi Mikroba Tropis
Laporan Praktikum Biologi Mikroba TropisLaporan Praktikum Biologi Mikroba Tropis
Laporan Praktikum Biologi Mikroba Tropisguestbbed0b
 
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahLaporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahNurul Afdal Haris
 
Laporan Studi Pengadaan Tanah untuk Pembangunan
Laporan Studi Pengadaan Tanah untuk PembangunanLaporan Studi Pengadaan Tanah untuk Pembangunan
Laporan Studi Pengadaan Tanah untuk PembangunanTedy Sitepu
 
Laporan fieldtrip dasar ilmutanah i
Laporan fieldtrip dasar ilmutanah iLaporan fieldtrip dasar ilmutanah i
Laporan fieldtrip dasar ilmutanah ifahmiganteng
 
4 slamet-s-kesuburan-tanah
4 slamet-s-kesuburan-tanah4 slamet-s-kesuburan-tanah
4 slamet-s-kesuburan-tanahjufrikarim
 
Fotosintesis
FotosintesisFotosintesis
FotosintesisAstri
 
Hubungan air dengan tanaman
Hubungan air dengan tanamanHubungan air dengan tanaman
Hubungan air dengan tanamanAstri
 

En vedette (20)

Laporan praktikum ilmu tanah agus ap
Laporan praktikum ilmu tanah  agus apLaporan praktikum ilmu tanah  agus ap
Laporan praktikum ilmu tanah agus ap
 
Laporan tanah 1
Laporan tanah 1Laporan tanah 1
Laporan tanah 1
 
Laporan praktikum geografi tanah maryam
Laporan praktikum geografi tanah   maryamLaporan praktikum geografi tanah   maryam
Laporan praktikum geografi tanah maryam
 
Laporan Praktikum Biologi Mikroba Tropis
Laporan Praktikum Biologi Mikroba TropisLaporan Praktikum Biologi Mikroba Tropis
Laporan Praktikum Biologi Mikroba Tropis
 
Bab i fisika kimia dan biologi tanah
Bab i fisika kimia dan biologi tanahBab i fisika kimia dan biologi tanah
Bab i fisika kimia dan biologi tanah
 
Laporan resmi
Laporan resmiLaporan resmi
Laporan resmi
 
Fisika Tanah -- Pertanian
Fisika Tanah -- PertanianFisika Tanah -- Pertanian
Fisika Tanah -- Pertanian
 
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahLaporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
 
Laporan Studi Pengadaan Tanah untuk Pembangunan
Laporan Studi Pengadaan Tanah untuk PembangunanLaporan Studi Pengadaan Tanah untuk Pembangunan
Laporan Studi Pengadaan Tanah untuk Pembangunan
 
91198304 praktikum-3
91198304 praktikum-391198304 praktikum-3
91198304 praktikum-3
 
Laporan fieldtrip dasar ilmutanah i
Laporan fieldtrip dasar ilmutanah iLaporan fieldtrip dasar ilmutanah i
Laporan fieldtrip dasar ilmutanah i
 
4 slamet-s-kesuburan-tanah
4 slamet-s-kesuburan-tanah4 slamet-s-kesuburan-tanah
4 slamet-s-kesuburan-tanah
 
01. ilmu tanah
01. ilmu tanah01. ilmu tanah
01. ilmu tanah
 
Fotosintesis
FotosintesisFotosintesis
Fotosintesis
 
Difusi dan Osmosis
Difusi dan OsmosisDifusi dan Osmosis
Difusi dan Osmosis
 
Fungsi unsur hara
Fungsi unsur hara Fungsi unsur hara
Fungsi unsur hara
 
Petani rasional
Petani rasionalPetani rasional
Petani rasional
 
Hara Mineral
Hara MineralHara Mineral
Hara Mineral
 
Hubungan air dengan tanaman
Hubungan air dengan tanamanHubungan air dengan tanaman
Hubungan air dengan tanaman
 
Hidroponik Modern
Hidroponik ModernHidroponik Modern
Hidroponik Modern
 

Similaire à Laporan ilmu tanah

Faktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografiFaktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografiMeilani Marjuki
 
Pengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahanPengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahanAqyu DenganMyu
 
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfBUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfDwiKurniawati35
 
Tanah dan keberlangsungan Kehidupan 3.pptx
Tanah dan keberlangsungan Kehidupan 3.pptxTanah dan keberlangsungan Kehidupan 3.pptx
Tanah dan keberlangsungan Kehidupan 3.pptxharminto06
 
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpspenyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpsNovita Lessy
 
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)farsfyn19
 
Suriadi (g2 s119006) bahan presentase tanah ultisol
Suriadi (g2 s119006) bahan presentase tanah ultisolSuriadi (g2 s119006) bahan presentase tanah ultisol
Suriadi (g2 s119006) bahan presentase tanah ultisolSuriadiLakata
 
PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....
PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....
PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....DimasDwiAldhiPutraDi
 
Bahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasBahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasSilmi Kaffah
 
Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Paranody
 

Similaire à Laporan ilmu tanah (20)

Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Faktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografiFaktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografi
 
Ekologi tanah
Ekologi tanahEkologi tanah
Ekologi tanah
 
Pengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahanPengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahan
 
1991 tanah-dan-lingkungan
1991 tanah-dan-lingkungan1991 tanah-dan-lingkungan
1991 tanah-dan-lingkungan
 
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfBUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Tanah dan keberlangsungan Kehidupan 3.pptx
Tanah dan keberlangsungan Kehidupan 3.pptxTanah dan keberlangsungan Kehidupan 3.pptx
Tanah dan keberlangsungan Kehidupan 3.pptx
 
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpspenyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
 
Sekilas Tentang Pedosfer
Sekilas Tentang PedosferSekilas Tentang Pedosfer
Sekilas Tentang Pedosfer
 
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)
 
Silvika tanah 3
Silvika tanah 3Silvika tanah 3
Silvika tanah 3
 
Suriadi (g2 s119006) bahan presentase tanah ultisol
Suriadi (g2 s119006) bahan presentase tanah ultisolSuriadi (g2 s119006) bahan presentase tanah ultisol
Suriadi (g2 s119006) bahan presentase tanah ultisol
 
Ilmu tanah 1
Ilmu tanah 1Ilmu tanah 1
Ilmu tanah 1
 
Bab4 tanah brantashulu
Bab4 tanah brantashuluBab4 tanah brantashulu
Bab4 tanah brantashulu
 
PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....
PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....
PPT TUGAS MANDIRI GEOLOGI KUARTER PEDOSOL DIMAS DWI ALDHI PUTRA 072001800062....
 
Definisi tanah
Definisi tanahDefinisi tanah
Definisi tanah
 
Bahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasBahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugas
 
Konsep tanah
Konsep tanahKonsep tanah
Konsep tanah
 
Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012
 

Plus de Hafshah Zuhairoh

Plus de Hafshah Zuhairoh (17)

buat yang sulit putus!
buat yang sulit putus!buat yang sulit putus!
buat yang sulit putus!
 
ini kalimat penenang
ini kalimat penenangini kalimat penenang
ini kalimat penenang
 
Identitas nasional
Identitas nasionalIdentitas nasional
Identitas nasional
 
Makalah Tarbiyah Istimroriyah
Makalah Tarbiyah IstimroriyahMakalah Tarbiyah Istimroriyah
Makalah Tarbiyah Istimroriyah
 
Laporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaanLaporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaan
 
Pembangunan pertanian
Pembangunan pertanianPembangunan pertanian
Pembangunan pertanian
 
Ketahanan pangan
Ketahanan panganKetahanan pangan
Ketahanan pangan
 
Intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi
Intensifikasi, ekstensifikasi  dan diversifikasiIntensifikasi, ekstensifikasi  dan diversifikasi
Intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi
 
Sifat & pembuatan koloid
Sifat & pembuatan koloidSifat & pembuatan koloid
Sifat & pembuatan koloid
 
Pertanyaan sistem koloid
Pertanyaan sistem koloidPertanyaan sistem koloid
Pertanyaan sistem koloid
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Karya ilmiah bahasa indonesia
Karya ilmiah bahasa indonesiaKarya ilmiah bahasa indonesia
Karya ilmiah bahasa indonesia
 
Seni budaya
Seni budayaSeni budaya
Seni budaya
 
Fisika inti dan radioaktivitas
Fisika inti dan radioaktivitasFisika inti dan radioaktivitas
Fisika inti dan radioaktivitas
 
Makalah pertanian pupuk kompos skala rumah tangga
Makalah pertanian pupuk kompos skala rumah tanggaMakalah pertanian pupuk kompos skala rumah tangga
Makalah pertanian pupuk kompos skala rumah tangga
 
Makalah pertanian polikultur
Makalah pertanian polikulturMakalah pertanian polikultur
Makalah pertanian polikultur
 
Wawasan Kebangsaan _-_ Jati Diri
Wawasan Kebangsaan _-_ Jati DiriWawasan Kebangsaan _-_ Jati Diri
Wawasan Kebangsaan _-_ Jati Diri
 

Laporan ilmu tanah

  • 1. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari berbagai aspek tentang tanah seperti pembentukan, klasifikasi, pemetaan, karakteristik tanah (fisik, kimia, dan biologis), kesuburan tanah, serta tentang pemanfaatan dan pengelolaan tanah agar mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomasa dan produksi tanaman yang baik. Tanah adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat penting. Karakteristik fisik tanah berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuh tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara.Tanah secara kimiawi berfungi sebagai penyuplai unsur hara dan unsurunsur esensial.Karakteristik secara biologi, tanah berfungsi sebagai habitat biota yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat aditif bagi tanaman.Praktikum Ilmu Tanah akan dilakukan pengamatan tentang pencandraan bentang lahan, penyidikan profil tanah, sifat fisika dan kimia tanah, analisis lengas dan pH tanah, serta menganalisis tentang struktur tanah. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor pembentukan tanah dibedakan menjadi dua golongan yaitu, faktor pembentukan tanah secara pasif dan aktif. Faktor pembentukan tanah secara pasif adalah bagian-bagian yang menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi massa yang meliputi bahan induk, topografi dan waktu atau umur. Faktor pembentukan tanah secara aktif ialah faktor yang menghasilkan energi yang bekerja pada massa tanah, yaitu iklim (hidrofer dan atmosfer) dan makhluk hidup (biosfer).Pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor yang bekerjasama dalam berbagai proses, baik reaksi fisik (disintegrasi) maupun kimia (dekomposisi). B. Tujuan Praktikum Tujuan diadakannya praktikum Ilmu Tanah yaitu: 1. Mengidentifikasi kondisi lingkungan sebagai faktor pembentuk tanah 2. Mengenal dan mengetahui profil dan pedon tanah 1
  • 2. 2 3. Mengetahui sifat fisika dan kimia tanah 4. Mengetahui lengas dan pH tanah C. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum ilmu tanah acara identifikasi tanah dilaksanakan pada tiga lokasi sebagai berikut: 1. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret a. Tanggal : 2 November 2013 b. Pukul : 11.00 – 12.00 WIB 2. Jatikuwung a. Tanggal : 2 November 2013 b. Waktu : 08.00 – 10.00 WIB 3. Jumantono a. Tanggal : 2 November 2013 b. Pukul : 13.00 – 15.00 WIB 4. Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah a. Tanggal : 22 – 23 November 2013 b. Waktu : 1) Tanggal 22 November 2013 pukul 13.00 – 20.00 WIB 2) Tanggal 23 November 2013 pukul 06.00 – 15.00 WIB
  • 3. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Bentang Lahan Bentang lahan ialah kenyataan kondisi di muka bumi yang dicirikan dengan bentuk, perbedaan tinggi, tinggi tempat, kemiringan, dan kondisi permukaanya. Bentang alam bisa datar, datar dengan relief mikro dan bisa juga datar yang berbatu-batu. Sehingga tidak dapat diketahui secara pasti klasifikasi tanahnya (Soil Survey Staff 2004). Landscape secara umum memiliki makna yang hampir sama dengan istilah bentang lahan yang merupakan hasil dari tektonisme dan vulkanisme berupa hamparan permukaan bumi yang memiliki ketinggian yang beranekaragam. Permukaan bumi yang tinggi lama-kelamaan mengalami pengikisan dan sebaliknya beberapa bagian yang rendah akan bertambah tinggi akibat sedimentasi yang berlangsung ribuan tahun lamanya. Bentang lahan dibedakan menjadi tiga yaitu dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan (Mu’in 2004) Dataran rendah merupakan bentang lahan yang memiliki ketinggian 0-200 meter dari permukaan laut, merupakan sedimen alluvial yang umumnya terbentang di sepanjang pantai yang merupakan daerah persawahan dan tanaman palawija. Dataran tinggi atau plateau yaitu bentang lahan yang datar tetapi ratarata berada lebih dari 200 meter dari permukaan laut. Dataran tinggi biasanya sejuk sehingga sangat baik untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian sayursayuran dan perkebunan. Pegunungan adalah bentang alam yang ditandai oleh gunung-gunung dan perbukitan. Pada daerah ini tidak banyak kita temui bentangan yang data. Pegunungan relative subur sebab tanah vulkanis menutupi permukaannya, sehingga cocok untuk pertanian sayuran dan palawija serta usaha tanaman perkebunan (Mu’in 2004). Tanah sebagai produk alami yang bersifat heterogen dan dinamik, ciri dan perilaku tanah berbeda dari satu temat ke tempat lain dari waktu ke waktu. Ilmu tanah memandang tanah dari dua konsep utama, yaitu pendekatan pedologi yang merupakan hasil proses hancuran iklim terhadap bahan induk melalui prose bio- 4
  • 4. 4 fisik-kimia dan pendekatan edafologi yang merupakan habitat tumbuhan (Arsyad 2006). B. Ordo Tanah Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian tanah ini tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tetapi harus sudah terjadi proses pembentukan tanah yang menghasilkan epipedon okhrik. Pada Entisol mungkin juga ditemukan epipedon anthropik, horizon albik dan agrik.akumulasi garam, besi oksida dan lain-lain mungkin ditemukan tapi pada kedalaman lebih dari 1 meter (Utoyo 2011). Entisol mempunyai kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral sampai alkalin, KTKjuga bervariasi baik untuk horison A maupun C, mempunyai nisbah C/N < 20% di mana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik kurang daripada tanah yang lebih halus. Meskipun tidak ada pencucian hara tanaman dan relatip subur, untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi biasanya membutuhkan pupuk N, P dan K (Moeliono 2009). Kata “Ent” berarti recent atau baru.Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.Tanah jenis ini mempunyai sedikit atau belum banyak perkembangan profilnya sehingga tanah masih muda, baru tingkat permulaan dalam perkembangan tanah. Tidak ada horizon penciri lain kecuali epipedon okrik atau albik. Tanah entisols terjadi pada bahan aluvium yang muda.Kemungkinan ekuivalensinya adalah tanah aluvial, regosol, dan tanah glei humus rendah.Kandungan unsur haranya banyak bergantung dari bahan induk tadi, tetapi biasanya miskin akan hidrogen. Mengenai reaksi tanah adalah netral, agak asam sampai asam.Tanah regosol vulkan ternyata lebih kaya dari tanah regosol lainnya. Proses pembentukan tanah adalah bersifat alterasi lemah atau tanpa pembentukan. Berhubung dengan keadaan tekstur dan strukturnya demikian, maka tanah ini mempunyai permeabilitas, infiltrasi yang cepat sampai
  • 5. 5 sangat cepat, daya menahan air sangat rendah dan sangat pekat terhadap bahaya erosi (Soul Survey Staff 2000). Permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan bahan organik adalah dibutuhkan dalam jumlah yang besar, kandungan unsur hara tidak seimbang karena berasal dari alam, dan dekomposisinya. Laju dekomposisi bahan organik ditentukan oleh faktor dakhil bahan organiknya sendiri dan faktor luar atau faktor lingkungan (Notohadiprawiro 2000). Vertisols ditandai dengan jumlah tinggi lempung memperluas (> 30%). Dalam musim kemarau ini tanah menyusut dan meninggalkan retakan yang mendalam yang luas, ini menyusut dan pembengkakan menghasilkan gerakan tanah, masalah bagi struktur rumah. Lengket ketika basah keras ketika kering. Relatif tinggi memproduksi tanah, terutama dengan penambahan bahan organik dan manajemen yang baik. Dalam pengolahan tanahnya yang relatif cukup sulit, maka harus diketahui keadaan kelengasan tanah paa lapisan permukaan yang memungkinkan untuk dilakukan pengolahan tanah, karena sifat fisik tanah vertisol yang jelas adalah konsistensi yang keras, sehingga untuk mengolah tanah tidak dapat menggunakan cangkul. Penggunaan traktor dan lain-lain peralatan mekanik memungkinkan untuk melakukan persiapan lahan baik untuk pembibitan maupun penanaman (Utoyo 2007). Tanah Vertisol dicirikan mempunyai rekahan yang membuka dan menutup secara periodik. Sifat fisiknya yang konsisten keras, menjadikan tanah ini termasuk berat untuk diolah. Tanah ini diperkirakan meliputi 2% dari daratan di dunia (Sutanto 2002). Tanah produktif dengan cakrawala argilik atau natric (lempung silikat atau tanah liat silikat dengan akumulasi natrium lebih dari 15%). Sedang untuk kation jumlah tinggi dasar. Lebih lapuk daripada Inseptisols tetapi kurang dari Spodosols. Tanah ini cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik. pH-nya rata-rata mendekati netral. Di seluruh dunia diperkirakan Alfisol penyebarannya meliputi 10% daratan (Sutanto 2002).
  • 6. 6 Proses pelapukan adalah berubahnya bahan penyusun tanah dari bahan pemyusun batuan. Sedangkan proses perkembangan tanah adalah terbentuknya lapisan tanah yang menjadi ciri, sifat dan kemampuan khas masing-masing jenis tanah. Proses pelapukan mengandung arti geologis destruktif dan proses perkembangan tanah mengandung arti pedologis kreatif. Contoh proses pelapukan adalah hancuran batuan secara fisik dan proses berubahnya felspat menjadi lempung kimia. Contoh proses perkembangan tanah adalah terbentuknya horison tanah, latosolisasi, podsolisasi, dan lainnya (Darmawijaya 2000). Tanah alfisol cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik. pH-nya rata-rata mendekati netral. Di seluruh dunia diperkirakan Alfisol penyebarannya meliputi 10% daratan (Sutanto 2002). C. Profil Tanah Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi tempat tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa porganik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P,K,Ca, Mg, S, CU, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan lainlain), dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktifitas tanah untuk mengehasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan (Hanafiah 2007). Profil tanah atau penampang tanah digunakan untuk mempelajari sifat-sifat morfologi tanah. Pembuatan profil tanah hendaknya dibuat pada tempat representative dari seluruh cakupan wilayah yang dipelajari. Profil tanah dibuat dengan cara menggali tanah ukuran tertentu dengan persyaratan lokasi tertentu (Raharjo 2012).
  • 7. 7 Selain dari profil tanah, pengamatan tanah dapat dilakukan pada singkapan tanah di pinggir jalan atau bekas galian tanah. Sebelum dilakukan pengamatan, singkapan atau galian tanah yang telah lama perlu dilakukan penyegaran terlebih dahulu dengan mengupas sekitar 10-25 cm pada permukaan penampang. Pengamatan tanah harus dilakukan pada penampang tanah yang segar. (Suwardi 2000). Pengamatan yang teliti perlu dilakukan untuk meyakinkan bahwa lokasi tersebut benar-benar alami. Ciri-ciri tanah yang sudah terganggu adalah sebagai berikut: 1. Horisonisasi tanah sudah tidak teratur, lapisan gelap dan lapisan-lapisan lainnya sudah terbalik-balik. 2. Ditemukan artefak seperti bongkahan arang, bekas pembakaran, ada bendabenda asing seperti: pecahan batu bata, pecahan kaca, pecahan genting, dan sebagainya (Suwardi 2000). Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya dari fraksi tanah halus. Berdasar atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, liat maka tanah dikelompokkan kedalam beberapa kelas tekstur. Dalam klasifikasi tanah tingkat family kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam kelas sebaran besar butir yang mencangkup seluruh tanah. Kelas besar butir merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah tetapi dengan memperhatikan pula banyaknya fragmen batuan atau fraksi tanah yang lebih besar dari pasir. Tanah-tanah bertekstur liat ukuran butirannya lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas-luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah yang bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno 2003). D. Sifat Fisika Tanah Berbagai kondisi sifat fisik tanah pada berbagai penggunaan lahan menunjukkan hasil yang berbeda. Penggunaan lahan hutan mempunyai nilai bahan organic dan permeabilitas tanah termasuk paling tinggi. Sedangkan kadar air dan porositas termasuk sedang. Pada penggunaan lahan pemukiman mempunyai nilai sifat fisik tanah yang sedang hingga rendah, dengan kelas
  • 8. 8 permeabilitas sedang. Pada lahan sawah nilai porositas tanah dan kerapatan tanah paling tinggi. Sedang nilai kadar air dan permeabilitas tanah termasuk lambat (Setyowati 2007). Kadar bahan organik semakin ke bawah semakin sedikit karena proses dekomposisi di lapisan bawah lebih lambat dibandingkan dengan permukaan tanah atas. Aerasi tanah pada permukaan tanah lebih baik dibandingkan dengan lapisan bawah juga mempengaruhi akan banyaknya kandungan organik. Tingginya bahan organik di tiap permukaan tanah menyebabkan pori drainase lebih cepat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan tanah mempunyai kadar lempung yang tinggi (Herlambang 2000). Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan presentase kandungan pasir, debu dan liat (Hardjowigeno 2003). E. Sifat Kimia Tanah Perilaku kimiawi tanah didefinisikan sebagai keseluruhan reaksi fisikakimia yang berlangsung antar-penyusun tanah serta antara penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk atau pun pembenah tanah lainnya. Factor kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang berlangsung dalam tanah mempunyai kisaran sangat lebar, yakni antara sangat singkat yang diperhitungkan dengan menit sampai luar biasa lama yang diperhitungkan dengan abad. Pada umumnya reaksi-reaksi yang terjadi dalam tanah diimbas oleh tindakan factor lingkungan tertentu (Sutanto 2002). Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2%, agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun karena waktu akibat proses
  • 9. 9 dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun (Supriyono 2009). Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah. Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowigeno 2003). F. Analisis Lengas Tanah Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh berbagai kakas (matrik,osmosis, dan kapiler). Kakas ini meningkat sejalan dengan peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektrostatik zarah tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan beberapa banyak air yang dapat diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap dinamakan air ketersediaan (Notohadiprabowo 2006). Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air (moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan, air tanah (soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah sampai lapisan kedap air, dan air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada di tanah bagian dalam (Yani 2007). koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari jenuh atau retensi maksimum dan kapasitas lapang. Jenuh atau retensi maksimum yaitu kondisi dimana seluruh ruang pori-pori tanah teris oleh air. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis
  • 10. 10 sehingga tegangan antara air udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi. (Hanafiah 2007). Jumlah air tanah yang bermanfaat untuk tanaman mempunyai batas – bata tertentu. Seperti pada kekurangan air, kelebihan air dapat merupakan kesukaran. Air yang kelebihan itu tidaklah beracun, akan tetapi kekurangan udara pada tanah – tanah yang tergenanglah yang menyebabkan kerusakan. Tanaman dapat ditanam dengan memuaskan dalam larutan air bila aerasi diberikan dengan baik. Dalam kaitanya dengan daya penyimpanan air, tanah pasiran mempunyai daya pengikat terhadap lengas tanah yang relative rendah karena permukaan kontak antara tanah pasiran ini didominasi oleh pori – pori mikro satu. Oleh karena itu, air yang jatuh ketanah pasiran akan segera mengalami perkolasi dan air kapiler akan mudah lepas karena evaporasi (Mukhid 2010). G. Analisis pH Tanah Reaksi tanah adalah derajat kesaman tanah yang terdapat di larutan tanah. Tinggi rendahnya reaksi tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah. Selain itu, kedaan musim, tindakan cocok tanam, tempat pengambilan contoh, dan cara pengukuran tanah akan mempengaruhi nilai pH tanah. Cara penetapan pH tanah, antara lain dengan cara kalorimeter yaitu menggunakan indikator pH dan H2O atau KCl 1 Nsebagai larutan dan dengan cara elektrometer artinya dengan menggunakan alat pH dengan anoda dan katoda dicelupkan ke dalam larutan (Ahmat 2006). pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman makanan ternak, bahkan berpengaruh pula pada kualitas hijauan makanan ternak. PH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman makanana ternak adalah antara 5,6-6,0. Pada tanah pH lebih rendah komponen teknologi sinergis yang lain justru mampu meningkatkan hasil gabah (Pramono 2005).
  • 11. 11 H. Analisis Struktur Tanah Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir satu dengan yang lain. Satu struktur tanah disebut ped (terbentuk karena proses alami) tanpa adanya campur tangan manusia. Salah satu contoh struktur tanah yang ada adalah tanah granular (Nugroho, 2009). Struktur tanah didefinisikan sebagai susunan saling mengikat partikel-partikel tanah. Ikatan pertikel itu berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya. Agregat tanah itu dinamakan pedon (Darmawijaya 2001). Komponen-komponen tanah yang mengikat fraksi pasir dan debu membentuk struktur yang tersusun adalah liat, bahan organic, dan seskuioksida. Bila ikatan antara partikel-partikel tanah lemah, tenaga mekanik akan mudah menceraiberaikan partikelp-artikel tanah dan akibatnya pori-pori tanah tertutup dan kontinuitas pori-pori tanah terganggu (Wahyuni 2009). Struktur lempeng mempunyai ketebalan kurang dari 1 mm sampai lebih dari 10 mm. prisma dan tiang antara kurang dari 10 mm sampai lebih dari 100 mm. Gumpal antara kurang dari 100 mm sampai lebih dari 50 mm. granuler kurang dari 5mm sampai lebih dari 50 mm. granuler kurang dari 1 mm sampai lebih dari 10 mm. remah kurang dari 1 mm sampai lebih dari 5mm (Hardjowigeno 2007).
  • 12. 12 III. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA A. Pencandraan Bentang Lahan 1. Alat a. GPS b. Klinometer c. Altimeter 2. Bahan Lahan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret 3. Cara Kerja a. Mengamati bentuk wilayah dan cuaca. b. Menentukan posisi titik pengamatan pedon atau profil dengan GPS. c. Mengukur ketinggian tempat dengan altimeter. d. Mengukur kemirigan lereng lahan dengan klinometer. e. Mengamati fisiografi lahan, tutupan lahan dan vegetasi. f. Mengamati ada tidaknya genangan, potensi banjir dan erosi. g. Mengamati ada tidaknya batuan di permukaan lahan. B. Penyidikan Profil Tanah 1. Alat a. Cangkul b. Meteran (150 cm) c. Tali raffia d. Pisau Belati 2. Bahan Profil tanah di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. 3. Cara Kerja a. Membuat irisan tegak pada tanah. b. Membedakan horizon-horizon atau lapisan-lapisan yang terlihat. c. Mengukur kedalaman atau ketebalan horizon atau lapisan. 13
  • 13. 13 d. Menentukan batas horizon atau lapisan dengan cara mengamati perbedaan warna irisan tanah tersebut atau memukul-mukul tanah dengan gagang pisau belati. e. Mengamati perakaran yang terlihat pada setiap horizon atau lapisan. f. Mengamati perbedaan pada tiap horizon atau lapisan. C. Sifat Fisika Tanah 1. Alat a. Lup b. Kertas saring c. MSCC d. Penetrometer 2. Bahan a. Tanah pada profil yang diamati b. Air 3. Cara kerja a. Tekstur tanah 1) Mengambil sempel tanah di setiap lapisan 2) Membasahi tanah dengan air lalu pijit-pijit dengan jari 3) Menentukan bagaimana tekstur tanah b. Struktur tanah 1) Mengambil sample masing-masing lapisan 2) Mengamati tanah dengan lup 3) Mengamati ukuran dan derajat struktur tanah dengan cara dipijit-pijit 4) Menentukan struktur, ukuran dan derajat tanah. c. Konsistensi tanah 1) Memeras, memijit dan atau memirit tanah dalam keadaan sebenarnya di lapangan. 2) Mengidentifikasi tingkat konsistensi tanah d. Ketahanan penetrasi 1) Cincin geser pembaca ditarik ke belakang sampai angka nol
  • 14. 14 2) Penetrometer ditusukkan ke dalam tanah secara tegak lurus bidang yang sudah disingkap hingga ujung penetrometer masuk sedalam tanda batas 3) Penetrometer dicabut tanpa menyentuh cincin geser pembaca yang terdorong ke depan. e. Warna tanah 1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan tanah 2) Menentukan warna tanah dengan mencocokkan sampel pada buku “Munsell Soil Colour Chart” D. Sifat Kimia Tanah 1. Alat a. Pipet b. Flakon c. Tisu d. Karton Marga e. Spidol f. pH stick 2. Bahan a. Profil tanah pada lahanyang diamati b. HCl 1,2 N c. KCNS 10% d. K4Fe(CN)6 0,5% e. H2O f. KCL 1 N g. H2O2 h. HCl 10% 3. Cara Kerja a. Aerasi dan drainase tanah 1) Mengambil bongkahan kecil dari masing-masing sample pada horizon. 2) Memberikan larutan HCL 1,2 N pada 2 bongkah tanah disetiap lapisan yang diletakkan di atas tisu 3-5 tetes
  • 15. 15 3) Melipat kertas saring dan ditekan hingga cairan dalam bongkah tanah terperas oleh tisu. 4) 3 bongkah ditetesi larutan KCNS 10% 3-5 tetes, dan 3 bongkah ditetesi larutan K4Fe(CN)6 0,5% 3-5 tetes. 5) Masing-masing ditekan dengan jari yang berbeda. 6) Mengamati perubahan yang terjadi dan mengidentifikasi reaksi reduksi dan oksidasi. b. Reaksi tanah 1) Mengambil bongkahan kecil dari masing-masing sample pada horizon dan memasukkan pada flakon. 2 bongkah tanah setiap horizon. 2) Bagian pertama ditambah H2O dan bagian kedua ditambah KCl lalu dikocok. 3) Mengamati pH masing-masing sampel dengan pH stick dan mencatat hasilnya pada tabel. c. Bahan organik tanah 1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan tanah 2) Menambahkan beberapa tetes H2O 10% 3) Mengamati reaksi perubahan yang terjadi d. Kadar kapur dalam tanah 1) Mengambil sedikit bongkahan tanah dari masing-masing lapisan tanah dan diletakkan diatas tisu. 2) Menambahkan beberapa tetes HCL 10% E. Analisis Lengas Tanah 1. Lengas Tanah Kering Angin a. Alat 1) Botol timbang 2) Oven 3) Eksikator 4) Penimbang b. Bahan 1) Bongkahan
  • 16. 16 2) Contoh tanah kering angina (ctka) Ø 0,5 mm dan Ø 2 mm c. Cara Kerja 1) Botol penimbang dan tutupnya ke dalam oven selama 30 menit, kemudian mendinginkannya ke dalam eksikator dan menimbang botol penimbang dengan tutupnya (a g) 2) Memasukkan ctka kurang lebih ⅔ tinggi botol penimbang lalu menimbangnya (b g) dengan masing-masing ctka dilakukan 2 kali pengulagan 3) Memasukkan ke dalam oven dengan keadaan terbuka bersuhu 105oC selama 4 jam. 4) Mendinginkan botol penimbang dan isinya pada eksikator dalam keadaan tertutup, kemudian melakukan penimbangan setelah dingin. 5) Melakukan penghitungan kadar lengas tanah - x 100% Nilai c-a adalah berat contoh tanah kering mutlak (ctkm) 2. Kapasitas Lapangan a. Alat 1) Botol semprong 2) Kain kasa 3) Statif 4) Gelas piala b. Bahan Ctka Ø 2 mm c. Cara Kerja 1) Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol dengan kain kasa 2) Memasukkan ctka ke dalam botol semprong dengan bagian yang tertutup kain kassa sebagai dasarnya 3) Memasang botol semprong pada statif dan diatur seperlunya 4) Merendam selama kurang lebih 48 jam 5) Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes sampai tetes terakhir
  • 17. 17 6) Mengambil contoh tanahnya yang berada pada ⅓ bagian tengah semprong 7) Mengukur kadar lengas sebanyak dua kali 3. Lengas Maksimum a. Alat 1) Cawan tembaga yang dasarnya berlubang 2) Mortar porselen 3) Saringan Ø 2mm 4) Timbangan analitik 5) Spatel 6) Oven 7) Eksikator 8) Gelas arloji 9) Kertas saring 10) petridish b. Bahan 1) Ctka Ø 2mm 2) Aquades c. Cara Kerja 1) Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya menjadi Ø2mm 2) Mengambil cawan berlubang yang dasarnya diberi kertas sading yang sudah dibasahi 3) Menimbang dengan gelas arloji sebagai alasnya (a g) 4) Memasukkan ctka yang telah digerus dalam cawan tembaga kurang lebih ⅓ nya lalu diketuk-ketukkan, menambahkan lagi ctka sampai ⅔ lalu diketuk-ketukkan lagi kemudian menambahkan lagi ctka sampai penuh, mengetuknya lagi dan meratakannya 5) Memasukkan cawan tersebut ke dalam perendam kemudian diisi air sampai permukaan air mencapai kurang lebih perendaman 12 jam tinggi dinding cawan,
  • 18. 18 6) Mengangkat cawan dan membersihkan sisi luarnya lalu meratakan tanah setinggi cawan dengan diperes secara hati-hati dan menimbangnya dengan diberi alas gels arloji (b g) 7) Memasukkan ke dalam oven bersuhu 105oC selama 4 jam, lubang pembuangan air pada oven harus terbuka 8) Memasukkan ke dalam eksikator kemudian ditimbang dengan diberi gelas arloji (c g) 9) Membuang tanah, membersihkan cawan dan kerta saring kemudian menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji (d g) 10) Menghitung kadar lengasnya 4. Batas Berubah Warna a. Alat 1) Botol timbang 2) Colet 3) Botol pemancar 4) Cawan penguap 5) Oven 6) Eksikator 7) Spatel 8) Lempeng kaca 9) Papan kayu 10) Timbangan analitik b. Bahan 1) Ctka Ø 0,5 mm 2) Aquades c. Cara Kerja 1) Membuat pasta tanah dengan cara mencampur ctka Ø 0,5 mm dengan air pada cawan penguap
  • 19. 19 2) Meratakan pasta tanah pada kayu membentuk elips dengan ketinggian pada bagian tengah kurang lebih 3 mm dan semakin ke tepi semakin tipis 3) Membiarkan selmalam dab setelah ada perbedaan warna diambil tanahnya selebar 1 cm untuk analisis KL-nya F. Analisis pH Tanah 1. Alat a. Ctka Ø 0,5 cm 10 gram b. Reagen H2O (pH actual), KCl (pH potesial), dan NaF (analisis alofan), dengan perbandingan 1:2,5 2. Bahan a. Flakon b. Pengaduk kaca c. pH meter d. Timbangan 3. Cara Kerja a. Menimbang ctka sebanyak 5 gram dan memasukkan ke dalam dua buah flakon b. Menambahkan aquades 12,5 cc untuk analisis pH H2O, 12,5 cc KCl untuk pH KCl, dan 12,5 cc NaF untuk pH NaF c. Mengaduk masing-masing hingga homogeny selama 5 menit d. Mendiamkannya selama 30 menit e. Mengukur masing-masing pH G. Analisis Struktur Tanah 1. Bobot Volume a. Alat 1) Cawan pemanas 2) Lampu Bunsen 3) Pipet ukur 4) Benang 5) Timbangan analitik
  • 20. 20 6) Thermometer a. Bahan 1) Tanah bongkah asli (ring sampel) 2) Air 3) Lilin b. Cara Kerja 1) Mengikat bongkah tanah dengan benang dan menimbangnya (a gr) 2) Mencairkan lilin samai suhu 60oC, kemudian mencelupkan tanah ke dalam cairan lilin sampai terbungkus sempurna 3) Menimbang tanah berlilin (b gr) 4) Mengisi tabung ukur dengan aquades sampai volume tertentu (p cc) 5) Memasukkan tanah berlilin ke tabung ukur 6) Mencatat volume air setelah tanah dimasukkan (q cc) 2. Bobot Jenis c. Alat 1) Piknometer 2) Thermometer 3) Timbangan analitik 4) Kawat pengaduk 5) Corong kaca 6) Tabel BJ 7) Tisu d. Bahan 1) Ctka Ø 2 mm 2) Aquades e. Cara Kerja 1) Mengambil piknometer kosong dan kering kemudian menimbang beserta tutupnya (a gr)
  • 21. 21 2) Mengisi piknometer dengan aquades sampai penuh kemudian menutupnya hingga ada aquades yang keluar dan mengeringkan aquades yang menempel pada bagian luar piknometer dengan tisu dan menimbangnya 3) Mengukur suhu dengan thermometer dan menentukan BJnya dengan melihat table BJ sesuai suhu yang diukur 4) Membuang air dan membersihkannya hingga kering kemudian mengisi piknometer dengan tanah 5 gr dan memasang tutupnya serta menimbangnya (c gr) 5) Mengisi piknometer yang telah ditimbang dengan aquades hingga separuh volume 6) Mengaduknya sampai tidak ada gelembung udara dan membiarkannya semalam dalam keadaan piknometer tertutup sumbatnya 7) Membuang gelembungnya lalu mengisi piknometer dengan aquades sampai penuh dan menimbangnya (d gr) 8) Mengukur suhu dengan thermometer dan menentukan BJnya sesuai table (BJ2) 3. Porositas
  • 22. 22 IV. HASIL PENGAMATAN A. Jumantono (Alfisol) 1. Pencandraan Bentang Lahan Gambar 4.1.1 Foto Profil Tanah Jumantono Lokasi : Jumantono Hari, Tanggal : Sabtu, 2 November 2013 Pukul : 13.00 s.d 15.00 WIB Nomor Profil : Pedon Tinggi Tempat : 190 mdpl Arah Hadap : Barat Laut Surveyor : Kelompok 50 Keterangan: 1. Jalan 2. Tanaman kacang dan jagung 3. Bangunan 4. Pedon (Kelompok 55) 5. Lahan singkong 6. Lahan mangga Gambar 4.1.2 Denah Jumantono 23
  • 23. 23 Tabel 4.1.1 Deskripsi Lingkungan Jumantono No. Deskripsi Keterangan 1. Cuaca SU (Sunny) 2. Latitude 7o 37’ 49,6” LS 3. Longitude 110o 56’ 54,2” BT 4. Tinggi tempat 190 m dpl 5. Lereng 5.1 Arah Barat laut 5.2 Panjang 22% 6. Fisiografi lahan V (Vulkanik) 7. Genangan 7.1 Frekuensi RA (Jarang) 7.2 Durasi genangan EB (Ekstrrim singkat) 8. Tutupan lahan G (Rumput), S (semak), (T) pohon 9. Geologi QVL 10. Erosi 10.1 Tingkat erosi S (Erosi permukaan) 10.2 Tingkat bahaya erosi R (Rendah) 11. Batuan permukaan <0,1% 12. Vegetasi Rumput (Cyperus sp) 30%, Mangga (Mangivera indica)10%, Kelapa sawit (Elaeis guineensis) 10%, Jati (Tectona grandis) 5%, Rambutan (Nephelium nappaceum) 10%, Semak 15%, Singkong (Manihot utilissima) 5%, Jagung (Zea mays) 10%, Kacang tanah (Arachis hypogaea)5% Sumber : Boardlist
  • 24. 24 2. Penyidikan Profil Tanah Tabel 4.1.2 Deskripsi Umum Profil Tanah Alfisol No Deskripsi Keterangan 1. Metode observasi Small pit 2. Jeluk 3.1 Horizon A 0 cm – 28 cm 3.2 Horizon B1 28 cm – 48 cm 3.3 Horizon B2 48 cm – 75 cm 3.4 Horizon B3 75 cm – 85 cm 3. Horison 3.5 Batas 3.5.1 Horizon A C Jelas (Clear) 3.5.2 Horizon B1 G Berangsur (Gradual) 3.5.3 Horizon B2 D Baur (Diffuse) 3.5.4 Horizon B3 3.6 Topografi 3.6.1 Horizon A W Berombak (Wavy) 3.6.2 Horizon B1 W Berombak (Wavy) 3.6.3 Horizon B2 S (Smooth) 3.6.4 Horizon B3 4. Perakaran 4.1 Ukuran 4.1.1 Horizon A F Halus (Fine) 4.1.2 Horizon B1 VF Sangat halus (Very fine) 4.1.3 Horizon B2 VF Sangat halus (Very fine) 4.1.4 Horizon B3 VF Sangat halus (Very fine) 4.2 Jumlah 4.2.1 Horizon A M Banyak (Many) 4.2.2 Horizon B1 F Sedikit (Few) 4.2.3 Horizon B2 F Sedikit (Few) 4.2.4 Horizon B3 F Sedikit (Few) Sumber : Boardlist
  • 25. 25 3. Sifat Fisika Tanah Tabel 4.1.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah Alfisol No Deskripsi Keterangan 1. Tekstur CL Geluh Lempungan (clay loam) 2.1 Horizon A SiCL Geluh lempung debuan (Silty clay loam) 2.2 Horizon B1 L Geluh (Loam) 2.3 Horizon B2 L Geluh (Loam) 2.4 Horizon B3 2. Struktur 2.5 Tipe G Kersai (Granulair) 2.5.1 Horizon A ABK Gumpal menyudut (Angular blocky) 2.5.2 Horizon B1 ABK Gumpal menyudut (Angular blocky) 2.5.3 Horizon B2 SBK Gumpalan membulat (Sub angular 2.5.4 Horizon B3 blocky) 2.6 Ukuran VF Sangat halus (Very fine) 2.6.1 Horizon A M Sedang (Medium) 2.6.2 Horizon B1 M Sedang (Medium) 2.6.3 Horizon B2 M Sedang (Medium) 2.6.4 Horizon B3 2.7 Derajad 2.7.1 Horizon A W Lemah (Weak) 2.7.2 Horizon B1 W Lemah (Weak) 2.7.3 Horizon B2 W Lemah (Weak) 2.7.4 Horizon B3 W Lemah (Weak) 3. Konsistensi Lembab gembur 3.1 Horizon A Lembab teguh 3.2 Horizon B1 Lembab teguh 3.3 Horizon B2 Lembab teguh 3.4 Horizon B3 4. Warna 4.1 Horizon A 2,5 YR Dark redish brown 4.2 Horizon B1 2,5 YR Dark redish brown 4.3 Horizon B2 2,5 YR Dark redish brown 4.4 Horizon B3 2,5 YR Dark redish brown Sumber : Boardlist
  • 26. 26 4. Sifat Kimia Tanah Tabel 4.1.4 Pengamatan Sifat Kimia Tanah Alfisol No Deskripsi Keterangan 1. Redoks 4.1 Horizon A O2 Baik 4.2 Horizon B1 O2 Baik 4.3 Horizon B O2 Baik 4.4 Horizon B3 O2 Baik 2. Penetrasi 2.1 Vertikal 2.1.1 Horizon A 1,5 kg/cm2 2.1.2 Horizon B1 1,75 kg/cm2 2.1.3 Horizon B2 3,5 kg/cm2 2.1.4 Horizon B3 4,5 kg/cm2 2.2 Horizontal 1 kg/cm2 3. Kadar 3.1 Bahan organik 3.1.1 Horizon A +++ Banyak 3.1.2 Horizon B1 +++ Banyak 3.1.3 Horizon B2 ++++ Sangat banyak 3.1.4 Horizon B3 ++ Sedikit 3.2 Kapur 3.2.1 Horizon A + Sangat sedikit 3.2.2 Horizon B1 0 Tidak ada 3.2.3 Horizon B2 0 Tidak ada 3.2.4 Horizon B3 0 Tidak ada 4. Konsentrasi 4.1 Jenis 4.1.1 Horizon A Konkresi 4.1.2 Horizon B1 Konkresi 4.1.3 Horizon B2 Konkresi 4.1.4 Horizon B3 4.2 Ukuran 4.2.1 Horizon A Kasar (coarse) 4.2.2 Horizon B1 Kasar (coarse) 4.2.3 Horizon B2 Kasar (coarse) 4.2.4 Horizon B3 4.3 Macam 4.3.1 Horizon A Mn Bermangan 4.3.2 Horizon B1 Mn Bermangan 4.3.3 Horizon B2 Mn Bermangan 4.3.4 Horizon B3 Sumber : Boardlist
  • 27. 27 5. Analisis Lengas Tanah Tabel 4.1.5 Lengas Tanah Kering Angin Tanah Alfisol Ctka Ø Ulangan a (gram) b (gram) c (gram) (mm) Bongkah 1 54,393 68,166 65,922 2 54,982 69,525 67,218 2 1 55,460 71,403 69,218 2 52,235 69,020 66,844 0,5 1 53,717 71,314 69,535 2 56,950 74,460 72,747 Sumber : Laporan Tabel 4.1.6. Kapasitas Lapangan Tanah Alfisol Ctka Ø (mm) Ulangan a (gram) b (gram) 2 1 54,393 67,992 2 54,982 67,014 Sumber: Laporan sementara Tabel 4.1.7Kadar Lengas Maksimum Tanah Alfisol Ctka Ø Ulangan a (gram) b (gram) c (gram) (mm) 2 1 45,587 90,978 68,638 Sumber : Laporan Sementara Tabel 4.1.8 Batas Berubah Warna Tanah Alfisol Ctka Ø Ulangan a (gram) b (gram) (mm) 0,5 1 52,524 2 52,524 Sumber : Laporan Sementara 60,856 60,472 KL (%) Rata-rata KL (%) 19,4 18,85 15,88 14,89 11,25 10,84 19,125 15,385 11,045 c (gram) 62,856 62,399 KL (%) 60,68 62,22 d (gram) KL (%) 45,195 93,62 c (gram) KL % Rata-rata KL (%) 58,222 57,901 46,22 46,97 46,595 6. Analisis pH Tanah Tabel 4.1.9 pH Tanah Alfisol Ctka Ø (mm) Ulangan 0,5 1 2 Rata-rata Sumber : Laporan sementara pH H2O 5,543 5,455 5,5 pH KCl 4,806 4,885 4,85 7. Analisis Struktur Tanah Tabel 4.1.10 Bobot Volume Tanah Alfisol Ctka Ø Ulangan a (gram) b (gram) (mm) Bongkah 1 1,530 1,753 2 1,196 1,397 Sumber : Laporan Sementara p (cc) q (cc) 10 10 12,5 11 Berat Volume 0,7514 0,945
  • 28. 28 Tabel 4.1.11 Bobot Jenis Tanah Alfisol Ct ka Ø (m m) 2 Berat Ula nga n a (gram) b (gram) c (gram) d (gram) 1 20,102 44,910 25,102 47,842 Suhu1 o C BJ1 Suhu2 o C BJ2 KL ratarata Berat Jenis 30 0,995 8326 0,997 18,4 11,3 Sumber : Laporan Sementara Tabel 4.1.12 Porositas Tanah Alfisol BV BJ n 0,85 11,383 92,54 % Sumber : Laporan Sementara ANALISIS DATA 1. Lengas Tanah Kering Angin Lengas tanah= (b-c) x100% (c-a) Ctka 0,5 mm (68,166-65,922) x100%=19,4% (65,922-54,393) (69,525-65,922) Ulangan 2= x100%=18,85% (67,218-54,982) 19,4+18,85 Rata-rata KL ctka 0,5 mm= =19,125% 2 Ctka 2 mm Ulangan 1= (71,403-69,218) x100%=15,88% (69,218-55,460) (69,020-66,844) Ulangan 2= x100%=14,89% (66,844-52,235) 15,88+14,89 Rata-rata KL ctka 2 mm= =15,385% 2 Ctka bongkah (71,314-69,535) Ulangan 1 = x100%=11,25% (69,535-53,717) (74,460-72,747) Ulangan 2= x100%=10,84% (72,747-56,950) 12,25+10,84 Rata-rata KL ctka bongkah= =11,045% 2 2. Lengas Maksimum (Kapasitas air Maksimum) Ulangan 1= b-a -(c-d) x100% (c-d) 90,978-45,587 -(68,638-45,195) KL maks. tanah= x100%=93,62 (68,638-45,195) Kadar Lengas Maksimum Tanah=
  • 29. 29 3. Batas Berubah Warna (BBW) (b-c) x100% (c-a) (60,856-58,222) KL Ulangan 1= x100%=46,22% (58,222-52,524) (60,472-57,901) KL Ulangan 2= x100%=46,97% (57,901-52,524) 46,22+46,97 rata-rata lengas tanah= =46,595% 2 4. Bobot Volume Kadar Lengas Tanah= Bobot Volume= BV ulangan 1 = 87xa 100xKL x(0,87x q-p - b-a ) 87x1,530 100x11,045 x(0,87x 12,5-10 - 1,753-1,530 ) =0,7514 BV ulangan 2= 87x1,196 100x11,045 x(0,87x 11-10 - 1,397-1,196 ) =0,945 5. Bobot Jenis Bobot Jenis= 100x c-a xBJ1 xBJ2 100+KL x BJ1 b- a - BJ2 d-c 100x 25,102-20,102 x0,995x0,997 BJ= 100+15,385 x(0,995 44,910-20102 - 0,997 47,842-25,102 ) =11,3 6. Porositas Tanah BV x100% BJ 0,85 n= 1x100% 11,383 n= 1- 7. Analisis pH Tanah
  • 30. 30 B. Fakultas Pertanian UNS (Entisol) 1. Pencandraan Bentang Lahan Gambar 4.2.1 Foto Profil Tanah Fakultas Pertanian UNS Lokasi : Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Hari, Tanggal : Sabtu, 2 November 2013 Pukul : 11.00 s.d 12.00 WIB Nomor Profil :3 Tinggi Tempat : 126 mdpl Arah Hadap : Barat Laut Surveyor : kelompok 55 Gambar 4.2.2 Denah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
  • 31. 31 Tabel 4.2.1 Deskripsi Lingkungan Fakultas Pertanian UNS No. Deskripsi Keterangan 1. Cuaca SU Cerah 2. Latitude 7o 33’ 36,6” LS 3. Longitude 110o 51’ 30” BT 4. Tinggi tempat 126 m dpl 5. Lereng 5.3 Arah Barat Laut 5.4 Panjang 33% curam 6. Fisiografi lahan A Alluvial 7. Genangan 7.3 Frekuensi NO Tidak pernah 7.4 Durasi genangan 8. Tutupan lahan G Rumput 9. Geologi Qa (Bahan alluvium) 10. Erosi 10.3 Tingkat erosi S Permukaan 10.4 Tingkat bahaya erosi R Rendah 11. Batuan permukaan 12. Vegetasi Lamtoro (Leucaena glauca) 30%, pohon beringin (Ficus benjamina) 10%, pohon mahoni (Swieteinia macrophylla)15%, pohon jati (Tectonagrandis)10%, pohon kedawung (Parkia roxburghii) 15%, pohon angsana (Pterocarpus indicus)15%, rumput (Cyperus rotundus) 5%. Sumber : Boardlist
  • 32. 32 2. Penyidikan Profil Tanah Tabel 4.2.2 Deskripsi Umum Profil Tanah Entisol No Deskripsi Keterangan 1. Metode observasi Small pit 2. Jeluk 2.1 Lapisan 1 0 cm - 20 cm 2.2 Lapisan 2 20 cm - 40 cm 2.3 Lapisan 3 40 cm -60 cm 3. Horison 3.1 Batas 3.1.1 Lapisan 1 D Baur (Diffuse) 3.1.2 Lapisan 2 D Baur (Diffuse) 3.1.3 Lapisan 3 D Baur (Diffuse) 3.2 Topografi 3.2.1 Lapisan 1 S Smooth 3.2.2 Lapisan 2 S Smooth 3.2.3 Lapisan 3 S Smooth 4. Perakaran 4.1 Ukuran 4.1.1 Lapisan 1 VF Sangat halus (Vey fine) 4.1.2 Lapisan 2 M Sedang (Medium) 4.1.3 Lapisan 3 F Halus (Fine) 4.2 Jumlah 4.2.1 Lapisan 1 2 Biasa (Common) 4.2.2 Lapisan 2 1 Sedikit (Few) 4.2.3 Lapisan 3 1 Sedikit (Few) Sumber : Boardlist
  • 33. 33 3. Sifat Fisika Tanah Tabel 4.2.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah Entisol No Deskripsi Keterangan 1. Tekstur SiL Geluh debuan (Silty loam) 1.1 Lapisan 1 SL Geluh pasiran (Sandy loam) 1.2 Lapisan 2 LS Pasir geluhan (Loamy sand) 1.3 Lapisan 3 2. Struktur 2.1 Tipe 2.1.1 Lapisan 1 ABK Gumpal menyudut (Angular blocky) 2.1.2 Lapisan 2 SBK Gumpal membulat (Sub angular blocky) 2.1.3 Lapisan 3 ABK Gumpal menyudut (Angular blocky) 2.2 Ukuran 2.2.1 Lapisan 1 F Halus (Fine) 2.2.2 Lapisan 2 F Halus (Fine) 2.2.3 Lapisan 3 F Halus (Fine) 2.3 Derajad 2.3.1 Lapisan 1 M Sedang (Medium) 2.3.2 Lapisan 2 M Sedang (Medium) 2.3.3 Lapisan 3 W Lemah (Weak) 3. Konsistensi Lembab sangat teguh 3.1 Lapisan 1 Lembab Gembur 3.2 Lapisan 2 Lembab sangat teguh 3.3 Lapisan 3 4. Warna 7,5 YR dark brown 4.1 Lapisan 1 4.2 Lapisan 2 7,5 YR dark brown 4.3 Lapisan 3 7,5 YR dark brown Sumber : Boardlist
  • 34. 34 4. Sifat Kimia Tanah Tabel 4.2.4 Pengamatan Sifat Kimia Tanah Entisol No Deskripsi Keterangan 1. Redoks O2 (Baik) 1.1 Lapisan 1 O2 (Baik) 1.2 Lapisan 2 O1 (Sedang) 1.3 Lapisan 3 2. Penetrasi 1,5 kg/m2 2.1 Vertikal 2.2 Horisontal 2 kg/m2 2.2.1 Lapisan 1 2 kg/m2 2.2.2 Lapisan 2 2.2.3 Lapisan 3 3. Kadar 3.1 Bahan organik +++ Banyak 3.1.1 Lapisan 1 ++ Sedikit 3.1.2 Lapisan 2 + Sangat banyak 3.1.3 Lapisan 3 3.2 Kapur 0 Tidak ada 3.2.1 Lapisan 1 0 Tidak ada 3.2.2 Lapisan 2 0 Tidak ada 3.2.3 Lapisan 3 Sumber : Boardlist 5. Analisis Lengas Tanah Tabel 4.2.5 Lengas Tanah Kering Angin Tanah Entisol Ctka Ø Ula a (gram) b (gram) c (gram) (mm) 0,5 KL (%) ngan 1 44,54 2 56,78 2 1 56,42 2 55,54 Bongka 1 56,79 h 2 56,01 Sumber : Laporan Tabel 60,99 71,68 74,08 72,38 66,28 67,93 Tabel 4.2.6 Kapasitas Lapangan Tanah Entisol Ctka Ø Ulangan a b (mm) (gram) (gram) 2 1 44,54 64,67 2 56,79 64,93 Sumber : Laporan Sementara 59,71 70,48 73,19 71,56 65,47 67,07 c (gram) 61,201 61,98 8,46 8,73 5,30 5,16 9,27 7,84 Rata-rata KL (%) 8,59 5,23 8,56 KL (%) 20,81 56,92
  • 35. 35 Tabel 4.2.7Kadar Lengas Maksimum Tanah Entisol Ctka Ø Ulangan a (gram) b (gram) c (gram) (mm) 2 1 47,16 90,59 72,7 Sumber : Laporan Sementara d (gram) 46,52 65,87 KL % Tabel 4.2.8 Batas Berubah Warna Tanah Entisol Ctka Ø Ulangan a b c (mm) (gram) (gram) (gram) 0,5 1 44,54 59,22 58,49 2 56,79 64,85 63,86 Sumber : Laporan Sementara KL (%) Rata-rata KL (%) 5,23 13,9 9,56 6. Analisis pH Tanah Tabel 4.2.9 pH Tanah Entisol Ctka Ø Ulangan pH H2O (mm) 0,5 1 6,84 2 6,73 Rata-rata 6,78 Sumber : Laporan sementara pH KCl 5,87 5,74 5,81 7. Analisis Struktur Tanah Tabel 4.2.10 Bobot Volume Tanah Entisol Ctka Ø Ulangan a (gram) b (gram) (mm) Bongkah 1 1,74 1,92 2 2,26 2,50 Sumber : Laporan Sementara Tabel 4.2.11 Bobot Jenis Tanah Entisol Ctka Ulang Berat Ø an a b c d (mm) 2 1 22 50,5 26,9 53,5 3 9 Sumber : Laporan Sementara Tabel 4.2.12 Porositas Tanah Entisol BV BJ n 2,185 2,46 11,178 Sumber : Laporan Sementara p (cc) q (cc) 15 15 16 16 Berat Volume 2,1 1,27 Suhu 1 BJ 1 Suhu 2 BJ 2 26oC 0,99 68 24oC 0,99 73 Berat Jenis (g) 2,46
  • 36. 36 ANALISIS DATA 1. Lengas Tanah Kering Angin Lengas tanah= (b-c) x100% (c-d) Ctka 0,5 mm (60,991-59,708) x100%=8,457 (59,708-44,538) (71,680-70,484) Lengas tanah ulangan 2= x100%=8,725% (70,484-56,776) 8,457+8,725 Rata-rata lengas ctka 0,5 mm= =8,59% 2 Ctka 2 mm (74,077-73,189) Lengas tanah ulangan 1= x100%=5,296% (73,189-56,423) (72,377-71,550) Lengas tanah ulangan 2= x100%=5,164% (71,550-55,538) 5,296+5,164 Rata-rata lengas ctka 2mm= =5,23% 2 Ctka bongkah (66,275-65,470) Lengas tanah ulangan 1= x100%=9,273% (56,470-56,789) (56,01-67,066) Lengas tanah ulangan 2= x100%=7,839% (67,066-56,007) 9,273+7,839 Rata-rata lengas ctka bongkah= =8,56% 2 Lengas tanah ulangan 1= 2. Kapasitas Lapang (b-c) x100% (c-a) (64,67-61.201) Lengas tanah ulangan 1= x100%=20,810% (61,201-44,54) (64,67-61,98) lengas tanah ulangan 2= x100%=56,92% (61,98-56,79) 20,81+56,92 Rata-rata lengas tanah= =38,87% 2 Kadar Lengas Tanah= 3. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum) b-a -(c-d) x100% (c-d) 90,59-47,16 -(72,7-46,52) KL maks. tanah= x100%=65,87% (72,7-46,52) Kadar Lengas Maksimum Tanah=
  • 37. 37 4. Batas Berubah Warna (BBW) (59,22-58,49) x100%=5,23% (58,49-44,54) (64,85 - 63,86) KL Ulangan 2= x100%=13,9% (63,86-56,79) 5,23+13,9 Rata-rata lengas tanah= =9,56% 2 KL Ulangan 1= 5. Bobot Volume Bobot volume= BV ulangan 1= 87xa 100xKL x(0,87x q-p - b-a ) 87x1,74 =2,1 100x0,0856 x(0,87x 16-15 - 1,92-1,74 ) 87x2,26 BV ulangan 1= =2,27 100x0,0856 x(0,87x 16-15 - 2,5-2,26 ) 2,1+2,27 BV rata-rata= =2,185 2 6. Bobot Jenis Bobot Jenis= BJ= 100 x c-a x BJ1 x BJ2 100+KL x (BJ1 b- a - BJ2 d-c ) 100x 26,99-22 x 0,996 8x 0,9973 100+0,0843 x 0,9968 50,53-22 -0,9973 53,5-26.99 7. Porositas Tanah BV n= 1x100% BJ 2,185 n= 1x100% 2,46 8. Analisis pH Tanah =2,46
  • 38. 38 C. Jatikuwung (Vertisol) 1. Pencandraan Bentang Lahan Gambar 4.3.1 Foto profil Tanah Jatikuwung Lokasi : Jatikuwung Hari, Tanggal : Sabtu,2 November 2013 Pukul : 08.00-09.00 WIB Nomor profil : Profil 1 Tinggi tempat : 160 m dpl Arah Hadap : Barat Nama surveyor : Kelompok 57 Gambar 4.3.2 Denah Jatikuwung Tabel 4.3.1 Deskripsi Lingkungan Profil Tanah Vertisol
  • 39. 39 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6 7 8 9 10 11 12 Diskripsi Cuaca Latitude Longitude Tinggi Tempat Lereng 5.1 Arah 5.2 Panjang Fisiografi lahan Genangan 7.1 Frekuensi 7.2 Durasi Genangan Tutupan lahan Geologi Erosi 10.1 Tingkat erosi 10.2 Tingkat bahaya erosi Batuan permukaan Vegetasi Sumber : Boardlist Keterangan SU (cerah/bersih) 07o 31’ 05,5” LS 110o50’ 43,6” BT 160 mdpl 250o (barat) 12% ,Sangat Miring V (Vulkanik) RA (kadang-kadang) BR (singkat) Rumput R (erosi alur) R (ringan/rendah) 1 Mangga (10%), rumput (85%), sulur (2%), putrimalu (3%)
  • 40. 40 2. Penyidikan Profil/Pedon Tanah Tabel 4.3.2 Diskripsi Umum Profil Tanah Vertisol No. Diskripsi Keterangan 1 Metode Observasi BC; Irisan lereng dibuat kemiringan < 60% 2 Jeluk 2.1 Horison A1 0 cm - 13 cm 2.2 Horison A2 13 cm - 27 cm 2.3 Horison B 27 cm - 40 cm 3 Horison 3.1 Batas 3.1.1 Horison A1 G (berangsur) 3.1.2 Horison A2 G (berangsur) 3.1.3 Horison B A (tajam) 3.2 Topografi 3.2.1 Horizon A1 W (berombak) 3.2.2 Horison A2 W (berombak) 3.2.3 Horison B W (berombak) 4 Perakaran 4.1 Ukuran 4.1.1 Horizon A1 F (halus) 4.1.2 Horison A2 VF (sangat halus) 4.1.3 Horison B VF (sangat halus) 4.2 Jumlah 4.2.1 Horizon A1 2 (biasa) 4.2.2 Horison A2 1 (sedikit) 4.2.3 Horison B 1 (sedikit) Sumber : Boardlist pada
  • 41. 41 3. Sifat Fisika Tanah Tabel 4.3.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah Vertisol No Diskripsi Keterangan 1 Tekstur 1.1 Horison A1 SiCL : Geluh lempung debuan 1.2 Horison A2 L : Geluh 1.3 Horison B SL : Geluh pasiran 2 Struktur 2.1 Tipe 2.1.1 Horison A1 SBK (gumpal membulat) 2.1.2 Horison A2 SBK (gumpal membulat) 2.1.3 Horison B SBK (gumpal membulat) 2.2 Ukuran 2.2.1 Horison A1 F (halus) 2.2.2 Horison A2 VF (sangat halus) 2.2.3 Horison B VF (sangat halus) 2.3 Derajat 2.3.1 Horison A1 3 (kuat) 2.3.2 Horison A2 3 (kuat) 2.3.3 Horison B 3 (kuat) 3 Konsistensi 3.1 Horison A1 Lembab-sangat teguh 3.2 Horison A2 Lembab-sangat teguh 3.3 Horison B Lembab-sangat teguh 4 Warna 4.1 Horison A1 7,5 YR 2,5/3 (very darkbrown) 4.2 Horison A2 7,5 YR 3/2 (dark brown) 4.3 Horison B 2,5 YR 4/2 (brown) Sumber : Boardlist
  • 42. 42 4. Sifat Kimia Tanah Tabel 4.3.4 Pengamatan Sifat Kimia Tanah Vertisol No Diskripsi Keterangan 1 Redoks 1.1 Horison A1 O3 (sangat baik) 1.2 Horison A2 O3 (sangat baik) 1.3 Horison B O1 atau R1 (sedang) 2 Penetrasi 2.1 Vertikal 2,5 kg/cm2 2.2 Horisontal 2.2.1 Horison A1 2.2.2 Horison A2 2 kg/cm2 2.2.3 Horison B 1,5 kg/cm2 3 Kadar 3.1 Bahan Organik 3.1.1 Horison A1 + (sangat sedikit) 3.1.2 Horison A2 ++++ (sangat banyak) 3.1.3 Horison B ++ (sedikit) 3.2 Kapur 3.2.1 Horison A1 0 (tidak ada) 3.2.2 Horison A2 0 (tidak ada) 3.2.3 Horison B 0 (tidak ada) 4 Konsentrasi 4.1 Jenis 4.1.1 Horison A1 0 (tidak ada) 4.1.2 Horison A2 0 (tidak ada) 4.1.3 Horison B 0 (tidak ada) 4.2 Ukuran 4.2.1 Horison A1 0 (tidak ada) 4.2.2 Horison A2 0 (tidak ada) 4.2.3 Horison B 0 (tidak ada) 4.3 Macam 4.3.1 Horison A1 0 (tidak ada) 4.3.2 Horison A2 0 (tidak ada) 4.3.3 Horison B 0 (tidak ada) Sumber :Boardlist
  • 43. 43 5. Analisis Lengas Tanah Tabel 4.3.5 Lengas Tanah Kering Angin Profil Tanah Vertisol Ctka Ø Ulangan A (gram) B (gram) C (gram) KL (%) (mm) 0,5 1 46,86 63,69 62,07 10,65 2 50,78 66,35 64,84 10,73 2 1 54,69 70,22 68,65 11,25 2 56,52 71,61 70,03 11,70 Bongka 1 52,62 66,93 65,29 12,94 han 2 55,38 68,61 67,15 12,40 Sumber :laporan sementara Tabel 4.3.6 Kapasitas Lapangan Tanah Vertisol Ctka Ø Ulangan A B (gram) C (gram) mm (gram) 2 mm 1 56,85 67,24 64,09 2 52,87 62,85 59,72 KL (%) 43,51 45,69 Rata-rata KL (%) 10,69 11,48 12,67 Rata-rata KL (%) 44,60 Sumber: laporan sementara Tabel 4.3.7 Kadar Lengas Maksimum Tanah Vertisol Ctka Ø A(gram) B(gram) C(gram) D(gram) (mm) 2 57,95 110,71 85,92 57,54 Sumber: laporan sementara Tabel 4.3.8 Batas Berubah Warna Tanah Vertisol Ctka Ø Ulangan A (gram) B (gram) C (gram) KL (mm) (%) 0,5 mm 1 56,85 61,87 61,12 17,56 2 52,87 58,75 57,88 17,37 Sumber :laporan sementara 6. Analisis pH Tanah Vertisol Tabel 4.3.9 pH Tanah Vertisol CtkaØ Ulangan pH H2O (mm) 1 6,74 0,5 2 6,91 Rata-rata 6,35 Sumber :laporan sementara pH KCl 5,96 6,04 6,47 KL (%) 86,36 Rata-rata KL (%) 14,47
  • 44. 44 7. Analisis Struktur Tanah Vertisol Tabel 4.3.10 Bobot Volume Tanah Vertisol Ctka Ø Ulangan A B P (cc) (mm) (gram) (gram) Bongkahan 1 2,87 3,14 20 2 1,93 2,14 20 Sumber : laporan sementara Q (cc) 21 20,5 Berat Volume 2,72 4,60 Tabel 4.3.11 Bobot Jenis Tanah Vertisol Ctka Ø (mm) Ulanga n A (gr) B (gr) 2 1 24 56,27 Sumber :laporan sementara Suhu 1 BJ 1 Suhu 2 BJ 2 KL ratarata Berat Jenis 30o 29,03 28o 59,22 44,6 1,63 Tabel 4.3.12 Tabel Porositas Tanah Vertisol BV BJ n 3,66 1,63 -120% Sumber :laporan sementara ANALISIS DATA 1. Lengas Tanah Kering Angin Bongkahan - Ulangan 1 : - - x100 % = Ulangan II : = 12,94% - = - = 12,40% Ctka 0,5 mm Ulangan 1 : - - x100 % = Ulangan II : = 10,65 % - = - = 10,73% Ctka 2 mm Ulangan I : - Ulangan II : - = = - = 11,25% = 11,70% 2. Kapasitas Lapang Ulangan I : - = - = 43,51%
  • 45. 45 - Ulangan II : - = - = 45,69% - 3. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum) Kadar Lengas : - - - - = - - - - = 86,36% 4. Batas Berubah Warna (BBW) - Ulangan I : - Ulangan II : - - = = 17,56% - = = 17,37% - 5. Bobot Jenis Bobot Jenis = Bobot Jenis = - - - - = 6. Porositas n = (1-BV/BJ)x100% = (1-3,66/1,63)x100% = (1-2,20)x100% = -120% 7. Analisis pH Tanah Rata-rata pH H2O = Rata-rata pH KCL= 6,35 100%
  • 46. 46 V. PEMBAHASAN A. Jumantono 1. Pencandraan Bentang Lahan Pengamatan bentang lahan dengan cara pengidentifikasian lahan dilaksanakan di Jumantono, Karanganyar pada hari Sabtu, 2 November 2013. Tanah di lokasi Jumantono adalah jenis Alfisol. Tanah alfisol mempunyai karakteristik secara umum antara lain yaitu tanah sangat lapuk, tekstur berat kadang-kadang lekat, struktur gumpal, bahan organik rendah, pH agak masam sampai sedikit alkalis, kejenuhan basa sedang sampai tinggi, kadang-kadang mengandung konkresi kapur dan besi, bahan induk bahan kapur batu pasir berkapur atau bahan vulkanik, ketinggian tempat 0 – 400 m dpl. Kondisi cuaca pada saat pengamatan dalam keadaan hujan. Titik pengamatan profil terletak pada 7o 37’ 49,6” LS dan 110o 56’ 54,2” BT di ketinggian 190 m dpl. Lahan yang diamati mempunyai kemiringan 22 % yang berarti agak curam. Kemiringan lereng diukur dengan klinometer. Arah profilnyanya adalah barat laut. Fisiografi lahannya adalah vulkanik. Sistem hidrologi atau keadaan perairan di lokasi praktikum adalah bebas genangan dan tanpa banjir. Ini dikarenakan proses infiltrasi tanah berlangsung cepat karena mineral liat kaolin yang dikandung yang mempunyai sifat menahan air lebih rendah dibandingkan dengan mineral liat lainnya. Tutupan lahan yang paling dominan pada lokasi pengamatan adalah tutupan tanaman, yaitu antara lain jagung, mangga, kacang tanah, nangka, rambutan, jati, semak, rumput. Geologi merupakan penyusun dari bahan induk tanah yang nantinya berpengaruh terhadap jenis tanah. Bahan induk mempengaruhi proses serta sifat dan karakteristik dari tanah. Penentuan geologi atau bahan induk dapat didasarkan pada peta geologi. Pada praktikum kali ini tercatat bahwa geologinya adalah batuan gunung api lawu (braksi gunung api, tuff, lava). Erosi yang terjadi adalah erosi permukaan dengan tingkat erosi ringan. Vegetasi yang terdapat di lokasi diantaranya Rumput (Cyperus sp) 30%, Mangga (Mangivera indica)10%, Kelapa sawit (Elaeis guineensis) 10%, Jati 47
  • 47. 47 (Tectona grandis) 5%, Rambutan (Nephelium nappaceum) 10%, Semak 15%, Singkong (Manihot utilissima) 5%, Jagung (Zea mays) 10%, Kacang tanah (Arachis hypogaea)5%. 2. Penyidikan Profil Tanah Profil tanah adalah urutan susunan horison yang tampak dalam anatomi tubuh tanah. Profil tanah mempunyai tebal yang berlainan, mulai dari yang setipis selaput sampai setebal 10 m. Pada umumnya tanah makin tipis makin mendekati kutub dan makin tebal makin mendekati khatulistiwa. Dalam praktikum ini, pengamatan dilakukan dengan metode pengamatan parit yaitu dibuat galian pedon. Dalam pembuatan profil atau pedon, yang perlu diperhatikan adalah harus tegak (vertikal), baru, tidak terkena sinar matahari secara langsung. Pada pedon yang diamati mempunyai jeluk 85 cm. Kedalaman horizon A sedalam 0-28 cm, horizon B1 sedalam 2848 cm, horizon B2 sedalam 48-75 cm, dan horixon B3 sedalam 75 - 85 cm. Batas-batas lapisan dapat diketahui dengan beberapa cara, yaitu dengan memperhatikan perbedaan warna, menusuk-nusuk tanah dengan pisau belati atau dengan memukul-mukul tanah dengan gagang pisau belati sambil meremas gumpalan tanah untuk mengetahui konsistensi dan tekstur tanah serta perbedaannya. Batas lapisan tanah ini dinyatakan dalam ketegasannya dan bentuknya. Batas horizon dapat dibedakan menjadi tajam, jelas, berangsur, dan berbaur. Bentuk batas horizon dapat rata datar, rata miring, berombak, bergelombang, atau tak beraturan. Batas horizon A dan horizon B1 jelas, batas horizon B1 dan horizon B2 yaitu berangsur, dan batas horizon B2 dengan horizon B3 baur. Bentuk/topografi batas horizon A dan horizon B1, dengan horizon B1 dan horizon B2 adalah berombak, topografi horizon B2 dan horizon B3 smooth. Pada profil ini perakaran dijumpai di semua horizon. Horizon A jumlahnya banyak dan ukurannya halus, sedangkan horizon B1, Horizon B2 dan horizon B3 jumlahnya sedikit dengan ukuran sangat halus. Kondisi perakaran semakin ke bawah lapisan semakin sedikit karena dipengaruhi oleh bahan organik dan juga sifat fisik tanah.
  • 48. 48 3. Sifat Fisika Tanah Sifat fisika tanah yang diamati adalah tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi, dan warna. Tekstur tanah didefinisikan sebagai perbandingan relatif (dalam persen) fraksi –fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur tanah penting untuk diketahui karena komposisi ketiga fraksi butir – butir tanah tersebut akan menentukan sifat fisika, sifat kimia dan kimia tanah. Horizon A teksturnya Geluh Lempungan (CL) karena agak kasar, membentuk bola agak teguh, akan membentuk gulungan bila di plirit tetapi mudah hancur serta melekat sedang. Horizon B1 bertekstur geluh lempung debuan (SiCL). Horizon B2 dan horizon B3 teksturnya sama yaitu geluh (L) dengan kriteria rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta melekat. Tekstur ini diamati dengan cara membasahi tanah dengan air lalu di pijit-pijit dan diraba. Pasir terasa kasar, debu terasa licin dan lempung terasa lengket dan liat. Semakin dalam lapisan tanah, tekstur semakin liat karena dipengaruhi kandungan bahan organik dalam tanah. Struktur berhubungan dengan agregasi partikel utama tanah (pasir, debu dan tanah liat) menjadi partikel senyawa, atau kelompok partikel utama, yang dipisahkan dari agregat yang berdekatan dengan permukaan yang lemah. Dari hasil pengamatan dapat dilihat sruktur dari masing-masing horison. Horison A tipe kersai (GR) dengan kriteria berbidang banyak, tidak beraturan, tidak membentuk permukaan di sekeliling ped, dan ukuran struktur halus, derajad sedang. Horison B1 dan horizon B2 tipe gumpal menyudut angular blocky (ABK) dengan kriteria berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip, dan struktur horizon B3 gumpalan tipe gumpal membulat atau sub angular blocky (SBK) dengan kriteria berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut membulat, ukuran struktur halus, derajad sedang. Pengamatan dengan cara memijit-mijit tanah dengan jari-jari tangan. Derajad lemah, tanah mudah hancur walaupun dipijit tanpa tenaga. Derajad sedang, tanah hancur saat dipijit dengan sedikit tenaga. Derajad kuat, tanah baru bisa hancur bila dipijit dengan tenaga yang lebih kuat.
  • 49. 49 Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang menunjukkan adanya daya kohesi dan adhesi dalam massa tanah pada berbagai kandungan air dan ketahanannya terhadap perubahan bentuk. Konsistensi profil dari horizon A sampai horizon B3 adalah lembab, yang berarti kandungan air mendekati kapasitas lapang. Pada horizon A mempunyai kategori gembur yang berarti bila diremas dapat bercerai, bila digenggam menggumpal, melekat bila ditekan, sedangkan pada horizon B1, B2 dan B3 mempunyai kategori teguh yaitu massa tanah hancur dengan tekanan yang sedang. Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengan mudah dilihat/diamati. Warna tanah digunakan untuk menaksir tingkat pelapukan yang terjadi (semakin merah warnanya semakin lanjut pelapukan tanahnya), untuk menilai keadaan aerasi dan drainasenya baik (warna merah atau kuning coklat menunjukkan aerasi dan dranase baik) dan untuk menaksir banyaknya kandungan mineral (warna kekuning-kuningan atau pucat berasal dari mineral kuarsa, warna merah berasal dari mineral besi). Dalam menentukan warna tanah digunakan MSCC (Munsell Soil Colour Chart) yang di dalamnya dikenal tiga komponen yaitu : Hue yang menunjukkan warna utama tanah, value yang menunjukkan derajad terangnya warna berkisar antara gelap sampai agak terang, dan chroma yang menunjukkan kekuatan/intensitas warna-warna yang akan meningkat dengan menurunnya proporsi sinar putih. Dalam praktikum ini, warna tanah dari tiap lapisan ditentukan dengan mengambil sebongkah tanah sebagai contoh. Bongkah tanah ini diletakkan pada bagan warna MSCC di mana ketiga sumbu komponen warna itu berada dan ditentukan berapa nilai hue, value dan chromanya. Dari pengamatan didapat horizon A 2,5 YR Dark redish brown, horizon B1, horizon B2 dan horizon B3 2,5 YR Dark redish brown. 4. Sifat Kimia Tanah Redoks atau Aerasi dan drainase tanah merupakan kemampuan tanah dalam hal tata udara dan air tanah. Baik buruknya aerasi dan drainase tanah dapat diketahui dengan menetesi dua sampel tanah dengan larutan HCl 1,2 N,
  • 50. 50 kemudian yang satu ditetesi KCNS 10% dan yang satunya ditetesi K4Fe(CN)6 0,5 %. Tanah yang ditetesi KCNS berwarna merah, yang ditetesi K4Fe(CN)6 berwarna biru. Jika dominan warna merah maka aerasi dan drainase baik. Jika dominan warna biru maka aerasi dan drainase buruk. Hasilnya, makin ke bawah tanah makin mengandung lempung, agregat mantap, tanahnya mengeras, air yang dapat diserap sedikit karena pori-porinya kecil, maka udara yang terkandungpun juga hanya sedikit menyebabkan aerasi dan draenasi buruk. Dalam praktikum, hasil pengamatan menunjukan bahwa horizon A, B1, B2, dan B3 mempunyai redoks yang baik, ini berarti tanah mengalami oksidatif kuat. Ketahanan penetrasi tanah atau daya topang tanah adalah kemampuan sistem tanah untuk memberikan reaksi terhadap tekanan atau beban yang diterimanya. Dari hasil pengamatan didapat untuk horizontalnya adalah 1 kg/cm2 sedangkan vertikal untuk horizon A adalah 1,5 kg/cm2, horizon B1 adalah 1,75 kg/cm2, horizon B2 adalah 3,5 kg/cm2 dan horizon B3 adalah 4,5 kg/cm2. Daya topang untuk setiap horizon berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh konsistensi tanah karena semakin lekat dan semakin teguh tanah berpengaruh pada tingkat daya mekanik selain itu banyak sedikitnya ketersediaan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi daya topang tanah. Konkresi merupakan peristiwa akumulasi senyawa-senyawa kimia pada tanah yang akhirnya berbentuk butiran atau pertikel tanah. Tingkat konkresi tanah berhubungan dengan kandungan Fe dan Mn pada tanah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bercak hitam dan merah. Pada pengamatan untuk jenis semua lapisan Mn, sedang untuk kelimpahan di horizon A tidak ada, horizon B1 kasar, horizon B2 kasar, dan horizon B3 sangat kasar. 5. Analisis Lengas Tanah Kadar lengas tanah adalah kandungan air yang terdapat dalam pori tanah. Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori di antara padatan tanah. Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi oleh air. Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang
  • 51. 51 poriakan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan lengas dalam tanah antara lain, anasir iklim, kandungan bahan organik dan lempung tanah, relief, dan bahan penutup tanah. Pada perhitungan kadar lengas tanah kering angin digunakan ctka bongkah, 2 mm, dan 0,5 mm dengan dua kali perulangan. Hasil perhitungan rata-rata kadar lengas kering angin yang diperoleh adalah 11,045% ctka bongkah, 15,385% ctka 2 mm serta 19,125% untuk ctka 0,5 mm. kadar lengas pada ctka 0,5 mm lebih besar daripada ctka bongkah dan 2 mm karena pada ctka 0,5 mm memiliki luasan permukaan yang juga lebih besar daripada ctka 2 mm. Itulah yang menyebabkan kenapa ctka 0,5 mm lebih banyak menyerap air dibandingkan dengan ctka 2 mm. Pada perhitungan kadar lengas kapasitas lapangan dan kadar lengas maksimum hanya dilakukan dua kali pengulangan dengan satu macam ctka yaitu dengan ctka 2 mm. Kapasitas lapangan dihitung dengan rumus yang sama dengan perhitungan kadar lengas kering angin. Lengas maksimum Pada perhitungan ini didapat data berat cawan dan gelas arloji tanpa ctka sebesar 45,587 gram, berat cawan dan gelas arloji dengan ctka setelah direndam kurang lebih 12 jam sebesar 90,978 gram, berat cawan dengan ctka setelah dioven dan didinginkan sebesar 68,638 gram dan berat cawan dan gelas arloji tanpa ctka setelah dibersihkan adalah sebesar 45,195 gram. Nilai lengas maksimum yang diperoleh dari hasil perhitungan tersebut dengan rumus di atas adalah sebesar 93,62%. Selain kadar lengas kering angin, kapasitas lapangan dan kadar lengas maksimum, batas berubah warna juga dihitung. Hasil dari perhitungan batas berubah warna yaitu sebesar 46,595% yang berarti tanah alfisol di Jumantono memiliki pengharkatan batas berubah warna yang amat sangat tinggi. 6. Analisis pH Tanah Pada dasarnya penentuan pH ada dua macam, yaitu dengan H2O dan KCl. Penentuan pH dengan H2O disebut dengan pH aktual, sedangkan penentuan pH dengan KCl disebut dengan pH potensial. Pada pengamatan menggunakan pH meter dengan ctka 0,5 mm didapat data bahwa pada hasil
  • 52. 52 pengukuran pH dengan H₂O adalah 5,5 sedangkan pH dengan KCl yaitu 4,85. Ini berarti bahan organik yang terkandung pada masing-masing horison berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal itulah yang menyebabkan nilai pH aktual lebih tinggi dari pH potensial. Bahan organik itu juga dipengaruhi pula oleh geologi pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik maka tanah itu semakin subur. Bahan organik itu juga dipengaruhi pula oleh geologi pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik maka tanah itu semakin subur. Sebenarnya pH pada tanah Alfisol cenderung ke arah basa, namun data di lapangan menunjukkan bahwa pH masam dikarenakan tanah ini sudah mengalami beberapa pengaruh yang disebabkan oleh faktor alam maupun akibat campur tangan manusia. 7. Analisis Struktur Tanah Struktur tanah adalah ikatan antar partikel atau fraksi primer tanah yang membentuk suatu susunan gumpalan yang disebabkan adanya perekat organic maupun anorganik. Peranan penting struktur tanah yaitu teredianya air di dalam tanah, ketersediaan unsur hara dalam tanah, perombakan material organic di dalam tanah, suhu tanah, penetrasi perakaran tanaman serta aktivitas mikroorganisme atau biota tanah. Bobot jenis atau yang disebut particle density merupakan perbandingan antara bobot partikel tanah dengan volume partikel tanah. Bobot partikel tanah dicari dengan dikering ovenkan agar tidak ada air dalam pori-pori tanah. Dari perhitungan tersebut, didapatkan berat piknometer kosong dengan tutupnya 20,102 gram, piknometer berisi aquades penuh dan di tutup sebesar 44,910 gram, piknometer diisi dengan tanah 25,102 gram, piknometer setelah didiamkan semalaman ditambah dengan aquades hingga penuh seberat 47,842 gram. Hasil pengukuran suhu untuk mendapatkan berat jenis pertama adalam 30oC dan memiliki berat jenis pertama 0.995 didapatkan dari piknometer yang telah diisi air dengan aquades hingga penuh lalu melihat berat jenis pada tabel berat jenis. Berat jenis kedua adalah 0,997 yang didapatkan dari pengukuran suhu pada piknometer yang telah semalaman telah diendapkan yang didalamnya telah terisi tanah 5 gram dan aquades separuh volume lalu
  • 53. 53 ditambahkan aquades hingga penuh untuk mengukur suhu dengan termometer, suhunya sebesar 26oC. dari data tersebut diperoleh berat jenis 11,383. Bobot volume hamper seperti bobot jenis, bobot volume merupakan perbandingan antara bobot dengan volume tanah. Perbedaannya hanya pada pengukuran volume tanah, pori-pori dihitung juga sebagai bagian dari volume tersebut. Dengan melapisi bongkahan tanah kecil dengan paraffin atau lilin lalu dimasukkan dalam tabung yang telah berisi aquades yang telah diketahui volumenya. Angka rata-rata dalam penghitungan bobot volume didapat sebagai berikut; bongkahan tanah sebelum diberi paraffin atau lilin memiliki berat 1,363 gram. Bongkahan tanah yang telah dilumuri paraafin/lilin seberat 1,575 gram. Volume aquades sebelum dimasuki tanah 10 cc dan setelah bongkah tanah dimasukkan volume menjadi 11,75. Berat volume bongkah tanah jumantono adalah 0,85. Nilai porositas adalah prosentase pori-pori dalam tanah. Cara mengetahui porositas adalah dengan menganalisis berat jenis dan berat volume, sehingga diperoleh nilai porositas sebesar 92,54%. B. Fakultas Pertanian UNS 1. Pencandraan Bentang Lahan Pengamatan pencandraan bentang lahan dengan cara pengidentifikasian lahan dilaksanakan di sekitar kampus Fakultas Pertanian UNS pada hari Sabtu, 2 November 2013. Kondisi cuaca pada saat pengamatan dalam keadaan cerah. Titik pengamatan profil terletak pada 7o 33’ 36,6” LS dan 110o 51’ 30” BT di ketinggian 126 m dpl. Kemiringan lahan atau lereng sebesar 33% yang berarti curam. Lereng merupakan perbandingan antara perbedaan ketinggian tanah dengan jarak horisontal yang dinyatakan dalam persentase atau derajad. Pengukuran kemiringan lereng menggunakan klinometer dengan cara mengukur searah kemiringan lereng. Arah kemiringan (slope aspert) lereng diukur dengan menggunakan kompas. Arah profil menghadap ke barat laut. Fisiografi lahan di FP UNS adalah Alluvial, yaitu berupa hasil aliran/fluvial atau gravitas/koluvial.
  • 54. 54 Di lokasi praktikum tidak ditemukan daerah dengan kondisi tergenang air. Hal ini dikarenakan lokasi praktikum lebih tinggi serta banyaknya vegetasi yang terdapat pada lokasi, sehingga air yang berasal dari hujan atau sumber lainnya dapat langsung diserap oleh akar tanaman. Tutupan lahan yang paling dominan pada lokasi pengamatan adalah lamtoro (Leucaena glauca). Geologi merupakan penyusun dari bahan induk tanah. Bahan induk mempengaruhi proses serta sifat dan karakteristik dari tanah. Penentuan geologi atau bahan induk dapat didasarkan pada peta geologi. Pada praktikum kali ini tercatat bahwa geologinya adalah bahan aluvium. Erosi merupakan proses pemecahan dan pengikisan lapisan permukaan tanah oleh media (air, angin, dan es) yang kemudian diangkut dan diendapkan pada suatu tempat. Erosi yang terjadi di lokasi pengamatan adalah erosi permukaan yaitu dengan adanya sedikit tanah yang hilang tetapi tidak terbentuk saluran air. Tingkat bahaya erosinya rendah.. Vegetasi yang ditemukan antara lain Lamtoro (Leucaena glauca) 30%, pohon beringin (Ficus benjamina) 10%, pohon mahoni (Swieteinia macrophylla)15%, pohon jati (Tectonagrandis)10%, pohon kedawung (Parkia roxburghii) 15%, pohon angsana (Pterocarpus indicus)15%, rumput (Cyperus rotundus) 5%. 2. Penyidikan Profil Tanah Profil tanah adalah penampang melintang vertikal tanah yang terdiri dari lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Dalam pembuatan profil atau pedon perlu metode. Metode yang dimaksud adalah cara tanah dicandra atau diamati. Metode bisa berupa profil melintang ataupun dengan pengeboran atau pembuatan lubang pedon. Ukuran tanah juga diamati sebagai satu kesatuan profil pengamatan, yaitu ukuran lebar atau diameter dan kedalaman. Dalam praktikum kali ini, metode yang digunakan adalah irisan lereng yang dibuat pada kemiringan 33%. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa jeluknya sedalam 60 cm. Jeluk merupakan kedalaman profil tanah yang diukur dari permukaan tanah sampai pada batas akhir lapisan/horizon bawah. Pada profil tanah yang diamati terdapat tiga lapisan dengan masing-masing kedalaman pada lapisan 1
  • 55. 55 yaitu 0-20 cm, lapisan 2 yaitu 20-40 cm, dan lapisan 3 10-60 cm. Batas-batas lapisan yang meliputi ketegasan dan bentuk antara lapisan sama. Batas lapisan adalah baur dengan bentuk dari batas lapisannya adalah rata dengan sedikit atau beraturan. Penarikan batas dan garis horizon tanah ditentukan atau dilakukan dengan cara memukul-mukulkan gagang pisau belati ke profil tanah untuk membedakan suaranya. Suara yang berbeda menunjukkan adanya lapisan yang berbeda pula. Selain itu dapat juga dengan melakukan tusukkantusukkan pada profil tanah tersebut. Semakin ke dalam tanahnya semakin keras, hal ini disebabkan oleh konsistensi dan struktur tanahnya yang semakin kuat. Adanya tingkat kekerasan yang berbeda menunjukkan adanya lapisan yang berbeda. Pada profil ini perakaran dijumpai di tiap lapisan. Lapisan 1 jumlahnya biasa dan ukurannya sangat halus, pada lapisan 2 dan 3 jumlahnya sedikit. Lapisan 2 dengan ukuran sedang, lapisan 3 dengan ukuran halus. Kondisi perakaran semakin ke bawah horizon semakin sedikit karena akar tumbuhan menyerap air dan unsur hara (humus). 3. Sifat Fisika Tanah Pengamatan sifat fisika tanah meliputi tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi, dan warna. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksifraksi yang menyusun suatu volume massa tanah. Fraksi penyusun massa tanah tersebut antara lain : pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay). Dalam penentuan tekstur tanah di lapangan digunakan cara kualitatif, yaitu dengan merasakan tingkat kasar, licin dan lengketnya tanah. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tekstur tanah yang didapat pada lapisan 1, lapisan 2 dan lapisan 3 berbeda. Pada lapisan 1 tekstur tanah geluh debuan (SiL), lapisan 2 bertekstur geluh pasiran (SL) sedang lapisan 3 memiliki tekstur pasir geluhan (LS). Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan secara garis besar keseluruhan agregasi atau susunan butir-butir tanah. Profil dapat dikuasai oleh pola struktur tunggal. Seringkali dijumpai jumlah macam agregasi yang merupakan perkembangan dari horizon yang dengan mudah dapat dilihat dari
  • 56. 56 keadaan dan ciri seperti gerakan air, pemindah panas, aerasi, kerapatan massa dan gumpalan akan banyak dipengaruhi oleh struktur. Struktur tanah yang terlihat pada pengamatan, yaitu pada lapisan 1, lapisan 2 dan lapisan 3 mempunyai struktur tanah yang berbeda yakni lapisan 1 gumpal menyudut (Angular blocky), lapisan 2 gumpal membulat atau sub angular blocky (SBK) dan lapisan 3 gumpal menyudut atau angular blocky. Konsistensi tanah merupakan menggambarkan keadaan fisik tanah istilah yang digunakan untuk dengan kandungan air berbeda-beda seperti yang diperlihatkan oleh reaksi tanah atas tekanan-tekanan mekanik. Tekanan yang dilakukan dengan cara memeras, memijit dan atau memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya di lapangan. Konsistensi tanah dipandang sebagai kombinasi sifat yang dipengaruhi kekuatan mengikat antara butir-butir tanah.Pengamatan konsistensi tanah dimungkinkan untuk dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu pada kondisi tanah kering, lembab dan atau basah. Konsistensi tanah pada pengamatan tanah kali ini adalah terjadi pada kondisi tanah lembab. Lapisan 1, lapisan 2 dan lapisan 3 memiliki konsistensi yang berbeda-beda. Lapisan 1 sangat teguh, lapisan 2 gembur, dan lapisan 3 sangat teguh. Warna tanah adalah penampilan agregat atau massa tanah yang menyusun suatu tubuh tanah, sebagai hasil reaksi aneka senyawa kimia yang didukung oleh sustu lingkungan tertentu. Warna tanah dapat memberikan keterangan mengenai gatra pelikan tanah, tingkat peluruhan pelikan-pelikan tanah, kandungan bahan organik, gejolak musiman air tanah, keadaan pengatusan dan tata udara tanah, kesuburan tanah, perbedaan horizon, dan unjuk kerja dan penggunaan tanah. Pada lapisan 1 dan lapisan 2 memiliki warna yangsama ditunjukkan 2,5Y 5/3 yaitu light olive brown. 4. Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah meliputi redoks (aerasi drainase), kadar bahan organik tanah, kadar kapur dan penetrasi. Aerasi adalah kemampuan sirkulasi udara dalam tanah. Sedangkan drainase menunujukkan kecepatan meresapnya air dari tanah. Dalam pengamatannya digunakan reagen HCl 1,2 N, KCNS 10%, dan K3Fe(CN)6 0,5 %. Dalam reaksinya akan membentuk warna merah dan
  • 57. 57 biru. Bila warna merah dominan dibanding warna biru maka aerasi dan drainasenya baik dan sebaliknya. Berdasarkan pengujian yang dilakukan diketahui intensitas aerasi dan drainase pada lapisan 2 dan lapisan dua baik (O2) karena timbul warna merah nyata disertai hijau (oksidatif kuat), sedangkan pada lapisan 3 sedang (O1) karena timbul warna merah nyatadisertai biru nyata (reduksi mutlak). Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah karena bahan organik merupakan sumber sekaligus penyangga dari kesuburan tanah. Kadar bahan organik dalam analisis kualitatif ditunjukkan dengan adanya reaksi (proses pembuihan) pada tanah pada saat diberikan larutan H2O2 10% atau lebih. Dalam pemberian larutan ke contoh tanah, apabila semakin besar reaksi yang terjadi maka kadar bahan organik dalam tanah semakin tinggi. Demikian pula sebaliknya, apabila tidak terjadi reaksi apa-apa maka kadar bahan organik dalam tanah bisa dikatakan tidak ada. Kandungan bahan organik di lapisan 1 banyak karena buih-buih nampak banyak seperti busa, pada lapisan 2 terdapat sedikit bahan organic karena hanya sedikit buih yang tampak, sedangkan pada lapisan 3 terdapat banyak sekali buih-buih saat ditetesi oleh larutan H2O2 yang menandakan pada lapisan 3 terdapat bahan organik. Adanya ketidakseimbangan atau perbedaan bahan organik pada lapisan karena peningkatan bahan organik yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman maupun organisme dalam tanah. Kadar kapur dalam tanah dapat dianalisis sebagai indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur dalam tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah. Dari hasil pengamatan tidak terdapat kadar kapur (CaCO3) pada seluruh lapisan. 5. Analisis Lengas Tanah Kadar lengas tanah adalah kandungan air yang terdapat dalam pori tanah. Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori di antara padatan tanah. Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi oleh air.
  • 58. 58 Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan lengas dalam tanah antara lain, anasir iklim, kandungan bahan organik dan lempung tanah, relief, dan bahan penutup tanah. Pada perhitungan kadar lengas tanah kering angin digunakan ctka bongkah, 2 mm, dan 0,5 mm dengan dua kali perulangan. Hasil perhitungan rata-rata kadar lengas kering angin yang diperoleh adalah 8,56% ctka bongkah, 5,23 % ctka 2 mm serta 8,59 % untuk ctka 0,5 mm. kadar lengas pada ctka 0,5 mm lebih besar daripada ctka bongkah dan 2 mm karena pada ctka 0,5 mm memiliki luasan permukaan yang juga lebih besar daripada ctka 2 mm. Itulah yang menyebabkan kenapa ctka 0,5 mm lebih banyak menyerap air dibandingkan dengan ctka 2 mm. Pada perhitungan kadar lengas kapasitas lapangan dan kadar lengas maksimum hanya dilakukan dua kali pengulangan dengan satu macam ctka yaitu dengan ctka 2 mm. Kapasitas lapangan dihitung dengan rumus yang sama dengan perhitungan kadar lengas kering angin. Hasil rata-rata perhitungan yang didapatkan dari kapasitas lapangan sebesar 38,87%. Pada perhitungan ini didapat data berat cawan dan gelas arloji tanpa ctka sebesar 47,16 gram, berat cawan dan gelas arloji dengan ctka setelah direndam kurang lebih 12 jam sebesar 90,59 gram, beratcawan dengan ctka setelah dioven dan didinginkan sebesar 72,7 gram dan berat cawan dan gelas arloji tanpa ctka setelah dibersihkan adalah sebesar 46,52 gram. Nilai lengas maksimum yang diperoleh dari hasil perhitungan tersebut dengan rumus di atas adalah sebesar 65,875 %. Selain kadar lengas kering angin, kapasitas lapangan dan kadar lengas maksimum, batas berubah warna juga dihitung. Hasil dari perhitungan batas berubah warna yaitu sebesar 9,56% yang berarti tanah entisol di FP UNS memiliki pengharkatan batas berubah warna yang rendah. 6. Analisis pH Tanah Pada dasarnya penentuan pH ada dua macam, yaitu dengan H2O dan KCl. Penentuan pH dengan H2O disebut dengan pH aktual, sedangkan
  • 59. 59 penentuan pH dengan KCl disebut dengan pH potensial. Pada pengamatan menggunakan pH meter dengan ctka 0,5 mm didapat data bahwa pada hasil pengukuran pH dengan H₂O adalah 6,78 sedangkan pH dengan KCl yaitu 5,81. Ini berarti bahan organik yang terkandung pada masing-masing horison berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal itulah yang menyebabkan nilai pH aktual lebih tinggi dari pH potensial. Bahan organik itu juga dipengaruhi pula oleh geologi pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik maka tanah itu semakin subur. 7. Analisis Struktur Tanah Struktur tanah adalah ikatan antar partikel atau fraksi primer tanah yang membentuk suatu susunan gumpalan yang disebabkan adanya perekat organic maupun anorganik. Peranan penting struktur tanah yaitu teredianya air di dalam tanah, ketersediaan unsur hara dalam tanah, perombakan material organik di dalam tanah, suhu tanah, penetrasi perakaran tanaman serta aktivitas mikroorganisme atau biota tanah. Bobot jenis atau yang disebut particle density merupakan perbandingan antara bobot partikel tanah dengan volume partikel tanah. Bobot partikel tanah dicari dengan dikering ovenkan agar tidak ada air dalam pori-pori tanah. Setelah penghitungan, didapatkan berat piknometer kosong dengan tutupnya 22 gram, piknometer berisi aquades penuh dan di tutup sebesar 50,53 gram, piknometer diisi dengan tanah 26,99 gram, piknometer setelah didiamkan semalaman ditambah dengan aquades hingga penuh seberat 53,5 gram. Hasil pengukuran suhu untuk mendapatkan berat jenis pertama adalam 26oC dan memiliki berat jenis pertama 99,68 didapatkan dari piknometer yang telah diisi air dengan aquades hingga penuh lalu melihat berat jenis pada tabel berat jenis. Berat jenis kedua adalah 0,9973 yang didapatkan dari pengukuran suhu pada piknometer yang telah semalaman telah diendapkan yang didalamnya telah terisi tanah 5 gram dan aquades separuh volume lalu ditambahkan aquades hingga penuh untuk mengukur suhu dengan termometer, suhunya sebesar 24oC.bobot jenis tanah FP UNS yaitu 2,46 gram.
  • 60. 60 Bobot volume hamper seperti bobot jenis, bobot volume merupakan perbandingan antara bobot dengan volume tanah. Perbedaannya hanya pada pengukuran volume tanah, pori-pori dihitung juga sebagai bagian dari volume tersebut. Dengan melapisi bongkahan tanah kecil dengan paraffin atau lilin lalu dimasukkan dalam tabung yang telah berisi aquades yang telah diketahui volumenya. Angka rata-rata dalam penghitungan bobot volume didapat sebagai berikut; bongkahan tanah sebelum diberi paraffin atau lilin memiliki berat 2 gram. Bongkahan tanah yang telah dilumuri paraafin/lilin seberat 2,21gram. Volume aquades sebelum dimasuki tanah 15 cc dan setelah bongkah tanah dimasukkan volume menjadi 16 cc. Berat volume bongkah tanah jumantono adalah 1,685.Nilai porositas adalah prosentase pori-pori dalam tanah. Dari penghitungan tersebut diperoleh nilai porositas sebesar 11,178%. C. Jatikuwung 1. Pencandraan Bentang Lahan Pengamatan pencandraan bentang lahan dengan cara pengidentifikasian lahan dilaksanakan di Jatikuwung, Karanganyar pada hari Sabtu, 2 November 2013. Tanah di lokasi Jatikuwung adalah jenis tanah vertisol yang mempunyai karakteristik secara umum antara lain yaitu warna tanah kelabu tua sampai hitam, kandungan bahan organik relative rendah, tekstur liat berat(keras bila kering,lengket bila basah), ketinggian antara 0-200m dpl. Kondisi cuaca pada saat pengamatan dalam keadaan cerah. Titik pengamatan profil terletak pada 7o 31’ 9,9” LS dan 110o50’70,8” BT di ketinggian 179 m dpl. Lahan yang diamati mempunyai kemiringan 12 % yang berarti sangat miring. Kemiringan lereng diukur dengan klinometer. Arah profilnya adalah barat. Maksud dari penentuan arah profl adalah untuk mengetahui intensitas matahari yang mempengaruhi pembentukan tanah, karena dapat mempengaruhi pelapukan. Fisiografi lahan merupakan pencandraan tentang genesis tanah dan evolusi bentuk tanah, sedangkan plato merupakan bentang alam dengan bentuk kubah yang bagian puncaknya rata.
  • 61. 61 Hidrologi adalah keadaan atau kondisi air pada suatu lahan/daerah. Jatikuwung mempunyai hidrologi yang terbebas dari genangan dan tanpa banjir. Tutupan lahan yang paling dominan adalah rumput. Geologi di Jatikuwung yaitu QVM (batuan gunung api merapi). Batuan permukaan berjumlah 0,1% dari luas permukaan dan erosinya adalah erosi alur dengan tingkat erosi ringan. Erosi adalah kegiatan pengikisan tanah yang disebabkan oleh adanya agen penyebab erosi seperti angin dan air. Vegetasi yang ditemukan antara lain Mangga 10%, Rumput 85%, Putrimalu 5%. 2. Penyidikan Profil Tanah Profil tanah adalah penampang melintang vertikal tanah yang menunjukkan susunan horizon atau lapisan tanah serta terdiri dari solum tanah dan bahan induk tanah. Metode yang digunakan dalam pembuatan profil tanah adalah irisan pada lereng yang dibuat pada kemiringan <60%. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa jeluk tanah sedalam 45 cm. Jeluk merupakan kedalaman profil tanah yang diukur dari permukaan tanah sampai pada batas akhir lapisan bawah meliputi lapisan top soil dan lapisan sub soil. Pada profil tanah yang diamati terdapat dua horizon dengan masing-masing horizon terdiri atas dua lapisan. Kedalaman pada horizon A1 yaitu 0-15 cm, horizon A2 15-27 cm, dan horizon B 27-40 cm. Berdasarkan hasil pengamatan juga diketahui bahwa batas-batas lapisan yang meliputi ketegasan dan bentuk yaitu ketegasan batas antara horizon A1dan horizon A2 adalah berangsur, sedangkan batas antara horizon A2 dan horizon B adalah berangsur. Bentuk dari batas-batas masing-masing horizon semuanya adalah tajam. Penarikan batas dan garis horizon tanah ditentukan atau dilakukan dengan cara memukul-mukulkan gagang pisau belati ke profil tanah untuk membedakan suaranya. Suara yang berbeda menunjukkan adanya horizon yang berbeda pula. Selain itu dapat juga dengan melakukan tusukkantusukkan pada profil tanah tersebut. Semakin ke dalam tanahnya semakin keras, hal ini disebabkan oleh konsistensi dan struktur tanahnya yang semakin kuat. Adanya tingkat kekerasan yang berbeda menunjukkan adanya horizon yang berbeda.
  • 62. 62 Pada profil ini perakaran dijumpai di semua horizon. Horizon A1 jumlahnya biasa dan ukurannya halus, horizon A2 jumlahnya sedikit dengan ukuran sangat halus, dan horizon B jumlahnya sedikit dengan ukuran sangat halus. Kondisi perakaran semakin ke bawah lapisan semakin sedikit karena akar tumbuhan menyerap air dan unsur hara (humus), dan unsur hara paling banyak terdapat di horizon O. Perakaran ini penting bagi tumbuhan karena bila jumlah perakaran banyak maka daya serap tanaman terhadap unsur hara dan mineral dalam tanah menjadi tinggi dan itu berguna bagi pertumbuhan tanaman 3. Sifat Fisika Tanah Pengamatan pada sifat fisika tanah meliputi tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi, dan warna. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif dari pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay) atau merupakan kelompok partikel yang ukurannya lebih kecil dari kerikil. Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah dan juga menunjukkan daya tahan tanah terhadap air. Dari pengamatan diperoleh hasil bahwa pada horizon A1 geluh lempung debuan (SiCL), pada horizon A2 bertekstur (L), sedangkan pada horizon B bertekstur geluh pasiran (SL). Cara yang digunakan untuk mengetahui tekstur tanah ini adalah dengan membasahi tanah kemudian memijit-mijit dengan jari sambil merasakan unsur-unsur mana yang terkandung di dalamnya. Struktur tanah merupakan susunan ikatan-ikatan partikel tanah antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam struktur tanah ini yang diamati adalah tipe, ukuran, dan derajad strukturnya. Cara menentukan struktur tanah ini adalah dengan mengambil gumpalan tanah, dipecah dengan jari, kemudian pecahan tersebut merupakan agregat yang selanjutnya dari agregat tersebut dapat ditentukan tipe, ukuran, dan derajad strukturnya. Menurut hasil pengamatan didapat pada horizon A1, A2, dan B bertipe SBK yaitu gumpal membulat. Konsistensi tanah adalah derajad kohesi dan adhesi partikel tanah dan ketahanan atau resistensi tanah terhadap perubahan bentuk atau perpecahan. Pada praktikum ini didapatkan lahan di daerah tersebut berkonsistensi lembab
  • 63. 63 dengan kategori atau tingkat yang berbeda-beda. Konsistensi pada horizon A1, A2, dan B adalah lembab-sangat teguh, dimana ketika tanah ditekan dengan kuat antara ibu jari dan telunjuk dapat hancur. Konsistensi tanah ini ditentukan dengan meremas, memijit, dan memirit tanah dengan ibu jari dan telunjuk. Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah untuk ditentukan. Cara menentukan warna tanah ini dengan menggunakan Munsell Soil Colour Chart (MSCC). Umumnya untuk tanah jenis vertisol pada bagian permukaannya mempunyai warna hitam, ini merupakan ciri khas tanah vertisol. Warna hitam atau gelap tersebut dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, dimana jika tanah tersebut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi maka warnanya akan lebih gelap. Dari pengamatan diperoleh pada horizon A1 7,5 YR 2,5/3 (very darkbrown), horizon A2 7,5 YR 3/2 (dark brown) B2,5 YR 4/2 (brown). 4. Sifat Kimia Tanah Redoks atau Aerasi dan drainase adalah kemampuan sirkulasi udara dalam tanah, sedangkan drainase menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah. Dalam pengamatannya digunakan reagen HCl 1,2 N, KCNS 10%, dan K4Fe(CN)6 0,5 %. Dalam reaksinya akan membentuk warna merah dan biru. Bila warna merah dominan dibanding warna biru maka aerasi dan drainasenya baik dan sebaliknya. Pada pengamatan didapat aerasi dan drainase pada horizon A1 dan A2 sangat baik yang timbul warna merah nyata, B aerasi dan drainasenya sedang karena timbul warna biru nyata disertai merah merah nyata. Dilihat dari tekstur tanahnya semakin ke atas reduksi oksidasi semakin buruk. Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah karena bahan organik merupakan sumber sekaligus penyangga dari kesuburan tanah. Kadar bahan organik dalam analisis kualitatif ditunjukkan dengan adanya reaksi (proses pembuihan) pada tanah pada saat diberikan larutan H2O2 10% atau lebih. Dalam pemberian larutan ke contoh tanah, apabila semakin besar/hebat reaksi yang terjadi maka kadar bahan organik dalam tanah semakin
  • 64. 64 tinggi. Demikian pula sebaliknya, apabila tidak terjadi reaksi apa-apa maka kadar bahan organik dalam tanah bisa dikatakan tidak ada. Kandungan bahan organik di horizon A1hanya beberapa buih kelihatan, horizon A2 adalah sangat banyak dengan adanya buih-buih membentuk busa tebal, dan horizon B adalah sedikit dengan buih yang tampak. Adanya ketidakseimbangan atau perbedaan bahan organik pada horizon karena peningkatan bahan organik yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman maupun organisme dalam tanah. Dengan demikian semakin ke dalam kandungan bahan organiknya semakin sedikit, hal ini disebabkan karena aktivitas mikroorganisme semakin ke dalam semakin berkurang karena ikatan-ikatan partikel atau butir-butir tanah yang semakin kuat sehingga ruang udara yang menyediakan oksigen bagi kehidupan mikroorganisme tersebut juga terbatas. Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah. Analisis kadar kapur tanah secara kaulitatif atau yang biasa dilakukan di lapangan, yaitu meneteskan contoh tanah dengan larutan HCl 10 %. Apabila tanah mengandung kapur maka akan terjadi reaksi atau pembuihan. Semakin banyak kandungan kapur dalam tanah maka reaksi yang terjadi semakin besar atau hebat. Kadar kapur (CaCO3) pada horizon A terdapat sedikit kadar kapur, sedangkan pada horizon B1sampai B2 tidak terdapat kandungan kapur karena tidak terjadi reaksi setelah penetesan HCl 10% pada contoh tanah. Konkresi dapat terjadi karena adanya proses oksidasi-reduksi di mana terjadi konsentrasi dari bahan tanah. Tingkat konkresi tanah berhubungan dengan kandungan Fe dan Mn pada tanah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bercak hitam dan merah kekuningan. Dari hasil pengamatan dapat diperoleh bahwa dari horizon A1 sampai horizon B tidak terlihat adanya konkresi karena tidak adanya bercak hitam yang menandakan adanya kandungan Mn. 5. Analisis Lengas Tanah Kadar lengas tanah adalah kandungan air yang terdapat dalam pori tanah. Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori di antara padatan tanah.
  • 65. 65 Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi oleh air. Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan lengas dalam tanah antara lain, anasir iklim, kandungan bahan organik dan lempung tanah, relief, dan bahan penutup tanah. Pada perhitungan kadar lengas tanah kering angin digunakan ctka bongkah, 2 mm, dan 0,5 mm dengan dua kali perulangan. Hasil perhitungan rata-rata kadar lengas kering angin yang diperoleh adalah 12,67% ctka bongkah, 11,48% ctka 2 mm serta 10,69% untuk ctka 0,5 mm. kadar lengas pada ctka 0,5 mm seharusnya lebih besar daripada ctka bongkah dan 2 mm karena pada ctka 0,5 mm memiliki luasan permukaan yang juga lebih besar daripada ctka 2 mmyang menyebabkan kenapa ctka 0,5 mm lebih banyak menyerap air dibandingkan dengan ctka 2 mm, tetapi disaat penelitian dapat terjadi kekeliruan. Pada perhitungan kadar lengas kapasitas lapangan dan kadar lengas maksimum hanya dilakukan dua kali pengulangan dengan satu macam ctka yaitu dengan ctka 2 mm. Kapasitas lapangan dihitung dengan rumus yang sama dengan perhitungan kadar lengas kering angin. Hasil rata-rata perhitungan yang didapatkan dari kapasitas lapangan sebesar 44,60%. Sedangkan lengas maksimum dihitung dengan rumus yang berbeda dari perhitungan kadar lengas kering angina. Pada perhitungan lengas maksimum didapat data berat cawan dan gelas arloji tanpa ctka sebesar 57,95 gram, berat cawan dan gelas arloji dengan ctka setelah direndam kurang lebih 12 jam sebesar 110,71 gram, berat cawan dengan ctka setelah dioven dan didinginkan sebesar 85,92 gram dan berat cawan dan gelas arloji tanpa ctka setelah dibersihkan adalah sebesar 57,54 gram. Nilai lengas maksimum yang diperoleh dari hasil perhitungan tersebut dengan rumus di atas adalah sebesar 86,36%. Selain kadar lengas kering angin, kapasitas lapangan dan kadar lengas maksimum, batas berubah warna juga dihitung. Hasil dari perhitungan batas berubah warna yaitu sebesar 14,47 %
  • 66. 66 yang berarti tanah alfisol di Jumantono memiliki pengharkatan batas berubah warna sedang. 6. Analisis pH Tanah Pada dasarnya penentuan pH ada dua macam, yaitu dengan H2O dan KCl. Penentuan pH dengan H2O disebut dengan pH aktual, sedangkan penentuan pH dengan KCl disebut dengan pH potensial. Pada pengamatan menggunakan pH meter dengan ctka 0,5 mm didapat data bahwa pada hasil pengukuran pH dengan H₂O adalah 6,35sedangkan pH dengan KCl yaitu6,47. Ini berarti bahan organik yang terkandung pada masing-masing horison berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal itulah yang menyebabkan nilai pH aktual lebih tinggi dari pH potensial. Bahan organik itu juga dipengaruhi pula oleh geologi pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik maka tanah itu semakin subur 7. Analisis Struktur Tanah Struktur tanah adalah ikatan antar partikel atau fraksi primer tanah yang membentuk suatu susunan gumpalan yang disebabkan adanya perekat organic maupun anorganik. Peranan penting struktur tanah yaitu teredianya air di dalam tanah, ketersediaan unsur hara dalam tanah, perombakan material organic di dalam tanah, suhu tanah, penetrasi perakaran tanaman serta aktivitas mikroorganisme atau biota tanah. Bobot jenis atau yang disebut particle density merupakan perbandingan antara bobot partikel tanah dengan volume partikel tanah. Bobot partikel tanah dicari dengan dikering ovenkan agar tidak ada air dalam pori-pori tanah.Setelah dilakukan penghitungan, didapatkan berat piknomete kosong dengan tutupnya 24 gram, piknometer berisi aquades penuh dan di tutup sebesar 56,27 gram. Hasil pengukuran suhu untuk mendapatkan berat jenis pertama dan berat jenis kedua adalah sama, adalam kondisi suhu terukur dengan thermometer 28oC dan memiliki berat jenis 0,9963 yang didapatkan dari piknometer yang telah diisi air dengan aquades hingga penuh. Hingga didapatkan bobot jenis tanah sebesar 1,63.
  • 67. 67 Bobot volume hampir seperti bobot jenis, bobot volume merupakan perbandingan antara bobot dengan volume tanah. Perbedaannya hanya pada pengukuran volume tanah, pori-pori dihitung juga sebagai bagian dari volume tersebut. Dengan melapisi bongkahan tanah kecil dengan paraffin atau lilin lalu dimasukkan dalam tabung yang telah berisi aquades yang telah diketahui volumenya. Angka rata-rata dalam penghitungan bobot volume didapat sebagai berikut; bongkahan tanah sebelum diberi paraffin atau lilin memiliki berat 2,4 gram. Bongkahan tanah yang telah dilumuri paraafin/lilin seberat 2,64gram. Volume aquades sebelum dimasuki tanah 20 cc dan setelah bongkah tanah dimasukkan volume menjadi 20,75 cc. Berat volume bongkah tanah jumantono adalah 3,66 gram.Nilai porositas adalah prosentase pori-pori dalam tanah. Cara mengetahui porositas adalah dengan menganalisis berat jenis dan berat volume. Dari penghitungan tersebut diperoleh nilai porositas sebesar -120%.
  • 68. 68 VI. KOMPREHENSIF Pengamatan yang dilakukan pada praktikum ilmu tanah meliputi pencandraan bentang lahan, penyidikan profil tanah, sifat fisika tanah, sifat kimia tanah, analisis lengas tanah, analisis pH tanah, dan analisis struktur tanah. Pengamatan tersebut diamati karena memiliki hubungan yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Pengamatan pencandraan bentang lahan meliputi keadaan medan atau fisiografi lahan dapat mempengaruhi aerasi dan drainase. Aerasi dan drainase semakin ke bawah semakinn buruk. Sedangkan kemiringan lahan akan berpengaruh pada proses pembentukan tanah yang akhirnya akan ikut menentukan sifat – sifat tanah itu sendiri. Kemiringan yang berpengaruh pada sifat bahan induk dan taraf erosi yang terjadi. Untuk mencegah terjadinya erosi yang berlebihan pada daerah ini maka timbul timbulan makro dibentuk berupa sengkedan. Lahan di Fakultas Pertanian dengan ketinggian 127 m dpl ini memiliki jenis tanah entisol dengan bentuk lahan alluvial, yang terletak antara Gunung Lawu dan sungai Bengawan Solo. Adanya sengkedan merupakan bukti adanya campur tangan manusia terhadap tanah, yang menyebabkan erosi tanah yang terjadi adalah erosi alur dalam tingkat yang sedang. Kondisi lahan yang bebas banjir terkait oleh adanya sengkedan yang berpengaruh pula genangan yang sifatnya bebas, karena apabila ada air dalam kapasias besar, maka air akan dengan mudah mengalir kebawah. Erosi yang bersifat sedang adanya batuan permukaan dalam kelas 2. Dari penyidikan profil, diketahui solum tanahnya termasuk dangkal. Jenis vegetasi yang terdapat adalah jati, asam, mahoni, bodi, lamtoro. Tanah di Jatikuwung merupakan tanah vertisol yaitu tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal (>50 cm), tekstur lempung berat, struktur di lapisan atas gumpal hingga kersai (granular) di lapisan bawah, konsistensi bila lembab dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Hal ini mengakibatkan tanah ditempat yang lebih tinggi menjadi bergelombang dan didataran membentuk bukit – bukit kecil yang cembung. Jenis ini berasal dari batu vulkanik gunung merapi bersifat basa. 69
  • 69. 69 Mempunyai jenis lempung berupa montmorilonit lempung dengan tipe kaolinit 2:1 yang dapat mengembang dan mengerut. Sehingga lahan mempunyai daya adsorbsi tinggi. Dan memiliki jenis vegetasi berupa rumput, pohon jati, mangga, lamtoro, kemangi, tanaman berbunga. Dari hasil pengamatan pada lahan di daerah Jumantono, jenis tanahnya merupakan tanah alfisol yaitu jenis tanah yang telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman dalam, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Berasal dari batuan induk aluvial, tekstur beraneka ragam pada umumnya berlempung, terbentuk struktur gumpal, konsistensi dalam keadaan lembab gembur hingga teguh, kesuburan sedang hingga tinggi. Tanah yang diamati termasuk tanah yang sudah mengalami pelapukan yang lanjut karena tidak ditemukannya retakan atau bunga kol, karena daerah tersebut banyak mengandung lempung dengan tipe kaolinit 1:1 yang tidak bersifat mengembang dan mengerut. Jenis vegetasi berupa kacang tanah, jagung, semak, pohon jati, singkong, mangga, dan lainnya. Sifat-sifat alfisol, memiliki horison argilik dan terdapat di kawasan yang tanahnya lembab paling sedikit dalam setengah tahun. Kebutuhan akan kejenuhan basa lebih dari 35% di dalam horison argilik alfisol berarti bahwa basa-basa yang terlepas karena terurai. Iklim yang menguntungkan dan tanah dengan kesuburan serta sifat fisika yang agak baik menjadikan alfisol salah satu ordo tanah yang paling produktif untuk pertanian. Dapat dikatakan semua profil tanah memperlihatkan perubahan warna dari suatu horison berikutnya. Tampakan ini paling nyata dalam tanah matang. Dalam tanah muda dan yang sangat tua tampakan seperti ini kurang nyata. Dalam tanah muda, waktu belum mencukupi untuk menghasilkan deferensiasi horison. Dalam tanah sangat tua, diferensiasi horison menghilang karena perlindian dan pelapukan yang telah sangat lanjut yang cenderung menyamaratakan tampakan diseluruh profil. Konsistensi berkaitan erat dengan struktur. Faktor – faktor yang menentukan struktur tanah, seperti tekstur, macam – macam lempung dan
  • 70. 70 kadarbahan organik juga ikut menentukan konsistensi tanah. Tanah bertekstur sama dapat berbeda konsistensinya karena berbeda macam lempungnya. Untuk kesuburannya tanah alluvial baik karena daerah dengan fisiologi tanah alluvial mempunyai daerah yang luas dan terdapat disepanjang aliran sungai. Selain itu tanah alluvial juga sangat produktif dan tingkat aerasi drainasenya yang baik, sehingga tanah jenis ini sangat baik untuk pertanian. Untuk kesuburan tanah alfisol agak baik karena tanah ini merupakan tanah tua yang telah lama mengalami pelapukan dan memiliki sifat fisika tanah yang baik pula. Untuk kesuburan tanah vertisol ini relatif rendah karena merupakan tanah dengan kandungan BO relatif rendah. Jadi tanah ini kurang baik untuk pertanian karena mengandung lempung dimana lempung dapat menahan air yang diterimanya dari lapisan diatasnya, karena susunan partikel tanah lempung yang teguh sehingga tanah jenis ini susah untuk meloloskan air kelapisan yang ada dibawahnya.