SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  21
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam ilmu teknik memerlukan pengetahuan tentang bahan dan mesin
pengolahnya. Setiap bahan agar dapat berfungsi secara maksimal, diperlukan
pengetahuan tentang sifat-sifat bahan tersebut. Bahan teknik dapat diketahui sifat-
sifatnya dengan cara menguji bahan tersebut dengan alat atau mesin.
Setiap komponen mesin mempunyai fungsi yang berbeda – beda, dimana
fungsi dan tujuannya juga berbeda-beda. Oleh karna itu perlu pengerjaan dan
perlakuan lebih lanjut dalam menyiapkan komponen yang sesuai dengan spesifikasi
yang akan di aplikasikan. Contohnya dengan cara melakukan uji bahan dalam
pengolahan bahan itu sendiri.
Sebagai pelajar khususnya mahasiswa jurusan teknik perkapalan yang belajar
di bidang teknik memerlukan pelajaran tentang bahan teknik. hal ini merupakan
pendalaman materi yang kelak akan bisa di terapkan di dunia perkapalan. Oleh karna
itu kunjungan dengan cara menyaksikan proses pengujian bahan sangat penting
dilakukan untuk memperdalam materi yang diterima.
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT
Praktikum uji bahan bertujuan untuk :
 Memperdalam materi uji bahan yang kita terima pada saat teori.
 Mempelajari pengoprasian mesin uji bahan
Praktikum uji bahan bermanfaat untuk :
 Dapat memperdalam ilmu pengujian materi
 Dapat menguasai pengoprasian mesin uji bahan
 Dapat memahami karakter dari bahan-bahan material
1.3 WAKTU PELAKSANAAN
Tanggal : 17 April 2013
Hari : Rabu
Lokasi : Labolatorium Politeknik Negri Semarang
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengujian Tarik Bahan
Proses pengujian tarik bahan bertujuan untuk mengetahui tegangan tarik
maksimum bahan. Bahan uji adalah bahan yang akan digunakan sebagai kontruksi ,
agar siap menerima pembebanan dalam bentuk tarikan. Pembebanan tarik yang
diberikan pada benda dengan memberikan gaya yang berlawanan pada benda dengan
arah menjauh dari titik tengah atau dengan memberikan gaya tarik pada salah satu
ujung benda dan ujung benda yang lain dikat .
Gambar 2.1 ( Mesin uji tarik )
Gambar 2.2 (Spesimen penampang segi empat )
Gambar 2.3 ( Spesimen penampang lingkaran )
3
Penarikan gaya terhadap bahan akan mengakibatkan perubahan bentuk
(deformasi) pada bahan tersebut. Proses terjadinya deformasi pada bahan uji adalah
proses pergeseran butiran – butiran Kristal logam hingga terlepasnya ikatan tersebut
oleh penarikan gaya maksimum.
Hasil yang diperoleh dari proses pengujian tarik :
 Grafik regangan-regangan
 Parameter kekuatan
 Visual perpanjangan material
 Kontruksi atau reduksi penampang patah
 Bentuk permukaan patahnya.
2.1.1 Daftar Alat dan Bahan
2.2.1 Alat :
a. Mesin uji tarik Universal Testing Machine Tamotest UPH 100kN dan
perlengkapanya.
b. Janka sorong, mistar baja, penggores.
2.2.2 Bahan :
a. Batang uji St. 37
b. Batang uji St. 60
2.1.2 Keselamatan Kerja
Hal yang perlu diperhatikan selama bekerja menggunakan mesin uji tarik :
a. Pilih sekala gaya yang benar
b. Pilih rahang penjepit yang sesuai dengan diameter yang dijepit. Pemilihan
rahang yang tidak tepat menyebabkan jepitan menjadi tergelincir atau
sebaliknya rahang dapat retak akibat beban lebih yang diterimanya.
c. Roda tangan (7) selalu harus dinolkan lagi setelah benda uji putus.
d. Matikan mesin jika tidak diperlukan.
4
2.1.3 Langkah Kerja
1. Buatlah dua goresan pada bagian tengah batang uji sepanjag Lo dan bagi 10
bagian yang sama denggan penggores denggan penggoresan yang jelas.
2. Pilih skala maksimum yang relevan dengan batang uji dengan pedoman gaya =
tegangan x luas penampang. Terdapat 3 skala pilihan gaya maksimum, 20, 50 dan
100 kN.
3. Putar sekala utama (1) pada posisi 1.
4. Hidupkan system hidrolik dengan menekan tombol ON (2) sehingga lampu pilot
(3) menyala.
5. Biarkan beberapa menit (kurang lebih 10 menit) sebagai pemanasan awal.
6. Dalam keadaan darurat matikan mesin dengan menekan tombol (4).
7. Untuk menaikkan klem atas (5) tekan tuas tangan (6) keposisi maksimum. Jika
dikehendaki kecepatanya teratur, putar roda tangan (7) ke kanan.
8. Untuk menurunkanya tekanlah tombol tekan (8) atau memutar stop cock (9) ke
kiri.
9. Untuk menaikturunkan klem bawah (10) cukum dengan memutar roda tangan
dibawahnya.
10. Jepit batang uji pada klem atas dan bawah agar batang uji dapat terjepit dan timbul
tegangan. Tekanlah tuas pada klem bawah kebawah paa awal tarikan.
11. Tarikan sebaliknya dilakukan secara perlahan, dengan memutar roda tangan (7)
berdasarkan angka yang ada. Sebagai pedoman sebelum mencapai batas mulur,
kecepatan uji diatur jangan melebihi 1 kgf/mm2/s (9,8 N/mm2/s).
12. Besarnya gaya tarik dapat dibaca langsung pada sekala (11), sesuai dengan
penunjukan jarum.
13. Putarlah roda tangan (7) ke kiri hingga anka 0.
14. Cacatlah besarnya gaya tarik pada lembar data pengujian.
15. Untuk mengambil batang uji yang telah putus bukalah rahang penjepit atas dan
bawah dengan menekan tuas yang ada.
16. Matikan mesin dengan dengan menekan tombol OFF (4)
17. Letakan batang uji diatas meja dan satukan batang uji yang telah putus tadi. Dan
mengukur L1 dan diameter leher pada bagian putus d1.
18. Melakukan perhitungan tangan, regangan, % reduksi penampang dengan rumus
yang ada.
5
19. Jika batang uji mewakili sejumlah bahan yang sama dan ukuran batang uji juga
sama, maka hasil dirata-rata. Hasil yang dirata-rata inilah yag mewakili bahan
yang akan diuji.
20. Kasus khusus dimana digunakan diameter batang uji yang lain maka gaya tarik
maksimum dapat diprediksi dengan diagram pencar.
2.2 Rockwell Hardness Tester
Rockwell Hardness Tester digunakan untuk mengukur kekerasan logam
mengukur ketahanan terhadap penetrasi seperti tes Brinell, tetapi dalam kasus
Rockwell, kedalaman kesan diukur daripada daerah diametral. Dengan tester
Rockwell, kekerasan ditunjukkan langsung pada skala yang tersambung ke komputer.
Dial seperti skala benar-benar mengukur kedalaman, lulus pada unit khusus. Rockwell
Hardness Test adalah yang paling sering digunakan dan serbaguna dari tes kekerasan.
Gambar 2.4 ( Rockwell Hardness Tester )
Gambar 2.5 ( Penetrator )
6
Hardness atau kekerasan telah banyak didefinisikan sebagai resistensi terhadap
penetrasi lokal, menggaruk, permesinan, aus atau abrasi, dan menghasilkan.
Banyaknya definisi, dan keragaman yang sesuai instrumen mengukur kekerasan,
bersama dengan kurangnya definisi yang mendasar, menunjukkan kekerasan yang
mungkin tidak sifat dasar material, melainkan satu komposit termasuk kekuatan luluh,
bekerja pengerasan, kekuatan tarik benar , modulus elastisitas, dan lainnya.
Dalam metode Rockwell dari pengujian kekerasan, kedalaman penetrasi
sebuah indentor bawah kondisi uji tertentu sewenang-wenang ditentukan. Indentor ini
dapat berupa bola baja dari beberapa diameter tertentu atau kerucut berlian berujung
bulat 120 ° sudut dan jari-jari 0,2 mm ujung, disebut Brale. Jenis indentor dan beban
uji menentukan skala kekerasan (A, B, C, dll).
Sebuah beban kecil 10 kg pertama diterapkan, yang menyebabkan penetrasi
awal dan memegang indentor di place. Kemudian, dial diatur ke nol dan beban utama
diterapkan. Setelah penghapusan beban utama, pembacaan kedalaman diambil
sedangkan beban kecil masih menyala. Jumlah kekerasan kemudian dapat dibaca
langsung dari skala.
2.3 Hardening Process
Setiap parts atau component mempunyai fungsi yang berbeda-beda sehingga
beban yang di alaminya juga berbeda karena itu perlu pengerjaan dan perlakuan lebih
lanjut.Karena itu untuk merubah karakteristik logam sehingga dapat memenuhi
tuntutan dalam pemakaiannya, dilakukan berbagai perlakuan seperti :
1. deformasi plastis
2. penambahan unsur paduan
3. pelapisan
4. perlakuan panas (heat treatment)
7
Gambar 2.6 ( Hardening )
2.3.1 Heat Treatment
HEAT TREATMENTsecara umum adalah memanaskan logam pada suhu
tertentu dengan kecepatan pemanasan tertentu kemudian didiamkan dalam jangka
waktu tertentu dan didinginkan dengan kecepatan pendinginan tertentu. Pada proses
perlakuan panas sifat sifat mekanis logam dapat berubah karena terjadinya beberapa
perubahan mikrostruktur, perubahan fasa, terbentuknya presipitat, perubahan ukuran
butir, perubahan kandungan unsur kimia tertentu, terbentuknya karbida, dll.
Gambar 2.7(Prinsip heat treatment )
HARDENING TERDIRI DARI :
1. Full Hardening (dari luar sampai inti).
2. Quenching.
3. Precipitation hardening.
4. Cold deformation.
5. Surface hardening (permakaan saja).
6. Layer addition.
7. Surface modification.
8
Fasa adalah bagian dari paduan yang homogen dan memiliki sifat fisik
tertentu. Karena itu sifat paduan tergantung dari jenis fasa, jumlah fasa dan distribusi
dari fasa fasa yang ada. Berbagai sifat dan mikrostruktur baja berubah jika dikenakan
panas. Perubahan perubahan tersebut berlangsung terus sampai suatu fasa berada pada
keadaan stabil. Jadi dalam proses tersebut terjadi perubahan jenis dan distribusi fasa
yang berbeda dari fasa semula.
Diagram 2.1
Proses annealing diatas A3 disebut full annealing, sedangkan dibawah
temperatur kritis A3 disebut sub critical annealing serta annealing diantara A1 dan
A3/Acm disebut inter critical annealing. Pada sub critical annealing tidak terjadi
perubahan fasa, misalnya: anil rekristalisasi, anil penghilangan tegangan, anil
pertumbuhan butir atau aglomerisasi, dsb.
2.3.2 STRESS RELIEV ANNEALING.
Sress reliev annealing atau anil penghilangan tegangan digunakan untuk
menghilangkan tegangan sisa dalam logam akibat proses MANUFAKTUR seperti :
1. Pengelasan 2.Metal forming 3. Machining 4. Quenching 5. Pengecoran
Temperatur pemanasan untuk stress relief annealing ini biasanya dibawah A1 (595-
675°C) dan ditahan dengan waktu tertentu, kemudian didinginkan dengan cara
bertahap dan merata.
9
Gambar 2.8( Tegangan sisa )
a) Tegangan sisa yang timbul akibat pemanasan.
b) Tegangan sisa yg timbul akibat pengelasan.
c) Tegangan sisa yg timbula akibat machining.
Manfaat penghilangan tegangan sisa :
1. Mengurangi terjadinya SCC.
2. Mengurangi terjadinya cold strain yang dapat mengurangi daya tahan terhadap
Creep.
3. Mengurangi brittle fracture.
4. Meningkatkan fracture toughness.
5. Meningkatkan ketahanan terhadap lingkungan
6. Meningkatkan strength.
Normalisasi.
Proses normalisasi dilakukan pada temperatur sekitar 40°C-55°C diatas
temperatur kritis (A3 untuk baja hypoeutektoid dan Acm untuk baja hypereutektoid),
kemudian ditahan dalam waktu tertentu dan didinginkan diudara hingga mencapai
temperatur ruang. Dengan proses ini dihasilkan baja yang lebih keras dan lebih kuat
daripada baja anil penuh, memiliki mampu mesin yang baik, struktur butir yang lebih
halus dan tegangan sisa minimal. Normalisasi pada hasil coran biasanya disebut juga
homogenisasi yang bertujuan untuk menghaluskan struktur dendrit.
Aplikasi dari normalizing tergantung klasifikasi baja yang di gunakan.
1. PENGHALUSAN BUTIR– UTK LAS LASAN
2. PENINGKATAN MAMPU PENGERJAAN MESIN
3. HOMOGENISASI—UTK PRODUK COR
4. PERBAIKAN STRUKTUR—HOT ROLLING
5. PERATAAN BESAR BUTIR—PRODUK TEMPA
6. CARBIDE SOLUTION.
10
Yang harus di perhatikan : pemanasan dan waktu (1 JAM /1 INCI KETEBALAN)
2.3.3 RECRYSTALLIZATION
Selain fasa fasa tersebut diatas, baja mempunyai fasa lain yang dihasilkan dari
proses transformasi dengan perlakuan panas, fasa tersebut ialah martensit dan bainit.
MARTENSIT adalah suatu struktur yang keras dan rapuh yang antara lain terbentuk
bila baja didinginkan secara cepat dari temperatur austenit dengan suatu proses
hardening yaitu QUENCHING.
Gambar 2.9( Kristal logam )
PENGERTIAN HARDNESS adalah Kemampuan material untuk menahan deformasi
pada daerah permukaan
METODE : Goresan (Mineralogi dan mohs scale), Pantulan, Pembebanan atau
penjejakan
11
Gambar 2.10( Terbentuknya martensit )
Karena perubahan temperatur pada proses quenching berlangsung cepat, maka
waktu yang dibutuhkan oleh karbon untuk berdifusi keluar dari austenit tidak cukup,
sehingga atom atom karbon terperangkap dan menghalangi transformasi normal dari
FCC ke BCC dan kristal FCC kemudian menjadi BCT (Body Centered Tetragonal),
karena itu transformasi yang terjadi dari austenit ke martensit tanpa melalui suatu
proses difusi tetapi terjadi karena adanya pembalikan Kristal Bainit juga salah satu
bentuk transformasi austenit jika didinginkan dengan kondisi kontinu atau isotermal
antara daerah pembentukan perlit dan martensit. Bainit ini memiliki mode
transformasi dan struktur mirip dengan perlit dan martensit. Disebut mirip dengan
perlit karena bainit merupakan campuran dari fasa ferit dan sementit, oleh karena itu
dikendalikan oleh difusi dari karbon antara ferit dan sementit. Namun disini ferit dan
sementit tidak berbentuk lamel. Disebut mirip dengan martensit karena ferit dan
sementit pada bainit berbentuk plate dan lath seperti bentuk martensit.
2.3.4 PENGARUH UNSUR PADUAN TERHADAP SIFAT BAJA.
1. Karbon (C) : adalah unsur pengeras yang dominan
2. Mangan (Mn) : Meningkatkan kekuatan dan kekerasan terutama disebabkan
terjadinya penguatan pada fasa ferit. Mn juga berfungsi sebagai deoksidator, yaitu
mengikat sulfur membentuk senyawa MnS yang titik cairnya lebih tinggi dari titik
cair baja, sehingga cenderung terperangkap sebagai inklusi. Mn juga berfungsi
mencegah terbentuknya ikatan sulfur dengan baja dalam bentuk FeS yang
12
mempunyai titik leleh lebih rendah dari baja, sehingga unsur Mn dapat mencegah
terjadinya kerapuhan pada suhu tinggi, terutama untuk baja yang beroperasi pada
suhu tinggi.
3. Silisium : berfungsi sebagai deoksidator, selain itu dapat meningkatkan kekuatan
tarik baja tanpa mengakibatkan penurunan pada sifat keuletannya. Hal ini dapat
terjadi karena unsur Si merupakan stabilisator sementit.
4. Phospor (P) : jika jumlah phospor dalam baja cukup besar dapat meningkatkan
kekuatan tarik dan kekerasan, tetapi keuletannya turun tajam dan bahkan dapat
mengakibatkan mudah terjadi retak dingin atau rapuh pada suhu rendah dan
sensitif terhadap beban kejut. Pada baja konstruksi kandungan phospor dibatasi
maksimum 0,05%.
5. Sulfur (S) : menurunkan sifat keuletan dan ketangguhan terhadap beban kejut.
Sulfur yang berlebihan akan bereaksi dengan Fe membentuk FeS yang
mempunyai titik leleh rendah. Untuk baja konstruksi, kandungan Sulfur dibatasi
maksimum 0,05%.
6. Aluminium (Al) : sebagai unsur deoksidator yang mengikat oksigen yang terdapat
pada cairan baja. Selain itu Al juga mudah mengikat Nitrogen membentuk
endapan nitrida yang cenderung mengendap di batas butir struktur baja, sehingga
sifat kekerasan baja meningkat.
7. Nikel (Ni) : meningkatkan kekuatan baja. Nikel bersama Cr dapat meningkatkan
ketahanan korosi dan ketahan panas baja. Adanya unsur Ni pada baja tidak
mengganggu sifat mampu las baja tersebut.
8. Chrom (Cr) : meningkatkan kekuatan. Cr meningkatkan ketahanan panas dan
ketahanan aus baja dan tahan korosi, tetapi sifat mampu lasnya menurun.
9. Tembaga (Cu) : meningkatkan kekuatan. Dalam jumlah kecil Cu dapat
meningkatkan ketahanan korosi baja. Cu tidak mempengaruhi sifat mampu las
baja.
10. Molebdenum (Mo) : meningkatkan kekuatantarik terutama pada temperatur tinggi
(creep), serta dapat memperbaiki sifat mampu lasnya. Mo juga berfungsi sebagai
stabilisator karbida, sehingga mencegah terbentuknya grafitisasi pada pemanasan
yang cukup lama.
11. Vanadium (V) : meningkatkan kekuatan tarik, terutama sifat hot hardness baja.
Vanadium merupakan unsur penstabil karbida dan dikombinasikan dengan Cr
13
diperoleh baja tahan panas, dan jika dikombinasikan dengan wolfram (W) dapat
dimanfaatkan sebagai baja perkakas.
12. Wolfram/Tungsten (W) : meningkatkan sifat kekuatan, kekerasan dan ketahanan
aus baja. Wolfram mempunyai kecenderungan yang kuat untuk membentuk
karbida, karena itu dimanfaatkan untuk pembuatan baja tahan panas.
13. Titanium (Ti) : merupakan elemen yang sangat keras, penstabil karbida, sebagai
elemen pemadu dalam stainless steel untuk meningkatkan ketahanan korosi
interkristalin. Selain itu titanium juga berfungsi sebagai penghalus butir kristal.
Pada proses pelakuan panas diperlukan suatu patokan untuk menentukan
proses pemanasan dan kecepatan pendinginan. Biasanya yang sering digunakan
sebagai pedoman tersebut ialah
 diagram TTT ( Time Temperature Transformation)
 diagram CCT (Continues Cooling Transformations).
Diagram TTT ialah suatu petunjuk transformasi logam yang menggambarkan
waktu awal dan akhir transformasi pada setiap temperatur pendinginan, sedangkan
diagram CCT adalah diagram yang menggambarkan tentang kecepatan pendinginan
dan fasa yang terbentuk ketika transformasi berlangsung.
Kedua diagram TTT dan CCT berbeda beda untuk setiap logam demikian pula
untuk logam yang sama diagram tersebut berbeda untuk setiap perubahan elemen
paduan. Artinya kedua diagram tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia,
jadi diagram tersebut dapat bergeser ke kanan, ke kiri atau ke atas dan bawah,
sehingga fasa yang terjadi juga tergantung dari unsur paduannya.
Bentuk kurva TTT dan CCT tgtg pada :
- kadar karbon
- besar butir awal austenit
- unsur padauan
Perlu di perhatikan dalam pemanasan:
- Dimensi kesetabilan dan kecepatan pemanasan.
14
Gambar 2.11( Dimensi kesetabilan dan kecepatan pemanasan )
Yang perlu di perhatikan ketika pendiaman dalam dapur/holding time adalah:
1. Suhu terlalu rendah.
2. Kemungkinan suhu tidak homogeny.
3. Terjadi pertumbuhan butir.
4. Benda uji terdeformasi
5. Terjadinya oksidasi
6. Perubahan temperature karena dapur.
7. Benda uji nempel dengan yang lain
8. Pemborosan waktu dan energy.
Yang perlu di perhatikan pada proses pendinginan adalah :
Gambar 2.12( Proses pendinginan )
2.3.5 Annealing
pemanasan bahan pada temperatur dan lama pemanasan tertentu dan kemudian
didinginkan dengan kecepatan pendinginan lambat. ,Tujuan annealing ialah untuk :
- pelunakan - memberi sifat mampu mesin - meningkatkan stabilitas
15
- meningkatkan mampu
bentuk dingin
yang baik
- merubah sifat mekanik, listrik
atau magnetik
dimensi
- dll,
2.4 Proses Tempering Pada Logam
Salah satu karakteristik dari hasil proses quenching adalah logam mejadi
rapuh, logam tidak memiliki keuletan yang cukup untuk sejumlah aplikasi. Selain itu
quenching menimbulkan tegangan sisa yang terbentuk selama pembentukan
martensit. Oleh karena itu proses hardening – quenching selalu di ikuti proses
tempering.
Perlakuan panas oleh tempering bertujuan untuk mengurangi tegangan sisa,
meningkatkan ketanguhan dan keuletan baja yang tela mengalami pengerasan
martensite. Selama proses tempering baja akan mengalami penurunan kekerasan dan
kekuatan. Namun sifat keuletan yang akan naik dan di ikuti penurunan kerapuhan.
Tegangan sisa yang terbentuk selama pembentukan fasa martensi ikut
berkembang.Pengurangan beban sisa menjadi sangat penting dalam penurunan
kerapuhan baja. Artinya tegangan sisa pada baja akan menyebabkan baja menjadi
rapuh atau getas.
Selama tempering berlangsung akan terjadi transformasi fasa-fasa yang
terbentuk selama proses quenching. Mekanisme transformasi fasa pada proses temper
terjadi dalam empat tahap.
Gambar 2.13 ( Tempering )
16
Tahapan Dan Mekanisme Dekomposisi Fasa Martensit
 Tahap pertama, pada temperature 100 – 250 celcius terjadi pengendapan fasa kaya
karbon yaitu fasa epsilon-karbida. Pembentukan fasa ini mengakibatkan kandungan
karbon pada fasa martensit berkurang.
 Tahap kedua, pada temperature 200 – 300 celcius, terjadi dekomposisi fasa austenite
menjadi bainit.
 Tahap ketiga, pada temperature 200 – 300 celcius terjadi perubahan atau dekomposisi
epsilon-kabida menjadi sementit dan martensite menjadi sementit dan ferit.
 Tahap keempat, pada temperature di atas 350 celcius terjadi perubahan secara kontinyu
dan terjadinya spheroidisasi fasa-fasa sementit.
 Fasa setelah proses tempering ini biasa disebut sebagai fasa martensite temper. Artinya
fasa martensit yang telah mengalami proses temper.
Dari tahapan proses dekomposisi fasa selama temper, sifat akhir dari baja temper
tergantung pada fasa-fasa akhir yang terbentuknya. Sementara fasa akhir yang dimiliki baja
hasil temper tergantung daripada temperature temper-nya. Dengan demikian pengaturan sifat
mekanik sangat tergantung pada pengaturan dari temperature proses penemperannya.
Pengaruh Tempertur Temper Terhadap Sifat Mekaanik Logam, Baja
Pengaruh temperatur temper terhadap perubahan kuat tarik baja seri 1026 dapat
dilihat pada Gambar 1. Baja seri 1026 memiliki nilai kuat tarik 770 MPa setelah perlakuan
proses quenching. Proses tempering menyebabkan kekuatan baja seri 1026 ini turun menjadi
sekitar 560 MPa setelah ditemper pada temperatur 600 celcius selama 30 menit.
Gambar 2.14 (Pengaruh Temperatur Temper Terhadap Kuat Tarik Baja Seri 1026 )
17
Pangaruh temperature temper terhadap nilai kekersan yang dimiliki baja
dengan kandungan karbon 0,25 persen dan krom 1,0 persen dapat dilihat pada
Gambar 2. Setalah proses quenching Baja ini memiliki kekerasan 570 HV. Proses
temper pada temperatur 500 celcius mampu menurunkan kekerasan baja ini menjadi
sekitar 370 HV.
Gambar 2.15( Pengaruh Temperatur Temper Terhadap Kekerasan )
Struktur mikro yang menunjukkan fasa martensit temper dengan temperature
temper yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3. Pada tempertur yang lebih tinggi
tampak terdapat butir-butir kabida halus yang tersebar di fasa martensit tempernya.
Pada proses temper terjadi dekomposisi fasa martensit yang keras dan kuat
menjadi fasa ferit dan partikel-partikel sementit atau karbida. Fasa ferit merupakan
fasa matrik dengan sifat lunak dan ulet. Sedangkan fasa sementit atau karbida yang
terbentuk memiliki sifat yang keras. Matrik yang ulet dengan sebaran partikel yang
keras akan menghasilkan suatu logam yang tangguh.
Martensit (M) —> Martensit Temper (Ferit + Karbida )
Dispersi partikel karbida ini akan mampu menahan atau menghambat
deformasi plastik. Besarnya hambatan yang ditimbulkan akan berbanding lurus
dengan luas kontak antara fasa karbida dengan fasa matriknya. Semakin besar ukuran
partikel karbida, maka semakin kecil luas kontak antara kedua fasa tersebut.
18
Hambatan terhadap deformasi berkurang, kondisi ini menyebabkan kekuatan dan
kekerasan logam menjadi turun.
Pada temperature temper yang lebih tinggi, Martensit akan tereliminasi dan
membentuk Martensit temper atau martensit dengan karbon rendah dan partikel-
partikel kabida halus berbentuk spheroid (karbida spheroid). Karbida spheroid halus
ini akan tumbuh membentuk karbida spheroid yang lebih besar pada temperatur
yang relatif lebih tinggi.
Pada temperatur temper yang lebih tinggi fraksi fasa lunak dan ulet akan
bertambah, ukuran partikel karbida yang keras menjadi lebih besar. Konsekuensi
langsung penambahan fasa lunak dan ulet adalah regangan menjadi lebih besar.
Namun karena adanya sebaran partikel kabida yang dapat menahan deformasi plastik ,
maka logam akan tetap memilikii kekuatan yang cukup tinggi. Dengan demikian
secara keseluruhan logam menjadi kuat dan ulet atau tangguh.
2.5 Pengamatan Struktur Mikro
Sifat-sifatfisis dan mekanik dari material tergantung daristruktur mikro
material tersebut. Struktur mikro dalam logam(paduan) di tunjukkan dengan besar,
bentuk dan orientasibutirannya, jumlah fasa, proporsi dan kelakuan dimana
merekatersusun atau terdistribusi. Struktur mikro dari paduan tergantungdari beberapa
faktor seperti, elemen paduan, konsentrasi danperlakuan panas yang diberikan.
Pengujian struktur mikro atau mikrografi dilakukan dengan bantuan mikroskop
dengan koefisien pembesaran dan metode kerja yang bervariasi. Adapun beberapa
tahap yang perlu dilakukan sebelummelakukan pengujian struktur mikro adalah:
a. Pemotongan (Sectioning)
b. Pengamplasan (Grinding)
c. Pemolesan (Polishing)
d. Etsa (Etching)
e. Pemotretan.
Struktur mikro logam las biasanya kombinasi dari strukturmikro dibawah ini:
a. Batas butir ferit, terbentuk pertama kali pada transformasi austenitferitbiasanya
terbentuksepanjang batas austenit pada suhu 1000 650ºC.
19
b. Ferit Widmanstatten atau ferrite with aligned second phase,struktur mikro ini
terbentukpada suhu 750-650ºC di sepanjang batas butir austenit, ukurannya besar
dan pertumbuhannya cepatsehingga memenuhi permukaan butirnya.
c. Ferit acicular, berbentuk intragranular dengan ukuran yang kecildan mempunyai
orientasi arah yang acak. Biasanya ferit acicularini terbentuk sekitar suhu 650ºC
dan mempunyai ketangguhanpaling tinggi dibandingkan struktur mikro yang lain.
d. Bainit, merupakan ferit yang tumbuh dari batas butir austenitdan terbentuk pada
suhu 400-500ºC. Bainit mempunyaikekerasan yang lebih tinggi dibandingkan
ferit, tetapi lebihrendah dibanding martensit.
e. Martensit akan terbentuk, jika proses pengelasan denganpendinginan sangat cepat,
struktur ini mempunyai sifat sangatkeras dan getas sehingga ketangguhannya
rendah.
Gambar 2.16 Struktur mikro acicular ferrite (AF) dangrain boundary ferrite (GF) atau
feritbatas butir (Sonawan, 2004)
Gambar 2.17 Struktur mikro ferit Widmanstatten(ASM, 1989)
Gambar 2.18 microscop
2.5.1 Foto makro
Hasil patahan di uji tarik selanjutnya kita foto makro, hal ini bertujuan untuk
menganalisa bentuk patahan dari pengujian tersebut, adapun langkahlangkah dalam
foto makro adalah sebagai berikut :
a. Meletakan spesimen pada landasan mikroskop optik, aktifkanmesin, dekatkan
lensa pembesar untuk melihat permukaanspesimen. Pengambilan foto struktur
20
mikro dengan perbesaranuntuk hasil patahan uji tarik 9x. Lihatlah struktur
makroapabila kurang jelas atau kabur, fokuskan lensa agar terlihatdengan jelas.
b. Sebelum gambar diambil, film dipasang pada kamera yangtelah disetel
sedemikian rupa dengan menggunakan film asa200. Usahakan pada saat
pengambilan foto tidak ada halapapun yang membuat mikroskop optik bergerak,
karenaapabila mikroskop optik bergerak akan mempengaruhihasilnya.
Gambar 2.18 ( microscope )
21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam setiap komponen atau parts mempunyai fungsi yang berbeda – beda
yang imana alaminya juga berbeda oleh karna itu perlu pengerjaan dan perlakuan
lebih lanjut dalam menyiapkan komponen yang sesuai dengan spesifikasi yang akan
kita aplikasikan. Proses pengujian tarik bahan bertujuan untuk mengetahui tegangan
tarik maksimum bahan.
Rockwell Hardness Tester digunakan untuk mengukur kekerasan logam
mengukur ketahananterhadap penetrasi seperti tes Brinell, tetapi dalam kasus
Rockwell, kedalaman kesan diukur daripada daerah diametral.Setiap parts atau
component mempunyai fungsi yang berbeda-beda sehingga beban yang di alaminya
juga berbeda karena itu perlu pengerjaan dan perlakuan lebih lanjut.Salah satu
karakteristik dari hasil proses quenching adalah logam mejadi rapuh, logam tidak
memiliki keuletan yang cukup untuk sejumlah aplikasi.
Selain itu quenching menimbulkan tegangan sisa yang terbentuk selama
pembentukan martensit. Oleh karena itu proses hardening – quenching selalu di ikuti
proses tempering. Sifat-sifatfisis dan mekanik dari material tergantung daristruktur
mikro material tersebut. Struktur mikro dalam logam(paduan) di tunjukkan dengan
besar, bentuk dan orientasibutirannya, jumlah fasa, proporsi dan kelakuan dimana
merekatersusun atau terdistribusi. Struktur mikro dari paduan tergantungdari beberapa
faktor seperti, elemen paduan, konsentrasi danperlakuan panas yang diberikan.

Contenu connexe

Tendances

3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
Abrianto Akuan
 
statika struktur diktat
statika struktur diktatstatika struktur diktat
statika struktur diktat
Wayan Yase
 
Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)
Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)
Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)
p4n71
 
Laporan Bahan Bangunan "Pengujian beton menggunakan bahan tambah"
Laporan Bahan Bangunan "Pengujian beton menggunakan bahan tambah"Laporan Bahan Bangunan "Pengujian beton menggunakan bahan tambah"
Laporan Bahan Bangunan "Pengujian beton menggunakan bahan tambah"
bawon15505124020
 
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
p4n71
 

Tendances (20)

Material teknik (uji kekerasan)
Material teknik (uji kekerasan)Material teknik (uji kekerasan)
Material teknik (uji kekerasan)
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNGLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
 
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
 
PPT kesetimbangan benda tegar dan titik berat
PPT kesetimbangan benda tegar dan titik beratPPT kesetimbangan benda tegar dan titik berat
PPT kesetimbangan benda tegar dan titik berat
 
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
 
statika struktur diktat
statika struktur diktatstatika struktur diktat
statika struktur diktat
 
Baut dan Mur
Baut dan MurBaut dan Mur
Baut dan Mur
 
Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)
Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)
Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)
 
Awal triaxial
Awal triaxialAwal triaxial
Awal triaxial
 
Laporan Bahan Bangunan "Pengujian beton menggunakan bahan tambah"
Laporan Bahan Bangunan "Pengujian beton menggunakan bahan tambah"Laporan Bahan Bangunan "Pengujian beton menggunakan bahan tambah"
Laporan Bahan Bangunan "Pengujian beton menggunakan bahan tambah"
 
Mekanika permesinan
Mekanika permesinanMekanika permesinan
Mekanika permesinan
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
 
Patahan Logam
Patahan LogamPatahan Logam
Patahan Logam
 
Mekanika Bahan jilid 1.pdf
Mekanika Bahan jilid 1.pdfMekanika Bahan jilid 1.pdf
Mekanika Bahan jilid 1.pdf
 
Lap.metalografi.
Lap.metalografi.Lap.metalografi.
Lap.metalografi.
 
05 momen inersia 2
05   momen inersia 205   momen inersia 2
05 momen inersia 2
 
Hand out struktur beton i
Hand out struktur beton iHand out struktur beton i
Hand out struktur beton i
 
Laboratorium pengujian tak merusak
Laboratorium pengujian tak merusakLaboratorium pengujian tak merusak
Laboratorium pengujian tak merusak
 
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
Laporan pratikum NDT, ultraonic testing (ut)
 

En vedette

Laporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihLaporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalih
Kalih Rizki
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomena
aambrey
 
Diktat pengujian material
Diktat pengujian materialDiktat pengujian material
Diktat pengujian material
Ompu Kurniawan
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
Abrianto Akuan
 

En vedette (20)

Laporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihLaporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalih
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomena
 
Diktat pengujian material
Diktat pengujian materialDiktat pengujian material
Diktat pengujian material
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
 
Rumus hardness test
Rumus hardness testRumus hardness test
Rumus hardness test
 
Lampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerjaLampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerja
 
Uji vickers
Uji vickersUji vickers
Uji vickers
 
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
 
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
 
Modul 4_Uji Kekerasan
Modul 4_Uji KekerasanModul 4_Uji Kekerasan
Modul 4_Uji Kekerasan
 
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
 
Emission control
Emission controlEmission control
Emission control
 
modul pelatihan geosintetik
modul pelatihan geosintetikmodul pelatihan geosintetik
modul pelatihan geosintetik
 
Records of Test Welding
Records of Test WeldingRecords of Test Welding
Records of Test Welding
 
Ferrari Bikes
Ferrari BikesFerrari Bikes
Ferrari Bikes
 
Pipeline weld inspection
Pipeline weld inspectionPipeline weld inspection
Pipeline weld inspection
 
Welding of aluminium castings - October 2011
Welding of aluminium castings - October 2011Welding of aluminium castings - October 2011
Welding of aluminium castings - October 2011
 
Welding of aluminum alloys
Welding of aluminum alloysWelding of aluminum alloys
Welding of aluminum alloys
 
Destructive test
Destructive testDestructive test
Destructive test
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
 

Similaire à Laporan Uji Bahan

Material+teknik+(uji+kekerasan)
Material+teknik+(uji+kekerasan)Material+teknik+(uji+kekerasan)
Material+teknik+(uji+kekerasan)
Mochamad Nurcholis
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Surya BS
 
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran saePpt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
Adrian Ekstrada
 
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
bram santo
 
Pembengkokan pelat
Pembengkokan pelatPembengkokan pelat
Pembengkokan pelat
Chao Saputra
 

Similaire à Laporan Uji Bahan (20)

Testing
TestingTesting
Testing
 
Makalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik TekanMakalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik Tekan
 
Laporan pengujian bahan
Laporan pengujian bahanLaporan pengujian bahan
Laporan pengujian bahan
 
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
 
LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TERAPAN.pptx
LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TERAPAN.pptxLAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TERAPAN.pptx
LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TERAPAN.pptx
 
Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012
 
Bab 2 tarik
Bab 2 tarikBab 2 tarik
Bab 2 tarik
 
Elemen mesin 1
Elemen mesin 1 Elemen mesin 1
Elemen mesin 1
 
Material+teknik+(uji+kekerasan)
Material+teknik+(uji+kekerasan)Material+teknik+(uji+kekerasan)
Material+teknik+(uji+kekerasan)
 
Ilmu Bahan
Ilmu BahanIlmu Bahan
Ilmu Bahan
 
Material teknik dan proses
Material teknik dan prosesMaterial teknik dan proses
Material teknik dan proses
 
Isi makalah uji kuat tarik
Isi makalah uji kuat tarikIsi makalah uji kuat tarik
Isi makalah uji kuat tarik
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
 
1.Teknik Pembentukan Logam.ppt
1.Teknik Pembentukan Logam.ppt1.Teknik Pembentukan Logam.ppt
1.Teknik Pembentukan Logam.ppt
 
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran saePpt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
 
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
 
Makalah baja
Makalah bajaMakalah baja
Makalah baja
 
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
 
Pembengkokan pelat
Pembengkokan pelatPembengkokan pelat
Pembengkokan pelat
 
Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012
 

Plus de tanalialayubi

Plus de tanalialayubi (20)

PERENCANAAN WAKTU & JARINGAN KERJA
PERENCANAAN WAKTU & JARINGAN KERJAPERENCANAAN WAKTU & JARINGAN KERJA
PERENCANAAN WAKTU & JARINGAN KERJA
 
LAPORAN PRAKTEK KELISTRIKAN KAPAL
LAPORAN PRAKTEK KELISTRIKAN KAPAL LAPORAN PRAKTEK KELISTRIKAN KAPAL
LAPORAN PRAKTEK KELISTRIKAN KAPAL
 
LAPORAN KKL 2014
LAPORAN KKL 2014 LAPORAN KKL 2014
LAPORAN KKL 2014
 
LINES PLAN TANKER SHIP MT ALITAN
LINES PLAN TANKER SHIP MT ALITANLINES PLAN TANKER SHIP MT ALITAN
LINES PLAN TANKER SHIP MT ALITAN
 
PROSEDUR LAS
PROSEDUR LASPROSEDUR LAS
PROSEDUR LAS
 
JOB DIES DAN PENGEDOKAN KAPAL
JOB DIES DAN PENGEDOKAN KAPALJOB DIES DAN PENGEDOKAN KAPAL
JOB DIES DAN PENGEDOKAN KAPAL
 
Perhitungan daun kemudi
Perhitungan daun kemudiPerhitungan daun kemudi
Perhitungan daun kemudi
 
Perencanaan Kebutuhan Listrik Kapal
Perencanaan Kebutuhan Listrik KapalPerencanaan Kebutuhan Listrik Kapal
Perencanaan Kebutuhan Listrik Kapal
 
Cacat Las Pada Pelat Lambung Kapal
Cacat Las Pada Pelat Lambung KapalCacat Las Pada Pelat Lambung Kapal
Cacat Las Pada Pelat Lambung Kapal
 
teknologi pengelasan logam
teknologi pengelasan logamteknologi pengelasan logam
teknologi pengelasan logam
 
Dimensi Satuan Mekanika Fluida
Dimensi Satuan Mekanika FluidaDimensi Satuan Mekanika Fluida
Dimensi Satuan Mekanika Fluida
 
Mekanika Fluida
Mekanika FluidaMekanika Fluida
Mekanika Fluida
 
Perhitungan Plat Kulit Kapal
Perhitungan Plat Kulit KapalPerhitungan Plat Kulit Kapal
Perhitungan Plat Kulit Kapal
 
Teknik pengelasan kapal jilid 1
Teknik pengelasan kapal jilid 1Teknik pengelasan kapal jilid 1
Teknik pengelasan kapal jilid 1
 
Proses pembuatan kapal
Proses pembuatan kapalProses pembuatan kapal
Proses pembuatan kapal
 
Alat Potong Gas
Alat Potong GasAlat Potong Gas
Alat Potong Gas
 
Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi ManajemenSistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen
 
TBK 1 Satuan-satuan Perkapalan
TBK 1 Satuan-satuan PerkapalanTBK 1 Satuan-satuan Perkapalan
TBK 1 Satuan-satuan Perkapalan
 
Konstruksi buritan Kapal
Konstruksi buritan KapalKonstruksi buritan Kapal
Konstruksi buritan Kapal
 
Konst haluan Kapal
Konst haluan KapalKonst haluan Kapal
Konst haluan Kapal
 

Dernier

PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Dernier (20)

Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 

Laporan Uji Bahan

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam ilmu teknik memerlukan pengetahuan tentang bahan dan mesin pengolahnya. Setiap bahan agar dapat berfungsi secara maksimal, diperlukan pengetahuan tentang sifat-sifat bahan tersebut. Bahan teknik dapat diketahui sifat- sifatnya dengan cara menguji bahan tersebut dengan alat atau mesin. Setiap komponen mesin mempunyai fungsi yang berbeda – beda, dimana fungsi dan tujuannya juga berbeda-beda. Oleh karna itu perlu pengerjaan dan perlakuan lebih lanjut dalam menyiapkan komponen yang sesuai dengan spesifikasi yang akan di aplikasikan. Contohnya dengan cara melakukan uji bahan dalam pengolahan bahan itu sendiri. Sebagai pelajar khususnya mahasiswa jurusan teknik perkapalan yang belajar di bidang teknik memerlukan pelajaran tentang bahan teknik. hal ini merupakan pendalaman materi yang kelak akan bisa di terapkan di dunia perkapalan. Oleh karna itu kunjungan dengan cara menyaksikan proses pengujian bahan sangat penting dilakukan untuk memperdalam materi yang diterima. 1.2 TUJUAN DAN MANFAAT Praktikum uji bahan bertujuan untuk :  Memperdalam materi uji bahan yang kita terima pada saat teori.  Mempelajari pengoprasian mesin uji bahan Praktikum uji bahan bermanfaat untuk :  Dapat memperdalam ilmu pengujian materi  Dapat menguasai pengoprasian mesin uji bahan  Dapat memahami karakter dari bahan-bahan material 1.3 WAKTU PELAKSANAAN Tanggal : 17 April 2013 Hari : Rabu Lokasi : Labolatorium Politeknik Negri Semarang
  • 2. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengujian Tarik Bahan Proses pengujian tarik bahan bertujuan untuk mengetahui tegangan tarik maksimum bahan. Bahan uji adalah bahan yang akan digunakan sebagai kontruksi , agar siap menerima pembebanan dalam bentuk tarikan. Pembebanan tarik yang diberikan pada benda dengan memberikan gaya yang berlawanan pada benda dengan arah menjauh dari titik tengah atau dengan memberikan gaya tarik pada salah satu ujung benda dan ujung benda yang lain dikat . Gambar 2.1 ( Mesin uji tarik ) Gambar 2.2 (Spesimen penampang segi empat ) Gambar 2.3 ( Spesimen penampang lingkaran )
  • 3. 3 Penarikan gaya terhadap bahan akan mengakibatkan perubahan bentuk (deformasi) pada bahan tersebut. Proses terjadinya deformasi pada bahan uji adalah proses pergeseran butiran – butiran Kristal logam hingga terlepasnya ikatan tersebut oleh penarikan gaya maksimum. Hasil yang diperoleh dari proses pengujian tarik :  Grafik regangan-regangan  Parameter kekuatan  Visual perpanjangan material  Kontruksi atau reduksi penampang patah  Bentuk permukaan patahnya. 2.1.1 Daftar Alat dan Bahan 2.2.1 Alat : a. Mesin uji tarik Universal Testing Machine Tamotest UPH 100kN dan perlengkapanya. b. Janka sorong, mistar baja, penggores. 2.2.2 Bahan : a. Batang uji St. 37 b. Batang uji St. 60 2.1.2 Keselamatan Kerja Hal yang perlu diperhatikan selama bekerja menggunakan mesin uji tarik : a. Pilih sekala gaya yang benar b. Pilih rahang penjepit yang sesuai dengan diameter yang dijepit. Pemilihan rahang yang tidak tepat menyebabkan jepitan menjadi tergelincir atau sebaliknya rahang dapat retak akibat beban lebih yang diterimanya. c. Roda tangan (7) selalu harus dinolkan lagi setelah benda uji putus. d. Matikan mesin jika tidak diperlukan.
  • 4. 4 2.1.3 Langkah Kerja 1. Buatlah dua goresan pada bagian tengah batang uji sepanjag Lo dan bagi 10 bagian yang sama denggan penggores denggan penggoresan yang jelas. 2. Pilih skala maksimum yang relevan dengan batang uji dengan pedoman gaya = tegangan x luas penampang. Terdapat 3 skala pilihan gaya maksimum, 20, 50 dan 100 kN. 3. Putar sekala utama (1) pada posisi 1. 4. Hidupkan system hidrolik dengan menekan tombol ON (2) sehingga lampu pilot (3) menyala. 5. Biarkan beberapa menit (kurang lebih 10 menit) sebagai pemanasan awal. 6. Dalam keadaan darurat matikan mesin dengan menekan tombol (4). 7. Untuk menaikkan klem atas (5) tekan tuas tangan (6) keposisi maksimum. Jika dikehendaki kecepatanya teratur, putar roda tangan (7) ke kanan. 8. Untuk menurunkanya tekanlah tombol tekan (8) atau memutar stop cock (9) ke kiri. 9. Untuk menaikturunkan klem bawah (10) cukum dengan memutar roda tangan dibawahnya. 10. Jepit batang uji pada klem atas dan bawah agar batang uji dapat terjepit dan timbul tegangan. Tekanlah tuas pada klem bawah kebawah paa awal tarikan. 11. Tarikan sebaliknya dilakukan secara perlahan, dengan memutar roda tangan (7) berdasarkan angka yang ada. Sebagai pedoman sebelum mencapai batas mulur, kecepatan uji diatur jangan melebihi 1 kgf/mm2/s (9,8 N/mm2/s). 12. Besarnya gaya tarik dapat dibaca langsung pada sekala (11), sesuai dengan penunjukan jarum. 13. Putarlah roda tangan (7) ke kiri hingga anka 0. 14. Cacatlah besarnya gaya tarik pada lembar data pengujian. 15. Untuk mengambil batang uji yang telah putus bukalah rahang penjepit atas dan bawah dengan menekan tuas yang ada. 16. Matikan mesin dengan dengan menekan tombol OFF (4) 17. Letakan batang uji diatas meja dan satukan batang uji yang telah putus tadi. Dan mengukur L1 dan diameter leher pada bagian putus d1. 18. Melakukan perhitungan tangan, regangan, % reduksi penampang dengan rumus yang ada.
  • 5. 5 19. Jika batang uji mewakili sejumlah bahan yang sama dan ukuran batang uji juga sama, maka hasil dirata-rata. Hasil yang dirata-rata inilah yag mewakili bahan yang akan diuji. 20. Kasus khusus dimana digunakan diameter batang uji yang lain maka gaya tarik maksimum dapat diprediksi dengan diagram pencar. 2.2 Rockwell Hardness Tester Rockwell Hardness Tester digunakan untuk mengukur kekerasan logam mengukur ketahanan terhadap penetrasi seperti tes Brinell, tetapi dalam kasus Rockwell, kedalaman kesan diukur daripada daerah diametral. Dengan tester Rockwell, kekerasan ditunjukkan langsung pada skala yang tersambung ke komputer. Dial seperti skala benar-benar mengukur kedalaman, lulus pada unit khusus. Rockwell Hardness Test adalah yang paling sering digunakan dan serbaguna dari tes kekerasan. Gambar 2.4 ( Rockwell Hardness Tester ) Gambar 2.5 ( Penetrator )
  • 6. 6 Hardness atau kekerasan telah banyak didefinisikan sebagai resistensi terhadap penetrasi lokal, menggaruk, permesinan, aus atau abrasi, dan menghasilkan. Banyaknya definisi, dan keragaman yang sesuai instrumen mengukur kekerasan, bersama dengan kurangnya definisi yang mendasar, menunjukkan kekerasan yang mungkin tidak sifat dasar material, melainkan satu komposit termasuk kekuatan luluh, bekerja pengerasan, kekuatan tarik benar , modulus elastisitas, dan lainnya. Dalam metode Rockwell dari pengujian kekerasan, kedalaman penetrasi sebuah indentor bawah kondisi uji tertentu sewenang-wenang ditentukan. Indentor ini dapat berupa bola baja dari beberapa diameter tertentu atau kerucut berlian berujung bulat 120 ° sudut dan jari-jari 0,2 mm ujung, disebut Brale. Jenis indentor dan beban uji menentukan skala kekerasan (A, B, C, dll). Sebuah beban kecil 10 kg pertama diterapkan, yang menyebabkan penetrasi awal dan memegang indentor di place. Kemudian, dial diatur ke nol dan beban utama diterapkan. Setelah penghapusan beban utama, pembacaan kedalaman diambil sedangkan beban kecil masih menyala. Jumlah kekerasan kemudian dapat dibaca langsung dari skala. 2.3 Hardening Process Setiap parts atau component mempunyai fungsi yang berbeda-beda sehingga beban yang di alaminya juga berbeda karena itu perlu pengerjaan dan perlakuan lebih lanjut.Karena itu untuk merubah karakteristik logam sehingga dapat memenuhi tuntutan dalam pemakaiannya, dilakukan berbagai perlakuan seperti : 1. deformasi plastis 2. penambahan unsur paduan 3. pelapisan 4. perlakuan panas (heat treatment)
  • 7. 7 Gambar 2.6 ( Hardening ) 2.3.1 Heat Treatment HEAT TREATMENTsecara umum adalah memanaskan logam pada suhu tertentu dengan kecepatan pemanasan tertentu kemudian didiamkan dalam jangka waktu tertentu dan didinginkan dengan kecepatan pendinginan tertentu. Pada proses perlakuan panas sifat sifat mekanis logam dapat berubah karena terjadinya beberapa perubahan mikrostruktur, perubahan fasa, terbentuknya presipitat, perubahan ukuran butir, perubahan kandungan unsur kimia tertentu, terbentuknya karbida, dll. Gambar 2.7(Prinsip heat treatment ) HARDENING TERDIRI DARI : 1. Full Hardening (dari luar sampai inti). 2. Quenching. 3. Precipitation hardening. 4. Cold deformation. 5. Surface hardening (permakaan saja). 6. Layer addition. 7. Surface modification.
  • 8. 8 Fasa adalah bagian dari paduan yang homogen dan memiliki sifat fisik tertentu. Karena itu sifat paduan tergantung dari jenis fasa, jumlah fasa dan distribusi dari fasa fasa yang ada. Berbagai sifat dan mikrostruktur baja berubah jika dikenakan panas. Perubahan perubahan tersebut berlangsung terus sampai suatu fasa berada pada keadaan stabil. Jadi dalam proses tersebut terjadi perubahan jenis dan distribusi fasa yang berbeda dari fasa semula. Diagram 2.1 Proses annealing diatas A3 disebut full annealing, sedangkan dibawah temperatur kritis A3 disebut sub critical annealing serta annealing diantara A1 dan A3/Acm disebut inter critical annealing. Pada sub critical annealing tidak terjadi perubahan fasa, misalnya: anil rekristalisasi, anil penghilangan tegangan, anil pertumbuhan butir atau aglomerisasi, dsb. 2.3.2 STRESS RELIEV ANNEALING. Sress reliev annealing atau anil penghilangan tegangan digunakan untuk menghilangkan tegangan sisa dalam logam akibat proses MANUFAKTUR seperti : 1. Pengelasan 2.Metal forming 3. Machining 4. Quenching 5. Pengecoran Temperatur pemanasan untuk stress relief annealing ini biasanya dibawah A1 (595- 675°C) dan ditahan dengan waktu tertentu, kemudian didinginkan dengan cara bertahap dan merata.
  • 9. 9 Gambar 2.8( Tegangan sisa ) a) Tegangan sisa yang timbul akibat pemanasan. b) Tegangan sisa yg timbul akibat pengelasan. c) Tegangan sisa yg timbula akibat machining. Manfaat penghilangan tegangan sisa : 1. Mengurangi terjadinya SCC. 2. Mengurangi terjadinya cold strain yang dapat mengurangi daya tahan terhadap Creep. 3. Mengurangi brittle fracture. 4. Meningkatkan fracture toughness. 5. Meningkatkan ketahanan terhadap lingkungan 6. Meningkatkan strength. Normalisasi. Proses normalisasi dilakukan pada temperatur sekitar 40°C-55°C diatas temperatur kritis (A3 untuk baja hypoeutektoid dan Acm untuk baja hypereutektoid), kemudian ditahan dalam waktu tertentu dan didinginkan diudara hingga mencapai temperatur ruang. Dengan proses ini dihasilkan baja yang lebih keras dan lebih kuat daripada baja anil penuh, memiliki mampu mesin yang baik, struktur butir yang lebih halus dan tegangan sisa minimal. Normalisasi pada hasil coran biasanya disebut juga homogenisasi yang bertujuan untuk menghaluskan struktur dendrit. Aplikasi dari normalizing tergantung klasifikasi baja yang di gunakan. 1. PENGHALUSAN BUTIR– UTK LAS LASAN 2. PENINGKATAN MAMPU PENGERJAAN MESIN 3. HOMOGENISASI—UTK PRODUK COR 4. PERBAIKAN STRUKTUR—HOT ROLLING 5. PERATAAN BESAR BUTIR—PRODUK TEMPA 6. CARBIDE SOLUTION.
  • 10. 10 Yang harus di perhatikan : pemanasan dan waktu (1 JAM /1 INCI KETEBALAN) 2.3.3 RECRYSTALLIZATION Selain fasa fasa tersebut diatas, baja mempunyai fasa lain yang dihasilkan dari proses transformasi dengan perlakuan panas, fasa tersebut ialah martensit dan bainit. MARTENSIT adalah suatu struktur yang keras dan rapuh yang antara lain terbentuk bila baja didinginkan secara cepat dari temperatur austenit dengan suatu proses hardening yaitu QUENCHING. Gambar 2.9( Kristal logam ) PENGERTIAN HARDNESS adalah Kemampuan material untuk menahan deformasi pada daerah permukaan METODE : Goresan (Mineralogi dan mohs scale), Pantulan, Pembebanan atau penjejakan
  • 11. 11 Gambar 2.10( Terbentuknya martensit ) Karena perubahan temperatur pada proses quenching berlangsung cepat, maka waktu yang dibutuhkan oleh karbon untuk berdifusi keluar dari austenit tidak cukup, sehingga atom atom karbon terperangkap dan menghalangi transformasi normal dari FCC ke BCC dan kristal FCC kemudian menjadi BCT (Body Centered Tetragonal), karena itu transformasi yang terjadi dari austenit ke martensit tanpa melalui suatu proses difusi tetapi terjadi karena adanya pembalikan Kristal Bainit juga salah satu bentuk transformasi austenit jika didinginkan dengan kondisi kontinu atau isotermal antara daerah pembentukan perlit dan martensit. Bainit ini memiliki mode transformasi dan struktur mirip dengan perlit dan martensit. Disebut mirip dengan perlit karena bainit merupakan campuran dari fasa ferit dan sementit, oleh karena itu dikendalikan oleh difusi dari karbon antara ferit dan sementit. Namun disini ferit dan sementit tidak berbentuk lamel. Disebut mirip dengan martensit karena ferit dan sementit pada bainit berbentuk plate dan lath seperti bentuk martensit. 2.3.4 PENGARUH UNSUR PADUAN TERHADAP SIFAT BAJA. 1. Karbon (C) : adalah unsur pengeras yang dominan 2. Mangan (Mn) : Meningkatkan kekuatan dan kekerasan terutama disebabkan terjadinya penguatan pada fasa ferit. Mn juga berfungsi sebagai deoksidator, yaitu mengikat sulfur membentuk senyawa MnS yang titik cairnya lebih tinggi dari titik cair baja, sehingga cenderung terperangkap sebagai inklusi. Mn juga berfungsi mencegah terbentuknya ikatan sulfur dengan baja dalam bentuk FeS yang
  • 12. 12 mempunyai titik leleh lebih rendah dari baja, sehingga unsur Mn dapat mencegah terjadinya kerapuhan pada suhu tinggi, terutama untuk baja yang beroperasi pada suhu tinggi. 3. Silisium : berfungsi sebagai deoksidator, selain itu dapat meningkatkan kekuatan tarik baja tanpa mengakibatkan penurunan pada sifat keuletannya. Hal ini dapat terjadi karena unsur Si merupakan stabilisator sementit. 4. Phospor (P) : jika jumlah phospor dalam baja cukup besar dapat meningkatkan kekuatan tarik dan kekerasan, tetapi keuletannya turun tajam dan bahkan dapat mengakibatkan mudah terjadi retak dingin atau rapuh pada suhu rendah dan sensitif terhadap beban kejut. Pada baja konstruksi kandungan phospor dibatasi maksimum 0,05%. 5. Sulfur (S) : menurunkan sifat keuletan dan ketangguhan terhadap beban kejut. Sulfur yang berlebihan akan bereaksi dengan Fe membentuk FeS yang mempunyai titik leleh rendah. Untuk baja konstruksi, kandungan Sulfur dibatasi maksimum 0,05%. 6. Aluminium (Al) : sebagai unsur deoksidator yang mengikat oksigen yang terdapat pada cairan baja. Selain itu Al juga mudah mengikat Nitrogen membentuk endapan nitrida yang cenderung mengendap di batas butir struktur baja, sehingga sifat kekerasan baja meningkat. 7. Nikel (Ni) : meningkatkan kekuatan baja. Nikel bersama Cr dapat meningkatkan ketahanan korosi dan ketahan panas baja. Adanya unsur Ni pada baja tidak mengganggu sifat mampu las baja tersebut. 8. Chrom (Cr) : meningkatkan kekuatan. Cr meningkatkan ketahanan panas dan ketahanan aus baja dan tahan korosi, tetapi sifat mampu lasnya menurun. 9. Tembaga (Cu) : meningkatkan kekuatan. Dalam jumlah kecil Cu dapat meningkatkan ketahanan korosi baja. Cu tidak mempengaruhi sifat mampu las baja. 10. Molebdenum (Mo) : meningkatkan kekuatantarik terutama pada temperatur tinggi (creep), serta dapat memperbaiki sifat mampu lasnya. Mo juga berfungsi sebagai stabilisator karbida, sehingga mencegah terbentuknya grafitisasi pada pemanasan yang cukup lama. 11. Vanadium (V) : meningkatkan kekuatan tarik, terutama sifat hot hardness baja. Vanadium merupakan unsur penstabil karbida dan dikombinasikan dengan Cr
  • 13. 13 diperoleh baja tahan panas, dan jika dikombinasikan dengan wolfram (W) dapat dimanfaatkan sebagai baja perkakas. 12. Wolfram/Tungsten (W) : meningkatkan sifat kekuatan, kekerasan dan ketahanan aus baja. Wolfram mempunyai kecenderungan yang kuat untuk membentuk karbida, karena itu dimanfaatkan untuk pembuatan baja tahan panas. 13. Titanium (Ti) : merupakan elemen yang sangat keras, penstabil karbida, sebagai elemen pemadu dalam stainless steel untuk meningkatkan ketahanan korosi interkristalin. Selain itu titanium juga berfungsi sebagai penghalus butir kristal. Pada proses pelakuan panas diperlukan suatu patokan untuk menentukan proses pemanasan dan kecepatan pendinginan. Biasanya yang sering digunakan sebagai pedoman tersebut ialah  diagram TTT ( Time Temperature Transformation)  diagram CCT (Continues Cooling Transformations). Diagram TTT ialah suatu petunjuk transformasi logam yang menggambarkan waktu awal dan akhir transformasi pada setiap temperatur pendinginan, sedangkan diagram CCT adalah diagram yang menggambarkan tentang kecepatan pendinginan dan fasa yang terbentuk ketika transformasi berlangsung. Kedua diagram TTT dan CCT berbeda beda untuk setiap logam demikian pula untuk logam yang sama diagram tersebut berbeda untuk setiap perubahan elemen paduan. Artinya kedua diagram tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia, jadi diagram tersebut dapat bergeser ke kanan, ke kiri atau ke atas dan bawah, sehingga fasa yang terjadi juga tergantung dari unsur paduannya. Bentuk kurva TTT dan CCT tgtg pada : - kadar karbon - besar butir awal austenit - unsur padauan Perlu di perhatikan dalam pemanasan: - Dimensi kesetabilan dan kecepatan pemanasan.
  • 14. 14 Gambar 2.11( Dimensi kesetabilan dan kecepatan pemanasan ) Yang perlu di perhatikan ketika pendiaman dalam dapur/holding time adalah: 1. Suhu terlalu rendah. 2. Kemungkinan suhu tidak homogeny. 3. Terjadi pertumbuhan butir. 4. Benda uji terdeformasi 5. Terjadinya oksidasi 6. Perubahan temperature karena dapur. 7. Benda uji nempel dengan yang lain 8. Pemborosan waktu dan energy. Yang perlu di perhatikan pada proses pendinginan adalah : Gambar 2.12( Proses pendinginan ) 2.3.5 Annealing pemanasan bahan pada temperatur dan lama pemanasan tertentu dan kemudian didinginkan dengan kecepatan pendinginan lambat. ,Tujuan annealing ialah untuk : - pelunakan - memberi sifat mampu mesin - meningkatkan stabilitas
  • 15. 15 - meningkatkan mampu bentuk dingin yang baik - merubah sifat mekanik, listrik atau magnetik dimensi - dll, 2.4 Proses Tempering Pada Logam Salah satu karakteristik dari hasil proses quenching adalah logam mejadi rapuh, logam tidak memiliki keuletan yang cukup untuk sejumlah aplikasi. Selain itu quenching menimbulkan tegangan sisa yang terbentuk selama pembentukan martensit. Oleh karena itu proses hardening – quenching selalu di ikuti proses tempering. Perlakuan panas oleh tempering bertujuan untuk mengurangi tegangan sisa, meningkatkan ketanguhan dan keuletan baja yang tela mengalami pengerasan martensite. Selama proses tempering baja akan mengalami penurunan kekerasan dan kekuatan. Namun sifat keuletan yang akan naik dan di ikuti penurunan kerapuhan. Tegangan sisa yang terbentuk selama pembentukan fasa martensi ikut berkembang.Pengurangan beban sisa menjadi sangat penting dalam penurunan kerapuhan baja. Artinya tegangan sisa pada baja akan menyebabkan baja menjadi rapuh atau getas. Selama tempering berlangsung akan terjadi transformasi fasa-fasa yang terbentuk selama proses quenching. Mekanisme transformasi fasa pada proses temper terjadi dalam empat tahap. Gambar 2.13 ( Tempering )
  • 16. 16 Tahapan Dan Mekanisme Dekomposisi Fasa Martensit  Tahap pertama, pada temperature 100 – 250 celcius terjadi pengendapan fasa kaya karbon yaitu fasa epsilon-karbida. Pembentukan fasa ini mengakibatkan kandungan karbon pada fasa martensit berkurang.  Tahap kedua, pada temperature 200 – 300 celcius, terjadi dekomposisi fasa austenite menjadi bainit.  Tahap ketiga, pada temperature 200 – 300 celcius terjadi perubahan atau dekomposisi epsilon-kabida menjadi sementit dan martensite menjadi sementit dan ferit.  Tahap keempat, pada temperature di atas 350 celcius terjadi perubahan secara kontinyu dan terjadinya spheroidisasi fasa-fasa sementit.  Fasa setelah proses tempering ini biasa disebut sebagai fasa martensite temper. Artinya fasa martensit yang telah mengalami proses temper. Dari tahapan proses dekomposisi fasa selama temper, sifat akhir dari baja temper tergantung pada fasa-fasa akhir yang terbentuknya. Sementara fasa akhir yang dimiliki baja hasil temper tergantung daripada temperature temper-nya. Dengan demikian pengaturan sifat mekanik sangat tergantung pada pengaturan dari temperature proses penemperannya. Pengaruh Tempertur Temper Terhadap Sifat Mekaanik Logam, Baja Pengaruh temperatur temper terhadap perubahan kuat tarik baja seri 1026 dapat dilihat pada Gambar 1. Baja seri 1026 memiliki nilai kuat tarik 770 MPa setelah perlakuan proses quenching. Proses tempering menyebabkan kekuatan baja seri 1026 ini turun menjadi sekitar 560 MPa setelah ditemper pada temperatur 600 celcius selama 30 menit. Gambar 2.14 (Pengaruh Temperatur Temper Terhadap Kuat Tarik Baja Seri 1026 )
  • 17. 17 Pangaruh temperature temper terhadap nilai kekersan yang dimiliki baja dengan kandungan karbon 0,25 persen dan krom 1,0 persen dapat dilihat pada Gambar 2. Setalah proses quenching Baja ini memiliki kekerasan 570 HV. Proses temper pada temperatur 500 celcius mampu menurunkan kekerasan baja ini menjadi sekitar 370 HV. Gambar 2.15( Pengaruh Temperatur Temper Terhadap Kekerasan ) Struktur mikro yang menunjukkan fasa martensit temper dengan temperature temper yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3. Pada tempertur yang lebih tinggi tampak terdapat butir-butir kabida halus yang tersebar di fasa martensit tempernya. Pada proses temper terjadi dekomposisi fasa martensit yang keras dan kuat menjadi fasa ferit dan partikel-partikel sementit atau karbida. Fasa ferit merupakan fasa matrik dengan sifat lunak dan ulet. Sedangkan fasa sementit atau karbida yang terbentuk memiliki sifat yang keras. Matrik yang ulet dengan sebaran partikel yang keras akan menghasilkan suatu logam yang tangguh. Martensit (M) —> Martensit Temper (Ferit + Karbida ) Dispersi partikel karbida ini akan mampu menahan atau menghambat deformasi plastik. Besarnya hambatan yang ditimbulkan akan berbanding lurus dengan luas kontak antara fasa karbida dengan fasa matriknya. Semakin besar ukuran partikel karbida, maka semakin kecil luas kontak antara kedua fasa tersebut.
  • 18. 18 Hambatan terhadap deformasi berkurang, kondisi ini menyebabkan kekuatan dan kekerasan logam menjadi turun. Pada temperature temper yang lebih tinggi, Martensit akan tereliminasi dan membentuk Martensit temper atau martensit dengan karbon rendah dan partikel- partikel kabida halus berbentuk spheroid (karbida spheroid). Karbida spheroid halus ini akan tumbuh membentuk karbida spheroid yang lebih besar pada temperatur yang relatif lebih tinggi. Pada temperatur temper yang lebih tinggi fraksi fasa lunak dan ulet akan bertambah, ukuran partikel karbida yang keras menjadi lebih besar. Konsekuensi langsung penambahan fasa lunak dan ulet adalah regangan menjadi lebih besar. Namun karena adanya sebaran partikel kabida yang dapat menahan deformasi plastik , maka logam akan tetap memilikii kekuatan yang cukup tinggi. Dengan demikian secara keseluruhan logam menjadi kuat dan ulet atau tangguh. 2.5 Pengamatan Struktur Mikro Sifat-sifatfisis dan mekanik dari material tergantung daristruktur mikro material tersebut. Struktur mikro dalam logam(paduan) di tunjukkan dengan besar, bentuk dan orientasibutirannya, jumlah fasa, proporsi dan kelakuan dimana merekatersusun atau terdistribusi. Struktur mikro dari paduan tergantungdari beberapa faktor seperti, elemen paduan, konsentrasi danperlakuan panas yang diberikan. Pengujian struktur mikro atau mikrografi dilakukan dengan bantuan mikroskop dengan koefisien pembesaran dan metode kerja yang bervariasi. Adapun beberapa tahap yang perlu dilakukan sebelummelakukan pengujian struktur mikro adalah: a. Pemotongan (Sectioning) b. Pengamplasan (Grinding) c. Pemolesan (Polishing) d. Etsa (Etching) e. Pemotretan. Struktur mikro logam las biasanya kombinasi dari strukturmikro dibawah ini: a. Batas butir ferit, terbentuk pertama kali pada transformasi austenitferitbiasanya terbentuksepanjang batas austenit pada suhu 1000 650ºC.
  • 19. 19 b. Ferit Widmanstatten atau ferrite with aligned second phase,struktur mikro ini terbentukpada suhu 750-650ºC di sepanjang batas butir austenit, ukurannya besar dan pertumbuhannya cepatsehingga memenuhi permukaan butirnya. c. Ferit acicular, berbentuk intragranular dengan ukuran yang kecildan mempunyai orientasi arah yang acak. Biasanya ferit acicularini terbentuk sekitar suhu 650ºC dan mempunyai ketangguhanpaling tinggi dibandingkan struktur mikro yang lain. d. Bainit, merupakan ferit yang tumbuh dari batas butir austenitdan terbentuk pada suhu 400-500ºC. Bainit mempunyaikekerasan yang lebih tinggi dibandingkan ferit, tetapi lebihrendah dibanding martensit. e. Martensit akan terbentuk, jika proses pengelasan denganpendinginan sangat cepat, struktur ini mempunyai sifat sangatkeras dan getas sehingga ketangguhannya rendah. Gambar 2.16 Struktur mikro acicular ferrite (AF) dangrain boundary ferrite (GF) atau feritbatas butir (Sonawan, 2004) Gambar 2.17 Struktur mikro ferit Widmanstatten(ASM, 1989) Gambar 2.18 microscop 2.5.1 Foto makro Hasil patahan di uji tarik selanjutnya kita foto makro, hal ini bertujuan untuk menganalisa bentuk patahan dari pengujian tersebut, adapun langkahlangkah dalam foto makro adalah sebagai berikut : a. Meletakan spesimen pada landasan mikroskop optik, aktifkanmesin, dekatkan lensa pembesar untuk melihat permukaanspesimen. Pengambilan foto struktur
  • 20. 20 mikro dengan perbesaranuntuk hasil patahan uji tarik 9x. Lihatlah struktur makroapabila kurang jelas atau kabur, fokuskan lensa agar terlihatdengan jelas. b. Sebelum gambar diambil, film dipasang pada kamera yangtelah disetel sedemikian rupa dengan menggunakan film asa200. Usahakan pada saat pengambilan foto tidak ada halapapun yang membuat mikroskop optik bergerak, karenaapabila mikroskop optik bergerak akan mempengaruhihasilnya. Gambar 2.18 ( microscope )
  • 21. 21 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Dalam setiap komponen atau parts mempunyai fungsi yang berbeda – beda yang imana alaminya juga berbeda oleh karna itu perlu pengerjaan dan perlakuan lebih lanjut dalam menyiapkan komponen yang sesuai dengan spesifikasi yang akan kita aplikasikan. Proses pengujian tarik bahan bertujuan untuk mengetahui tegangan tarik maksimum bahan. Rockwell Hardness Tester digunakan untuk mengukur kekerasan logam mengukur ketahananterhadap penetrasi seperti tes Brinell, tetapi dalam kasus Rockwell, kedalaman kesan diukur daripada daerah diametral.Setiap parts atau component mempunyai fungsi yang berbeda-beda sehingga beban yang di alaminya juga berbeda karena itu perlu pengerjaan dan perlakuan lebih lanjut.Salah satu karakteristik dari hasil proses quenching adalah logam mejadi rapuh, logam tidak memiliki keuletan yang cukup untuk sejumlah aplikasi. Selain itu quenching menimbulkan tegangan sisa yang terbentuk selama pembentukan martensit. Oleh karena itu proses hardening – quenching selalu di ikuti proses tempering. Sifat-sifatfisis dan mekanik dari material tergantung daristruktur mikro material tersebut. Struktur mikro dalam logam(paduan) di tunjukkan dengan besar, bentuk dan orientasibutirannya, jumlah fasa, proporsi dan kelakuan dimana merekatersusun atau terdistribusi. Struktur mikro dari paduan tergantungdari beberapa faktor seperti, elemen paduan, konsentrasi danperlakuan panas yang diberikan.