1. Strukturalisme dalam Perkembangan Ilmu Sejarah
J. Kadjat Hartojo
Bab ini memaparkan perkembangan ilmu sejarah khususnya yang berasal dari
sejarawan Prancis. Terdapat dua mahzab besar dalam perkembangan ilmu sejarah.
Yang pertama yaitu mahzab methodique dan yang kedua yaitu mahzab Annales.
1. Mahzab methodique
Tokoh-tokoh terkenal dari mahzab ini yaitu G.Monod,E. Lavisse, Ch. Victor
Langlois, dan Ch. Seignobos. Para sejarawan tersebut pergi ke Jerman untuk
belajar dari musuh bagaimana kekalahan dapat terjadi pada saat itu dan
menganut paradigma Ranke. Metode Ranke bercirikan pada kesetiaan total pada
dokumen arsip sebagai sumber penelitian sejarah. Paradigma inilah yang
mendasari sejarawan methodique. Atas dasar paradigma ini maka mereka
menyebutnya sebagai aliran positiviste karena berdasarkan dari fakta-fakta
dokumen arsip. Pada abad ke 19 arsip-arsip negara mulai dibuka kembali untuk
umum. Banyak sekali arsip-arsip yang terbuka untuk diteliti maka pada saat itu
yang berkembang adalah sejarah mengenai negara baik itu tentang perjanjian,
pertempuran, sejarah orang-orang besar serta peristiwa-peristiwa besar yang
terjadi karena campur tangan mereka. Hal tersebut tidak hanya berasal dari
ketersediaannya arsip-arsip negara namun juga berasal dari semangat untuk
menghasilkan sejarah yang berisi orang-orang besar dan kontribusinya. Oleh
sebab itu dalam dunia pendidikan, diwajibkan untuk bekajar tingkat sekolah
dasar yang secara efektif menanamkan nasionalisme sekuler. Dalam hal itu, para
sejarawan ecole methodique menyusun buku sejarah yang mengagungkan
bangsa dengan kisah pahlawan-pahlawan serta peristiwa-peristiwa besar.
2. Mahzab Annales
Mahzab ini lahir atas ketidakpuasan terhadap paradigma yang dianut oleh
mahzab methodique yang mana hanya menggunakan dokumen arsip sebagai
satu-satunya sumber penelitian sejarah. Mahzab ini lahir pada tahun 1929 di
Strasbourg dalam bentuk jurnal sejarah yaitu Les Annales d’histoire economique
et sociale. Pendiri-pendiri mahzah ini yaitu Lucien Febvre dan March Bloch.
2. Para sejarawan-sejarawan baru, sesuadah perang dunia ke II, menggeser fokus
sejarah yang sebelumnya berpusat pada sejarah orang-orang besar menjadi
meneliti orang-orang kecil yang tak punya sejarah. Tidak hanya berpusat pada
dunia politik namun juga pada keseluruhan kehidupan manusia dalam
keanekaragaman masyarakat. Para penganut mahzab ini tidak meninggalkan
dokumen arsip sebagai sumber penelitian sejarah namun mereka melakukan
kajian dokumen secara lebih luas dan mendalam atas dokumen tersebut. Para
penganut mahzab Annales ini juga tidak hanya mengartikan dokumen arsip
sebagai kertas dan perkamen, mereka juga menganggap berbagai jenis artefak
sebagai dokumen seperti mata uang dan pedang yang diletakkan pada jenazah
dan makam untuk memperlihatkan bagaimana mentalitas manusia pada abad
pertengahan. Karena kaum Annales menginginkan sejarah yang berisi berbagai
kehidupan manusia dalam masyarakatnya, maka mahzab ini juga
mengembangkan sejarah sosial yang luas seperti pada ekonomi, struktur dan
konjungtur, mentalitas, sejarah total, sejarah berjangka panjang. Berikut ini akan
dikemukakan tokoh-tokoh dari mahzab ini yaitu Lucien Febvre, Marc Bloch,
dan Fernand Braudel.
2.1 Lucien Febvre
Pada saat disertasinya yang mengharuskan ia menuliskan sejarah
sebagaimana yang ada pada dokumen arsip dan harus mengutamakan
bidang politik dan menonjolkan peristiwa, ia memperluas cakrawala
tulisannya dengan membicarakan masyarakat sebuah wilayah. Hal tersebut
merupakan pemberontakan Febvre terhadap paradigma Ranke pada saat itu.
Ia juga mulai memasukkan mentalitas masyarakat dalam penelitiannya.
Dalam karyanya yang berjudul ’Masalah Kekafiran pada Abad XVI: Agama
Rebelais’ ia menggambarkan bagaimana Rebelais atau atheis digerakkan
oleh suatu bawah sadar kolektif, mentalitas masyarakat sezaman mereka.
Febvre juga memperjuangkan keberagaman dalam sumber sejarah yang
tidak hanya terbatas pada dokumen arsip semata dan ia juga menginginkan
sejarah membuka diri terhadap ilmu-ilmu lain guna membantu dalam
penelitian dan penulisan sejarah.
3. 2.2 Marc Bloch
March Bloch merupakan rekan Lucien Febvre dalam mendirikan Annales
namun ia gugur karena disiksa dan ditembak Nazi menjelang akhir perang
dunia II. Tulisan-tulisan Bloch tidak menguikuti arus umum penelitian
sejarah yang pada waktu itu berpusat pada kaum borjuis namun ia
memusatkan pada suatu daerah pedesaan lama. Pada sebuah karyanya yang
berjudul ’Raja-raja penyembuh, kajian tentang sifat supranatural yang
dianggap melekat pada kekuasaan raja khususnya di Prancis dan Inggris’ ia
memasukkan fakta sosial yang selama masa tersebut belum pernah tersentuh
dalam penelitian sejarah yaitu mentalitas. Bloch memaparkan bagaimana
suatu kepercayaan timbul, menetap, berakar, dan menyebar di berbagai
lingkungan tersebut. Ia mengidentifikasi mentalitas religius melalui
berbagai macam kepercayaan dan praktiknya dari yang berumur ribuan
tahun sampai yang baru lahir. Bloch juga melakukan pembaharuan dalam
meneliti sejarah dengan menggunakan bantuan etnologi.
2.3 Fernand Braudel
Braudel melanjutkan konsep sejarah total yang dikemukakan oleh Febvre
yang ia sebut sebagai histoire globale. Dua buah karyanya yang fenomenal
pada masa itu yaitu La Méditerranée et le Monde Méditerranéen à l'époque
de Philippe II dan Civilisation matérielle, économie et capitalisme du XV au
XVIII siécle. Karyanya yang pertama merupakan sejarah total dari suatu
kawasan yang meliputi seluruh Mediterania dengan membagi kedalam tiga
bagian; manusia dan hubungannya dengan alam, sejarah yang bergerak di
atas gelombang kedalaman, dan sejarah ’tradisional’ atau sejarah serba
peristiwa yang dimensinya pada individu. Pada karyanya yang kedua ia
berpendapat bahwa ekonomi bukanlah sebagai realita yang homogen seperti
yang dipikir oleh para ahli ekonomi oleh karena itu model-model ekonomi
harus dapat diukur. Braudel juga melihat bahwa dahulu juga terdapat
kapitalisme eksklusif yang tetap multinasional.
4. Pendapat pribadi
Perkembangan sejarah di Prancis yang dituliskan pada artikel ini
menunjukkan bahwa terjadi nya perubahan paradigma pada mahzab methodique
yang mana mengedepankan kesucian dokumen arsip sebagai satu-satunya sumber
sejarah. Para sejarawan Prancis yang membawa angin segar dengan mahzab Annales
nya menggeser paradigma tersebut dengan membuka cakrawala bahwa sumber
sejarah tidak hanya semata pada dokumen arsip (yang tertulis) namun sumber sejarah
juga berasal dari benda-benda sejarah atau artefak yang merupakan saksi bisu
sejarah, mereka membuat sumber-sumber sejarah tersebut menjadi ’berbicara’.
Mereka juga meneliti dokumen arsip sampai tahap yang mendalam. Hal tersebut
tentu membuka cahaya baru bagi para peneliti-peneliti sejarah sehingga
dimungkinkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendalam jika
menggunakan sumber-sumber yang beragam. Annales juga mengenalkan gejala
kemanusiaan yang disebut dengan mentalité yang tahan pada perubahan. Dengan
adanya hal tersebut, menunjukkan bahwa para sejarawan Annales tidak mengekang
dirinya terhadap pengaruh-pengaruh ilmu lain dalam menggali sejarah.
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah terlihat pada pentingnya
penggunaan arsip ssebagai satu-satunya sumber sejarah. Hal tersebut kemudian
ditentang oleh para pasca strukturalis dengan mahzan annales nya yang meyakini
sumber sejarah tidak harus dari arsip dokumen saja. Perubahan ini tentunya
menghasilkan penelitian-penelitian sejarah yang berbeda dengan sebelumnya dimana
sejarah terbatas pada peristiwa-peristiwa besar yang bersumber pada rangkaian
peristiwa itu sendiri, para sejarawan Annales membangkitkan sejarah yang juga
berada dibelakang peristiwa besar tersebut. Dengan adanya perubahan ini, sejarah-
sejarah yang dahulu mungkin sulit untuk diteliti menjadi dimungkinkan untuk digali
karena terbukanya cakrawala untuk memahami berbagai peristiwa-peristiwa.
5. TEORI KEBUDAYAAN
TUGAS LAPORAN BACAAN
Dosen: Dr. Djoko Marihandono
Strukturalisme dalam Perkembangan Ilmu Sejarah
J. Kadjat Hartojo
OKTARI ANELIYA
1206335685
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
2013