SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  64
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 1
= = = Kata Pengantar = = =
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi dengan bahasan “Skizofrenia” dalam bentuk
kliping.
Dalam penyusunan kliping ini kami mungkin masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan, penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan tugas
selanjutnya.
Dalam penyusunan kliping ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan kliping ini, khususnya kepada :
1. Dosen mata kuliah Psikologi, Ibu Eky Okviana Armyati S.Psi, M.Psi, Psikolog yang telah
memberikan tugas serta petunjuk kepada kami sehingga kami termotivasi dan dapat
menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
hingga terselesaikannya tugas ini.
3. Serta kepada semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya kliping ini.
Akhirnya kami berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas bantuan
yang mereka berikan dan menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, serta semoga dengan
selesainya kliping ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman – teman. Amiin Yaa Robbal
‗Alamiin.
Madiun, 31 Juni 2013
Ttd,
Tim Penyusun
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 2
= = = Daftar Isi = = =
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN
A. Pengertian Schizofrenia ...................................................................................................... 3
B. Tokoh-tokoh Awal dalam Sejarah Perekmbangan Schizofrenia........................................... 5
C. Laju Angka Kejadian (Insidensi) dan Angka Kesakitan (Morbidity) ...................................... 5
D. Sumber Penyebab Gangguan Jiwa...................................................................................... 6
E. Gejala-gejala Schizofrenia ................................................................................................... 15
F. Subtipe Schizofrenia ............................................................................................................ 21
G. Prevalensi dan Pneyebab Schizofrenia................................................................................ 23
PEMBAHASAN
A. Schizofrenia Paranoid......................................................................................................... 31
B. Schizofrenia Residual ......................................................................................................... 37
C. Schizofrenia Katatonik ........................................................................................................ 44
D. Schizofrenia Hebefrenik...................................................................................................... 50
E. Schizofrenia Tidak Terdefinisi............................................................................................. 53
INTERVENSI
A. Penanganan Schizofrenia .................................................................................................. 57
B. Pengobatan Schizofrenia.................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 64
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 3
= = = Pendahuluan = = =
A. Pengertian Schizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan gangguan
yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku.
( Dorand V. Mark & David H. Barlow. 2007. Intisari Psikologi Abnormal. Pustaka Pelajar
Yogyakarta. Edisi Keempat )
Skizofrenia yaitu gangguan psikotis yang ditandai oleh munculnya delusi, halusinasi,
ketidakteraturan, dan cara bicara yang tidak koheren, perilaku yang tidak sesuai, dan gangguan
kognitif. ( Wade Carole & Carol Tavris. 2007. Psikologi. PT. Gelora Aksara Pratama. Edisi
Kesembilan. Jilid 2 )
Pada penderita schizophrenia ada desintegrasi pribadi dan kepecahan pribadi. Tingkah laku
emosional dan intelektualnya jadi ambisious (majemuk), serta mengalami gangguan serius dan
mengalami regresi atau dementia total. Dia melarikan diri dari kenyataan hidup dan berdiam
dalam dunia fantasinya. Tampaknya dia tidak bisa memahami lingkungannya, dan responnya
selalu maniakal atau kegila-gilaan. Perasaannya selalu tidak cocok, mengalami gangguan
intelektual berat, sehingga pikirannya melompat-lompat tanpa arah.
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga secara
somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus
diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik
dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganngu. Sekali lagi, yang
sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau
lingkungannya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 4
Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia adalah keturunan, umur , sex, keadaan
badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan,
pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa
bermusuhan,hubungan antar manusia dan sebagainya.
Kita akan melihat sepintas laju angka kejadian (―incidence rate‖) dan angka kesakitan
(―morbidity rate‖) berbagai gangguan jiwa. Kemudian baru kita akan membicarakan secara umum
macam-macam penyebab gangguan jiwa.
Berikut ini adalah gambaran anatomi otak pada penderita skizofrenia :
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 5
B. Tokoh-tokoh Awal dalam Sejarah Perkembangan Schizofrenia
Tahun Tokoh Sejarah Konstribusi
1809 John Hasjam
(1764-1844)
Pengawas di sebuah Rumah Sakit Inggris. Dalam sebuah
Observations on Madness and Melancholy (1809/1976), ia
mengikhtisarkan deskripsi gejala-gejala skizofrenia.
1801/1809 Philippe Pinel
(1745-1826)
Dokter Perancis yang mendeskripsikan kasus-kasus
skizofrenia.
1852 Benedict Morel
(1809-1873)
Dokter di sebuah institusi Perancis yang menggunakan istilah
demence precoce (dalam bahasa latin, dementia praecox),
yang berarti kehilangan pikiran (demence) yang terlalu dini atau
prematur (precoce) untuk mendeskripsikan skizofrenia.
1898/1899 Emil Kraepelin
(1856-1926)
Psikiater Jerman yang menggabungkan kategori-kategori
skizofrenia yang berbeda (hebefronik, katatonik, dan paranoid)
di bawah nama dementia praecox.
1908 Eugen Bleuler
(1857-1939)
Psikiater Swiss yang memperkenalkan istilah schizophrenia,
yang berarti pikiran yang pecah.
C. Laju Angka Kejadian (Insidensi) dan Angka Kesakitan (Morbidity)
Dalam kejadian umum skizofrenia terdapat 0,2 – 0,8 % dan retardasi mental 1 – 3 % WHO
melaporkan bahwa 5 – 15 % dari anak-anak usia - 15 tahun mengalami gangguan jiwa yang
persistant dan mengganggu hubungan sosial. Jika kira-kira 40 % penduduk negara kita adalah
anak-anak usia di bawah 15 tahun (di negara yang sudah berkembang kira-kira 25 %), dapat
digambarkan besarnya masalah (ambil saja 5 % dari 40 % dari katakan saja 120 juta penduduk,
maka di negara kita terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa).
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 6
Tidak sedikit orang yang menderita gangguan jiwa akibat gangguan organik pada otak
(akibat ruda paksa, keradangan, gangguan pembuluh darah, neoplasma keracunan, dan
sebagainya). Banyak pula yang menderita gangguan nerosa dan psikosomatik. Selanjutnya
lihatlah tabel.
Tabel : Taksiran Kasar Jumlah Penderita Beberapa Jenis Gangguan Jiwa yang Ada
Dalam 1 Tahun di Indonesia
Psikosa Fungsional 520.000 ( 4 o/oo )
Sindroma otak organik akut 62.000 ( 0,3 o/oo )
Sindroma otak organik menahun 130.000 ( 1 o/oo )
Retardasi Mental 2.600.000 ( 2 o/o )
Nerosa 6.500.000 ( 5 o/o )
Gangguan Kepribadian 1.300.000 ( 1 o/o )
Ketergantungan obat 1.000
17.616.000 ( 13,5 % )
D. Sumber Penyebab Gangguan Jiwa
Biarpun gejala utama atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi
penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun
psike (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab
sekaligus dari beberapa unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan,
lalu timbullah gangguan badan ataupun jiwa.
Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan
badaniahnya berkurang sehingga mengalami keradangan tenggorokan, atau seorang dengan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 7
mungkin mendapat kecelakaan. Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya
keradangan yang melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia
mungkin mengalami depresi. Sudah lama diketahui juga bahwa penyakit pada otak sering
mengakibatkan gangguan jiwa.
Contoh lain ialah seorang anak yang mengalami gangguan otak ( karena kelahiran,
keradangan, dan sebagainya ) kemudian menjadi hiperkinetik dan susah diatur. Ia
mempengaruhi lingkungannya , terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka ini
bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi.
Tabel : Sumber Penyebab Gangguan Jiwa
Penyesuaian somato – psiko – sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu
yang terus-menerus saling mempengaruhi, yaitu :
a. Faktor – faktor somatik ( somatogenik ) :
i. Neroanatomi
ii. Nerofisiologi
iii. Nerokimia
iv. Tingkat kematangan dan perkembangan organic
v. Faktor – fakrtor pre – dan peri – natal
b. Faktor – faktor psikologik ( psikogenik ) :
i. Interaksi ibu – anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal
berdasarkan kekurangan, distrsi atau keadaan yang terputus ( perasaan tak
percaya dan kebimbangan ).
ii. Peranan ayah
iii. Persaingan antar saudara kandung
iv. Inteligensi
v. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 8
vi. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa
salah.
vii. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak
menentu.
viii. Ketrampilan, bakat dan kreativitas.
ix. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya.
x. Tingkat perkembangan emosi.
c. Faktor – faktor sosio – budaya ( sosiogenik ) :
i. Kestabilan anak
ii. Pola mengasuh anak
iii. Tingkat ekonomi
iv. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
v. Masalah kelompok ‗ minoritas ‗ yang meliputi prasangka dan fasilitas
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai.
vi. Pengaruh rasial dan keagamaan
vii. Nilai – nilai
Karena itu terdapat kecenderungan membuat diagnosa multidimensional yang menyebut
hal-hal dari unsur itu. Kita akan membicarakan secara umum perkembangan badaniah yang
salah, perkembangan psikologik yang salah dan faktor sosiologik dalam perkembangan yang
salah, tetapi janganlah lupa bahwa manusia beraksi dan bereaksi sevara bolistik.
1. Perkembangan Badaniah Yang Salah
Perkembangan badaniah mempunyai suatu urut-urutan tertentu, suatu halangan dalam hal
ini dapat mengakibatkan gangguan perkembangan. Perilaku kita berdasarkan juga pada kwalitas
dan keutuhan fungsi saraf dan perlengkapan badaniah lain. Setiap faktor yang mengganggu
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 9
perkembangan badaniah yang normal dapat dianggap sebagai suatu faktor yang dapat menjadi
penyebab perilaku yang abnormal.
Faktor-faktor ini mungkin dari keturunan ataupun dari lingkungan.
a. Faktor keturunan
Pada mongoloisme atau sindroma Down ( suatu macam literdasi mental dengan
mata sipit, muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek dan lain-lain ) terdapat trisomi (
yaitu 3 buah, bukan 2 ) pada pasangan kromosoma.
Sindroma Turner ( dengan ciri-ciri khas : tubuh pendek, leher melebar,
invantilisme sexual ) ternyata berhubungan dengan jumlah kromosoma sex yang
abnormal. Gangguan yang berhubungan dengan kromosoma sex dikatakan ―terikat
pada sex‖ (―sex – linked‖), artinya bahwa defek genetik itu hanya terdapat pada
kromosoma sex. Kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap gangguan yang
terikat pada sex, karena mereka mempunyai 2 kromosoma X : bila satu tidak baik,
maka yang lain biasanya akan melakukan pekerjaannya. Akan tetapi seorang pria
hanya mempunyai 1 kromosoma X dan 1 kromosoma Y, dan bila salah satu tidak baik,
maka terganggulah ia. Masih dipermasalahkan, betulkah pria dengan XYY lebih
cenderung melakukan perbuatan kriminal yang kejam ?.
Fenilketonuria yang terdapat pada anak-anak dengan kekurangan enzim untuk
menghancurkan fenilalanin suatu asam amino dalam makanan yang mengandung
protein. Bila tidak diketahui sehingga tidak diberi diet, maka terkumpullah fenilalanin di
dalam darah dan merusak otak.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 10
Tabel : Penelitian Saudara Kembar dan Saudara Kandung yang Salah Satunya
Menderita Skezofrenia.
Hubungan dengan pasien skezofrenia % yang menderita skezofrenia
Kembar monozigot ( satu telur ) 86,2 %
Kembar heterozigot ( dua telur ) 14,5 %
Saudara kandung 14,2 %
Saudara tiri 7,1 %
Masyarakat umum` 0,85 %
( Coleman, J. C : Abnormal Psycholgy and Modern Life. Taraporevala Sons & Co;
Bombay, 1970, Halaman 121 ).
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak skizofrenia pada
semua tingkat persaudaraann daripada di dalam masyarakat umum dengan angka
yang paling tinggi pada saudara kembar monozigot. Mengapa pada kembar monozigot
tidak 100 % ? Kiranya kembali lagi faktor lingkungan yang berpengaruh.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 11
b. Faktor Konstitusi
Konstitusi pada umumnya menunjukkan kepada keadaan biologis seluruhnya,
termasuk bagi yang diturunkan maupun yang didapat kemudian; umpamanya bentuk badan
(perawakan), sex, temperamen, fungsi endokrin, dan urat saraf serta jenis darah.
Jelas bahwa hal-hal ini mempengaruhi perilaku individu secara baik ataupun tidak baik,
umpamanya bentuk badan yang atletik atau yang kurus, tinggi badan yang terlalu tinggi
ataupun terlalu pendek, paras muka yang cantik atau jelek, sex wanita atau pria, fungsi
hormonal yang seimbang atau yang berlebihan salah satu hormon, urat saraf yang cepat
reaksinya atau yang lambat sekali, dan seterusnya. Semua ini turut mempengaruhi hidup
seseorang.
Tabel : Faktor Konstitusi dan Perilaku Abnormal.
Faktor Konstitusi Hubungan dengan perkembangan abnormal
Bentuk badan Tidak jelas peranannya, tetapi diaptoporsi badaniah,
kelemahan dan penampakan yang jelek umpamanya lebih
sering berhubungan dengan gangguan jiwa daripada
bentuk badan yang baik dan menarik.
Energi dan Kegiatan Rupanya berhubungan dengan apakah individu
mengembangkan reaksi yang agresif atau lebih menuju ke
dalam terhadap stress, jadi lebih berhubungan dengan jenis
gangguan jiwa yang timbul bila individu ini terganggu
jiwanya.
Reaktivitas Susunan Reaktivitas emosional yang tinggi mungkin sekali berhu-
Saraf Vegetatif bungaan dengan stress ringan dan pembentukan rasa takut
yang tak perlu, rektivitas emosional yang kurang dapat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 12
mengakibatkan sosialisasi yang tidak sesuai karena reaksi
yang terlalu sedikit.
Daya Tahan Badaniah Membantu menentukan toleransi stress biologik dan
psikologik dan sistem organ apakah yang paling mudah
terganggu sistem badaniahnya karena fungsi taknya.
Sensitivitas (kepekaan) Menentukan sebagian dari jenis stress yang terhadapnya
anak itu paling peka dan menetukan bersarnya stress yang
dapat ditahan tanpa gangguan jiwa; mempengaruhi cara
anak menanggapi dunia.
Kecerdasan dan Bakat Mempengaruhi kesempatan anak untuk berhasil dalam
pertandingan atau persaingan sehingga mempengaruhi
juga kepercayaan pada diri sendiri berdasarkan
keberhasilan.
_________________________________________________________________________
( Coleman, J. C : Abnormal Psycholgy and Modern Life. Taraporevala Sons & Co; Bombay,
1970, Halaman 126 ).
Susunan saraf vegetatif juga tidak sedikit menentukan perilaku manusia banyak
keluhan penderita datang dari pihak ini, umpamanya susunan sarat vegetatif yang labil.
Biarpun konstitusi itu lebih banyak ditentukan oleh faktor keturunan, tetapi dapat juga
diubah oleh faktor kelahiran, umpamanya toxin, virus, kesukaran kelahiran, emosi ibu yang
sangat labil, radiasi sinar X, dan sebagainya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 13
c. Cacat Kongenital
Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak,
terlebih yang berat, seperti retardasi mental yang berat. Akan tetapi pada umumnya
pengaruh cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada individu itu,
bagaimana ia menilai dan menyesuaikan diet terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau
berubah itu.
Orang tua dapat mempersukar penyesuaian ini dengan perlindungan yang berlebihan
(proteksi berlebihan), penolakan atau tuntutan yang sudah di luar kemampuan anak.
Singkatnya: kromosoma dan ―genes‖ yang defek serta banyak faktor lingkungan
sebelum, sewaktu, dan sesudah lahir dapat mengakibatkan gangguan badaniah. Cacat
badaniah biasanya dapat dilihat dengan jelas, setiap gangguan sisitim biokimiawi lebih
halus dan sukar ditentukan. Gangguan badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau
psikologik secara langsung atau dapat mempengaruhi daya tahan terhadap stress.
2. Perkembangan Psikologi Yang Salah
Dalam masa kanak-kanak diletakkan dasar bagi masa dewasa, bagaimanakah lingkungan
dan diri sendiri dinilai, kebiasaan berfikir dan pola reaksi. Biarpun demikian, kita dapat saja
berubah bila kita menjadi dewasa, kita dapat mengadakan perubahan-perubahan besar dalam
pola berpikir dan bertindak kita. Kita tidak terpaku atau terbatas pada pola yang dibentuk dalam
masa kanak-kanak saja.
Pada umumnya perkembangan psikologik yang salah mencakup :
a. Ketidak matangan atau fixasi, yaitu individu gagal berkembangg lebih lanjut ke fase
berikutnya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 14
b. ―tempat-tempat lemah‖ yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatic sebagai
kepekaan terhadap jenis stress tertentu, atau
c. Distorsi, yaitu apabila individu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak sesuai
atau gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal.
3. Perkembangan Sosiologik Yang Salah
Dalam kehidupan modern terdapat tidak sedikit bahaya terhadap pengarahan diri yang baik.
Sukar untuk memperoleh dan mempertahankan identitas diri yang stabil di tengah-tengah
perubahan-perubahan yang complex dan cepat. Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling
berbahaya di zaman modern, di Negara-negara dengan ―super-industrialisasi‖, ialah kecepatan
perubahan dan pergantian yang makin cepat dalam hal ―ke- sementara-an‖ (―transcience‖), ―ke-
baru-an‖ (―novelty‖) dan ―keanekaragaman‖ (―difversity‖). Dengan demikian individu menerima
rangsangan yang beerlebihan sehingga kemungkinan terjadinya kekacauan mental lebih besar,
karena hal ini besar kemungkinannya dalam masa depan, maka dinamakannya ― shock masa
depan‖ ( ―future shock‖).
Telah diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengah-tengah kebudayaan
asing, dapat mengalami gangguan jiwa karena pengaruh kebudayaan ini yang serba baru dan
asing baginya. Hal ini dinamakan ―shock kebudayaan‖ (―culture shock‖).
Dari berbagai peneltiian terdapat perbedaan antara gejala-gejala gangguan jiwa disebabkan
oleh perbedaan kebudayaan dan lingkungan social. Biarpun faktor patogenetik (yang
menyebabkan) mungkin sama, akan tetapi faktor patoplasmik ( yang membentuk, memberi rupa
/ memberi warna) berbeda-beda.
Di dalam satuu Negara pun terdapat perbedaan secara arah perkembangan gangguan di
daerah perkotaan dan pedesaan, serta di berbagai lapisan social – ekonomi. Seperti seorang
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 15
individu, suatu masyarakat secara keseluruhan dapat juga berkembang ke arah yang tidak baik.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik (umpamanya daerah yang dahulu subur berubah
menjadi tandus ) ataupun oleh keadaan social masyarakat itu sendiri ( umpamanya Negara
dengan pimpinan dictatorial, diskriminasi rasial/ religious yang hebat, ketidak-adilan social, dan
sebagainya ). Hal-hal ini merendahkan daya tahan frustrasi seluruh masyarakat, (kelompok dan
menciptakan suasana social yang tidak baik sehingga para anggotanya secara perorangan dapat
menjurus ke gangguan mental. Faktor-faktor sosiokultural membentuk, baik macam sikap
individu dan jenis rasio yang dikembangkannya, maupun jenis strees yang dihadapinya.
E. Gejala-gejala Schizofrenia meliputi ( dengan derajat yang berbeda, tergantung
subtipenya ) :
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Pembicaraan yang terdisorganisasi
4. Perilaku katatonik atau sangat terdisorganisasi
5. Gejala-gejala negatif seperti pendataran afeksi, alogia, atau avolisi
6. Disfungsi sosial dan okupasioanal
7. Tidak memedulikan perawatan-diri
8. Persisten selama paling tidak 6 bulan.
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang macam skizofrenia, terlebih dahulu kita
membahas tentang gejala-gejala skizofrenia.
 Gejala Positif
1. Delusi.
Keyakinan yang oleh kebanyakan anggota masyarakat dianggap sebagai misinterpretasi
terhadap realitas disebut disorder of thought content (gangguan isi pikiran), atau delusi . Karena
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 16
pentingnya delusi dalam skizofrenia, delusi pernah disebut sebagai “ the basic characteristic of
madness” (ciri dasar kegilaan) (Jaspers, 1963). Bila, misalnya, anda percaya bahwa tupai adalah
alien yang dikirim ke bumi untuk misi mata-mata , maka Anda akan dianggap delusional. Media
sering menggambarkan penderita skizofrenia sebagai orang- orang yang percaya bahwa dirinya
adalah orang yang terkenal atau penting ( misal bahwa dirinya adalah Napoleon atau Yesus
Kristus. Keyakinan Artur bahwa dirinya dapat mengakhiri kelaparan semua anak di muka bumi
juga dianggap sebagai delusion of grandeur (delusi atau waham kebesaran).
Delusi yang sering dijumpai pada penderita skizofrenia adalah bahwa orang lain bermaksud
buruk terhadapnya. Penyebutan delusion of persecution (delusi/waham persekusi), keyakinan ini
bisa sangat mengganggu. Salah seorang diantara kita mungkin ada yang berlatih bersama
pembalap sepeda kelas dunia yang akan menjadi anggota tim Olimpiade. Tetapi, tragisnya, ia
mengembangkan keyakinan bahwa para pesaingnya bertekad menyabut usahanya, yang
memaksanya berhenti bersepeda selama bertahun-tahun. Ia percaya bahwa lawan-lawannya
akan menyemprot sepedanya dengan bahan kimia yang mampu menyerap kekuatannya. Mereka
juga berusaha memperlambat laju sepedanya dengan meletakkan kerikil-kerikil tajam di jalan,
yang hanya akan terlindas olehnya dan tidak akan terlindas pembalap-pembalap lain. Pikiran-
pikiran seperti ini menciptakan banyak kecemasan dan ia tidak mau bahkan hanya untuk sekedar
mendekati sepedahnya selama jangka waktu yang cukup lama.
Delusi-delusi lain yang lebih jarang , termasuk Capgras Syndrome ( Sindroma Capgras)
penderita percaya bahwa seseorang yang mereka kenal telah digantikan oleh ― kopi‖ /
salinannya, dan Cotard‘s syndrome (Sindrom Cotard)—orang itu percaya bahwa bagian tertentu
tubuhnya (misalnya otak) telah mengalami perubahan dengan cara yang musykil (Black and
Andreasen, 1999).
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 17
― Saya ingin mendiskribsikan beberapa delusi yang saya alami di masa lalu untuk
membantu orang-orang lain memahami betapa menakutkan dan betapa terasa nyatanya
pikiran-pikiran itu… Tanda yang diberikan oleh (Presiden) Clinton berasal dari ketidapastian
saya, apakah saya akan memberikan suara saya dalam pemilu gubernur. Saya
terombangambing antara Clinton dan Perot. Pada hari pemugutan suara, saya pergi ke
tempat pemberian suara . saya tidak memberikan suara melalui mesin tetapi menggunakan
kartu suara . Setelah menerima intruksi tentang cara mengisi kartu suara ,saya merasa
mendengar petugas pendaftaran memerintahkan untk memberikan paraf di sudut kanan
bawah. Saya heran, mengapa harus memberikan paraf pada kartu suara . Padahal kartu
suara mestinya bersifat rahasia, bukan? Saya tiba-tiba merasa curiga bahwa suara saya,
dan hanya suara saya , akan menentukan takdir kepresidenan untuk tahun pemilu 1992…
Saya piker Clinton adalah bos yang memiliki kekuasaan untuk mengontrol segalanya,
termasuk ―kerajaan jahat‖-nya. Jadi ketika menonton TV , saya melihat apa yang saya
persepsi sebagai pandangan sekilas Clinton , yang mungkin sedikit jahat, dan acungan
empolnya ( yang menurut perasaan saya mengarah langsung kepada saya) karena saya
telah memberikan suara dengan cara seperti itu. Anda lihat, saya mengalami delusi lain;
ketik menonton TV ,subjek yang ada di televise dapat memandang tajam ,langsung ke arah
Anda … dalam pikiran saya yang mengalami delusi, acugan jempul itu dialamatkan secra
pribadi kepada saya karena telah memberikan suara dengan cara seperti itu.
Salah satu kemungkinan bahwa delusi mungkin merupakan maksud yang disengaja oleh
penderita skizofrenia untuk mengatasi keresahan akibat terjadinya perubahan yang berlangsung
dalam diri mereka. Sebagai conto, G.A. Roberts (1991) meneliti 17 orang yang telah
mengelaborasikan sebagai delusi tentang dirinya sendiri dan dunianya dan membandingkan
mereka dengan sekelompok orang yang sebanding, yang sebelumnya pernah mengalami delusi
tetapi sekarang sudah mengalami kemajuan. Individu-individu yang mengalami delusi ini
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 18
mengekspresikan pemahaman yang lebih kuat mengenai maksud dan makna kehidupan dan
kurang mengalami depresi , yang semuanya tampak berhubungan dengan system keyakinan
delusionalnya.
2. Halusinasi
Halusinasi, pengalaman sensorik yang palsu namun terasa sangat nyata. Sejauh ini,
halusinasi yang umum terjadi pada para penderita skizofrenia adalah mendengar suara –suara;
hal ini dapat dikatakan sebagai tanda dari penyakit ini. Beberapa penderita skizofrenia menjadi
sangat tersiksa oleh suara-suara tersebut, sehingga mereka memutuskan untuk melakukan
usaha bunuh diri demi menghindari suara-suara yang memaki-maki dirinya, memaksa dirinya
untuk mencuri sel-sel otak orang lain, atau memerintah dirinya untuk melakukan usaha bunuh
diri. Suatu saat, ia mengangkat telepon, dan mendengar suara-suara tersebut meneriakkan
‖Kamu bersalah!‖ secara berulang-ulang. Ia mengatakan pada wartawan bahwa teriakan mereka
―sekeras teriakan orang yang menggunakan alat pengeras suara. Keadaan tersebut sangat
kacau, saya merasa sangat takut, mereka selalu ada di sekeliling saya‖. (Goode.2003).
 Gejala Negatif
1. Pembicaraan yang Tidak Terorganisir
Pembicaraan yang tidak terorganisir dan tidak koheren, yang terdiri dari kumpulan ide dan
simbol yang tidak masuk akal, yang dihubungkan dengan kata-kata lima yang tidak bermakna,
atau dengan asosiasi yang tidak berkaitan yang disebut sebagai word salads.
Seorang pasien skizofrenia menuliskan, ―Minyak olive adalah saus-minuman keras yang
berasal dari arab, yang digunakan masyarakat Afganistan, Moors, dan muslim pada peternakan
burung unta. Pohon pisang Indian adalah whiskey dibangsa Persia dan Arab. Gandum, nasi, dan
tebu disebut sebagai tumbuhan untuk sayur, dan tumbuh dengan baik di India. Para Brahmin
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 19
hidup sebagai kasta di Baluchistan. Bangsa Circosia menduduki Manchoria dan Cina. Cina
adalah Eldorado dari para Pawness ―. (Bleuder, 1911/1950).
2. Perilaku yang Tidak Terorganisasi dan Tidak Sesuai
Perilaku yang tidak terorganisasi dan tidak sesuai, yang memiliki rentang mulai dari
kebodohan kanak-kanak, hingga agitasi yang kasar dan tidak dapat diprediksi. Seorang
penderita dapat memakai 3 mantel dan sarung tangan di hari yang panas. Mulai mengumpulkan
sampah, atau menyimpan sisa-sisa makanan.
3. Penyakit Pada Kemampuan Kognitif
Mereka yang menderita skizofrenia memiliki kemampuan yang jauh lebih rendah
dibandingkan mereka yang sehat pada berbagai domain kognitif, terutama pembelajaran verbal
dan pemanggilan kembali kata-kata dan cerita, bahasa, persepsi, memori kerja, seleksi atensi
dan pemecahan, masalah (Barch, 2003).
Pembicaraan mereka seringkali memiliki kwalitas yang miskin; mereka hanya memberikan
jawaban yang singkat dan kosong dalam suatu percakapan, yang disebabkan oleh kekurangan
pemikiran, dan bukan karena keengganan untuk berbicara. Banyak dari gangguan kognitif
tersebut muncul pada anak-anak yang rentan jauh sebelum terjadi gangguan skezofrenia yang
sebenarnya dan akan berakhir setelah gejala-gejala psikotik pada pasien menghilang sebagai
akibat dari proses pengobatan ( Heinrichs, 2005).
4. Pendataran Afek
Mereka seperti orang yang mengenakan topeng karena tidak memperlihatkan emosi pada
saat mereka mestinya memperlihatkannya. Mereka mungkin akan menatap dengan pandangan
kosong ke arah Anda, berbicara dengan datar dan tanpa nada, dan tampak tidak terpengaruh
oleg segala hal yang terjadi di sekitarnya. Tetapi, meskipun tidak bereaksi seara terbuka
terhadap berbagai situasi emosional, mereka mungkin memberikan respon secara batiniah.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 20
5. Avolisi
Dengan mengombinasikan awalan a yang berarti ‖tanpa‖ dan volition yang berarti ―Tindakan
yang menunjukkan kemauan,memilih, atau memutuskan‖, kata avolition (avolisi) berarti ketidak
mampuan untuk memulai atau mempertahankan berbagai macam kegiatan. Penderita gejala ini
(yang juga sering disebut apathy) menunjukkan minat yang rendah untuk melakukan sesuatu,
bahkan fungsi-fungsi dasar sehari-hari, termasuk kesehatan pribadi.
6. Alogia
Dari kombinasi antara a (tanpa ) dan logos (kata), alogia mengacu pada relatif ketiadaan
pembicaraan. Orang dengan alogia mungkin merespn pertanyyan dengan jawaban-jawaban
pendek yang isinya terbatas dan mungkin tampak tidak tertarik untuk bercakap-cakap. Sebagai
contoh, untuk pertanyan, ―apakah andamemiliki anak?‖, kebanyakan orang tua akan menjawab,
―o,ya. Saya memiliki dua anak, laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki saya berumur 6 tahun dan
anak perempuan saya 12 tahun. ― dalam percakapan dibawah ini, seseorang dengan alogia akan
menjawab pertanyaan yang sama dengan cara seperti ini :
Pewawancara : Apakah anda memiliki anak?
Klien : Iya.
Pewawancara : Berapa jumlah anak anda?
Klien : Dua.
Pewawancara : Berapa umurnya?
Klien : Enam dan Duabelas.
Defisiensi dalam komunikasi semacam itu diyakini mencerminkan adanya gangguan pikiran
negatif dan bukan keterampilan komunikasi yang tidak adekuat. Sebagin peneliti, misalnya,
menyatakan bahwa penderita alogia mungkin mengalami kesulitan untuk menemukan kata-kata
yang tepat untuk memformulasikan pikirannya (Alpert, Clark, dan Pouget,1994). Kadang-kadang
alogia berbentuk komentar yang terlambat atau respon yang lambat terhadap pertanyaan yang
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 21
diajukan. Berbicara dengan orang-orang yang memanifestasikan gejala ini bisa sangat membuat
frustasi, membuat anda smerasa seolah-olah harus ― menarik gigi ‖ untuk membuat mereka mau
merespon.
F. Subtipe Schizofrenia
Tiga pembagian masih digunakan sampai sekarang: paranoid (waham kebesaran atau
persekusi, disorganized (atau hebephrenic; emosionalitas yang tidak matang), dan catatonic
(imobilitas dan agitasi yang gaduh). Penelitian mendukung pembagian skizofrenia menjadi
kategori-kategori ini, karena perbedaan diantara mereka memang dapat diidentifikasi (Ho, dan
kawan-kawan, 2003).
1. Tipe Paranoid
Para penderita skizoprenia tipe paranoid secara mencolok tampak berbeda karena delusi
dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada
umumnya tidak mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar. Mereka biasanya
memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan penderita tipe skizofrenia lainnya. Delusi dan
halusinasinya biasanya memiliki tema tertetu, seperti grandeur atau persekusi. Criteria DSM-IV-
TR untuk memasukkan seseorang kedalam subtype ini menyebutkan tentang preokupasi dengan
satu macam waham atau lebih, atau halusinasi pendengaran yang sering tetapi tanpa disertai
adanya disorganisasi dalam pembicaraan, atau disorganisasi perilaku atau perilaku katatonik,
atau afek datar, atau tidak pas, yang mencolok (American Psychiateric Association, 2000a).
2. Tipe Terdisorganisasi
Kontras dengan tipe skizofrenia paranoid, para penderita skizofrenia tipe terdisorganisasi
memperlihatkan disrubsi yang tampak nyata dalam pembicaraan dan perilakunya. Mereka juga
memperlihatkan afek datar atau tidak pas, seperti tertawa dungu pada saat yang tidak tepat
(American Psychiateric Association, 2000a). mereka biasanya juga tampak self-absorbed
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 22
(Terserab) dan dapat menghabiskan banyak waktu untuk memandangi dirinya dicermin (Ho, dan
kawan-kawan,2003).
Bila ada delusi atau halusinasi, mereka cenderung tidak diorganisasikan diseputar tema
sentral tertentu, seperti pada tipe paranoid, tetapi lebih terfrakmetasi. Tipe ini sebelumnya
disebut tipe hebefrenik. Individu-individu dengan diagnosis ini menunjukkan tanda-tanda
kesulitan sejak usia dini, dan masalah mereka sering kali bersifat kronis, jarang menunjukkan
remisi ( perbaikan gejala) yang menjadi cirri bentuk-bentuk lain gangguan ini (Hardy-
Bayle.Sarfati, dan Passerieu,2003).
3. Tipe Katatonik
Selain respon motorik yang tidak lazim dalam bentuk diam pada posisi yang tetap ( waxy
Flexybility), terlibat kegiatan yang eksesif, dan bersifat membangkang dengan bersikeras
menolak usaha orang lain untuk menggerakkan/mengubah posisinya, individu-individu dengan
skizofrenia tipe katatonik kadang-kadang memperlihatkan tingkah ganjil dengan tubuh dan
wajahnya, termasuk grimacing (menyeringai) (American Psychiateric Association, 2000a).
Mereka sering mengulang atau meniru kata-kata orang lain (echolalia) atau gerakan orang lain
(echopraxia). Klaster perilaku ini relative jarang, dan ada beberapa berdebatan tentang apakah
subtipe ini tetap diklasifikasikan sebagai subtipe skizofrenia yang terpisah (Mc Glashan dan
Fenton,1991). Jarangnya kasus ini sebagian mungkin merupakan hasil kesuksesan obat-obat
neuroleptik.
4. Tipe Tak Terbedakan
Orang-orang yang tidak pas benar dengan subtipe-subtipe diatas diklasifikasikan
mengalami skizofrenia tipe tak terbedakan. Mereka meliputi orang-orang yang memiliki gejala-
gejala utama skizofrenia tetapi tidak memenuhi kriteria tipe paranoid, terdisorganisasi/hebefrenik
atau katatonik.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 23
5. Tipe Residual
Orang-orang yang hanya pernah mengalami setidaknya satu episode skizofrenia tetapi tidak
lagi memanifestasikan gejal-gejala utamanya didiagnosa sebagai skizofrenia tipe residual.
Meskipun mereka mungkin tidak menderita delusi atau halusinasi yang aneh, mereka mungkin
memperlihatkan gejala-gejala residual ―sisa‖, seperti keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin
masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu
dapat meliputi menarik diri secara sosila, pikiran-pikiran ganjil, inaptivitas, dan efek datar.
Penelitian menunjukkan bahwa subtipe paranoid mungkin memiliki kaitan kekeluargaan
yang lebih kuat dibandingkan subtipe-subtipe lainnya. Disamping itu, orang-orang ini mungkin
berfungsi secara lebih baik sebelum maupun sesudah episode skizofrenia disbanding orang-
orang yang didiagnosa dengan subtipe-subtipe lainnya (Ho, dan kawan-kawan, 2003). Penelitisn
lebih lanjut akan menentukan apakah membagi skizofrenia menjadi lima subtipe membantu kita
dalam memahami dan menangani para penderitanya. Beberapa gangguan lain juga ditandai oleh
perilaku-perilaku psikotik, seperti halusinasi dan delusi tidak manifest dengan cara yang sama
dengan skizofrenia.
6. Gangguan-gangguan Psikotik Lainnya
Perilaku-perilaku psikotik sebagai individu tidak pas benar bial ditempatkan dibawah judul
skizofrenia seperti yang baru saja didiskribsikan. Beberapa kategori gangguan lain
menggambarkan variasi-variasi signifikan tersebut.
G. Prevalensi dan Penyebab Schizofrenia
Mempelajari skizofrenia berarti mengungkapkan banyak tingkat yang harus kita uraikan
tentang apa yang membuat kita berperilaku dengan cara tertentu. Untuk mengungkap
penyebab gangguan ini, para peneliti mengungkap beberapa bidang :
o gen-gen yang mungkin terlibat pada skizofrenia,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 24
o cara kerja kimiawi obat-obatan yang mungkin dapat membantu banyak orang yang
mengalami gangguan ini, dan
o abnormalitas cara kerja penderita skizofrenia (Sawa dan Synder, 2002). Menelaah
beberapa teknik mutakhir untuk mengetahui beberapa pengaruh biologis maupun
psikososial sebuah proses yang mungkin kadang-kadang berjalan sangat lambattetapi
akan membawa wawasan (insight) baru bagi pemahaman tentang psikopatologi
gangguan ini.
 Statistik
Skizofrenia kadang-kadang bertentangan dengan kesederhanaan yang kita inginkan. Kita
tahu betapa berartinya gejala yang mungkin diperlihatkan oleh individu-individu yang semuanya
dapat dianggap mengalami gangguan ini. Pada sebagian orang, gejala-gejala ini berkembang
dengan lamban. Pada sebagian lainnya, gejala-gejala itu dapat muncul secara tiba-tiba.
Skizofrenia pada umumnya bersifat kronis. Kebanyakan orang dengan gangguan ini mengalami
kesulitan untuk berfungsi di masyarakat. Kesulitan ini terutama berlaku begi kemampuan mereka
untuk berhubungan dengan orang lain. Mereka cenderung tidak membangun atau
mempertahankan hubungan yang signifikan, sehingga banyak penderita Skizofrenia yang tidak
pernah menikah atau mempunyai anak. Berbeda dengan delusi pada penderita gangguan-
gangguan psikoyik lain, delusi pada penderita skizofrenia cenderung berada di luar semesta
kemungkinan. Terakhir, meskipun individu dengan skizofrenia membaik setelah penanganan,
mereka cenderung tetap akan mengalami berbagai kesulitan sepanjang hidupnya.
Di seluruh dunia, prevalensi seumur hidup skizofrenia kira-kira sama antara laki-laki dan
perempuan. Prevalensinya diantara populasi secara umum diperkirakan sekitar 0,2% sampai
1,5%. Secara rata-rata, harapan hidup mereka sedikit lebih rendah, sebagian karena lebih
tingginya angka bunuh diri dan kecelakaan di kalanan penderita skizofrenia (Ho, dan kawan-
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 25
kawan, 2003). Meskipun ada beberapa ketidaksepakatan tentang distribusi skizofrenia diantara
laki-laki dan perempuan, perbedaan diantara kedua jenis kelamin dalam hal umur onset-nya
jelas. Bagi laki-laki, kemungkinan onset-nya menghilang sejalan dengan pertambahan umur,
tetapi masih tetap dapat muncul setelah umur 75 tahun. Onset untuk perempuan lebih rendah
dibanding laki-laki, yaitu sampai umur 36 tahun, yang perbandingan onset-nya menjadi terbalik,
sehingga lebih banyak perempuan yang mengalami skizofrenia pada usia lanjut bila
dibandingkan dengan laki-laki (Howard, Castle, Wessely, dan Murray, 1993). Perempuan
tampaknya menunjukkan hasil yang lebih menggembirakan dibandingkan dengan laki-laki (Ho,
dan kawan-kawan, 2003).
Para pekerja kesehatan mental biasanya menggunkan sebuah sistem klasifikasi yang
diintroduksikan pada pertengahan tahun 1970-an oleh Strauss, Carpenter, dan Bartko (1974).
Sistem klasifikasi ini menekankan pada gejala-gejala positif, negatif, dan disorganisasi. Timothy
Crow mengolaborasi pendekatan ini dan menyatakan bahwa skizofrenia dapat
didikotomisasikan menjadi dua tipe (Crow 1980, 1985), berdasarkan berbagai karakteristik,
termasuk gejalanya, responnya terhadap pengobatan, hasilnya, dan ada atau tidak adanya
hendaya intelektual. Tipe I berhubungan dengan gejala-gejala seperti halusinasi, delusi,
respon yang baik terhadap pengobatan, prognosis yang optimistik, ketiadaan hendaya
intelektual. Sebaliknya, tipe II meliputi penderita gejala-gejala negatif berupa afek datar dan
miskin bicara serta memperlihatkan respon yang aktif terhadap pengobatan, prognosisnya lebih
pesimis ada hendaya intelektual. Meskipun bukan tanpa (Andreasen dan Carpenter, 1993),
model Crow mempengaruhi pemikiran tentang sifat skizofrenia yang berlaku saat ini.
 Perkembangan
Semakin banyak terhadap perkembangan skizofrenia yang diberikan (Asarnow, 1994;
Walker, 1991) mungkin akan memperjelas penyebabnya. Penelitian menunjukkan bahwa anak-
anak yang menderita skizofrenia menunjukkan bahwa anak-anak yang kelak menderita
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 26
skizofrenia menunjukkan beberapa tanda abnormal sebelum mereka memperlihatkan gejala-
gejala skizofrenia yang khas (Fish, 1987). Reaksi emosional mereka mungkin abnormal, dengan
lebih sedikit afek positif dan lebih banyak afek negatif dibanding saudara-saudara kandungnya
yang tidak mengalaminya (Walker, dan kawan-kawan, 1993). Ingat, bahwa meskipun umur
onset-nya bervariasi, skizofrenia pada umumnya muncul pada masa dewasa awal. Bila faktor-
faktor penyebabnya sudah muncul pada usia dini, mengapa gangguan itu baru muncul pada usia
lanjut?
Mungkin kerusakan otak yang terjadi pada periode perkembangan awal menjadi penyebab
skizofrenia yang kelak akan dialami (McNeil, Cantor-Grae, dan Weinberger, 2001). Tetapi, alih-
alih mengakibatkan kemunduran progresif yang segera tampak, kerusakan itu mungkin tetap
―tertidur‖ (tidak aktif) sampai pada periode perkembangan lebih lanjut, ketika tanda-tanda
skizofrenia muncul pada pertama kalinya. Beberapa penelitian menemukan bahwa penderita
skizofrenia yang memperlihatkan tanda-tanda awal abnormalitas pada saat dilahirkan dan
selama masa kanak-kanak awal cenderung menunjukkan kondisi yang lebih baik dibanding yang
tidak (Torrey, Bowler, Taylor, dan Gottesman, 1994). Salah satu interpretasi teuan ini dalah
bahwa semakin dini kerusakan itu terjadi semakin banyak waktu yang diilii otak untuk
mengompensasinya, sehingga menghasilkan gejala-gejala yang lebih ringan pula.
Perspektif rentang hidup barang kali paling tidak dapat mengungkapkan sebagian dari
perkembangan skizofrenia (Belitsky dan McGlashan, 1993). Salah satu diantara beberapa studi
yang mengikuti para penderita skizofrenia sampai usia lanjut, para peneliti menelusuri kehidupan
52 orang selama kurun waktu 40 tahun (Winokur, Pfohl, dan Tsuang, 1987). Temuan umum
mereka adalah bahwa orang-orang dewasa yang lebih tua cenderung memperlihatkan lebih
sedikit gejala positif, seperti delusi dan halusinasi, dan lebih banyak gejala negatif, seperti
kesulitan berbicara dan kognitif.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 27
Kekambuhannya juga dapat dipertimbangkan dalam mendiskusikan tentang rangkaian
(course) dari skizofrenia. Sayangnya, bayak orang yang membaik setelah mengalami sebuah
episode skizofrenia kelak akan mengalami gejala-gejala itu lagi. Kebanyakan penderita
skizofrenia berfluktuasi antara hendaya tingkat berat dan tingkat sedang sepanjang hidupnya.
(Harrow, Sands, Silverstein, dan Goldbergm 1997).
 Faktor-faktor Kultural
Karena skizofrenia sangat komplek,diagnosisnya bisa controversial. Sebagian pihak
berpendapat bahwa ―skizofrenia‖ tidak benar-benar ada. Skizofrenia hanya label bernada
menghina bagi orang-orang yang berperilaku diluar norma cultural yang berlaku (misalnya,
Laing, 1967;Sarbin dan Marcuso,1980;szasz,1961). Mekipun ide bahwa skizofrenia hanya ada di
benak para profesional kesehatan mental ini sangat provokatif, tetapi pandangan ekstrim ini
bertentangan dengan pengalaman. Kami memiliki banyak kontak dengan orang-orang yang
mengalami gangguan ini maupun dengan keluarga dan teman-temannya. Begitu besarnya
kepedihan emosional yang diakibatkan oleh skizofrenia menjadi bukti mutlak eksistensiny. Di
samping itu, banyak orang di berbagai budaya yang sangat berbeda menunjukkan gejala-gejala
skizofrenia. Hal ini mendukung gagasan bahwa skizofrenia adalah kenyataan bagi banyak orang
di seluruh dunia (Ihara, Berrios, dan McKenna,2003;Patel dan Andrade,2003). Oleh sebab itu
skizofrenia bersifat universal, menimpah semua kelompok ras dan kultural yang telah diteliti
samapai sejauh ini.
Tetapi, jalur dan akibat skzofrenia bervariasi dari budaya ke budaya. Sebagai contoh, di
Kolombia, India, dan Nigeria, lebih banyak orang yang mengalami kemajuan signifikan atau
sembuh sama sekali disbanding di Negara-negara lain (leff, Sartorius, Jeblensky, Korten, dan
Ernberg,1992). Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh variasi kultural atau pengaruh biologis
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 28
yang meninjol seperti imunisasi. Tetapi kita belum dapat menjelaskan mengapa timbul akibat-
akibat yang berbeda.
Di Amerika Serikat, lebih banyak orang Afrika-Amerika yang menerima diagnosis skizofrenia
disbanding orang kulit putih ( Lindsey dan Paul, 1989). Penelitian di Inggris maupun Amerika
Serikat menunjukkan bahwa orang-orang dari kelompok-kelompok etnis minoritas yang dinilai
lebih rendah( Afro-Karibia di Inggris dan Afrika-Amerika di AS) mungkin merupakan korban bias
dan stereotip (Jones dan Gray, 1986;Lewis. Croft-Jeffreys, dan Anthony,1990). Dengan kata lain
mereka lebih bayak menerima diagnosis skizofrenia dibanding para anggota kelompok dominan.
Sebuah studi prospektif mengenai skizofrenia diantara berbagai kelompok etnis di London
menemukan bahwa meskipun akibat skizofrenia diantara kelompok-kelompok ini tampak mirip,
orang kulit hitam lebih banyak yang ditahan diluar kemauannya, dijebloskan ke ruamah sakit jiwa
oleh polisi dan diberi suntikan emergensi (Goater, dan kawan-kawan, 1999).
Oleh karena itu, angka-angka skizofrenia yang berbeda-beda itu bisa jadi disebabkan oleh
misdiagnosis , kekeliruan diagnosis, dan buakan benar-benar karena perbedaan kultural. Tetapi,
faktor lain yang memberikan kontribusi pada ketidakseimbangan ini ditemukan dalam kemajuan
pengetahuan di bidang genetika. Mungkin ada varian-varian genetic yang unik untuk kelompok
ras tertentu yang memberiakan kontribusi terhadap perkembangan skizofrenia ( Glatt , Tampilic,
Christie, DeYoung dan Freimer, 2004), sebuah faktor yang akan kami eksplorasi dibagian
berikutnya.
 Pengaruh Genetik
Kami dapat mengatakan bahwa tidak ada bidang psikologi abnormal lain yang sejelas
fenomenon skizofrenia dalam mengilustrasikan kompleksitas yang luar biasa dan misteri
pengaruh genetic terhadap perilaku ( Basset, Chow, Waterworth, dan Brzustowicz, 2001).
Terlepas dari kemungkian bahwa skizofrenia adalah beberapa gangguan yang berbeda, aman
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 29
bagi kita untuk membuat sebuah generalisasi : Gen-gen bertanggung jawab membuat sebagian
individu rentang terhadap skizofrenia.
Kita akan melihat berbagai temuan penetian dari keluarga, orang-orang kembar, orang-
orang yang diadobso, anak-anak dari orang-orang kembar, dan studi- studi tentang keterkaitan
dan asosiasi ( Faraone, Tsuang, dan Tsuang, 1999). Kami akan menyimpulkannya dengan
mendiskusiakan tentang berbagai alasan bahwa tidak ada satu gen tunggalpun yang
bertanggung jawab atas terjadinya skizofrenia. Sebaliknya, banyak gen saling berkombinasi
untuk menghasilkan kerentangan.
 Family Studies
Pada 1938, Franz Kallmann mempublikasikan sebuah studi besar tentang keluarga para
penderita skizofrenia ( Kallman, 1938). Kallman meneliti para anggota keluarga dari 1000 orang
yang didiagnosis dengan skizofrenia di rumah sakit jiwa Berlin. Beberapa temuannya masih tetap
dijadikan pedoaman bagi penelitian-penelitian tentang skizofrenia. Kallman menunjukkan bahwa
tingkat keparahan gangguan orang tua mempengaruhi kemungkinan anaknya untuk mengalamai
skizofrenia.
Semakin parah skizofrenia orang tuanya, semakin besar kemungkinan anak-anaknya untuk
mengembangkan gangguan yang sama. Temuan lain yang juga penting adalah bahwa semua
bentuk skizofrenia ditemukan dalam keluarga. Dengan kata lain, Anda tidak mewarisi
predisposisi untuk, misalnya, skizofrenia paranoid. Tetapi, Anda mungkin mewarisi predisposisi
umum untuk mengalami skizofrenia yang manifest dalam bentuk yang sama atau berbeda
dengan orang tua Anda.
Penelitian yang lebih mutakhir membenarkan observasi ini dan menunjukkan bahwa
keluarga-keluarga yang memiliki anggota dengan skizofrenia beresiko bukan untuk mengalami
skizofrenia saja atau untuk mengalami semua jenis gangguan psikologi lainnya; tetapi,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 30
tampaknya ada resiko familia bagi spektrum gangguan-gangguan psikotik yang terkait dengan
skizofrenia.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 31
= = = Pembahasan = = =
A. Schizofrenia Paranoid
 Gambar Penderita Schizofrenia Paranoid
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 32
 Contoh Kasus I Schizofrenia Paranoid
ARTHUR ( Menyelamatkan Anak-anak )
Kami bertemu Arthur, 22 tahun, untuk pertama kalinya di sebuah klinik untuk pasien
rawat-jalan di sebuah rumah sakit jiwa. Keluarga Arthur sangat prihatin dan gundah
menghadapi perilakunya yang tidak lazim dan berusaha keras untuk membantunya. Mereka
mengatakan bahwa putranya ―sakit‖ dan ―berbicara seperti orang gila‖, dan mereka takut bila
suatu saat Arthur akan mencelakai dirinya sendiri.
Arthur memiliki masa kanak-kanak yang normal di lingkungan suburban kelas-
menengah. Pernikahan orang tuanya cukup bahagia sampai ayahnya meninggal beberapa
tahun silam. Arthur tergolong siswa rata-rata di sekolah dan telah menyerlesaikan gelar
associate di sebuah perguruan tinggi. Keluarganya tampaknya mengira bahwa Arthur
menyesal karena tidak dapat mencapai gelar bachelor-nya. Arthur pernah bekerja di sejumlah
pekerjaan yang sifatnya temporer, dan menurut ibunya Arthur cukup puas dengan yang
dikerjakannya. Ia tinggal dan bekerja di sebuah kota besar yang berjarak 15 menit dari rumah
ibu dan saudara-saudara tirinya.
Keluarga Arthur mengatakan bahwa sekitar 3 minggu sebelum datang ke klinik
bicaranya mulai aneh. Ia telah berhenti bekerja sejak beberapa hari sebelumnya karena
kebijakan pengurangan produksi di tempat kerjanya. Ia juga telah berhenti berkomunikasi
dengan keluarganya selama beberapa hari. Ketika kemudian berbicara lagi dengannya,
perilakunya membuat keluarganya benar-benar terkejut. Meskipun sebelumnya ia memang
selalu bersikap idealistis dan sangat bersemangat untuk menolong orang-orang lain,
sekarang ia berbicara tentang keinginannya untuk menyelamatkan semua anak kelaparan di
seluruh dunia dengan ―rencana rahasianya‖. Pada mulanya keluarganya berasumsi hanya
gurauan yang sarkastik, tetapi tingkah lakunya kemudian berubah ke arah ekstrim. Ia mulai
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 33
membawa-bawa buku catatan yang dikatakannya berisi skema yang dirancangnya untuk
menolong anak yang kelaparan. Ia mengatakan bahwa skema itu hanya akan
diungkapkannya di waktu dan kepada orang yang tepat. Curiga bahwa Arthur mungkin telah
menggunakan obat-obatan, yang dapat menjelaskan perubahan perilakunya yang begitu tiba-
tiba dan dramatis, keluarganya mendatangi apartemennya. Meskipun tidak menemukan bukti
apa pun yang mengarah ke penggunaan obat, mereka menemukan checkbook – nya dan
melihat sejumlah entry yang aneh. Selama beberapa minggu setelah itu, tulisan tangan Arthur
semakin jelek dan ia mulai menulis catatan-catatan dan bukan informasi-informasi
pemeriksaan seperti lazimnya (misalnya, ―Sekarang sudah mulai‖; ―Ini penting‖; ―Mereka
harus diselamtakan‖). Ia juga membuat catatan di sebagian besar prized book-nya, sebuah
perkembangan yang menunjukkan penghormatan yang tidak wajar kepada buku-buku itu.
Dan hari ke hari Arthur semakin menunjukkan perubahan emosi, sering menangis dan
tampak merasa sangat khawatir. Ia tidak mau lagi mengenakan kaos kaki dan pakaian dalam
dan, meskipun cuaca saat itu sangat dingin, ia tidak mau mengenakan jaket ketika keluar
rumah. Dengan dipaksa keluarganya, ia pindah ke apartemen ibunya. Waktu tidurnya sangat
sebentar dan membuat keluarganya tidak bisa tidur hingga dini hari. Ibunya mengatakan
bahwa rasanya seperti hidup dalam mimpi buruk. Setiap pagi ia bangun dengan perasaan
yang tidak enak di perutnya. Rasanya ia tidak ingin bangkit dari tempat tidurnya karena
merasa sangat tidak berdaya untuk menyelamatkan Arthur dari distress beratnya.
Ketakutan keluarganya semakin besar ketika Arthur mengungkapkan lebih banyak detail
dari ―rencana rahasianya‖. Ia mengatakan bahwa akan pergi ke kedutaan Jerman karena
itulah satu-satunya tempat dimana orang mau mendengarkannya. Ia akan memanjat pagar
gedung kedutaan di malam hari saat semua orang sedang tidur dan mengemukakan
rencananya kepada Duta Besar Jerman. Takut bahwa Arthur akan terluka karena menerobos
masuk ke wilayah kedutaan besar itu, keluarganya lalu menghubungi rumah sakit jiwa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 34
setempat. Mereka mendeskripsikan kondisi Arthur dan menanyakan tentang kemungkinannya
untuk dirawat di sana. Mereka sangat terkejut dan kecewa saat diberi tahu bahwa mereka
tidak dapat menempatkan Arthur di rumah sakit jiwa di luar kemampuannya, kecuali bila
Arthur beresiko membahayakan dirinya sendiri atau orang lain. Takut bahwa Arthur akan
celaka bukan alasan yang cukup kuat untuk menempatkannya di rumah sakit jiwa di luar
kemampuannya.
Keluarganya akhirnya berbicara dengan Arthur dalam pertemuan dengan staf di klinik
untuk pasien rawat-jalan. Selama wawancara, jelas dia delusional, sangat percaya bahwa ia
mampu menolong semua anak kelaparan di seluruh dunia. Setelah dibujuk, akhirnya saya
dapat meyakinkannya untuk mau menunjukkan buku-bukunya. Ia telah menuliskan berbagai
pikiran acak (misalnya, ―Jiwa yang miskin dan kelaparan‖; ―Bulan adalah tempat satu-
satunya‖) dan membuat gambar-gambar pesawat roket. Bagian dari rencananya termasuk
membangun pesawat roket untuk pergi ke bulan, dimana disana ia akan membangun
masyarakat untuk semua anak kurang gizi, tempat dimana mereka dapat tinggal dan diberi
bantuan. Setelah memberikan beberapa komentar pendek mengenai rencanaya, saya mulai
menanyakan tentang kesehatannya.
―Anda tampak letih. Apakah tidur anda tidak cukup?‖
―Tidur itu sebenarnya tidak perlu,‖ katanya.
―Rencana saya membutuhkan banyak waktu. Kalau semuanya sudah selesai saya bisa
beristirahat sepuas-puasnya.‖
―Keluarga anda mengkhawatirkan diri Anda.‖ kata saya. ―Apakah anda dapat memahami
keprihatinan mereka?‖
―Penting bagi semua orang yang peduli untuk bersatu, bergabung bersama,‖ jawabnya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 35
Sambil berkata begitu ia bangkit dan berjalan meninggalkan ruang praktik, meninggalkan
klinik, setelah mengatakan kepada keluarganya bahwa ia akan segera kembali. Setelah 5
menit berlalu dan ia belum juga kembali, keluarganya mencarinya tetapi ia telah menghilang.
Ia menghilang selama dua hari, yang membuat keluarganya sangat khawatir terhadap
kesehatan dan keselamatannya. Nyaris secara ajaib, keluarganya menemukannya sedang
berjalan di jalanan tengah kota. Ia bertingkah laku seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Buku-
buku catatan dan rencana rahasianya pun turut menghilang.
 Contoh Kasus II Schizofrenia Paranoid
David ( Halusinasi Pendengaran )
David sering mengalami halusinasi pendengaran, biasanya berupa suara mendiang
pamannya. Ketika david mendengar suara yang didengarnya sebagai suara Paman Bill, ia
sering tidak dapat memahami ucapan pamannya. Kadang- kadang suara itu sangat jelas :‖
Paman menyuruh saya mematikan TV‖. Ia bilang, `Terlalu keras , turunkan volumenya.‘ Saat
lain ia berbicara soal memancing. Ini hari baik untuk memancing. Kita harus pergi
memancing. ― Anda dapat melihat dengan jelas saat David sedang mendengar suara-suara
itu. Ia biasanya sedang tidak melakukan apa-apa, duduk dan tersenyum seolah-olah sedang
mendengarkan seseorang sedang berbicara didekatnya, meskipun tidak ada siapapun di
sana.
= = = = = 0 = = = = =
Perilaku ini konsisten dengan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang-
orang cenderung mengalami halusinasi lebih sering saat tidak mengarjakan apa-apa atau
dalam keadaan terhalangi dari input-input sensorik. (misalnya,Margo,Hemsley,dan
Slade,1981)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 36
 Teori Schizofrenia Paranoid.
Para penderita skizoprenia tipe paranoid secara mencolok tampak berbeda karena
delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek mereka relatif utuh.
Penderita diliputi macam-macam delusi dan halusinasi yang terus berganti-ganti coraknya
dan tidak teratur. Mereka pada umumnya tidak mengalami disorganisasi dalam pembicaraan
atau afek datar. Sering merasa iri hati, cemburu dan curiga. Umumnya emosinya beku, dan
mereka sangat apatis.
Mereka biasanya memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan penderita tipe
skizofrenia lainnya. Delusi dan halusinasinya biasanya memiliki tema tertentu, seperti
grandeur atau persekusi. Criteria DSM-IV-TR untuk memasukkan seseorang kedalam
subtype ini menyebutkan tentang preokupasi dengan satu macam waham atau lebih, atau
halusinasi pendengaran yang sering tetapi tanpa disertai adanya disorganisasi dalam
pembicaraan, atau disorganisasi perilaku atau perilaku katatonik, atau afek datar, atau tidak
pas, yang mencolok (American Psychiateric Association, 2000a).
Pasien tampaknya lebih ―Waras‖ dan tidak sangat ganjil aneh jika dibandingkan dengan
penderita schizofrenia jenis lainnya. Akan tetapi pada umunya bersikap sangat bermusuhan
terhadap siapapun juga. Merasa dirinya penting besar grandieus. Sering sangat fanatik
religius secara berlebih-lebihan sekali. Kadang kala bersifat hipokhondris.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 37
B. Schizofrenia Residual
 Gambar I Penderita Schizofrenia Residual
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 38
 Gambar II Penderita Schizofrenia Residual
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 39
 Gambar III Penderita Schizofrenia Residual
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 40
 Gambar IV Penderita Schizofrenia Residual
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 41
 Gambar V Penderita Schizofrenia Residual
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 42
 Contoh Kasus Schizofrenia Residual
Pertama kali Tn. Kimpul mengalami skizofrenia pada usia 28 tahun dan sekarang Tn.
Kimpul sudah berusia 40 tahun. Awal Tn.Kimpul mengalami skizofrenia karena ditinggal
istrinya pergi.
Dulunya Tn.Kimpul tidak mempunyai pacar dan setelah akhirnya Tn.Kimpul mempunyai
pacar, mereka kemudian menikah. Pada usia 28 tahun Tn.Kimpul ditinggal istrinya pergi
tanpa alasan. Tn. Kimpul mengalami stress dan akhirnya menjadi gila(skizofrenia). Tn.kimpul
tidak mau pakaiannya diganti dengan pakaian yang lain ataupun yang baru. Tn. Kimpul suka
makan-makanan sisa yang ada ditempat sampah dan di pinggir jalan.
 Teori Schizofrenia Residual
Orang-orang yang hanya pernah mengalami setidaknya satu episode skizofrenia tetapi
tidak lagi memanifestasikan gejal-gejala utamanya didiagnosa sebagai skizofrenia tipe
residual. Meskipun mereka mungkin tidak menderita delusi atau halusinasi yang aneh,
mereka mungkin memperlihatkan gejala-gejala residual ―sisa‖, seperti keyakinan-keyakinan
negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional.
Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil,
inaktivitas, dan efek datar.
Penelitian menunjukkan bahwa subtipe paranoid mungkin memiliki kaitan kekeluargaan
yang lebih kuat dibandingkan subtipe-subtipe lainnya. Disamping itu, orang-orang ini mungkin
berfungsi secara lebih baik sebelum maupun sesudah episode skizofrenia disbanding orang-
orang yang didiagnosa dengan subtipe-subtipe lainnya (Ho, dan kawan-kawan, 2003).
Penelitisn lebih lanjut akan menentukan apakah membagi skizofrenia menjadi lima subtipe
membantu kita dalam memahami dan menangani para penderitanya. Beberapa gangguan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 43
lain juga ditandai oleh perilaku-perilaku psikotik, seperti halusinasi dan delusi tidak manifest
dengan cara yang sama dengan skizofrenia.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 44
C. Schizofrenia Katatonik
 Gambar I Penderita Schizofrenia Katatonik
o Teriak-teriak di jalan.
o Sering berjalan-jalan tanpa tujuan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 45
 Gambar II Penderita Schizofrenia Katatonik
o Teriak-teriak.
o Jika diajak berhubungan seksual oleh siapapun, ia menurutinya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 46
 Gambar III Penderita Skizofrenia Katatonik
o Suka mengajak berkelahi orang yang dilewatinya.
o Suka marah-marah.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 47
 Contoh Kasus I Schizofrenia Katatonik
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 48
Analisis Gambar dan Kasus :
- Dari kasus di atas di diagnose bahwa :
Tn. Suwandi didiagnosa mengidap gangguan jiwa (skizofrenia tipe katatonik). Ditinjau
dari kronologis peristiwa, disimpulkan bahwa Tn. Suwandi telah mengidap gangguan
jiwa sejak 10 tahun silam. Tn Suwandi pernah menjalani pengobatan di RSJ Sumber
Porong selama 6 bulan, dan sembuh. Namun, kembali kambuh dikarenakan fakum dari
minum obat. Akibatnya Tn Suwandi menyerang tetangganya sendiri.
- Gejala yang timbul :
Menyerang seseorang tiba-tiba tanpa alasan yang jelas.
 Contoh Kasus II Schizofrenia Katatonik
Nama : Ny.Jirah
Umur : 30 tahun
Awalnya Ny.Jirah seorang penari di Desa X. Dia terkenal cantik, kaya, dan pintar menari
sehingga dia banyak tawaran manggung di berbagai tempat. Karena kecantikannya banyak
lelaki yang tertarik kepadanya. Pada saat manggung dia bertemu dengan seorang lelaki yang
bernama Tn. S, dan mereka menjalin hubungan. Awalnya lelaki itu sangat baik kepadanya
dan sangat mencintai Ny. Jirah.
Setelah lama menjalin kasih, ternyata Tn.S hanya mencintai harta Ny. Jirah. Setiap hari
Tn.S meminta uang dan benda kepada Ny,Jirah. Dan karena terlalu cintanya Ny. Jirah
kepada Tn. S dia tidak merasa bahwa si Tn. S hanya memanfaatkan/ mengincar hartanya
semata. Di sisi lain Ny. Jirah dan Tn. S belum mempunyai status yang jelas ( pernikahan).
Karena semakin tua Ny. Jirah tidak lagi mendapatkan tawaran manggung seperti dahulu.
Mengetahui uangnya semakin habis, Ny. Jirah baru menyadari bahwa dirinya hanya
dimanfaatkan oleh Tn. S. Karena terlambat menyadari hal tersebut harta Ny. Jirah pun habis,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 49
dan Tn. S pergi meninggalkan Ny. Jirah. Semenjak itu Ny. Jirah stress dan berujung gila. Ny.
Jirah yang sekarang berumur 60 tahun lebih sering terlihat berjalan-jalan dan berteriak-teriak
sesukanya di sepanjang jalan yang ia lewati.
 Teori Schizofrenia Katatonik
Selain respon motorik yang tidak lazim dalam bentuk diam pada posisi yang tetap ( waxy
Flexybility), terlibat kegiatan yang eksesif, dan bersifat membangkang dengan bersikeras
menolak usaha orang lain untuk menggerakkan/mengubah posisinya, individu-individu
dengan skizofrenia tipe katatonik kadang-kadang memperlihatkan tingkah ganjil dengan
tubuh dan wajahnya, termasuk grimacing (menyeringai) (American Psychiateric Association,
2000a). Mereka sering mengulang atau meniru kata-kata orang lain (echolalia) atau gerakan
orang lain (echopraxia). Klaster perilaku ini relative jarang, dan ada beberapa berdebatan
tentang apakah subtipe ini tetap diklasifikasikan sebagai subtipe skizofrenia yang terpisah
(Mc Glashan dan Fenton,1991). Jarangnya kasus ini sebagian mungkin merupakan hasil
kesuksesan obat-obat neuroleptik.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 50
D. Schizofrenia Hebefrenik
 Gambar I Penderita Schizofrenia Hebefrenik
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 51
 Contoh Kasus Penderita Schizofrenia Hebefrenik
Nn. Kenik mempunyai masa kanak – kanak yang normal seperti anak – anak seusianya. Dia
menempuh pendidikan dari TK, SD, SMP dan SMA hingga lulus.
Ketika remaja (SMA) dia mencintai seorang laki- laki. Dia sangat berharap laki – laki tersebut
mempunyai perasaan yang sama dengannya. Namun, ternyata laki – laki tersebut telah memiliki
tambatan hati dan tidak mempunyai perasaan yang sama dengan Nn. Kenik. Hingga lulus SMA, Nn.
Kenik tetap mengharapkan laki – laki tersebut juga mempunyai perasaan yang sama dengannya.
Sekian lama waktu yang digunakan Nn. Kenik untuk menunggu, ternyata tidak bisa merubah perasaan
laki – laki tersebut.
Akhirnya pada usia 17 tahun Nn. Kenik suka menyendiri hingga akhirnya dia depresi dan
menderita skizofrenia. Hingga sekarang usianya 43 tahun, Nn. Kenik hanya diam dan menyendiri.
Dia tidak peduli dengan lingkungan dan kejadian apa yang ada disekitarnya.
 Teori Penderita Schizofrenia Hebefrenik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa
muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
Kepribadian premorbid menunjukkan cirri khas : pemalu dan senang menyendiri (
solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukakn diagnosis.
Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu
selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini
memang benar bertahan :
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerism, atau
kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa
tujuan dan hampa perasaan;
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 52
Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh
cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri (self-
absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati ( lofty manner), tertawa menyeringai
(grimaces), mannerism, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan
hipokondriakal, dan ungkapan kata yang di ulang-ulang (reiterated phrases);
Proses piker mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta
inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikiran umum
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol ( fleeting and
fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan
(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita ciri khas, yaitu
perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empety of puspose). Adanya suatu
preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak
lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.
Ada reaksi sikap dan tingkah laku yang kegila-gilaan, suka tertawa untuk kemudian
menangis tersedu-edu. Mudah tersinggung atau sangat irritable. Sering dihinggapi sarkasme
(sindiran tajam) dan jadi meledak-ledak marah atau jadi eksplositif tanpa suatu sebab.
Pikirannya selalu melentur, banyak tersenyum-senyum dan mukanya selalu perat-perot
(grimassen) tanpa ada satu stimulus. Halusinasi dan delusinya biasanya bersifat aneh-aneh,
pendek-pendek dan cepat berganti-ganti. Terjadi regresi total, jadi kekanak-kanakkan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 53
E. Schizofrenia Tidak Terdefinisi
 Contoh Kasus dan Gambar I Penderita Schizofrenia Tidak Terdefinisi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 54
Analisis Gambar dan Kasus :
- Dari kasus di atas di diagnose bahwa :
An. Riyansyah mengidap gangguan jiwa (skizofrenia tipe tidak terdefinisi).
- Kronologi dan gejala yang timbul :
Ditinjau dari kronologis peristiwa, dapat disimpulkan bahwa An. R pada walnyaterlahir
dalam keadaan normal, namun kemudian dia menunjukkan sikap yang tidak terorganisasi
dan tidak sesuai yaitu menjasi seseorang yang cenderung pendiam. Kemudian menjelang
usia 2 tahun saat mulai belajar tengkurap dia sering membenturkan kepala ke dinding/
benda keras lain. Selain itu dia juga menggesek-gesekkan tubuh ke benda-benda di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 55
sekelilingnya. Juga kebisaannya yang sering menyakiti dirinya sendiri (self injury) membuat
keluarganya terpaksa mengikat kaki dan tangan An. R.
 Contoh Kasus dan Gambar II Penderita Schizofrenia Tidak Terdefinisi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 56
Analisis Gambar dan Kasus :
- Dari kasus di atas di diagnose bahwa :
Tn. Sutrisno mengidap gangguan jiwa (skizofrenia tipe katatonik). Ditinjau dari kronologis
peristiwa, dapat disimpulkan bahwa Tn Sutrisno mungkin mengalami tekanan mental yang
disebabkan tertangkapnya ia oleh petugas di Malaysia dikarenakan kedatangannya yang
haram / illegal di Malaysia. Ia dipulangkan dalam keadaan dirantai.
 Contoh Kasus III Penderita Schizofrenia Tidak Terdefinisi
Seorang wanita berinisial R (25 tahun) pada tanggal 3 September 2011 dibawa ke
Rumah Sakit oleh kakak iparnya dengan keluhan suka marah-marah tanpa sebab dan
bepergian tanpa tujuan yang jelas. Diketahui selama dua minggu ia mengalami putus obat.
Kini, pasien terlihat dalam batas wajar. Anamnesis ditanggapi dengan baik dan ia menjawab
dengan relevan. Namun, ketika disinggung soal suami, pasien terlihat agak tidak suka. Dari
riwayat pasien, didapatkan bahwa pasien sudah mengalami gangguan jiwa sekitar 10 tahun
yang lalu, sering keluar-masuk RSJ, memiliki stressor sosial ingin memiliki suami, serta dari
riwayat keluarga terdapat gangguan yang sama pada kakak dari ibu dan saudara seppupu.
Terapi yang diberikan ialah haloperidol, THP (triheksiphenidil), dan clurilex (gol. clozapin).
 Teori Schizofrenia “ Tidak Terdefinisi “
Orang-orang yang tidak pas benar dengan subtipe-subtipe diatas diklasifikasikan
mengalami skizofrenia tipe tak terbedakan. Mereka meliputi orang-orang yang memiliki
gejala-gejala utama skizofrenia tetapi tidak memenuhi kriteria tipe paranoid,
terdisorganisasi/hebefrenik atau katatonik.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 57
= = = Intervensi = = =
A. Penanganan Schizofrenia
Mendiskripsikan tentang penanganan biologis dan psikologis untuk skizofrenia dan tujuan umum
terapi.
1. Intervensi Biologis
Selama lebih dari 100 tahun para peneliti berasumsi bahw skizofrenia membutuhkan bentuk
intervensi biologis tertentu. Email kraepelin, yang memebrikan deskripsi mengesankan tentang
dementia praecox pada akhir abad ke-19, melihat gangguan itu sebagaai sebuah penyakit otak.
Karena tidak ada penanganan biologis, ia secara rutin menyarankan kepada para dokter untuk
― menggunakan kesabaran, perlakuan yang ramah , dan mengendalikan diri‖ untuk
menenangkan pasien yang gaduh (Nagel, 1991). Pendekatan ini hanya dipandang sebagai
sekedar cara temporer untuk membantu penderita melewati saat-saat yang sangat tidak
mengenakan dan tidak benar-benar dianggap sebagai sebuah cara penangganan.
Selama tahun 1930am , beberapa penanganan biologis baru dicobakan. Salah satu
pendekatan itu adalah dengan menyuntikan insulin dengan dosis masif-obat yang diberikan
dalam dosis kecil untuk menanggani diabetes untuk menginduksi koma pada orang-orang yang
mengalami skizofrenia. Insulin coma therapy saat itu dianggap mamapu menolong penderita,
tetapi pemeriksaan yang lebih cermat memeperlihatkan bahwa terapi tersebut dapat membawa
resiko besar berupa sakit serius dan bahkan kematian. Selama kurun waktu itu ,
psychosurgery, termasuk lobotomi prefrontal, diperkenalkan. Pada akir tahun 1930-an,
electroconvulsive therapy (ECT) (terapi konvulsi elektrik) diperkenalkan sebagai penanganan
untuk skizofrenia. Seperti halnyanya penanganan-penanganan drastis sebelumnya, antusiasme
awal terhadap ECT memudar karena metode ni kemudian diketahuitidak menguntukan bagi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 58
sebagian besar penderita skizofrenia meskipun metode ini masih digunakan pada sebagian
kasus sampai hari ini (Fink dan Sackeim,1996). ECT kadang-kadang direkomendasikan bagi
orang-orang yang yang mengalami episode depresi berat .
2. Intervensi Psikososial
Secara historis, sejumlahnya penanganan psikososial telah dicobakan untuk skizofrenia,
yang mencerminkan adanya keyakinan bahwa gangguan ini merupakan akibat masalah
adaptasi terhadap dunia karena berbagai pengalaman yang dialami diusia dini (Nagel,1991).
Banyak terapis menganggap bahwa individu-individu yang mampu mencapai insight mengenai
peran riwayat pribadinya akan mampu mengatasi berbagai situasi yang dihadapinya saat ini.
Meskipun para klinis yang memilih pendekatan terapi psikodinamika atau psikoanalitik terus
menggunakan penanganan semacam ini, penelitian menunjukkan bahwa hasil terbaik usaha
mereka paling banter adalah tidak bermanfaat dan hasil terburuknya adalah mebahayakan
(Mueser dan Berenbaum, 1990;Scott dan Dixon, 1995b).
Dewasa ini hanya sedikit yang percaya bahwa faktor-faktor psikologis semata dapat
menyebabkan orang-orang mengalami skizofrenia atau bahwa pendekatan psikoterapeutik
tradisional dapat menyembuhkan mereka.
Salah satu efek buruk skizofrenia adalah dampak negatifnya pada kemampuan orang
untuk berinteraksi dengan orang lain. Meskipun tidak sedramatis halusinasi dan delusi,
masalah ini dapat menjadi hendaknya paling mencolok yang diperlihatkan oleh penderita
skizofrenia dan dapat membuat mereka tidak mampu mendapatkan dan mempertahankan
pekerjaannya dan pertemanan. Para klinis berusaha untuk mengajarkan kembali berbagai
ketrampilan sosial seperti ketrampilan percakapan dasar,asertivitas, dan cara membangun
hubungan, kepada para penderita skizofrenia (Smith, Bellack, dan Liberman,1996).
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 59
Para orang dewasa penderita skizofrenia menghadapi berbagai kendala besar dalam
mempertahankan pekerjaan yang menghasilkan. Defisit ketrampilan sosial mereka membuat
performa kerja dan hubungan antarbilitasi vokasional, dapat membantu penanganan biologis
untuk skizofrenia. Kekambuhan yang signifikan dapat dihindari atau ditunda dengan
penanganan psikologis semacam itu . Studi-studi tentang penanganan skizofrenia sejak 1980
sampai 1992 yang diulas oleh sebuah kelompok (Fallon, Brooker, dan Graham-Hole,1992)
menemukan bahwa penanganan multilevel mengurangi jumlah kekambuhan di kalangan orang-
orang yang menerima penangan obat bila dibandingkan dengan dukungan sosial atau upaya-
upaya edukasional sederhana.
B. Pengobatan Schizofrenia
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama menimbulkan
kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita meuju ke kemunduran mental.
Terapis jangan melihat kepada penderita yang tidak dapat disembuhkan lagi atau sebagai suatu
makhluk yang aneh dan inferiod. Bila sudah dapat diadakan kontak, maka dilakukan bimbingan
tentang hal-hal yang praktis.
Biarpun penderita mungkin tidak sempurna sembuh, tetapi dengan pengobatan dan bimbingan
yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi terus, bekerja sederhana di rumah atatupun di
luar rumah.
Keluara atau orang lain di lingkungan penderita diberi (manipulasi lingkungan) agar mereka
lebih sabar menghadapinya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 60
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 61
1. Farmakoterapi
Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita dengan skizofreniayang
menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih berfaedah pada penderita dengan psikomotorik
yang meningkat. Pada penderita paranoid trifluoperasin rupanya lebih berhasil. Dengan fenotiasin
biasanya waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2 – 3 minggu. Bila masih tetap ada waham dan
halusinasi, maka penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut serta
dengan kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi kerja.
Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis dipertahankan selama beberapa bulan lagi,
jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali,
maka sesudah gejala-gejala mereda, obat diberi terus selama satu atau dua tahun.
Kepada pasien dengan skizofrenia menahun, neroleptika diberi dengan jangka waktu yang
tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun sesuai dengan keadaan pasien (seperti juga
pemberian obat kepada pasien dengan penyakit badaniah yang menahun, umpamanya diabetes
meitus, hipertensi, payah jantung, dan sebagainya). Senantiasa kita harus awas terhadap gejala
sampingan.
2. Terapi Elektro-konvulsi ( TEK )
Seperti juga dengan terapi konvulsii yang lain, cara bekerjanya elektrokonvulsi belum diketahui
dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia
dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah
seranganyang akan dating.
Bila dibandingan dengan terapi koma insulin, maka dengan TEK lebih sering terjadi secara
ulangan. Akan tetapi TEK lebih mudah diberikan, dapat dilakukan secara ambulan, bahaya lebih
kurang, lebih murah dan tidak membutuhkan tenaga yang khusus seperti pada terapi koma insulin.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 62
TEK baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor. Terhadap skizofrenia simplex efeknya
mengecewakan,bila gejala hanya ringan lancar diberi TEK, kadang-kadang gejala menjadi leboh
berat.
3. Terapi Koma Insulin
Meskipun pengobatan ini tidak khusus, bila diberikan kepada permulaan penyakit, hasilnya
memuaskan. Presentasi kesembuhan lebih besar bila dimulai dalam waktu 6 bulan setelah
penderita jatuh sakit. Terapi koma insulin memberi hasil yang baik pada katatonia dan skezifrenia
paranoid.
4. Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisa tidak membawa hasil yang diharapkan, bahkan ada
yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita dengan skizofrenia karena justru dapat
menambah isolasi dan otisme. Yang dapat membantu penderita ialah psikoterapi suportif individual
atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat.
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita
lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi, karena bila ia menarik
diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan
atau latihan bersama. Pemikiran masalah falsafat atau kesenian bebas dalam bentuk melukis bebas
atau bermain music bebas, tidak dianjurkan sebab dapat menambah otisme. Bila dilakukan juga,
maka harus ada pemimpin dan ada tujuan yang lebih dahulu sudah ditentukan.
Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin diatur sedemikan rupa sehingga ia
tidak mengalami stress terlalu banyak. Bila mungkin sebaiknya ia dikembalikan ke pekerjaan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 63
sebelum sakit, dan tergantung pada kesembuhannya apakah tanggung jawabnya dalam pekerjaan
itu akan penuh atau tidak.
5. Lobotomi Prefrontal
Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila penderita sangat
mengganggu lingkungannya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 64
= = = daftar pustaka = = =
Durand, V. Mark & David H. Barlow. 2007. Intisari Psikologi Abnormal. Edisi Keempat. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Kartono Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung : CV. Mandar Maju
Maramis, W.F. 1980. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
Wade, Carole. 2007. Psikologi. Edisi Kesembilan. Jilid 2. Jakarta : Airlangga

Contenu connexe

Similaire à Psikologi ( SKEZOFRENIA ) (20)

Makalah depresi (6)
Makalah depresi (6)Makalah depresi (6)
Makalah depresi (6)
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Makalah depresi (2)
Makalah depresi (2)Makalah depresi (2)
Makalah depresi (2)
 
Makalah depresi (5)
Makalah depresi (5)Makalah depresi (5)
Makalah depresi (5)
 
referat-depresi-docx
referat-depresi-docxreferat-depresi-docx
referat-depresi-docx
 
skizofrenia
skizofreniaskizofrenia
skizofrenia
 
Gangguan campuran anxietas dan depresi
Gangguan campuran anxietas dan depresiGangguan campuran anxietas dan depresi
Gangguan campuran anxietas dan depresi
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
 
Edoc.site referat depresiu
Edoc.site referat depresiuEdoc.site referat depresiu
Edoc.site referat depresiu
 
Gangguan jiwa
Gangguan jiwaGangguan jiwa
Gangguan jiwa
 
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
 
Schizophrenia
SchizophreniaSchizophrenia
Schizophrenia
 
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROY
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROYAplikasi MODEL ADAPTASI ROY
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROY
 
Makalah sik odgj
Makalah sik odgjMakalah sik odgj
Makalah sik odgj
 
Retardasi mental (powerpoint)
Retardasi mental (powerpoint)Retardasi mental (powerpoint)
Retardasi mental (powerpoint)
 
1361517835
13615178351361517835
1361517835
 
Askep skizofrenia
Askep skizofreniaAskep skizofrenia
Askep skizofrenia
 
Makalah sik odgj
Makalah sik odgjMakalah sik odgj
Makalah sik odgj
 
Makalah ega
Makalah egaMakalah ega
Makalah ega
 

Plus de Aftina Eka R

Leaflet Perawatan Payudara
Leaflet Perawatan PayudaraLeaflet Perawatan Payudara
Leaflet Perawatan PayudaraAftina Eka R
 
Leaflet Persiapan persalinan
Leaflet Persiapan persalinanLeaflet Persiapan persalinan
Leaflet Persiapan persalinanAftina Eka R
 
Leaflet Imunisasi TT Ibu Hamil
Leaflet Imunisasi TT Ibu HamilLeaflet Imunisasi TT Ibu Hamil
Leaflet Imunisasi TT Ibu HamilAftina Eka R
 
Ppt Masalah pada Neonatus -- Bisulan (Furunkel)
Ppt Masalah pada Neonatus -- Bisulan (Furunkel)Ppt Masalah pada Neonatus -- Bisulan (Furunkel)
Ppt Masalah pada Neonatus -- Bisulan (Furunkel)Aftina Eka R
 
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...Aftina Eka R
 
Tugas ppt FISIKA KESEHATAN perawatan dan sterlisasi macam macam peralatan medis
Tugas ppt FISIKA KESEHATAN perawatan dan sterlisasi macam macam peralatan medisTugas ppt FISIKA KESEHATAN perawatan dan sterlisasi macam macam peralatan medis
Tugas ppt FISIKA KESEHATAN perawatan dan sterlisasi macam macam peralatan medisAftina Eka R
 
Ppt asuhan neonatus dengan jejas persalinan, kelompok 1, 3 a
Ppt asuhan neonatus dengan jejas persalinan, kelompok 1, 3 aPpt asuhan neonatus dengan jejas persalinan, kelompok 1, 3 a
Ppt asuhan neonatus dengan jejas persalinan, kelompok 1, 3 aAftina Eka R
 
Ppt tugas metabolisme dan suhu tubuh, tingkat ia,diii kebidanan, 2012 2013
Ppt tugas metabolisme dan suhu tubuh, tingkat ia,diii kebidanan, 2012 2013Ppt tugas metabolisme dan suhu tubuh, tingkat ia,diii kebidanan, 2012 2013
Ppt tugas metabolisme dan suhu tubuh, tingkat ia,diii kebidanan, 2012 2013Aftina Eka R
 
Metabolisme dan Suhu Tubuh
Metabolisme dan Suhu TubuhMetabolisme dan Suhu Tubuh
Metabolisme dan Suhu TubuhAftina Eka R
 

Plus de Aftina Eka R (9)

Leaflet Perawatan Payudara
Leaflet Perawatan PayudaraLeaflet Perawatan Payudara
Leaflet Perawatan Payudara
 
Leaflet Persiapan persalinan
Leaflet Persiapan persalinanLeaflet Persiapan persalinan
Leaflet Persiapan persalinan
 
Leaflet Imunisasi TT Ibu Hamil
Leaflet Imunisasi TT Ibu HamilLeaflet Imunisasi TT Ibu Hamil
Leaflet Imunisasi TT Ibu Hamil
 
Ppt Masalah pada Neonatus -- Bisulan (Furunkel)
Ppt Masalah pada Neonatus -- Bisulan (Furunkel)Ppt Masalah pada Neonatus -- Bisulan (Furunkel)
Ppt Masalah pada Neonatus -- Bisulan (Furunkel)
 
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
Kesehatan Reproduksi ( pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidu...
 
Tugas ppt FISIKA KESEHATAN perawatan dan sterlisasi macam macam peralatan medis
Tugas ppt FISIKA KESEHATAN perawatan dan sterlisasi macam macam peralatan medisTugas ppt FISIKA KESEHATAN perawatan dan sterlisasi macam macam peralatan medis
Tugas ppt FISIKA KESEHATAN perawatan dan sterlisasi macam macam peralatan medis
 
Ppt asuhan neonatus dengan jejas persalinan, kelompok 1, 3 a
Ppt asuhan neonatus dengan jejas persalinan, kelompok 1, 3 aPpt asuhan neonatus dengan jejas persalinan, kelompok 1, 3 a
Ppt asuhan neonatus dengan jejas persalinan, kelompok 1, 3 a
 
Ppt tugas metabolisme dan suhu tubuh, tingkat ia,diii kebidanan, 2012 2013
Ppt tugas metabolisme dan suhu tubuh, tingkat ia,diii kebidanan, 2012 2013Ppt tugas metabolisme dan suhu tubuh, tingkat ia,diii kebidanan, 2012 2013
Ppt tugas metabolisme dan suhu tubuh, tingkat ia,diii kebidanan, 2012 2013
 
Metabolisme dan Suhu Tubuh
Metabolisme dan Suhu TubuhMetabolisme dan Suhu Tubuh
Metabolisme dan Suhu Tubuh
 

Dernier

MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 

Dernier (20)

MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 

Psikologi ( SKEZOFRENIA )

  • 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 1 = = = Kata Pengantar = = = Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi dengan bahasan “Skizofrenia” dalam bentuk kliping. Dalam penyusunan kliping ini kami mungkin masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan, penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan tugas selanjutnya. Dalam penyusunan kliping ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan kliping ini, khususnya kepada : 1. Dosen mata kuliah Psikologi, Ibu Eky Okviana Armyati S.Psi, M.Psi, Psikolog yang telah memberikan tugas serta petunjuk kepada kami sehingga kami termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini. 2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan hingga terselesaikannya tugas ini. 3. Serta kepada semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya kliping ini. Akhirnya kami berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas bantuan yang mereka berikan dan menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, serta semoga dengan selesainya kliping ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman – teman. Amiin Yaa Robbal ‗Alamiin. Madiun, 31 Juni 2013 Ttd, Tim Penyusun
  • 2. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 2 = = = Daftar Isi = = = KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... 1 DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 2 PENDAHULUAN A. Pengertian Schizofrenia ...................................................................................................... 3 B. Tokoh-tokoh Awal dalam Sejarah Perekmbangan Schizofrenia........................................... 5 C. Laju Angka Kejadian (Insidensi) dan Angka Kesakitan (Morbidity) ...................................... 5 D. Sumber Penyebab Gangguan Jiwa...................................................................................... 6 E. Gejala-gejala Schizofrenia ................................................................................................... 15 F. Subtipe Schizofrenia ............................................................................................................ 21 G. Prevalensi dan Pneyebab Schizofrenia................................................................................ 23 PEMBAHASAN A. Schizofrenia Paranoid......................................................................................................... 31 B. Schizofrenia Residual ......................................................................................................... 37 C. Schizofrenia Katatonik ........................................................................................................ 44 D. Schizofrenia Hebefrenik...................................................................................................... 50 E. Schizofrenia Tidak Terdefinisi............................................................................................. 53 INTERVENSI A. Penanganan Schizofrenia .................................................................................................. 57 B. Pengobatan Schizofrenia.................................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 64
  • 3. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 3 = = = Pendahuluan = = = A. Pengertian Schizofrenia Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku. ( Dorand V. Mark & David H. Barlow. 2007. Intisari Psikologi Abnormal. Pustaka Pelajar Yogyakarta. Edisi Keempat ) Skizofrenia yaitu gangguan psikotis yang ditandai oleh munculnya delusi, halusinasi, ketidakteraturan, dan cara bicara yang tidak koheren, perilaku yang tidak sesuai, dan gangguan kognitif. ( Wade Carole & Carol Tavris. 2007. Psikologi. PT. Gelora Aksara Pratama. Edisi Kesembilan. Jilid 2 ) Pada penderita schizophrenia ada desintegrasi pribadi dan kepecahan pribadi. Tingkah laku emosional dan intelektualnya jadi ambisious (majemuk), serta mengalami gangguan serius dan mengalami regresi atau dementia total. Dia melarikan diri dari kenyataan hidup dan berdiam dalam dunia fantasinya. Tampaknya dia tidak bisa memahami lingkungannya, dan responnya selalu maniakal atau kegila-gilaan. Perasaannya selalu tidak cocok, mengalami gangguan intelektual berat, sehingga pikirannya melompat-lompat tanpa arah. Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganngu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya.
  • 4. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 4 Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia adalah keturunan, umur , sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa bermusuhan,hubungan antar manusia dan sebagainya. Kita akan melihat sepintas laju angka kejadian (―incidence rate‖) dan angka kesakitan (―morbidity rate‖) berbagai gangguan jiwa. Kemudian baru kita akan membicarakan secara umum macam-macam penyebab gangguan jiwa. Berikut ini adalah gambaran anatomi otak pada penderita skizofrenia :
  • 5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 5 B. Tokoh-tokoh Awal dalam Sejarah Perkembangan Schizofrenia Tahun Tokoh Sejarah Konstribusi 1809 John Hasjam (1764-1844) Pengawas di sebuah Rumah Sakit Inggris. Dalam sebuah Observations on Madness and Melancholy (1809/1976), ia mengikhtisarkan deskripsi gejala-gejala skizofrenia. 1801/1809 Philippe Pinel (1745-1826) Dokter Perancis yang mendeskripsikan kasus-kasus skizofrenia. 1852 Benedict Morel (1809-1873) Dokter di sebuah institusi Perancis yang menggunakan istilah demence precoce (dalam bahasa latin, dementia praecox), yang berarti kehilangan pikiran (demence) yang terlalu dini atau prematur (precoce) untuk mendeskripsikan skizofrenia. 1898/1899 Emil Kraepelin (1856-1926) Psikiater Jerman yang menggabungkan kategori-kategori skizofrenia yang berbeda (hebefronik, katatonik, dan paranoid) di bawah nama dementia praecox. 1908 Eugen Bleuler (1857-1939) Psikiater Swiss yang memperkenalkan istilah schizophrenia, yang berarti pikiran yang pecah. C. Laju Angka Kejadian (Insidensi) dan Angka Kesakitan (Morbidity) Dalam kejadian umum skizofrenia terdapat 0,2 – 0,8 % dan retardasi mental 1 – 3 % WHO melaporkan bahwa 5 – 15 % dari anak-anak usia - 15 tahun mengalami gangguan jiwa yang persistant dan mengganggu hubungan sosial. Jika kira-kira 40 % penduduk negara kita adalah anak-anak usia di bawah 15 tahun (di negara yang sudah berkembang kira-kira 25 %), dapat digambarkan besarnya masalah (ambil saja 5 % dari 40 % dari katakan saja 120 juta penduduk, maka di negara kita terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa).
  • 6. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 6 Tidak sedikit orang yang menderita gangguan jiwa akibat gangguan organik pada otak (akibat ruda paksa, keradangan, gangguan pembuluh darah, neoplasma keracunan, dan sebagainya). Banyak pula yang menderita gangguan nerosa dan psikosomatik. Selanjutnya lihatlah tabel. Tabel : Taksiran Kasar Jumlah Penderita Beberapa Jenis Gangguan Jiwa yang Ada Dalam 1 Tahun di Indonesia Psikosa Fungsional 520.000 ( 4 o/oo ) Sindroma otak organik akut 62.000 ( 0,3 o/oo ) Sindroma otak organik menahun 130.000 ( 1 o/oo ) Retardasi Mental 2.600.000 ( 2 o/o ) Nerosa 6.500.000 ( 5 o/o ) Gangguan Kepribadian 1.300.000 ( 1 o/o ) Ketergantungan obat 1.000 17.616.000 ( 13,5 % ) D. Sumber Penyebab Gangguan Jiwa Biarpun gejala utama atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psike (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari beberapa unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gangguan badan ataupun jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan badaniahnya berkurang sehingga mengalami keradangan tenggorokan, atau seorang dengan
  • 7. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 7 mungkin mendapat kecelakaan. Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya keradangan yang melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia mungkin mengalami depresi. Sudah lama diketahui juga bahwa penyakit pada otak sering mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak yang mengalami gangguan otak ( karena kelahiran, keradangan, dan sebagainya ) kemudian menjadi hiperkinetik dan susah diatur. Ia mempengaruhi lingkungannya , terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi. Tabel : Sumber Penyebab Gangguan Jiwa Penyesuaian somato – psiko – sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus-menerus saling mempengaruhi, yaitu : a. Faktor – faktor somatik ( somatogenik ) : i. Neroanatomi ii. Nerofisiologi iii. Nerokimia iv. Tingkat kematangan dan perkembangan organic v. Faktor – fakrtor pre – dan peri – natal b. Faktor – faktor psikologik ( psikogenik ) : i. Interaksi ibu – anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan, distrsi atau keadaan yang terputus ( perasaan tak percaya dan kebimbangan ). ii. Peranan ayah iii. Persaingan antar saudara kandung iv. Inteligensi v. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
  • 8. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 8 vi. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah. vii. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu. viii. Ketrampilan, bakat dan kreativitas. ix. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya. x. Tingkat perkembangan emosi. c. Faktor – faktor sosio – budaya ( sosiogenik ) : i. Kestabilan anak ii. Pola mengasuh anak iii. Tingkat ekonomi iv. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan v. Masalah kelompok ‗ minoritas ‗ yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai. vi. Pengaruh rasial dan keagamaan vii. Nilai – nilai Karena itu terdapat kecenderungan membuat diagnosa multidimensional yang menyebut hal-hal dari unsur itu. Kita akan membicarakan secara umum perkembangan badaniah yang salah, perkembangan psikologik yang salah dan faktor sosiologik dalam perkembangan yang salah, tetapi janganlah lupa bahwa manusia beraksi dan bereaksi sevara bolistik. 1. Perkembangan Badaniah Yang Salah Perkembangan badaniah mempunyai suatu urut-urutan tertentu, suatu halangan dalam hal ini dapat mengakibatkan gangguan perkembangan. Perilaku kita berdasarkan juga pada kwalitas dan keutuhan fungsi saraf dan perlengkapan badaniah lain. Setiap faktor yang mengganggu
  • 9. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 9 perkembangan badaniah yang normal dapat dianggap sebagai suatu faktor yang dapat menjadi penyebab perilaku yang abnormal. Faktor-faktor ini mungkin dari keturunan ataupun dari lingkungan. a. Faktor keturunan Pada mongoloisme atau sindroma Down ( suatu macam literdasi mental dengan mata sipit, muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek dan lain-lain ) terdapat trisomi ( yaitu 3 buah, bukan 2 ) pada pasangan kromosoma. Sindroma Turner ( dengan ciri-ciri khas : tubuh pendek, leher melebar, invantilisme sexual ) ternyata berhubungan dengan jumlah kromosoma sex yang abnormal. Gangguan yang berhubungan dengan kromosoma sex dikatakan ―terikat pada sex‖ (―sex – linked‖), artinya bahwa defek genetik itu hanya terdapat pada kromosoma sex. Kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap gangguan yang terikat pada sex, karena mereka mempunyai 2 kromosoma X : bila satu tidak baik, maka yang lain biasanya akan melakukan pekerjaannya. Akan tetapi seorang pria hanya mempunyai 1 kromosoma X dan 1 kromosoma Y, dan bila salah satu tidak baik, maka terganggulah ia. Masih dipermasalahkan, betulkah pria dengan XYY lebih cenderung melakukan perbuatan kriminal yang kejam ?. Fenilketonuria yang terdapat pada anak-anak dengan kekurangan enzim untuk menghancurkan fenilalanin suatu asam amino dalam makanan yang mengandung protein. Bila tidak diketahui sehingga tidak diberi diet, maka terkumpullah fenilalanin di dalam darah dan merusak otak.
  • 10. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 10 Tabel : Penelitian Saudara Kembar dan Saudara Kandung yang Salah Satunya Menderita Skezofrenia. Hubungan dengan pasien skezofrenia % yang menderita skezofrenia Kembar monozigot ( satu telur ) 86,2 % Kembar heterozigot ( dua telur ) 14,5 % Saudara kandung 14,2 % Saudara tiri 7,1 % Masyarakat umum` 0,85 % ( Coleman, J. C : Abnormal Psycholgy and Modern Life. Taraporevala Sons & Co; Bombay, 1970, Halaman 121 ). Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak skizofrenia pada semua tingkat persaudaraann daripada di dalam masyarakat umum dengan angka yang paling tinggi pada saudara kembar monozigot. Mengapa pada kembar monozigot tidak 100 % ? Kiranya kembali lagi faktor lingkungan yang berpengaruh.
  • 11. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 11 b. Faktor Konstitusi Konstitusi pada umumnya menunjukkan kepada keadaan biologis seluruhnya, termasuk bagi yang diturunkan maupun yang didapat kemudian; umpamanya bentuk badan (perawakan), sex, temperamen, fungsi endokrin, dan urat saraf serta jenis darah. Jelas bahwa hal-hal ini mempengaruhi perilaku individu secara baik ataupun tidak baik, umpamanya bentuk badan yang atletik atau yang kurus, tinggi badan yang terlalu tinggi ataupun terlalu pendek, paras muka yang cantik atau jelek, sex wanita atau pria, fungsi hormonal yang seimbang atau yang berlebihan salah satu hormon, urat saraf yang cepat reaksinya atau yang lambat sekali, dan seterusnya. Semua ini turut mempengaruhi hidup seseorang. Tabel : Faktor Konstitusi dan Perilaku Abnormal. Faktor Konstitusi Hubungan dengan perkembangan abnormal Bentuk badan Tidak jelas peranannya, tetapi diaptoporsi badaniah, kelemahan dan penampakan yang jelek umpamanya lebih sering berhubungan dengan gangguan jiwa daripada bentuk badan yang baik dan menarik. Energi dan Kegiatan Rupanya berhubungan dengan apakah individu mengembangkan reaksi yang agresif atau lebih menuju ke dalam terhadap stress, jadi lebih berhubungan dengan jenis gangguan jiwa yang timbul bila individu ini terganggu jiwanya. Reaktivitas Susunan Reaktivitas emosional yang tinggi mungkin sekali berhu- Saraf Vegetatif bungaan dengan stress ringan dan pembentukan rasa takut yang tak perlu, rektivitas emosional yang kurang dapat
  • 12. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 12 mengakibatkan sosialisasi yang tidak sesuai karena reaksi yang terlalu sedikit. Daya Tahan Badaniah Membantu menentukan toleransi stress biologik dan psikologik dan sistem organ apakah yang paling mudah terganggu sistem badaniahnya karena fungsi taknya. Sensitivitas (kepekaan) Menentukan sebagian dari jenis stress yang terhadapnya anak itu paling peka dan menetukan bersarnya stress yang dapat ditahan tanpa gangguan jiwa; mempengaruhi cara anak menanggapi dunia. Kecerdasan dan Bakat Mempengaruhi kesempatan anak untuk berhasil dalam pertandingan atau persaingan sehingga mempengaruhi juga kepercayaan pada diri sendiri berdasarkan keberhasilan. _________________________________________________________________________ ( Coleman, J. C : Abnormal Psycholgy and Modern Life. Taraporevala Sons & Co; Bombay, 1970, Halaman 126 ). Susunan saraf vegetatif juga tidak sedikit menentukan perilaku manusia banyak keluhan penderita datang dari pihak ini, umpamanya susunan sarat vegetatif yang labil. Biarpun konstitusi itu lebih banyak ditentukan oleh faktor keturunan, tetapi dapat juga diubah oleh faktor kelahiran, umpamanya toxin, virus, kesukaran kelahiran, emosi ibu yang sangat labil, radiasi sinar X, dan sebagainya.
  • 13. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 13 c. Cacat Kongenital Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak, terlebih yang berat, seperti retardasi mental yang berat. Akan tetapi pada umumnya pengaruh cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada individu itu, bagaimana ia menilai dan menyesuaikan diet terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau berubah itu. Orang tua dapat mempersukar penyesuaian ini dengan perlindungan yang berlebihan (proteksi berlebihan), penolakan atau tuntutan yang sudah di luar kemampuan anak. Singkatnya: kromosoma dan ―genes‖ yang defek serta banyak faktor lingkungan sebelum, sewaktu, dan sesudah lahir dapat mengakibatkan gangguan badaniah. Cacat badaniah biasanya dapat dilihat dengan jelas, setiap gangguan sisitim biokimiawi lebih halus dan sukar ditentukan. Gangguan badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau psikologik secara langsung atau dapat mempengaruhi daya tahan terhadap stress. 2. Perkembangan Psikologi Yang Salah Dalam masa kanak-kanak diletakkan dasar bagi masa dewasa, bagaimanakah lingkungan dan diri sendiri dinilai, kebiasaan berfikir dan pola reaksi. Biarpun demikian, kita dapat saja berubah bila kita menjadi dewasa, kita dapat mengadakan perubahan-perubahan besar dalam pola berpikir dan bertindak kita. Kita tidak terpaku atau terbatas pada pola yang dibentuk dalam masa kanak-kanak saja. Pada umumnya perkembangan psikologik yang salah mencakup : a. Ketidak matangan atau fixasi, yaitu individu gagal berkembangg lebih lanjut ke fase berikutnya.
  • 14. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 14 b. ―tempat-tempat lemah‖ yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatic sebagai kepekaan terhadap jenis stress tertentu, atau c. Distorsi, yaitu apabila individu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak sesuai atau gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal. 3. Perkembangan Sosiologik Yang Salah Dalam kehidupan modern terdapat tidak sedikit bahaya terhadap pengarahan diri yang baik. Sukar untuk memperoleh dan mempertahankan identitas diri yang stabil di tengah-tengah perubahan-perubahan yang complex dan cepat. Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling berbahaya di zaman modern, di Negara-negara dengan ―super-industrialisasi‖, ialah kecepatan perubahan dan pergantian yang makin cepat dalam hal ―ke- sementara-an‖ (―transcience‖), ―ke- baru-an‖ (―novelty‖) dan ―keanekaragaman‖ (―difversity‖). Dengan demikian individu menerima rangsangan yang beerlebihan sehingga kemungkinan terjadinya kekacauan mental lebih besar, karena hal ini besar kemungkinannya dalam masa depan, maka dinamakannya ― shock masa depan‖ ( ―future shock‖). Telah diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengah-tengah kebudayaan asing, dapat mengalami gangguan jiwa karena pengaruh kebudayaan ini yang serba baru dan asing baginya. Hal ini dinamakan ―shock kebudayaan‖ (―culture shock‖). Dari berbagai peneltiian terdapat perbedaan antara gejala-gejala gangguan jiwa disebabkan oleh perbedaan kebudayaan dan lingkungan social. Biarpun faktor patogenetik (yang menyebabkan) mungkin sama, akan tetapi faktor patoplasmik ( yang membentuk, memberi rupa / memberi warna) berbeda-beda. Di dalam satuu Negara pun terdapat perbedaan secara arah perkembangan gangguan di daerah perkotaan dan pedesaan, serta di berbagai lapisan social – ekonomi. Seperti seorang
  • 15. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 15 individu, suatu masyarakat secara keseluruhan dapat juga berkembang ke arah yang tidak baik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik (umpamanya daerah yang dahulu subur berubah menjadi tandus ) ataupun oleh keadaan social masyarakat itu sendiri ( umpamanya Negara dengan pimpinan dictatorial, diskriminasi rasial/ religious yang hebat, ketidak-adilan social, dan sebagainya ). Hal-hal ini merendahkan daya tahan frustrasi seluruh masyarakat, (kelompok dan menciptakan suasana social yang tidak baik sehingga para anggotanya secara perorangan dapat menjurus ke gangguan mental. Faktor-faktor sosiokultural membentuk, baik macam sikap individu dan jenis rasio yang dikembangkannya, maupun jenis strees yang dihadapinya. E. Gejala-gejala Schizofrenia meliputi ( dengan derajat yang berbeda, tergantung subtipenya ) : 1. Delusi 2. Halusinasi 3. Pembicaraan yang terdisorganisasi 4. Perilaku katatonik atau sangat terdisorganisasi 5. Gejala-gejala negatif seperti pendataran afeksi, alogia, atau avolisi 6. Disfungsi sosial dan okupasioanal 7. Tidak memedulikan perawatan-diri 8. Persisten selama paling tidak 6 bulan. Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang macam skizofrenia, terlebih dahulu kita membahas tentang gejala-gejala skizofrenia.  Gejala Positif 1. Delusi. Keyakinan yang oleh kebanyakan anggota masyarakat dianggap sebagai misinterpretasi terhadap realitas disebut disorder of thought content (gangguan isi pikiran), atau delusi . Karena
  • 16. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 16 pentingnya delusi dalam skizofrenia, delusi pernah disebut sebagai “ the basic characteristic of madness” (ciri dasar kegilaan) (Jaspers, 1963). Bila, misalnya, anda percaya bahwa tupai adalah alien yang dikirim ke bumi untuk misi mata-mata , maka Anda akan dianggap delusional. Media sering menggambarkan penderita skizofrenia sebagai orang- orang yang percaya bahwa dirinya adalah orang yang terkenal atau penting ( misal bahwa dirinya adalah Napoleon atau Yesus Kristus. Keyakinan Artur bahwa dirinya dapat mengakhiri kelaparan semua anak di muka bumi juga dianggap sebagai delusion of grandeur (delusi atau waham kebesaran). Delusi yang sering dijumpai pada penderita skizofrenia adalah bahwa orang lain bermaksud buruk terhadapnya. Penyebutan delusion of persecution (delusi/waham persekusi), keyakinan ini bisa sangat mengganggu. Salah seorang diantara kita mungkin ada yang berlatih bersama pembalap sepeda kelas dunia yang akan menjadi anggota tim Olimpiade. Tetapi, tragisnya, ia mengembangkan keyakinan bahwa para pesaingnya bertekad menyabut usahanya, yang memaksanya berhenti bersepeda selama bertahun-tahun. Ia percaya bahwa lawan-lawannya akan menyemprot sepedanya dengan bahan kimia yang mampu menyerap kekuatannya. Mereka juga berusaha memperlambat laju sepedanya dengan meletakkan kerikil-kerikil tajam di jalan, yang hanya akan terlindas olehnya dan tidak akan terlindas pembalap-pembalap lain. Pikiran- pikiran seperti ini menciptakan banyak kecemasan dan ia tidak mau bahkan hanya untuk sekedar mendekati sepedahnya selama jangka waktu yang cukup lama. Delusi-delusi lain yang lebih jarang , termasuk Capgras Syndrome ( Sindroma Capgras) penderita percaya bahwa seseorang yang mereka kenal telah digantikan oleh ― kopi‖ / salinannya, dan Cotard‘s syndrome (Sindrom Cotard)—orang itu percaya bahwa bagian tertentu tubuhnya (misalnya otak) telah mengalami perubahan dengan cara yang musykil (Black and Andreasen, 1999).
  • 17. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 17 ― Saya ingin mendiskribsikan beberapa delusi yang saya alami di masa lalu untuk membantu orang-orang lain memahami betapa menakutkan dan betapa terasa nyatanya pikiran-pikiran itu… Tanda yang diberikan oleh (Presiden) Clinton berasal dari ketidapastian saya, apakah saya akan memberikan suara saya dalam pemilu gubernur. Saya terombangambing antara Clinton dan Perot. Pada hari pemugutan suara, saya pergi ke tempat pemberian suara . saya tidak memberikan suara melalui mesin tetapi menggunakan kartu suara . Setelah menerima intruksi tentang cara mengisi kartu suara ,saya merasa mendengar petugas pendaftaran memerintahkan untk memberikan paraf di sudut kanan bawah. Saya heran, mengapa harus memberikan paraf pada kartu suara . Padahal kartu suara mestinya bersifat rahasia, bukan? Saya tiba-tiba merasa curiga bahwa suara saya, dan hanya suara saya , akan menentukan takdir kepresidenan untuk tahun pemilu 1992… Saya piker Clinton adalah bos yang memiliki kekuasaan untuk mengontrol segalanya, termasuk ―kerajaan jahat‖-nya. Jadi ketika menonton TV , saya melihat apa yang saya persepsi sebagai pandangan sekilas Clinton , yang mungkin sedikit jahat, dan acungan empolnya ( yang menurut perasaan saya mengarah langsung kepada saya) karena saya telah memberikan suara dengan cara seperti itu. Anda lihat, saya mengalami delusi lain; ketik menonton TV ,subjek yang ada di televise dapat memandang tajam ,langsung ke arah Anda … dalam pikiran saya yang mengalami delusi, acugan jempul itu dialamatkan secra pribadi kepada saya karena telah memberikan suara dengan cara seperti itu. Salah satu kemungkinan bahwa delusi mungkin merupakan maksud yang disengaja oleh penderita skizofrenia untuk mengatasi keresahan akibat terjadinya perubahan yang berlangsung dalam diri mereka. Sebagai conto, G.A. Roberts (1991) meneliti 17 orang yang telah mengelaborasikan sebagai delusi tentang dirinya sendiri dan dunianya dan membandingkan mereka dengan sekelompok orang yang sebanding, yang sebelumnya pernah mengalami delusi tetapi sekarang sudah mengalami kemajuan. Individu-individu yang mengalami delusi ini
  • 18. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 18 mengekspresikan pemahaman yang lebih kuat mengenai maksud dan makna kehidupan dan kurang mengalami depresi , yang semuanya tampak berhubungan dengan system keyakinan delusionalnya. 2. Halusinasi Halusinasi, pengalaman sensorik yang palsu namun terasa sangat nyata. Sejauh ini, halusinasi yang umum terjadi pada para penderita skizofrenia adalah mendengar suara –suara; hal ini dapat dikatakan sebagai tanda dari penyakit ini. Beberapa penderita skizofrenia menjadi sangat tersiksa oleh suara-suara tersebut, sehingga mereka memutuskan untuk melakukan usaha bunuh diri demi menghindari suara-suara yang memaki-maki dirinya, memaksa dirinya untuk mencuri sel-sel otak orang lain, atau memerintah dirinya untuk melakukan usaha bunuh diri. Suatu saat, ia mengangkat telepon, dan mendengar suara-suara tersebut meneriakkan ‖Kamu bersalah!‖ secara berulang-ulang. Ia mengatakan pada wartawan bahwa teriakan mereka ―sekeras teriakan orang yang menggunakan alat pengeras suara. Keadaan tersebut sangat kacau, saya merasa sangat takut, mereka selalu ada di sekeliling saya‖. (Goode.2003).  Gejala Negatif 1. Pembicaraan yang Tidak Terorganisir Pembicaraan yang tidak terorganisir dan tidak koheren, yang terdiri dari kumpulan ide dan simbol yang tidak masuk akal, yang dihubungkan dengan kata-kata lima yang tidak bermakna, atau dengan asosiasi yang tidak berkaitan yang disebut sebagai word salads. Seorang pasien skizofrenia menuliskan, ―Minyak olive adalah saus-minuman keras yang berasal dari arab, yang digunakan masyarakat Afganistan, Moors, dan muslim pada peternakan burung unta. Pohon pisang Indian adalah whiskey dibangsa Persia dan Arab. Gandum, nasi, dan tebu disebut sebagai tumbuhan untuk sayur, dan tumbuh dengan baik di India. Para Brahmin
  • 19. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 19 hidup sebagai kasta di Baluchistan. Bangsa Circosia menduduki Manchoria dan Cina. Cina adalah Eldorado dari para Pawness ―. (Bleuder, 1911/1950). 2. Perilaku yang Tidak Terorganisasi dan Tidak Sesuai Perilaku yang tidak terorganisasi dan tidak sesuai, yang memiliki rentang mulai dari kebodohan kanak-kanak, hingga agitasi yang kasar dan tidak dapat diprediksi. Seorang penderita dapat memakai 3 mantel dan sarung tangan di hari yang panas. Mulai mengumpulkan sampah, atau menyimpan sisa-sisa makanan. 3. Penyakit Pada Kemampuan Kognitif Mereka yang menderita skizofrenia memiliki kemampuan yang jauh lebih rendah dibandingkan mereka yang sehat pada berbagai domain kognitif, terutama pembelajaran verbal dan pemanggilan kembali kata-kata dan cerita, bahasa, persepsi, memori kerja, seleksi atensi dan pemecahan, masalah (Barch, 2003). Pembicaraan mereka seringkali memiliki kwalitas yang miskin; mereka hanya memberikan jawaban yang singkat dan kosong dalam suatu percakapan, yang disebabkan oleh kekurangan pemikiran, dan bukan karena keengganan untuk berbicara. Banyak dari gangguan kognitif tersebut muncul pada anak-anak yang rentan jauh sebelum terjadi gangguan skezofrenia yang sebenarnya dan akan berakhir setelah gejala-gejala psikotik pada pasien menghilang sebagai akibat dari proses pengobatan ( Heinrichs, 2005). 4. Pendataran Afek Mereka seperti orang yang mengenakan topeng karena tidak memperlihatkan emosi pada saat mereka mestinya memperlihatkannya. Mereka mungkin akan menatap dengan pandangan kosong ke arah Anda, berbicara dengan datar dan tanpa nada, dan tampak tidak terpengaruh oleg segala hal yang terjadi di sekitarnya. Tetapi, meskipun tidak bereaksi seara terbuka terhadap berbagai situasi emosional, mereka mungkin memberikan respon secara batiniah.
  • 20. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 20 5. Avolisi Dengan mengombinasikan awalan a yang berarti ‖tanpa‖ dan volition yang berarti ―Tindakan yang menunjukkan kemauan,memilih, atau memutuskan‖, kata avolition (avolisi) berarti ketidak mampuan untuk memulai atau mempertahankan berbagai macam kegiatan. Penderita gejala ini (yang juga sering disebut apathy) menunjukkan minat yang rendah untuk melakukan sesuatu, bahkan fungsi-fungsi dasar sehari-hari, termasuk kesehatan pribadi. 6. Alogia Dari kombinasi antara a (tanpa ) dan logos (kata), alogia mengacu pada relatif ketiadaan pembicaraan. Orang dengan alogia mungkin merespn pertanyyan dengan jawaban-jawaban pendek yang isinya terbatas dan mungkin tampak tidak tertarik untuk bercakap-cakap. Sebagai contoh, untuk pertanyan, ―apakah andamemiliki anak?‖, kebanyakan orang tua akan menjawab, ―o,ya. Saya memiliki dua anak, laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki saya berumur 6 tahun dan anak perempuan saya 12 tahun. ― dalam percakapan dibawah ini, seseorang dengan alogia akan menjawab pertanyaan yang sama dengan cara seperti ini : Pewawancara : Apakah anda memiliki anak? Klien : Iya. Pewawancara : Berapa jumlah anak anda? Klien : Dua. Pewawancara : Berapa umurnya? Klien : Enam dan Duabelas. Defisiensi dalam komunikasi semacam itu diyakini mencerminkan adanya gangguan pikiran negatif dan bukan keterampilan komunikasi yang tidak adekuat. Sebagin peneliti, misalnya, menyatakan bahwa penderita alogia mungkin mengalami kesulitan untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk memformulasikan pikirannya (Alpert, Clark, dan Pouget,1994). Kadang-kadang alogia berbentuk komentar yang terlambat atau respon yang lambat terhadap pertanyaan yang
  • 21. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 21 diajukan. Berbicara dengan orang-orang yang memanifestasikan gejala ini bisa sangat membuat frustasi, membuat anda smerasa seolah-olah harus ― menarik gigi ‖ untuk membuat mereka mau merespon. F. Subtipe Schizofrenia Tiga pembagian masih digunakan sampai sekarang: paranoid (waham kebesaran atau persekusi, disorganized (atau hebephrenic; emosionalitas yang tidak matang), dan catatonic (imobilitas dan agitasi yang gaduh). Penelitian mendukung pembagian skizofrenia menjadi kategori-kategori ini, karena perbedaan diantara mereka memang dapat diidentifikasi (Ho, dan kawan-kawan, 2003). 1. Tipe Paranoid Para penderita skizoprenia tipe paranoid secara mencolok tampak berbeda karena delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar. Mereka biasanya memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan penderita tipe skizofrenia lainnya. Delusi dan halusinasinya biasanya memiliki tema tertetu, seperti grandeur atau persekusi. Criteria DSM-IV- TR untuk memasukkan seseorang kedalam subtype ini menyebutkan tentang preokupasi dengan satu macam waham atau lebih, atau halusinasi pendengaran yang sering tetapi tanpa disertai adanya disorganisasi dalam pembicaraan, atau disorganisasi perilaku atau perilaku katatonik, atau afek datar, atau tidak pas, yang mencolok (American Psychiateric Association, 2000a). 2. Tipe Terdisorganisasi Kontras dengan tipe skizofrenia paranoid, para penderita skizofrenia tipe terdisorganisasi memperlihatkan disrubsi yang tampak nyata dalam pembicaraan dan perilakunya. Mereka juga memperlihatkan afek datar atau tidak pas, seperti tertawa dungu pada saat yang tidak tepat (American Psychiateric Association, 2000a). mereka biasanya juga tampak self-absorbed
  • 22. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 22 (Terserab) dan dapat menghabiskan banyak waktu untuk memandangi dirinya dicermin (Ho, dan kawan-kawan,2003). Bila ada delusi atau halusinasi, mereka cenderung tidak diorganisasikan diseputar tema sentral tertentu, seperti pada tipe paranoid, tetapi lebih terfrakmetasi. Tipe ini sebelumnya disebut tipe hebefrenik. Individu-individu dengan diagnosis ini menunjukkan tanda-tanda kesulitan sejak usia dini, dan masalah mereka sering kali bersifat kronis, jarang menunjukkan remisi ( perbaikan gejala) yang menjadi cirri bentuk-bentuk lain gangguan ini (Hardy- Bayle.Sarfati, dan Passerieu,2003). 3. Tipe Katatonik Selain respon motorik yang tidak lazim dalam bentuk diam pada posisi yang tetap ( waxy Flexybility), terlibat kegiatan yang eksesif, dan bersifat membangkang dengan bersikeras menolak usaha orang lain untuk menggerakkan/mengubah posisinya, individu-individu dengan skizofrenia tipe katatonik kadang-kadang memperlihatkan tingkah ganjil dengan tubuh dan wajahnya, termasuk grimacing (menyeringai) (American Psychiateric Association, 2000a). Mereka sering mengulang atau meniru kata-kata orang lain (echolalia) atau gerakan orang lain (echopraxia). Klaster perilaku ini relative jarang, dan ada beberapa berdebatan tentang apakah subtipe ini tetap diklasifikasikan sebagai subtipe skizofrenia yang terpisah (Mc Glashan dan Fenton,1991). Jarangnya kasus ini sebagian mungkin merupakan hasil kesuksesan obat-obat neuroleptik. 4. Tipe Tak Terbedakan Orang-orang yang tidak pas benar dengan subtipe-subtipe diatas diklasifikasikan mengalami skizofrenia tipe tak terbedakan. Mereka meliputi orang-orang yang memiliki gejala- gejala utama skizofrenia tetapi tidak memenuhi kriteria tipe paranoid, terdisorganisasi/hebefrenik atau katatonik.
  • 23. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 23 5. Tipe Residual Orang-orang yang hanya pernah mengalami setidaknya satu episode skizofrenia tetapi tidak lagi memanifestasikan gejal-gejala utamanya didiagnosa sebagai skizofrenia tipe residual. Meskipun mereka mungkin tidak menderita delusi atau halusinasi yang aneh, mereka mungkin memperlihatkan gejala-gejala residual ―sisa‖, seperti keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosila, pikiran-pikiran ganjil, inaptivitas, dan efek datar. Penelitian menunjukkan bahwa subtipe paranoid mungkin memiliki kaitan kekeluargaan yang lebih kuat dibandingkan subtipe-subtipe lainnya. Disamping itu, orang-orang ini mungkin berfungsi secara lebih baik sebelum maupun sesudah episode skizofrenia disbanding orang- orang yang didiagnosa dengan subtipe-subtipe lainnya (Ho, dan kawan-kawan, 2003). Penelitisn lebih lanjut akan menentukan apakah membagi skizofrenia menjadi lima subtipe membantu kita dalam memahami dan menangani para penderitanya. Beberapa gangguan lain juga ditandai oleh perilaku-perilaku psikotik, seperti halusinasi dan delusi tidak manifest dengan cara yang sama dengan skizofrenia. 6. Gangguan-gangguan Psikotik Lainnya Perilaku-perilaku psikotik sebagai individu tidak pas benar bial ditempatkan dibawah judul skizofrenia seperti yang baru saja didiskribsikan. Beberapa kategori gangguan lain menggambarkan variasi-variasi signifikan tersebut. G. Prevalensi dan Penyebab Schizofrenia Mempelajari skizofrenia berarti mengungkapkan banyak tingkat yang harus kita uraikan tentang apa yang membuat kita berperilaku dengan cara tertentu. Untuk mengungkap penyebab gangguan ini, para peneliti mengungkap beberapa bidang : o gen-gen yang mungkin terlibat pada skizofrenia,
  • 24. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 24 o cara kerja kimiawi obat-obatan yang mungkin dapat membantu banyak orang yang mengalami gangguan ini, dan o abnormalitas cara kerja penderita skizofrenia (Sawa dan Synder, 2002). Menelaah beberapa teknik mutakhir untuk mengetahui beberapa pengaruh biologis maupun psikososial sebuah proses yang mungkin kadang-kadang berjalan sangat lambattetapi akan membawa wawasan (insight) baru bagi pemahaman tentang psikopatologi gangguan ini.  Statistik Skizofrenia kadang-kadang bertentangan dengan kesederhanaan yang kita inginkan. Kita tahu betapa berartinya gejala yang mungkin diperlihatkan oleh individu-individu yang semuanya dapat dianggap mengalami gangguan ini. Pada sebagian orang, gejala-gejala ini berkembang dengan lamban. Pada sebagian lainnya, gejala-gejala itu dapat muncul secara tiba-tiba. Skizofrenia pada umumnya bersifat kronis. Kebanyakan orang dengan gangguan ini mengalami kesulitan untuk berfungsi di masyarakat. Kesulitan ini terutama berlaku begi kemampuan mereka untuk berhubungan dengan orang lain. Mereka cenderung tidak membangun atau mempertahankan hubungan yang signifikan, sehingga banyak penderita Skizofrenia yang tidak pernah menikah atau mempunyai anak. Berbeda dengan delusi pada penderita gangguan- gangguan psikoyik lain, delusi pada penderita skizofrenia cenderung berada di luar semesta kemungkinan. Terakhir, meskipun individu dengan skizofrenia membaik setelah penanganan, mereka cenderung tetap akan mengalami berbagai kesulitan sepanjang hidupnya. Di seluruh dunia, prevalensi seumur hidup skizofrenia kira-kira sama antara laki-laki dan perempuan. Prevalensinya diantara populasi secara umum diperkirakan sekitar 0,2% sampai 1,5%. Secara rata-rata, harapan hidup mereka sedikit lebih rendah, sebagian karena lebih tingginya angka bunuh diri dan kecelakaan di kalanan penderita skizofrenia (Ho, dan kawan-
  • 25. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 25 kawan, 2003). Meskipun ada beberapa ketidaksepakatan tentang distribusi skizofrenia diantara laki-laki dan perempuan, perbedaan diantara kedua jenis kelamin dalam hal umur onset-nya jelas. Bagi laki-laki, kemungkinan onset-nya menghilang sejalan dengan pertambahan umur, tetapi masih tetap dapat muncul setelah umur 75 tahun. Onset untuk perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, yaitu sampai umur 36 tahun, yang perbandingan onset-nya menjadi terbalik, sehingga lebih banyak perempuan yang mengalami skizofrenia pada usia lanjut bila dibandingkan dengan laki-laki (Howard, Castle, Wessely, dan Murray, 1993). Perempuan tampaknya menunjukkan hasil yang lebih menggembirakan dibandingkan dengan laki-laki (Ho, dan kawan-kawan, 2003). Para pekerja kesehatan mental biasanya menggunkan sebuah sistem klasifikasi yang diintroduksikan pada pertengahan tahun 1970-an oleh Strauss, Carpenter, dan Bartko (1974). Sistem klasifikasi ini menekankan pada gejala-gejala positif, negatif, dan disorganisasi. Timothy Crow mengolaborasi pendekatan ini dan menyatakan bahwa skizofrenia dapat didikotomisasikan menjadi dua tipe (Crow 1980, 1985), berdasarkan berbagai karakteristik, termasuk gejalanya, responnya terhadap pengobatan, hasilnya, dan ada atau tidak adanya hendaya intelektual. Tipe I berhubungan dengan gejala-gejala seperti halusinasi, delusi, respon yang baik terhadap pengobatan, prognosis yang optimistik, ketiadaan hendaya intelektual. Sebaliknya, tipe II meliputi penderita gejala-gejala negatif berupa afek datar dan miskin bicara serta memperlihatkan respon yang aktif terhadap pengobatan, prognosisnya lebih pesimis ada hendaya intelektual. Meskipun bukan tanpa (Andreasen dan Carpenter, 1993), model Crow mempengaruhi pemikiran tentang sifat skizofrenia yang berlaku saat ini.  Perkembangan Semakin banyak terhadap perkembangan skizofrenia yang diberikan (Asarnow, 1994; Walker, 1991) mungkin akan memperjelas penyebabnya. Penelitian menunjukkan bahwa anak- anak yang menderita skizofrenia menunjukkan bahwa anak-anak yang kelak menderita
  • 26. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 26 skizofrenia menunjukkan beberapa tanda abnormal sebelum mereka memperlihatkan gejala- gejala skizofrenia yang khas (Fish, 1987). Reaksi emosional mereka mungkin abnormal, dengan lebih sedikit afek positif dan lebih banyak afek negatif dibanding saudara-saudara kandungnya yang tidak mengalaminya (Walker, dan kawan-kawan, 1993). Ingat, bahwa meskipun umur onset-nya bervariasi, skizofrenia pada umumnya muncul pada masa dewasa awal. Bila faktor- faktor penyebabnya sudah muncul pada usia dini, mengapa gangguan itu baru muncul pada usia lanjut? Mungkin kerusakan otak yang terjadi pada periode perkembangan awal menjadi penyebab skizofrenia yang kelak akan dialami (McNeil, Cantor-Grae, dan Weinberger, 2001). Tetapi, alih- alih mengakibatkan kemunduran progresif yang segera tampak, kerusakan itu mungkin tetap ―tertidur‖ (tidak aktif) sampai pada periode perkembangan lebih lanjut, ketika tanda-tanda skizofrenia muncul pada pertama kalinya. Beberapa penelitian menemukan bahwa penderita skizofrenia yang memperlihatkan tanda-tanda awal abnormalitas pada saat dilahirkan dan selama masa kanak-kanak awal cenderung menunjukkan kondisi yang lebih baik dibanding yang tidak (Torrey, Bowler, Taylor, dan Gottesman, 1994). Salah satu interpretasi teuan ini dalah bahwa semakin dini kerusakan itu terjadi semakin banyak waktu yang diilii otak untuk mengompensasinya, sehingga menghasilkan gejala-gejala yang lebih ringan pula. Perspektif rentang hidup barang kali paling tidak dapat mengungkapkan sebagian dari perkembangan skizofrenia (Belitsky dan McGlashan, 1993). Salah satu diantara beberapa studi yang mengikuti para penderita skizofrenia sampai usia lanjut, para peneliti menelusuri kehidupan 52 orang selama kurun waktu 40 tahun (Winokur, Pfohl, dan Tsuang, 1987). Temuan umum mereka adalah bahwa orang-orang dewasa yang lebih tua cenderung memperlihatkan lebih sedikit gejala positif, seperti delusi dan halusinasi, dan lebih banyak gejala negatif, seperti kesulitan berbicara dan kognitif.
  • 27. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 27 Kekambuhannya juga dapat dipertimbangkan dalam mendiskusikan tentang rangkaian (course) dari skizofrenia. Sayangnya, bayak orang yang membaik setelah mengalami sebuah episode skizofrenia kelak akan mengalami gejala-gejala itu lagi. Kebanyakan penderita skizofrenia berfluktuasi antara hendaya tingkat berat dan tingkat sedang sepanjang hidupnya. (Harrow, Sands, Silverstein, dan Goldbergm 1997).  Faktor-faktor Kultural Karena skizofrenia sangat komplek,diagnosisnya bisa controversial. Sebagian pihak berpendapat bahwa ―skizofrenia‖ tidak benar-benar ada. Skizofrenia hanya label bernada menghina bagi orang-orang yang berperilaku diluar norma cultural yang berlaku (misalnya, Laing, 1967;Sarbin dan Marcuso,1980;szasz,1961). Mekipun ide bahwa skizofrenia hanya ada di benak para profesional kesehatan mental ini sangat provokatif, tetapi pandangan ekstrim ini bertentangan dengan pengalaman. Kami memiliki banyak kontak dengan orang-orang yang mengalami gangguan ini maupun dengan keluarga dan teman-temannya. Begitu besarnya kepedihan emosional yang diakibatkan oleh skizofrenia menjadi bukti mutlak eksistensiny. Di samping itu, banyak orang di berbagai budaya yang sangat berbeda menunjukkan gejala-gejala skizofrenia. Hal ini mendukung gagasan bahwa skizofrenia adalah kenyataan bagi banyak orang di seluruh dunia (Ihara, Berrios, dan McKenna,2003;Patel dan Andrade,2003). Oleh sebab itu skizofrenia bersifat universal, menimpah semua kelompok ras dan kultural yang telah diteliti samapai sejauh ini. Tetapi, jalur dan akibat skzofrenia bervariasi dari budaya ke budaya. Sebagai contoh, di Kolombia, India, dan Nigeria, lebih banyak orang yang mengalami kemajuan signifikan atau sembuh sama sekali disbanding di Negara-negara lain (leff, Sartorius, Jeblensky, Korten, dan Ernberg,1992). Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh variasi kultural atau pengaruh biologis
  • 28. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 28 yang meninjol seperti imunisasi. Tetapi kita belum dapat menjelaskan mengapa timbul akibat- akibat yang berbeda. Di Amerika Serikat, lebih banyak orang Afrika-Amerika yang menerima diagnosis skizofrenia disbanding orang kulit putih ( Lindsey dan Paul, 1989). Penelitian di Inggris maupun Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang-orang dari kelompok-kelompok etnis minoritas yang dinilai lebih rendah( Afro-Karibia di Inggris dan Afrika-Amerika di AS) mungkin merupakan korban bias dan stereotip (Jones dan Gray, 1986;Lewis. Croft-Jeffreys, dan Anthony,1990). Dengan kata lain mereka lebih bayak menerima diagnosis skizofrenia dibanding para anggota kelompok dominan. Sebuah studi prospektif mengenai skizofrenia diantara berbagai kelompok etnis di London menemukan bahwa meskipun akibat skizofrenia diantara kelompok-kelompok ini tampak mirip, orang kulit hitam lebih banyak yang ditahan diluar kemauannya, dijebloskan ke ruamah sakit jiwa oleh polisi dan diberi suntikan emergensi (Goater, dan kawan-kawan, 1999). Oleh karena itu, angka-angka skizofrenia yang berbeda-beda itu bisa jadi disebabkan oleh misdiagnosis , kekeliruan diagnosis, dan buakan benar-benar karena perbedaan kultural. Tetapi, faktor lain yang memberikan kontribusi pada ketidakseimbangan ini ditemukan dalam kemajuan pengetahuan di bidang genetika. Mungkin ada varian-varian genetic yang unik untuk kelompok ras tertentu yang memberiakan kontribusi terhadap perkembangan skizofrenia ( Glatt , Tampilic, Christie, DeYoung dan Freimer, 2004), sebuah faktor yang akan kami eksplorasi dibagian berikutnya.  Pengaruh Genetik Kami dapat mengatakan bahwa tidak ada bidang psikologi abnormal lain yang sejelas fenomenon skizofrenia dalam mengilustrasikan kompleksitas yang luar biasa dan misteri pengaruh genetic terhadap perilaku ( Basset, Chow, Waterworth, dan Brzustowicz, 2001). Terlepas dari kemungkian bahwa skizofrenia adalah beberapa gangguan yang berbeda, aman
  • 29. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 29 bagi kita untuk membuat sebuah generalisasi : Gen-gen bertanggung jawab membuat sebagian individu rentang terhadap skizofrenia. Kita akan melihat berbagai temuan penetian dari keluarga, orang-orang kembar, orang- orang yang diadobso, anak-anak dari orang-orang kembar, dan studi- studi tentang keterkaitan dan asosiasi ( Faraone, Tsuang, dan Tsuang, 1999). Kami akan menyimpulkannya dengan mendiskusiakan tentang berbagai alasan bahwa tidak ada satu gen tunggalpun yang bertanggung jawab atas terjadinya skizofrenia. Sebaliknya, banyak gen saling berkombinasi untuk menghasilkan kerentangan.  Family Studies Pada 1938, Franz Kallmann mempublikasikan sebuah studi besar tentang keluarga para penderita skizofrenia ( Kallman, 1938). Kallman meneliti para anggota keluarga dari 1000 orang yang didiagnosis dengan skizofrenia di rumah sakit jiwa Berlin. Beberapa temuannya masih tetap dijadikan pedoaman bagi penelitian-penelitian tentang skizofrenia. Kallman menunjukkan bahwa tingkat keparahan gangguan orang tua mempengaruhi kemungkinan anaknya untuk mengalamai skizofrenia. Semakin parah skizofrenia orang tuanya, semakin besar kemungkinan anak-anaknya untuk mengembangkan gangguan yang sama. Temuan lain yang juga penting adalah bahwa semua bentuk skizofrenia ditemukan dalam keluarga. Dengan kata lain, Anda tidak mewarisi predisposisi untuk, misalnya, skizofrenia paranoid. Tetapi, Anda mungkin mewarisi predisposisi umum untuk mengalami skizofrenia yang manifest dalam bentuk yang sama atau berbeda dengan orang tua Anda. Penelitian yang lebih mutakhir membenarkan observasi ini dan menunjukkan bahwa keluarga-keluarga yang memiliki anggota dengan skizofrenia beresiko bukan untuk mengalami skizofrenia saja atau untuk mengalami semua jenis gangguan psikologi lainnya; tetapi,
  • 30. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 30 tampaknya ada resiko familia bagi spektrum gangguan-gangguan psikotik yang terkait dengan skizofrenia.
  • 31. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 31 = = = Pembahasan = = = A. Schizofrenia Paranoid  Gambar Penderita Schizofrenia Paranoid
  • 32. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 32  Contoh Kasus I Schizofrenia Paranoid ARTHUR ( Menyelamatkan Anak-anak ) Kami bertemu Arthur, 22 tahun, untuk pertama kalinya di sebuah klinik untuk pasien rawat-jalan di sebuah rumah sakit jiwa. Keluarga Arthur sangat prihatin dan gundah menghadapi perilakunya yang tidak lazim dan berusaha keras untuk membantunya. Mereka mengatakan bahwa putranya ―sakit‖ dan ―berbicara seperti orang gila‖, dan mereka takut bila suatu saat Arthur akan mencelakai dirinya sendiri. Arthur memiliki masa kanak-kanak yang normal di lingkungan suburban kelas- menengah. Pernikahan orang tuanya cukup bahagia sampai ayahnya meninggal beberapa tahun silam. Arthur tergolong siswa rata-rata di sekolah dan telah menyerlesaikan gelar associate di sebuah perguruan tinggi. Keluarganya tampaknya mengira bahwa Arthur menyesal karena tidak dapat mencapai gelar bachelor-nya. Arthur pernah bekerja di sejumlah pekerjaan yang sifatnya temporer, dan menurut ibunya Arthur cukup puas dengan yang dikerjakannya. Ia tinggal dan bekerja di sebuah kota besar yang berjarak 15 menit dari rumah ibu dan saudara-saudara tirinya. Keluarga Arthur mengatakan bahwa sekitar 3 minggu sebelum datang ke klinik bicaranya mulai aneh. Ia telah berhenti bekerja sejak beberapa hari sebelumnya karena kebijakan pengurangan produksi di tempat kerjanya. Ia juga telah berhenti berkomunikasi dengan keluarganya selama beberapa hari. Ketika kemudian berbicara lagi dengannya, perilakunya membuat keluarganya benar-benar terkejut. Meskipun sebelumnya ia memang selalu bersikap idealistis dan sangat bersemangat untuk menolong orang-orang lain, sekarang ia berbicara tentang keinginannya untuk menyelamatkan semua anak kelaparan di seluruh dunia dengan ―rencana rahasianya‖. Pada mulanya keluarganya berasumsi hanya gurauan yang sarkastik, tetapi tingkah lakunya kemudian berubah ke arah ekstrim. Ia mulai
  • 33. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 33 membawa-bawa buku catatan yang dikatakannya berisi skema yang dirancangnya untuk menolong anak yang kelaparan. Ia mengatakan bahwa skema itu hanya akan diungkapkannya di waktu dan kepada orang yang tepat. Curiga bahwa Arthur mungkin telah menggunakan obat-obatan, yang dapat menjelaskan perubahan perilakunya yang begitu tiba- tiba dan dramatis, keluarganya mendatangi apartemennya. Meskipun tidak menemukan bukti apa pun yang mengarah ke penggunaan obat, mereka menemukan checkbook – nya dan melihat sejumlah entry yang aneh. Selama beberapa minggu setelah itu, tulisan tangan Arthur semakin jelek dan ia mulai menulis catatan-catatan dan bukan informasi-informasi pemeriksaan seperti lazimnya (misalnya, ―Sekarang sudah mulai‖; ―Ini penting‖; ―Mereka harus diselamtakan‖). Ia juga membuat catatan di sebagian besar prized book-nya, sebuah perkembangan yang menunjukkan penghormatan yang tidak wajar kepada buku-buku itu. Dan hari ke hari Arthur semakin menunjukkan perubahan emosi, sering menangis dan tampak merasa sangat khawatir. Ia tidak mau lagi mengenakan kaos kaki dan pakaian dalam dan, meskipun cuaca saat itu sangat dingin, ia tidak mau mengenakan jaket ketika keluar rumah. Dengan dipaksa keluarganya, ia pindah ke apartemen ibunya. Waktu tidurnya sangat sebentar dan membuat keluarganya tidak bisa tidur hingga dini hari. Ibunya mengatakan bahwa rasanya seperti hidup dalam mimpi buruk. Setiap pagi ia bangun dengan perasaan yang tidak enak di perutnya. Rasanya ia tidak ingin bangkit dari tempat tidurnya karena merasa sangat tidak berdaya untuk menyelamatkan Arthur dari distress beratnya. Ketakutan keluarganya semakin besar ketika Arthur mengungkapkan lebih banyak detail dari ―rencana rahasianya‖. Ia mengatakan bahwa akan pergi ke kedutaan Jerman karena itulah satu-satunya tempat dimana orang mau mendengarkannya. Ia akan memanjat pagar gedung kedutaan di malam hari saat semua orang sedang tidur dan mengemukakan rencananya kepada Duta Besar Jerman. Takut bahwa Arthur akan terluka karena menerobos masuk ke wilayah kedutaan besar itu, keluarganya lalu menghubungi rumah sakit jiwa
  • 34. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 34 setempat. Mereka mendeskripsikan kondisi Arthur dan menanyakan tentang kemungkinannya untuk dirawat di sana. Mereka sangat terkejut dan kecewa saat diberi tahu bahwa mereka tidak dapat menempatkan Arthur di rumah sakit jiwa di luar kemampuannya, kecuali bila Arthur beresiko membahayakan dirinya sendiri atau orang lain. Takut bahwa Arthur akan celaka bukan alasan yang cukup kuat untuk menempatkannya di rumah sakit jiwa di luar kemampuannya. Keluarganya akhirnya berbicara dengan Arthur dalam pertemuan dengan staf di klinik untuk pasien rawat-jalan. Selama wawancara, jelas dia delusional, sangat percaya bahwa ia mampu menolong semua anak kelaparan di seluruh dunia. Setelah dibujuk, akhirnya saya dapat meyakinkannya untuk mau menunjukkan buku-bukunya. Ia telah menuliskan berbagai pikiran acak (misalnya, ―Jiwa yang miskin dan kelaparan‖; ―Bulan adalah tempat satu- satunya‖) dan membuat gambar-gambar pesawat roket. Bagian dari rencananya termasuk membangun pesawat roket untuk pergi ke bulan, dimana disana ia akan membangun masyarakat untuk semua anak kurang gizi, tempat dimana mereka dapat tinggal dan diberi bantuan. Setelah memberikan beberapa komentar pendek mengenai rencanaya, saya mulai menanyakan tentang kesehatannya. ―Anda tampak letih. Apakah tidur anda tidak cukup?‖ ―Tidur itu sebenarnya tidak perlu,‖ katanya. ―Rencana saya membutuhkan banyak waktu. Kalau semuanya sudah selesai saya bisa beristirahat sepuas-puasnya.‖ ―Keluarga anda mengkhawatirkan diri Anda.‖ kata saya. ―Apakah anda dapat memahami keprihatinan mereka?‖ ―Penting bagi semua orang yang peduli untuk bersatu, bergabung bersama,‖ jawabnya.
  • 35. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 35 Sambil berkata begitu ia bangkit dan berjalan meninggalkan ruang praktik, meninggalkan klinik, setelah mengatakan kepada keluarganya bahwa ia akan segera kembali. Setelah 5 menit berlalu dan ia belum juga kembali, keluarganya mencarinya tetapi ia telah menghilang. Ia menghilang selama dua hari, yang membuat keluarganya sangat khawatir terhadap kesehatan dan keselamatannya. Nyaris secara ajaib, keluarganya menemukannya sedang berjalan di jalanan tengah kota. Ia bertingkah laku seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Buku- buku catatan dan rencana rahasianya pun turut menghilang.  Contoh Kasus II Schizofrenia Paranoid David ( Halusinasi Pendengaran ) David sering mengalami halusinasi pendengaran, biasanya berupa suara mendiang pamannya. Ketika david mendengar suara yang didengarnya sebagai suara Paman Bill, ia sering tidak dapat memahami ucapan pamannya. Kadang- kadang suara itu sangat jelas :‖ Paman menyuruh saya mematikan TV‖. Ia bilang, `Terlalu keras , turunkan volumenya.‘ Saat lain ia berbicara soal memancing. Ini hari baik untuk memancing. Kita harus pergi memancing. ― Anda dapat melihat dengan jelas saat David sedang mendengar suara-suara itu. Ia biasanya sedang tidak melakukan apa-apa, duduk dan tersenyum seolah-olah sedang mendengarkan seseorang sedang berbicara didekatnya, meskipun tidak ada siapapun di sana. = = = = = 0 = = = = = Perilaku ini konsisten dengan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang- orang cenderung mengalami halusinasi lebih sering saat tidak mengarjakan apa-apa atau dalam keadaan terhalangi dari input-input sensorik. (misalnya,Margo,Hemsley,dan Slade,1981)
  • 36. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 36  Teori Schizofrenia Paranoid. Para penderita skizoprenia tipe paranoid secara mencolok tampak berbeda karena delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek mereka relatif utuh. Penderita diliputi macam-macam delusi dan halusinasi yang terus berganti-ganti coraknya dan tidak teratur. Mereka pada umumnya tidak mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar. Sering merasa iri hati, cemburu dan curiga. Umumnya emosinya beku, dan mereka sangat apatis. Mereka biasanya memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan penderita tipe skizofrenia lainnya. Delusi dan halusinasinya biasanya memiliki tema tertentu, seperti grandeur atau persekusi. Criteria DSM-IV-TR untuk memasukkan seseorang kedalam subtype ini menyebutkan tentang preokupasi dengan satu macam waham atau lebih, atau halusinasi pendengaran yang sering tetapi tanpa disertai adanya disorganisasi dalam pembicaraan, atau disorganisasi perilaku atau perilaku katatonik, atau afek datar, atau tidak pas, yang mencolok (American Psychiateric Association, 2000a). Pasien tampaknya lebih ―Waras‖ dan tidak sangat ganjil aneh jika dibandingkan dengan penderita schizofrenia jenis lainnya. Akan tetapi pada umunya bersikap sangat bermusuhan terhadap siapapun juga. Merasa dirinya penting besar grandieus. Sering sangat fanatik religius secara berlebih-lebihan sekali. Kadang kala bersifat hipokhondris.
  • 37. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 37 B. Schizofrenia Residual  Gambar I Penderita Schizofrenia Residual
  • 38. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 38  Gambar II Penderita Schizofrenia Residual
  • 39. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 39  Gambar III Penderita Schizofrenia Residual
  • 40. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 40  Gambar IV Penderita Schizofrenia Residual
  • 41. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 41  Gambar V Penderita Schizofrenia Residual
  • 42. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 42  Contoh Kasus Schizofrenia Residual Pertama kali Tn. Kimpul mengalami skizofrenia pada usia 28 tahun dan sekarang Tn. Kimpul sudah berusia 40 tahun. Awal Tn.Kimpul mengalami skizofrenia karena ditinggal istrinya pergi. Dulunya Tn.Kimpul tidak mempunyai pacar dan setelah akhirnya Tn.Kimpul mempunyai pacar, mereka kemudian menikah. Pada usia 28 tahun Tn.Kimpul ditinggal istrinya pergi tanpa alasan. Tn. Kimpul mengalami stress dan akhirnya menjadi gila(skizofrenia). Tn.kimpul tidak mau pakaiannya diganti dengan pakaian yang lain ataupun yang baru. Tn. Kimpul suka makan-makanan sisa yang ada ditempat sampah dan di pinggir jalan.  Teori Schizofrenia Residual Orang-orang yang hanya pernah mengalami setidaknya satu episode skizofrenia tetapi tidak lagi memanifestasikan gejal-gejala utamanya didiagnosa sebagai skizofrenia tipe residual. Meskipun mereka mungkin tidak menderita delusi atau halusinasi yang aneh, mereka mungkin memperlihatkan gejala-gejala residual ―sisa‖, seperti keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan efek datar. Penelitian menunjukkan bahwa subtipe paranoid mungkin memiliki kaitan kekeluargaan yang lebih kuat dibandingkan subtipe-subtipe lainnya. Disamping itu, orang-orang ini mungkin berfungsi secara lebih baik sebelum maupun sesudah episode skizofrenia disbanding orang- orang yang didiagnosa dengan subtipe-subtipe lainnya (Ho, dan kawan-kawan, 2003). Penelitisn lebih lanjut akan menentukan apakah membagi skizofrenia menjadi lima subtipe membantu kita dalam memahami dan menangani para penderitanya. Beberapa gangguan
  • 43. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 43 lain juga ditandai oleh perilaku-perilaku psikotik, seperti halusinasi dan delusi tidak manifest dengan cara yang sama dengan skizofrenia.
  • 44. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 44 C. Schizofrenia Katatonik  Gambar I Penderita Schizofrenia Katatonik o Teriak-teriak di jalan. o Sering berjalan-jalan tanpa tujuan.
  • 45. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 45  Gambar II Penderita Schizofrenia Katatonik o Teriak-teriak. o Jika diajak berhubungan seksual oleh siapapun, ia menurutinya.
  • 46. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 46  Gambar III Penderita Skizofrenia Katatonik o Suka mengajak berkelahi orang yang dilewatinya. o Suka marah-marah.
  • 47. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 47  Contoh Kasus I Schizofrenia Katatonik
  • 48. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 48 Analisis Gambar dan Kasus : - Dari kasus di atas di diagnose bahwa : Tn. Suwandi didiagnosa mengidap gangguan jiwa (skizofrenia tipe katatonik). Ditinjau dari kronologis peristiwa, disimpulkan bahwa Tn. Suwandi telah mengidap gangguan jiwa sejak 10 tahun silam. Tn Suwandi pernah menjalani pengobatan di RSJ Sumber Porong selama 6 bulan, dan sembuh. Namun, kembali kambuh dikarenakan fakum dari minum obat. Akibatnya Tn Suwandi menyerang tetangganya sendiri. - Gejala yang timbul : Menyerang seseorang tiba-tiba tanpa alasan yang jelas.  Contoh Kasus II Schizofrenia Katatonik Nama : Ny.Jirah Umur : 30 tahun Awalnya Ny.Jirah seorang penari di Desa X. Dia terkenal cantik, kaya, dan pintar menari sehingga dia banyak tawaran manggung di berbagai tempat. Karena kecantikannya banyak lelaki yang tertarik kepadanya. Pada saat manggung dia bertemu dengan seorang lelaki yang bernama Tn. S, dan mereka menjalin hubungan. Awalnya lelaki itu sangat baik kepadanya dan sangat mencintai Ny. Jirah. Setelah lama menjalin kasih, ternyata Tn.S hanya mencintai harta Ny. Jirah. Setiap hari Tn.S meminta uang dan benda kepada Ny,Jirah. Dan karena terlalu cintanya Ny. Jirah kepada Tn. S dia tidak merasa bahwa si Tn. S hanya memanfaatkan/ mengincar hartanya semata. Di sisi lain Ny. Jirah dan Tn. S belum mempunyai status yang jelas ( pernikahan). Karena semakin tua Ny. Jirah tidak lagi mendapatkan tawaran manggung seperti dahulu. Mengetahui uangnya semakin habis, Ny. Jirah baru menyadari bahwa dirinya hanya dimanfaatkan oleh Tn. S. Karena terlambat menyadari hal tersebut harta Ny. Jirah pun habis,
  • 49. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 49 dan Tn. S pergi meninggalkan Ny. Jirah. Semenjak itu Ny. Jirah stress dan berujung gila. Ny. Jirah yang sekarang berumur 60 tahun lebih sering terlihat berjalan-jalan dan berteriak-teriak sesukanya di sepanjang jalan yang ia lewati.  Teori Schizofrenia Katatonik Selain respon motorik yang tidak lazim dalam bentuk diam pada posisi yang tetap ( waxy Flexybility), terlibat kegiatan yang eksesif, dan bersifat membangkang dengan bersikeras menolak usaha orang lain untuk menggerakkan/mengubah posisinya, individu-individu dengan skizofrenia tipe katatonik kadang-kadang memperlihatkan tingkah ganjil dengan tubuh dan wajahnya, termasuk grimacing (menyeringai) (American Psychiateric Association, 2000a). Mereka sering mengulang atau meniru kata-kata orang lain (echolalia) atau gerakan orang lain (echopraxia). Klaster perilaku ini relative jarang, dan ada beberapa berdebatan tentang apakah subtipe ini tetap diklasifikasikan sebagai subtipe skizofrenia yang terpisah (Mc Glashan dan Fenton,1991). Jarangnya kasus ini sebagian mungkin merupakan hasil kesuksesan obat-obat neuroleptik.
  • 50. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 50 D. Schizofrenia Hebefrenik  Gambar I Penderita Schizofrenia Hebefrenik
  • 51. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 51  Contoh Kasus Penderita Schizofrenia Hebefrenik Nn. Kenik mempunyai masa kanak – kanak yang normal seperti anak – anak seusianya. Dia menempuh pendidikan dari TK, SD, SMP dan SMA hingga lulus. Ketika remaja (SMA) dia mencintai seorang laki- laki. Dia sangat berharap laki – laki tersebut mempunyai perasaan yang sama dengannya. Namun, ternyata laki – laki tersebut telah memiliki tambatan hati dan tidak mempunyai perasaan yang sama dengan Nn. Kenik. Hingga lulus SMA, Nn. Kenik tetap mengharapkan laki – laki tersebut juga mempunyai perasaan yang sama dengannya. Sekian lama waktu yang digunakan Nn. Kenik untuk menunggu, ternyata tidak bisa merubah perasaan laki – laki tersebut. Akhirnya pada usia 17 tahun Nn. Kenik suka menyendiri hingga akhirnya dia depresi dan menderita skizofrenia. Hingga sekarang usianya 43 tahun, Nn. Kenik hanya diam dan menyendiri. Dia tidak peduli dengan lingkungan dan kejadian apa yang ada disekitarnya.  Teori Penderita Schizofrenia Hebefrenik Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun). Kepribadian premorbid menunjukkan cirri khas : pemalu dan senang menyendiri ( solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukakn diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan : Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerism, atau kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;
  • 52. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 52 Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri (self- absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati ( lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerism, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakal, dan ungkapan kata yang di ulang-ulang (reiterated phrases); Proses piker mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikiran umum menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol ( fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empety of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien. Ada reaksi sikap dan tingkah laku yang kegila-gilaan, suka tertawa untuk kemudian menangis tersedu-edu. Mudah tersinggung atau sangat irritable. Sering dihinggapi sarkasme (sindiran tajam) dan jadi meledak-ledak marah atau jadi eksplositif tanpa suatu sebab. Pikirannya selalu melentur, banyak tersenyum-senyum dan mukanya selalu perat-perot (grimassen) tanpa ada satu stimulus. Halusinasi dan delusinya biasanya bersifat aneh-aneh, pendek-pendek dan cepat berganti-ganti. Terjadi regresi total, jadi kekanak-kanakkan.
  • 53. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 53 E. Schizofrenia Tidak Terdefinisi  Contoh Kasus dan Gambar I Penderita Schizofrenia Tidak Terdefinisi
  • 54. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 54 Analisis Gambar dan Kasus : - Dari kasus di atas di diagnose bahwa : An. Riyansyah mengidap gangguan jiwa (skizofrenia tipe tidak terdefinisi). - Kronologi dan gejala yang timbul : Ditinjau dari kronologis peristiwa, dapat disimpulkan bahwa An. R pada walnyaterlahir dalam keadaan normal, namun kemudian dia menunjukkan sikap yang tidak terorganisasi dan tidak sesuai yaitu menjasi seseorang yang cenderung pendiam. Kemudian menjelang usia 2 tahun saat mulai belajar tengkurap dia sering membenturkan kepala ke dinding/ benda keras lain. Selain itu dia juga menggesek-gesekkan tubuh ke benda-benda di
  • 55. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 55 sekelilingnya. Juga kebisaannya yang sering menyakiti dirinya sendiri (self injury) membuat keluarganya terpaksa mengikat kaki dan tangan An. R.  Contoh Kasus dan Gambar II Penderita Schizofrenia Tidak Terdefinisi
  • 56. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 56 Analisis Gambar dan Kasus : - Dari kasus di atas di diagnose bahwa : Tn. Sutrisno mengidap gangguan jiwa (skizofrenia tipe katatonik). Ditinjau dari kronologis peristiwa, dapat disimpulkan bahwa Tn Sutrisno mungkin mengalami tekanan mental yang disebabkan tertangkapnya ia oleh petugas di Malaysia dikarenakan kedatangannya yang haram / illegal di Malaysia. Ia dipulangkan dalam keadaan dirantai.  Contoh Kasus III Penderita Schizofrenia Tidak Terdefinisi Seorang wanita berinisial R (25 tahun) pada tanggal 3 September 2011 dibawa ke Rumah Sakit oleh kakak iparnya dengan keluhan suka marah-marah tanpa sebab dan bepergian tanpa tujuan yang jelas. Diketahui selama dua minggu ia mengalami putus obat. Kini, pasien terlihat dalam batas wajar. Anamnesis ditanggapi dengan baik dan ia menjawab dengan relevan. Namun, ketika disinggung soal suami, pasien terlihat agak tidak suka. Dari riwayat pasien, didapatkan bahwa pasien sudah mengalami gangguan jiwa sekitar 10 tahun yang lalu, sering keluar-masuk RSJ, memiliki stressor sosial ingin memiliki suami, serta dari riwayat keluarga terdapat gangguan yang sama pada kakak dari ibu dan saudara seppupu. Terapi yang diberikan ialah haloperidol, THP (triheksiphenidil), dan clurilex (gol. clozapin).  Teori Schizofrenia “ Tidak Terdefinisi “ Orang-orang yang tidak pas benar dengan subtipe-subtipe diatas diklasifikasikan mengalami skizofrenia tipe tak terbedakan. Mereka meliputi orang-orang yang memiliki gejala-gejala utama skizofrenia tetapi tidak memenuhi kriteria tipe paranoid, terdisorganisasi/hebefrenik atau katatonik.
  • 57. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 57 = = = Intervensi = = = A. Penanganan Schizofrenia Mendiskripsikan tentang penanganan biologis dan psikologis untuk skizofrenia dan tujuan umum terapi. 1. Intervensi Biologis Selama lebih dari 100 tahun para peneliti berasumsi bahw skizofrenia membutuhkan bentuk intervensi biologis tertentu. Email kraepelin, yang memebrikan deskripsi mengesankan tentang dementia praecox pada akhir abad ke-19, melihat gangguan itu sebagaai sebuah penyakit otak. Karena tidak ada penanganan biologis, ia secara rutin menyarankan kepada para dokter untuk ― menggunakan kesabaran, perlakuan yang ramah , dan mengendalikan diri‖ untuk menenangkan pasien yang gaduh (Nagel, 1991). Pendekatan ini hanya dipandang sebagai sekedar cara temporer untuk membantu penderita melewati saat-saat yang sangat tidak mengenakan dan tidak benar-benar dianggap sebagai sebuah cara penangganan. Selama tahun 1930am , beberapa penanganan biologis baru dicobakan. Salah satu pendekatan itu adalah dengan menyuntikan insulin dengan dosis masif-obat yang diberikan dalam dosis kecil untuk menanggani diabetes untuk menginduksi koma pada orang-orang yang mengalami skizofrenia. Insulin coma therapy saat itu dianggap mamapu menolong penderita, tetapi pemeriksaan yang lebih cermat memeperlihatkan bahwa terapi tersebut dapat membawa resiko besar berupa sakit serius dan bahkan kematian. Selama kurun waktu itu , psychosurgery, termasuk lobotomi prefrontal, diperkenalkan. Pada akir tahun 1930-an, electroconvulsive therapy (ECT) (terapi konvulsi elektrik) diperkenalkan sebagai penanganan untuk skizofrenia. Seperti halnyanya penanganan-penanganan drastis sebelumnya, antusiasme awal terhadap ECT memudar karena metode ni kemudian diketahuitidak menguntukan bagi
  • 58. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 58 sebagian besar penderita skizofrenia meskipun metode ini masih digunakan pada sebagian kasus sampai hari ini (Fink dan Sackeim,1996). ECT kadang-kadang direkomendasikan bagi orang-orang yang yang mengalami episode depresi berat . 2. Intervensi Psikososial Secara historis, sejumlahnya penanganan psikososial telah dicobakan untuk skizofrenia, yang mencerminkan adanya keyakinan bahwa gangguan ini merupakan akibat masalah adaptasi terhadap dunia karena berbagai pengalaman yang dialami diusia dini (Nagel,1991). Banyak terapis menganggap bahwa individu-individu yang mampu mencapai insight mengenai peran riwayat pribadinya akan mampu mengatasi berbagai situasi yang dihadapinya saat ini. Meskipun para klinis yang memilih pendekatan terapi psikodinamika atau psikoanalitik terus menggunakan penanganan semacam ini, penelitian menunjukkan bahwa hasil terbaik usaha mereka paling banter adalah tidak bermanfaat dan hasil terburuknya adalah mebahayakan (Mueser dan Berenbaum, 1990;Scott dan Dixon, 1995b). Dewasa ini hanya sedikit yang percaya bahwa faktor-faktor psikologis semata dapat menyebabkan orang-orang mengalami skizofrenia atau bahwa pendekatan psikoterapeutik tradisional dapat menyembuhkan mereka. Salah satu efek buruk skizofrenia adalah dampak negatifnya pada kemampuan orang untuk berinteraksi dengan orang lain. Meskipun tidak sedramatis halusinasi dan delusi, masalah ini dapat menjadi hendaknya paling mencolok yang diperlihatkan oleh penderita skizofrenia dan dapat membuat mereka tidak mampu mendapatkan dan mempertahankan pekerjaannya dan pertemanan. Para klinis berusaha untuk mengajarkan kembali berbagai ketrampilan sosial seperti ketrampilan percakapan dasar,asertivitas, dan cara membangun hubungan, kepada para penderita skizofrenia (Smith, Bellack, dan Liberman,1996).
  • 59. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 59 Para orang dewasa penderita skizofrenia menghadapi berbagai kendala besar dalam mempertahankan pekerjaan yang menghasilkan. Defisit ketrampilan sosial mereka membuat performa kerja dan hubungan antarbilitasi vokasional, dapat membantu penanganan biologis untuk skizofrenia. Kekambuhan yang signifikan dapat dihindari atau ditunda dengan penanganan psikologis semacam itu . Studi-studi tentang penanganan skizofrenia sejak 1980 sampai 1992 yang diulas oleh sebuah kelompok (Fallon, Brooker, dan Graham-Hole,1992) menemukan bahwa penanganan multilevel mengurangi jumlah kekambuhan di kalangan orang- orang yang menerima penangan obat bila dibandingkan dengan dukungan sosial atau upaya- upaya edukasional sederhana. B. Pengobatan Schizofrenia Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita meuju ke kemunduran mental. Terapis jangan melihat kepada penderita yang tidak dapat disembuhkan lagi atau sebagai suatu makhluk yang aneh dan inferiod. Bila sudah dapat diadakan kontak, maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biarpun penderita mungkin tidak sempurna sembuh, tetapi dengan pengobatan dan bimbingan yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi terus, bekerja sederhana di rumah atatupun di luar rumah. Keluara atau orang lain di lingkungan penderita diberi (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
  • 60. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 60
  • 61. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 61 1. Farmakoterapi Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita dengan skizofreniayang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih berfaedah pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat. Pada penderita paranoid trifluoperasin rupanya lebih berhasil. Dengan fenotiasin biasanya waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2 – 3 minggu. Bila masih tetap ada waham dan halusinasi, maka penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut serta dengan kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi kerja. Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis dipertahankan selama beberapa bulan lagi, jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali, maka sesudah gejala-gejala mereda, obat diberi terus selama satu atau dua tahun. Kepada pasien dengan skizofrenia menahun, neroleptika diberi dengan jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun sesuai dengan keadaan pasien (seperti juga pemberian obat kepada pasien dengan penyakit badaniah yang menahun, umpamanya diabetes meitus, hipertensi, payah jantung, dan sebagainya). Senantiasa kita harus awas terhadap gejala sampingan. 2. Terapi Elektro-konvulsi ( TEK ) Seperti juga dengan terapi konvulsii yang lain, cara bekerjanya elektrokonvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah seranganyang akan dating. Bila dibandingan dengan terapi koma insulin, maka dengan TEK lebih sering terjadi secara ulangan. Akan tetapi TEK lebih mudah diberikan, dapat dilakukan secara ambulan, bahaya lebih kurang, lebih murah dan tidak membutuhkan tenaga yang khusus seperti pada terapi koma insulin.
  • 62. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 62 TEK baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor. Terhadap skizofrenia simplex efeknya mengecewakan,bila gejala hanya ringan lancar diberi TEK, kadang-kadang gejala menjadi leboh berat. 3. Terapi Koma Insulin Meskipun pengobatan ini tidak khusus, bila diberikan kepada permulaan penyakit, hasilnya memuaskan. Presentasi kesembuhan lebih besar bila dimulai dalam waktu 6 bulan setelah penderita jatuh sakit. Terapi koma insulin memberi hasil yang baik pada katatonia dan skezifrenia paranoid. 4. Psikoterapi dan Rehabilitasi Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisa tidak membawa hasil yang diharapkan, bahkan ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita dengan skizofrenia karena justru dapat menambah isolasi dan otisme. Yang dapat membantu penderita ialah psikoterapi suportif individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat. Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi, karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. Pemikiran masalah falsafat atau kesenian bebas dalam bentuk melukis bebas atau bermain music bebas, tidak dianjurkan sebab dapat menambah otisme. Bila dilakukan juga, maka harus ada pemimpin dan ada tujuan yang lebih dahulu sudah ditentukan. Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin diatur sedemikan rupa sehingga ia tidak mengalami stress terlalu banyak. Bila mungkin sebaiknya ia dikembalikan ke pekerjaan
  • 63. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 63 sebelum sakit, dan tergantung pada kesembuhannya apakah tanggung jawabnya dalam pekerjaan itu akan penuh atau tidak. 5. Lobotomi Prefrontal Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila penderita sangat mengganggu lingkungannya.
  • 64. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan 64 = = = daftar pustaka = = = Durand, V. Mark & David H. Barlow. 2007. Intisari Psikologi Abnormal. Edisi Keempat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Kartono Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung : CV. Mandar Maju Maramis, W.F. 1980. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press Wade, Carole. 2007. Psikologi. Edisi Kesembilan. Jilid 2. Jakarta : Airlangga