SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  17
MASALAH-MASALAH HUKUM
DAN PENYELENGGARAAN
KEWENANGAN
DALAM KONTEKS OTONOMI DAERAH
RABU, 3-4
BAB I
 Kemajemukan masyarakat Indonesia itu ditandai oleh beberapa faktor
yang antara lain oleh perbedaan suku, agama, etnis dan antar golongan
serta kebudayaan lokal yang beraneka ragam. Hal ini disebabkan bukan
saja karena setiap etnik mempunyai daerah asal yang jelas otonomi dan
batas-batasnya, melainkan juga memiliki kultur politik (political culture)
yang beragam (Hakim, 2002: 55)
 Sumber daya alam daerah di Indonesia yang tidak merata juga
merupakan salah satu penyebab diperlukannya suatu sistem
pemerintahan yang memudahkan pengelolaan sumber daya alam yang
merupakan sumber pendapatan daerah sekaligus menjadi pendapatan
nasional. Sebab seperti yang kita ketahui bahwa terdapat beberapa
daerah yang pembangunannya memang harus lebih cepat daripada
daerah lain. Karena itulah pemerintah pusat membuat suatu sistem
pengelolaan pemerintahan di tingkat daerah yang disebut otonomi
daerah.
 Pada kenyataannya, otonomi daerah itu sendiri tidak bisa diserahkan
begitu saja pada pemerintah daerah. Selain diatur dalam perundang-
undangan, pemerintah pusat juga harus mengawasi keputusan-keputusan
yang diambil oleh pemerintah daerah. Apakah sudah sesuai dengan
tujuan nasional, yaitu pemerataan pembangunan di seluruh wilayah
Republik Indonesia yang berdasar pada sila Kelima Pancasila, yaitu
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Untuk mengetahui pengertian Otonomi Daerah.
Untuk mengetahui kewenangan dalam konteks
Otonomi Daerah.
Untuk mengetahui dampak positif dan negatif
Otonomi Daerah.
Untuk mengetahui masalah –masalah hukum
dalam pelaksanaan Otonomi Daerah.
BAB II
 Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban
yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan ( Wikipedia, 2010: 1).
 Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat.
 Otonomi adalah sebuah tatanan ketatanegaraan (staatsrechtelijk), bukan
hanya tatanan administrasi Negara (administratiefrechtelijk).
Sebagaimana tatanan ketatanegaraan, otonomi berkaitan dengan dasar-
dasar bernegara dan susunan organisasi negara. Paling tidak, ada dua
arahan dasar susunan ketatanegaraan dalam perumahan Indonesia
merdeka yaitu demokrasi dan penyelenggaraan negara berdasarkan atas
hukum. Otonomi bukan sekedar pemencaran penyelenggaraan
pemerintahan untuk mencapai efesiensi dan efektivitas
pemerintahan.(Manan, 2002: 24)
 Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum,
juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan
dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata
dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan
menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing.
UU Nomor 32 Tahun 2004 juga mendefinisikan daerah otonom sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Scribd, 2010: 3).
 Sebagaimana telah disebut di atas Undang-undang Dasar 1945
merupakan landasan yang kuat untuk menyelenggarakan Otonomi
Daerah. Pasal 18 UUD menyebutkan adanya pembagian pengelolaan
pemerintahan pusat dan daerah. Pemberlakuan sistem otonomi daerah
merupakan amanat yang diberikan oleh Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Amandemen Kedua tahun
2000 untuk dilaksanakan berdasarkan undang-undang yang dibentuk
khusus untuk mengatur pemerintahan daerah. UUD 1945 pasca-
amandemen itu mencantumkan permasalahan pemerintahan daerah
dalam Bab VI, yaitu Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B. Sistem otonomi
daerah sendiri tertulis secara umum dalam Pasal 18 untuk diatur lebih
lanjut oleh undang-undang (Scribd, 2010: 4).
 Pembagian kewenangan dari sudut pandang masyarakat dapat
ditentukan dengan siapa yang akan menerima manfaat dan siapa
yang akan menanggung beban atau resiko atau dampak. Sebagai
contoh penyelenggaraan upaya pertahanan negara akan
bermanfaat bagi seluruh bangsa dan harus didanai oleh seluruh
bangsa secara nasional, oleh karenanya bidang pertahanan
merupakan kewenangan pemerintahan nasional (pusat). Namun
"lampu penerangan jalan" misalnya, hanya bermanfaat bagi
penghuni kota atau permukiman tertentu dan dapat didanai oleh
masyarakat setempat, karenanya hal ini mutlak kewenangan
pemerintahan kota (Widjaja, 2001: 35).
 Selain kewenangan-kewenangan umum yang telah disebutkan
diatas, bagi daerah kabupaten dan daerah kota diwajibkan
menyelenggarakan kewenangan wajib sebagai berikut: (1)
pekerjaan umum; (2) kesehatan; (3) pendidikan dan
kebudayaan; (4) pertanian; (5) perhubungan; (6) industri dan
perdagangan; (7) penanaman modal; (8) lingkungan hidup; (9)
pertanahan; (10) koperasi; dan (11) tenaga kerja.
 Untuk daerah kota disamping kewajiban diatas juga diwajibkan
untuk menyediakan kebutuhan utilitas kota sesuai kondisi dan
kebutuhan kota yang bersangkutan, utilitas kota ini antara lain:
(1) pemadam kebakaran; (2) kebersihan; (3)pertamanan; dan
(4) tata kota.
 Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota diatas berlaku
juga di kawasan otorita yang terletak didaerahnya. Kawasan
otorita yang dimaksud meliputi: (1) badan otorita; (2) kawasan
pelabuhan; (3) kawasan bandar udara; (4) kawasan perumahan;
(50) kawasan industri; (6) kawasan perkebunan; (7) kawasan
pertambangan; (8) kawasan kehutanan; (9) kawasan pariwisata;
(10) kawasan jalan bebas hambatan; (11) kawasan lain yang
sejenis.
 Selain itu, berbagai kewenangan daerah juga dapat ditugasi oleh
pusat untuk membantu melaksanakan kewenangan yang
seharusnya dilaksanakan oleh pusat (Tugas Pembantuan). Untuk
penugasan ini undang-undang mensyaratkan harus disertai
dengan pembiayaan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Dalam pelaksanaannya daerah wajib melaporkan dan
mempertanggungjawabkannya kepada pemerintah pusat
(Brantakusumah, 2000: 4).
 Dampak Positif
 Dampak positif otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi daerah maka
pemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan
identitas lokal yang ada di masyarakat. Berkurangnya wewenang dan kendali
pemerintah pusat mendapatkan respon tinggi dari pemerintah daerah dalam
menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri. Bahkan dana yang
diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi dari
pemerintah pusat. Dana tersebut memungkinkan pemerintah lokal mendorong
pembangunan daerah serta membangun program promosi kebudayaan dan
juga pariwisata. Dengan melakukan otonomi daerah maka kebijakan-kebijakan
pemerintah akan lebih tepat sasaran, hal tersebut dikarenakan pemerintah
daerah cinderung lebih menegeti keadaan dan situasi daerahnya, serta
potensi-potensi yang ada di daerahnya daripada pemerintah pusat. Contoh di
Maluku dan Papua program beras miskin yang dicanangkan pemerintah pusat
tidak begitu efektif, hal tersebut karena sebagian penduduk disana tidak bisa
menkonsumsi beras, mereka biasa menkonsumsi sagu, maka pemeritah disana
hanya mempergunakan dana beras miskin tersebut untuk membagikan
sayur, umbi, dan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat. Selain
itu, dengan sistem otonomi daerah pemerintah akan lebih cepat mengambil
kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu saat itu, tanpa harus melewati
prosedur di tingkat pusat (Candra, 2011: 2).
 Dampak Negatif
 Dampak negatif dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan bagi oknum-
oknum di pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan
Negara dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu terkadang
ada kebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi Negara
yang dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan daerah
tetangganya, atau bahkan daerah dengan Negara, seperti contoh pelaksanaan
Undang-undang Anti Pornografi di tingkat daerah. Hal tersebut dikarenakan
dengan sistem otonomi daerah maka pemerintah pusat akan lebih susah
mengawasi jalannya pemerintahan di daerah, selain itu karena memang
dengan sistem, otonomi daerah membuat peranan pemeritah pusat tidak
begitu berarti. Otonomi daerah juga menimbulkan persaingan antar daerah
yang terkadang dapat memicu perpecahan. Contohnya jika suatu daerah
sedang mengadakan promosi pariwisata, maka daerah lain akan ikut
melakukan hal yang sama seakan timbul persaingan bisnis antar daerah.
Selain itu otonomi daerah membuat kesenjangan ekonomi yang terlampau
jauh antar daerah. Daerah yang kaya akan semakin gencar melakukan
pembangunan sedangkan daerah pendapatannya kurang akan tetap begitu-
begitu saja tanpa ada pembangunan. Hal ini sudah sangat mengkhawatirkan
karena ini sudah melanggar pancasila sila ke-lima, yaitu “Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.” adalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang- undangan (Candra, 2011: 3).
Masalah – masalah Hukum Dalam
Pelaksanaan Otonomi Daerah
Menurut Lubis (2003: 6), masalah-masalah tersebut terbagi sebagai berikut :
 Ketidak – teraturan peraturan
Yang dimaksud dengan ketidak-teraturan peraturan di sini, ialah tidak sistematisnya proses
perumusan kebijakan ( policy ) mengenai Pemerintahan Daerah dan Otonominya itu, jika
dibandingkan antara momen lahirnya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai hasil
desakan dan pukulan reformasi dan euforia demokrasi di tahun 1998 dan 1999
dihubungkan dengan moment lahirnya amandemen UUD 1945 (termasuk amandemen
terhadap pasal 18 UUD itu tentang Pemerintahan Daerah) sebagai hasil desakan lanjut
reformasi dan euforia demokrasi itu khususnya untuk mereformasi konstitusi 1945 di tahun
1999, 2000, 2001 dan 2002.
Setelah keluarnya UU mengenai Pemerintahan Daerah dan Keuangan Daerah timbul
masalah-masalah baru sebagai konsekwensi dari pergeseran garis kebijakan politik dan
perundang-undangan itu, Sedangkan disisi lain, peraturan-peraturan untuk pelaksanaan
tidak segera dilengkapi (organieke verordeningen).
Sebagai konsekuensi pemberlakuan sistem otonomi daerah, dibentuk pula perangkat
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah, yaitu Undang-Undang yang telah tersebut diatas yang
kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (UU Nomor 33 Tahun 2004). Terasa
kerunyaman bahkan kekurang-pastian hukum mengenai status, posisi dan fungsi dalam
konteks hubungan antara pusat dan daerah, bahkan juga terasa adanya kesimpangsiuran
pandangan dan penafsiran mengenai hakekat otonomi daerah dalam Undang – Undang itu
(Argama, 2005: 5).
 Kerunyaman Transisional
Kerunyaman ini ditandai oleh timbulnya berbagai aktivitas yang dipoles dengan slogan
reformasi dan euforia demokrasi, yang pada hakekatnya adalah disebabkan oleh berbagai
ketentuan dalam Undang – Undang itu sendiri.
Sebagai akibatnya, dalam masa transisi di tahun 1999 dan berikutnya dengan kelahiran UU
No. 22 dan No. 25 tahun 1999 itu, terjadi pergolakan poIitis-yuridis administratif dalam
hubungan antara Pusat dan Daerah. Bahkan antara Propinsi dengan kabupaten /
Kota, bahkan lagi antara sesama kabupaten / Kota itu sehingga terjadi semacam
terputusnya hubungan hierarkis secara vertikal dan juga seperti hapusnya hubungan
koordinator dan subordinatif di antara sesama pemerintah di daerah itu.
Tidak semua pihak legislatif maupun eksekutif didaerah Kabupaten dan Daerah Kota itu
dinilai “siap” dalam arti menguasai pemahaman untuk menerapkan UU itu, dengan
persepsi yang sama. Terjadi sikap yang Ekstrim sedemikian, sehingga Daerah-daerah
Kabupaten dan Kota menganggap tidak ada hubungan administratif dan fungsional sama
sekali dengan Propinsi, dan beberapa KDH telah langsung berhubungan dengan
Pemerintah pusat tanpa “sekedar pemberitahuan atau beri kabar pun” kepada Gubernur
KDH Propinsi. Kemudian timbul kecenderungan Kabupaten untuk mengeruk sebanyak
mungkin sumber PAD seakan-akan kepentingan kesejahteraan masyarakat dinomor
duakan, dan belum tentu terjamin bahwa pungutan-pungutan itu akan membalik (feed
back, melting process) sebagai biaya penanggulangan kepentingan kesejahteraan rakyat
(public service). Serta terjadi semacam rebutan kedudukan antar kaum politisi dari Parpol
dan kalangan aparat birokrat yang telah meniti karir dengan jenjang pendidikan dan
dengan jam terbang pengalaman yang cukup lama untuk menduduki posisi-posisi
eksekutif.
Bahkan disana sini terjadi money politics padahal menurut teriakan dan pekik reformasi
semula, KKN harus dikikis habis, khususnya suap menyuap dalam hal pencalonan Kepala
Daerah dan Wakilnya. Sampai saat ini masih ada kasus money politics ini, yang belum
tuntas pemerosesannya secara yuridis (Lubis, 2003: 7).
BAB III
Dari sekian banyak yang kami jelaskan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa :
 Otonomi daerah merupakan hak dan kewajiban suatu daerah untuk mengatur serta
mengurus urusan pemerintahan, kesejahteraan, dan kepentingan masyarakat di
wilayahnya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat itu sendiri.
 Wewenang pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah pemerintah
daerah melaksanakan sistem pemerintahanya sesuai prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dengan undang-undang pemerintah pusat dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
 Dampak positif otonomi daerah adalah memunculkan kesempatan identitas lokal yang ada
di masyarakat. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan
respon tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di
daerahnya sendiri. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan
melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Kebijakan-kebijakan pemerintah daerah juga
akan lebih tepat sasaran dan tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga akan lebih
efisien.
 Dampak negatif dari otonomi daerah adalah munculnya kesempatan bagi oknum-oknum di
tingkat daerah untuk melakukan berbagai pelanggaran, munculnya pertentangan antara
pemerintah daerah dengan pusat, serta timbulnya kesenjangan antara daerah yang
pendapatannya tinggi dangan daerah yang masih berkembang.
 Masalah – masalah hukum dalam otonomi daerah yang paling menonjol dari pembahasan
di atas yaitu ketidak-teraturan peraturan dan kerunyaman transisional yang ditandai oleh
berbagai aktivitas yang dipoles dengan slogan reformasi, serta euforia demokrasi yang
disebabkan oleh berbagai ketentuan dalam Undang – Undang itu sendiri.

Contenu connexe

Tendances

Pengertian pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
Pengertian pemerintahan pusat dan pemerintahan daerahPengertian pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
Pengertian pemerintahan pusat dan pemerintahan daerahnurulrp
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahDadang Solihin
 
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...Dadang DjokoKaryanto
 
Hubunganstrukturaldanfungsionalantarapemerintahpusatdandaerah
HubunganstrukturaldanfungsionalantarapemerintahpusatdandaerahHubunganstrukturaldanfungsionalantarapemerintahpusatdandaerah
HubunganstrukturaldanfungsionalantarapemerintahpusatdandaerahEga Putra
 
Harmonisasi Pemerintah Daerah & Pusat
Harmonisasi Pemerintah Daerah & PusatHarmonisasi Pemerintah Daerah & Pusat
Harmonisasi Pemerintah Daerah & PusatEga Anistia
 
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945Titania Intan Permatasari
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahSilvia Ellen
 
Hubungan Fungsional Pemerintahan Pusat dan Daerah
Hubungan Fungsional Pemerintahan Pusat dan DaerahHubungan Fungsional Pemerintahan Pusat dan Daerah
Hubungan Fungsional Pemerintahan Pusat dan Daerahani anjaswati
 
Harmonisasi Pemerintah Pusat dan Daerah
Harmonisasi Pemerintah Pusat dan DaerahHarmonisasi Pemerintah Pusat dan Daerah
Harmonisasi Pemerintah Pusat dan DaerahPuji Zuaini
 
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan  Pemerintah Pusat dan DaerahHubungan  Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan Pemerintah Pusat dan DaerahDadang Solihin
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerahhoseapito
 
Materi apd-sistem pemerintahan daerah-1314
Materi apd-sistem pemerintahan daerah-1314Materi apd-sistem pemerintahan daerah-1314
Materi apd-sistem pemerintahan daerah-1314Farid Ma'ruf
 

Tendances (16)

Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Pengertian pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
Pengertian pemerintahan pusat dan pemerintahan daerahPengertian pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
Pengertian pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
Makalah;FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH TENTANG ...
 
Hubunganstrukturaldanfungsionalantarapemerintahpusatdandaerah
HubunganstrukturaldanfungsionalantarapemerintahpusatdandaerahHubunganstrukturaldanfungsionalantarapemerintahpusatdandaerah
Hubunganstrukturaldanfungsionalantarapemerintahpusatdandaerah
 
Harmonisasi Pemerintah Daerah & Pusat
Harmonisasi Pemerintah Daerah & PusatHarmonisasi Pemerintah Daerah & Pusat
Harmonisasi Pemerintah Daerah & Pusat
 
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Uu perda
Uu perdaUu perda
Uu perda
 
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
 
Hubungan Fungsional Pemerintahan Pusat dan Daerah
Hubungan Fungsional Pemerintahan Pusat dan DaerahHubungan Fungsional Pemerintahan Pusat dan Daerah
Hubungan Fungsional Pemerintahan Pusat dan Daerah
 
Pemerintah Pusat dan Daerah
Pemerintah Pusat dan DaerahPemerintah Pusat dan Daerah
Pemerintah Pusat dan Daerah
 
Harmonisasi Pemerintah Pusat dan Daerah
Harmonisasi Pemerintah Pusat dan DaerahHarmonisasi Pemerintah Pusat dan Daerah
Harmonisasi Pemerintah Pusat dan Daerah
 
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan  Pemerintah Pusat dan DaerahHubungan  Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Materi apd-sistem pemerintahan daerah-1314
Materi apd-sistem pemerintahan daerah-1314Materi apd-sistem pemerintahan daerah-1314
Materi apd-sistem pemerintahan daerah-1314
 

Similaire à Masalah hukum dan Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Konteks Otonomi Dareah

Penataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPM
Penataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPMPenataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPM
Penataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPMTri Widodo W. UTOMO
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerahGaluh Musa
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi DaerahGaluh Musa
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahsyabdan
 
Diskusi Sesi 7.docx
Diskusi Sesi 7.docxDiskusi Sesi 7.docx
Diskusi Sesi 7.docxayiknina
 
Otonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di IndonesiaOtonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di IndonesiaHIA Class.
 
Otonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasiOtonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasimaneicon22
 
Perkembangan otonomi daerah
Perkembangan otonomi daerahPerkembangan otonomi daerah
Perkembangan otonomi daerahsamiaji
 
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliYohannes Halawa
 
Makalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
Makalah Hakikat Otonomi Daerah BagusMakalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
Makalah Hakikat Otonomi Daerah BagusRafi Mariska
 

Similaire à Masalah hukum dan Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Konteks Otonomi Dareah (20)

Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Penataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPM
Penataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPMPenataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPM
Penataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPM
 
Jurnal lan mp-desanew (suryanto)
Jurnal lan mp-desanew (suryanto)Jurnal lan mp-desanew (suryanto)
Jurnal lan mp-desanew (suryanto)
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Diskusi Sesi 7.docx
Diskusi Sesi 7.docxDiskusi Sesi 7.docx
Diskusi Sesi 7.docx
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Otonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di IndonesiaOtonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di Indonesia
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
Otonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasiOtonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasi
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Makalah sistem pemerintahan 2
Makalah sistem pemerintahan 2Makalah sistem pemerintahan 2
Makalah sistem pemerintahan 2
 
Makalah sistem pemerintahan 2
Makalah sistem pemerintahan 2Makalah sistem pemerintahan 2
Makalah sistem pemerintahan 2
 
Perkembangan otonomi daerah
Perkembangan otonomi daerahPerkembangan otonomi daerah
Perkembangan otonomi daerah
 
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
 
Makalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
Makalah Hakikat Otonomi Daerah BagusMakalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
Makalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
 
Bank english
Bank englishBank english
Bank english
 

Plus de Miftah Ridho

Analisis struktural (tipografi) dan semiotik puisi
Analisis struktural (tipografi) dan semiotik puisiAnalisis struktural (tipografi) dan semiotik puisi
Analisis struktural (tipografi) dan semiotik puisiMiftah Ridho
 
Tes Kemahiran Berbicara
Tes Kemahiran BerbicaraTes Kemahiran Berbicara
Tes Kemahiran BerbicaraMiftah Ridho
 
الوقاية خير من العلاج
الوقاية خير من العلاجالوقاية خير من العلاج
الوقاية خير من العلاجMiftah Ridho
 
Kesusastraan arab modern
Kesusastraan arab modernKesusastraan arab modern
Kesusastraan arab modernMiftah Ridho
 
Pandangan linguistik menurut ibnu jinni
Pandangan linguistik menurut ibnu jinniPandangan linguistik menurut ibnu jinni
Pandangan linguistik menurut ibnu jinniMiftah Ridho
 
Inovasi kurikulum berbasis masyarakat
Inovasi kurikulum berbasis masyarakatInovasi kurikulum berbasis masyarakat
Inovasi kurikulum berbasis masyarakatMiftah Ridho
 
أداب المعاشرة
أداب المعاشرةأداب المعاشرة
أداب المعاشرةMiftah Ridho
 
Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remajaTugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remajaMiftah Ridho
 

Plus de Miftah Ridho (11)

Figuratif & majas
Figuratif & majasFiguratif & majas
Figuratif & majas
 
Analisis struktural (tipografi) dan semiotik puisi
Analisis struktural (tipografi) dan semiotik puisiAnalisis struktural (tipografi) dan semiotik puisi
Analisis struktural (tipografi) dan semiotik puisi
 
Tes Kemahiran Berbicara
Tes Kemahiran BerbicaraTes Kemahiran Berbicara
Tes Kemahiran Berbicara
 
الوقاية خير من العلاج
الوقاية خير من العلاجالوقاية خير من العلاج
الوقاية خير من العلاج
 
Kesusastraan arab modern
Kesusastraan arab modernKesusastraan arab modern
Kesusastraan arab modern
 
Pandangan linguistik menurut ibnu jinni
Pandangan linguistik menurut ibnu jinniPandangan linguistik menurut ibnu jinni
Pandangan linguistik menurut ibnu jinni
 
Inovasi kurikulum berbasis masyarakat
Inovasi kurikulum berbasis masyarakatInovasi kurikulum berbasis masyarakat
Inovasi kurikulum berbasis masyarakat
 
أداب المعاشرة
أداب المعاشرةأداب المعاشرة
أداب المعاشرة
 
Filsafat Iptek
Filsafat IptekFilsafat Iptek
Filsafat Iptek
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remajaTugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja
 

Masalah hukum dan Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Konteks Otonomi Dareah

  • 3.
  • 4.  Kemajemukan masyarakat Indonesia itu ditandai oleh beberapa faktor yang antara lain oleh perbedaan suku, agama, etnis dan antar golongan serta kebudayaan lokal yang beraneka ragam. Hal ini disebabkan bukan saja karena setiap etnik mempunyai daerah asal yang jelas otonomi dan batas-batasnya, melainkan juga memiliki kultur politik (political culture) yang beragam (Hakim, 2002: 55)  Sumber daya alam daerah di Indonesia yang tidak merata juga merupakan salah satu penyebab diperlukannya suatu sistem pemerintahan yang memudahkan pengelolaan sumber daya alam yang merupakan sumber pendapatan daerah sekaligus menjadi pendapatan nasional. Sebab seperti yang kita ketahui bahwa terdapat beberapa daerah yang pembangunannya memang harus lebih cepat daripada daerah lain. Karena itulah pemerintah pusat membuat suatu sistem pengelolaan pemerintahan di tingkat daerah yang disebut otonomi daerah.  Pada kenyataannya, otonomi daerah itu sendiri tidak bisa diserahkan begitu saja pada pemerintah daerah. Selain diatur dalam perundang- undangan, pemerintah pusat juga harus mengawasi keputusan-keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah. Apakah sudah sesuai dengan tujuan nasional, yaitu pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Republik Indonesia yang berdasar pada sila Kelima Pancasila, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
  • 5.
  • 6. Untuk mengetahui pengertian Otonomi Daerah. Untuk mengetahui kewenangan dalam konteks Otonomi Daerah. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif Otonomi Daerah. Untuk mengetahui masalah –masalah hukum dalam pelaksanaan Otonomi Daerah.
  • 8.  Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan ( Wikipedia, 2010: 1).  Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.  Otonomi adalah sebuah tatanan ketatanegaraan (staatsrechtelijk), bukan hanya tatanan administrasi Negara (administratiefrechtelijk). Sebagaimana tatanan ketatanegaraan, otonomi berkaitan dengan dasar- dasar bernegara dan susunan organisasi negara. Paling tidak, ada dua arahan dasar susunan ketatanegaraan dalam perumahan Indonesia merdeka yaitu demokrasi dan penyelenggaraan negara berdasarkan atas hukum. Otonomi bukan sekedar pemencaran penyelenggaraan pemerintahan untuk mencapai efesiensi dan efektivitas pemerintahan.(Manan, 2002: 24)
  • 9.  Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing. UU Nomor 32 Tahun 2004 juga mendefinisikan daerah otonom sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Scribd, 2010: 3).  Sebagaimana telah disebut di atas Undang-undang Dasar 1945 merupakan landasan yang kuat untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Pasal 18 UUD menyebutkan adanya pembagian pengelolaan pemerintahan pusat dan daerah. Pemberlakuan sistem otonomi daerah merupakan amanat yang diberikan oleh Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Amandemen Kedua tahun 2000 untuk dilaksanakan berdasarkan undang-undang yang dibentuk khusus untuk mengatur pemerintahan daerah. UUD 1945 pasca- amandemen itu mencantumkan permasalahan pemerintahan daerah dalam Bab VI, yaitu Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B. Sistem otonomi daerah sendiri tertulis secara umum dalam Pasal 18 untuk diatur lebih lanjut oleh undang-undang (Scribd, 2010: 4).
  • 10.  Pembagian kewenangan dari sudut pandang masyarakat dapat ditentukan dengan siapa yang akan menerima manfaat dan siapa yang akan menanggung beban atau resiko atau dampak. Sebagai contoh penyelenggaraan upaya pertahanan negara akan bermanfaat bagi seluruh bangsa dan harus didanai oleh seluruh bangsa secara nasional, oleh karenanya bidang pertahanan merupakan kewenangan pemerintahan nasional (pusat). Namun "lampu penerangan jalan" misalnya, hanya bermanfaat bagi penghuni kota atau permukiman tertentu dan dapat didanai oleh masyarakat setempat, karenanya hal ini mutlak kewenangan pemerintahan kota (Widjaja, 2001: 35).  Selain kewenangan-kewenangan umum yang telah disebutkan diatas, bagi daerah kabupaten dan daerah kota diwajibkan menyelenggarakan kewenangan wajib sebagai berikut: (1) pekerjaan umum; (2) kesehatan; (3) pendidikan dan kebudayaan; (4) pertanian; (5) perhubungan; (6) industri dan perdagangan; (7) penanaman modal; (8) lingkungan hidup; (9) pertanahan; (10) koperasi; dan (11) tenaga kerja.
  • 11.  Untuk daerah kota disamping kewajiban diatas juga diwajibkan untuk menyediakan kebutuhan utilitas kota sesuai kondisi dan kebutuhan kota yang bersangkutan, utilitas kota ini antara lain: (1) pemadam kebakaran; (2) kebersihan; (3)pertamanan; dan (4) tata kota.  Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota diatas berlaku juga di kawasan otorita yang terletak didaerahnya. Kawasan otorita yang dimaksud meliputi: (1) badan otorita; (2) kawasan pelabuhan; (3) kawasan bandar udara; (4) kawasan perumahan; (50) kawasan industri; (6) kawasan perkebunan; (7) kawasan pertambangan; (8) kawasan kehutanan; (9) kawasan pariwisata; (10) kawasan jalan bebas hambatan; (11) kawasan lain yang sejenis.  Selain itu, berbagai kewenangan daerah juga dapat ditugasi oleh pusat untuk membantu melaksanakan kewenangan yang seharusnya dilaksanakan oleh pusat (Tugas Pembantuan). Untuk penugasan ini undang-undang mensyaratkan harus disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Dalam pelaksanaannya daerah wajib melaporkan dan mempertanggungjawabkannya kepada pemerintah pusat (Brantakusumah, 2000: 4).
  • 12.  Dampak Positif  Dampak positif otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi daerah maka pemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas lokal yang ada di masyarakat. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Dana tersebut memungkinkan pemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta membangun program promosi kebudayaan dan juga pariwisata. Dengan melakukan otonomi daerah maka kebijakan-kebijakan pemerintah akan lebih tepat sasaran, hal tersebut dikarenakan pemerintah daerah cinderung lebih menegeti keadaan dan situasi daerahnya, serta potensi-potensi yang ada di daerahnya daripada pemerintah pusat. Contoh di Maluku dan Papua program beras miskin yang dicanangkan pemerintah pusat tidak begitu efektif, hal tersebut karena sebagian penduduk disana tidak bisa menkonsumsi beras, mereka biasa menkonsumsi sagu, maka pemeritah disana hanya mempergunakan dana beras miskin tersebut untuk membagikan sayur, umbi, dan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat. Selain itu, dengan sistem otonomi daerah pemerintah akan lebih cepat mengambil kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu saat itu, tanpa harus melewati prosedur di tingkat pusat (Candra, 2011: 2).
  • 13.  Dampak Negatif  Dampak negatif dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan bagi oknum- oknum di pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan Negara dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu terkadang ada kebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi Negara yang dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan daerah tetangganya, atau bahkan daerah dengan Negara, seperti contoh pelaksanaan Undang-undang Anti Pornografi di tingkat daerah. Hal tersebut dikarenakan dengan sistem otonomi daerah maka pemerintah pusat akan lebih susah mengawasi jalannya pemerintahan di daerah, selain itu karena memang dengan sistem, otonomi daerah membuat peranan pemeritah pusat tidak begitu berarti. Otonomi daerah juga menimbulkan persaingan antar daerah yang terkadang dapat memicu perpecahan. Contohnya jika suatu daerah sedang mengadakan promosi pariwisata, maka daerah lain akan ikut melakukan hal yang sama seakan timbul persaingan bisnis antar daerah. Selain itu otonomi daerah membuat kesenjangan ekonomi yang terlampau jauh antar daerah. Daerah yang kaya akan semakin gencar melakukan pembangunan sedangkan daerah pendapatannya kurang akan tetap begitu- begitu saja tanpa ada pembangunan. Hal ini sudah sangat mengkhawatirkan karena ini sudah melanggar pancasila sila ke-lima, yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.” adalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Candra, 2011: 3).
  • 14. Masalah – masalah Hukum Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Menurut Lubis (2003: 6), masalah-masalah tersebut terbagi sebagai berikut :  Ketidak – teraturan peraturan Yang dimaksud dengan ketidak-teraturan peraturan di sini, ialah tidak sistematisnya proses perumusan kebijakan ( policy ) mengenai Pemerintahan Daerah dan Otonominya itu, jika dibandingkan antara momen lahirnya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai hasil desakan dan pukulan reformasi dan euforia demokrasi di tahun 1998 dan 1999 dihubungkan dengan moment lahirnya amandemen UUD 1945 (termasuk amandemen terhadap pasal 18 UUD itu tentang Pemerintahan Daerah) sebagai hasil desakan lanjut reformasi dan euforia demokrasi itu khususnya untuk mereformasi konstitusi 1945 di tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002. Setelah keluarnya UU mengenai Pemerintahan Daerah dan Keuangan Daerah timbul masalah-masalah baru sebagai konsekwensi dari pergeseran garis kebijakan politik dan perundang-undangan itu, Sedangkan disisi lain, peraturan-peraturan untuk pelaksanaan tidak segera dilengkapi (organieke verordeningen). Sebagai konsekuensi pemberlakuan sistem otonomi daerah, dibentuk pula perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, yaitu Undang-Undang yang telah tersebut diatas yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (UU Nomor 33 Tahun 2004). Terasa kerunyaman bahkan kekurang-pastian hukum mengenai status, posisi dan fungsi dalam konteks hubungan antara pusat dan daerah, bahkan juga terasa adanya kesimpangsiuran pandangan dan penafsiran mengenai hakekat otonomi daerah dalam Undang – Undang itu (Argama, 2005: 5).
  • 15.  Kerunyaman Transisional Kerunyaman ini ditandai oleh timbulnya berbagai aktivitas yang dipoles dengan slogan reformasi dan euforia demokrasi, yang pada hakekatnya adalah disebabkan oleh berbagai ketentuan dalam Undang – Undang itu sendiri. Sebagai akibatnya, dalam masa transisi di tahun 1999 dan berikutnya dengan kelahiran UU No. 22 dan No. 25 tahun 1999 itu, terjadi pergolakan poIitis-yuridis administratif dalam hubungan antara Pusat dan Daerah. Bahkan antara Propinsi dengan kabupaten / Kota, bahkan lagi antara sesama kabupaten / Kota itu sehingga terjadi semacam terputusnya hubungan hierarkis secara vertikal dan juga seperti hapusnya hubungan koordinator dan subordinatif di antara sesama pemerintah di daerah itu. Tidak semua pihak legislatif maupun eksekutif didaerah Kabupaten dan Daerah Kota itu dinilai “siap” dalam arti menguasai pemahaman untuk menerapkan UU itu, dengan persepsi yang sama. Terjadi sikap yang Ekstrim sedemikian, sehingga Daerah-daerah Kabupaten dan Kota menganggap tidak ada hubungan administratif dan fungsional sama sekali dengan Propinsi, dan beberapa KDH telah langsung berhubungan dengan Pemerintah pusat tanpa “sekedar pemberitahuan atau beri kabar pun” kepada Gubernur KDH Propinsi. Kemudian timbul kecenderungan Kabupaten untuk mengeruk sebanyak mungkin sumber PAD seakan-akan kepentingan kesejahteraan masyarakat dinomor duakan, dan belum tentu terjamin bahwa pungutan-pungutan itu akan membalik (feed back, melting process) sebagai biaya penanggulangan kepentingan kesejahteraan rakyat (public service). Serta terjadi semacam rebutan kedudukan antar kaum politisi dari Parpol dan kalangan aparat birokrat yang telah meniti karir dengan jenjang pendidikan dan dengan jam terbang pengalaman yang cukup lama untuk menduduki posisi-posisi eksekutif. Bahkan disana sini terjadi money politics padahal menurut teriakan dan pekik reformasi semula, KKN harus dikikis habis, khususnya suap menyuap dalam hal pencalonan Kepala Daerah dan Wakilnya. Sampai saat ini masih ada kasus money politics ini, yang belum tuntas pemerosesannya secara yuridis (Lubis, 2003: 7).
  • 17. Dari sekian banyak yang kami jelaskan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa :  Otonomi daerah merupakan hak dan kewajiban suatu daerah untuk mengatur serta mengurus urusan pemerintahan, kesejahteraan, dan kepentingan masyarakat di wilayahnya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat itu sendiri.  Wewenang pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah pemerintah daerah melaksanakan sistem pemerintahanya sesuai prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dengan undang-undang pemerintah pusat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Dampak positif otonomi daerah adalah memunculkan kesempatan identitas lokal yang ada di masyarakat. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Kebijakan-kebijakan pemerintah daerah juga akan lebih tepat sasaran dan tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga akan lebih efisien.  Dampak negatif dari otonomi daerah adalah munculnya kesempatan bagi oknum-oknum di tingkat daerah untuk melakukan berbagai pelanggaran, munculnya pertentangan antara pemerintah daerah dengan pusat, serta timbulnya kesenjangan antara daerah yang pendapatannya tinggi dangan daerah yang masih berkembang.  Masalah – masalah hukum dalam otonomi daerah yang paling menonjol dari pembahasan di atas yaitu ketidak-teraturan peraturan dan kerunyaman transisional yang ditandai oleh berbagai aktivitas yang dipoles dengan slogan reformasi, serta euforia demokrasi yang disebabkan oleh berbagai ketentuan dalam Undang – Undang itu sendiri.