1. Status Gizi Ibu Hamil
Pertumbuhan janin dalam kandungan dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil yang
berkaitan erat dengan berat badan ibu sebelum hamil. Status gizi menentukan
berapa kenaikan badan yang ideal pada ibu saat hamil. Untuk orang dewasa 19 -
70 tahun, status gizi dapat dinilai dengan menghitung indeks masa tubuh (IMT).
Rumus perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT)
IMT = Berat Badan (kg)
{Tinggi Badan (m)}2
Kategori Perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) sebagai berikut :
1. Kurang IMT < 18,5
2. Normal IMT 18,5 - 25,0
3. Overwight IMT 25,1 - 27,0
4. Obesitas IMT > 27,0
Sebagai contoh : Ibu hamil mempunyai berat badan 50 kg dan tinggi badan 160
cm. Status gizinya dapat ditentukan dengan perhitungan IMT sebagai berikut.
IMT = 50
(1,6)2
IMT = 19,5
Dengan nilai IMT 19,5 maka akan diketahui jika status gizi Ibu hamil tergolong
normal.
Status gizi orang dewasa juga dapat dihitung dengan mengukur lingkar lengan
atas (LILA) menggunakan pita pengukur LILA. Jika lingkar lengan atas anda
lebih atau sama dengan 23,5 cm berarti status gizi Anda normal.
Factor dari diri si ibu maupun dari lingkungan dapat mempengaruhi status gizi ibu
hamil. Di bawah ini adalah beberapa hal yang mempengaruhi gizi ibu pada waktu
hamil.
Semakin tua usia kehamilan ibu, energi yang dibutuhkan pada waktu
hamil juga semakin tinggi.
Berat badan ibu hamil menentukan berapa banyak asupan makanan yang
harus di konsumsi ibu hamil. Dengan tujuan, kebutuhan gizi janin
tercukupi dan bayi yang akan lahir dengan berat badan normal.
Jika aktivitas ibu hamil tinggi, tentu kebutuhan energinya juga akan
semakin tinggi.
Ibu hamil yang sedang sakit biasanya nafsu makannya akan menurun.
Untuk antisipasinya ketika keadaan sakit, sebaiknya ibu hamil mendapat
2. tambahan suplemen protein, zat besi, juga yang lainnya agar kebutuhan
gizinya tetap terpenuhi.
Pengetahuan gizi kehamilan diperlukan oleh seorang ibu hamil dalam
merencanakan menu makanannya. Mengatur makanan terutama untuk
menangani keluhan-keluhan kehamilan pada setiap trimesternya. Pada
trimester awal kehamilan biasanya ada keluhan mual juga muntah.
Sehingga selera makanannya pasti berkurang, yang biasanya berdampak
pada asupan makanannya. Ibu bisa menyiasati dengan makan sedikit-
sedikit, tetapi intensitasnya lebih sering. Makanannya pun harus dipilih
yang segar dan tidak mengandung lemak karena akan merangsang mual
dan muntah. Dianjurkan untuk mengkonsumsi buah segar atau dibuat jus,
sayuran, kue kering, dan seafood. Sehingga kebutuhan gizi Ibu hamil tetap
terpenuhi,
Keadaan ekonomi keluarga akan mempengaruhi pemilihan ragam dan
kualitas bahan makanan. Oleh karena itu, ibu harus pandai memilih bahan
makanan bergizi yang tidak harus mahal. Misalnya, untuk mengambil
manfaat protein hewani, Anda dapat membeli ikan segar, telur ayam, telur
puyuh, dan ikan teri sebagai pengganti daging sapi. Karena harganya
relative lebih murah, bahan-bahan tersebut mengandung protein yang sama
baiknya dengan daging sapi.
Pantangan makanan karena kepercayaan terhadap adat juga pengaruh
budaya, hal itu dapat mempengaruhi asupan makanan pada ibu hamil.
Salah satu contoh kasus, ada kepercayaan bahwa pada waktu hamil ibu
dilarang makan ikan, karena dikhawatirkan bayinya cacingan dan berbau
amis. Padahal, konsumsi ikan terutama ikan laut justru sangat dianjurkan
karena mengandung Omega 3 dan Omega 6 yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan otak janin dalam kandungan.
Tanda-tanda Kecukupan Gizi pada Ibu Hamil
Status Tanda Kecukupan Gizi
Berat badan Normal (berat badan sesuai dengan tinggi badan)
Bibir Warna tidak pucat, lembab, dan tidak bengkak
Gusi Merah normal dan tidak ada pendarahan
Gigi Bersih, mengkilap, tidak berlubang, dan tidak ada pendarahan
Jantung Detak dan irama jantung normal, tekanan darah normal
Keadaan
umum
Gesit dan responsive
Kulit Tidak kusam, cukup lembap, dan tidak kering
Kuku Keras dan warnanya kemerahan
Kelenjar Tidak ada pembesaran
Kaki Tidak bengkak
Leher
Warna sama dengan muka, cukup lembap, tampak segar, dan
sehat
3. Muka Warna sama dengan leher, cukup lembap, tampak segar dan sehat
Mulut Tidak ada luka
Mata
Bersih, bersinar, selaput besar berwarna merah, dan tidak ada
pendarahan
Otot Kuat, kenyal, dan di bawah kulit sedikit lemaknya
Postur tubuh Tegak, lengan, dan tungkai lurus
Pencarnaan Nafsu makan baik
Rambut Mengkilap, tidak rontok, dan kulit kepala bersih
Saraf Reflex normal, mental stabil, dan tidak mudah tersinggung
Vasilitas
umum
Daya tahan tubuh baik, semangat, cukup tidur, dan energik
Berat badan sebelum hamil mempengaruhi pada berat badan ideal selama
kehamilan.
Jika sebelum hamil berat badan ibu dibawah normal (Kurus), pada
trimester awal idealnya naik 2,25 kg. selanjutnya, berat badan akan terus
naik minimum 450 gram perminggunya. Dengan demikian, total kenaikan
berat badan selama kehamilan 13-18 kg.
Jika sebelum hamil berat badan ibu itu normal, pada trimester pertama
idealnya berat badan naik 1,5 kg. selanjutnya, berat badan akan terus naik
minimum 450 gram per minggunya. Dengan demikian, total kenaikan
berat badan selama kehamilan 11-16 kg.
Namun, jika sebelum hamil berat badan ibu di atas normal (gemuk), pada
trimester awal idealnya hanya naik 300 gram. Dengan demikian, total
kenaikan selama kehamilan hanya 7-11 kg.
Kenaikan berat badan selama kehamilan berdasarkan status gizi ibu
sebelum hamil
Status Gizi ibu sebelum
Hamil
(IMT)
Total Kenaikan Berat Badan Selama
Kehamilan
(Kg)
Kurang (Kurus) 13-18
Normal 11-16
Overweight 7-11
Obesitas 7
Kenaikan berat badan ini tidak hanya disebabkan oleh membesarnya janin. tapi,
juga karena membesarnya jaringan plasenta dan jaringan lain pada tubuh ibu.
Persentase Pembesaran Jaringan pada Tubuh Ibu Selama Hamil
Janin 25-27%
Plasenta 5%
4. Cairan Amnion 6%
Volume Darah 10%
Payudara dan Uterus 11%
Cairan Ekstraseluler 13%
Pertambahan Jaringan Lemak 25-27%
Kenaikan berat badan pada trimester pertama sepenuhnya tertuju untuk kebutuhan
ibu, tapi bukan berarti janin dalam kandungannya tidak tumbuh dan tidak
membutuhkan suplai makanan. Selama trimester kedua, porsi penambahan berat
badan adalah 60% untuk ibu sebagai cadangan lemak, dan 40% untuk janin.
Selanjutrnya pada trimester ketiga 60% penambahan berat untuk janin, dan 40%
untuk ibu. Presentase itu memang bukan angka yang pasti dan tidak semua
kehamilan bakal seperti itu. Berat bayi lahir tidak ditentukan sepenuhnya oleh
banyaknya makanan dan kenaikan berat badan ibu hamil, tetapi juga tergantung
pada kebutuhan gizi masing-masing bayi. Jika sebelum hamil berat badan ibu di
bawah normal, makanan yang dimakan setiap harinya sangat besar perannya pada
peningkatan berat bayi. Berat badan bayi ketika lahir merupakan salah satu
indicator kesehatannya pada masa depan.
PENILAIAN STATUS GIZI IBU HAMIL
Sehingga perlu dipertahankan status gizi yang baik dan seimbang
selama hamil, untuk menjaga kesehatan maka ibu harus menciptakan
pola makan sehat dimana makanan yang dikonsumsi memiliki jumlah
kalori dan zat-zat gizi sesuai dengan kebutuhan (Krisnatuti Diah, 2000 :
30).
A. Penilaian status gizi ibu hamil
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari
tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak
di bawah kulit. Di bawah ini akan diuraikan beberapa parameter itu
(Supariasa, 2001:38)
1) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.
Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprestasi penentuan
status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan
5. yang akurat menjadi tidak berarti jika tidak disertai dengan penentuan
umur yang tepat (Supariasa, 2001 : 38).
8
2) Berat Badan
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai umur
kehamilan. Kenaikan berat badan yang ideal ibu hamil 7 kg (untuk ibu
yang gemuk) dan 12,5 kg (untuk ibu yang tidak gemuk). Dalam 3 bulan
pertama, berat badan ibu hamil akan naik sampai 2 kg kemudian dinilai
normal bila setiap minggu berat badan naik 0,5 kg (Nadesul Handrawan,
1997 : 17).
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai
pertimbangan, antara lain :
a) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam
waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan
kesehatan.
b) Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan
secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
c) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara
umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang
memerlukan penjelasan secara meluas.
d) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh
keterampilan pengukur.
e) Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian
status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-
mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.
6. f) Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan
ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal
oleh masyarakat (Supariasa, 2001:39).
9
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat
yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan.
a) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain.
b) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
c) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
d) Skalanya mudah dibaca. (Supariasa, 2001:39).
3) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan
yang telah lalu dan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di
samping itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena
dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac Suck),
faktor umur dapat dikesampingkan. (Supariasa, 2001:42)
4) Lingkar Lengan Atas (LLA)
Metode penilaian yang digunakan untuk memantau status gizi ibu
hamil adalah dengan cara metode pengukuran langsung (antropometri)
yaitu pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA), metode ini digunakan untuk
mendeteksi adanya Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia
Subur (WUS) (Supariasa I, 2001 : 48).
Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK apabila LLA kurang
dari 23,5 cm, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan
diperkirakan akan melahirkan BBLR (Supariasa I, 2001 : 82).
Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan
salah satu atau beberapa kriteria sebagai berikut :
7. a) Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg.
b) Tinggi badan ibu < 145 cm.
c) Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg.
10
d) Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00
e) Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %) (DepKes RI, 1995 : 5).
Lingkaran Lengan Atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh.
Pengukuran ini berguna untuk skrining malnutrisi protein yang biasanya
digunakan oleh DepKes untuk mendeteksi ibu hamil dengan resiko
melahirkan BBLR bila LILA < 23,5 cm (Wirjatmadi B, 2007 : 4).
Ambang batas LLA WUS adalah 23,5 cm. Bila hasil pengukuran
kurang dari 23,5 cm berarti risiko KEK. Bila lebih dari sama dengan 23,5
cm berarti tidak berisiko KEK.
Cara pengukuran LLA :
Ada 7 urutan pengukuran LLA, yaitu :
(1) Tetapkan posisi bahu dan siku.
(2) Letakkan pita antara bahu dan siku.
(3) Tentukan titik tengah lengan.
(4) Lingkar pita pada tengah lengan.
(5) Pita jangan terlalu dekat.
(6) Pita jangan terlalu longgar.
(7) Cara pembacaan skala yang benar. (Supariasa I, 2001 : 49).
Hal-hal yang harus diperhatikan :
(1) Dalam menetapkan posisi bahu dan siku, siku ditekuk
membentuk sudut 900.
(2) Pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan
siku lengan kiri.
8. 11
(3) Lengan harus dalam posisi bebas baju dan otot lengan
dalam keadaan tidak tegang atau kendor.
(4) Alat pengukuran dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah
dilipat-lipat, sehingga permukaannya sudah tidak rata. (Supariasa I, 2001 :
49).
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil
1. Status kesehatan
Pada kondisi sakit asupan energi ibu hamil tidak boleh dilupakan.
Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi tablet mengandung zat besi atau
makanan yang mengandung zat besi seperti hati, bayam dan sebagainya
sedangkan demi suksesnya kehamilan keadaan gizi ibu selama hamil
harus mendapat tambahan protein, mineral, vitamin dan energi (Paath EF,
2004 : 56).
2. Jarak kelahiran bila yang dikandung bukan anak pertama
Status gizi ibu hamil belum pulih sebelum 2 tahun pasca persalinan
sebelumnya, oleh karena itu belum siap untuk kehamilan berikutnya (FKM
UI, 2007 : 250).
3. Usia hamil pertama
a. Ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun
Ibu yang hamil kurang dari 20 tahun merupakan kehamilan yang
sangat berisiko, baik terhadap dirinya maupun terhadap bayi yang
dikandungnya karena pertumbuhan linear (tinggi badan) pada umumnya
baru selesai pada usia 16-18 tahun dan dilanjutkan dengan pematangan
pertumbuhan rongga panggul beberapa tahun setelah pertumbuhan linear
selesai yaitu pada usia 20 tahun. Akibat terhadap dirinya (hamil pada usia
kurang dari 20 tahun) meliputi komplikasi persalinan dan gangguan
penyelesaian pertumbuhan optimal karena masukan gizi tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan dirinya yang masih tumbuh (FKM UI, 2007 :
235).
9. 12
b. Ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun
Ibu yang hamil pertama pada usia lebih dari 35 tahun mudah terjadi
penyakit pada ibu dan organ kandungan menua, jalan lahir juga tambah
kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat,
terjadi persalinan macet dan perdarahan (Poedji Rochyati, 2003 : 53).
4. Paritas
Paritas merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil
konsepsi. Perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau melahirkan anak
4 kali atau lebih, maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan :
a. Kesehatan terganggu, anemia, kurang gizi.
b. Kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim.
c. Tampak ibu dengan perut menggantung.(Poedji Rochyati, 2003 : 60).
5. Faktor sosial ekonomi
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan
seseorang adalah tingkat sosial ekonomi (FKM UI, 2007 : 175). Sosial
ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam
masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan dan
pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo, 2003 : 16).
10. Tabel : Tambahan Kecukupan Gizi Wanita Hamil dan Wanita Menyusui per
Orang per Hari.
Selama masa menyusui konsumsi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan
menyebabkan ASI yang dihasilkan sangat rendah kualitasnya, apalagi bila
cadangan makanan untuk produksi ASI yang ditimbun selama masa kehamilan
tidak mencukupi atau hanya mencukupi untuk beberapa waktu saja.
Komisi ahli FAO/WHO/ UNU (1985) menyarankan tambahan energi bagi wanita
hamil yang bekerja berat sejumlah 285 kalori per hari dan bagi pekerja ringan 200
kalori per hari. Bagi yang bekerja sedang sekitar 245 kalori per hari.
Perhitungan Angka Kecukupan Energi Individu (AKEI) bagi wanita hamil per
hari dirumuskan sebagai berikut (menggunakan cara sederhana) :
11. Untuk lebih jelasnya bagaimana cara menghitung angka kecukupan gizi bagi ibu
hamil, dapat kita lihat pada contoh soal berikut ini:
Contoh soal:
1. Hitunglah angka kecukupan energi bagi seorang wanita hamil usia 25 tahun
dengan BB normal 50 kg dan aktifitas sehari-hari sedang.
Diketahui:
Umur = 25 tahun
BB normal = 50 kg
FK (aktifitas sedang) = 1.64
EH (aktifitas sedang) = 245 Kal
Penyelesaiannya;
Untuk menghitung AKEI bagi wanita hamil umur 25 tahun digunakan rumus:
AKEI = (14.7 B + 496) FK + EH
= ((14.7) (50)) + 496) ( 1.64) + (245)
= ((735) + (496)) (1.64)) + 245
= (1231) (1.64) + 245
12. = 2.018.84 + 245
= 2.263.84
Jadi kecukupan energi bagi wanita hamil tersebut adalah 2263.84 Kal/ hari.
Sekarang mari kita bandingkan dengan contoh soal berikut:
2. Hitunglah angka kecukupan energi bagi seorang wanita hamil usia 25 tahun
dengan BB normal 50 kg dan aktifitas sehari-hari berat.
Diketahui:
Umur = 25 tahun
BB normal = 50 kg
FK (aktifitas berat) = 2.0
EH (aktifitas berat) = 285 Kal
Penyelesaiannya:
Untuk menghitung AKEI bagi wanita hamil umur 25 tahun digunakan rumus:
AKEI = (14.7 B + 496) FK + EH
= ((14.7) (50)) + 496) ( 2.0) + (285)
= ((735) + (496)) (2.0)) + 285
= (1231) (2.0) + 285
= 2436 + 285
= 2721
Jadi kecukupan energi bagi wanita hamil tersebut adalah 2.721 Kal/ hari.
Dari kedua contoh soal tersebut memberi gambaran yang jelas bahwa persamaan
usia dan BB, namun dengan jenis aktifitas keseharian yang berbeda, membuat
angka kecukupan energi yang berbeda pula.
Kecukupan Energi Wanita Menyusui
a. Untuk Wanita Umur = < 19 tahun
AKEI = (12.2 B + 746) FK + EM
b. Untuk Wanita Umur 20 – 29 tahun
AKEI = (14.7 B + 496) FK + EM
Dimana :
B = Berat badan sehat wanita selama menyusui (kg)
EM = Tambahan energi wanita menyusui (Kal/org/hr) yaitu : 500
Kal/org/hr
13. Jika untuk menghitung angka kecukupan energi bagi wanita hamil ditambahkan
dengan energi kehamilan (EK), maka pada wanita menyusui ditambah dengan
energi menyusui (EM).
Untuk lebih jelasnya bagaimana cara menghitung angka kecukupan energi bagi
ibu menyusui dengan usia yang sama dengan contoh soal sebelumnya, maka dapat
kita lihat pada contoh soal berikut ini:
3. Hitunglah angka kecukupan energi bagi seorang wanita menyusui usia 25 tahun
dengan BB normal 50 kg dan aktifitas sehari-hari berat.
Diketahui:
Umur = 25 tahun
BB normal = 50 kg
FK (aktifitas berat) = 2.0
EM = 500 Kal
Penyelesaiannya:
Untuk menghitung AKEI bagi wanita menyusui umur 25 tahun digunakan rumus:
AKEI = (14.7 B + 496) FK + EM
= ((14.7) (50)) + 496) ( 2.0) + (500)
= ((735) + (496)) (2.0)) + 500
= (1231) (2.0) + 500
= 2436 + 500
= 2936
Jadi kecukupan energi bagi wanita hamil tersebut adalah 2.936 Kal/ hari.
Setelah mempelajari ketiga contoh soal di atas tentang AKEI bagi wanita normal,
wanita hamil dan wanita menyusui terlihat dengan jelas bahwa angka kecukupan
energi bagi wanita hamil dan menyusui lebih tinggi dari pada angka kecukupan
energi pada wanita normal.
Sediaoetama,prof.Dr.Achmad Djaeni M.Sc.2004. Ilmu Gizi. Jakarta:DIAN
RAKYAT
http://praktisi-nutrisi-gizi.blogspot.co.id/2015/06/status-gizi-ibu-hamil.html