2. Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) penyakit demam akut
yang disebabkan oleh virus dengue serta memenuhi kriteria
WHO untuk DBD, salah satu manifestasi simptomatik dari
infeksi virus dengue.
Manifestasi simptomatik infeksi virus dengue adalah sebagai
berikut:
1. Demam tidak terdiferensiasi
2. Demam dengue (dengan atau tanpa perdarahan): demam akut
selama 2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih manifestasi klinis
(nyeri kepala, nyeri retroorbital, mialgia/ atralgia, ruam
kulit, manifestasi perdarahan [petekie atau uji bendung
positif], leukopenia) dan pemeriksaan serologi dengue positif
atau ditemukan pasien yang sudah dikonfirmasi menderita
demam dengue/ DBD pada lokasi dan waktu yang sama.
3. DBD (dengan atau tanpa renjatan)
3. EPIDEMIOLOGI
Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila,
Filipina pada tahun 1953.
Kasus di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di
Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak 24
orang.
Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar ke
beberapa propinsi di Indonesia, dengan jumlah kasus
sebagai berikut :
- Tahun 1996 : jumlah kasus 45.548 orang, dengan jumlah
kematian sebanyak 1.234 orang.
- Tahun 1998 : jumlah kasus 72.133 orang, dengan jumlah
kematian sebanyak 1.414 orang (terjadi ledakan)
- Tahun 1999 : jumlah kasus 21.134 orang.
- Tahun 2000 : jumlah kasus 33.443 orang.
- Tahun 2001 : jumlah kasus 45.904 orang
- Tahun 2002 : jumlah kasus 40.377 orang.
- Tahun 2003 : jumlah kasus 50.131 orang.
- Tahun 2004 : sampai tanggal 5 Maret 2004 jumlah kasus
sudah mencapai 26.015 orang, dengan jumlah kematian
sebanyak 389 orang.
4. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue
yang menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem pembekuan
darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-
perdarahan.
Vektor yang berperan dalam penularan
penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti.
5. Cara Penularan
3 faktor yang berperan pada penularan infeksi virus
dengue:
1. Manusia
2. Virus
3. Vektor perantara
Nyamuk Aedes aegypti menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia (2 hari sebelum panas
sampai 5 hari setelah demam timbul) virus
yang berada di kelenjar liur nyamuk berkembang
biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation
period) ditularkan kembali kepada manusia
pada saat gigitan berikutnya ( virus memerlukan
waktu masa tunas 46 hari -intrinsic incubation
period- sebelum menimbulkan penyakit)
6.
7. PATOGENESIS
Mengacu kepada 2 teori :
1. Hipotesis infeksi sekunder
Diajukan oleh Suvatte, 1977. Sebagai akibat
infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang
berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan
terpicu, menyebabkan proliferasi dan
transformasi limfosit dan menghasilkan titer
tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di
limfosit, proliferasi limfosit juga menyebabkan
tingginya angka replikasi virus dengue. Hal ini
mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-
antibodi yang selanjutnya mengaktivasi sistem
komplemen. Pelepasan C3a dan C5a
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah dan merembesnya cairan ke
ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan
peningkatan kadar hematokrit, penurunan
natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga
serosa
8. PATOGENESIS
2. Hipotesis immune enhancement
Menyatakan secara tidak langsung bahwa
mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus
heterolog mempunyai risiko berat yang lebih
besar untuk menderita DBD berat. Antibodi
herterolog yang telah ada akan mengenali
virus lain kemudian membentuk kompleks
antigen-antibodi yang berikatan dengan Fc
reseptor dari membran leukosit terutama
makrofag. Sebagai tanggapan dari proses ini,
akan terjadi sekresi mediator vasoaktif yang
kemudian menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, sehingga
mengakibatkan keadaan hipovolemia dan
syok.
9. DIAGNOSA
Penegakan diagnosa (WHO) diperlukan 2 kriteria:
1. Kriteria Klinik (pemeriksaan fisik dan keluhan
pasien)
Diagnosa DBD klinis dibagi WHO dalam :
Derajat 1 : Demam disertai gejala khas dan satu-
satunya manifestasi perdarahan ialah uji
Tourniquet positif.
Derajat 2 : Derajat 1 disertai perdarahan spontan
di kulit dan/atau perdarahan lain.
Derajat 3 : Ditemukannya kegagalan sirkulasi,
yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi
menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi disertai
kulit yang dingin, lembab dan penderita menjadi
gelisah.
Derajat 4 : Renjatan berat dengan nadi yang
tidak dapat diraba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur
11. DIAGNOSA
Pemeriksaan laboratorium rutin untuk penderita
DBD adalah jumlah trombosit dan kadar hematokrit.
Hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat menjadi
pertanda penyakit demam berdarah adalah:
1. Trombositopenia (jumlah trombosit darah <
100.000/mm3)
2. Hemokonsentrasi (jumlah hematokrit ≥ 20%)
Dua kriteria klinis pertama, ditambah dengan
trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis klinis DBD.
Efusi pleura (tampak melalui rontgen dada) dan atau
hipoalbuminemia menjadi bukti penunjang adanya
kebocoran plasma. Bukti ini sangat berguna terutama
pada pasien yang anemia dan atau mengalami
perdarahan berat.
Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi dan
trombositopenia memperkuat diagnosis terjadinya
Dengue Shock Syndrom.
12. TERAPI NON
FARMAKOLOGI
Minumlah air putih min. 20 gelas berukuran
sedang setiap hari (lebih banyak lebih baik)
Cobalah menurunkan panas dengan minum
obat penurun panas (paracetamol misalnya)
Beberapa teman dan dokter menyarankan
untuk minum minuman ion tambahan seperti
pocari sweat
Minuman lain yang disarankan: Jus jambu
merah untuk meningkatkan trombosit (ada
juga yang menyarankan: daun angkak, daun
jambu, dsb)
Makanlah makanan yang bergizi dan
usahakan makan dalam kuantitas yang banyak
(meskipun biasanya minat makan akan
menurun drastis).
13. TERAPI FARMAKOLOGI
belum ada obat yang spesifik untuk demam
berdarah
pengobatan DB bersifat simptommatik dan
supportif, (mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan
permeabilitas kapiler dan sebagai akibat
pendarahan).
Cairan pengganti (rekomendasi WHO) :
Cairan Laktat Ringer.
Cairan Glukosa 5% dalam 0,9% NaCl.
Cairan Glukosa 5% dalam 0,45% NaCl.
Cairan Glukosa 5% dalam'h Laktat Ringer.
Cairan Glukosa 5% dalam 0,3% NaCl.