SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  36
Télécharger pour lire hors ligne
REGIMEN DOSIS PADA GAGAL
JANTUNG (HEART FAILURE)
Farmakokinetik KLINIK
Taofik Rusdiana, PhD., Apt
Drug Delivery and Disposition,
Dept of pharmaceutics, Faculty of Pharmacy
Universitas Padjadjaran
Gagal Jantung
Heart failure
Slides are a static portrait.
Audience is passive and cannot interact.
• Heart failure adalah suatu
keadaan fatofisiologi
dimana jantung rusak
apapun penyebabnya, tidak
kuat lagi memompa darah
bagi kebutuhan jaringan2
tubuh lainnya atau selama
aktivitas normal sehari-hari.
Salah satu penyebab teratas kematian di
negara maju & akan meningkat di masa
depan
Heart failure juga dinyatakan sebagai
kerusakan yang progressif akibat dari
tidak berfungsinya ventricular kiri dan
akhirnya dekompensasi jantung
Apa yang terjadi secara farmakokinetik bagi pasien gagal ginjal?
hipoperfusi organ dapat
mempengaruhi ABSORPSI dari
saluran pencernaan,
DISTRIBUSI ke dalam jaringan
dan ELIMINASI obat baik oleh
hati atau ginjal.
PK Kebanyakan obat
akan berubah pada
pasien gagal
jantung
• Ikatan obat di dalam plasma dan
jaringan,
• Aliran darah ke organ2 eliminasi obat
• Intrinsic activity of drug elimination.
Point-point penting :
CHF dikaitkan dengan HIPOPERFUSI
pada berbagai organ termasuk tempat2
klirens obat seperti hati dan ginjal
Hal itu membawa kpd kongesti organ
seperti pada liver dan dinding usus.
Perubahan utama pada farmakokinetik
obat yang mengalami CHF adalah
penurunan volume distribusi dan
penurunan clearance
Perubahan waktu paruh eliminasi
tergantung kepada perubahan pada Vd
dan Cl dan tingkat dari perubahan itu
1
2
3
t ½ = 0,693 x Vd/Cl
.....Important Points
Perubahan PK karena CHF ini tidak
selalu dapat diprediksi , namun efek
bersih dari Penurunan Vd dan CL
lebih signifikant terjadi dibandingkan
subyek sehat.
Perubahan dianggap penting bila
terjadi pada obat dengan index
terapeutik sempit seperti digoxin,
dan obat2 antiaritmia (lidocain,
prokainamid
Hal ini memerlukan pengurangan
pada dosis awal dan pemeliharaan.
Peningkatan t ½ menyebabkan
pelambatan tercapainya Css.
4
5
6
Perubahan PK ini tdk terlalu penting utk
obat-obat yang yg respon klinik nya cepat
seperti diuretics dan vasodilator IV seperti
inhibitor nitrates and phosphodiesterase.
Dalam hal ini Dosis dapat diberikan dalam
jumlah yang normal.
7
8
Interaksi dapat terjadi secara langsung misalnya penurunan kliren ginjal
digoksin oleh captopril dan kuinidin atau secara tidak langsung misalnya
melalui hipokalemia yang diinduksi diuretik yang memperparah aritmia yang
terkait dengan digoxin dan antiaritmia seperti quinidine dan procainamide.
Tidak semua reaksi merugikan obat yg terjadi
pada CHF diakibatkan krn perubahan PK,
namun juga bisa karena interaksi obat yang
penting
Perubahan-perubahan
PK karena CHF
Farmakokineti (PK) : studi ttg efek tubuh terhadap obat.
PK dapat berubah karena perubahan keadaan fisiologi seperti usia.
Perubahan semakin penting terutama dalam penggunaan obat pada
anak2 (pediatrik) atau lansia (geriatrik).
PK juga berubah pada keadaan penyakit seperti gagal ginjal, sirosis
hati, malabsorpsi, CHF.
Konsep umum perubahan PK karena Patofisiologis tubuh
Memahami prinsip yang menentukan PK suatu obat sangat penting
untuk :
mengatur dosis obat secara benar pada individu pasien dan
menginterpretasikan efek merugikan atau kegagalan terapi.
Hal ini lebih penting terutama untuk golongan obat yang memiliki
batas yang sempit antara konsentrasi terapeutik dan toksis (narrow
therapeutic index).
Heart Failure (HF)
HF (Gagal Jantung) merupakan karakter
sindrom klinik dengan tanda dan gejala
turunnya kardiak output dan meningkatnya
kongesti organ.
Sirkulasi tidak mampu membawa oksigen dan
makanan pada tingkat kecepatan yang
memadai persyaratan metabolisme jaringan.
Penyebab CHF...
Penyebab paling umum dari CHF adalah CAD (penyakit arteri
koroner) karena menyebabkan terjadinya iskemia fokal dan
nekrosis jantung; penyakit miokardial yang mengakibatkan
hipokanesia difus atau penyakit valvular jantung yang
menyebabkan tekanan dan volume menjadi overload.
terjadi paling banyak pada kelompok lansia.
PERUBAHAN PK
Perubahan PK terjadi karena AGING yang juga berinteraksi dengan
berbagai perubahan akibat gagal jantung itu sendiri.
CHF menyebabkan hipertensi paru dengan peningkatan tekanan
pengisian jantung sebelah kanan yang secara langsung
mengakibatkan pada kongesti pada hati, GI dan ginjal.
Lebih lanjut berakibat pada pengurangan kardiak output sesuai
dengan perfusi ke organ.
perubahan ini dapat mengubah secara langsung PK obat meski
perubahan ini tidak selalu dapat diprediksi secara tepat.
ABSORPSI & CHF
Abs terjadi sepanjang GIT tetapi yg paling dominan adalah
bagian atas usus halus.
Abs tergantung :
- fisikokimia obat
- aliran darah pada GIT
- luar permukaan usus halus
- pengosongan lambung
- motilitas usus
#fisikimia obat :
Obat yg larut lemak akan diabsorpsi dengan cepat melalui
mekanisme difusi pasif
obat larut air : diabsorpsi secara aktif (transport aktif) dan terjadi
lebih lambat dan tidak sempurna.
#perfusi :
faktor penentu kecepatan dalam abs yg cepat dr obat larut lemak
# setiap peningkatan kecepatan pengosongan lambung atau
gerakan usus akan meningkatkan kecepatan penghantaran obat
ke tempat absorpsinya pada bagian atas usus halus dan karena
itu kecepatan absorpsi dari obat larut lemak akan meningkat.
Kecepatan absorpsi tidak perlu berkorelasi dengan jumlah
obat yang diabsoprsi, tetapi akan menentukan waktu obat
mencapai konsentrasi puncak (tmaks).
Pada kondisi CHF, waktu pengosongan
lambung akan menurun melalui aktivasi
sistem syaraf simpatis, atau via obat-obatan
(opiat, antikolinergik, antihistamin dan
antidepresan trisiklik).
Kongesti dan udema usus karena CHF juga
menyebabkan MALABSORPSI.
ABSORSPI pada tempat lain
Abs pada jaringan otot, tergantung kepada :
• sifat fisika-kimia obat
• keadaan umum sirkulasi dan aliran darah melalui otot
Beberapa obat seperti Fenitoin dapat mengkristal atau membentuk
endapan secara lokal,
sementara yang lain seperti digoksin atau diazepam sukar larut
dalam media air, sehingga absorpsinya buruk.
Oleh karena itu pemberian IM sebaiknya dihindari untuk obat-obat
seperti digoksin dan kuinidin pada pasien2 CHF.
Namun, Obat-obat yang larut dalam cairan interstisial seperti
streptomisin, akan tampak diabsorpsi dengan cepat.
FIRST PASS METABOLISM
BA ditentukan oleh proses pre-disposisi dan
metabolisme lintas pertama.
Setelah diabsorpsi, utk obat2 yang diberikan
secara oral dapat dimetabolisme di dinding
usus atau di hati atau dikeduanya.
Hingga 50% obat2an dimetabolisme setelah
pemberian oral dan oleh karena itu tidak
mencapai sistem sirkulasi.
Utk meningkatkan
Biavailabitas obat2 tsb,
dapat dilakukan dengan
memberikan secara long
term dengan MDR
sehingga tercapai C steady
state .
Hal ini bs terjadi krn sistem
monooksigenase yang
jenuh pada pemberian
berulang.
Cl ditentukan aliran darah hepatik
FPM meningkat, maka BA menurun, dapat disebabkan karena :
• induksi sistem enzim monooksigenase spt pada
tirotoksikosis
• obat-obatan penginduksi enzim spt barbiturat, fenitoin,
alkohol, rifampisin dan obat2 penurun gula.
Obat-obatan dimetabolisme di dinding usus diantaranya :
ester-ester penisilin (pivamsilin)
Obat-obat dimetabolisme di dinding lambung seperti salbutamol dan
etiloestradiol
Clearance, Hepatic Metabolism and Renal Excretion
Pada CHF terjadi hal-hal berikut :
 Penurunan aliran darah dalam hati
 Peningkatan kongesti vena
Kongesti hati :
Mempengaruhi obat yang tingkat ekstraksi hepatiknya
rendah seperti warfarin dan teofilin
Reaksi konjugasi by asetilator
Asetilator yang rendah, akan meningkatkan BA obat spt
pada hidralazin dan procainamid
Ekskresi renal obat ditentukan oleh :
• Kecepatan filtrasi glomerular,
• Konsentrasi plasma
• Ukuran molekul senyawa
Renal clearance :
Hasil bersih dari filtrasi dan sekresi aktif atau reabsorpsi di dalam
tubula
Pada gagal jantung kongestif, sistem
renin-angiotensin memainkan peran
penting dalam mempertahankan laju
filtrasi glomerulus pada pasien yang
perfusi ginjalnya sangat terganggu
(tekanan perfusi ginjal <70mm Hg).
Efek ini dicapai secara independen dari
efek sistem ini terhadap tekanan darah
sistemik, menunjukkan bahwa mungkin
dimediasi oleh vasokonstriksi arteriol
eferen, sehingga mempertahankan
tekanan hidraulik kapiler glomerulus
walaupun hipotensi ringan.
pada gagal jantung, Karena aliran darah hati dan aktivitas enzim
berkurang secara bermakna daripada fungsi ginjal, toksisitas obat
terjadi lebih mudah dengan obat-obatan yang dimetabolisme di hati
dari pada dengan yang dieliminasi oleh ginjal
Volume distribusi
Volume distribusi merupakan konsep teoritis yang didefinisikan sebagai
volume plasma dimana jumlah (dosis) obat akan memerlukan
untuk terdistribusi di dalamnya, untuk mencapai konsentrasi
plasma terukur.
Dikarenakan faktor-faktor seperti ikatan obat pada protein jaringan
intraseluler, maka Vd selalu lebih besar daripada volume aktual
plasma,
Jumlah dosis muatan (DL) yang dibutuhkan dari suatu obat merupakan
fungsi dari VOLUME DISTRIBUSI
Volume distribusi
• Diduga bhw dlm kondisi CHF, Vd menjadi meningkat, sebagai suatu
kondisi yg dikaitkan dengan retensi cairan.
• Namun tidak demikian kasusnya, karena cairan tertahan di dalam
daerah intertisial, dan tidak dalam posisi saling terhubung dengan
kompartemen sentral.
• Dalam keadaan CHF, justru Vd menurun, dan oleh karenanya
konsentrasi dalam plasma meningkat setelah pemberian DL.
• Jadi direkomendasikan dosis yang lebih rendah untuk pasien CHF
sebagaimana dalam kasus LIDOCAIN.
T ½ merefleksikan waktu yang diperlukan
bagi obat agar obat tereliminasi hingga 50%.
Kebanyakan obat mengikuti 1 Kompartemen,
dimana jumlah obat yang dihilangkan dari
tubuh sebanding dengan konsentrasinya.
Pada saat kecepatan masuknya obat dan
eliminasi setimbang, maka C mencapai
keadaan steady state (ss).
Lama nya obat mencapai konsentrasi ss
adalah tergantung t1/2, yakni 4-5 kali t1/2
nya.
WAKTU PARUH ELIMINASI (T1/2)
T1/2 = 0,693 Vd/Cl
Persamaan ini menjelaskan bahwa
dalam keadaan CHF dimana Cp
dalam darah meningkat, maka t1/2
tidak harus menjadi lebih besar.
Karena perubahan Vd akan
diimbangi dengan perubahan Cl. Vd
semakin turun, maka CL pun turun,
sehingga tidak mengubah t1/2.
T½ eliminasi tergantung kepada
Volume distribusi dan klirens :
ss, tercapai setelah 4-5 x t½. sehingga utk obat2 yg t ½ nya lama diperlukan seminggu
atau lebih utk tercapai Css, semisal digoksin atau warfarin.
Peningkatan dosis tidak akan menghasikan waktu tercapainya Cpss lebih pendek,
namun memberikan konsentrasi obat terapeutik lebih besar.
Dalam kondisi CHF :
 Vd lebih rendah, sehingga beberapa obat harus diberikan DL yang lebih rendah utk
menghindari toksisitas.
 DM (Dosis pemeliharaan) juga harus diberikan lebih rendah karena CL juga turun
T ½ bisa juga lebih lama (karena perubahan kecepatan eliminasi), sehingga Cp(ss) akan
tercapai dalam waktu lebih lama. Sehingga dosis harus diberikan secara gradual.
Steady-State vs Loading Dose
STUDI KASUS
FUROSEMID
HIDROKLORTIAZID
HIDRALAZIN
PK of FUROSEMID
1
2FUROSEMID
Diabsorpsi dengan baik setelah pemberian
oral. Terikat pada protein sebayak 94-98%.
Vd = 0.181 ± 0.105 L/kg
Frusemide is a loop diuretic which
acts by inhibiting active chloride
transport in the ascending limb of
the loop of Henle.
Waktu terjadinya respon sesuai dengan
ekskresi obat melalui urin
3 Mula kerja obat 5‘ (IV) dan 30’ (oral)
4 Waktu puncak Ae 90 -180 menit
5 Durasi aksi = 4-6 jam
6 T1/2 = 64-84 menit
7 Dieliminasi secara utuh mll ginjal = 63%;
1/3 eliminasi mll feces
Vd = 1,8 %
EFEK CHF pada PK FUROSEMID
1
2
Absoprsi berlangsung kurang sempurna dan
variasinya sangat tinggi
Lag time meningkat (86,7 vs 37,4 menit)
3 Cmaks lebih rendah, tetapi jumlah yg
diabsorpsi sama diantara pasien CHF dan
DHF
4 Terjadi perubahan pada fisiologi usus, spt
udema dinding usus, pengosongan
lambung tertunda, gerakan motilitas usus
menurun dan mengurangi aliran darah
splanchnic
Mengikuti 2 kompartemen
Absorpsi berlangsung pada 2
kecepatan yang berbeda,
dikarenakan adanya lag time
5 Vd tidak berubah secara significant
6 T1/2 mungkin berubah menjadi 2x lebih
lama menjadi 143-205 menit
7 Renal clearance = 0,048 ± 0,0054 L/h
EFEK CHF pada PD FUROSEMID (FS)
1
2
Respon FS pada pasien CHF menjadi
kurang tajam (blunted)
Kurva C thd waktu menjadi lebih
rendah dan bergeser ke kanan
3 PD nya berubah, sensitifitas renal
tubulus thd obat berubah.
4 Perubahan kecepatan
penghantaran obat pada tubulus
ginjal juga memegang peranan
penting
Absorpsi FS pada CHF menjadi
berkurang khususnya
kecepatannya, bukan jumlah
yg diabsorpsi
Penyesuaian dosis lebih
didasarkan kepada respon
kliniknya, dari pada perubahan
PK nya
PK of Hydrochlorothiazide
Hydrochloro
thiazide
Absorpsi Oral hingga 60-80%; tmaks =
1,5-5 jam; Durasi aksi = 8-12 jam. Lebih
dari 90% obat diekskresikan secara utuh
via ginjal; t1/2 = 5,6-14,8 jam.
Hydrochlorothiazide acts by
inhibiting the active reabsorption
of chloride in the cortical portion
of the thick ascending limb of the
loop of Henle
1 Absoprsi GI berkurang pada 3 dari 7
pasien CHF (21-37% dari dosis oral)
2 Renal Cl menurun 0,6-11,22 vs 19,14-
20,70 pd sukarelawan sehat
PK HCT pada pasien CHF dapat BERUBAH
Absoprsi oral HCT dapat tidak layak pada
pasien CHF terutama pada level CHF berat.
PK of Hydralazine
Hydralazine
Diabsorpsi dengan baik secara oral, mengalami first-
pass metabolisme yang tinggi, dan konsentrasi
plasma puncak mencapai 30 hingga 120 menit
setelah administrasi.
Hydralazine adalah vasodilator
arteri yang digunakan secara
tradisional dalam pengobatan
hipertensi, tetapi penggunaannya
telah diperluas untuk mengurangi
afterload dalam pengobatan
gagal jantung kronis, terutama
dalam kombinasi dengan nitrat
Metabolisme hidralazin berlangsung rumit dan terjadi
terutama oleh asetilasi, meskipun oksidasi dan konjugasi
adalah jalur metabolis alternatif. Asetilasi, yang terjadi di hati,
ditentukan secara genetik , dan seseorang dapat berupa
fenotif asetilator cepat atau lambat. Ketersediaan hayati
berkisar antara 26 hingga 55%, tergantung pada kecepatan
asetilasi (lebih rendah pada asetilator cepat). Vd Hydralazine
adalah sekitar 1,34 ± 0,791L / kg.
Ada juga konjugasi hidralazin non-hepatik dengan ketoasid
endogen yang mengarah ke pembentukan hidrazon.
Hydralazine piruvat hidrazon adalah produk 30 hingga 40%
dari dosis hidralazin yang diberikan.
PK of Hydralazine akibat CHF
Hydralazine memiliki waktu paruh 1 - 3 jam pada org sehat.
Pada pasien dengan gagal jantung kongestif, penyerapan
tampaknya tidak berubah setelah dosis oral tunggal
(Hanson et al. 1983), tetapi waktu paruh eliminasi menjadi
dua kali lipat.
Ini mungkin disebabkan
oleh gangguan
metabolisme hati
terkait dengan gagal
jantung
Namun, satu penelitian
menyimpulkan bahwa
gagal jantung per se
tampaknya hanya
memiliki efek total
sederhana pada
konsentrasi hidralazin
setelah dosis oral
tunggal yang kecil.
Cl dari dosis IV tunggal hidralazin rata-rata 1,77 ± 0,48 L /
jam / kg, yang sesuai dengan yang terlihat pada individu
sehat (Crawford et al. 1985).
Dosis hidralazin harus dijaga tetap rendah, karena reaksi
sistemik lupus erythematosus muncul hingga 10,4%
pasien yang menerima 200 mg / hari (Cameron & Ramsay
1984)
Pengaturan Dosis Hydralazine akibat CHF
Ada variabilitas intersubject yang besar dalam kebutuhan dosis untuk
pasien dengan gagal jantung kongestif (100 hingga 800 mg/hari) dan
dosis yang diperlukan lebih tinggi daripada dalam pengobatan
tekanan darah tinggi
Perubahan farmakokinetik tampaknya bukan satu-satunya penjelasan
tetapi mungkin ada hiporesponsivitas vaskular.
Pemantauan hemodinamik adalah panduan yang lebih baik untuk
terapi pada mereka yang membutuhkan dosis lebih tinggi dari 200
mg/hari. Toleransi spesifik obat dapat terjadi ketika menerima terapi
jangka panjang.

Contenu connexe

Tendances

Kasus farmakoterapi I
Kasus farmakoterapi IKasus farmakoterapi I
Kasus farmakoterapi IOppy Utriyani
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
 
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1Bayu Mario
 
Pengantar farmakokinetika klinik-TDM
Pengantar farmakokinetika klinik-TDMPengantar farmakokinetika klinik-TDM
Pengantar farmakokinetika klinik-TDMTaofik Rusdiana
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiSurya Amal
 
Sistem penghantaran obat tubuh
Sistem penghantaran obat tubuhSistem penghantaran obat tubuh
Sistem penghantaran obat tubuhMolinda Damris
 
Penentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose AdjustmentPenentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose AdjustmentTaofik Rusdiana
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiNunung Ayu Novi
 
Farmakokinetika pengaturan dosis
Farmakokinetika   pengaturan dosisFarmakokinetika   pengaturan dosis
Farmakokinetika pengaturan dosisDwi Ramdhini
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKSurya Amal
 
Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2husnul khotimah
 
Sistem penghantaran obat
Sistem penghantaran obatSistem penghantaran obat
Sistem penghantaran obatMolinda Damris
 
FARMAKOLOGI ANTITUSIF
FARMAKOLOGI ANTITUSIFFARMAKOLOGI ANTITUSIF
FARMAKOLOGI ANTITUSIFSapan Nada
 

Tendances (20)

Kasus farmakoterapi I
Kasus farmakoterapi IKasus farmakoterapi I
Kasus farmakoterapi I
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
 
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
 
Pengantar farmakokinetika klinik-TDM
Pengantar farmakokinetika klinik-TDMPengantar farmakokinetika klinik-TDM
Pengantar farmakokinetika klinik-TDM
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
Sistem penghantaran obat tubuh
Sistem penghantaran obat tubuhSistem penghantaran obat tubuh
Sistem penghantaran obat tubuh
 
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensiMateri kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
 
Penentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose AdjustmentPenentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose Adjustment
 
Efek obat
Efek obatEfek obat
Efek obat
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesi
 
Farmakokinetika pengaturan dosis
Farmakokinetika   pengaturan dosisFarmakokinetika   pengaturan dosis
Farmakokinetika pengaturan dosis
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
 
Distribusi dan ikatan protein
Distribusi dan ikatan proteinDistribusi dan ikatan protein
Distribusi dan ikatan protein
 
Farmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik TeofilinFarmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik Teofilin
 
Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2
 
DRUGS DELIVERY SYSTEM
DRUGS DELIVERY SYSTEMDRUGS DELIVERY SYSTEM
DRUGS DELIVERY SYSTEM
 
Metode soap
Metode soapMetode soap
Metode soap
 
Sistem penghantaran obat
Sistem penghantaran obatSistem penghantaran obat
Sistem penghantaran obat
 
FARMAKOLOGI ANTITUSIF
FARMAKOLOGI ANTITUSIFFARMAKOLOGI ANTITUSIF
FARMAKOLOGI ANTITUSIF
 
Pedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomiPedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomi
 

Similaire à Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)

FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada Geriatrik
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada GeriatrikFARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada Geriatrik
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada GeriatrikNesha Mutiara
 
Tatalaksana hipertensi pada penderita diabetes
Tatalaksana hipertensi pada penderita diabetesTatalaksana hipertensi pada penderita diabetes
Tatalaksana hipertensi pada penderita diabetesgigihR
 
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatifarmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatiwitanurma
 
Ginjal dan hipertensi
Ginjal dan hipertensiGinjal dan hipertensi
Ginjal dan hipertensiHelmon Chan
 
Farmakologi hipertensi
Farmakologi hipertensiFarmakologi hipertensi
Farmakologi hipertensiFuadrizalfauzi
 
prof yusup management of vasoactive medications1
prof yusup management of vasoactive medications1prof yusup management of vasoactive medications1
prof yusup management of vasoactive medications1dickywahyudi44
 
Interaksi Obat.pdf
Interaksi Obat.pdfInteraksi Obat.pdf
Interaksi Obat.pdfTika995824
 
2. askep kmb. hipertensi. (charles pangandaheng)
2. askep kmb. hipertensi. (charles pangandaheng)2. askep kmb. hipertensi. (charles pangandaheng)
2. askep kmb. hipertensi. (charles pangandaheng)Charlespangandaheng
 
Hepatitis toxic
Hepatitis toxicHepatitis toxic
Hepatitis toxicheldaaida
 
Gagal ginjal kronis 2(1)
Gagal ginjal kronis 2(1)Gagal ginjal kronis 2(1)
Gagal ginjal kronis 2(1)Khusny Kamal
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI pjj_kemenkes
 
Farmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptxFarmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptxHelmiMildani
 
Acei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorAcei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorMulkan Fadhli
 
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologiTerapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologiTito Ahmad
 

Similaire à Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure) (20)

FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada Geriatrik
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada GeriatrikFARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada Geriatrik
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada Geriatrik
 
Tatalaksana hipertensi pada penderita diabetes
Tatalaksana hipertensi pada penderita diabetesTatalaksana hipertensi pada penderita diabetes
Tatalaksana hipertensi pada penderita diabetes
 
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatifarmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
 
Ginjal dan hipertensi
Ginjal dan hipertensiGinjal dan hipertensi
Ginjal dan hipertensi
 
Farmakologi hipertensi
Farmakologi hipertensiFarmakologi hipertensi
Farmakologi hipertensi
 
Hypertensionhosppharm
HypertensionhosppharmHypertensionhosppharm
Hypertensionhosppharm
 
prof yusup management of vasoactive medications1
prof yusup management of vasoactive medications1prof yusup management of vasoactive medications1
prof yusup management of vasoactive medications1
 
Interaksi Obat.pdf
Interaksi Obat.pdfInteraksi Obat.pdf
Interaksi Obat.pdf
 
2. askep kmb. hipertensi. (charles pangandaheng)
2. askep kmb. hipertensi. (charles pangandaheng)2. askep kmb. hipertensi. (charles pangandaheng)
2. askep kmb. hipertensi. (charles pangandaheng)
 
Hepatitis toxic
Hepatitis toxicHepatitis toxic
Hepatitis toxic
 
Gagal ginjal kronis 2(1)
Gagal ginjal kronis 2(1)Gagal ginjal kronis 2(1)
Gagal ginjal kronis 2(1)
 
Dis extracellular fuid ats
Dis extracellular fuid atsDis extracellular fuid ats
Dis extracellular fuid ats
 
Sindrom Hepatorenal
Sindrom HepatorenalSindrom Hepatorenal
Sindrom Hepatorenal
 
Definisi
DefinisiDefinisi
Definisi
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
 
Farmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptxFarmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptx
 
Acei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorAcei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektor
 
Hemodialisis
HemodialisisHemodialisis
Hemodialisis
 
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologiTerapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
Terapi cairan dan_nutrisi_pada_kelainan_endokrinologi
 

Plus de Taofik Rusdiana

Farmakokinetik Klinik Carbamazepin
Farmakokinetik Klinik CarbamazepinFarmakokinetik Klinik Carbamazepin
Farmakokinetik Klinik CarbamazepinTaofik Rusdiana
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Taofik Rusdiana
 
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPANPengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPANTaofik Rusdiana
 
Kuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Kuliah 2 - Pokok-pokok KeimananKuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Kuliah 2 - Pokok-pokok KeimananTaofik Rusdiana
 
Silabus pai ppt - untuk mahasiswa new
Silabus pai   ppt - untuk mahasiswa newSilabus pai   ppt - untuk mahasiswa new
Silabus pai ppt - untuk mahasiswa newTaofik Rusdiana
 

Plus de Taofik Rusdiana (7)

Farmakokinetik Klinik Carbamazepin
Farmakokinetik Klinik CarbamazepinFarmakokinetik Klinik Carbamazepin
Farmakokinetik Klinik Carbamazepin
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPANPengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
 
Konversi dosis
Konversi dosisKonversi dosis
Konversi dosis
 
Kuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Kuliah 2 - Pokok-pokok KeimananKuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Kuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
 
Silabus pai ppt - untuk mahasiswa new
Silabus pai   ppt - untuk mahasiswa newSilabus pai   ppt - untuk mahasiswa new
Silabus pai ppt - untuk mahasiswa new
 
Yes i can
Yes i canYes i can
Yes i can
 

Dernier

Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxdedyfirgiawan
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxMaskuratulMunawaroh
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARElviraDemona
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugasTeks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugasMuhamadIlham361836
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppthidayatn24
 

Dernier (20)

Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugasTeks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 

Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)

  • 1. REGIMEN DOSIS PADA GAGAL JANTUNG (HEART FAILURE) Farmakokinetik KLINIK Taofik Rusdiana, PhD., Apt Drug Delivery and Disposition, Dept of pharmaceutics, Faculty of Pharmacy Universitas Padjadjaran
  • 2. Gagal Jantung Heart failure Slides are a static portrait. Audience is passive and cannot interact. • Heart failure adalah suatu keadaan fatofisiologi dimana jantung rusak apapun penyebabnya, tidak kuat lagi memompa darah bagi kebutuhan jaringan2 tubuh lainnya atau selama aktivitas normal sehari-hari. Salah satu penyebab teratas kematian di negara maju & akan meningkat di masa depan Heart failure juga dinyatakan sebagai kerusakan yang progressif akibat dari tidak berfungsinya ventricular kiri dan akhirnya dekompensasi jantung
  • 3. Apa yang terjadi secara farmakokinetik bagi pasien gagal ginjal? hipoperfusi organ dapat mempengaruhi ABSORPSI dari saluran pencernaan, DISTRIBUSI ke dalam jaringan dan ELIMINASI obat baik oleh hati atau ginjal. PK Kebanyakan obat akan berubah pada pasien gagal jantung • Ikatan obat di dalam plasma dan jaringan, • Aliran darah ke organ2 eliminasi obat • Intrinsic activity of drug elimination.
  • 4. Point-point penting : CHF dikaitkan dengan HIPOPERFUSI pada berbagai organ termasuk tempat2 klirens obat seperti hati dan ginjal Hal itu membawa kpd kongesti organ seperti pada liver dan dinding usus. Perubahan utama pada farmakokinetik obat yang mengalami CHF adalah penurunan volume distribusi dan penurunan clearance Perubahan waktu paruh eliminasi tergantung kepada perubahan pada Vd dan Cl dan tingkat dari perubahan itu 1 2 3 t ½ = 0,693 x Vd/Cl
  • 5. .....Important Points Perubahan PK karena CHF ini tidak selalu dapat diprediksi , namun efek bersih dari Penurunan Vd dan CL lebih signifikant terjadi dibandingkan subyek sehat. Perubahan dianggap penting bila terjadi pada obat dengan index terapeutik sempit seperti digoxin, dan obat2 antiaritmia (lidocain, prokainamid Hal ini memerlukan pengurangan pada dosis awal dan pemeliharaan. Peningkatan t ½ menyebabkan pelambatan tercapainya Css. 4 5 6
  • 6. Perubahan PK ini tdk terlalu penting utk obat-obat yang yg respon klinik nya cepat seperti diuretics dan vasodilator IV seperti inhibitor nitrates and phosphodiesterase. Dalam hal ini Dosis dapat diberikan dalam jumlah yang normal. 7 8 Interaksi dapat terjadi secara langsung misalnya penurunan kliren ginjal digoksin oleh captopril dan kuinidin atau secara tidak langsung misalnya melalui hipokalemia yang diinduksi diuretik yang memperparah aritmia yang terkait dengan digoxin dan antiaritmia seperti quinidine dan procainamide. Tidak semua reaksi merugikan obat yg terjadi pada CHF diakibatkan krn perubahan PK, namun juga bisa karena interaksi obat yang penting
  • 8. Farmakokineti (PK) : studi ttg efek tubuh terhadap obat. PK dapat berubah karena perubahan keadaan fisiologi seperti usia. Perubahan semakin penting terutama dalam penggunaan obat pada anak2 (pediatrik) atau lansia (geriatrik). PK juga berubah pada keadaan penyakit seperti gagal ginjal, sirosis hati, malabsorpsi, CHF. Konsep umum perubahan PK karena Patofisiologis tubuh
  • 9. Memahami prinsip yang menentukan PK suatu obat sangat penting untuk : mengatur dosis obat secara benar pada individu pasien dan menginterpretasikan efek merugikan atau kegagalan terapi. Hal ini lebih penting terutama untuk golongan obat yang memiliki batas yang sempit antara konsentrasi terapeutik dan toksis (narrow therapeutic index).
  • 10. Heart Failure (HF) HF (Gagal Jantung) merupakan karakter sindrom klinik dengan tanda dan gejala turunnya kardiak output dan meningkatnya kongesti organ. Sirkulasi tidak mampu membawa oksigen dan makanan pada tingkat kecepatan yang memadai persyaratan metabolisme jaringan.
  • 11. Penyebab CHF... Penyebab paling umum dari CHF adalah CAD (penyakit arteri koroner) karena menyebabkan terjadinya iskemia fokal dan nekrosis jantung; penyakit miokardial yang mengakibatkan hipokanesia difus atau penyakit valvular jantung yang menyebabkan tekanan dan volume menjadi overload. terjadi paling banyak pada kelompok lansia.
  • 12. PERUBAHAN PK Perubahan PK terjadi karena AGING yang juga berinteraksi dengan berbagai perubahan akibat gagal jantung itu sendiri. CHF menyebabkan hipertensi paru dengan peningkatan tekanan pengisian jantung sebelah kanan yang secara langsung mengakibatkan pada kongesti pada hati, GI dan ginjal. Lebih lanjut berakibat pada pengurangan kardiak output sesuai dengan perfusi ke organ. perubahan ini dapat mengubah secara langsung PK obat meski perubahan ini tidak selalu dapat diprediksi secara tepat.
  • 13. ABSORPSI & CHF Abs terjadi sepanjang GIT tetapi yg paling dominan adalah bagian atas usus halus. Abs tergantung : - fisikokimia obat - aliran darah pada GIT - luar permukaan usus halus - pengosongan lambung - motilitas usus
  • 14. #fisikimia obat : Obat yg larut lemak akan diabsorpsi dengan cepat melalui mekanisme difusi pasif obat larut air : diabsorpsi secara aktif (transport aktif) dan terjadi lebih lambat dan tidak sempurna. #perfusi : faktor penentu kecepatan dalam abs yg cepat dr obat larut lemak # setiap peningkatan kecepatan pengosongan lambung atau gerakan usus akan meningkatkan kecepatan penghantaran obat ke tempat absorpsinya pada bagian atas usus halus dan karena itu kecepatan absorpsi dari obat larut lemak akan meningkat.
  • 15. Kecepatan absorpsi tidak perlu berkorelasi dengan jumlah obat yang diabsoprsi, tetapi akan menentukan waktu obat mencapai konsentrasi puncak (tmaks). Pada kondisi CHF, waktu pengosongan lambung akan menurun melalui aktivasi sistem syaraf simpatis, atau via obat-obatan (opiat, antikolinergik, antihistamin dan antidepresan trisiklik). Kongesti dan udema usus karena CHF juga menyebabkan MALABSORPSI.
  • 16. ABSORSPI pada tempat lain Abs pada jaringan otot, tergantung kepada : • sifat fisika-kimia obat • keadaan umum sirkulasi dan aliran darah melalui otot Beberapa obat seperti Fenitoin dapat mengkristal atau membentuk endapan secara lokal, sementara yang lain seperti digoksin atau diazepam sukar larut dalam media air, sehingga absorpsinya buruk. Oleh karena itu pemberian IM sebaiknya dihindari untuk obat-obat seperti digoksin dan kuinidin pada pasien2 CHF. Namun, Obat-obat yang larut dalam cairan interstisial seperti streptomisin, akan tampak diabsorpsi dengan cepat.
  • 17. FIRST PASS METABOLISM BA ditentukan oleh proses pre-disposisi dan metabolisme lintas pertama. Setelah diabsorpsi, utk obat2 yang diberikan secara oral dapat dimetabolisme di dinding usus atau di hati atau dikeduanya. Hingga 50% obat2an dimetabolisme setelah pemberian oral dan oleh karena itu tidak mencapai sistem sirkulasi. Utk meningkatkan Biavailabitas obat2 tsb, dapat dilakukan dengan memberikan secara long term dengan MDR sehingga tercapai C steady state . Hal ini bs terjadi krn sistem monooksigenase yang jenuh pada pemberian berulang.
  • 18. Cl ditentukan aliran darah hepatik FPM meningkat, maka BA menurun, dapat disebabkan karena : • induksi sistem enzim monooksigenase spt pada tirotoksikosis • obat-obatan penginduksi enzim spt barbiturat, fenitoin, alkohol, rifampisin dan obat2 penurun gula. Obat-obatan dimetabolisme di dinding usus diantaranya : ester-ester penisilin (pivamsilin) Obat-obat dimetabolisme di dinding lambung seperti salbutamol dan etiloestradiol
  • 19.
  • 20. Clearance, Hepatic Metabolism and Renal Excretion Pada CHF terjadi hal-hal berikut :  Penurunan aliran darah dalam hati  Peningkatan kongesti vena Kongesti hati : Mempengaruhi obat yang tingkat ekstraksi hepatiknya rendah seperti warfarin dan teofilin Reaksi konjugasi by asetilator Asetilator yang rendah, akan meningkatkan BA obat spt pada hidralazin dan procainamid
  • 21. Ekskresi renal obat ditentukan oleh : • Kecepatan filtrasi glomerular, • Konsentrasi plasma • Ukuran molekul senyawa Renal clearance : Hasil bersih dari filtrasi dan sekresi aktif atau reabsorpsi di dalam tubula
  • 22. Pada gagal jantung kongestif, sistem renin-angiotensin memainkan peran penting dalam mempertahankan laju filtrasi glomerulus pada pasien yang perfusi ginjalnya sangat terganggu (tekanan perfusi ginjal <70mm Hg). Efek ini dicapai secara independen dari efek sistem ini terhadap tekanan darah sistemik, menunjukkan bahwa mungkin dimediasi oleh vasokonstriksi arteriol eferen, sehingga mempertahankan tekanan hidraulik kapiler glomerulus walaupun hipotensi ringan. pada gagal jantung, Karena aliran darah hati dan aktivitas enzim berkurang secara bermakna daripada fungsi ginjal, toksisitas obat terjadi lebih mudah dengan obat-obatan yang dimetabolisme di hati dari pada dengan yang dieliminasi oleh ginjal
  • 23. Volume distribusi Volume distribusi merupakan konsep teoritis yang didefinisikan sebagai volume plasma dimana jumlah (dosis) obat akan memerlukan untuk terdistribusi di dalamnya, untuk mencapai konsentrasi plasma terukur. Dikarenakan faktor-faktor seperti ikatan obat pada protein jaringan intraseluler, maka Vd selalu lebih besar daripada volume aktual plasma, Jumlah dosis muatan (DL) yang dibutuhkan dari suatu obat merupakan fungsi dari VOLUME DISTRIBUSI
  • 24. Volume distribusi • Diduga bhw dlm kondisi CHF, Vd menjadi meningkat, sebagai suatu kondisi yg dikaitkan dengan retensi cairan. • Namun tidak demikian kasusnya, karena cairan tertahan di dalam daerah intertisial, dan tidak dalam posisi saling terhubung dengan kompartemen sentral. • Dalam keadaan CHF, justru Vd menurun, dan oleh karenanya konsentrasi dalam plasma meningkat setelah pemberian DL. • Jadi direkomendasikan dosis yang lebih rendah untuk pasien CHF sebagaimana dalam kasus LIDOCAIN.
  • 25. T ½ merefleksikan waktu yang diperlukan bagi obat agar obat tereliminasi hingga 50%. Kebanyakan obat mengikuti 1 Kompartemen, dimana jumlah obat yang dihilangkan dari tubuh sebanding dengan konsentrasinya. Pada saat kecepatan masuknya obat dan eliminasi setimbang, maka C mencapai keadaan steady state (ss). Lama nya obat mencapai konsentrasi ss adalah tergantung t1/2, yakni 4-5 kali t1/2 nya. WAKTU PARUH ELIMINASI (T1/2) T1/2 = 0,693 Vd/Cl Persamaan ini menjelaskan bahwa dalam keadaan CHF dimana Cp dalam darah meningkat, maka t1/2 tidak harus menjadi lebih besar. Karena perubahan Vd akan diimbangi dengan perubahan Cl. Vd semakin turun, maka CL pun turun, sehingga tidak mengubah t1/2. T½ eliminasi tergantung kepada Volume distribusi dan klirens :
  • 26. ss, tercapai setelah 4-5 x t½. sehingga utk obat2 yg t ½ nya lama diperlukan seminggu atau lebih utk tercapai Css, semisal digoksin atau warfarin. Peningkatan dosis tidak akan menghasikan waktu tercapainya Cpss lebih pendek, namun memberikan konsentrasi obat terapeutik lebih besar. Dalam kondisi CHF :  Vd lebih rendah, sehingga beberapa obat harus diberikan DL yang lebih rendah utk menghindari toksisitas.  DM (Dosis pemeliharaan) juga harus diberikan lebih rendah karena CL juga turun T ½ bisa juga lebih lama (karena perubahan kecepatan eliminasi), sehingga Cp(ss) akan tercapai dalam waktu lebih lama. Sehingga dosis harus diberikan secara gradual. Steady-State vs Loading Dose
  • 28. PK of FUROSEMID 1 2FUROSEMID Diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral. Terikat pada protein sebayak 94-98%. Vd = 0.181 ± 0.105 L/kg Frusemide is a loop diuretic which acts by inhibiting active chloride transport in the ascending limb of the loop of Henle. Waktu terjadinya respon sesuai dengan ekskresi obat melalui urin 3 Mula kerja obat 5‘ (IV) dan 30’ (oral) 4 Waktu puncak Ae 90 -180 menit 5 Durasi aksi = 4-6 jam 6 T1/2 = 64-84 menit 7 Dieliminasi secara utuh mll ginjal = 63%; 1/3 eliminasi mll feces Vd = 1,8 %
  • 29. EFEK CHF pada PK FUROSEMID 1 2 Absoprsi berlangsung kurang sempurna dan variasinya sangat tinggi Lag time meningkat (86,7 vs 37,4 menit) 3 Cmaks lebih rendah, tetapi jumlah yg diabsorpsi sama diantara pasien CHF dan DHF 4 Terjadi perubahan pada fisiologi usus, spt udema dinding usus, pengosongan lambung tertunda, gerakan motilitas usus menurun dan mengurangi aliran darah splanchnic Mengikuti 2 kompartemen Absorpsi berlangsung pada 2 kecepatan yang berbeda, dikarenakan adanya lag time 5 Vd tidak berubah secara significant 6 T1/2 mungkin berubah menjadi 2x lebih lama menjadi 143-205 menit 7 Renal clearance = 0,048 ± 0,0054 L/h
  • 30. EFEK CHF pada PD FUROSEMID (FS) 1 2 Respon FS pada pasien CHF menjadi kurang tajam (blunted) Kurva C thd waktu menjadi lebih rendah dan bergeser ke kanan 3 PD nya berubah, sensitifitas renal tubulus thd obat berubah. 4 Perubahan kecepatan penghantaran obat pada tubulus ginjal juga memegang peranan penting Absorpsi FS pada CHF menjadi berkurang khususnya kecepatannya, bukan jumlah yg diabsorpsi Penyesuaian dosis lebih didasarkan kepada respon kliniknya, dari pada perubahan PK nya
  • 31.
  • 32.
  • 33. PK of Hydrochlorothiazide Hydrochloro thiazide Absorpsi Oral hingga 60-80%; tmaks = 1,5-5 jam; Durasi aksi = 8-12 jam. Lebih dari 90% obat diekskresikan secara utuh via ginjal; t1/2 = 5,6-14,8 jam. Hydrochlorothiazide acts by inhibiting the active reabsorption of chloride in the cortical portion of the thick ascending limb of the loop of Henle 1 Absoprsi GI berkurang pada 3 dari 7 pasien CHF (21-37% dari dosis oral) 2 Renal Cl menurun 0,6-11,22 vs 19,14- 20,70 pd sukarelawan sehat PK HCT pada pasien CHF dapat BERUBAH Absoprsi oral HCT dapat tidak layak pada pasien CHF terutama pada level CHF berat.
  • 34. PK of Hydralazine Hydralazine Diabsorpsi dengan baik secara oral, mengalami first- pass metabolisme yang tinggi, dan konsentrasi plasma puncak mencapai 30 hingga 120 menit setelah administrasi. Hydralazine adalah vasodilator arteri yang digunakan secara tradisional dalam pengobatan hipertensi, tetapi penggunaannya telah diperluas untuk mengurangi afterload dalam pengobatan gagal jantung kronis, terutama dalam kombinasi dengan nitrat Metabolisme hidralazin berlangsung rumit dan terjadi terutama oleh asetilasi, meskipun oksidasi dan konjugasi adalah jalur metabolis alternatif. Asetilasi, yang terjadi di hati, ditentukan secara genetik , dan seseorang dapat berupa fenotif asetilator cepat atau lambat. Ketersediaan hayati berkisar antara 26 hingga 55%, tergantung pada kecepatan asetilasi (lebih rendah pada asetilator cepat). Vd Hydralazine adalah sekitar 1,34 ± 0,791L / kg. Ada juga konjugasi hidralazin non-hepatik dengan ketoasid endogen yang mengarah ke pembentukan hidrazon. Hydralazine piruvat hidrazon adalah produk 30 hingga 40% dari dosis hidralazin yang diberikan.
  • 35. PK of Hydralazine akibat CHF Hydralazine memiliki waktu paruh 1 - 3 jam pada org sehat. Pada pasien dengan gagal jantung kongestif, penyerapan tampaknya tidak berubah setelah dosis oral tunggal (Hanson et al. 1983), tetapi waktu paruh eliminasi menjadi dua kali lipat. Ini mungkin disebabkan oleh gangguan metabolisme hati terkait dengan gagal jantung Namun, satu penelitian menyimpulkan bahwa gagal jantung per se tampaknya hanya memiliki efek total sederhana pada konsentrasi hidralazin setelah dosis oral tunggal yang kecil. Cl dari dosis IV tunggal hidralazin rata-rata 1,77 ± 0,48 L / jam / kg, yang sesuai dengan yang terlihat pada individu sehat (Crawford et al. 1985). Dosis hidralazin harus dijaga tetap rendah, karena reaksi sistemik lupus erythematosus muncul hingga 10,4% pasien yang menerima 200 mg / hari (Cameron & Ramsay 1984)
  • 36. Pengaturan Dosis Hydralazine akibat CHF Ada variabilitas intersubject yang besar dalam kebutuhan dosis untuk pasien dengan gagal jantung kongestif (100 hingga 800 mg/hari) dan dosis yang diperlukan lebih tinggi daripada dalam pengobatan tekanan darah tinggi Perubahan farmakokinetik tampaknya bukan satu-satunya penjelasan tetapi mungkin ada hiporesponsivitas vaskular. Pemantauan hemodinamik adalah panduan yang lebih baik untuk terapi pada mereka yang membutuhkan dosis lebih tinggi dari 200 mg/hari. Toleransi spesifik obat dapat terjadi ketika menerima terapi jangka panjang.