2. Ketika Allah menulis Takdir-Nya, Allah juga menuliskan Satu
Nama dalam hidupku. Bertahun aku menunggu Satu Nama itu.
Akhirnya terjawab sudah penantian itu,
Kamu adalah Takdir ku.
3. Apa itu pernikahan ?
Pernikahan dalam fiqh berbahasa arab disebut
dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj. Kata
na-kaha dan za-wa-ja terdapat dalam AlQur’an dengan arti kawin yang berarti
bergabung, hubungan kelamin, dan juga
berarti akad.
Menurut Fiqh, nikah adalah salah satu
asas pokok hidup yang paling utama
dalam pergaulan atau masyarakat yang
sempurna.
4. Lanjutan,,,
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 2 perkawinan adalah suatu
pernikahan yang merupakan akad yang sangat baik untuk
mentaati perintah Allah dan pelaksanaanya adalah merupakan
ibadah.
Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum
perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat
oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang
berlaku.
5. Apa dasar hukum tentang
pernikahan ?
1. Menurut Fiqh Munakahat
a. Dalil Al-Qur’an
Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa Ayat 3 yang artinya :
” Dan jika kamu takut tidak akan
berlaku adil terhadap anak yatim, maka
kawinilah perempuan-perempuan lain
yang kamu senangi, dua, tiga atau
empat dan jika kamu takut tidak akan
berlaku adil, cukup satu orang saja.”
b. Dalil As-Sunnah
Diriwayatkan dari Abdullah bin
Mas’ud r.a. dari Rasulullah yang
bersabda,
“Wahai
para
pemuda, barangsiapa dioantara
kalian memiliki kemampuan, maka
nikahilah, karena itu dapat lebih baik
menahan pandangan dan menjaga
kehormatan. Dan siapa yang tidak
memiiki kemampuan itu, hendaklah
ia selalu berpuasa, sebab puasa itu
merupakan
kendali
baginya.
(H.R.Bukhari-Muslim).
6. Lanjutan,,,
2. Menurut Undang – Undang Perkawinan tahun
1974
Landasan hukum terdapat dalam Pasal 2 ayat (1)
dan Pasal 2 ayat (2)
UU Perkawinan yang
rumusannya :
Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
hukum
masing-masing
agamanya
dan
kepercayaannya itu. Tiap – tiap perkawinan dicatat
menurut peraturan – peraturan, pereundang –
undangan yang berlaku.