Krisis ketersediaan komoditi pangan seperti beras, gula, dan kedelai menunjukkan bahwa pembangunan pertanian di Indonesia masih tertinggal. Produksi kedelai domestik menurun, sementara permintaan meningkat seiring peningkatan pendapatan masyarakat. Untuk menyeimbangkan suplai dan permintaan diperlukan strategi reorientasi pembangunan pertanian dengan memprioritaskan subsektor tanaman pangan, antara lain meningkatkan produ
Reorientasi pertanian kasus kedelai langka umi hanik
1. umihanik.blogspot.com
Tantangan Pembangunan Dan Strategi Reorientasi
Pertanian Tanaman Pangan Di Indonesia :
Ekspose Kasus Kelangkaan Pada Komoditi Kedelai
Umi Hanik*
Krisis ketersediaan komoditi beras, gula, dan kedelai belakangan ini di Indonesia telah menyadarkan
betapa pembangunan di sektor pertanian yang dilakukan selama ini masih jauh tertinggal jika
dibandingkan dengan sektor lainnya. Pemerintah hanya memberikan banyak perhatian pada sektor
industri manufaktur. Di masa mendatang situasi kelangkaan komoditi pertanian akan kerap terjadi
selama Indonesia belum memiliki strategi yang komprehensif untuk mengembangkan sektor
pertanian.
Secara umum sektor pertanian memiliki beberapa keunggulan, mencakup :
1. Sektor pertanian mampu menyediakan dan menyerap tenaga kerja yang besar (dapat dilihat
pada grafik di bawah).
2. Sektor pertanian tidak menggunakan kapital yang terlalu intensif seperti misalnya sektor industri
manufaktur.
3. Sektor pertanian tidak terlalu menggantungkan pada modal asing yang saat ini semakin terbatas.
4. Sektor pertanian yang maju dapat membantu mengurangi kebutuhan devisa impor
dan mengurangi angka kemiskinan.
Struktur Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja
Selama Seminggu Yang Lalu (Juta Orang) 2004
Jasa kemasyarakatan 10.51
Keuangan, Persew aan, Jasa Perusahaan 1.13
Pengangkutan dan komunikasi 5.48
Perdagangan, Hotel, Restoran 19.12
Bangunan 4.54
Industri Pengolahan 11.07
Pertambangan, Penggalian, Listrik, Gas, Air
Bersih 1.27
Pertanian 40.61
- 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00
Sumber : Sakernas 2004 – BPS (Diolah)
Untuk sampai pada strategi pembangunan sektor pertanian yang komprehensif dibutuhkan suatu
pemetaan terhadap komoditi pertanian secara utuh. Dengan menganalisis hasil pemetaan tersebut
dapat diambil langkah-langkah kebijakan prioritas bagi pembangunan sektor pertanian ke depan.
Peta Produksi Komoditi Kedelai di Indonesia
Produktivitas sektor pertanian di Indonesia sangat rendah, kondisi ini diakibatkan rendahnya nilai
tambah sektor pertanian itu sendiri baik secara absolut maupun pertumbuhan serta besarnya
angkatan kerja yang berusaha di sektor pertanian.
umihanik.blogspot.com
2. umihanik.blogspot.com
PRODUK DOMESTIK BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (% /Th)
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
-
2003 2004 2005 2006
Pertanian, peternakan, 3.18 2.82 2.66 2.98
kehutanan, dan perikanan
Industri pengolahan 5.33 6.38 4.57 4.63
Jasa lainnya 6.44 7.11 7.93 7.18
Sumber : Indikator Ekonomi – BPS (Diolah)
Secara umum rata-rata pertumbuhan sektor pertanian selama kurun waktu 2002-2006 jauh lebih
rendah dibanding sektor lainnya yakni tumbuh sebesar 2,91%, industri pengolahan tumbuh sebesar
5, 23%, dan jasa sebesar 7.16%.
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000
(% Pertahun)
2002-
Sektor 2003 2004 2005 2006
2006
Pertanian, peternakan, kehutanan, dan
perikanan 3.18 2.82 2.66 2.98 2.91
Tanaman bahan makanan 2.79 2.89 2.60 2.71 2.75
Tanaman perkebunan 5.76 0.40 2.48 3.19 2.94
Peternakan dan hasil-hasilnya 4.26 3.35 2.13 2.98 3.18
Kehutanan (4.19) 1.28 (1.47) (2.29) (1.69)
Perikanan 4.79 5.56 5.45 6.01 5.45
Industri pengolahan 5.33 6.38 4.57 4.63 5.23
Jasa 6.44 7.11 7.93 7.18 7.16
Sumber : Indikator Ekonomi – BPS (Diolah)
Meskipun secara umum produktivitas sektor pertanian rendah, namun jika dianalisis lebih jauh terlihat
bahwa subsektor tanaman bahan makanan memiliki produktivitas terendah kedua setelah kehutanan
(sebelum maraknya pembalakan hutan, produktivitas kehutanan senantiasa tumbuh positif di atas
bahan makanan). Kondisi ini mengakibatkan perlambatan nilai tambah bruto bahan makanan lebih
lambat daripada laju pertumbuhan penduduk yang diperkirakan bergerak di kisaran 3-4% (pada
periode 1998-2000 pertumbuhan penduduk hanya bergerak di kisaran 1,4-1,5% per tahun, meningkat
drastis akibat tidak lagi digalakkannya program keluarga berencana oleh pemerintah).
Selain ditandai oleh rendahnya produktivitas, juga dapat dilihat bahwa sub sektor tanaman pangan
memiliki elastisitas pendapatan yang bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendapatan perkapita di Indonesia, maka pertumbuhan permintaan (konsumsi) bahan pangan
meningkat lebih cepat. Dengan demikian sub sektor tanaman pangan dituntut untuk tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan penduduk.
umihanik.blogspot.com
3. umihanik.blogspot.com
Perkembangan Produksi Kedelai 1993-2006 (Ribu Ton)
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2004 2006
Produksi Kedelai (Ribu Ton) 1709 1565 1680 1517 1357 1306 1383 1018 827 742 721 781
Sumber : Indikator Ekonomi – BPS (Diolah)
Khusus untuk komoditi kedelai, praktis dari periode data yang diteliti, secara umum produksi kedelai
domestik bertumbuh negatif. Angka produksi kedelai tertinggi dicapai pada tahun 1993 yakni sebesar
1, 7 Juta Ton, dan produksi terendah pada 2004 yakni sebesar 0,72 Juta Ton dan meningkat tipis
sebanyak 60 ribu ton pada tahun 2006 menjadi 0,78 Juta Ton.
Peta Perdagangan Komoditi Kedelai di Indonesia
Lebih lanjut apabila komoditi bahan makanan menurut pengelompokan national account BPS, untuk
SITC 222 (Biji2an mengandung minyak berkulit lunak) yang meliputi kacang tanah, kedelai, kacang
hijau belum pernah mengalami surplus sehingga transaksi perdagangan internasional selalu
mengalami defisit sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah.
Nilai Ekspor (X) dan Impor (M) Hasil Tanaman Bahan Makanan SITC 222 (US$ Juta)
Kumulatif Transaksi SITC 222 (Biji2an mengandung minyak berkulit lunak) kacang tanah, kedelai, kacang hijau
1988-1992 X 9.20
M 906.76
1993-1997 X 17.73
M 1,584.50
1998-2002 X 14.79
M 1,409.15
Sumber : Buletin Ringkas BPS
Dari data yang ada maka dapat dijelaskan bahwa kebutuhan akan komoditi pangan khususnya
kedelai masih sangat tergantung pada impor. Meskipun data perdagangan yang disajikan hanya
sampai dengan tahun 2002, namun symthoms dan pola ketergantungan pangan dalam negeri
terhadap produk impor masih cenderung sama.
Peta Konsumsi Komoditi Kedelai di Indonesia
Menurut catatan BPS melalui survey ekonomi dan sosialnya (SUSENAS) yang dapat digunakan
untuk melihat gambaran konsumsi penduduk Indonesia dan pola konsumsinya berkaitan dengan
perubahan pendapatan masyarakat ditemukan fakta empiris bahwa rata-rata penduduk Indonesia
lebih banyak mengalokasikan pengeluarannya untuk makanan. Pada tahun 2002 kontribusi makanan
dalam pola pengeluaran penduduk Indonesia sebesar 58,47%, sementara untuk bukan makanan
hanya sebesar 41,53%. Pengeluaran untuk makanan di dalamnya sudah termasuk (Biji2an
mengandung minyak berkulit lunak) kacang tanah, kedelai, kacang hijau.
Selanjutnya perkembangan pola konsumsi penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan
berlakunya hukum Engel. Hukum Engel menyatakan bahwa jika pendapatan perkapita naik, maka
pengeluaran untuk makanan akan naik tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat. Dengan kata lain,
jika pendapatan perkapita naik, maka kontribusi pengeluaran makanan dalam total pengeluaran
rumah tangga akan turun.
umihanik.blogspot.com
4. umihanik.blogspot.com
Perubahan pendapatan penduduk selain mempengaruhi pola konsumsi antar kelompok makanan dan
bukan makanan seperti dijelaskan di atas juga dapat mengubah pola konsumsi di dalam sub
kelompok. Semakin tinggi pendapatan perkapita, penduduk akan beralih dari makanan yang
mengandung karbohidrat ke komoditi non karbohidrat. Hal lain yang perlu diperhatikan pula adalah
terkait aspek pemasaran dan lingkungan.
Jika melihat data produksi kedelai di dalam negeri dan nilai import kedelai yang beranjak naik dari
tahun ketahun dapat disimpulkan bahwa permintaan domestik terhadap komoditi kedelai semakin
diminati dan cukup tinggi. Hal ini terjadi antara lain disebabkan oleh beberapa hal seperti dijelaskan di
atas. Dan karena kebutuhan akan kedelai banyak dipenuhi oleh impor maka dari sisi ketahanan
pangan (food security) dapat dikatakan sangat rawan.
Reorientasi Strategi Pembangunan Pertanian
Selanjutnya, mengacu pada data di atas dapat digambarkan bahwa secara umum kondisi ketahanan
pangan di Indonesia sangat rentan. Lebih jauh terkait menghilangnya komoditi kedelai dipasaran
belakangan ini, juga bukan merupakan sesuatu yang aneh karena jika dilihat dari fakta empiris yang
ada, idealnya pemerintah mampu mengantisipasi hal ini dengan senantiasa menjaga keseimbangan
supply kedelai di pasaran. Selain itu pemerintah juga perlu untuk melakukan sosialisasi dan
komunikasi secara terus menerus pada masyarakat supaya jangan panik dan waspada karena bahan
kebutuhan pokok termasuk kedelai di dalamnya sewaktu-waktu akan menghilang dari pasar
domestik, dengan adanya sosialisasi dengan frekwensi yang tinggi ini maka masyarakat akan dapat
mengantisipasi lebih awal atau lebih memilih untuk mengkonsumsi komoditi kacang-kacangan atau
bahan pangan pengganti lainnya dengan demikian sosialisasi yang terus menerus ini diharapkan
akan berpengaruh pula terhadap perubahan pola konsumsi masyarakat kita.
Lebih jauh terkait upaya untuk menyeimbangkan antara demand / kebutuhan bahan makanan di
dalam negeri dengan supply dari hasil perdagangan internasional dapat disimpulkan bahwa strategi
pembangunan sektor pertanian harus diprioritaskan pada sub sektor tanaman bahan makanan.
Harga tinggi (insentif) meskipun dibutuhkan oleh petani, namun bukanlah satu-satunya cara untuk
mendorong petani untuk menanam padi. Penerimaan petani tidak hanya tergantung pada harga jual
melainkan juga pada produktivitas. Produktivitas tanaman bahan makanan masih punya peluang
untuk ditingkatkan di Indonesia. Oleh karena itu guna mendorong optimalnya produktivitas pertanian
selain pemberian insentif maka perlu dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Penyediaan benih yang lebih baik
2. Fasilitas pengairan/ irigasi dan jalan desa yang memadai
3. Penerapan cara bercocok tanam yang baik
4. Penyaluran dan penyediaan pupuk yang tepat sasaran.
5. Penyediaan lahan garap yang memadai bagi petani pangan.
Namun demikian terdapat kendala yang harus diperhatikan terkait upaya peningkatan produktivitas
pertanian tersebut antara lain :
1. Disparitas komoditi pertanian khususnya bahan makanan antar daerah (Jawa dan Bali Versus
Luar Jawa Bali). Ketergantungan produksi pertanian dari Jawa & Bali sangat riskan karena
produktivitas pertanian per hektar lahan di Jawa cenderung menurun. Selain itu juga karena
ketersediaan lahan yang mulai terbatas baik dialihfungsikan menjadi pabrik, jalan tol, maupun
perumahan. Dan implikasinya adalah mahalnya sewa lahan pertanian di Jawa & Bali
2. Disparitas produktivitas antara pilot Project dan penerapannya di lapangan
3. Meningkatnya daya saing baik dari segi kualitas maupun harga untuk menghalau membanjirnya
produk pertanian asing ke Indonesia. Dalam kondisi tertentu membanjirnya produk-produk
pertanian asing ke pasar dalam negeri dikarenakan harga internasional (meskipun telah
dikenakan bea masuk) masih relatif murah jika dibandingkan harga domestik yang kadang-
kadang ditetapkan melalui kebijakan harga dasar (Floor Price).
Artinya, peluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan di Indonesia akan dapat berjalan
dengan optimal jika kendala-kendala di atas dapat diselesaikan.
Upaya tindak lanjut berikutnya adalah dengan mendudukkan bersama instansi terkait yakni dari
Departemen Pertanian, PU, dan Departemen Perdagangan yang dikoordinasikan oleh Bappenas
untuk segera menyusun cetak biru strategi reorientasi pembangunan pertanian tanaman pangan.
*) Penulis adalah pemerhati kebijakan publik
umihanik.blogspot.com
5. Email Address : umihanik@gmail.com
Instant Messaging (with appointment) : umi.hanik@yahoo.com
Online Page : http://umihanik.blogspot.com/
Facebook : http://www.facebook.com/umi.hanik1
Twitter : http://twitter.com/umihanik
Citizenship : Indonesian
Professional Histories
1. The World Bank, Jakarta Office, May 2009 – Present; Monitoring & Evaluation (M&E)
Specialist for BOS KITA (Knowledge Improvement for Transparency and Accountability) Program
2. The House Of Representatives (DPR RI), November 2007 – June 2009; Expert Staff for
Commission VI, XI, and Budget Committee, In charge for National Awakening Party
3. National Development Planning Agency (Bappenas), April 2008 – March 2009; M&E Specialist
as a Technical Assistance for the Deputy of Development Performance Evaluation (DPE); under
the AusAID-World Bank and GRS II CIDA activities
4. National Development Planning Agency (Bappenas), February 2006 – February 2008; M&E
Specialist for PMU (Project Management Unit) of PNPM SPADA (Support for Poor and
Disadvantage Area) Program
5. PT. Sinergi Pakarya Sejahtera (Sinergi Consulting), November 2005 – present; Associate
Researcher for strategic project concerning planning and public policy research
6. National Development Planning Agency (Bappenas), March 2002 – October 2005; Assistant
Specialist for State Minister Advisor on Macro Economics Studies
Educational Background
Aug 1997 - Nov 2001, Bachelor of Economics, Faculty of Economics, University of Jember
Aug 2007-Jan 2010, Master of Economics, Faculty of Economics, University of Indonesia
Summary Of Economics Legislation Advisory Experiences
1. Government Budget-Adjustment 2008 (APBN-P 2008) Law Draft, 2008
2. Transformation of Indonesian Export Bank to Export Financing Board (LPEI) Law Draft, 2008
3. Interruption material submission for the legislators during the interpellation of BLBI, 2008
4. Research development to support the inisiation of the interpellation for food inflation, 2008
5. Tax Package Draft Law (RUU KUP, PPh, PPN and PPn BM), 2008
6. Economic Crisis Mitigation Package Draft Law (Perpu 2, 3, 4/2008), 2008
7. RAPBN 2009 Law Draft, 2008
8. Fiscal stimulus package Law Draft to mitigate the economic crisis for the budget year of 2009
9. Free Trade Zone Law Draft, 2009
10. Research development to support the substance of interpellation for BBM subsidy issue in the
Budget Year of 2009, 2009
11. Other research and writing activities to support press conferences, discussion, public hearing.
Organization Background, Social And Community Involvement
1. 2009 – Present, Board of Forming Committee for the Indonesian Development Evaluation
Community (InDEC)
2. 2009-present, member of Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI)
3. 2009–present, Treasurer for Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Hidayah Batu
4. 2004-present, Tresurer for The University of Jember Alumni Association, Jakarta Branch
5. March 2008-Present, Committee for the Indonesian Moslem Student Movement (PMII) Alumni
Association, National Committee
6. April 2008-June 2009, General Secretary for Expert Forum FKB DPR RI (FORTA)
7. August 2000–July2001, Chairman of Student Executive Board Faculty of Economic (FoE),
University of Jember (UoJ)
8. 2000-2001, Member of Indonesian Economics Student Senate Association (ISMEI)
9. 2000–2001, Head of External Affairs for the University Student English Forum (USEF), UoJ
10. 1999–2000, Head of Women Empowerment, Indonesian Moslem Student Movement (PMII),
Economics Branch, UoJ
11. 1998–2001, Reporter and writer for Campus Magazine ‘Tegalboto’ and News Paper ‘Tawang
Alun’, UoJ
12. 1997–2000, Presidium Committee for Islam and Environment Research Forum, FoE, UoJ
Personal Information
Single, Moslem, Interested in writing, teaching, blogrolling-walking, and listening to top 40 music