2. Larutan jenuh :
zat terlarut (solut) berada dalam kesetimbangan dengan fase padat
(solut).
Kelarutan :
konsentrasi solut dalam larutan jenuh pada suhu tertentu.
Larutan tidak jenuh (unsaturated) atau hampir jenuh
(subsaturated) :
larutan yang mengandung solut dalam konsentrasi di bawah
konsentrasi yang diperlukan supaya terjadi penjenuhan yang
sempurna pada suhu tertentu.
Larutan lewat jenuh (supersaturated):
larutan pada suhu tertentu yang mengandung solut lebih banyak
daripada normal, sehingga terdapat solut yang tak terlarut.
2
3. Istilah Kelarutan
Jumlah bagian pelarut
diperlukan untuk
Istilah kelarutan melarutkan
1 bagian zat
sangat mudah larut (very soluble) kurang dari 1
mudah larut (freely soluble) 1 sampai 10
Larut (soluble) 10 sampai 30
agak sukar larut (sparingly soluble) 30 sampai 100
sukar larut (slightly soluble) 100 sampai 1000
sangat sukar larut (very slightly 1000 sampai 10.000
soluble)
praktis tidak larut (practically lebih dari 10.000
insoluble)
3
4. INTERAKSI SOLVEN-SOLUT
Pelarut Polar
Kelarutan obat :
polaritas pelarut (solven) terhadap momen dipol. (momen dipol >> :polar)
kemampuan solut membentuk ikatan hidrogen.
Nitrobenzena mempunyai momen dipol 4,2 10-18 esu cm sedangkan fenol
hanya 1,7 10-18 esu cm, namun pada 200 C kelarutan nitrobenzena 0,0155
mol/kg sedangkan fenol 0,95 mol/kg.
Gambaran struktur molekulnya seperti rasio gugus polar dengan nonpolar.
4
5. Mekanisme solven polar:
(a) Solven polar dengan tetapan dielektrik yang tinggi, menurunkan gaya atraksi
antara ion bermuatan berlawanan dalam kristal mis. NaCl.
(b) Solven polar memutuskan ikatan kovalen elektrolit kuat dengan reaksi asam-
basa. Terjadinya ionisasi HCl oleh air:
HCl + H2O H3 O+ + Cl-
(c) Solven polar mampu mensolvat molekul dan ion melalui gaya interaksi dipol,
khususnya pembentukan ikatan hidrogen, yang menyebabkan kelarutan zat.
Interaksi ion-dipol antara garam natrium oleat dengan air:
5
6. Solven Nonpolar
Melarutkan solut nonpolar dengan tekanan internal yang
sama melalui interaksi dipol induksi.
Molekul solut berada dalam larutan oleh gaya lemah van der
Waals-London.
Minyak dan lemak larut dalam karbon tetraklorida, benzena,
dan minyak mineral. Basa alkaloid dan asam lemak larut pula
dalam solven nonpolar.
Solven Semipolar
Keton dan alkohol dapat menginduksi derajat polaritas dalam
molekul solven nonpolar, karena itu benzena yang mudah
terpolarisasi menjadi larut dalam alkohol.
Senyawa semipolar dapat berlaku sebagai solven perantara
(intermediate solvent) untuk bercampurnya cairan polar dan
nonpolar.
Aseton meningkatkan kelarutan eter dalam air. Propilenglikol
menambah kelarutan campuran air dengan minyak permen dan
6
air dengan benzilbenzoat.
8. KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIR
Kelarutan Zat Padat Dalam Air Dipengaruhi oleh :
1.Temperatur
2.Penambahan Zat Terlarut Lain
3.Polaritas Pelarut
4.Konstanta Dielektrik Pelarut
5.pH Larutan
6.Ukuran Partikel
7.Ukuran Molekul
8.Polimorfisme
9. KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN
PENGARUH TEMPERATUR
Temperatur dapat meningkatkan kelarutan zat padat
terutama kelarutan garam dalam air, sedangkan
kelarutan senyawa non polar hanya sedikit sekali
dipengaruhi oleh temperatur
10. KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN
PENGARUH TEMPERATUR
Reaksi eksoterm dan endoterm
∆H, panas pelarutan parsial; panas yang diabsorbsi per mol
bila sejumlah kecil zat terlarut ditambahkan dalam
sejumlah besar pelarut
∆H (larutan) = ∆H (sublimasi) - ∆H (hidrasi)
11. KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN
PENGARUH TEMPERATUR
Sebagian besar garam
memiliki kelarutan yang
besar dalam air panas
Beberapa garam
memiliki panas
pelarutan negatif
(exothermic) dan
kelarutannya akan
menurun dengan
meningkatnya Kelarutan beberapa garam sebagai fungsi dari
temperatur temperatur
12. KELARUTAN ZAT PADAT DALAM AIR
PENGARUH PENAMBAHAN ZAT LAIN
Penambahan Ion Sejenis
Apabila elektrolit sukar larut dilarutkan untuk
membentuk larutan jenuh, kelarutan digambarkan
sebagai Ksp
Kelarutan menurun dengan adanya ion sejenis, meningkat
dengan penambahan ion tidak sejenis
13. Kelarutan Zat Padat dalam Air
Pengaruh Penambahan Zat Lain
Penambahan Surfaktan :
Surfaktan merupakan molekul ampifilik yang tersusun
dari bagian polar/hidrofilik (head), dan bagian
nonpolar/hidrofobik (tail).
Bagian kepala dapat berupa anionik, kationik,
zwitterion(dipolar), nonionik
Bagian ekor merupakan senyawa hidrokarbon rantai
panjang.
14. KELARUTAN ZAT PADAT DALAM AIR
PENGARUH PENAMBAHAN ZAT LAIN
Penambahan Surfaktan (lanj)
Pada konsentrasi rendah dalam larutan berada pada
permukaan atau antar muka larutan dan memberikan
efek penurunan tegangan permukaan
Pada konsentrasi diatas Konsentrasi Misel Kritis
(KMK) membentuk misel (agregat kolidal)yang
berperan dalam proses solubilisasi miselar
15. KELARUTAN ZAT PADAT DALAM AIR
PENGARUH PENAMBAHAN ZAT LAIN
Penambahan Surfaktan (lanj)
Solubilisasi Miselar
Suatu pelarutan spontan yang terjadi pada molekul
zat yang sukar larut dalam air melalui interaksi yang
reversibel dengan misel dari surfaktan dalam larutan
sehingga terbentuk suatu larutan yang stabil secara
termodinamika
Syarat: konsentrasi surfaktan ≥ KMK
16. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN
Pengaruh pH
Kelarutan senyawa yang terionisasi dalam air sangat
dipengaruhi oleh pH, sedangkan kelarutan senyawa non
elektrolit yang tidak terionisasi dalam air hanya sedikit
dipengaruhi oleh pH
Untuk senyawa yang terionisasi (elektrolit) seperti asama
karboksilat (HA) kelarutan merupakan fungsi dari pH
17. KELARUTAN ZAT PADAT DALAM AIR
PENGARUH PH
Peningkatan pH dapat meningkatkan kelarutan senyawa
asam lemah, dan penurunan pH dapat meningkatkan
kelarutan senyawa basa lemah
Penentuan pH optimum, untuk menjamin larutan yang
jernih dan kefektifan terapi yang maksimum
Ex; Asam salisilat, Atropin Sulfat, tetrakain HCl, Sulfonamida,
Fenobarbital Na
19. Kelarutan Zat Padat dalam Air
Pengaruh Polaritas Pelarut
Polaritas molekul pelarut dan zat terlarut dapat
mempengaruhi kelarutan
UMUM
Molekul zat terlarut polar akan terlarut pada pelarut
polar
Molekul zat terlarut non-polar akan terlarut dalam
pelarut nonpolar.
20. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan Zat
Padat dalam Cairan
Pengaruh Konstanta Dielektrik
Senyawa hidrofobik meningkat kelarutannya
dalam air dengan adanya perubahan konstanta
dielektrik pelarut yang dapat dilakukan dengan
penambahan pelarut lain (kosolven).
Konstanta dilektrik dari suatu sistem pelarut
campur adalah merupakan jumlah hasil perkalian
fraksi pelarut dengan konstanta dielektrik masing-
masing pelarut dari sitem pelarut campur
tersebut.
21. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kelarutan Zat Padat dalam Cairan
Pengaruh kosolven
Kosolvensi merupakan
suatu fenomena dimana zat
terlarut memiliki
kaelarutan yang lebih besar
dalam campuran pelarut
dibandingkan dalam satu
jenis pelarut.
Kosolvent adalah pelarut
yang digunakan dalam
kombinasi untuk
meningkatkan kelarutan
solut.
22. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kelarutan Zat Padat dalam Cairan
Pengaruh Ukuran Partikel
Ukuran partikel dapat mempengaruhi kelarutan
karena semakin kecil partikel, rasio antara luas
permukaan dan volume meningkat. Meningkatnya
luas permukaan memungkinkan interaksi antara
solut dan solvent lebih besar. Pengaruh ukuran
partikel terhadap kelarutan digambarkan dalam
persaman berikut;
23. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kelarutan Zat Padat dalam Cairan
Pengaruh Ukuran Molekul
Semakin besar ukuran molekul semakin berkurang
kelarutan suatu senyawa
Semakin besar ukuran molekul zat terlarut semakin sulit
molekul pelarut mengelilinginya untuk memungkinkan
terjadinya proses pelarutan
Dalam hal senyawa organik, “PERCABANGAN" akan
meningkatkan kelarutan, karena semakin banyak percabangan
akan memperkecil ukuran molekul, sehingga mempermudah
proses pelarutan oleh molekul pelarut.
24. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kelarutan Zat Padat dalam Cairan
Pengaruh Polimorfisme
Polimorfisme adalah kapasitas suatu senyawa untuk
terkristalisasi menjadi lebih dari satu jenis bentuk kristal.
Perubahan dari satu bentuk kristal ke bentuk yang lain adalah
reversibel, proses ini disebut enantiotropik
Bentuk polimer dapat mempengaruhi warna, kekerasan,
kelarutan, titik leleh dan sifat –sifat lain dari senyawa.
Karena titik leleh merupakan salah satu faktor yang
mermpengaruhi kelarutan, maka polimorf akan memiliki
kelarutan yang berbeda.
29. Kapasitas Dapar adalah perbandingan penambahan basa kuat
/asam kuat dengan sedikit perubahan pH yang terjadi karena
penambahan itu.
β = ∆B/ ∆pH
βmaks = 0,576 C (terjadi pada saat pH = pKa)
30. Formulasi Larutan Dapar
1. Pilih asam lemah yang memiliki pKa mendekati nilai pH
agar diperoleh kapasitas dapar yang maksimal
2. Hitung perbandingan ASam dan Garam yang harus
dibuat
3. Tentukan konsentrasi asam dan garam untuk
memperoleh pH yang diinginkan
31. Contoh Soal
Anda diminta untuk membuat larutan dapar dengan pH =
6,5 dan kapasitas daparnya 0,1. Pilih pasangan dapar yang
cocok dan hitung pula konsentrasi yang diperlukan !
32. Dapar di Bidang Farmasi
Syarat pH Larutan Parenteral
1. Tidak jauh berbeda dengan pH cairan tubuh yang
bersangkutan
2. Kapasitas dapar yang dimilikinya memungkinkan
penyimpanan lama dan dapat menyesuaikan dengan pH
cairan tubuh yaitu 7,4
33. Contoh Soal
Berapa mol Na Asetat dan ASam Asetat yang dibutuhkan
untuk membuat 1 liter dapar pH 5,0 dengan konsentrasi 0,1
M ; pKa Asam asetat = 4,74
34. Larutan Isotonis
Larutan isotonis adalah larutan yang mempunyai
tekanan osmosa sama dengan jaringan yang
bersangkutan
Memiliki sifat koligatif yang sama dengan larutan NaCl
0,9%
Efek Hipotonis adalah sel tubuh/ eritrosit
mengembang dan kemudian pecah (hemolisa)
Efek Hipertonis, sel akan kehilangan air dan menciut.
36. Metode Liso
∆Tf = Liso x C
Liso = ∆Tf / C (dalam M)
Contoh :
Suatu obat baru memiliki berat molekul 300. Obat tersebut
memberi penurunan titik beku sebesar 0,52 C dalam larutan
0,145 M. Berapakah nilai Liso Obat tersebut!
37. Metode Penurunan Titik Beku
Penurunan titik beku suatu zat A 2 % adalah 0,163. berapa
NaCl yang harus ditambahkan untuk membuat 100
mL larutan isotonis!
Berapa dekstrosa yang harus ditambahkan untuk menggantikan
NaCl agar diperoleh larutan yang isotonis!
38. Metode Ekivalensi NaCl
E adalah jumlah NaCl yang sebanding dengan 1 gr zat.
Metode ini digunakan untuk mengatur isotonisitas
lebih dari satu zat dalam larutan.
Buatlah larutan isotonis yang mengandung 1% Asam Borat
(E ASam Borat = 0,5)
Suatu larutan mengandung 1% larutan perak nitrat,
berapakah natrium nitrat yang harus ditambahkan untuk
memperoleh larutan isotonis (EAgNO3 = 0,33; E NaNO3=
0,68 ∆Tf = 0,28)
39. KELARUTAN GAS DALAM CAIRAN
Adalah konsentrasi gas yang terlarut saat berada dalam kesetimbangan dengan gas
murni di atas larutan.
Kelarutan tergantung pada:
• tekanan:
tekanan gas diatas cairan naik maka kelarutan bertambah.
• suhu :
suhu naik kelarutan gas turun.
• adanya garam :
penambahan garam (elektrolit) membebaskan gas terlarut.
• reaksi kimia:
gas tertentu karena memberikan reaksi kimia kelarutannya menjadi lebih besar.
Misal hidroklorida, amonia dan karbondioksida.
Hukum Henry :
C2 = p
C2 :konsentrasi gas terlarut dalam gram/l solven, p : tekanan parsial gas tak terlarut
dalam mm, dan : koefisien kelarutan
39
40. Kelarutan gas dalam cairan dapat dinyatakan oleh atau oleh
koefisien serapan Bunsen . (volume gas dalam liter yang larut
Vgas,STP
dalam 1 liter solven pada tekananp
parsial 1 atm. suhu tertentu
Vlar
Koefisien Bunsen untuk beberapa gas dalam air pada 00 dan 250 C
40
41. Contoh:
Bila 0,0160 g oksigen dilarutkan dalam 1 liter air pada dan 250 C dan pada
tekanan oksigen 300 mm Hg. Hitunglah (a) dan (b)
(a)
C2 (g / l) 0 ,0160
5,33 105
p (mm Hg) 300
0,0160
0,08205 273,15
(b) V = nRT/p
Vgas,STP 32 0 ,0112
1 atm1
Vgas 0 ,0112
0 ,0284
Vlar p 300
1
760
(c) Berapa gram oksigen dapat dilarutkan dalam 250 ml larutan air jika
tekanan total di atas campuran 760 mm Hg? Tekanan parsial oksigen dalam
larutan adalah 0,263 atm, dan suhu 250 C.
C2 (g / l)
5,33 105
0 ,263 760 mm
C2 0 ,0107 g / l atau 0,0027 g / 250 ml
41
42. KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN
Larutan Ideal
• Tergantung : suhu, titik leleh zat padat, dan kalor lebur molar Hf yaitu
kalor (panas) yang diserap ketika zat padat meleleh.
• Dalam larutan ideal, kalor larutan sama dengan kalor lebur, yang dianggap
tetap tidak tergantung pada suhu.
H f T0 T
log X 2
i
TT
2,303R 0
X2i adalah kelarutan ideal solut dinyatakan dalam fraksi mol, T0 adalah titik
leleh solut padat dalam derajat mutlak.
Persamaan di atas dapat pula dituliskan:
i 1 H f
log X2 konstanta
2 ,303R T
42 R= 1,987 kal derajat-1 mol-1
43. Contoh:
Berapa kelarutan naftalena pada 200 C dalam larutan ideal?
Titik leleh naftalena adalah 800 C, dan kalor leburnya 4500 kal/mol.
i 4500 353 293
log X2
2 ,303 1 ,987 293 353
X2i 0 ,27
Kelarutan fraksi mol dapat diubah menjadi molalitas:
1000X 2
m
M 1 1 X 2
43
44. Larutan Nonideal
Aktivitas solut dalam larutan :
a 2 = X2 2 2 : koefisien aktivitas rasional.
log a2 = log X2 + log 2
Dalam larutan ideal karena 2 = 1, maka a2 = X2i ,
log a 2 log X 2 i H f T0 - T
2,303R TT0
H f T0 - T
log X 2
TT log 2
2,303R 0
Suku log 2 pada pers.: pertimbangan gaya atraksi intermolekular yang
harus diatasi, atau usaha (kerja) yang harus dilakukan dalam
memindahkan molekul dari fase solut (zat terlarut) dan menyimpannya
dalam solven (pelarut).
44
45. Proses pemindahan molekul tersebut terjadi dalam 3 tahap
1. Pemindahan 2. Pembentukan 3. Molekul solut
molekul dari fase lubang dalam solven ditempatkan dalam
solut pada suhu yang cukup besar agar lubang dalam
tertentu.Penerima- dapat menerima solven, dan usaha
an energi molekul solut. Usaha: yang diperolah atau
potensial atau w11. penurunan energi
usaha netto untuk potensial adalah -
proses tersebut : w12
w22:
Lubang dalam solven sekarang tertutup dan terjadi tambahan penurunan energi, -w12 ,
bersangkutan dengan usaha neto dalam langkah terakhir ini adalah -2 w12 .
Usaha total adalah (w22 + w11 -2 w12 ).
45
46. Scatchard dan Hildebrand dan
Wood: V212
ln 2 ( w22 w11 2 w12 )
RT
V2 : volume molar atau volume per mol solut cair, 1 : fraksi volume
atau X1V1/(X1 V1 + X2 V2 )
Interaksi molekul berbeda: w12 w11w22
ln 2 w11 2 w11w22
1/ 2
w22V212
RT
ln 2 w11
1/ 2
w22
1/ 2 2 V212
RT
Suku (w)1/2 disebut parameter kelarutan dan digambarkan dengan lambang 1
untuk solven dan 2 untuk solut. 2
V 21
log 2 (1 2 )2
2 ,303RT
ΔH f T 0 - T V 2 φ1 2
Persamaan Kelarutan: - log X 2
T +
2,303RT (δ 1 δ 2 ) 2
2,303RT 0
1/ 2
H v RT Hv : kalor uap, Vl : volume molar senyawa cairan
Vl pada suhu tertentu, R : tetapan gas, T : suhu absolut.
46
47. (a) Hitunglah parameter kelarutan iodum; (b) tentukan fraksi mol dan kelarutan
molal iodum dalam karbon disulfida pada 250 C; (c) berapa koefisien aktivitas
solut dalam larutan? Kalor uap iodum cair diekstrapolasikan pada 250 C adalah
11493 kal/mol, kalor lebur rata-rata Hf , adalah 3600 kal pada 250 C, titik leleh
iodum adalah 1130 C, dan volume molarnya V2 adalah 59 cm3 pada 250 C.
Parameter kelarutan karbon disulfida adalah 10.
1/ 2
(a) 11493 1,987 298 ,2
13,6
59
(b) Mula-mula X2 dihitung dengan menganggap 12 = 1 (larutan encer)
3600 386 - 298 59
- log X2 + (10 13,6)2 0 ,0689
1364 386 1364
Sekarang fraksi volume 1 = V1 (1- X2 )/[V1 (1-X2 ) + V2 X2 ] atau untuk iodum
(V2 = 59 cm3 ) dalam karbon disulfida (V1 = 60 cm3) , maka diperoleh 1 =
0,9322.
Perhitungan kembali X2 seperti pada (b) dengan memasukkan 1 = 0,9322 :
X2 = 0,0815; dan dengan 6 kali pengulangan perhitungan menggunakan
kalkulator diperoleh : X2 = 0,0845. Hasil percobaan untuk kelarutan dalam karbon
disulfida menurut Hildebrand dan Scott adalah 0,0546 pada 250 C, sedangkan
kelarutan fraksi mol ideal X2i iodum adalah 0,250 pada 250 C.
47
48. Kelarutan fraksi mol iodum dalam karbon disulfida :
1000 X2 1000 0 ,085
m 1 ,22 mol / kg
M1( 1 X2 ) 76 ,131 0 ,085
(c) Kelarutan ideal adalah berhubungan dengan kelarutan aktual pada
suhu tertentu dan dinyatakan dengan persamaan:
a2 = X2i = X2 2, maka 2 =0,25/0,055 =4,55.
48
50. Pengaruh surfaktan
Rippie dkk, pengaruh surfaktan terhadap kelarutan obat
dinyatakan dengan persamaan:
Untuk molekul obat yang bersifat asam:
DT* ( D)
Ka H DT
1 M
H + K ' K K "
a
H
+ DT* K H+
a
DT* adalah kelarutan obat total dalam larutan pada pH tertentu dan tanpa
adanya surfaktan; (D) konsentrasi asam tak terionisasi; DT adalah Kelarutan
total obat dengan adanya surfaktan; (M) adalah fraksi volume surfaktan yang
berada dalam bentuk misel; K’ adalah koefisien partisi molekul obat; K” adalah
koefisien partisi bentuk anion.
Basa lemah:
D DT * K a
H DT
K a K ' H K "
D
DT *
1 M
Ka H
Ka H Ka H DT *
(D) adalah asam bebas tidak dalam misel; (D+ ) adalah asam kationik yang
berkonjugasi terhadap molekul basa, tidak dalam misel.
50
51. Contoh:
Hitunglah kelarutan sulfisoxazol pada 250 C dalam : (a) dapar pH 6,0
dan (b) dapar pH 6,0 mengandung 4% volume (= 0,04 fraksi volume)
polisorbat 80 (Tween 80). Kelarutan sulfisoxazol tak terionkan dalam
air adalah 0,15 g/l pada suhu itu, harga Ka =7,60 10-6 dan harga K’
=79, K” = 15.
(a) Kelarutan obat total pada pH 6 tanpa surfaktan :
7 ,6 106 1,0 106
DT* 0 ,15
1,29 g / l
1,0 106
(b) Kelarutan total sulfisoxazol dalam pH 6 dengan adanya 4%
Tween 80:
DT 1,291 0 ,04
1,0 106 79 7 ,6 106 15
2 ,45 g / l
6
7 ,6 10 1,0 10 6
51
52. Kelarutan basa prokain dalam air pada 250 C adalah 5 g/l, harga Ka =
1,4 10-9, harga koefisien partisi untuk molekul basa , K’ = 30, untuk
asam kationik K” = 7,0. Hitunglah kelarutan prokain dalam dapar pH
7,40 yang mengandung 3% (b/v) polisorbat 80.
(a) Pers.
DT* D
a 5,01,4 10 3,98 10 147 ,2 g / l
K H+ 9 8
Ka
1,4 10
9
181,6 g / l
1,4 109 30 3 ,98 108 7
DT 147 ,21 0 ,03
1,4 10 3 ,98 10
9 8
Berapa fraksi obat di dalam fase air dan fraksi dalam misel?
Obat total dalam fase air, DT* 147 ,2 g / l
0 ,81
Obat total dalam fase air dan misel, DT 181,6 g / l
Artinya fraksi 0,81 prokain berada dalam fase air, sisanya, 0,19,
terletak dalam misel.
52
53. Pengaruh Partikel Terhadap Kelarutan Zat Padat
s 2V
log
s0 2 ,303RTr
s adalah kelarutan partikel halus; s0 kelarutan partikel besar;
tegangan permukaan zat padat; V adalah volume molar cm3/mol; r
jari-jari partikel dalam cm, dan R adalah tetapan gas 8,314 107
erg/der mol; dan T suhu mutlak.
Contoh:
Suatu zat padat dihaluskan sedemikian rupa agar kelarutannya naik
10%, yaitu s/s0 =1,10. Berapa seharusnya ukuran partikel akhir,
anggap tegangan permukaan zat padat = 100 dyne/cm, dan volume
per mol = 50 cm3 dan suhu 27 C0.
2 100 50
r 4 ,2 10 6 cm 0,042cm
2 ,303 8 ,314 10 7 300 0 ,0414
53
54. DISTRIBUSI SOLUT DI ANTARA PELARUT TAK CAMPUR
C1
K
C2
K : rasio distribusi, koefisien distribusi, atau koefisien partisi
C1 konsentras i kesetimban gan zat dalam solven 1,
C 2 konsentras i zat dalam solven 2.
Contoh:
Distribusi asam borat dalam air dan amil alkohol pada 250 C, menunjukkan
konsentrasi asam borat dalam air = 0,0510 mol/l dan dalam amil alkohol = 0,0155
mol/l. Hitung koefisien distribusinya.
C H 2O 0 ,0510 C alk 0 ,0155
K 3,29 K 0 ,304
C alk 0 ,0155 C H 2O 0 ,0510
54